Sense of Place pada Ruang Publik Kawasan Perumahan Terencana di Kota Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Ruang Publik
Pada umunya, ruang publik merupakan suatu ruang terbuka yang dapat
mendukung kebutuhan manusia akan tempat-tempat berkumpul dan wadah untuk
berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama.
Menurut Rustam Hakim (1987), ruang publik merupakan suatau wadah
yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara
individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat
tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.
2.1.1 Pembagian ruang publik
Berdasarkan Carmona et.al (2003), Ruang publik dapat dibagi
menurut tipe, yaitu:
1.
External public space. Ruang publik jenis ini biasanya berbentuk ruang
luar yang dapat diakses oleh semua orang (publik) seperti taman kota,
alun-alun, jalur pejalan kaki, dan lain sebagainya.
2.
Internal public space. Ruang publik jenis ini berupa fasilitas umum yang
dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas tanpa ada
batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, rumah sakit dan pusat
pelayanan warga lainnya.
5
Universitas Sumatera Utara
6
3.
External and internal “quasi” public space. Ruang publik jenis ini
berupa fasilitas umum yang biasanya dikelola oleh sektor privat dan ada
batasan atau aturan yang harus dipatuhi warga, seperti mall, diskotik,
restoran dan lain sebagainya.
Berdasarkan fungsinya, ruang publik dapat dibagi menjadi beberapa jenis
(Carmona, et al : 2008, p.62), antara lain :
1.
Positive space. Ruang ini berupa ruang publik yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif dan biasanya dikelola oleh
pemerintah. Bentuk dari ruang ini antara lain ruang alami/semi alami,
ruang publik dan ruang terbuka publik.
2.
Negative space. Ruang ini berupa ruang publik yang tidak dapat
dimanfaatkan bagi kegiatan publik secara optimal karena memiliki fungsi
yang tidak sesuai dengan kenyamanan dan keamanan aktivitas sosial serta
kondisinya yang tidak dikelola dengan baik. Bentuk dari ruang ini antara
lain ruang pergerakan, ruang servis dan ruang-ruang yang ditinggalkan
karena kurang baiknya proses perencanaan.
3.
Ambiguous space. Ruang ini adalah ruang yang dipergunakan untuk
aktivitas peralihan dari kegiatan utama warga yang biasanya berbentuk
seperti ruang bersantai di pertokoan, café, rumah peribadatan, ruang
rekreasi, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
7
4.
Private space. Ruang ini berupa ruang yang dimiliki secara privat oleh
warga yang biasanya berbentuk ruang terbuka privat, halaman rumah dan
ruang di dalam bangunan.
2.2.
Definisi Ruang Terbuka
Seperti yang tertulis di PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 05/PRT/M/2008 , Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau
wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk
area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka non hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras
maupun yang berupa badan air.
Menurut Eko Budihardjo (1998), ruang terbuka memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut :
1.
Fungsi umum :
Universitas Sumatera Utara
8
Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat
komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu
Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan
udara segar dari alam.
Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain.
2.
gunan.
Fungsi ekologis :
Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir,
memelihara ekosistem tertentu.
2.3.
Pelembut arsitektur bangunan.
Definisi sense of place
Sense of Place dapat diartikan menjadi perasaan manusia yang timbul
terhadap suatu ruang ketika berada di dalamnya dan sebaliknya. Sense of place
diartikan sebagai ikatan emosional antara tempat dengan manusia. Tempat adalah
posisi tertentu dengan komponennya seperti atribut fisik atau karakteritik lokasi,
makna, persepsi dan aspek psikologi adalah hal yang penting untuk menciptakan
sense of place, oleh karena itu sense of place adalah sebuah konsekuensi dari
hubungan timbal balik antara manusia dengan tempat tinggalnya. Dari sini terlihat
sebuah kecenderungan manusia untuk lebih menyukai suatu tempat tertentu
dimana mereka merasa nyaman dan aman, biasanya cenderung kepada lingkungan
dimana mereka lahir (Rostamzadeh dkk (2012)).
