Analisis Simulasi Termal Pada Transmisi Daihatsu Taft Hiline Dengan Fea Chapter III V
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam konteks proses analisis termal pada transmisi kendaraan untuk
mendapatkan suhu dan total heatflux yang terjadi. Maka dilakukan proses
simulasi dengan menggunakan software. Untuk itu, hal pertama yang dilakukan
adalah mendesain parameter yang akan dianalisis.
3.1 Desain Parameter Analisis
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka hal pertama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi parameter input, parameter output, faktor yang
tidak dapat dikendalikan, faktor yang dapat dikendalikan, dan parameter desain
yang mengendalikan hubungan antara parameter input dan output.
Proses timbulnya panas pada sistem transmisi kendaraan adalah karena
adanya putaran, putaran inilah yang menghasilkan gesekan pada antar gigi.
Namun pada transmisi kendaraan ini tidak selalu menggunakan energi mekanik,
akan tetapi juga bisa menghasilkan energi panas meskipun nilainya sangat kecil.
Oleh karena itu, maka saat penggunaan transmisi ini akan menerima panas yang
disebabkan oleh besaran putaran input, koefisien konveksi karena adanya aliran
fluida diantara gigi dan casing transmisi, dan juga input suhu awal transmisi.
Sehingga hasil yang didapatkan adalah total deformasi, suhu akhir dan juga total
heatflux. Semua hasil yang didapatkan di kelompokkan dalam paramter output.
Sedangkan untuk faktor yang dapat dikendalikan dapat dimasukkan dimensi roda
gigi, dimensi bantalan, dimensi poros, rasio roda gigi, kontak antar roda gigi, dan
material bahan transmisi. Dan untuk faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah
pembebanan secara otomatis dan gesekan. Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat
pada gambar 3.1 yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
Angular
velocity (�)
Suhu awal (Ti)
Suhu radiasi
(Tr)
Koef. konveksi
(hc)
input
Faktor yang dikendalikan:
Dimensi roda gigi, poros, dan
bantalan
Rasio roda gigi (i)
Kontak antar roda gigi (�)
Material bahan
-
-
- Permodelan CAD
- FEM
- FEA
Total
deformasi
(mm)
Suhu akhir
(To)
Total
heatflux (�)
output
Faktor yang tidak dapat dikendalikan: pembebanan,
dan gesekan
Gambar 3.1 DOA
3.1.1 Komponen dan fungsi
Tabel komponen dan fungsi menunjukkan bagian detail yang akan dibahas
untuk dilakukan analisis, hal ini mencakup komponen apa saja yang diteliti,
fungsi dari komponen dalam sistem, perubahan fenomena fisik yang dialami
komponen, parameter yang ditinjau dalam komponen serta menetapkan rumus
empirik yang digunakan dalam membahas perubahan parameter yang dialami
komponen.
Komponen yang akan dibahas hanya mencakup bagian dari transmisi
dikarenakan penelitian perpindahan panas yang akan dianalisis hanya pada sistem
transmisi. Komponen transmisi ini dipilih menjadi acuan karena pada transmisi ini
terjadi putaran dan gesekan yang terjadi pada antar gigi sehingga menimbulkan
panas, meskipun nilainya sangat kecil. Dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Komponen dan fungsi
Komponen
Fungsi komponen
Fenomena
Rumus
Parameter
utama yang
perubahan
empirik
diukur
diteliti
fisik
Ruang
Memindahkan tenaga Perubahan
Transmisi
gerak mesin ke roda
suhu
Total
= . �.
yang
deformasi
dan total heatflux
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Tabel data pengukuran
Tabel ini berisi hal atau parameter yang akan diteliti dalam penelitian dan
hasil yang akan didapat dalam eksperimen. Tabel ini merupakan rangkuman
mengenai parameter apa saja yang digunakan atau diteliti dari eksperimen. Dapat
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Tabel Data Pengukuran
Parameter input
Parameter output
Angular
Suhu
Koef.
Suhu
Total
Suhu
Total
velocity
awal
konveksi
radiasi
deformasi
akhir
heatflux
( rad/s)
(⁰C)
(W/mm2K)
(⁰C)
(mm)
(⁰C)
(W/mm2)
3.2 Kelengkapan penelitian
Pada subbab ini akan dibahas tentang beberapa kelengkapan yang
digunakan selama melakukan penelitian.
3.2.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan di Medan, Universitas Sumatera Utara, tepatnya di
gedung Magister Teknik Mesin selama 3 bulan dari bulan Maret sampai dengan
bulan Mei 2016.
3.2.2 Alat, objek dan bahan
Berikut ini akan diuraikan alat, bahan dan objek yang digunakan dalam
melakukan pengujian, yaitu sebagai berikut:
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah laptop, dan
perangkat lunak (untuk CAD dan FEA).
2. Objek
Objek yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah sebuah
transmisi, dengan komponen roda gigi, bantalan, poros, casing, dll. Berikut ini
akan ditampilkan gambar objek yang dapat dilihat pada gambar 3.2 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Objek
3. Bahan
Bahan material yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah
sebagai berikut:
a) Pada casing digunakan bahan gray cast iron.
b) Pada bantalan digunanakan bahan bearing steel.
c) Pada roda gigi digunakan bahan mild steel.
d) Pada poros digunakan bahan mild steel.
3.3 Proses Pembuatan Desain Benda Kerja
Proses desain benda kerja menggunakan bantuan dari perangkat lunak
berupa CAD. Proses desain diawali dengan mengukur dimensi dari komponen
benda kerja, berupa: poros input, poros output, bearing, roda gigi dan juga ruang
(casing). Selanjutnya dilakukan penggambaran komponen benda kerja berupa
poros input, poros output, dan ruang. Sedangkan untuk roda gigi dan bearing
menggunakan bantuan dari aplikasi perangkat lunak yang digunakan dengan
meberikan dimensi yang diinginkan.
