Analisis Sastra Anak pada Cerita Burung Unta dalam Kitab Al-Qira'atu Ar Rasyidati Chapter III V

pengalaman yang dikisahkan atau yang diperlukan untuk memahami bukan pada
hakikat kemanusiaan kehidupan yang dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005:13).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 SINOPSIS

Cerita ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Hasan yang ingin
mengetahui pengetahuan tentang burung yang diberikan oleh sang Ayah
Suatu hari pada bulan Januari, Hasan dan Ayah pergi ke tempat yang penuh
keindahan dan kehijauan, mereka menaiki kereta api untuk menuju ke tempat
tersebut, kemudian mereka sampai ke tanah lapang, mereka berjalan dan terus
berjalan hingga sampailah mereka ke satu pintu masuk. Pintu masuk itu berisikan
burung unta yang sangat banyak. Melihat burung unta yang banyak itu, perasaan
Hasan sangat gembira dan sang Ayah bercerita tentang burung unta tersebut,
bahwa bulu dari burung unta bisa dijual di pasar pasar dunia International dengan
nilai yang tinggi untuk penggunanaan pada perhiasaan. Kemudian Hasan
bertanya, Ya Ayah, ”Ini adalah jenis burung yang besar, apakah dia bisa terbang”?
Kemudian si Ayah berkata: ”Ya Hasan, An-na‘āmatu lebih besar dari Unggas

dan orang Arab menamainya Burung Unta, karena tingginya, panjang lehernya,
tempatnya di Gurun dan kesabarannya menghadapi kehausan menyerupai Unta.
24

Universitas Sumatera Utara

Burung unta juga menyerupai burung pada sayap, telinga, paruh dan kakinya.
Tetapi dia tidak bisa terbang karena sayapnya yang pendek, kehebatannya dari
kepala sampai tanah dan dari 3 sampai 4 lengan, serta kepalanya yang kecil yang
bukan termasuk leher kecuali rambut yang sedikit berhamburan, juga bulu yang
diatas punggung,sayap dan ekornya.
Kemudian sang Ayah melihat burung unta lebih dekat, kemudian tertujulah
pandangan mereka kepada warna bulu diatas punggung Burung Unta yang
kegelapan serta sayap dan ekornya yang putih dan sebagian lagi hitam, pahanya
yang botak dan kakinya yang kuat. Keduanya bisa menghasilkan pendapatan
seperti halnya punggung ikan.
Sementara itu Ayah bercerita dan menunjukkan tongkatnya ke arah Burung
Unta sambil berlari, lalu lari pula semua Burung Unta bersamanya, kemudian
Ayah menggunakan kesempatan ini dan berkata kepada Hasan: ”Orang Arab
memberi


contoh

burung

unta

seperti

penakut,

pembenci

dan

ketidaktahuan”.Kemudian lanjutnya, “burung unta menyembunyikan kepalanya di
pasir, jika pemburu mengendapinya dan mengikutinya, dia meyakini bahwa ia
tidak terlihat selama dia tidak melihat mereka juga”.
Kemudian Hasan melihat sebagian burung unta memukul ke tanah selain
kerikil lalu berkata ayahnya tentang unta, “perlakuan burung unta sungguh aneh,

dia menelan bahan yang banyak selain ayng tidak bisa dicerna seperti pakaian
yang usang, kulit, kerikil, baut dan pemotong besi. Lalu makanan yang bergizinya
yaitu rumput dan biji-biji”.
Lalu Hasan menanyakan tentang negeri asal burung unta, lalu ayahnya
memberitahukannya, bahwa negeri asli burung unta adalah negara Arab dan gurun
afrika.Ada juga jenis dari burung unta di Amerika Selatan, dekat dengan kota
Buenos Aires, jenis ini lebih kecil ukurannya dari yang pernah dilihatnya tetapi
nilai bulunya lebih tinggi. Kecantikan warna bulunya tidak bercampur dengan
warna lain.Burung unta ternak yang bingung di padang pasir,dia bertelur anak
perempuan banyak sekali dalam setahun, mulai 10 sampai 12 telur, ini lebih
25

Universitas Sumatera Utara

banyak daripada kelapa, lalu pada siang hari dia menimbunnya di pasir yang
terkena dengan panas matahari, pada gelap malam hari dia mengeraminya sampai
menetas.
Ayah melanjutkan perjalanan, dia bercerita tentang buung unta ke Hasan di
kereta api sembari berkata : “siapa dari manusia yang tertarik memakan sebagian
burung unta ? dan mereka hanya mengambil kulitnya untuk dibuat cangkir dan

nilainya itu seperti nilai gading.