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Axford dan Hockings (2005), sense of place adalah gabungan
antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam perasaan dan persepsi, konsep yang
kaya
akan
penyatuan
bagaimana
individu
menyadari,
mengalami dan mengungkapkan arti terhadap sebuah tempat, dalam sense of place
terdapat perasaan, persepsi, sikap dan perilaku seseorang terhadap sebuah tempat.
Kaltenborn (1998) mengatakan bahwa sense of place merupakan sesuatu
yang melebih suatu ide, yang secara struktur didefinisikan dengan baik, dan
berusahan untuk menjalankannya pada penelitian empiris.
Menurut para ahli, sense of place memiliki hubungan yang kuat dengan
beberapa
variabel
seperti
komunitas,
rasa
memiliki,
karakter
tempat,
kekeluargaan, dan rasa kualitas hidup. Hal ini mengusulkan bahwan hubungan ini
dapat digunakan sebagai dasar mengukur dimensi ruang.
Pada dasarnaya, hubungan manusia dengan tempat terjadi pada tiga
dimensi, yaitu kognitif, perilaku dan emosional (Tabel 2.1.)
Tabel 2.1 Interaksi antar Manusia dan Tempat
Jenis hubungan
Kognitif
Interaksi antar
manusia dan
tempat
Perilaku
Emosional
Detail hubugan
Komponen tempat
Persepsi umum untuk
dapat mengerti geometri
ruang dan orientasi
Persepsi tentang
kemampuan ruang untuk
memenuhi kebutuhan
Persepsi tentang kepuasan
dan keterikatan terhadap
suatu tempat
Bentuk
Fungsi
Arti
Sumber: Between sense and attachment: Comparing the concepts of place in
architectural studies, 2013
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Shamai (1991), terdapat lima skala yang menunjukkan sense of
place , dengan seorang individu yaitu:
1.
Skala pengertian dimana suatu tempat dapat membuat suatu perbedaan
terasa.
2.
Skala tujuan dari suatu tempat.
3.
Skala kelangsungan individu dalam menyatu dengan suatu tempat.
4.
Skala berada di suatu tempat dimana berkaitan dengan perilaku individu
yang ada di tempat tersebut.
5. Skala pengorbanan yang menunjukan tingkat tertinggi dalam sense of
place yang berasal dari komitmen terbesar seorang individu.
2.4. Faktor-Faktor Sense of Place
Terdapat 3 buah konsep berbeda yang berhubungan satu sama lain yang
termasuk di dalam konsep sense of place yang menyeluruh, atau makna atau
kesan yang diberikan oleh individu atau suatu komunitas terhadap suatu ruang,
yang diusulkan untuk memahami hubungan antara manusia dengan ruang, yaitu
identity (identitas), attachment (keterikatan) dan dependence (ketergantungan).
(Jogernsen dan Stedman, 2001).
1.
Place Identity (Identitas tempat)
Identitas ruang berfokus pada hubungan antar konsep diri dengan ruang.
Suatu konsep yang kongitif dari identitas ruang lebih mengacu pada identifikasi
manusua terhadap ruang. Menurut Twigger-Ross dan Uzzell (1996), identitas
Universitas Sumatera Utara
11
lingkungan atau kota menyampaikan arti kebersamaan sosial tentang seorang
individu dan menyoroti karateristik khusus atau kualitas yang berbagi dengan
yang lain di suatu area. Menurut Proshansky (1978, p.155), identitas tempat
melibatkan dimensi diri yang menjelaskan identitas pribadi individu terhadap
hubungan dengan lingkungan fisik dengan pola ide yang disengaja dan tidak
disengaja, kepercayaan, pilihan, perasaan, nilai, tujuan dan kecenderungan
perilaku,, dan kemampuan yang bersangkutan pada lingkungan.
2.
Place Attachment (Keterikatan terhadap tempat)
Menurut Altman dan Low (1992), place Attachment diartikan sebagai
suatu ikatan yang positif antara individu dengan ruang. Place Attachment, secara
umum juga dipercayai akan dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi individu
dengan lingkungannya dan individu di lingkungan tersebut. Keterikatan atau
hubungan emosional terhadap ruang terjadi pada tingkat individu dan komunitas.