Setelah selesai menggambar, proses selanjutnya adalah penggabungan
komponen transmisi. Pada proses penggabungan ini dilakukan penguncian pada
bagian depan, atas, dan kanan agar sistem dapat diputar tetapi tidak berpindah
posisi.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Analisis Simulasi Termal Pada Transmisi
Untuk melakukan simulasi pada transmisi, maka digunakan perangkat
lunak dalam mendesain gambar CAD, selanjutnya dilakukan proses mesh. Proses
mesh ini sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan. Setelah selesai melakukan
proses mesh kemudian dimasukkan ke FEA untuk dinalisis berdasarkan analisa
termal. Berikut ini adalah tahapannya:
1. Menentukan bahan material
Proses penentuan material merupakan salah satu hal yang penting untuk
mendapatkan hasil. Karena kekuatan setiap material berbeda-beda. Untuk
pengujian ini digunakan bahan :
(a)
Gray cast iron untuk ruang transmisi.
Dengan konduktivitas termal sebesar: 52 W/m.K
(b)
Bearing steel untuk bantalan
Dengan konduktivitas termal sebesar: 40 W/m.K
(c)
Mild steel untuk poros dan roda gigi.
Dengan konduktivitas termal sebesar: 60,5 W/m.K
2. Memasukkan desain CAD yang telah dibuat
Desain CAD yang sudah selesai dibuat dimasukkan ke bagian proses mesh
untuk dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
3. Proses mesh
Proses mesh berfungsi untuk membagi komponen menjadi beberapa
elemen. Dan setiap hubungan pada elemen – elemen ini yang disebut dengan
node. Semakin rapat dan halus pada hasil mesh, maka semakin akurat hasil yang
didapatkan.
4. FEA
Proses
FEA
merupakan
proses
terakhir
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan hasil dari proses sebelumnya. Proses FEA ini adalah tempat untuk
meletakkan suhu dan kemudian menyelesaikannya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini akan ditampilkan bagan diagram alir yang dapat dilihat pada
gambar 3.3 yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.3 Diagram Alir
Universitas Sumatera Utara
3.5 Tahapan Pengujian
Berikut ini akan diuraikan beberapa tahapan pengujian yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1. Pembuatan gambar teknik gearbox.
2. Penginputan jenis material dari gearbox.
3. Lakukan mesh pada semua komponen gearbox.
4. Pengecekan mesh pada semua komponen gearbox, jika tidak cocok dilakukan
mesh kembali.
5. Peletakan titik konstrain.
6. Dilakukan pengujian
7. Dilakukan pengujian sebanyak 7 kali.
8. Dicatat hasil pengujian sebanyak 7 kali.
3.6 Jadwal Penelitian
Berikut ini akan dijabarkan jadwal penelitian mulai dari awal sampai
dengan berakhirnya penyusunan laporan, yang dapat dilihat pada tabel 3.3 yaitu:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.7 Biaya Penelitian
Biaya yang dikeluarkan pada bagian simulasi adalah bongkar pasang
transmisi untuk penggambaran CAD transmisi. Berikut ini akan dijabarkan biayabiaya keseluruhan eksperimental dan simulasi dalam yang dapat dilihat pada tabel
3.4 yaitu:
Tabel 3.4 Biaya Penelitian
No Jenis pengeluaran
Jumlah
-
Biaya
1
Bongkar pasang transmisi
Rp 1.200.000
2
Solar
73 Liter
Rp 400.000
3
Bearing
12 buah
Rp 587.500
4
Karet tongkat persneling
1 buah
Rp 10.000
5
Seal persneling tengah
1 buah
Rp 17.500
6
Seal persneling depan/ belakang
2 buah
Rp 25.000
7
Karet transfer gear
1 buah
Rp 2.000
8
Kain klos
1 buah
Rp 265.000
9
Karet penahan gearbox
1 buah
Rp 27.500
10
Karet penahan bantu
1 buah
Rp 25.000
11
Packing transmisi
1 set
Rp 75.000
12
Needle roller gigi 5
1 buah
Rp 20.000
13
Seal as klos
1 Buah
Rp 25.000
14
Lahar klos
1 Buah
Rp 150.000
15
Karet tongkat bantu
1 buah
Rp 10.000
16
Lem gasket
1 buah
Rp 20.000
17
Kit tongkat bantu
1 buah
Rp 5.000
18
Packing knalpot
1 buah
Rp 2.000
19
Oli transmisi (SAE 90)
5 Liter
Rp 175.000
Total
Rp3.041.500
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Membangun Analisa Desain
Dalam membangun analisa desain, terdapat parameter input dan parameter
output. Adapun parameter- parameter tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Tabel DoA
Komponen
Transmisi
Parameter
Input
Output
Angular velocity (rad/s)
Suhu akhir (ºC)
Suhu awal (ºC)
Radiasi (ºC)
Koef. konveksi ( W/mm2K)
Total heat flux (W/mm2)
4.2 Pembuatan Desain Benda Kerja
Proses desain benda kerja menggunakan bantuan dari perangkat lunak
berupa CAD. Proses desain diawali dengan mengukur dimensi dari komponen
benda kerja, berupa: poros input, poros output, bearing, roda gigi dan juga ruang
(casing). Selanjutnya dilakukan penggambaran komponen benda kerja berupa
poros input, poros output, dan ruang. Sedangkan untuk roda gigi dan bearing
menggunakan bantuan dari aplikasi perangkat lunak yang digunakan dengan
meberikan dimensi yang diinginkan.
(a)
(b)
Universitas Sumatera Utara
(c)
(d)
Gambar 4.1 Komponen transmisi; (a) poros, (b) ruang transmisi, (c) roda gigi,
(d) bantalan
Setelah selesai menggambar, proses selanjutnya adalah penggabungan
komponen transmisi. Pada proses penggabungan ini dilakukan penguncian pada
bagian depan, atas, dan kanan agar sistem dapat diputar tetapi tidak berpindah
posisi. Yang mana hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.2:
Gambar 4.2 CAD Transmisi
4.3 Proses Penginputan Material
Proses penginputan material sangat mempengaruhi hasil simulasi, karena
konduktivitas termal setiap material berbeda – beda. Semakin tinggi nilai
konduktivitas termal suatu material maka nilai dari laju perpindahan panas pada
material tersebut akan semakin tinggi. Jadi pada penelitian ini, penulis
menggunakan material gray cast iron pada bagian casing, material mild steel
untuk poros input, poros output dan roda gigi. Sedangkan pada bantalan
digunakan material bearing steel. Berikut ini nilai konduktivitas termal material
tersebut:
Universitas Sumatera Utara
1. Gray cast iron
Gray cast iron memiliki konduktivitas termal sebesar 52 W/mK. Dimana
spesifikasi ini merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh perangkat lunak
(Sumber: Ansys 15.0).