Burung Unta diburu dengan mengoyak yang kuat karena kecepatan larinya
melebihi balapan kuda. Bagi orang arab dan maroko, ada 2 cara untuk
memburunya, cara pertama yaitu punggung kuda. Keluarlah secara bersama-sama
penembak jitu ke lokasi buruannya, lalu lari salah satu kudanya mereka di
belakang burung unta, jika kuda sudah lelah, keluar pula pemburu lain dengan
kuda lain juga dan teruslah berlari, jika yang kedua ini lelah juga, maka keluarlah
pemburu dan kuda yang ketiga dan begitulah selanjutnya. Ini dilakukan sampai
dia memperolehnya setelah melakukan usaha yang sangat lelah.Burung unta lari
tidak mengikuti alur yang lurus tetapi hanya pada arah lingkaran.
Cara kedua yaitu salah satu penembak jitu memakai kulit burung unta,
menirukan pada metode jalan burung unta sampai hampir mirip. Lalu
membidiknya dan melepaskan anak panahnya dengan tiba-tiba, jika belum
melukainya, dia menendangnya dengan salah satu kakinya, mungkin itu adalah
cara memutuskan hidupnya.
Sang Ayah pun selesai dengan ceritanya tentang burung unta lalu kereta api
sampai ke stasiun Jembatan Laimun, Mereka berdua turun lalu berjalan di lintasan
kereta api dan sampailah mereka ke rumah. Hasan senang bukan kepalang, dia
tidak memperkirakan perjalanannya untuk berikutnya.


26

Universitas Sumatera Utara

3.2 Kontribusi Sastra Anak dalam Cerita ‫ النعامة‬/Anna’āmatu/ ”Burung
Unta”Dalam Kitab ‫القراءة الرشيدة‬/Al Qirātu Ar Rasyīdati/
Kontribusi sastra anak bagi anak yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan yang melibatkan berbagai aspek kedirian yang secara garis besar
dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan (Nurgiyantoro,
2005:37-47).
3.2.1 Nilai Personal
3.2.1.1 Perkembangan Emosional

Tokoh-tokoh cerita akan bertingkah laku baik secara verbal maupun
nonverbal yang menunjukkan sikap emosionalnya, seperti ekspresi gembira,
sedih, takut, terharu, simpati dan empati, benci dan dendam, memaafkan, dan lainlain. Lewat bacaan cerita itu anak akan belajar bagaimana mengelola emosinya
agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Berikut ini adalah penggalan cerita


‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang perkembangan emosional.

...َ

‫َمنَ ل‬

‫َح‬

‫َف‬...

/faṭariba ḥassānu mina al-manẓari/ maka Hasan senanglah dengan pemandangan
itu. ( halaman 69, baris ke-6)
27

Universitas Sumatera Utara

...َ


‫َس‬

‫س َح‬

/wasurra ḥassānu surūrān/Hasan senang bukan kepalang.( halaman 74, baris ke14)
َ

‫ه َ َج‬

‫ب َأأم َب نَ ل م َ َن‬

‫َي‬

‫ٍَ َل‬

/inna al-‘araba yaḍribūna al-amṡāla bijubni an-na’āmati wa nufūrihā wa
jahlihā/“sesungguhnyaَorang-orang arab memberi contoh burung unta itu seperti
penakut,َpembenci,َdanَketidaktahuan”.َ (halaman 71, baris ke-4)
Dari beberapa penggalan cerita diatas, didapati emosional seperti senang,
penakut dan pembenci. Dengan mengetahui emosi diatas, diharapkan anak bisa

belajar mengendalikan emosi. Jika emosi senang bisa menjadi hal yang positif
bagi anak, tetapi emosi penakut dan pembenci harus dijauhkan dari anak agar
mereka berguna bagi orang lain dan tidak merugikan orang lain.
3.2.1.2 Perkembangan Intelektual
Secaraَ langsungَ atauَ tidakَ langsungَ anakَ “mempelajari”َ hubunganَ yangَ
terbangun, dan bahkan juga ikut mengkritisinya. Mungkin saja anak
mempertanyakan alasan tindakan tokoh, reaksi tokoh, menyesalkan tindakan
tokoh, dan lain-lainَyangَlebihَbernuansaَ“mengapa”-nya. Jadi, lewat bacaan yang
dihadapinya itu aspek intelektual anak ikut aktif, ikut berperan, dalam rangka
pemahaman dan pengkritisan cerita yang bersangkutan. Dengan kata lain, dengan
kegiatan membaca cerita itu, aspek intelektual anak juga ikut terkembangkan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”

tentang perkembangan Intelektual.

َ‫َم َأنهَا‬

َ‫ه َ ل ي َ ت ت‬


َ ٍ َ‫َ أس َفيَ ل مل‬

‫ٍ َ ل م َت‬

‫ي ه َم َ متَهيَاَت‬

28

Universitas Sumatera Utara

/inna an-na’āmata tuwārī ra`sahā fī ar-ramli iẓā ṭāradahā aṣ-ṣayādu wa ta’ibat
ẓannā minhā annahu lā yarāhā mā dāmat hiya lā tarāhu/ sesungguhnya burung
unta menyembunyikan kepalanya di pasir jika pemburu mengendapinya dan
mengikutinya, dia meyakini bahwa ia tidak terlihat selama dia tidak melihat
mereka juga.( halaman 71, baris ke-5)

‫َص ه َع َ ل ش‬
/wa ṣabrihā ‘ala al-‘aṭasyi/ “kesabarannyaَ menghadapiَ kehausan.َ Ẓhalamanَ 69,
baris ke- 14)

Dari beberapa penggalan cerita diatas, pasti seorang anak bertanya-bertanya,
mengapa si burung unta harus menyembunyikan kepalanya di pasir ?. dan juga
bagaimana sabarnya si burung unta dalam menghadapi kehausan. Dari hal itu
didapati bahwa aspek intelektual anak ikut terkembangkan.
3.2.1.3 Perkembangan Imajinasi

Sastra yang notabene adalah karya yang mengandalkan kekuatan imajinasi
menawarkan petualangan imajinasi yang luar biasa kepada anak. Dengan
membaca bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa berpetualang ke berbagai
penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada di tempat,
dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian anak.
Jadi, imajinasi akan memancing tumbuh dan berkembangnya daya kreativitas.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang perkembangan Imajinasi.