Pada tingkat individu, arti keterikatan dihubungkan dengan perilaku individu,
kognitif
individu,
dan
pengalaman
emosional
dengan
dan
di
dalam
lingkungannya. Untuk tingkat komunitas, dihubungkan dengan rasa keterikatan,
atau rasa menjadi bagian dari lingkungan atau komunitas, dan rasa mendalam, aau
keterikatan di dalam komunitas olahraga.
Keterikatan ini bisa memberikan
identitas pribadi dan kelompok, suatu rasa aman dan nyaman, dan dapat
membantu dalam mengembangkan rasa berkomunitas.
Universitas Sumatera Utara
12
3.
Place Dependence (ketergantungan terhadap tempat)
Place dependence atau kekuatan yang dirasakan individu dalam
berasosiasi dengan lingkungan mereka, dihubungkan dengan seberapa bagus
ruang dalam membantu mencapai tujuan mereka, meskipun ketergantungan bisa
membatasi kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Menurut Stokols dan
Shumaker (1981, p. 457) place dependence didefinisikan sebagai kekuatan yang
dirasakan oleh pengguna antara diri sendiri dengan tempat-tempat yang spesifik.
Namun, tidak semua individu dapat merasakan sense of place. Penelitian
baru-baru ini menunjukkan hubungan emosional manusia dengan ruang-ruang
dapat berbeda-beda. Sejumlah orang, seperti wisatawan atau pengembara, tidak
dapat mengidentifikasi, atau terikat ke ruang apapun, termasuk rumah atau tempat
tinggal (Guilani,1991). Demikian hal ini, ruang-ruang adalah sumber dari, bukan
hanya pengaruh positif dan rasa memiliki, tetapi juga menghasilkan perasaan
netral atau negatif.
2.5.
Klasifikasi skala Sense of Place
Relph (1976) menyatakan bahwa dia mengembangkan beberapa metode
penggolongan sense of place. Dalam merasakan suatu tempat digunakan tujuh
tingkat yang berbeda mengenai kekeluaran dan kedalaman. Selain itu,
pengasingan, tuna wisma, rasa tidak menjadi bagian dari sesuatu, rasa menjadi
bagian dari sesuatu, dan identitas lengkap juga cara dalam menggolongkan sense
of place. Tiap cara yang berbeda dalam menggolongkan sense of place dapat
dilihat sebagai tingkat yang berbeda dalam skala ordinal; dimulai dari tingkat
Universitas Sumatera Utara
13
yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dalam menggolongkan sense of
place.
Menurut Shamai (1991), terdapat emapt skala klasisfikasi sense of place,
yaitu:
1.
Tidak memiliki sense of place,
2.
Mengetahui suatu tempat,
3.
Merasa menjadi bagian dari suatu tempat,
4.
Terikat pada suatu tempat.
Berdasarkan hal di atas, sense of place terjadi dalam tiga fase, yaitu
pertama; fase merasa menjadi bagian dari suatu tempat, kedua; terikat pada suatu
tempat, dan ketiga; komitmen pada suatu tempat.
Universitas Sumatera Utara
14
2.6.
Penelitian yang sudah dilakukan
Berikut merupakn tabel yang berisi penelitian yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan sense of place, dimana dari tabel
ini diambil variabel serta indikator yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2.2 Penelitian yang sudah dilakukan
JUDUL JURNAL,
AUTHOR,TAHUN
THE ROLE OF
ENVIRONMENTAL
PERCEPTIONS IN SENSE
OF PLACE;
CASE STUDIES OF
NEIGHBORHOODS IN
PHOENIX, ARIZONA,
Caroline Lobo, 2004
VARIABEL
INDIKATOR
Attachment,
Identity,
Dependence
METODA
PENELITIAN
Metode
kuantitatif dan
kualitatif
Dukungan sosial dan komunitas sangat penting
dalam menyatukan penghuni yang ada di dalam
perumahan terencana.
Dukungan sosial
Sense of Place among Atlanta
Public Housing Residents,
Griff Tester, Erin Ruel,
Angela Anderson, Donald C.