2. Bearing steel
Bearing steel memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 40 W/mK.
Dimana nilai spesifikasi ini merupakan nilai penelusuran dari website (Sumber :
AHR Internasional).
3. Mild steel
Mild steel memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 60,5 W/mK.
Dimana nilai spesifikasi ini merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh perangkat
lunak (Sumber: Ansys 15.0).
4.4 Simulasi Termal Pada Transmisi
Untuk melakukan simulasi termal pada transmisi, maka digunakan
perangkat lunak dalam mendesain gambar CAD, yang sudah dijelaskan pada
subbab sebelumnya. Langkah selanjutnya dilakukan proses mesh. Hasil Mesh ini
yang sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan. Setelah selesai melakukan
proses mesh kemudian diimport ke FEA untuk dinalisis laju perpindahan panas
per satuan luas ruang transmisi.
4.4.1 Proses mesh
Dalam melakukan proses mesh menggunakan sistem automesh dihasilkan
tipe mesh bentuk tri dikarenakan bentuk geometri yang rumit. Dalam proses mesh
tipe kotak tidak dapat berhasil dikarenakan relevansi antar komponen yang tinggi
maka secara otomatis tipe mesh disesuaikan dengan desain benda kerja sehingga
menghasilkan tipe mesh tri. Kemampuan perangkat lunak dalam melakukan
proses mesh tipe quad memiliki keterbatasan ruang dalam proses mesh sehingga
tidak dapat memenuhi ruang yang ada pada geometri. Sedangkan mesh tipe tri
lebih fleksibel dalam menyesuaikan bentuk geometri dan ketepatan yang lebih
akurat dibandingkan tipe quad.
Dalam penelitian ini proses mesh yang digunakan yaitu sistem automesh.
Dikarenakan sistem automesh memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bentuk
mesh terhadap model.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perangkat lunak terdapat jenis proses mesh yaitu body sizing, face
sizing, dan automesh. Body sizing merupakan proses mesh secara keseluruhan
pada model. Face sizing merupakan proses mesh tiap – tiap permukaan dari
model. Face sizing memiliki kelebihan dalam proses mesh yaitu lebih fleksibel
dibandingkan dengan body sizing. Karena pada proses face sizing, mesh yang
dihasilkan menyesuaikan dengan benda kerja, sedangkan body sizing tidak dapat
menyesuaikan dengan pola dari benda kerja.
Mesh yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan sistem
automesh. Hasil dari automesh yaitu bentuk mesh segitiga. Dapat dilihat pada
gambar 4.3, hasil mesh dari model gearbox.
Gambar 4.3 Hasil Mesh
4.4.2 Proses pemasukan data
Pada bagian analisis termal, peneliti memasukkan data berupa suhu,
konveksi dan radiasi untuk mendapatkan total heatflux yang terjadi pada ruang
transmisi. Penginputan suhu, karena menurut asumsi dari si penulis bahwa pada
ruang transmisi tetap memiliki panas meskipun nilainya kecil. Penginputan
konveksi, karena pada sebagian ruang transmisi terdapat oli (fluida) yang melapisi
poros, roda gigi dan bantalan sehingga pada ruang transmisi terjadi aliran
konveksi. Sedangkan untuk radiasi, karena pada bagian ruang transmisi
(khususnya pada bagian atas) tidak terisi penuh dengan fluida sehingga terdapat
sedikit ruang untuk udara maka terjadi proses radiasi. Berikut ini akan
ditampilkan beberapa input yang dapat dilihat pada gambar 4.4 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.4 Proses Pembebanan; (a) transmisi, (b) casing, (c) roda gigi dan
bantalan
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.4 dapat dilihat proses pemasukkan input yang dilakukan,
yaitu pada gambar bagian a dapat dilihat proses pemasukkan data pada
keseluruhan komponen pada ruang transmisi. Pada bagian luar casing, peneliti
memberikan suhu sebesar 40oC. Pada bagian penutup casing peneliti memberikan
suhu radiasi sebesar 22oC, karena pada bagian ruang transmisi bagian atas tidak
ada oli melainkan akan ada gas yang bersikulasi sehingga diberikan radiasi. Pada
gambar b, peneliti memberikan suhu pada bagian lubang bantalan dan bagian
dalam casing. Bagian lubang bantalan diberikan suhu yang berbeda tergantung
pada besarnya lubang bantalannya. Hal ini terjadi karena semakin besar luas
permukaan bantalan maka suhunya akan semakin rendah. Sehingga peneliti
memberikan suhu pada lubang bantalan yang kecil sebesar 20oC dimana nilai ini
sama dengan suhu pada bagian dalam ruang transmisi, untuk lubang paling besar
diberikan suhu 17oC. Sedangkan selebihnya 18oC dan 19oC. Pada gambar c dapat
dilihat pemasukkan data pada bagian roda gigi dan pada bantalan. Pada bagian
roda gigi, diberikan suhu sebesar 35oC. Sedangkan pada bagian bantalan suhunya
sudah diberikan pada lubang bantalan yaitu nilainya yang bervariasi dari 17oC –
20oC. Dan untuk bagian koef. konveksinya diberikan nilai sebesar 0,00006
W/mm2.oC. Nilai ini merupakan data dari tabel 2.3.
4.4.3 Proses penyelesaian
Setelah
selesai
melakukan
proses
penginputan
kondisi,
langkah
selanjutnya adalah proses penyelesaian. Proses penyelesaian sepenuhnya
dilakukan oleh perangkat lunak, sehingga penulis hanya mendapatkan hasil.
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan dan setelah
perbaikan:
Universitas Sumatera Utara
A. Sebelum perbaikan
1. Gigi netral
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi netral yaitu:
a) Putaran 600 rpm.
Gambar 4.5 Gigi Netral 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm.
Gambar 4.6 Gigi Netral 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
Universitas Sumatera Utara
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
c) Putaran 1500 rpm.
Gambar 4.7 Gigi Netral 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putran 2000 rpm.