‫ب غ َ ب َف ي َفيهَك ي َمنَ ل‬
/balagā zarbān fasīḥān fīhi kaṡīrun mina an-na‘āmi/sampailah mereka ke pintu

masuk yang lebar, yang didalamnya terdapat banyak burung unta. (halaman 69,
baris ke-6)

‫َس َب‬

‫َل َ ك َ ل‬

/walammā rakibā al-qiṭāra sāra bihimā/ “ketika mereka berdua menaiki kereta
api yang sedang berjalan. (halaman 69, baris ke-3)
29

Universitas Sumatera Utara

َ‫م‬

‫َه َ ل ئ َك ي َ ل‬

/inna hażā aṭ-ṭāiri kabīru al-jismi/ “sungguhَ iniَ jenisَ burungَ yangَ besar.َ
(halaman 69, baris ke-11)

َ ‫هَ َ جي‬

‫َت هَب ق َ ل ي َف َج حي َ َأ ني َ َم‬

/wa tusybihu bāqia aṭ-ṭairi fi janāḥaihā wa ʹużunaihā wa minqārihā wa rijlaihā/
“Diaَ jugaَ menyerupaiَ burungَ padaَ sayap,َ telinga,َ paruh dan kakinya. (halaman
70, baris pertama)
Dari penggalan cerita diatas, imajinasi anak akan berjalan dengan membaca
“pintuَ masuk yang lebar”,َ “keretaَ apiَ yangَ sedangَ berjalan”,َ jenisَ burungَ yangَ
besar”,َ danَ “menyerupaiَ burung”. Mereka akan membayangkan selebar apakah
pintu masuk, sebesar apakah jenis burung itu. Danَ jugaَ denganَ kalimatَ “keretaَ
apiَ yangَ sedangَ berjalan”,َ imajinasiَ anakَ dibawaَ seakanَ merekaَ benar-benar
berada didalam kereta api, tetapi tetap berada ditempat. Sertaَ kataَ “menyerupaiَ
burung”,َmerekaَjugaَmengkhayalkanَburungَdiَimajinasiَmereka.
3.2.1.4 Perkembangan Rasa Sosial

Bacaan cerita mendemonstrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan
sesama dan lingkungan. Bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinteraksi untuk
bekerja sama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas keseharian
bersama, menghadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang
lain, dan lain-lain yang berkisah tentang kehidupan bersama dalam masyarakat.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang perkembangan rasa sosial.

َ

‫َ ل َن م َأج تَف ج لَ ل لَم‬

‫َ َي يى َب‬

‫ك َ ل ل َي‬

َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ ‫ل ل َه َ ل ص‬

‫فن‬

30

Universitas Sumatera Utara

/kāna al-wālidu yataḥaddaṡu wa yusyīru bi‘aṣāhu ilā na‘āmatin ajfalat faajfala
al-kullu ma‘ahā fantahaza al-wālidu hażihi al-furṣata/‘̒ Ayah bercerita dan
menunjukkan tongkatnya ke arah Burung Unta sambil berlari,lalu lari pula semua
Burung Unta bersamanya,kemudian Ayah menggunakan kesempatan ini.
(halaman 71, baris ke-2).

‫َأب‬

‫فخ‬

/fa`akhbarahu `abūhu/ “makaَayahnyaَmemberitahunya.َẒhalamanَ72,َbarisَke-7).
Dari penggalan cerita diatas, rasa sosial sang ayah sangat baik kepada
burung unta dengan melakukan aktivitas bersama, yaitu dengan menunjukkan
tongkat kepada Burung Unta sambil berlari, maka ikut juga burung unta berlari
bersamanya. Dan juga sang ayah yang dengan senang hati memberitahu hal yang
tidak diketahui oleh anaknya. Hal ini bisa saja membuat anak tertarik untuk hidup
bermasyarakat atau masuk dalam kelompok.

3.2.1.5 Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius

Sikap dan perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu
(pencerita) atau membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang sebagai salah
satu cara penanaman nilai-nilai sosial, moral, etika dan religius kepada anak. Pada
umunya anak akan mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh yang baik itu, dan
itu berarti tumbuhnya lesadaran untuk meneladani sikap dan perilaku tokoh
tersebut.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang pertumbuhan rasa etis dan religius.
َ

‫ه َ َج‬

‫ب َأأم َب نَ ل م َ َن‬

‫َي‬

‫َ َل‬

/inna al-‘araba yaḍribūna al-amṡāla bijubni an-na’āmati wa nufūrihā wa
jahlihā/“sesungguhnyaَorang-orang arab memberi contoh burung unta itu seperti
penakut,َpembenci,َdanَketidaktahuan”.َ (halaman 71, baris ke-4)

‫َص ه َع َ ل ش‬
31

Universitas Sumatera Utara

/wa ṣabrihā ‘ala al-‘aṭasyi/ “kesabarannyaَ menghadapiَ kehausan.َ Ẓhalamanَ 69,َ
baris ke- 14)

‫َت ث تهَ ف هَب ح َ ج ي َ ف َ ب َق تَع َحي ته‬

‫َ َلمَي‬

/wa inlam yuṣibhā ta`aṡṡarathu warafasathu bi`iḥda rijlayhā rafsatan rubbamā
qaḍat ‘ala ḥayātihi/ “jika belum melukainya, dia menendangnya ke salah satu
kakinya, mungkin itu adalah cara memutuskan hidupnya. (halaman 73, baris ke 9).

Dari bebarapa penggalan cerita diatas, Burung Unta tidak untuk dicontoh
perilakunya, karena burung unta itu penakut, pembenci serta tidak tahu apa-apa.
Sikap ini tidak untuk diteladani oleh seoarang anak. Begitu juga dengan hal
memutuskan hidup seseorang atau seekor binatang, tidak baik untuk diteladani
sikap seperti membunuh, karena hal itu sama sekali tidak ada moralnya. Seorang
anak itu harus pemberani, banyak ilmu, bermoral dan beretika.

3.2.2 Nilai Pendidikan
3.2.2.1 Eksplorasi dan Penemuan

Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan
sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah
dunia relatif yang belum dikenalnya yang menawarkan berbagai kehidupan.
Dalam penjelajahan secara imajinatif anak dibawa dan dikritiskan untuk mampu
melakukan penemuan-penemuan dan atau prediksi bagaimana solusi yang
ditawarkan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang eksplorasi dan penemuan.

ََ

‫َل لَ أق‬

‫َق‬

‫َ َق َي‬

‫َمنَهمَمغ م َب كلَبيضَ ل‬
‫َك ي َ ني َ ل‬

‫َع َب ضَ ل‬

‫منَ ل‬
‫قي‬

/wamina an-nāsi man hum mugramūna biaklin baiḍa an-na‘āmi wa qad
yuttakhażu qisyruhu li‘amali al-aqdāḥi wa qiyamatuhā ‘inda ba‘ḍa an-nāsa
32

Universitas Sumatera Utara

kaqiyamati anitatu al-‘āji/”siapaَ dariَ manusiaَ yangَ tertarikَ memakanَ sebagianَ
burung unta ? dan mereka hanya mengambil kulitnya untuk dibuat cangkir dan
nilainya itu seperti nilai gading. (halaman 73, baris ke-9).
Dari penggalan cerita diatas, didapati penemuan yang baru yaitu kulit
burung unta nilainya sama dengan nilai gading gajah. Kemudian dari cerita atas,
anak bisa jadi tertarik dengan penjelajahan mengenai kulit sang burung unta.

3.2.2.2 Perkembangan Bahasa

Bacaan sastra untuk anak yang baik antara lain adalah yang tingkat kesulitan
berbahasanya masih dalam jangkauan anak, tetapi bahasa yang terlalu sederhana
untuk usia tertentu,baik kosakata maupun struktur kalimat, justru kurang
meningkatkan kekayaan bahasa anak.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang perkembangan bahasa.

‫يعَ ل ي‬

‫مَف لَي‬

‫َ"ي َأبتَ َه َ ل ئ َك ي َ ل‬

‫ق َح‬

/qāla ḥassanu yā abati anna hażā aṭ-ṭāira kabīru al-jismi fahal yastaṭī‘u aṭṭayarāna/” berkataَpulalahَHasan:َ”Iniَadalahَjenisَburungَyangَbesar,َapakahَdiaَ
bisaَterbang”?َẒَhalamanَ69,َbarisَke-10).
Dari penggalan kalimat diatas, merupakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami, dengan membaca sekali saja pasti anak langsung mengerti maksud dari
bacaan diatas.

3.2.2.3 Pengembangan Nilai Keindahan

33

Universitas Sumatera Utara

Sebagai salah satu bentuk karya seni, sastra memliki aspek keindahan.
Keindahan dalam genre fiksi antara lain dicapai lewat penyajian cerita yang
menarik, bersuspense tinggi, dan diungkap lewat bahasa yang tepat. Cerita
menjadi indah karena isi kisahnya yang mengharukan dan dikemas dalam bahasa
yang menyenangkan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang pengembangan nilai keindahan.

‫قتَس‬

َ ‫ف َي َمنَأي َش َي ي َص ََج‬

/wafi yawmin min ayyāmi syahri yanāwira ṣafā jawwuhu warāqat sama’hu/
“Suatu hari di bulan Januari, langit menunjukkan aura yangَbersih”.َẒَhalamanَ68,َ
baris ke-6)

‫َ َ ل تينَ ل‬

‫ئ َل‬

‫ي هَمنَ ل‬

َ ‫م َأقيمَع‬

/wamā uqīma ‘ala ṭarīqihi mina al-‘amā`iri al-fakhmati wa al-basātīni annaḍirati/ “apa yang terjadi dalam perjalanannya dari rumpun yang besar sampai
kehijauanَkebun”
Dari penggalan kalimat diatas, dengan kata-kata langit menunjukkan aura
yang bersih dan kehijauan kebun, didapati aspek keindahan melalui bahasa yang
tepat dan dikemas dalam bahasa yang menyenangkan.

3.2.2.4 Penanaman Wawasan Multikultural

Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan
budaya berbagai kelompok sosial dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat
dijumpai berbagai sika dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu
masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang lain.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang penanaman wawasan multikultural.

34

Universitas Sumatera Utara

َ َ

‫ه َ أ َص ي َبا َ ل‬

َ ‫َل ي‬

‫َل‬

‫َل‬

‫َأب َأ َم‬
‫بي َف َ ل‬

‫َف خ‬

‫نَل‬

‫َعن َأصل َم‬

‫س م َح‬

‫َ ي ج َص فَم هَف َأم ي َ ل‬. ‫َ ف ي ي‬
َ ‫َم‬

‫فَأصغ َح‬

‫َ ه َل‬

‫ص‬

‫بي نسَ ي‬

/ista‘lama ḥassānu ‘an aṣli mawṭini an-na‘āmi faakhbarahu abūhu anna
mawṭinahu al-aṣliyya bilādu al-‘arabi wa ṣaḥāra ifrīqiyyata.wa yūjadu ṣinfun
minhu fi amrīqā al-junūbiyyati fi as-suhūli al-kubra al-mujāwirati limadīnati
abyūnad iīris wa hażā aṣ-ṣinfu aṣgaru ḥajmā mimmā raahu/”hasanَ memintaَ
informasi tentang negeri asal burung unta, lalu ayah memberitah unya, negeri
aslinya adalah negara arab dan gurun afrika. Dan ada juga jenis lain dari burung
unta di Amerika Selatan.dekat kota Buenos Aires, jenis disini lebih kecil
ukurannya dari yang pernah dilihatnya. (halaman 72, baris ke-6).
Dari penggalan cerita diatas, didapati bahwa wawasan anak tidak tertuju pada
satu jenis burung unta saja tetapi ada jenis lain. Dan juga kelompok burung unta
yang ada di negeri asalnya yaitu Arab, berbeda jenisnya dengan burung unta yang
ada ada di Amerika Selatan. Hal itu menunjukkan bahwa budaya di sutu
kelompok berbeda dengan budaya kelompok lain.

3.2.2.5 Penanaman Kebiasaan Membaca

Peran bacaan sastra selain ikut membentuk kepribadian anak, juga
menumbuhkan dan mengembangkan rasa ingin dan mau membaca, yang akhirnya
membaca tidak terbatas hanya pada bacaan sastra. Sastra dapat memotivasi anak
untuk mau membaca.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

tentang penanaman kebiasaan membaca.

َ ‫َ ل لَ ل ئ َأن‬
ََََََََََََ‫ءَ َص ه َع َ ل ش‬

‫َأك َ ل ي َ َي ي َ ل‬
‫َ ف َس ه َ ل‬

‫َع‬

‫َ ل م َي َح‬. ‫َ ل ل‬

‫ف‬

َ َ ‫ت هَ ل لَفيَع ه‬

35

Universitas Sumatera Utara

/faqāla al-wāladu an-na’āmatu yā hassānu akbaru aṭ-ṭuyūri wa yusammīhā al‘arabu al-jamalu aṭ-ṭā’iri liannahā tusybihu al-jamala fi ‘uluwwiha wa ṭuli
‘unuqihā wafī suknāhā aṣ-ṣaḥrā’i wa ṣabrihā ‘ala al-‘aṭasyi/ “maka berkata ayah,
Ya Hasan, An-na’āmatuَ lebih besar dari unggas dan orang Arab menamainya
burung unta, karena tingginya, panjang lehernya, tempatnya di gurun, dan
kesabarannya menghadapi kehausan menyerupai Unta. (halaman 69, baris ke-12).
Dari penggalan cerita diatas, burung unta itu menyerupai Unta. Itu bisa saja
membuat anak juga ingin tahu dan termotivasi juga untuk membaca bacaan lain
mengenai unta.

3.3 Penilaian Sastra Anak dalam Cerita ‫ النعامة‬/Anna’āmatu/ ”Burung
Unta”Dalam Kitab ‫القراءة الرشيدة‬/Al Qirātu Ar Rasyīdati/

Huck dkk. (dalam Nurgiyantoro, 2005:66) menyatakan bahwa penilaian sastra
anak haruslah dipahami dalam kaitannya dengan tujuan pemilihan bacaan bagi
anak sesuai dengan perkembangan kediriannya. Setelah selesai membaca sebuah
bacaan cerita, adakalanya anak menceritakan isi cerita dan menunjukkan sikap
atau reaksinya terhadap cerita itu. Atau, jika anak tidak memberikan tanggapan,
kitalah yang memancing atau meminta tanggapan atau komentar anak tentang
cerita yang baru saja dibacanya. Komentar itu misalnya berupa kata-kata:
menyenangkan, menyedihkan, kasihan tokoh cerita yang malang itu,tokoh jahat
itu akhirnya ketahuan juga, untunglah ada orang lain yang dapat membantu, dan
lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa tanggapan anak lebih bersifat emosional.

3.3.1 Alur Cerita

36

Universitas Sumatera Utara

Alur merupakan aspek pertama utama yang harus dipertimbangkan karena
aspek inilah yang pertama-tama menentukan menarik tidaknya cerita dan
memiliki kekuatan untuk mengajak anak secara total untuk mengikuti cerita
(Saxby dalam Nurgiyantoro, 2005:68).
Dalam bacaan sastra anak sesuatu yang dikisahkan itu tentulah berkaitan
dengan dunia anak dan atau bagaimana anak memandang sesuatu tersebut.
Artinya, dalam sebuah alur cerita mesti ada konflik, konflik yang mampu
menyulut ketegangan, rasa ingin tahu, rasa penasaran bagaimana kelanjutan dan
kisah.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai alur cerita.