Reitzes,
and
Deirdre
Oakley,2011
HASIL
PENELITIAN
Sense of place dipengaruhi oleh tiga faktor
penting, yaitu Attachment, Identity, Dependence
Kriminalitas
Attachment
Gangguan dalam Sosial
Metode
kuantitatif
Keinginan untuk
merenovasi/berpindah
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 2.2, sambungan
JUDUL JURNAL,
AUTHOR,TAHUN
Urban neighbourhoods
and intergroup relations:
The importance ofplace
identity, Fatima Bernardo,
Jose-Manuel PalmaOliveira,2016
The Notion of Place, Place
Meaning and Identity
inUrban Regeneration,
Norsidah Ujang, Khalilah
Zakariya,2015
VARIABEL
INDIKATOR
METODA
PENELITIAN
Akses menuju ruang
publik
Metode
kuantitatif
Identity
Kepuasan terhadap
ruang publik
Dependence
Kualitas lingkungan
Metode
Kualitatif
HASIL
PENELITIAN
Studi lapangan ini bertujuan untuk
mengeksplorasi apakah pendekatan identitas
sosial merupakan konsep penting dalam
mempelajari hubungan antara lingkungan
dalam konteks perkotaan. Hal ini juga dapat
berdampak pada jalan kita berpikir, merasa
dan bertindak. Dalam hal ini, lingkungan
tempat tinggal dapat berkontribusi untuk diri
sendiri
dan
dikembangkan
melalui
perbandingan lingkungan sendiri dengan lain
yang relevan lingkungan.
Menurut
Smaldone
(2005),
Place
Dependence berasal dari pertimbangan
seseorang dari dua hal: (a) kualitas tempat
saat ini dan (b) kualitas tempat pengganti lain
yang sebanding dengan tempat saat ini. Ini
menyangkut fungsional dan aspek utilitas
dari tempat tersebut. Ini terhubung dengan
kualitas fungsional dari unsur-unsur fisik dan
kegiatan yang berbeda dari tempat lain, yang
merupakan pusat untuk kualitas desain
perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
16
2.7.
Kerangka Teori
Sense of place pada suatu ruang publik dapat terjadi dipengaruhi dua
faktor,yaitu faktor sense of place dan jenis ruang publik.
Sense of Place
Faktor Sense of
Place
Dependence
Attachment
Identity
Ruang Publik
Ruang Terbuka
Jalan Primer
Fasilitas Perumahan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Ruang Publik
Pada umunya, ruang publik merupakan suatu ruang terbuka yang dapat
mendukung kebutuhan manusia akan tempat-tempat berkumpul dan wadah untuk
berinteraksi dengan manusia dalam melakukan aktivitas bersama.
Menurut Rustam Hakim (1987), ruang publik merupakan suatau wadah
yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara
individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat
tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.
2.1.1 Pembagian ruang publik
Berdasarkan Carmona et.al (2003), Ruang publik dapat dibagi
menurut tipe, yaitu:
1.
External public space. Ruang publik jenis ini biasanya berbentuk ruang
luar yang dapat diakses oleh semua orang (publik) seperti taman kota,
alun-alun, jalur pejalan kaki, dan lain sebagainya.
2.
Internal public space. Ruang publik jenis ini berupa fasilitas umum yang
dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas tanpa ada
batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, rumah sakit dan pusat
pelayanan warga lainnya.
5
Universitas Sumatera Utara
6
3.
External and internal “quasi” public space. Ruang publik jenis ini
berupa fasilitas umum yang biasanya dikelola oleh sektor privat dan ada
batasan atau aturan yang harus dipatuhi warga, seperti mall, diskotik,
restoran dan lain sebagainya.
Berdasarkan fungsinya, ruang publik dapat dibagi menjadi beberapa jenis
(Carmona, et al : 2008, p.62), antara lain :
1.
Positive space. Ruang ini berupa ruang publik yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif dan biasanya dikelola oleh
pemerintah. Bentuk dari ruang ini antara lain ruang alami/semi alami,
ruang publik dan ruang terbuka publik.
2.
Negative space. Ruang ini berupa ruang publik yang tidak dapat
dimanfaatkan bagi kegiatan publik secara optimal karena memiliki fungsi
yang tidak sesuai dengan kenyamanan dan keamanan aktivitas sosial serta
kondisinya yang tidak dikelola dengan baik. Bentuk dari ruang ini antara
lain ruang pergerakan, ruang servis dan ruang-ruang yang ditinggalkan
karena kurang baiknya proses perencanaan.
3.