Gambar 4.8 Gigi Netral 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
2. Gigi 1
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 1 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.9 Gigi 1 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.10 Gigi 1 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.11 Gigi 1 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.12 Gigi 1 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
3. Gigi 2
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 2 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.13 Gigi 2 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.14 Gigi 2 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.15 Gigi 2 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.16 Gigi 2 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
4. Gigi 3
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 3 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.17 Gigi 3 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.18 Gigi 3 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.19 Gigi 3 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.20 Gigi 3 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
5. Gigi 4
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 4 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.21 Gigi 4 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.22 Gigi 4 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.23 Gigi 4 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.24 Gigi 4 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
6. Gigi 5
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 5 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.25 Gigi 5 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.26 Gigi 5 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.27 Gigi 5 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.28 Gigi 5 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
7. Gigi R
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi mundur yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.29 Gigi R 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.30 Gigi R 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.31 Gigi R 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.32 Gigi R 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Setelah selesai melakukan simulasi pada saat sebelum servis, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa putaran tidak mempengaruhi perubahan suhu yang
terjadi pada ruang transmisi. Dan selanjutnya akan diuraikan hasil simulasi setelah
dilakukan perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
B. Setelah perbaikan
1. Gigi netral
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi netral yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.33 Gigi Netral 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.34 Gigi Netral 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.35 Gigi Netral 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.36 Gigi Netral 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
2. Gigi 1
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 1 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.37 Gigi 1 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.38 Gigi 1 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.39 Gigi 1 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.40 Gigi 1 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
3. Gigi 2
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 2 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.41 Gigi 2 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.42 Gigi 2 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.43 Gigi 2 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.44 Gigi 2 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
4. Gigi 3
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 3 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.45 Gigi 3 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.46 Gigi 3 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.47 Gigi 3 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.48 Gigi 3 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
5. Gigi 4
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 4 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.49 Gigi 4 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.50 Gigi 4 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.51 Gigi 4 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.52 Gigi 4 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
6. Gigi 5
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 5 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.53 Gigi 5 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.54 Gigi 5 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.55 Gigi 5 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.56 Gigi 5 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
7. Gigi R
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi mundur yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.57 Gigi R 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.58 Gigi R 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.59 Gigi R 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.60 Gigi R 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
4.5 Hasil Perbandingan Simulasi
Berikut ini akan ditampilkan grafik dari total heatflux yang terjadi pada
transmisi sebelum dan setelah perbaikan. Tetapi hasil perbandingan ini dilihat dari
nilai total heatflux maksimum yang terjadi pada bantalan.
Universitas Sumatera Utara
2
3 ᴓ( W/mm )
2,6281 2,6457 2,648
2,6259 2,648
2,3198
2,5
2
2,648
Heatflux vs Gigi
transmisi
1,8897
2,141 2,1554 2,1572
2,1392 2,1572 2,1572
sebelum servis
1,5
setelah servis
1
0,5
0
n
1
2
3
4
5
R
gigi transmisi
Gambar 4.61 Grafik Total Heatflux
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan suhu. Sebelum
perbaikan, suhu ruang transmisi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu setelah
perbaikan. Jika dilihat pada bagian bantalan, perubahan suhu bantalan pada gigi 3
akan lebih rendah jika dibandingkan dengan gigi lainnya. Penginputan suhu
dilakukan berdasarkan referensi dari hasil eksperimental.
4.6 Hasil Perbandingan Eksperimen dan Simulasi
Hasil validasi ini akan menguraikan perubahan suhu yang terjadi pada
bagian casing transmisi, dimana penelitian ini dilakukan secara eksperimen dan
membandingkannya dengan hasil yang dilakukan secara simulasi. Berikut
penguraiannya:
4.6.1 Hasil perbandingan eksperimen dan simulasi sebelum perbaikan
Berikut ini akan ditampilkan hasil eksperimen dan simulasi sebelum
terjadi perbaikan dimana total heatflux yang terjadi pada bagian luar casing adalah
0,1 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08 W/mm2K pada titik 2. Dimana peletakan titik 1
dan 2 merupakan referensi dari eksperimen. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
4.62, 4.63, 4.64, 4.65, 4.66, 4.67, 4.68 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
T (oC)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
74
Suhu vs Waktu
50
titik 1 simulasi
63
titik 2 simulasi
44
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
t (s)
Gambar 4.62 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-1
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 04 April 2016 pukul 21.37 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
80
T (oC)
75
Suhu vs Waktu
70
60
52
67
titik 1 simulasi
50
40
titik 2 simulasi
48
30
titik 1 eksperimen
20
titik 2 eksperimen
10
0
t (s)
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.63 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-2
Universitas Sumatera Utara
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 04 April 2016 pukul 20.54 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
T (oC)
58
Suhu vs Waktu
titik 1 simulasi
61
39
titik 2 simulasi
37
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
t (s)
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.64 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-3
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 05 April 2016 pukul 09.45 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
Universitas Sumatera Utara
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
100
T (oC)
78
Suhu vs Waktu
80
59
40
titik 1 simulasi
81
60
titik 2 simulasi
57
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
20
t (s)
0
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.65 Grafik perbandingan eksperimen dan simulasi hari ke-4
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 05 April 2016 pukul 11.30 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian ten
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam konteks proses analisis termal pada transmisi kendaraan untuk
mendapatkan suhu dan total heatflux yang terjadi. Maka dilakukan proses
simulasi dengan menggunakan software. Untuk itu, hal pertama yang dilakukan
adalah mendesain parameter yang akan dianalisis.
3.1 Desain Parameter Analisis
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka hal pertama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi parameter input, parameter output, faktor yang
tidak dapat dikendalikan, faktor yang dapat dikendalikan, dan parameter desain
yang mengendalikan hubungan antara parameter input dan output.
Proses timbulnya panas pada sistem transmisi kendaraan adalah karena
adanya putaran, putaran inilah yang menghasilkan gesekan pada antar gigi.
Namun pada transmisi kendaraan ini tidak selalu menggunakan energi mekanik,
akan tetapi juga bisa menghasilkan energi panas meskipun nilainya sangat kecil.
Oleh karena itu, maka saat penggunaan transmisi ini akan menerima panas yang
disebabkan oleh besaran putaran input, koefisien konveksi karena adanya aliran
fluida diantara gigi dan casing transmisi, dan juga input suhu awal transmisi.
Sehingga hasil yang didapatkan adalah total deformasi, suhu akhir dan juga total
heatflux. Semua hasil yang didapatkan di kelompokkan dalam paramter output.
Sedangkan untuk faktor yang dapat dikendalikan dapat dimasukkan dimensi roda
gigi, dimensi bantalan, dimensi poros, rasio roda gigi, kontak antar roda gigi, dan
material bahan transmisi. Dan untuk faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah
pembebanan secara otomatis dan gesekan. Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat
pada gambar 3.1 yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
Angular
velocity (�)
Suhu awal (Ti)
Suhu radiasi
(Tr)
Koef. konveksi
(hc)
input
Faktor yang dikendalikan:
Dimensi roda gigi, poros, dan
bantalan
Rasio roda gigi (i)
Kontak antar roda gigi (�)
Material bahan
-
-
- Permodelan CAD
- FEM
- FEA
Total
deformasi
(mm)
Suhu akhir
(To)
Total
heatflux (�)
output
Faktor yang tidak dapat dikendalikan: pembebanan,
dan gesekan
Gambar 3.1 DOA
3.1.1 Komponen dan fungsi
Tabel komponen dan fungsi menunjukkan bagian detail yang akan dibahas
untuk dilakukan analisis, hal ini mencakup komponen apa saja yang diteliti,
fungsi dari komponen dalam sistem, perubahan fenomena fisik yang dialami
komponen, parameter yang ditinjau dalam komponen serta menetapkan rumus
empirik yang digunakan dalam membahas perubahan parameter yang dialami
komponen.
Komponen yang akan dibahas hanya mencakup bagian dari transmisi
dikarenakan penelitian perpindahan panas yang akan dianalisis hanya pada sistem
transmisi. Komponen transmisi ini dipilih menjadi acuan karena pada transmisi ini
terjadi putaran dan gesekan yang terjadi pada antar gigi sehingga menimbulkan
panas, meskipun nilainya sangat kecil. Dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Komponen dan fungsi
Komponen
Fungsi komponen
Fenomena
Rumus
Parameter
utama yang
perubahan
empirik
diukur
diteliti
fisik
Ruang
Memindahkan tenaga Perubahan
Transmisi
gerak mesin ke roda
suhu
Total
= . �.
yang
deformasi
dan total heatflux
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Tabel data pengukuran
Tabel ini berisi hal atau parameter yang akan diteliti dalam penelitian dan
hasil yang akan didapat dalam eksperimen. Tabel ini merupakan rangkuman
mengenai parameter apa saja yang digunakan atau diteliti dari eksperimen. Dapat
dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Tabel Data Pengukuran
Parameter input
Parameter output
Angular
Suhu
Koef.
Suhu
Total
Suhu
Total
velocity
awal
konveksi
radiasi
deformasi
akhir
heatflux
( rad/s)
(⁰C)
(W/mm2K)
(⁰C)
(mm)
(⁰C)
(W/mm2)
3.2 Kelengkapan penelitian
Pada subbab ini akan dibahas tentang beberapa kelengkapan yang
digunakan selama melakukan penelitian.
3.2.1 Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan di Medan, Universitas Sumatera Utara, tepatnya di
gedung Magister Teknik Mesin selama 3 bulan dari bulan Maret sampai dengan
bulan Mei 2016.
3.2.2 Alat, objek dan bahan
Berikut ini akan diuraikan alat, bahan dan objek yang digunakan dalam
melakukan pengujian, yaitu sebagai berikut:
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah laptop, dan
perangkat lunak (untuk CAD dan FEA).
2. Objek
Objek yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah sebuah
transmisi, dengan komponen roda gigi, bantalan, poros, casing, dll. Berikut ini
akan ditampilkan gambar objek yang dapat dilihat pada gambar 3.2 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 Objek
3. Bahan
Bahan material yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah
sebagai berikut:
a) Pada casing digunakan bahan gray cast iron.
b) Pada bantalan digunanakan bahan bearing steel.
c) Pada roda gigi digunakan bahan mild steel.
d) Pada poros digunakan bahan mild steel.
3.3 Proses Pembuatan Desain Benda Kerja
Proses desain benda kerja menggunakan bantuan dari perangkat lunak
berupa CAD. Proses desain diawali dengan mengukur dimensi dari komponen
benda kerja, berupa: poros input, poros output, bearing, roda gigi dan juga ruang
(casing). Selanjutnya dilakukan penggambaran komponen benda kerja berupa
poros input, poros output, dan ruang. Sedangkan untuk roda gigi dan bearing
menggunakan bantuan dari aplikasi perangkat lunak yang digunakan dengan
meberikan dimensi yang diinginkan.
Setelah selesai menggambar, proses selanjutnya adalah penggabungan
komponen transmisi. Pada proses penggabungan ini dilakukan penguncian pada
bagian depan, atas, dan kanan agar sistem dapat diputar tetapi tidak berpindah
posisi.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Analisis Simulasi Termal Pada Transmisi
Untuk melakukan simulasi pada transmisi, maka digunakan perangkat
lunak dalam mendesain gambar CAD, selanjutnya dilakukan proses mesh. Proses
mesh ini sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan. Setelah selesai melakukan
proses mesh kemudian dimasukkan ke FEA untuk dinalisis berdasarkan analisa
termal. Berikut ini adalah tahapannya:
1. Menentukan bahan material
Proses penentuan material merupakan salah satu hal yang penting untuk
mendapatkan hasil. Karena kekuatan setiap material berbeda-beda. Untuk
pengujian ini digunakan bahan :
(a)
Gray cast iron untuk ruang transmisi.
Dengan konduktivitas termal sebesar: 52 W/m.K
(b)
Bearing steel untuk bantalan
Dengan konduktivitas termal sebesar: 40 W/m.K
(c)
Mild steel untuk poros dan roda gigi.
Dengan konduktivitas termal sebesar: 60,5 W/m.K
2. Memasukkan desain CAD yang telah dibuat
Desain CAD yang sudah selesai dibuat dimasukkan ke bagian proses mesh
untuk dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
3. Proses mesh
Proses mesh berfungsi untuk membagi komponen menjadi beberapa
elemen. Dan setiap hubungan pada elemen – elemen ini yang disebut dengan
node. Semakin rapat dan halus pada hasil mesh, maka semakin akurat hasil yang
didapatkan.