َ ‫َ َع َج حي‬

‫َن م َ ه َي يل َ ل َ ل‬

َ ‫َ ل يش َع‬
َ

‫هَس‬

‫ه َ ل َل‬

‫ف ت ه َن‬

‫ي َ ه َأبيضَ ف َب‬

/fauttajaha naẓruhumā ila lawni ar-rīsyi ‘ala ẓahri na’āmatin wahuwa yaṣīlu ila
as-sawādu wa ‘ala janāḥayhā wa żaylahā wahuwa abyaḍu wa fi ba‘ḍihi
sawādun/”tertujulahَ pandanganَ merekaَ kepadaَ warnaَ buluَ diatasَ punggungَ
burung unta yang memiki warna asli kegelapan, sayap dan ekornya putih dan
sebagiannya lagi hitam. (halaman 70, baris ke-11).
Dari penggalan cerita diatas, didapati konflik dari pandangan mereka yaitu
rasa ingin tahu, mengapa warna bulu, sayap dan ekor bisa seperti itu. Dengan
kejadian itu, bisa saja anak memandangnya juga ikut ingin tahu mengenai warna
bulu, sayap dan ekor si burung unta.

3.3.2 Penokohan

Istilah penokohan dapat menunjuk pada tokoh dan perwatakan tokoh. Tokoh
adalah pelaku cerita lewat berbagai aksi yang dilakukan dan peristiwa serta aksi
tokoh lain yang ditimpakan kepadanya. Dalam bacaan cerita anak tokoh dapat

37

Universitas Sumatera Utara

berupa manusia, bintang, atau makhluk dan objek yang lain seperti makhluk halus
(peri, hantu) dan tetumbuhan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai penokohan.

‫َ َج له‬

‫ث َب ك َ ل‬

‫َي‬

‫َي عَ ل‬

‫ك َح‬

/kāna ḥasānu yasma‘u an-nāsa yataḥaddaṡūna biżikri al-marju wa jamālihi/
’hasan mendengar orang berbicara tanah lapang dan keindahannya. (halaman 68,
baris ke-1).

‫َ ل لَ ل ئ‬

‫َأك َ ل ي َ َي ي َ ل‬

‫َ ل م َي َح‬. ‫ف َ ل ل‬

/faqāla al-wālidu an-na’āmatu yā hassānu akbaru aṭ-ṭuyūri wa yusammīhā al‘arabu al-jamalu aṭ-ṭā’ira/ “maka berkata ayah, Ya Hasan, An-na’āmatuَ lebihَ
besar dari unggas dan orang Arab menamainya burung unta.(halaman 69, baris ke12).
Dari kedua penggalan cerita di atas, didapati bahwa tokoh dalam cerita ada 2
tokoh, yaitu Hasan dan Ayah
Berikut ini juga adalah penggalan cerita ‫م‬

‫ ل‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai penokohan.

‫يعَ ل ي‬

‫مَف لَي‬

‫َ"ي َأبتَ َه َ ل ئ َك ي َ ل‬

‫ق َح‬

/qāla ḥassana yā abati anna hażā aṭ-ṭāira kabīrun al-jismi fahal yastaṭī‘u aṭṭayarāna/” berkataَpulalahَHasan:َ”Iniَadalahَjenisَburungَyangَbesar,َapakahَdiaَ
bisaَterbang”?. (halaman 69, baris ke-10)

َ

‫َف ن‬

‫َ ل َن م َأج تَف ج لَ ل لَم‬

‫َ َي يى َب‬

‫ك َ ل ل َي‬

ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ ‫ل ل ه َ ل ص‬
/kāna al-wālidu yataḥaddaṡu wa yusyīru bi‘aṣāhu ilā na‘āmatin ajfalat faajfala
al-kullu ma‘ahā fantahaza al-wālidu hażihi al-furṣati/‘̒ Ayah bercerita dan
menunjukkan tongkatnya ke arah Burung Unta sambil berlari,lalu lari pula semua
38

Universitas Sumatera Utara

Burung Unta bersamanya,kemudian Ayah menggunakan kesempatan ini.
(halaman 71, baris ke-2).

‫م‬

‫َمنَغ يبَأم َ ل م َأن َت عَم َك ي َغي َق ب َل‬

/inna min garībi amri an-na‘āmati annahā tabtali‘u mawādda kaṡīratan gayra
qābilatin lilhaḍmi/sungguh aneh pekerjaan burung unta, dia menelan bahan yang
banyak kecuali yang tidak bisa dicernanya. (halaman 72, baris ke-2).
Dari beberapa penggalan cerita di atas, didapati bahwa Hasan sering bertanya
kepada sang Ayah, ini menunjukkan bahwa Hasan memliki watak yang ingin
tahu, selanjutnya watak sang Ayah yaitu bercerita ataupun membagi
pengetahuannya. Sedangkan si burung unta memiliki watak yang aneh. Ini bisa
membuat anak selaku pembaca membangun dunianya.

3.3.3 Tema dan Moral

Secara umum dapat dikatakan bahwa tema selalu berkaitan dengan masalahmasalah kehidupan, dan itu bersifat universal. Tema akan selalu berkaitan dengan
persoalan kemanusiaan seperti cinta, cinta kepada orang tua, anak, sesama,
kekasih, atau bahkan binatang dan lingkungan, percaya diri, harga diri, rasa takut,
maut, dan lain-lain. Tema mana atau apa yang dipilih oleh pengarang, bersifat
subjektif, dan itu sering ada kaitannya dengan moral yang ingin disampaikan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai tema dan moral.
َ

‫ه َ َج‬

‫ب َأأم َب نَ ل م َ َن‬

‫َي‬

‫ََ ٍ َ ل‬

/inna al-‘araba yaḍribūna al-amṡāla bijubni an-na’āmati wa nufūrihā wa
jahlihā/“sesungguhnyaَorang-orang arab memberi contoh burung unta itu seperti
penakut, pembenci, dan bodoh”.َẒhalamanَ71,َbarisَke-4).
39

Universitas Sumatera Utara

Dariَ penggalanَ ceritaَ diatas,َ memilikiَ temaَ “burungَ untaَ ituَ penakut,َ
pembenci, dan ketidaktahuan”.َ Moralَ yangَ didapatiَ adalahَ “janganlahَ sepertiَ
burung unta yang penakut karena penakut akan membuat anak menjadi orang
yang menyusahkan orang lain, pembenci karena jika pembenci akan menjadikan
anak tidak memiliki teman, dan ketidaktahuan karena apabila anak tidak tahu apa
apa akan membuat anak menjadi tidak bisa apa-apa.

3.3.4 Latar

Sebuah cerita memerlukan kejelasan kejadian mengenai dimana terjadi dan
kapan waktu kejadiannya untuk memudahkan pengimajian dan pemahamannya.
Hal itu berarti bahwa sebuah cerita memerlukan latar, latar tempat kejadian, latar
waktu, dan latar sosial budaya masyarakat tempat kisah terjadi. Jika latar yang
dijadikan pijakan sudah dikenal pembaca, terutama latar tempat, hal itu akan
semakin melibatkan anak ke dalam cerita karena merasa seolah-olah dirinya
merupakan bagian dari cerita.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai latar.

َ

‫ح َ صاَ ل َ ل‬

/ḥatta waṣalā ila al-marji/“sehingga mereka sampai ke tanah lapang”. (halaman
69, baris ke-5).

‫قتَس‬

َ ‫ف َي َمنَأي َش َي ي َج‬

/wafi yawmin min ayyāmi syahri yanāwira ṣafā jawwuhu warāqat sama’uhu/
“Suatu hari di bulan Januari, langit menunjukkan aura yangَbersih”.َẒhalamanَ68,َ
baris ke-6).

‫َلي‬

‫َق‬

‫ه َ ل َم‬

/wa żahabā ila maḥaṭṭati qanṭarati al-laymūn/ “lalu mereka berdua pergi ke
stasiunَJembatanَLemon”.َẒhalamanَ69,َbarisَpertamaẓ.
40

Universitas Sumatera Utara

‫َ ل ل َم ف َ ه َف َ ل‬

‫س‬

/istamarra al-wālidu masāfatan wahuwa fī al-qiṭāri/ “Ayahَ melanjutkanَ
perjalanan di kereta. (halaman 73, baris ke-7).

‫بغَل‬

/balagā al-manzila/ “sampailahَ merekaَ berduaَ dirumah.َ Ẓhalamanَ 73,َ barisَ ke14).
Dari penggalan cerita diatas, didapati latar tempat yaitu tanah lapang, stasiun
jembatan laimun dan rumah dan latar waktu yaitu bulan Januari. Hal itu bisa saja
melibatkan anak kedalam cerita karena merasa seolah-olah dirinya merupakan
bagian dari cerita.

3.3.5 Stile

Stile berkaitan dengan bahasa yang dipergunakana dalam sastra. Jadi, ia
termasuk dalam kategori bentuk, yaitu bentuk atau sarana yang dipergunakan
unsur mengekspresikan gagasan. Aspek stile menentukan mudah atau sulitnya
cerita dipahami, menarik atau tidaknya cerita yang dikisahkan, dan karenanya
juga mempengaruhi efek keindahan yang ingin dicapai. Dalam sastra anak stile
menjadi lebih penting justru karena anak belum mampu memahami bahsa yang
kompleks, sementara mereka memerlukan bacaan cerita sebagai salah satu sarana
memperoleh hiburan.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai stile.

...َ

‫َمنَ ل‬

‫َح‬

‫َف‬...

/faṭariba ḥassānu mina al-manẓari/ maka Hasan senanglah dengan pemandangan
itu. (halaman 69, baris ke-6).
Dari penggalan cerita diatas, didapati stile yang menarik dan juga sederhana.
Dengan bahasa seperti diatas membuat anak mudah untuk memahami cerita.
41

Universitas Sumatera Utara

3.3.6 Ilustrasi

Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra
anak. Hampir semua sastra anak dari berbagai genre pada umumnya disertai
gambar-gambar ilustrasi yang menarik. Ilustrasi dalam sastra anak dapat berupa
gambar, lukisan, foto. Reproduksi gambar, dan lain-lain yang kehadirannya
sengaja dimaksudkan untuk memperkuat dan mengkonkretkan apa yang
dikisahkan secara verbal.
Berikut ini adalah penggalan cerita

‫ ل م‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ

mengenai ilustrasi.

42

Universitas Sumatera Utara

Dalam cerita ‫م‬

‫ ل‬/anna’āmatu/”Burungَ Unta”َ memilikiَ gambar-gambar

dalam ceritanya, yaitu gambar burung unta itu sendiri.

3.3.7 Format

Format bacaan memegang peran penting untuk memotivasi anak untuk
membaca sebuah buku bacaan cerita walau format itu sendiri bukan bagian dari
cerita. Yang termasuk bagian format buku adalah bentuk, ukuran, desain sampul,
desain halaman, ilustrasi (gambar binatang), ukuran huruf, jumlah halaman,
kualitas keras dan penjilidan.

43

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pengkajian terhadap karya sastra seperti pengkajian terhadap karya fiksi
berarti penelaahan, penyelidikan atau mengkaji, dengan menyelidiki karya fiksi
tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur- unsur pembentuk karya
sastra, khususnya fiksi, pada umumnya disebut sebagai upaya menganalisis.
Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak, yang dapat di lihat dan di pahami sesuai jiwa anak-anak. Bahasa yang
digunakan dalam sastra anak adalah bahasa yang dipahami oleh anak, yaitu
44

Universitas Sumatera Utara

bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman mereka. Ceritaَ

‫ النعامة‬/anna’āmatu/ merupakan fabel yang amat sesuai di golongkan pada sastra
anak.
Cerita anak yang berbahasa Arab berjudul ‫ النعامة‬/anna’āmatu/ burung unta
ini setelah penulis teliti mengandung kontribusi berupa nilai personal dan nilai
pendidikan. Pada nilai personal terdiri dari perkembangan emosional, yaitu tokohtokoh cerita akan bertingkah laku baik secara verbal maupun nonverbal yang
menunjukkan sikap emosionalnya, seperti ekspresi gembira, sedih, takut, terharu,
simpati dan empati, benci dan dendam, memaafkan, dan lain-lain, perkembangan
intelektual yaitu lewat bacaan yang dihadapinya itu aspek intelektual anak ikut
aktif, ikut berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang
bersangkutan, perkembangan imajinasi yaitu imajinasi anak dibawa berpetualang
ke berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi tetap berada di
tempat, dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang dapat menarik seluruh kedirian
anak, perkembangan rasa sosial yaitu bacaan cerita mendemonstrasikan
bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesama dan lingkungan, dan pertumbuhan
rasa etis dan religius yaitu Sikap dan perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada
anak, lewat cerita ibu (pencerita) atau membaca sendiri jika sudah bisa, dapat
dipandang sebagai salah satu cara penanaman nilai-nilai sosial, moral, etika dan
religius kepada anak. Sementara pada nilai pendidikan terdiri dari eksplorasi dan
penemuan yaitu dalam penjelajahan secara imajinatif anak dibawa dan dikritiskan
untuk mampu melakukan penemuan-penemuan dan atau prediksi bagaimana
solusi yang ditawarkan, perkembangan bahasa yaitu bacaan sastra untuk anak
yang baik antara lain adalah yang tingkat kesulitan berbahasanya masih dalam
jangkauan anak, pengembangan nilai keindahan yaitu keindahan dalam genre fiksi
antara lain dicapai lewat penyajian cerita yang menarik, bersuspense tinggi, dan
diungkap lewat bahasa yang tepat, penanaman wawasan multicultural yaitu anak
dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok sosial dari berbagai
belahan dunia, penanaman kebiasaan membaca yaitu sastra dapat memotivasi
anak untuk mau membaca. Cerita ini juga mengandung penilaian sastra anak
berupa: alur cerita yaitu alur merupakan aspek pertama utama yang harus
45

Universitas Sumatera Utara

dipertimbangkan karena aspek inilah yang pertama-tama menentukan menarik
tidaknya cerita, penokohan yaitu istilah penokohan dapat menunjuk pada tokoh
dan perwatakan tokoh, tema dan moral yaitu tema mana atau apa yang dipilih oleh
pengarang, bersifat subjektif, dan itu sering ada kaitannya dengan moral yang
ingin disampaikan, latar yaitu sebuah cerita memerlukan kejelasan kejadian
mengenai dimana terjadi dan kapan waktu kejadiannya untuk memudahkan
pengimajian dan pemahamannya, stile yaitu berkaitan dengan bahasa yang
dipergunakan dalam sastra, ia termasuk dalam kategori bentuk, yaitu bentuk atau
sarana yang dipergunakan unsur mengekspresikan gagasan, ilustrasi yaitu gambargambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak dan format yaitu bagian
format buku adalah bentuk, ukuran, desain sampul, desain halaman, ilustrasi,
ukuran huruf, jumlah halaman, kualitas keras dan penjilidan.
.

4.2 Saran

Peneliti menyarankan agar peneliti-peneliti berikutnya yang mengkaji tentang
sastra anak, baik dari segi apapun, harus lebih baik lagi dari penelitian yang telah
ada. Pengkajian tentang sastra anak bisa dilakukan pada banyak objek antara lain:
cerita, puisi, lagu, gambar, yang sesuai dengan minat anak-anak.
Peneliti mengharapkan pada peneletian yang berikutnya agar lebih berfariasi
memilih judul yang diteliti karena memilih objek kajian akan lebih menarik untuk
dibahas. Menentukan judul pembahasan merupakan upaya awal untuk
mempermudah penulisan skripsi.

46

Universitas Sumatera Utara