Ambiguous space. Ruang ini adalah ruang yang dipergunakan untuk
aktivitas peralihan dari kegiatan utama warga yang biasanya berbentuk
seperti ruang bersantai di pertokoan, café, rumah peribadatan, ruang
rekreasi, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
7
4.
Private space. Ruang ini berupa ruang yang dimiliki secara privat oleh
warga yang biasanya berbentuk ruang terbuka privat, halaman rumah dan
ruang di dalam bangunan.
2.2.
Definisi Ruang Terbuka
Seperti yang tertulis di PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 05/PRT/M/2008 , Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau
wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk
area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang
pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan
ruang terbuka non hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan
yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras
maupun yang berupa badan air.
Menurut Eko Budihardjo (1998), ruang terbuka memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut :
1.
Fungsi umum :
Universitas Sumatera Utara
8
Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat
komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu
Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan
udara segar dari alam.
Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain.
2.
gunan.
Fungsi ekologis :
Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir,
memelihara ekosistem tertentu.
2.3.
Pelembut arsitektur bangunan.
Definisi sense of place
Sense of Place dapat diartikan menjadi perasaan manusia yang timbul
terhadap suatu ruang ketika berada di dalamnya dan sebaliknya. Sense of place
diartikan sebagai ikatan emosional antara tempat dengan manusia. Tempat adalah
posisi tertentu dengan komponennya seperti atribut fisik atau karakteritik lokasi,
makna, persepsi dan aspek psikologi adalah hal yang penting untuk menciptakan
sense of place, oleh karena itu sense of place adalah sebuah konsekuensi dari
hubungan timbal balik antara manusia dengan tempat tinggalnya. Dari sini terlihat
sebuah kecenderungan manusia untuk lebih menyukai suatu tempat tertentu
dimana mereka merasa nyaman dan aman, biasanya cenderung kepada lingkungan
dimana mereka lahir (Rostamzadeh dkk (2012)).
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Axford dan Hockings (2005), sense of place adalah gabungan
antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam perasaan dan persepsi, konsep yang
kaya
akan
penyatuan
bagaimana
individu
menyadari,
mengalami dan mengungkapkan arti terhadap sebuah tempat, dalam sense of place
terdapat perasaan, persepsi, sikap dan perilaku seseorang terhadap sebuah tempat.
Kaltenborn (1998) mengatakan bahwa sense of place merupakan sesuatu
yang melebih suatu ide, yang secara struktur didefinisikan dengan baik, dan
berusahan untuk menjalankannya pada penelitian empiris.
Menurut para ahli, sense of place memiliki hubungan yang kuat dengan
beberapa
variabel
seperti
komunitas,
rasa
memiliki,
karakter
tempat,
kekeluargaan, dan rasa kualitas hidup. Hal ini mengusulkan bahwan hubungan ini
dapat digunakan sebagai dasar mengukur dimensi ruang.
Pada dasarnaya, hubungan manusia dengan tempat terjadi pada tiga
dimensi, yaitu kognitif, perilaku dan emosional (Tabel 2.1.)
Tabel 2.1 Interaksi antar Manusia dan Tempat
Jenis hubungan
Kognitif
Interaksi antar
manusia dan
tempat
Perilaku
Emosional
Detail hubugan
Komponen tempat
Persepsi umum untuk
dapat mengerti geometri
ruang dan orientasi
Persepsi tentang
kemampuan ruang untuk
memenuhi kebutuhan
Persepsi tentang kepuasan
dan keterikatan terhadap
suatu tempat
Bentuk
Fungsi
Arti
Sumber: Between sense and attachment: Comparing the concepts of place in
architectural studies, 2013
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Shamai (1991), terdapat lima skala yang menunjukkan sense of
place , dengan seorang individu yaitu:
1.
Skala pengertian dimana suatu tempat dapat membuat suatu perbedaan
terasa.
2.
Skala tujuan dari suatu tempat.
3.
Skala kelangsungan individu dalam menyatu dengan suatu tempat.
4.
Skala berada di suatu tempat dimana berkaitan dengan perilaku individu
yang ada di tempat tersebut.
5. Skala pengorbanan yang menunjukan tingkat tertinggi dalam sense of
place yang berasal dari komitmen terbesar seorang individu.