4. FEA
Proses
FEA
merupakan
proses
terakhir
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan hasil dari proses sebelumnya. Proses FEA ini adalah tempat untuk
meletakkan suhu dan kemudian menyelesaikannya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini akan ditampilkan bagan diagram alir yang dapat dilihat pada
gambar 3.3 yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.3 Diagram Alir
Universitas Sumatera Utara
3.5 Tahapan Pengujian
Berikut ini akan diuraikan beberapa tahapan pengujian yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
1. Pembuatan gambar teknik gearbox.
2. Penginputan jenis material dari gearbox.
3. Lakukan mesh pada semua komponen gearbox.
4. Pengecekan mesh pada semua komponen gearbox, jika tidak cocok dilakukan
mesh kembali.
5. Peletakan titik konstrain.
6. Dilakukan pengujian
7. Dilakukan pengujian sebanyak 7 kali.
8. Dicatat hasil pengujian sebanyak 7 kali.
3.6 Jadwal Penelitian
Berikut ini akan dijabarkan jadwal penelitian mulai dari awal sampai
dengan berakhirnya penyusunan laporan, yang dapat dilihat pada tabel 3.3 yaitu:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.7 Biaya Penelitian
Biaya yang dikeluarkan pada bagian simulasi adalah bongkar pasang
transmisi untuk penggambaran CAD transmisi. Berikut ini akan dijabarkan biayabiaya keseluruhan eksperimental dan simulasi dalam yang dapat dilihat pada tabel
3.4 yaitu:
Tabel 3.4 Biaya Penelitian
No Jenis pengeluaran
Jumlah
-
Biaya
1
Bongkar pasang transmisi
Rp 1.200.000
2
Solar
73 Liter
Rp 400.000
3
Bearing
12 buah
Rp 587.500
4
Karet tongkat persneling
1 buah
Rp 10.000
5
Seal persneling tengah
1 buah
Rp 17.500
6
Seal persneling depan/ belakang
2 buah
Rp 25.000
7
Karet transfer gear
1 buah
Rp 2.000
8
Kain klos
1 buah
Rp 265.000
9
Karet penahan gearbox
1 buah
Rp 27.500
10
Karet penahan bantu
1 buah
Rp 25.000
11
Packing transmisi
1 set
Rp 75.000
12
Needle roller gigi 5
1 buah
Rp 20.000
13
Seal as klos
1 Buah
Rp 25.000
14
Lahar klos
1 Buah
Rp 150.000
15
Karet tongkat bantu
1 buah
Rp 10.000
16
Lem gasket
1 buah
Rp 20.000
17
Kit tongkat bantu
1 buah
Rp 5.000
18
Packing knalpot
1 buah
Rp 2.000
19
Oli transmisi (SAE 90)
5 Liter
Rp 175.000
Total
Rp3.041.500
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Membangun Analisa Desain
Dalam membangun analisa desain, terdapat parameter input dan parameter
output. Adapun parameter- parameter tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Tabel DoA
Komponen
Transmisi
Parameter
Input
Output
Angular velocity (rad/s)
Suhu akhir (ºC)
Suhu awal (ºC)
Radiasi (ºC)
Koef. konveksi ( W/mm2K)
Total heat flux (W/mm2)
4.2 Pembuatan Desain Benda Kerja
Proses desain benda kerja menggunakan bantuan dari perangkat lunak
berupa CAD. Proses desain diawali dengan mengukur dimensi dari komponen
benda kerja, berupa: poros input, poros output, bearing, roda gigi dan juga ruang
(casing). Selanjutnya dilakukan penggambaran komponen benda kerja berupa
poros input, poros output, dan ruang. Sedangkan untuk roda gigi dan bearing
menggunakan bantuan dari aplikasi perangkat lunak yang digunakan dengan
meberikan dimensi yang diinginkan.
(a)
(b)
Universitas Sumatera Utara
(c)
(d)
Gambar 4.1 Komponen transmisi; (a) poros, (b) ruang transmisi, (c) roda gigi,
(d) bantalan
Setelah selesai menggambar, proses selanjutnya adalah penggabungan
komponen transmisi. Pada proses penggabungan ini dilakukan penguncian pada
bagian depan, atas, dan kanan agar sistem dapat diputar tetapi tidak berpindah
posisi. Yang mana hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.2:
Gambar 4.2 CAD Transmisi
4.3 Proses Penginputan Material
Proses penginputan material sangat mempengaruhi hasil simulasi, karena
konduktivitas termal setiap material berbeda – beda. Semakin tinggi nilai
konduktivitas termal suatu material maka nilai dari laju perpindahan panas pada
material tersebut akan semakin tinggi. Jadi pada penelitian ini, penulis
menggunakan material gray cast iron pada bagian casing, material mild steel
untuk poros input, poros output dan roda gigi. Sedangkan pada bantalan
digunakan material bearing steel. Berikut ini nilai konduktivitas termal material
tersebut:
Universitas Sumatera Utara
1. Gray cast iron
Gray cast iron memiliki konduktivitas termal sebesar 52 W/mK. Dimana
spesifikasi ini merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh perangkat lunak
(Sumber: Ansys 15.0).
2. Bearing steel
Bearing steel memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 40 W/mK.
Dimana nilai spesifikasi ini merupakan nilai penelusuran dari website (Sumber :
AHR Internasional).
3. Mild steel
Mild steel memiliki nilai konduktivitas termal sebesar 60,5 W/mK.
Dimana nilai spesifikasi ini merupakan nilai yang telah ditetapkan oleh perangkat
lunak (Sumber: Ansys 15.0).
4.4 Simulasi Termal Pada Transmisi
Untuk melakukan simulasi termal pada transmisi, maka digunakan
perangkat lunak dalam mendesain gambar CAD, yang sudah dijelaskan pada
subbab sebelumnya. Langkah selanjutnya dilakukan proses mesh. Hasil Mesh ini
yang sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan. Setelah selesai melakukan
proses mesh kemudian diimport ke FEA untuk dinalisis laju perpindahan panas
per satuan luas ruang transmisi.
4.4.1 Proses mesh
Dalam melakukan proses mesh menggunakan sistem automesh dihasilkan
tipe mesh bentuk tri dikarenakan bentuk geometri yang rumit. Dalam proses mesh
tipe kotak tidak dapat berhasil dikarenakan relevansi antar komponen yang tinggi
maka secara otomatis tipe mesh disesuaikan dengan desain benda kerja sehingga
menghasilkan tipe mesh tri. Kemampuan perangkat lunak dalam melakukan
proses mesh tipe quad memiliki keterbatasan ruang dalam proses mesh sehingga
tidak dapat memenuhi ruang yang ada pada geometri. Sedangkan mesh tipe tri
lebih fleksibel dalam menyesuaikan bentuk geometri dan ketepatan yang lebih
akurat dibandingkan tipe quad.
Dalam penelitian ini proses mesh yang digunakan yaitu sistem automesh.
Dikarenakan sistem automesh memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bentuk
mesh terhadap model.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perangkat lunak terdapat jenis proses mesh yaitu body sizing, face
sizing, dan automesh. Body sizing merupakan proses mesh secara keseluruhan
pada model. Face sizing merupakan proses mesh tiap – tiap permukaan dari
model. Face sizing memiliki kelebihan dalam proses mesh yaitu lebih fleksibel
dibandingkan dengan body sizing. Karena pada proses face sizing, mesh yang
dihasilkan menyesuaikan dengan benda kerja, sedangkan body sizing tidak dapat
menyesuaikan dengan pola dari benda kerja.
Mesh yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan sistem
automesh. Hasil dari automesh yaitu bentuk mesh segitiga. Dapat dilihat pada
gambar 4.3, hasil mesh dari model gearbox.
Gambar 4.3 Hasil Mesh
4.4.2 Proses pemasukan data
Pada bagian analisis termal, peneliti memasukkan data berupa suhu,
konveksi dan radiasi untuk mendapatkan total heatflux yang terjadi pada ruang
transmisi. Penginputan suhu, karena menurut asumsi dari si penulis bahwa pada
ruang transmisi tetap memiliki panas meskipun nilainya kecil. Penginputan
konveksi, karena pada sebagian ruang transmisi terdapat oli (fluida) yang melapisi
poros, roda gigi dan bantalan sehingga pada ruang transmisi terjadi aliran
konveksi. Sedangkan untuk radiasi, karena pada bagian ruang transmisi
(khususnya pada bagian atas) tidak terisi penuh dengan fluida sehingga terdapat
sedikit ruang untuk udara maka terjadi proses radiasi. Berikut ini akan
ditampilkan beberapa input yang dapat dilihat pada gambar 4.4 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.4 Proses Pembebanan; (a) transmisi, (b) casing, (c) roda gigi dan
bantalan
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.4 dapat dilihat proses pemasukkan input yang dilakukan,
yaitu pada gambar bagian a dapat dilihat proses pemasukkan data pada
keseluruhan komponen pada ruang transmisi. Pada bagian luar casing, peneliti
memberikan suhu sebesar 40oC. Pada bagian penutup casing peneliti memberikan
suhu radiasi sebesar 22oC, karena pada bagian ruang transmisi bagian atas tidak
ada oli melainkan akan ada gas yang bersikulasi sehingga diberikan radiasi. Pada
gambar b, peneliti memberikan suhu pada bagian lubang bantalan dan bagian
dalam casing. Bagian lubang bantalan diberikan suhu yang berbeda tergantung
pada besarnya lubang bantalannya. Hal ini terjadi karena semakin besar luas
permukaan bantalan maka suhunya akan semakin rendah. Sehingga peneliti
memberikan suhu pada lubang bantalan yang kecil sebesar 20oC dimana nilai ini
sama dengan suhu pada bagian dalam ruang transmisi, untuk lubang paling besar
diberikan suhu 17oC. Sedangkan selebihnya 18oC dan 19oC. Pada gambar c dapat
dilihat pemasukkan data pada bagian roda gigi dan pada bantalan. Pada bagian
roda gigi, diberikan suhu sebesar 35oC. Sedangkan pada bagian bantalan suhunya
sudah diberikan pada lubang bantalan yaitu nilainya yang bervariasi dari 17oC –
20oC. Dan untuk bagian koef. konveksinya diberikan nilai sebesar 0,00006
W/mm2.oC. Nilai ini merupakan data dari tabel 2.3.
4.4.3 Proses penyelesaian
Setelah
selesai
melakukan
proses
penginputan
kondisi,
langkah
selanjutnya adalah proses penyelesaian. Proses penyelesaian sepenuhnya
dilakukan oleh perangkat lunak, sehingga penulis hanya mendapatkan hasil.
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan dan setelah
perbaikan:
Universitas Sumatera Utara
A. Sebelum perbaikan
1. Gigi netral
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi netral yaitu:
a) Putaran 600 rpm.
Gambar 4.5 Gigi Netral 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm.
Gambar 4.6 Gigi Netral 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
Universitas Sumatera Utara
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
c) Putaran 1500 rpm.
Gambar 4.7 Gigi Netral 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putran 2000 rpm.
Gambar 4.8 Gigi Netral 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6281 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
2. Gigi 1
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 1 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.9 Gigi 1 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.10 Gigi 1 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.11 Gigi 1 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.12 Gigi 1 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6457 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
3. Gigi 2
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 2 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.13 Gigi 2 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.14 Gigi 2 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.15 Gigi 2 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.16 Gigi 2 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
4. Gigi 3
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 3 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.17 Gigi 3 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.18 Gigi 3 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.19 Gigi 3 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.20 Gigi 3 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,3198 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
5. Gigi 4
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 4 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.21 Gigi 4 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.22 Gigi 4 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.23 Gigi 4 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.24 Gigi 4 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,6259 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
6. Gigi 5
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi 5 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.25 Gigi 5 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.26 Gigi 5 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.27 Gigi 5 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.28 Gigi 5 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
7. Gigi R
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi sebelum perbaikan ruang
transmisi pada gigi mundur yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.29 Gigi R 600 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.30 Gigi R 1000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.31 Gigi R 1500 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.32 Gigi R 2000 rpm Sebelum Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,648 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,08 W/mm2K pada titik 1 dan 0,1
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Setelah selesai melakukan simulasi pada saat sebelum servis, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa putaran tidak mempengaruhi perubahan suhu yang
terjadi pada ruang transmisi. Dan selanjutnya akan diuraikan hasil simulasi setelah
dilakukan perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
B. Setelah perbaikan
1. Gigi netral
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi netral yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.33 Gigi Netral 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.34 Gigi Netral 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.35 Gigi Netral 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.36 Gigi Netral 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,141 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
2. Gigi 1
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 1 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.37 Gigi 1 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.38 Gigi 1 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.39 Gigi 1 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.40 Gigi 1 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1554 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
3. Gigi 2
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 2 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.41 Gigi 2 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.42 Gigi 2 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.43 Gigi 2 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.44 Gigi 2 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
4. Gigi 3
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 3 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.45 Gigi 3 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.46 Gigi 3 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.47 Gigi 3 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.48 Gigi 3 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 1,8897 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
5. Gigi 4
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 4 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.49 Gigi 4 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.50 Gigi 4 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.51 Gigi 4 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.52 Gigi 4 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1392 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
6. Gigi 5
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi 5 yaitu:
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.53 Gigi 5 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.54 Gigi 5 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.55 Gigi 5 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.56 Gigi 5 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
7. Gigi R
Berikut ini akan ditampilkan hasil simulasi setelah perbaikan ruang
transmisi pada gigi mundur yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a) Putaran 600 rpm
Gambar 4.57 Gigi R 600 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
b) Putaran 1000 rpm
Gambar 4.58 Gigi R 1000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
Universitas Sumatera Utara
c) Putaran 1500 rpm
Gambar 4.59 Gigi R 1500 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
d) Putaran 2000 rpm
Gambar 4.60 Gigi R 2000 rpm Setelah Perbaikan
Gambar diatas merupakan total heatflux yang terjadi pada ruang transmisi.
Nilai total heatflux tertinggi adalah 2,1572 W/mm2K. Total heatflux tertinggi
terjadi pada bantalan yang dapat dilihat pada gambar disamping. Sedangkan nilai
total heatflux pada casing adalah sebesar 0,07 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08
W/mm2K pada titik 2. Penentuan letak titik ditentukan pada bagian eksperimen.
4.5 Hasil Perbandingan Simulasi
Berikut ini akan ditampilkan grafik dari total heatflux yang terjadi pada
transmisi sebelum dan setelah perbaikan. Tetapi hasil perbandingan ini dilihat dari
nilai total heatflux maksimum yang terjadi pada bantalan.
Universitas Sumatera Utara
2
3 ᴓ( W/mm )
2,6281 2,6457 2,648
2,6259 2,648
2,3198
2,5
2
2,648
Heatflux vs Gigi
transmisi
1,8897
2,141 2,1554 2,1572
2,1392 2,1572 2,1572
sebelum servis
1,5
setelah servis
1
0,5
0
n
1
2
3
4
5
R
gigi transmisi
Gambar 4.61 Grafik Total Heatflux
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan suhu. Sebelum
perbaikan, suhu ruang transmisi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu setelah
perbaikan. Jika dilihat pada bagian bantalan, perubahan suhu bantalan pada gigi 3
akan lebih rendah jika dibandingkan dengan gigi lainnya. Penginputan suhu
dilakukan berdasarkan referensi dari hasil eksperimental.
4.6 Hasil Perbandingan Eksperimen dan Simulasi
Hasil validasi ini akan menguraikan perubahan suhu yang terjadi pada
bagian casing transmisi, dimana penelitian ini dilakukan secara eksperimen dan
membandingkannya dengan hasil yang dilakukan secara simulasi. Berikut
penguraiannya:
4.6.1 Hasil perbandingan eksperimen dan simulasi sebelum perbaikan
Berikut ini akan ditampilkan hasil eksperimen dan simulasi sebelum
terjadi perbaikan dimana total heatflux yang terjadi pada bagian luar casing adalah
0,1 W/mm2K pada titik 1 dan 0,08 W/mm2K pada titik 2. Dimana peletakan titik 1
dan 2 merupakan referensi dari eksperimen. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
4.62, 4.63, 4.64, 4.65, 4.66, 4.67, 4.68 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
T (oC)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
74
Suhu vs Waktu
50
titik 1 simulasi
63
titik 2 simulasi
44
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
t (s)
Gambar 4.62 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-1
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 04 April 2016 pukul 21.37 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
80
T (oC)
75
Suhu vs Waktu
70
60
52
67
titik 1 simulasi
50
40
titik 2 simulasi
48
30
titik 1 eksperimen
20
titik 2 eksperimen
10
0
t (s)
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.63 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-2
Universitas Sumatera Utara
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 04 April 2016 pukul 20.54 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
T (oC)
58
Suhu vs Waktu
titik 1 simulasi
61
39
titik 2 simulasi
37
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
t (s)
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.64 Grafik perbandingan simulasi dan eksperimen hari ke-3
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 05 April 2016 pukul 09.45 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian tengah yang diapit oleh dua
aliran panas. Jadi hasil eksperimen dengan simulasi sudah sesuai. Pada bagian
eksperimen suhunya naik turun. Hal ini terjadi karena pada saat sebelum
perbaikan, pada bagian casing terdapat kotoran oli sehingga menyebabkan sensor
Universitas Sumatera Utara
termokopel tidak dapat melekat dengan baik pada dinding casing sehingga
suhunya tidak tentu.
100
T (oC)
78
Suhu vs Waktu
80
59
40
titik 1 simulasi
81
60
titik 2 simulasi
57
titik 1 eksperimen
titik 2 eksperimen
20
t (s)
0
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25
Gambar 4.65 Grafik perbandingan eksperimen dan simulasi hari ke-4
Percobaan di atas dilakukan pada tanggal 05 April 2016 pukul 11.30 WIB.
Pada gambar di atas, secara eksperimen terlihat bahwa suhu pada casing bagian
tengah (titik 1) lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian samping casing (titik
2). Secara simulasi terlihat bahwa pada bagian tengah (titik 1) dinding casing
terjadi peningkatan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bagian kiri casing
(titik 2). Hal ini terjadi karena pada bagian samping casing tidak terjebak dengan
aliran panas sepenuhnya tidak seperti pada bagian ten