Analisis Kandungan Logam Merkuri pada Bedak Padat serta Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Konsumen dan Pedagang Terhadap Bedak Padat di Pusat Pasar Kota Sidikalang Tahun 2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Logam Berat
2.1.1
Pengertian Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh
organisme hidup. Karakteristik dali logam berat adalah memiliki spesifikasi
graviti yang sangat besar, mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsurunsur lantanida dan aktinida serta mempunyai respon biokimia khas pada
organisme hidup (Palar, 2008).
2.1.2
Penyebaran Logam di Alam
Unsur logam ditemukan secara luas di seluruh permukaan bumi. Mulai
dari tanah dan batuan, badan air, bahkan pada lapisan atmosfir yang menyelimuti
bumi. Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam banyak prsenyawaan
dengan unsur lain, dan sangat jarang yang ditemukan dalam bentuk elemen
tunggal (Palar, 2008).
Pada batuan, logam-logam ditemukan sebagai bahan dari mineral. Dalam
badan perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai
pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan
atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsur-usur logam
tersebut ikut beterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir (Palar, 2008).
9
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3
Pencemaran Logam
Menurut Supriatno dan Lelifajri (2009) yang mengutip pendapat Koestoer,
logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi
organisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.
Beberapa logam berat banyak digunakan dalam berbagai kehidupan sehari-hari.
Secara langsung maupun tidak langsung toksisitas itulah yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Apabila kadar logam
berat sudah melebihi ambang batas yang ditentukan dapat membahayakan bagi
kehidupan.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80
jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke
dalam 2 jenis, yaitu :
1.
Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan
lain sebagainya.
2.
Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd,
Cr, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2
Logam Merkuri
2.2.1
Pengertian Logam Merkuri
Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak air. Logam merkuri dilambankan dengan Hg. Pada tabel periodika
unsur-unsur kimia menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA
200,59). Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban.
Logam ini dihasilkan dari bijih senabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri
antara 0,1% - 4 % (Palar, 2008). Merkuri berbentuk cairan. Merkuri pada suhu 20º
C mengandung udara jenuh 15 mg/ m³. Pada suhu 40º C, udara jenuh
mengandung 68 mg/ m³ (Dreisbach dan Robertson, 1987).
Merkuri dan senyawa-senyawanya, seperti halnya dengan logam-logam
lain, tersebar luas di alam. Mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh
organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini turut dipengaruhi oleh faktor
geologi, fisika, kimia dan biologi.
2.2.2
Sifat Logam Merkuri
Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Palar, 2008) :
1.
Berwujud cair pada suhu kamar (25º C) dengan titik beku paling rendah
sekitar -39º C
2.
Masih berwujud cair pada suhu 396º C. Pada temperatur 396º C ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
3.
Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam yang lain
Universitas Sumatera Utara
12
4.
Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan listrik
5.
Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang
disebut juga dengan amalgam
6.
Mrupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu
dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
2.2.3
Toksikologi Merkuri di Lingkungan
Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadarnya di
lingkungan. Aktivitas ini antara lain penambangan, peleburan yaitu untuk
menghasilkan logam dari bijih tambang ulfidnya, pembakaran bahan bakar fosil
dan produksi baja, semen serta fosfat (Lu C, 1994)
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya
berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah
deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber
keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan
tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi
lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan
pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya
alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar,
2008).
Semua bentuk merkuri bersifat racun meskipun toksisitasnya berbeda
antara satu senyawa dengan senyawa yang lain. Jenis yang kurang beracun adalah
merkuri anorganik. Gas merkuri adalah yang paling berbahaya. keracunan merkuri
Universitas Sumatera Utara
13
disebut hydragyria
atau mercurialism
adalah bentuk keracunan logam dan
merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau senyawasenyawanya ke dalam tubuh manusia (Sembel, 2015).
2.2.4
Penggunaan Logam Merkuri
Dalam keseharian penggunaan logam merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatanperalatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian dan
keperluan-keperluan
lainnya.
Demikian
luasnya
pemakaian
merkuri,
mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracuanan merkuri
Palar (2008).
Industri yang menggunakan logam merkuri lain kosmetik, alkali-klor,
bubur
kayu,
perlengkapan
listrik,
tabung,
thermometer,
dan
baterai
(Siwiendrayanti, 2016).
Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam
natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri melalui
proses eletrolisa larutan garam natrium khlorida (NaCl).
Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara
itu, di laboratorium merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah
termometer. Begitu banyaknya merkuri dipakai dalam perindustrian terutama
industri khlor-alkali dan dalam pekerjaan laboratorium, mengakibatkan banyak
pekerja dalam bidang tersebut yang keracunan merkuri secara kronis.
Universitas Sumatera Utara
14
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil
merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah
pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan.
Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membasmi jamur.
Dasarnya adalah menggunakan sifat racun dari merkuri unutk merusak jaringan
jamur sehingga baik digunakan untuk pengawet produksi hasil pertanian. Pada
dasarnya ada dua bentuk industri yang menggunakan merkuri yaitu industri cat
dan industri kertas. Pada industri kertas, merkuri digunakan untuk mencegah
jamur tumbuh pada kayu pulp sebagai bahan baku kertas tersebut. Pada industri
cat, merkuri digunakan untuk obat anti jamur sehingga cat dapat tahan lama
(Darmono, 2011).
2.2.5
Senyawa Merkuri Anorganik
Menurut Palar (2008), diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap
logam merkuri (Hg), merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena
sebagai uap merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhispa seiring
kegiatan pernapasan yang dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri,
sekitar 80 % dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalurjalur pernapasan untuk kemudian di transfer ke dalam darah.
Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim
hidrogenperoksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg 2+. Ion merkuri ini
selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Hg + E.
Hidrogenperoksida katalese → Hg 2+
Universitas Sumatera Utara
15
Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1 % dari jumlah
yang diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk
tersebut, 10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain
penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan akan
menumpuk pada ginjal dan hati.
Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati
masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian akan menumpuk pada
empedu. Penjelasannya, waktu retensi logam mekuri di ginjal berlangsung dalam
waktu singkat, sehingga tidak begitu berpengaruh. Waktu paruh merkuri dalam
ginjal berkisar dalam satu bulan. Sedangkan waktu paruh Hg dalam otak bisa
mencapai bertahun-tahun. Selain menumpuk pada organ-organ tubuh seperti
penjelasan tersebut, merkuri ternyata mampu menembus membrann plasenta
(Palar 2008).
Tes diagnosis senyawa merkuri anorganik dapat dilihat dalam darah dan
urin (tingkat mungkin tidak berkorelasi dengan baik dengan tingkat keparahan
penyakit). Secara normal kadar senyawa merkuri anorganik dalam urin hingga 10
µg/l (Plunkett, 1976).
Bentuk toksik dari merkuri anorganik ini hanya dalam jumlah kecil
didistribusikan pada otak. Gejala yang menonjol pada keracunan merkuri
anorganik adalah adanya rasa sakit pada saluran pencernaan dan ginjal yang
biasanya intosksikasi melalui makanan (Darmono, 2001).
Universitas Sumatera Utara
16
Merkuri anorganik dalam bentuk garam dapat berbentuk divalent
(bervalensi dua) atau monovalent (bervalensi satu). Logam ini banyak digunakan
untuk termometer, barometer, manometer, lampu floresent serta juga sebagai
bahan amalgam untuk pengisian gigi yang berlubang (Sembel, 2015).
2.2.6
Senyawa Merkuri Organik
Sinonim dari senyawa ini adalah alkil merkuri yang sangat berbahaya
sedangkan fenil merkuri tidak lebih berbahaya dari senyawa anorganik. Merkuri
anorganik ini berbentuk kristal atau bubuk. Paparan ini terdapat pada pestisida,
sintesis kimia, katalisator dan pada bahan pengawet. Nilai ambang batas alkil
merkuri yang dianjurkan adalah 0,001 ppm (Plunkett, 1976).
Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama menjadi sangat akrab
dengan kehidupan manusia. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak
digunakan, terutama di kawasan negara-negara sedang berkembang adalah metil
merkuri khlorida (CH3HgCL) dan etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa
tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang pertanian. Beberapa bentuk
senyawa alkil-merkuri lainnya cukup banyak digunakan sebagai katalis dalam
industri kimia.
Bentuk yang paling toksik dan berbahaya pada merkuri organik adalah
bentuk alkil mekuri yitu metil merkuri. Kedua bentuk senyawa merkuri organik
ini telah banyak digunakan dalam bidang pertanian untuk mencegah tumbuhnya
jamur. Alkil merkuri biasanya diserap secara sempurna pada dinding saluran
pencrnaan dan terikat dalam sel darah merah. Kemudian didistribusikan kedalam
sistem saraf pusat yang menyebabkan kerusakan permanen (Darmono, 2001).
Universitas Sumatera Utara
17
Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya
berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya
terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan
pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya
sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses
metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri
anorganik. Seperti halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri
anorganik yang berasal dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi
pada organ hati dan ginjal.
Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.
Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai
hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil
jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke
dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil
samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi
dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).
2.2.7
Mekanisme Kerja Merkuri dalam Tubuh
Efek toksik berkaitan dengan susunan saraf, yang sangat peka terhadap
toksikan dan mudah diserang. Gejala yang pertama kali munul biasanya
parestesia.
Bidang
pengihatan
yang
mengecil
merupakan
tanda
yang
patognomonik. Pada tingkat pajanan yang lebih tinggi, terjadi ataksia, disartria,
ketulian dan akhirya kematian. Keracunan metil merkuri tidak mungkin terjadi
Universitas Sumatera Utara
18
kalau asupan harian sesuai dengan kadar darah sebesar 20 µg/dl dan 50 µ g/g (Lu
C, 1994)
Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida,
dan nitrat) dan organic (alkil dan aril). Logam merkuri dan uap merkuri termasuk
kedalam merkuri anorganik. Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh
adalah sebagai berikut (Siwiendrayanti, 2016).
1.
Absorbsi
Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk
uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi.
Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam
jumlah kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air
mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik
dapat diabsorbsi melalui kulit.
2.
Distribusi
Setelah bahan kimia terserap dan masuk ke dalam aliran darah, maka
dengan cepat akan disebarkan ke seluruh tubuh. Kecepatan bahan kimia
mencapai target organ tergantung banyaknya aliran darah ke target organ,
afinitas terhadap organ tersebut. Metil merkuri dapat menembus otak
sedangkan merkuri anorganik tidak dapat menembus barrier otak tetapi
akan tertimbun di ginjal. Afinitas organ yang tinggi akan menyebabkan
konsentrasi yang tinggi dari suatu bhan kimia dalam organ tersebut. Hati
dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi
dibandingkan dengan organ lain. Karena organ yang memetabolisir dan
Universitas Sumatera Utara
19
membuang bahan berbahaya adalah hati dan ginjal. Sehingga konsentrasi
bahan kimia akan tinggi pada kedua organ tersebut.
3.
Biotransformasi
Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,
yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus
tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan
hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri
mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah
terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa
dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa
fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.
4.
Ekskresi
Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih
banyak melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik
terutama diekskresi. Ekskresi yang utama adalah melalui ginjal. Hampir
semua bahan kimia dikeluarkan melalui ginjal. Merkuri dikeluarkan secara
perlahan melalui urin, feses, saliva dan keringat. Tetapi merkuri juga dapat
dideposit dalam rambut maupun kuku (Siwiendrayanti, 2016).
2.2.8
Efek Merkuri pada Manusia
2.2.8.1 Keracunan Akut
Kasus keracunan akut yang pernah terjadi pada tahun 1976 atas diri
seorang petinju kulit hitam (Amerika Serikat) yang masih berumur 14 tahun
ternyata disebabkan oleh suntikan merkuri sebanyak 20 ml atau sebesar 270 gr.
Universitas Sumatera Utara
20
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap jasa petinju tersebut menunjukkan adanya
penurunan fungsi paru-paru. Korban mulai berangsur baik pada bulan kelima
setelah penyuntikan merkuri tersebut terjadi. Pada beberapa kasus, keracunan akut
oleh merkuri dapat terjadi pada konsentrasi paparan merkuri sekitar 0,5 mgm³
sampai dengan 1,2 mg/m³ (Palar, 2008).
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui
dengan mengamati gejala-gejala berupa peradangan pada tekak (pharyingitis),
dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai
dengan darah dan shok. Bila gejala-gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita
selanjutnya akan mengalami pembengkakakn pada kelenjar ludah, radang pada
ginjal (nephritis) dan radang pada hati (hepatitis).
Gejala umum dari keracunan merkuri adalah parasthesia atau gatal-gatal,
rasa sakit, perubahan warna kulit, pembengkakan dan kulit yang mengelupas.
Gejala lain adalah berkeringat banyak, detakan jantung lebih cepat dari normal,
ludah berlebihan dan hipertensi (Sembel, 2015).
Pada percobaan terhadap kelinci yang dipapar dengan uap Hg (merkuri)
pada rata-rata konsentrasi 28,8 mg/m³, ditemukan adanya kerusakan parah yang
terjadi pada organ-organ ginjal, hati, otak jantung, paru-paru dan usus besar.
Keracunan akut yang disebabkan terhirupnya uap merkuri berkonsentrasi tinggi,
sering terjadi menimpa pekerja-pekerja industri pengolahan logam merkuri atau
pada pertambangan emas yang menggunakan merkuri sebagai penangkap bijih
emas murni (aurum-Au). Peristiwa keracunan tersebut ditandai dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
21
aroma logam pada tempat kerja, di samping gejala umum keracunan merkuri ynag
diperlihatkan penderita (Palar, 2008).
2.2.8.2 Keracunan Kronis
Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya
sama dengan keracunan akut yaitu melalui jalur pernapasan dan makanan. Akan
tetapi, pada peristiwa keracunan kronis, jumlah mekuri yang masuk sangat sedikit
sekali sehingg tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian
mauknya merkuri ini berlangsung secara terus menerus. Sehingga lama kelamaan,
jumlah merkuri dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi
yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat.
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri ada dua organ tubuh yang
paling sering mengalami gangguan yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan
sistem saraf. Radang gusi (gigivitis) merupkan gangguan paling umum yang
terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi pada akhirnya akan merusak jaringan
penahan gigi sehingga mudah lepas. Ada dua bentuk gejala umum yang dapat
dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat
keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang
juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat
pada organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu
sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya
adalah terjadinya anemia ringan pada darah (Palar, 2008).
Universitas Sumatera Utara
22
2.3
Logam Merkuri (Hg) pada Bedak Padat
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya,
logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan
batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen
dalam industri kosmetik (BPOM RI,2014). Pada kosmetik, merkuri sering
ditemukan pada krim pemutih dan bedak padat.
Merkuri pada kosmetik memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim
tirosinase yang berperan dalam pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen
coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis
kulit yang mempunyai fungsi sebagai pelindung epidermis dan dermis dari bahaya
radiasi ultraviolet (Harahap, 2000).
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan
Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan
Logam Berat dalam Kosmetika, diubah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.1.Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika
Jenis Cemaran
Persyaratan
Merkuri (Hg)
Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 bpj)
Timbal (Pb)
Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 bpj)
Arsen (As)
Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 bpj)
Kadmium (Cd)
Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 bpj)
(Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014)
2.4
Kosmetik
2.4.1
Pengertian Kosmetik
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad k e-
19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu selain untuk kecantikan
juga untuk kesehatan. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan
sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupkan paduan antara kosmetik
dan oat (pharmaceutical) atau yag disebut dengan kosmetik medik (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik.
Universitas Sumatera Utara
24
Kosmetik adalah bahan-bahan yang digunakan dengan cara digosok,
ditaburi atau disemprot pada tubuh manusia atau pada bagian-bagian tubuh
manusia yang berfungsi untuk mencuci, mempercantik, menambah daya tarik atau
mengubah penampilan (Maharani, 2015).
Istilah
kosmesetikal
diperkenalkan
pertama
kali
oleh
seorang
dermatologist, Professsor Albert Kligman pada pertengahan tahun 1980-an. Istilah
ini merupakan gabungan antara istilah kosmetik dan obat dan merujuk pada
sediaan di antara kedua kelompok ini. Berdasarkan defenisi FDC, produk
kosmetika tidak dimaksudkan untuk mengubah atau mempengaruhi struktur atau
fungsi jaringan tubuh. Setiap sediaan kosmetika dan setiap bahan yang sederhana
sekalipun dapat mengubah kulit pada derajat tertentu. Derajat perubahan
bergantung pada konsentrasi bahan dan lama kontak. Istilah kosmesetikal
(kosmetika aktif) didefiisikan sebagai produk yang memiliki efek menguntungkan
pada kulit tetapo tidak memiliki efek terapi biologis yang jelas (Maharani, 2015).
2.4.2
Penggolongan Kosmetik
Dewasa ini terdapat ribuan kosmetik di pasar bebas. Kosmetik tersebut
adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan di luar negeri yang jumlahnya telah
mencapai angka ribuan. Jumlah yang sedemikian banyak memerlukan usaha
penyederhanaan kosmetika, baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian.
Usaha tersebut berupa penggolongan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetik terbagi
atas beberapa golongan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
25
a)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977
tanggal 22 Januari 1977, menurut kegunaannya kosmetika dikelompokkan dalam
13 golongan yaitu :
1.
Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2.
Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.
3.
Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4.
Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5.
Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6.
Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7.
Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8.
Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan
lain-lain.
9.
Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10.
Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain.
11.
Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan
lain-lain.
12.
Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13.
Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan
lain-lain.
b) Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut:
a.
Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
b.
Kosmetik tradisional :
Universitas Sumatera Utara
26
1.
Betul-betul tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.
2.
Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
3.
Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional, dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.
c)
Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit :
1)
Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics) Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya :
a.
Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b.
Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer
cream, night cream, anti wrinkle cream.
c.
Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream / lotion.
d.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengamplas.
2)
Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri.
Universitas Sumatera Utara
27
Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik
dekoratif terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
a)
Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow,
dan lain-lain.
b)
Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,
pengeriting rambut, dan lain-lain.
Berdasarkan penggolongan kosmetik tersebut, setiap jenis kosmetik akan dapat
dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam
bidang kosmetologi (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.3
Efek Samping Kosmetik
Reaksi negatif kosmetik pada kulit sudah lama ditemukan, terutama ketika
pengetahuan mengenai kosmetik belum ilmiah dan modern dan pembuatan
kosmetik hanya sekedar mencampur bahan-bahan berwarna yang belum tentu
aman bagi kulit. Bahkan sekarang pun, setelah dunia kosmetik sudah mengalami
kemajuan, terjadinya reaksi negatif kosmetik pada kulit masih ditemukan.
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), ada berbagai reaksi negatif yang
disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun sistem tubuh,
antara lain:
a.
Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena
salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah
deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl
Universitas Sumatera Utara
28
Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi
iritasi.
b.
Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,
kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung
bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang
lain.
c.
Fotosensitisasi: reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan,
zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat
photosensitizer.
d.
Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak
dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di
iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang
berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena
kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran
dan bakteri.
e.
Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui
penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, ataupenyerapan lewat kulit.
Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu
bersifat toksik.
f.
Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar
Universitas Sumatera Utara
29
bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang
lain.
2.4.4
Persyaratan Kosmetik
Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik
(memenuhi standar mutu) dan aman. Dengan demikian, seseorang yang ingin
membuat kosmetika harus mempunyai izin produksi dari Departemen
Perindustrian RI, membuat kosmetika dengan baik dan aman (memenuhi Kode
Etik Kosmetika Indonesia, tidak menggunakan zat yang dilarang atau melebihi
batas maksimum), mendaftarkan produk kosmetiknya untuk diteliti, dan bila lulus
akan diberi nomor registrasi (Wasitaatmadja, 1997).
Produsen kosmetik dapat mengurangi kemungkinan terjadinya reaksireaksi intoleransi produknya dengan cara menghindari pemakainan bahan-bahan
yang diketahui dapat menimbulkan reaksi alergi dan dengan melakukan berbagai
tes keamanan atas produk-produknya.
Menurut Widana (2014), tanda registrasi sediaan kosmetika adalah kode
registrasi kosmetika terdiri dari 12 digit, yaitu 2 (dua) digit huruf dan 10 digit
berupa angka, contohnya : CD.010360261.
2.5
Bedak Padat
Bedak padat atau compact powder adalah bedak bubuk atau loose powder
yang dipres menjadi bentuk cake. Tujuannya untuk menyembunyikan kekurangan
pada kulit wajah, misalnya untuk menutupi kulit wajah yang mengilap.
Komposisinya mirip loose powder, tetapi efeknya pada kulit agak berbeda.
Universitas Sumatera Utara
30
Komposisi bahan-bahan pengikatnya memperbesar adhesinya pada kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Bedak padat harus melekat dengan mudah ke powder puff dan cake itu
harus cukup padat sehingga tidak pecah dalam kondisi pemakaian yang biasa.
Tidak semua bahan loose powder cocok untuk compact powder. Bahan baku dasar
harus memiliki efek pengikat tertentu. Tepung beras (rice starch), aluminium
oxide, kaolin, zinc stearat, barium sulfate dan strontium sulfate cukup memuaskan
untuk tujuan tersebut.
Tabel 2.2. Contoh komposisi bahan pengikat atau binder pada bedak padat
Mineral oil
2.0 %
Lanolin
3.0 %
Cetyl alcohol
4.0 %
Triethanolamine
lauryl sulfate
1.0 %
Sodium alginate
1.0 %
Alcohol
4.0 %
Glycerol
2.0 %
Air
82.5 %
(Sumber : Tranggono dan Latifah, 2007)
Saat ini banyak dijumpai kosmetika yang menggunakan merkuri sebagai
bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat membuat warna kulit lebih cepat putih
dibandingkan dengan bahan aktif pemutih alami. Waktu yang dibutuhkan dalam
Universitas Sumatera Utara
31
proses ini mencapai 2-4 minggu, tergantung dari zat yang dipakai (Wisesa dalam
Hafwenni, 2015).
2.6 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba.
Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2011) yang mengutip hasil penelitian
Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yang disebut AIETA,
yakni
1.
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari daam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek
2.
Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, dala hal ini
sikap sudah mulai timbul
3.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4.
Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
5.
Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Universitas Sumatera Utara
32
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu
tidak disasari pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2011)
1.
Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari tau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang
tahu
menyebutkannya,
dapat
diukur
menguraikan
dari
kemampuan
mendefinisikan,
orang
tersebut
menyatakan,
dan
sebagainya.
2.
Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi
harus
dapat
menejlaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3.
Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai penggunakkan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
33
4.
Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6.
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penialain
terhadap suatu materi atau objek. Penialain ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut.
2.7
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap blum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Lebih
jelasnya sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
34
Menurut Notoatmodjo (2011) yang mengutip pendapat Allport, sikap
mempuyai tiga komponen pokok yaitu
1.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu
1.
Menerima, diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek.
2.
Merespons yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karna dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, berarti orang menerima ide tersebut.
3.
Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
4.
Bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya denga segala risiko merupakan tingkatan sikap yang paling
tinggi.
2.8
Tindakan
Universitas Sumatera Utara
35
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya
sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan.
Tingkat-tingkat tindakan adalah
1. Persepsi, memngenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama.
2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator tingakt dua.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka sudah mencapai
tindakan tingkat ketiga.
4. Adaptasi, merupaka suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36
2.9
Kerangka Konsep Penelitian
Pemeriksaan
kandungan
merkuri
Kandungan
logam merkuri
(Hg) pada bedak
padat lokal dan
import yang :
Teregistrasi
Tidak
teregistrasi
Tingkat pengetahuan
konsumen dan pedagang
terhadap bedak padat
teregistrasi dan tidak
teregistrasi
Sikap konsumen dan
pedagang terhadap bedak
Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014
Memenuhi
syarat :≤ 1
ppm
Ada
Tidak ada
Tidak
memenuhi
syarat : ≥1
ppm
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Logam Berat
2.1.1
Pengertian Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh
organisme hidup. Karakteristik dali logam berat adalah memiliki spesifikasi
graviti yang sangat besar, mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsurunsur lantanida dan aktinida serta mempunyai respon biokimia khas pada
organisme hidup (Palar, 2008).
2.1.2
Penyebaran Logam di Alam
Unsur logam ditemukan secara luas di seluruh permukaan bumi. Mulai
dari tanah dan batuan, badan air, bahkan pada lapisan atmosfir yang menyelimuti
bumi. Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam banyak prsenyawaan
dengan unsur lain, dan sangat jarang yang ditemukan dalam bentuk elemen
tunggal (Palar, 2008).
Pada batuan, logam-logam ditemukan sebagai bahan dari mineral. Dalam
badan perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai
pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan
atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsur-usur logam
tersebut ikut beterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir (Palar, 2008).
9
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3
Pencemaran Logam
Menurut Supriatno dan Lelifajri (2009) yang mengutip pendapat Koestoer,
logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi
organisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.
Beberapa logam berat banyak digunakan dalam berbagai kehidupan sehari-hari.
Secara langsung maupun tidak langsung toksisitas itulah yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Apabila kadar logam
berat sudah melebihi ambang batas yang ditentukan dapat membahayakan bagi
kehidupan.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80
jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam berat dibagi ke
dalam 2 jenis, yaitu :
1.
Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan
lain sebagainya.
2.
Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd,
Cr, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2
Logam Merkuri
2.2.1
Pengertian Logam Merkuri
Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak air. Logam merkuri dilambankan dengan Hg. Pada tabel periodika
unsur-unsur kimia menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA
200,59). Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban.
Logam ini dihasilkan dari bijih senabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri
antara 0,1% - 4 % (Palar, 2008). Merkuri berbentuk cairan. Merkuri pada suhu 20º
C mengandung udara jenuh 15 mg/ m³. Pada suhu 40º C, udara jenuh
mengandung 68 mg/ m³ (Dreisbach dan Robertson, 1987).
Merkuri dan senyawa-senyawanya, seperti halnya dengan logam-logam
lain, tersebar luas di alam. Mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh
organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini turut dipengaruhi oleh faktor
geologi, fisika, kimia dan biologi.
2.2.2
Sifat Logam Merkuri
Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Palar, 2008) :
1.
Berwujud cair pada suhu kamar (25º C) dengan titik beku paling rendah
sekitar -39º C
2.
Masih berwujud cair pada suhu 396º C. Pada temperatur 396º C ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
3.
Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam yang lain
Universitas Sumatera Utara
12
4.
Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan listrik
5.
Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang
disebut juga dengan amalgam
6.
Mrupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu
dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
2.2.3
Toksikologi Merkuri di Lingkungan
Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadarnya di
lingkungan. Aktivitas ini antara lain penambangan, peleburan yaitu untuk
menghasilkan logam dari bijih tambang ulfidnya, pembakaran bahan bakar fosil
dan produksi baja, semen serta fosfat (Lu C, 1994)
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya
berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah
deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber
keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan
tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi
lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan
pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya
alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar,
2008).
Semua bentuk merkuri bersifat racun meskipun toksisitasnya berbeda
antara satu senyawa dengan senyawa yang lain. Jenis yang kurang beracun adalah
merkuri anorganik. Gas merkuri adalah yang paling berbahaya. keracunan merkuri
Universitas Sumatera Utara
13
disebut hydragyria
atau mercurialism
adalah bentuk keracunan logam dan
merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh masuknya merkuri atau senyawasenyawanya ke dalam tubuh manusia (Sembel, 2015).
2.2.4
Penggunaan Logam Merkuri
Dalam keseharian penggunaan logam merkuri telah berkembang sangat
luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatanperalatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian dan
keperluan-keperluan
lainnya.
Demikian
luasnya
pemakaian
merkuri,
mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracuanan merkuri
Palar (2008).
Industri yang menggunakan logam merkuri lain kosmetik, alkali-klor,
bubur
kayu,
perlengkapan
listrik,
tabung,
thermometer,
dan
baterai
(Siwiendrayanti, 2016).
Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam
natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri melalui
proses eletrolisa larutan garam natrium khlorida (NaCl).
Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara
itu, di laboratorium merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah
termometer. Begitu banyaknya merkuri dipakai dalam perindustrian terutama
industri khlor-alkali dan dalam pekerjaan laboratorium, mengakibatkan banyak
pekerja dalam bidang tersebut yang keracunan merkuri secara kronis.
Universitas Sumatera Utara
14
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil
merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah
pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan.
Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membasmi jamur.
Dasarnya adalah menggunakan sifat racun dari merkuri unutk merusak jaringan
jamur sehingga baik digunakan untuk pengawet produksi hasil pertanian. Pada
dasarnya ada dua bentuk industri yang menggunakan merkuri yaitu industri cat
dan industri kertas. Pada industri kertas, merkuri digunakan untuk mencegah
jamur tumbuh pada kayu pulp sebagai bahan baku kertas tersebut. Pada industri
cat, merkuri digunakan untuk obat anti jamur sehingga cat dapat tahan lama
(Darmono, 2011).
2.2.5
Senyawa Merkuri Anorganik
Menurut Palar (2008), diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap
logam merkuri (Hg), merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena
sebagai uap merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhispa seiring
kegiatan pernapasan yang dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri,
sekitar 80 % dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalurjalur pernapasan untuk kemudian di transfer ke dalam darah.
Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim
hidrogenperoksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg 2+. Ion merkuri ini
selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Hg + E.
Hidrogenperoksida katalese → Hg 2+
Universitas Sumatera Utara
15
Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1 % dari jumlah
yang diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk
tersebut, 10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain
penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan akan
menumpuk pada ginjal dan hati.
Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati
masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian akan menumpuk pada
empedu. Penjelasannya, waktu retensi logam mekuri di ginjal berlangsung dalam
waktu singkat, sehingga tidak begitu berpengaruh. Waktu paruh merkuri dalam
ginjal berkisar dalam satu bulan. Sedangkan waktu paruh Hg dalam otak bisa
mencapai bertahun-tahun. Selain menumpuk pada organ-organ tubuh seperti
penjelasan tersebut, merkuri ternyata mampu menembus membrann plasenta
(Palar 2008).
Tes diagnosis senyawa merkuri anorganik dapat dilihat dalam darah dan
urin (tingkat mungkin tidak berkorelasi dengan baik dengan tingkat keparahan
penyakit). Secara normal kadar senyawa merkuri anorganik dalam urin hingga 10
µg/l (Plunkett, 1976).
Bentuk toksik dari merkuri anorganik ini hanya dalam jumlah kecil
didistribusikan pada otak. Gejala yang menonjol pada keracunan merkuri
anorganik adalah adanya rasa sakit pada saluran pencernaan dan ginjal yang
biasanya intosksikasi melalui makanan (Darmono, 2001).
Universitas Sumatera Utara
16
Merkuri anorganik dalam bentuk garam dapat berbentuk divalent
(bervalensi dua) atau monovalent (bervalensi satu). Logam ini banyak digunakan
untuk termometer, barometer, manometer, lampu floresent serta juga sebagai
bahan amalgam untuk pengisian gigi yang berlubang (Sembel, 2015).
2.2.6
Senyawa Merkuri Organik
Sinonim dari senyawa ini adalah alkil merkuri yang sangat berbahaya
sedangkan fenil merkuri tidak lebih berbahaya dari senyawa anorganik. Merkuri
anorganik ini berbentuk kristal atau bubuk. Paparan ini terdapat pada pestisida,
sintesis kimia, katalisator dan pada bahan pengawet. Nilai ambang batas alkil
merkuri yang dianjurkan adalah 0,001 ppm (Plunkett, 1976).
Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama menjadi sangat akrab
dengan kehidupan manusia. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak
digunakan, terutama di kawasan negara-negara sedang berkembang adalah metil
merkuri khlorida (CH3HgCL) dan etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa
tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang pertanian. Beberapa bentuk
senyawa alkil-merkuri lainnya cukup banyak digunakan sebagai katalis dalam
industri kimia.
Bentuk yang paling toksik dan berbahaya pada merkuri organik adalah
bentuk alkil mekuri yitu metil merkuri. Kedua bentuk senyawa merkuri organik
ini telah banyak digunakan dalam bidang pertanian untuk mencegah tumbuhnya
jamur. Alkil merkuri biasanya diserap secara sempurna pada dinding saluran
pencrnaan dan terikat dalam sel darah merah. Kemudian didistribusikan kedalam
sistem saraf pusat yang menyebabkan kerusakan permanen (Darmono, 2001).
Universitas Sumatera Utara
17
Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya
berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya
terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan
pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya
sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses
metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri
anorganik. Seperti halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri
anorganik yang berasal dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi
pada organ hati dan ginjal.
Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.
Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai
hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil
jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke
dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil
samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi
dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).
2.2.7
Mekanisme Kerja Merkuri dalam Tubuh
Efek toksik berkaitan dengan susunan saraf, yang sangat peka terhadap
toksikan dan mudah diserang. Gejala yang pertama kali munul biasanya
parestesia.
Bidang
pengihatan
yang
mengecil
merupakan
tanda
yang
patognomonik. Pada tingkat pajanan yang lebih tinggi, terjadi ataksia, disartria,
ketulian dan akhirya kematian. Keracunan metil merkuri tidak mungkin terjadi
Universitas Sumatera Utara
18
kalau asupan harian sesuai dengan kadar darah sebesar 20 µg/dl dan 50 µ g/g (Lu
C, 1994)
Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida,
dan nitrat) dan organic (alkil dan aril). Logam merkuri dan uap merkuri termasuk
kedalam merkuri anorganik. Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh
adalah sebagai berikut (Siwiendrayanti, 2016).
1.
Absorbsi
Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk
uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi.
Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam
jumlah kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air
mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik
dapat diabsorbsi melalui kulit.
2.
Distribusi
Setelah bahan kimia terserap dan masuk ke dalam aliran darah, maka
dengan cepat akan disebarkan ke seluruh tubuh. Kecepatan bahan kimia
mencapai target organ tergantung banyaknya aliran darah ke target organ,
afinitas terhadap organ tersebut. Metil merkuri dapat menembus otak
sedangkan merkuri anorganik tidak dapat menembus barrier otak tetapi
akan tertimbun di ginjal. Afinitas organ yang tinggi akan menyebabkan
konsentrasi yang tinggi dari suatu bhan kimia dalam organ tersebut. Hati
dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi
dibandingkan dengan organ lain. Karena organ yang memetabolisir dan
Universitas Sumatera Utara
19
membuang bahan berbahaya adalah hati dan ginjal. Sehingga konsentrasi
bahan kimia akan tinggi pada kedua organ tersebut.
3.
Biotransformasi
Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,
yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus
tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan
hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri
mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah
terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa
dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa
fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.
4.
Ekskresi
Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih
banyak melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik
terutama diekskresi. Ekskresi yang utama adalah melalui ginjal. Hampir
semua bahan kimia dikeluarkan melalui ginjal. Merkuri dikeluarkan secara
perlahan melalui urin, feses, saliva dan keringat. Tetapi merkuri juga dapat
dideposit dalam rambut maupun kuku (Siwiendrayanti, 2016).
2.2.8
Efek Merkuri pada Manusia
2.2.8.1 Keracunan Akut
Kasus keracunan akut yang pernah terjadi pada tahun 1976 atas diri
seorang petinju kulit hitam (Amerika Serikat) yang masih berumur 14 tahun
ternyata disebabkan oleh suntikan merkuri sebanyak 20 ml atau sebesar 270 gr.
Universitas Sumatera Utara
20
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap jasa petinju tersebut menunjukkan adanya
penurunan fungsi paru-paru. Korban mulai berangsur baik pada bulan kelima
setelah penyuntikan merkuri tersebut terjadi. Pada beberapa kasus, keracunan akut
oleh merkuri dapat terjadi pada konsentrasi paparan merkuri sekitar 0,5 mgm³
sampai dengan 1,2 mg/m³ (Palar, 2008).
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui
dengan mengamati gejala-gejala berupa peradangan pada tekak (pharyingitis),
dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai
dengan darah dan shok. Bila gejala-gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita
selanjutnya akan mengalami pembengkakakn pada kelenjar ludah, radang pada
ginjal (nephritis) dan radang pada hati (hepatitis).
Gejala umum dari keracunan merkuri adalah parasthesia atau gatal-gatal,
rasa sakit, perubahan warna kulit, pembengkakan dan kulit yang mengelupas.
Gejala lain adalah berkeringat banyak, detakan jantung lebih cepat dari normal,
ludah berlebihan dan hipertensi (Sembel, 2015).
Pada percobaan terhadap kelinci yang dipapar dengan uap Hg (merkuri)
pada rata-rata konsentrasi 28,8 mg/m³, ditemukan adanya kerusakan parah yang
terjadi pada organ-organ ginjal, hati, otak jantung, paru-paru dan usus besar.
Keracunan akut yang disebabkan terhirupnya uap merkuri berkonsentrasi tinggi,
sering terjadi menimpa pekerja-pekerja industri pengolahan logam merkuri atau
pada pertambangan emas yang menggunakan merkuri sebagai penangkap bijih
emas murni (aurum-Au). Peristiwa keracunan tersebut ditandai dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
21
aroma logam pada tempat kerja, di samping gejala umum keracunan merkuri ynag
diperlihatkan penderita (Palar, 2008).
2.2.8.2 Keracunan Kronis
Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya
sama dengan keracunan akut yaitu melalui jalur pernapasan dan makanan. Akan
tetapi, pada peristiwa keracunan kronis, jumlah mekuri yang masuk sangat sedikit
sekali sehingg tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian
mauknya merkuri ini berlangsung secara terus menerus. Sehingga lama kelamaan,
jumlah merkuri dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi
yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat.
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri ada dua organ tubuh yang
paling sering mengalami gangguan yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan
sistem saraf. Radang gusi (gigivitis) merupkan gangguan paling umum yang
terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi pada akhirnya akan merusak jaringan
penahan gigi sehingga mudah lepas. Ada dua bentuk gejala umum yang dapat
dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat
keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang
juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat
pada organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu
sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya
adalah terjadinya anemia ringan pada darah (Palar, 2008).
Universitas Sumatera Utara
22
2.3
Logam Merkuri (Hg) pada Bedak Padat
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya,
logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan
batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen
dalam industri kosmetik (BPOM RI,2014). Pada kosmetik, merkuri sering
ditemukan pada krim pemutih dan bedak padat.
Merkuri pada kosmetik memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim
tirosinase yang berperan dalam pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen
coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis
kulit yang mempunyai fungsi sebagai pelindung epidermis dan dermis dari bahaya
radiasi ultraviolet (Harahap, 2000).
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan
Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan
Logam Berat dalam Kosmetika, diubah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.1.Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika
Jenis Cemaran
Persyaratan
Merkuri (Hg)
Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 bpj)
Timbal (Pb)
Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 bpj)
Arsen (As)
Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 bpj)
Kadmium (Cd)
Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 bpj)
(Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014)
2.4
Kosmetik
2.4.1
Pengertian Kosmetik
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad k e-
19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu selain untuk kecantikan
juga untuk kesehatan. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan
sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupkan paduan antara kosmetik
dan oat (pharmaceutical) atau yag disebut dengan kosmetik medik (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik.
Universitas Sumatera Utara
24
Kosmetik adalah bahan-bahan yang digunakan dengan cara digosok,
ditaburi atau disemprot pada tubuh manusia atau pada bagian-bagian tubuh
manusia yang berfungsi untuk mencuci, mempercantik, menambah daya tarik atau
mengubah penampilan (Maharani, 2015).
Istilah
kosmesetikal
diperkenalkan
pertama
kali
oleh
seorang
dermatologist, Professsor Albert Kligman pada pertengahan tahun 1980-an. Istilah
ini merupakan gabungan antara istilah kosmetik dan obat dan merujuk pada
sediaan di antara kedua kelompok ini. Berdasarkan defenisi FDC, produk
kosmetika tidak dimaksudkan untuk mengubah atau mempengaruhi struktur atau
fungsi jaringan tubuh. Setiap sediaan kosmetika dan setiap bahan yang sederhana
sekalipun dapat mengubah kulit pada derajat tertentu. Derajat perubahan
bergantung pada konsentrasi bahan dan lama kontak. Istilah kosmesetikal
(kosmetika aktif) didefiisikan sebagai produk yang memiliki efek menguntungkan
pada kulit tetapo tidak memiliki efek terapi biologis yang jelas (Maharani, 2015).
2.4.2
Penggolongan Kosmetik
Dewasa ini terdapat ribuan kosmetik di pasar bebas. Kosmetik tersebut
adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan di luar negeri yang jumlahnya telah
mencapai angka ribuan. Jumlah yang sedemikian banyak memerlukan usaha
penyederhanaan kosmetika, baik untuk tujuan pengaturan maupun pemakaian.
Usaha tersebut berupa penggolongan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetik terbagi
atas beberapa golongan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
25
a)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977
tanggal 22 Januari 1977, menurut kegunaannya kosmetika dikelompokkan dalam
13 golongan yaitu :
1.
Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2.
Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain.
3.
Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain.
4.
Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain.
5.
Preparat rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain.
6.
Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.
7.
Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
8.
Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan
lain-lain.
9.
Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain.
10.
Preparat kuku, misalnya cat kuku, lotion kuku, dan lain-lain.
11.
Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan
lain-lain.
12.
Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13.
Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunsreen foundation, dan
lain-lain.
b) Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut:
a.
Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
b.
Kosmetik tradisional :
Universitas Sumatera Utara
26
1.
Betul-betul tradisional, misalnya mangir lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.
2.
Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
3.
Hanya nama tradisional saja, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional, dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.
c)
Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit :
1)
Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics) Jenis ini perlu untuk
merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya :
a.
Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b.
Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer
cream, night cream, anti wrinkle cream.
c.
Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream / lotion.
d.
Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengamplas.
2)
Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri.
Universitas Sumatera Utara
27
Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik
dekoratif terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
a)
Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow,
dan lain-lain.
b)
Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,
pengeriting rambut, dan lain-lain.
Berdasarkan penggolongan kosmetik tersebut, setiap jenis kosmetik akan dapat
dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam
bidang kosmetologi (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.3
Efek Samping Kosmetik
Reaksi negatif kosmetik pada kulit sudah lama ditemukan, terutama ketika
pengetahuan mengenai kosmetik belum ilmiah dan modern dan pembuatan
kosmetik hanya sekedar mencampur bahan-bahan berwarna yang belum tentu
aman bagi kulit. Bahkan sekarang pun, setelah dunia kosmetik sudah mengalami
kemajuan, terjadinya reaksi negatif kosmetik pada kulit masih ditemukan.
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), ada berbagai reaksi negatif yang
disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun sistem tubuh,
antara lain:
a.
Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena
salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah
deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl
Universitas Sumatera Utara
28
Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi
iritasi.
b.
Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,
kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung
bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang
lain.
c.
Fotosensitisasi: reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan,
zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat
photosensitizer.
d.
Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak
dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di
iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang
berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena
kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran
dan bakteri.
e.
Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui
penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, ataupenyerapan lewat kulit.
Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu
bersifat toksik.
f.
Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar
Universitas Sumatera Utara
29
bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang
lain.
2.4.4
Persyaratan Kosmetik
Tidak setiap orang mampu membuat produk kosmetika yang baik
(memenuhi standar mutu) dan aman. Dengan demikian, seseorang yang ingin
membuat kosmetika harus mempunyai izin produksi dari Departemen
Perindustrian RI, membuat kosmetika dengan baik dan aman (memenuhi Kode
Etik Kosmetika Indonesia, tidak menggunakan zat yang dilarang atau melebihi
batas maksimum), mendaftarkan produk kosmetiknya untuk diteliti, dan bila lulus
akan diberi nomor registrasi (Wasitaatmadja, 1997).
Produsen kosmetik dapat mengurangi kemungkinan terjadinya reaksireaksi intoleransi produknya dengan cara menghindari pemakainan bahan-bahan
yang diketahui dapat menimbulkan reaksi alergi dan dengan melakukan berbagai
tes keamanan atas produk-produknya.
Menurut Widana (2014), tanda registrasi sediaan kosmetika adalah kode
registrasi kosmetika terdiri dari 12 digit, yaitu 2 (dua) digit huruf dan 10 digit
berupa angka, contohnya : CD.010360261.
2.5
Bedak Padat
Bedak padat atau compact powder adalah bedak bubuk atau loose powder
yang dipres menjadi bentuk cake. Tujuannya untuk menyembunyikan kekurangan
pada kulit wajah, misalnya untuk menutupi kulit wajah yang mengilap.
Komposisinya mirip loose powder, tetapi efeknya pada kulit agak berbeda.
Universitas Sumatera Utara
30
Komposisi bahan-bahan pengikatnya memperbesar adhesinya pada kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Bedak padat harus melekat dengan mudah ke powder puff dan cake itu
harus cukup padat sehingga tidak pecah dalam kondisi pemakaian yang biasa.
Tidak semua bahan loose powder cocok untuk compact powder. Bahan baku dasar
harus memiliki efek pengikat tertentu. Tepung beras (rice starch), aluminium
oxide, kaolin, zinc stearat, barium sulfate dan strontium sulfate cukup memuaskan
untuk tujuan tersebut.
Tabel 2.2. Contoh komposisi bahan pengikat atau binder pada bedak padat
Mineral oil
2.0 %
Lanolin
3.0 %
Cetyl alcohol
4.0 %
Triethanolamine
lauryl sulfate
1.0 %
Sodium alginate
1.0 %
Alcohol
4.0 %
Glycerol
2.0 %
Air
82.5 %
(Sumber : Tranggono dan Latifah, 2007)
Saat ini banyak dijumpai kosmetika yang menggunakan merkuri sebagai
bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat membuat warna kulit lebih cepat putih
dibandingkan dengan bahan aktif pemutih alami. Waktu yang dibutuhkan dalam
Universitas Sumatera Utara
31
proses ini mencapai 2-4 minggu, tergantung dari zat yang dipakai (Wisesa dalam
Hafwenni, 2015).
2.6 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba.
Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2011) yang mengutip hasil penelitian
Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yang disebut AIETA,
yakni
1.
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari daam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek
2.
Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, dala hal ini
sikap sudah mulai timbul
3.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4.
Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
5.
Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Universitas Sumatera Utara
32
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini,
dimana didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu
tidak disasari pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2011)
1.
Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari tau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang
tahu
menyebutkannya,
dapat
diukur
menguraikan
dari
kemampuan
mendefinisikan,
orang
tersebut
menyatakan,
dan
sebagainya.
2.
Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi
harus
dapat
menejlaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3.
Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai penggunakkan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
33
4.
Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6.
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penialain
terhadap suatu materi atau objek. Penialain ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat disesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut.
2.7
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap blum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Lebih
jelasnya sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
34
Menurut Notoatmodjo (2011) yang mengutip pendapat Allport, sikap
mempuyai tiga komponen pokok yaitu
1.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu
1.
Menerima, diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek.
2.
Merespons yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karna dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, berarti orang menerima ide tersebut.
3.
Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
4.
Bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya denga segala risiko merupakan tingkatan sikap yang paling
tinggi.
2.8
Tindakan
Universitas Sumatera Utara
35
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya
sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan.
Tingkat-tingkat tindakan adalah
1. Persepsi, memngenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama.
2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator tingakt dua.
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka sudah mencapai
tindakan tingkat ketiga.
4. Adaptasi, merupaka suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36
2.9
Kerangka Konsep Penelitian
Pemeriksaan
kandungan
merkuri
Kandungan
logam merkuri
(Hg) pada bedak
padat lokal dan
import yang :
Teregistrasi
Tidak
teregistrasi
Tingkat pengetahuan
konsumen dan pedagang
terhadap bedak padat
teregistrasi dan tidak
teregistrasi
Sikap konsumen dan
pedagang terhadap bedak
Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014
Memenuhi
syarat :≤ 1
ppm
Ada
Tidak ada
Tidak
memenuhi
syarat : ≥1
ppm
Universitas Sumatera Utara