2.4. Faktor-Faktor Sense of Place
Terdapat 3 buah konsep berbeda yang berhubungan satu sama lain yang
termasuk di dalam konsep sense of place yang menyeluruh, atau makna atau
kesan yang diberikan oleh individu atau suatu komunitas terhadap suatu ruang,
yang diusulkan untuk memahami hubungan antara manusia dengan ruang, yaitu
identity (identitas), attachment (keterikatan) dan dependence (ketergantungan).
(Jogernsen dan Stedman, 2001).
1.
Place Identity (Identitas tempat)
Identitas ruang berfokus pada hubungan antar konsep diri dengan ruang.
Suatu konsep yang kongitif dari identitas ruang lebih mengacu pada identifikasi
manusua terhadap ruang. Menurut Twigger-Ross dan Uzzell (1996), identitas
Universitas Sumatera Utara
11
lingkungan atau kota menyampaikan arti kebersamaan sosial tentang seorang
individu dan menyoroti karateristik khusus atau kualitas yang berbagi dengan
yang lain di suatu area. Menurut Proshansky (1978, p.155), identitas tempat
melibatkan dimensi diri yang menjelaskan identitas pribadi individu terhadap
hubungan dengan lingkungan fisik dengan pola ide yang disengaja dan tidak
disengaja, kepercayaan, pilihan, perasaan, nilai, tujuan dan kecenderungan
perilaku,, dan kemampuan yang bersangkutan pada lingkungan.
2.
Place Attachment (Keterikatan terhadap tempat)
Menurut Altman dan Low (1992), place Attachment diartikan sebagai
suatu ikatan yang positif antara individu dengan ruang. Place Attachment, secara
umum juga dipercayai akan dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi individu
dengan lingkungannya dan individu di lingkungan tersebut. Keterikatan atau
hubungan emosional terhadap ruang terjadi pada tingkat individu dan komunitas.
Pada tingkat individu, arti keterikatan dihubungkan dengan perilaku individu,
kognitif
individu,
dan
pengalaman
emosional
dengan
dan
di
dalam
lingkungannya. Untuk tingkat komunitas, dihubungkan dengan rasa keterikatan,
atau rasa menjadi bagian dari lingkungan atau komunitas, dan rasa mendalam, aau
keterikatan di dalam komunitas olahraga.
Keterikatan ini bisa memberikan
identitas pribadi dan kelompok, suatu rasa aman dan nyaman, dan dapat
membantu dalam mengembangkan rasa berkomunitas.
Universitas Sumatera Utara
12
3.
Place Dependence (ketergantungan terhadap tempat)
Place dependence atau kekuatan yang dirasakan individu dalam
berasosiasi dengan lingkungan mereka, dihubungkan dengan seberapa bagus
ruang dalam membantu mencapai tujuan mereka, meskipun ketergantungan bisa
membatasi kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Menurut Stokols dan
Shumaker (1981, p. 457) place dependence didefinisikan sebagai kekuatan yang
dirasakan oleh pengguna antara diri sendiri dengan tempat-tempat yang spesifik.
Namun, tidak semua individu dapat merasakan sense of place. Penelitian
baru-baru ini menunjukkan hubungan emosional manusia dengan ruang-ruang
dapat berbeda-beda. Sejumlah orang, seperti wisatawan atau pengembara, tidak
dapat mengidentifikasi, atau terikat ke ruang apapun, termasuk rumah atau tempat
tinggal (Guilani,1991). Demikian hal ini, ruang-ruang adalah sumber dari, bukan
hanya pengaruh positif dan rasa memiliki, tetapi juga menghasilkan perasaan
netral atau negatif.
2.5.
Klasifikasi skala Sense of Place
Relph (1976) menyatakan bahwa dia mengembangkan beberapa metode
penggolongan sense of place. Dalam merasakan suatu tempat digunakan tujuh
tingkat yang berbeda mengenai kekeluaran dan kedalaman. Selain itu,
pengasingan, tuna wisma, rasa tidak menjadi bagian dari sesuatu, rasa menjadi
bagian dari sesuatu, dan identitas lengkap juga cara dalam menggolongkan sense
of place. Tiap cara yang berbeda dalam menggolongkan sense of place dapat
dilihat sebagai tingkat yang berbeda dalam skala ordinal; dimulai dari tingkat
Universitas Sumatera Utara
13
yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dalam menggolongkan sense of
place.
Menurut Shamai (1991), terdapat emapt skala klasisfikasi sense of place,
yaitu:
1.
Tidak memiliki sense of place,
2.
Mengetahui suatu tempat,
3.
Merasa menjadi bagian dari suatu tempat,
4.
Terikat pada suatu tempat.
Berdasarkan hal di atas, sense of place terjadi dalam tiga fase, yaitu
pertama; fase merasa menjadi bagian dari suatu tempat, kedua; terikat pada suatu
tempat, dan ketiga; komitmen pada suatu tempat.
Universitas Sumatera Utara
14
2.6.
Penelitian yang sudah dilakukan
Berikut merupakn tabel yang berisi penelitian yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan sense of place, dimana dari tabel
ini diambil variabel serta indikator yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2.2 Penelitian yang sudah dilakukan
JUDUL JURNAL,
AUTHOR,TAHUN
THE ROLE OF
ENVIRONMENTAL
PERCEPTIONS IN SENSE
OF PLACE;
CASE STUDIES OF
NEIGHBORHOODS IN
PHOENIX, ARIZONA,
Caroline Lobo, 2004
VARIABEL
INDIKATOR
Attachment,
Identity,
Dependence
METODA
PENELITIAN
Metode
kuantitatif dan
kualitatif
Dukungan sosial dan komunitas sangat penting
dalam menyatukan penghuni yang ada di dalam
perumahan terencana.
Dukungan sosial
Sense of Place among Atlanta
Public Housing Residents,
Griff Tester, Erin Ruel,
Angela Anderson, Donald C.
Reitzes,
and
Deirdre
Oakley,2011
HASIL
PENELITIAN
Sense of place dipengaruhi oleh tiga faktor
penting, yaitu Attachment, Identity, Dependence
Kriminalitas
Attachment
Gangguan dalam Sosial
Metode
kuantitatif
Keinginan untuk
merenovasi/berpindah
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 2.2, sambungan
JUDUL JURNAL,
AUTHOR,TAHUN
Urban neighbourhoods
and intergroup relations:
The importance ofplace
identity, Fatima Bernardo,
Jose-Manuel PalmaOliveira,2016
The Notion of Place, Place
Meaning and Identity
inUrban Regeneration,
Norsidah Ujang, Khalilah
Zakariya,2015
VARIABEL
INDIKATOR
METODA
PENELITIAN
Akses menuju ruang
publik
Metode
kuantitatif
Identity
Kepuasan terhadap
ruang publik
Dependence
Kualitas lingkungan
Metode
Kualitatif
HASIL
PENELITIAN
Studi lapangan ini bertujuan untuk
mengeksplorasi apakah pendekatan identitas
sosial merupakan konsep penting dalam
mempelajari hubungan antara lingkungan
dalam konteks perkotaan. Hal ini juga dapat
berdampak pada jalan kita berpikir, merasa
dan bertindak. Dalam hal ini, lingkungan
tempat tinggal dapat berkontribusi untuk diri
sendiri
dan
dikembangkan
melalui
perbandingan lingkungan sendiri dengan lain
yang relevan lingkungan.
Menurut
Smaldone
(2005),
Place
Dependence berasal dari pertimbangan
seseorang dari dua hal: (a) kualitas tempat
saat ini dan (b) kualitas tempat pengganti lain
yang sebanding dengan tempat saat ini. Ini
menyangkut fungsional dan aspek utilitas
dari tempat tersebut. Ini terhubung dengan
kualitas fungsional dari unsur-unsur fisik dan
kegiatan yang berbeda dari tempat lain, yang
merupakan pusat untuk kualitas desain
perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
16
2.7.
Kerangka Teori
Sense of place pada suatu ruang publik dapat terjadi dipengaruhi dua
faktor,yaitu faktor sense of place dan jenis ruang publik.
Sense of Place
Faktor Sense of
Place
Dependence
Attachment
Identity
Ruang Publik
Ruang Terbuka
Jalan Primer
Fasilitas Perumahan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara