Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

(1)

YANG BEREDAR DI PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

MARTHA HELEN SIHITE 111000246

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

YANG BEREDAR DI PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

MARTHA HELEN SIHITE 111000246

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Lipstik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi wanita. Beberapa lipstik sudah tercemar logam berat seperti timbal. Timbal pada lipstik dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara tertelan melalui mulut dan terserap melalui kulit. Pengetahuan konsumen dan pedagang penting untuk diketahui karena akan membentuk tindakan dalam memilih produk lipstik yang akan digunakan atau dijual. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan.

Jenis Penelitian bersifat deskriptif. Populasi konsumen adalah seluruh konsumen yang membeli lipstik di lokasi penelitian. Sampel konsumen adalah 30 konsumen yang diambil dengan metode accidental sampling. Populasi pedagang adalah 25 pedagang. Sampel pedagang adalah 25 pedagang yang diambil dengan metode total sampling. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 sampel lipstik yang diuji mengandung timbal dengan kisaran 0,121-2,010 mg/kg. Tingkat pengetahuan konsumen terdiri dari pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan baik (80%). Tingkat pengetahuan pedagang terdiri dari pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan baik (80%).

Kesimpulan adalah seluruh sampel lipstik mengandung timbal. Kandungan tersebut masih memenuhi syarat peraturan BPOM RI yaitu <20 mg/kg. Pengetahuan konsumen dan pedagang adalah baik yaitu masing-masing sebesar 80%. Disarankan kepada BPOM RI untuk memberikan informasi lebih banyak tentang lipstik yang mengandung timbal kepada masyarakat.

Kata Kunci : Timbal, Lipstik, Pengetahuan konsumen, Pengetahuan pedagang


(5)

ABSTRACT

Lipsticks are now becoming the primarily daily needs for women. Some lipsticks has already contaminated by heavy metal for example lead. Lead in lipstick goes in to the body through mouth and absorbed through skin. The knowledge of consumers and sellers is really important to know because it will effect the way of choosing their lipsticks products that they want to use or sell. The purpose of this research is to know how much lead was being used in imported lipsticks and in domestic lipsticks products as well as to know how far

the consumers’ and the sellers’ knowledge about lipsticks which sold at Petisah

Market in Medan.

This research is a descriptive research. The population of consumers are all the consumer who bought lipsticks in the location of research. The sample of consumers is 30 that has been taken by accidental sampling. The population of the sellers is 25. The sample of sellers is 25 that has been taken by total sampling. The data was analyzed by descriptive in table and narration.

The result of this research showed that 8 samples of lipstick that have been tested, contained lead with the range between 0,121-2,010 ppm. The level of

consumers’ knowledge was divided in to the intermediate level of knowledge

about (20%) and the good level of knowledge about (80%). The level of sellers’ knowledge was divided in to the intermediate level of knowledge about (20%) and the good level of knowledge about (80%).

The conclusion is all the sample of lipsticks products contained lead. The content is still acceptable according to the regulation of BPOM RI that is <20

mg/kg. Both of consumers’ and sellers’ knowledge are in good level of knowledge which is 80%. Suggested to BPOM RI to give more information about lipsticks that consisting lead to the society.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MARTHA HELEN SIHITE

Tempat Lahir : Parapat Tanggal Lahir : 11 Mei 1994 Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Anak ke : 4 dari 4 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Pendidikan, Parapat Nama Ayah : M. Sihite

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : R. Simamora

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SDN 094151 Sipangan Bolon Parapat : 1999 - 2005 2. SMPN 1 Sipangan Bolon Parapat : 2005 - 2008 3. SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar : 2008 - 2011 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2011 - 2015


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar

Petisah Kota Medan Tahun 2015”.

Selama pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH dan dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

5. Umi Salmah, SKM, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.


(8)

6. Direksi Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan yang telah membantu penulis dalam pengambilan data untuk penulisan skripsi.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda M. Sihite dan Ibunda R. Simamora, kakakku Juli, abang-abangku Binsar dan Bekry, abang iparku Sihol, kakak iparku Sonya, keponakanku Timothy dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, inspirasi serta doa untuk penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terkasih Solafide (Lulu, Nova, Theresia, Marini) yang saling menemani, mendukung, serta memberi semangat satu sama lain.

9. Sahabat-sahabat SMP (Nancy dan Theresa) dan SMA (Ulidesi) yang sudah setia menjadi teman penulis bertukar pikiran serta membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Kelompok kecil Quasimodogeniti (kak Henny, Elis, Lulu, Martharia, Ratna, dan Theresia) yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

11.Teman-teman Latihan Kerja Peminatan (Ade, Irma, Ririn, dan bang Panji) yang sudah memberikan inspirasi serta dukungan kepada penulis.

12.Teman-teman Pengalaman Belajar Lapangan (Putri, Sheyna, Widya, Daniel, Joen, Iren, dan kak Nella) yang turut memberikan semangat dan berbagi pengalaman dengan penulis.

13.Teman-teman Gemiers (Jane, Junita, dan Nenny) yang sudah setia menjadi teman bertukar pikiran dalam pengerjaan skripsi ini.


(9)

14.Teman-teman terkasih Rahma, Renta, serta seluruh teman-teman satu Peminatan Kesehatan Lingkungan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan baik dalam materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca demi memperkaya materi skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen... 6

2.2 Logam Timbal... 6

2.2.1 Pengertian dan Sifat Logam Timbal... 6

2.2.2 Penggunaan Logam Timbal... 8

2.2.3 Keracunan Logam Timbal... 8

2.2.4 Dampak Timbal Terhadap Kesehatan... 11

2.2.5 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan... 16

2.2.5 Tingkat Timbal Normal dalam Tubuh... 18

2.3 Kosmetika... 19

2.3.1 Pengertian Kosmetika... 19

2.3.2 Jenis-jenis Kosmetika... 21

2.3.3 Kosmetika Dekoratif... 22

2.4 Lipstik... 23

2.4.1 Pengertian dan Persyaratan Lipstik... 23

2.4.2 Jenis- Jenis Lisptik... 25

2.4.3 Kandungan Lipstik... 28

2.4.4 Tahapan Pembuatan Lipstik... 30

2.5 Timbal pada Lipstik... 31

2.6 Cara Pengendalian Paparan Timbal pada Lipstik... 32

2.7 Tingkat Pengetahuan... . 34

2.8 Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)... 36


(11)

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1Jenis Penelitian... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian... 38

3.2.2 Waktu Penelitian... 38

3.3 Objek Penelitian... 38

3.4 Populasi dan Sampel... 39

3.4.1 Populasi... 39

3.4.2 Sampel... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data... 39

3.4.1 Data Primer... 39

3.4.2 Data Sekunder... 40

3.6 Defenisi Operasional... 40

3.7 Aspek Pengukuran... 40

3.7.1 Pemeriksaan Timbal... 40

3.7.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik... 41

3.8 Prosedur Pengukuran Timbal... 42

3.8.1 Peralatan dan Bahan... 42

3.8.2 Cara Kerja... 43

3.8.2.1 Dekstruksi... 43

3.8.2.2 Pengukuran... 43

3.8.3 Perhitungan... 44

3.9 Teknik Pengolahan Data... 44

3.10 Teknik Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN... 46

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 46

4.2 Pendataan Jumlah Merek Lipstik yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 46

4.3 Hasil Pemeriksaan Timbal Pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 49

4.4 Karakteristik Responden... 50

4.5 Hasil Pengukuran Pengetahuan Konsumen dan Pedagang di pasar Petisah kota Medan Tahun 2015... 52

4.6 Hasil Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik pasar Petisah kota Medan Tahun 2015... 59

BAB V PEMBAHASAN... 61

5.1 Kandungan Timbal pada Lipstik... 61

5.2 Karakteristik Responden... 63

5.3 Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik... 64


(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 67

6.1 Kesimpulan... 67

6.2 Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa... 19

Tabel 4.1 Hasil Pendataan Merek Lipstik yang Beredar di Pasar Petisah... 47

Tabel 4.2 Jumlah Penjual Berbagai Kode Merek Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan

Tahun 2015... . 48

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Timbal Pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 49

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Konsumen dan

Pedagang di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 51

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Konsumen dan Pedagang di Pasar Petisah Kota Medan

Tahun 2015... 52

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Konsumen di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 52

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pengukuran Pengetahuan Konsumen dan Pedagang di Pasar Petisah

Kota Medan Tahun 2015... 53

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 60


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia... 10

Gambar 2.2 Lipstik jenis stik... 26

Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete... 26

Gambar 2.4 Lipstik jenis liquid... 26

Gambar 2.5 Lipstik jenis pen lippolish... 27

Gambar 2.6 Lipstik jenis paste... 27

Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss... 28

Gambar 4.1 Uji Kualitatif Timbal pada Lipstik Menggunakan Cincin 18 Karat... 50


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian... 72

Lampiran 2. Master Data Karakteristik Konsumen di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 75

Lampiran 3. Master Data Karakteristik Pedagang di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 76

Lampiran 4. Master Data Tingkat Pengetahuan Konsumen di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 77

Lampiran 5. Master Data Tingkat Pengetahuan Pedagang di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 79

Lampiran 6. Output SPSS Karakteristik Konsumen di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 81

Lampiran 7. Output SPSS Karakteristik Pedagang di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 82

Lampiran 8. Output SPSS Hasil Pengetahuan Konsumen Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... 83

Lampiran 9. Output SPSS Hasil Pengetahuan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan... 86

Lampiran 10. Output SPSS Hasil Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015... .. 89

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian... 91

Lampiran 12. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 17 Tahun 2014... .. 96

Lampiran 13. Surat Permohonan Izin Penelitian... 97

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian... 98

Lampiran 15. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian... 99


(16)

ABSTRAK

Lipstik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi wanita. Beberapa lipstik sudah tercemar logam berat seperti timbal. Timbal pada lipstik dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara tertelan melalui mulut dan terserap melalui kulit. Pengetahuan konsumen dan pedagang penting untuk diketahui karena akan membentuk tindakan dalam memilih produk lipstik yang akan digunakan atau dijual. Tujuan penelitian adalah mengetahui kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan.

Jenis Penelitian bersifat deskriptif. Populasi konsumen adalah seluruh konsumen yang membeli lipstik di lokasi penelitian. Sampel konsumen adalah 30 konsumen yang diambil dengan metode accidental sampling. Populasi pedagang adalah 25 pedagang. Sampel pedagang adalah 25 pedagang yang diambil dengan metode total sampling. Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 sampel lipstik yang diuji mengandung timbal dengan kisaran 0,121-2,010 mg/kg. Tingkat pengetahuan konsumen terdiri dari pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan baik (80%). Tingkat pengetahuan pedagang terdiri dari pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan baik (80%).

Kesimpulan adalah seluruh sampel lipstik mengandung timbal. Kandungan tersebut masih memenuhi syarat peraturan BPOM RI yaitu <20 mg/kg. Pengetahuan konsumen dan pedagang adalah baik yaitu masing-masing sebesar 80%. Disarankan kepada BPOM RI untuk memberikan informasi lebih banyak tentang lipstik yang mengandung timbal kepada masyarakat.

Kata Kunci : Timbal, Lipstik, Pengetahuan konsumen, Pengetahuan pedagang


(17)

ABSTRACT

Lipsticks are now becoming the primarily daily needs for women. Some lipsticks has already contaminated by heavy metal for example lead. Lead in lipstick goes in to the body through mouth and absorbed through skin. The knowledge of consumers and sellers is really important to know because it will effect the way of choosing their lipsticks products that they want to use or sell. The purpose of this research is to know how much lead was being used in imported lipsticks and in domestic lipsticks products as well as to know how far

the consumers’ and the sellers’ knowledge about lipsticks which sold at Petisah

Market in Medan.

This research is a descriptive research. The population of consumers are all the consumer who bought lipsticks in the location of research. The sample of consumers is 30 that has been taken by accidental sampling. The population of the sellers is 25. The sample of sellers is 25 that has been taken by total sampling. The data was analyzed by descriptive in table and narration.

The result of this research showed that 8 samples of lipstick that have been tested, contained lead with the range between 0,121-2,010 ppm. The level of

consumers’ knowledge was divided in to the intermediate level of knowledge

about (20%) and the good level of knowledge about (80%). The level of sellers’ knowledge was divided in to the intermediate level of knowledge about (20%) and the good level of knowledge about (80%).

The conclusion is all the sample of lipsticks products contained lead. The content is still acceptable according to the regulation of BPOM RI that is <20

mg/kg. Both of consumers’ and sellers’ knowledge are in good level of knowledge which is 80%. Suggested to BPOM RI to give more information about lipsticks that consisting lead to the society.


(18)

Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal (Simamora, 2001). Produk konsumen sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan toksik merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh (Pohan, 2014).

Salah satu bahan toksik yang terdapat pada produk konsumen adalah logam berat timbal (Widowati et.al. 2008). Beberapa produk konsumen seperti mainan, aksesoris, tempat makanan, dan tempat pakaian ditemukan mengandung timbal (Suherni, 2010). Produk konsumen lain yang ditemukan mengandung timbal adalah kosmetika jenis lipstik (Vida et.al. 2012).

Ada berbagai macam kosmetika jenis lipstik yang tersedia di pasar hasil produksi pabrik kosmetika di dalam negeri dan di luar negeri (Wasitaadmadja, 1997). Banyak kaum wanita yang merasa belum lengkap berdandan kalau belum memakai lipstik (Ismunandar, 2007). Lipstik merupakan produk kosmetika yang paling luas digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Lipstik yang aman adalah lipstik yang tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya. Salah satu parameter untuk mengetahui lipstik tersebut aman atau tidak adalah dari kandungan logam-logam berbahaya yang ada di dalamnya, misalnya adalah logam timbal (Supriyadi, 2008).


(19)

Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam kosmetika baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak dibenarkan (BPOM RI, 2014). Lipstik yang mengandung timbal merupakan produk yang berbahaya karena pemakaiannya pada bibir memungkinkan sebagian bahan tertelan bersama ludah, makanan, dan minuman yang dikonsumsi (Supriyadi, 2008). Timbal pada lipstik juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (BPOM, 2011). Timbal yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang (BPOM RI, 2014). Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal berpengaruh terhadap sistem syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar, 2008).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, menyatakan bahwa batas cemaran timbal dalam kosmetika adalah <20mg/kg atau 20mg/L (20 bpj).

BPOM RI pernah mengeluarkan daftar 68 kosmetika yang mengandung bahan berbahaya hasil pengawasan sepanjang tahun 2014. Kosmetika berbahaya yang ditemukan berupa bedak, krim pemutih, lipstik, dan perona wajah. Kosmetika tersebut mengandung bahan beracun seperti merkuri, timbal, asam retinoat, dan rhodamin B (Akbar, 2014). Pada bulan Desember tahun 2014,


(20)

BPOM RI rilis 10 kosmetika berbahaya yang salah satu darinya adalah lipstik impor yang mengandung timbal berlebihan (Adityowati, 2014).

Pada tahun 2012, ditemukan cemaran timbal pada lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di Iran. Kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda yaitu +40 mg/kg (Ziarati et. al. 2012). Di Jakarta Selatan juga ditemukan kandungan timbal pada lipstik. Sampel lipstik yang diuji yaitu sebanyak 6 sampel seluruhnya mengandung timbal melebihi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal dari luar negeri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam negeri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al. 2012).

Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan konsumen akan membentuk tindakan konsumen dalam memilih produk lipstik yang akan dipakai. Begitu pula tingkat pengetahuan pedagang akan membentuk tindakan pedagang dalam memilih produk lipstik yang akan dijual.

Pasar Petisah merupakan pasar tradisional yang mudah dijangkau masyarakat kota Medan. Di pasar Petisah kota Medan ini terdapat sekitar 25 pedagang kosmetika yang menjual lipstik impor dan dalam negeri. Berdasarkan hal-hal diatas, maka dilakukan penelitian tentang analisis kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan tahun 2015.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri dan bagaimana tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan tahun 2015.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui ada atau tidaknya kandungan Timbal pada lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di pasar Petisah kota Medan.

2. Mengetahui jumlah kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di pasar Petisah kota Medan disesuaikan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan konsumen terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan tahun 2015.

2. Bagi masyarakat kota Medan khususnya konsumen dan pedagang lipstik sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri.

3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di pasar Petisah kota Medan.

4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan tentang kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di pasar Petisah kota Medan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen

Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal (Simamora, 2001). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh. Meningkatnya penggunaan senyawa kimia berbahaya pada produk konsumen mengakibatkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan (Pohan, 2014).

Salah satu bahan toksik dalam produk konsumen adalah logam berat. Toksisitas logam berat dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan cara termakan (melalui saluran pencernaan), dan penetrasi melalui kulit. Menurut Gossel dan Bricker, ada 5 logam berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan besi (Fe) (Darmono, 2001).

2.2 Logam Timbal

2.2.1 Pengertian dan Sifat Logam Timbal

Timbal dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 2 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2008). Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah,


(24)

mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Jika timbal dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya (Widowati et. al. 2008).

Timbal pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Namun Timbal juga berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami (Widowati et.al. 2008). Timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan dan berbagai penggunaan dalam industri (Lu, 1995). Timbal merupakan logam yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain (Sunu, 2001).

Menurut Palar (2008), logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,50C.

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam logam biasa, kecuali emas dan merkuri.


(25)

2.2.2 Penggunaan Logam Timbal

Dalam kehidupan sehari-hari, timbal banyak digunakan dalam industri logam, baterai, cat, kabel, karet, mainan anak-anak, dan bahan tambahan dalam bensin (Sartono, 2002). Timbal juga digunakan untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, bahan kimia, pewarna, pipa dan solder. Timbal dapat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut-glaze silika dengan okside lainnya-yaitu merupakan lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik. Komponen timbal (PbO) ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk sifat yang mengkilap yang tidak dibentuk okside lainnya (Sunu, 2001).

Timah hitam digunakan pula sebagai zat warna yaitu Pb karbonat dan Pb sulfat sebagai zat warna putih dan Pb kromat sebagai krom kuning, krom jingga, krom merah dan krom hijau (Palar, 1994 dalam Ardyanto,2005).

2.2.3 Keracunan Logam Timbal

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Penyerapan lewat pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008). Penyerapan lewat oral akan masuk ke saluran pencernaan dan masuk ke


(26)

dalam darah (Fardiaz, 2001 dalam Naria, 2005). Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan lemak (Palar, 2008).

Tidak semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh melainkan hanya sekitar 5-10% dari jumlah Pb yang masuk melalui oral yang akan diserap tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 % yang akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feces. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal berpengaruh terhadap sistem syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung (Palar, 2008).

Unsur Pb yang terserap masuk ke dalam tubuh perlu waktu yang cukup lama untuk hilang keluar dari tubuh (Akhadi, 2009). Batas kandungan logam timbal yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut ketentuan FAO/WHO (JECFA= Joint Expert Comitte On Food Additives) adalah sebesar 0,05 mg/kg berat badan (Darmono, 2001). Pada jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam membentuk ion (Pb2+) mampu menggantikan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar, 2008). Sebagian timbal kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses (Widowati et. al. 2008).

Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di dalam darah untuk orang dewasa pada umumnya sekitar 60-100 mikrogram per


(27)

100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu, 2001).

Berikut ini adalah skema akumulasi paparan timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia:

Gambar 2.1 Akumulasi timbal pada tubuh manusia (Sumber : Depkes RI, 2001 dalam Naria, 2005)

Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis, bahkan kematian. Efek keracunan timbal secara akut sangat khas, berkaitan dengan paparan dosis yang relatif tinggi, waktu paparan yang relatif singkat, baik dalam hitungan hari atau bulan. Efek keracunan timbal secara akut juga dapat terjadi secara dramatis, kematian yang tiba-tiba, kram perut yang

Timbal (Pb)

1. Pernafasan 2. Oral 3. Kulit

Jaringan Lunak : 1. Hati 2. Ginjal 3. syaraf Darah

Jaringan Mineral: 1. Tulang 2. Gigi

Sekreta: 1. Urin 2. Faeces 3. keringat


(28)

parah, anemia, perubahan perilaku, dan kehilangan nafsu makan. Pada kejadian keracunan timbal, tidak semua efek yang telah dipaparkan muncul secara lengkap, tetapi hanya sebagian efek saja yang teramati dengan jelas.

Efek keracunan timbal kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi pada kurun waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan timbal kronis biasanya menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua sistem tubuh. Efek negatif keracunan timbal kronis pada manusia menurut laporan penelitian Pokras dan Kneeland (2009) terdiri atas penurunan libido dan kesuburan (jantan dan betina), keguguran dan kelahiran prematur, masalah kecerdasan, hipertensi, kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan fungsi ginjal (Mustika et.al. 2014).

Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1977) dalam Naria (2005) dipengaruhi oleh:

1. Umur. Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anak anak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.

2. Jenis kelamin. Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria. 3. Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.

4. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal. 5. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.

2.2.4 Dampak Timbal Terhadap Kesehatan

Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal di dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang banyak


(29)

menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang berbeda-beda (Palar, 2008).

Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah: 1. Sistem haemopoietik

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks tersebut melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut sehingga sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan sintesa sel darah merah mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al. 2008).

2. Sistem syaraf

Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang dan kematian sel-sel syaraf (Robins, 1995 dalam Naria,


(30)

2005). Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al. 2008).

3. Sistem urinaria

Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir semua bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh atau yang harus dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin (Palar, 2008).

4. Sistem reproduksi

Pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih jantan dan betina yang diberi perlakuan dengan 1% Pb-asetat ke dalam makanannya, didapatkan penurunan kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang dihasilkan dari perkawinan antara tikus jantan yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat dan betina yang normal (tidak diberi perlakuan), mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan janin yang terdapat pada betina yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan. Pada wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang dan juga


(31)

masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Ibu hamil yang terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008). Jika bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008). 5. Sistem endokrin

Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008). Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131 (yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008). 6. Sistem gastrointestinal

Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal (Widowati et. al. 2008). Gejala awal muncul pada konsentrasi timbal (Pb)

dalam darah sekitar 80 μg / 100 ml, gejala-gejala tersebut meliputi kurangnya nafsu makan, gangguan pencernaaan, gangguan epigastrik setelah makan, sembelit dan diare. Jika kadar timbal (Pb) dalam darah melebihi 100 μg / 100 ml, maka kecenderungan untuk munculnya gejala lebih parah lagi, yaitu bagian perut kolik terus menerus dan sembelit yang lebih parah. Jika gejala ini tidak


(32)

segera ditangani, maka akan muncul kolik yang lebih spesifik. Konsentrasi timbal (Pb) dalam darah diatas 150 μg / 100 ml penderita menderita nyeri dan melakukan reaksi kaki ditarik-tarik kearah perut secara terus menerus dan menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya keringat pada kening. Jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kolik dapat terjadi selama beberapa hari, bahkan hingga satu minggu (Naightray, 2013).

7. Sistem kardiovaskuler

Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah (Widowati et. al. 2008). Timbal juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Jika terjadi hal demikian, maka pasien tersebut akan mengalami hipotonia. Kemungkinan kerusakan miokardial harus diperhatikan (Naightray, 2013).

8. Risiko karsinogenik.

International Agency for Research on Center (IARC) menyatakan bahwa

timbal (Pb) inorganik dan senyawanya, kemungkinan menyebabkan kanker pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker adanya kerusakan DNA yang menyebabkan peningkatan lesi genetik herediter yang menetap atau disebut mutasi. Timbal (Pb) diperkirakan mempunyai sifat toksik pada gen sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan DNA / mutasi gen dalam kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak akibat terpapar timbal (Pb) adalah sebagai berikut : timbal (Pb) masuk kedalam darah melalui makanan dan akan tersimpan dalam organ tubuh yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA,


(33)

proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya berkembang menjadi tumor ganas (Naightray, 2013).

2.2.5 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan A. Udara

Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan. Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien untuk timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 μg/Nm3.

B. Air

Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh ikan-ikan (Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 adalah 0,1 mg/l.


(34)

C. Tanah

Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5 – 25 mg/kg (Widowati et. al. 2008). Jika timbal telah mencemari permukaan tanah, maka timbal dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Timbal di tanah tersebut dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).

D. Tanaman

Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi (Charlene, 2004 dalam Widaningrum et. al. 2007). Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya serapan timbal oleh akar tanaman (Widaningrum et. al. 2007). Bila tanaman seperti sayuran yang


(35)

mengandung timbal dikonsumsi manusia, akan menyebabkan terjadinya penyerapan timbal di dalam tubuh manusia.

E. Makanan

Semua bahan pangan alami mengandung Timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam timbal (Palar, 2008).

2.2.6 Tingkat Timbal Normal dalam Tubuh

Untuk mengetahui kandungan timbal di dalam tubuh dapat dilakukan dengan menganalisis konsentrasi timbal di dalam darah atau urin (Sunu, 2001). Pada manusia dewasa jumlah kandungan atau konsentrasi timbal dalam darah tidak sama. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan tersebut, maka konsentrasi timbal dapat digolongkan ke dalam empat kategori. Bila manusia terpapar oleh timbal dalam batasan normal atau dalam batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh timbal tidak akan bekerja dan tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai batas ambang, maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan timbal (Palar, 2008).


(36)

Tabel 2.1 Empat Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa

Kategori µg Pb/100ml Darah Deskripsi

A (Normal) <40 Tidak terkena paparan

atau tingkat paparan Normal

B (dapat dioleransi) 40-80 Pertambahan penyerap- an dari keadaan terpa- par tetapi masih bisa di Toleransi

C (berlebih) 80-120 Kenaikan penyerapan

dari keterpaparan yang banyak dan mulai mem- perlihatkan tanda-tanda Keracunan

D (tingkat bahaya) >120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tanda-tanda keracunan ringan sampai berat (Sumber: Palar, 2008)

Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes (2001) adalah 10 μg/dl darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10- 25 μg/dl darah (Naria, 2005). Bila manusia terpapar oleh Pb dalam normal atau batasan toleransi, maka daya racun yang dimiliki oleh Pb tetap akan bekerja dan bila jumlah yang diserap telah mencapai ambang atau bahkan melebihi batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala keracunan Pb yang lebih banyak menyerang bagian tubuh (Kurniawan, 2008).

2.3 Kosmetika

2.3.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika adalah sediaan atau panduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar) gigi


(37)

dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Permenkes RI, 1998).

Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa disekitar mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2003).

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaadmadja, 1997).

Kosmetika impor adalah kosmetika yang dibuat oleh industri di luar negeri yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah indonesia (BPOM RI, 2003). Kosmetika dalam negeri adalah kosmetika yang dibuat dan dikemas oleh industri kosmetika di dalam negeri atau dibuat di luar negeri namun dikemas dalam kemasan primer oleh industri kosmetika di dalam negeri. Kemasan Primer adalah wadah/kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi (BPOM RI, 2010).


(38)

2.3.2 Jenis - Jenis Kosmetika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI yang dikutip oleh Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lainlain. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. 4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain. 5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain-lain.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain.

Menurut Anita yang dalam Rostamailis (2005), kosmetika terbagi atas 2 macam, yaitu:


(39)

1. Kosmetika tradisional. Maksudnya adalah kosmetika alamiah yang dibuat sendiri, langsung dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah dikeringkan, buah-buahan atau tanam-tanaman yang ada disekitar kita.

2. Kosmetika modern. Maksudnya adalah kosmetika yang diproduksi secara pabrik (laboratorium) di mana bahan-bahannya yang telah dicampur dengan zat-zat kimia yang mengawetkan kosmetika tersebut.

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetika menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut :

1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetics).

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya :

a. Kosmetika untuk membersihkan kulit (cleanser) b. Kosmetika untuk melembabkan kulit (mouisturizer) c. Kosmetika pelindung kulit

d. Kosmetika untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) 2. Kosmetika riasan (dekoratif atau make-up).

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

2.3.3 Kosmetika Dekoratif

Kosmetika dekoratif merupakan kosmetika yang hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif


(40)

terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum. (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), kosmetika dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:

1. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

2. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.

Menurut Wasitaatmadja (1997), berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi:

1. Kosmetika rias kulit (wajah). 2. Kosmetika rias bibir.

3. Kosmetika rias rambut. 4. Kosmetika rias mata. 5. Kosmetika rias kuku.

Bibir adalah bagian muka yang sering bergerak. Bibir memberi ekspresi seperti mata walaupun tidak bergerak (Soerjopranoto dan Poerwosoenoe, 1984). Bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang maupun alat seksual yang cukup diandalkan (Wasitaatmadja, 1997). Warna bibir akan memberi tanda khusus pada wajah dan menjadi sentuhan akhir yang melengkapi dan


(41)

menyempurnakan seluruh riasan di wajah, serta menghasilkan penampilan yang seimbang dan sempurna (Bentley, 2005).

Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu:

1. Lipstik dan lip crayon.

2. Krim bibir (lip cream) dan pengkilat bibir (lip gloss).

3. Penggaris bibir (lip liner) dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Lipstik

2.4.1 Pengertian dan Persyaratan Lipstik

Lipstik dalam berbagai bentuk dan wujud telah ada sejak dahulu kala. Sejarah mencatat, orang Mesir kuno menggunakan henna untuk mewarnai bibirnya (Ismunandar, 2007). Lipstik adalah suatu bahan make-up/riasan yang selalu dioleskan di bibir (Rostamailis, 2005). Lipstik juga merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Ditjen POM dalam Utami (2011), lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik.


(42)

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), persyaratan untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat, antara lain :

1. Melapisi bibir secara mencukupi.

2. Dapat bertahan di bibir dalam waktu yang lama. 3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket. 4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir. 5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya. 6. Memberikan warna yang merata pada bibir.

7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.

8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, dinyatakan bahwa cemaran timbal dalam kosmetika tidak lebih dari 20mg/kg atau 20mg/L (20bpj).

2.4.2 Jenis - Jenis Lipstik

Berikut ini ada beberapa jenis lipstik, seperti: 1. Stik

Lipstik jenis ini tidak mengilap dan sedikit lembab (Gusnaldi, 2007). Agar tahan lama, dioleskan seperti biasa dan dihapus dengan tisu. Setelah itu dioleskan kembali (Hafizh, 2014).


(43)

Gambar 2.2 Lipstik jenis stik (Sumber : Gusnaldi, 2007)

2. Pallete

Dalam satu wadah kecil terdapat beberapa jenis warna. Mengandung krim untuk melembabkan bibir (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.3 Lipstik jenis pallete (Sumber : Gusnaldi, 2007)

3. Liquid

Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi dengan spons atau kuas kecil di bagian ujung untuk mempermudah pengolesan (Gusnaldi, 2007). Biasanya listik jenis cair berfungsi sebagai pengkilap dan pelembab (Hafizh, 2014).

Gambar 2.4 Lipstik jenis liquid (Sumber : Gusnaldi, 2007)


(44)

4. Pen Lippolish

Kemasannya seperti pena. Bentuknya cair, mengkilap di bibir. Praktis karena ujungnya dilengkapi dengan kuas (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.5 Lipstik jenis pen lippolish (Sumber : Gusnaldi, 2007)

5. Pasta

Bentuknya cair seperti gel dan dikemas dalam tube seperti pasta gigi Lipstik jenis ini diratakan pada bibir dengan menggunakan jemari (Gusnaldi, 2007).

Gambar 2.6 Lipstik jenis paste (Sumber : Gusnaldi, 2007)

6. Gloss

Memberi kesan mengilap dan bercahaya pada bibir. Beberapa dilengkapi dengan glitter untuk memberi efek berkilau keperakan (Gusnaldi, 2007). Warna bening akan menimbulkan kesan natural. Lipstik jenis ini mengkilat sehingga memberi efek bibir lebih menonjol, maka tidak disarankan untuk bibir tebal (Hafizh, 2014).


(45)

Gambar 2.7 Lipstik jenis gloss (Sumber : Gusnaldi, 2007) 2.4.3 Kandungan Lipstik

Badan lipstik biasanya terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin, biasanya lilin tawon lebah campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir ketika digunakan. Pewarna yang digunakan pada lipstik harus bersifat tidak larut dalam air. Sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna (Ismunandar, 2007). Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus communelinne (Familia Euphorbiaceae) (Depkes RI, 1995).

Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut : 1. Lilin

Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax, spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstick (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: minyak castrol, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil (Tranggono dan Latifah, 2007).


(46)

3. Lemak

Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin (Tranggono dan Latifah, 2007).

4. Acetoglycerides

Asetogliserid berfungsi untuk memperbaiki sofat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan (Tranggono dan Latifah, 2007).

5. Zat-zat pewarna (coloring agents)

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik didalam eosin adalah castrol oil. Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo dan Sumarsih (2007) dalam Yatimah, 2014)

6. Antioksidan

Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997):

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika. b. Tidak berwarna.

c. Tidak toksik.


(47)

7. Bahan pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir, kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan organisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan adalah metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000 dalam Yatimah, 2014).

8. Bahan pewangi

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar

(flavoring) harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).

9. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.4 Tahapan Pembuatan Lipstik

Tahapan pembuatan lipstik secara umum meliputi beberapa langkah berikut ini:

1. Bahan dasar pembuatan lipstik adalah minyak, lemak dan lilin. Bahan baku lipstik dilelehkan dan campuran dibuat secara terpisah. Campuran tersebut dipanaskan dalam stainless steel yang terpisah.


(48)

2. Pelarut dan minyak cair kemudian dicampur dengan pigmen warna. Campuran akan melewati mesin roll untuk menggiling campuran sehingga menghasilkan pigmen yang halus.

3. Setelah pigmen selesai digiling dan dicampur, lilin yang sudah dipanaskan dicampurkan. Campuran diaduk hingga merata dan memiliki warna yang sama. 4. Lipstik harus bebas dari gelembung udara. Lipstik yang masih dalam bentuk

cair kemudian dapat disaring dan dibentuk, dan dituang ke dalam cetakan. 5. Lipstik didinginkan.

6. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diperiksa. Jika cacat, akan diulang. 7. Lipstik siap diberi label dan dikemas (Yola, 2013).

2.5 Timbal pada Lipstik

Beberapa lipstik ditemukan mengandung Timbal. Timbal digunakan untuk membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian udara (oxidation) dan tahan air

(waterproof) (Utomo, 2005). Kontaminasi timbal pada lipstik dapat juga berasal dari kontaminasi solder timbal atau cat yang mengandung timbal yang terdapat pada peralatan produksi (Hepp et.al. 2009). Kosmetika mudah teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang akan mengubah warna dan bentuk kosmetika (Wasitaadmadja, 1997).

Logam timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Deret Volta yang diurutkan kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb berada pada urutan ke-13 dari 19 unsur. Semakin ke kanan, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit mengalami oksidasi (Sutresna, 2007). Timbal juga memiliki sifat sulit larut dalam


(49)

air dingin dan air panas (Palar, 1994 dalam Ardyanto, 2005). Hal-hal tersebut membuat lipstik yang mengandung timbal menjadi tahan oksidasi dan tahan air.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal pada lipstik. Salah satunya adalah uji kandungan logam berat timbal pada lipstik yang beredar di Jakarta Selatan. Sebanyak 6 sampel lipstik yang diuji seluruhnya mengandung timbal melebihi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM yaitu melebihi 20 mg/kg. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal dari luar negeri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam negeri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al. 2012). Penelitian juga telah dilakukan oleh Ziarati et al (2012). Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna merah muda yaitu +40 mg/kg.

Lipstik yang mengandung timbal dapat kita cek sendiri yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo, 2005).

2.6 Cara Pengendalian Paparan Timbal pada Lipstik

Cara pengendalian dapat dilakukan sebelum dan sesudah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan sebelum terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:

1. Cermat memilih dan membeli lipstik sesuai kebutuhan sehingga tidak terpengaruh promosi yang berlebihan.


(50)

2. Cermat dalam menggunakan lipstik.

a. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan pemilihan lipstik yang aman ke dokter kandungan atau dokter kulit.

b. Tidak sembarangan memakai lipstik milik orang lain. 3. Cermat membaca informasi yang tercantum dalam lipstik.

a. Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label seperti cara penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau peringatan lain (bila ada).

b. Untuk lipstik yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar. Sedangkan produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan jelas pada label.

c. Daftar lipstik yang ternotifikasi/teregistrasi oleh Badan POM dapat dicek melalui website Badan POM (BPOM RI, 2014).

4. Cek sendiri keberadaan timbal pada lipstik yaitu dengan cara menggoreskan lipstik beberapa kali ke tangan. Lalu, cincin emas 18 karat disapukan di atas lapisan lipstik. Jika warna lipstik berubah menjadi kusam atau kehitam-hitaman, kemungkinan besar lipstik mengandung timbal berlebihan (Utomo, 2005).

Berikut ini adalah beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan setelah terjadi paparan timbal pada lipstik di dalam tubuh:

1. Menghentikan penambahan paparan timbal yang memasuki tubuh penderita (Ardyanto, 2005).


(51)

2. Konsumsi suplemen kalsium

Menurut Hasan (2012), pemberian kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan kadar timbal dalam darah dari

10,35±3,36 μg/dL secara bermakna menjadi 3,2±1,58 μg/dL. Absorbsi timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang mengganggu terhadap distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi timbal dalam darah (Hardman et. al. 2001 dalam Hasan, 2012).

3. Konsumsi buah Apel.

Pektin (serat larut) dalam apel dapat mengikat logam berat, seperti timbal dan merkuri, dan mengeluarkannya dari tubuh. Mekanismenya melalui pencegahan konstipasi (sulit buang air besar) sehingga substansi toksik dapat segera dikeluarkan melalui feses (Shandy, 2011)

4. Melakukan pengobatan dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous. Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan jaringan lunak yang kemudian akan dikeluarkan melalui urin (Ardyanto, 2005).

2.7 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi settelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,


(52)

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).

Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar

3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan konsumen akan membentuk tindakan konsumen dalam memilih produk lipstik


(53)

yang akan dipakai. Begitu pula tingkat pengetahuan pedagang akan membentuk tindakan pedagang dalam memilih produk lipstik yang akan dijual. Menurut Notoadmojo (2007), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Usia, merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).

2. Pendidikan, merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam suatu lembaga.

3. Sumber informasi, merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara salam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan.

2.8 Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dari sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.

Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Larutan yang dianalisis haruslah sangat encer. Metode pelarutan apapun yang dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis (Rohman, 2007).


(54)

2.9 Kerangka Konsep

Kandungan timbal pada lipstik: - impor

- dalam negeri

Tingkat pengetahuan: - konsumen - pedagang (terhadap lipstik)

Pemeriksaan Laboratorium

Ada

Tidak Ada

Memenuhi syarat: <20 ppm

Tidak memenuhi

syarat: >20 ppm Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di Pasar Petisah kota Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pasar Petisah Kota Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena :

1. Pasar Petisah kota Medan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Medan yang yang mudah dijangkau masyarakat.

2. Terdapat pedagang kosmetik yang menjual lipstik impor dan dalam negeri di Pasar Petisah kota Medan yaitu sekitar 25 orang.

3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis kandungan Timbal pada lipstik impor dan dalam negeri serta tingkat pengetahuan pedagang dan konsumen terhadap lipstik di Pasar Petisah kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2015.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah 2 lipstik impor jenis Stik, 2 lipstik impor jenis


(56)

berwarna merah muda yang beredar di Pasar Petisah kota Medan. Lipstik jenis Stik dan liquid tersebut merupakan lipstik yang paling diminati masyarakat yang membeli lipstik di pasar Petisah kota Medan.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi konsumen dan populasi pedagang. Populasi konsumen yaitu konsumen yang membeli lipstik di Pasar Petisah kota Medan dan populasi pedagang adalah pedagang lipstik yang bejualan di pasar Petisah kota Medan. Populasi pedagang ada sebanyak 25 orang.

3.4.2 Sampel

Pengambilan sampel konsumen sebagai responden yaitu dengan metode accidental sampling. Pengambilan sampel pedagang sebagai responden yaitu dengan menggunakan metode total sampling yang artinya samplel pedagang yang menjadi responden adalah seluruh populasi pedagang lipstik yang ada di Pasar Petisah kota Medan yaitu sebanyak 25 orang.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data primer

1. Data hasil pemeriksaan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di Pasar Petisah kota Medan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

2. Pengambilan data pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik yang beredar di Pasar Petisah kota Medan dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner.


(57)

3.5.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian.

3.6 Defenisi Operasional

1. Kandungan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri adalah kadar timbal sebagai hasil pengukuran dari lipstik impor dan dalam negeri dengan menggunakan metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA).

2. Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik adalah tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang yang diukur dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan tentang lipstik dan timbal sehingga menunjukan hasil pengetahuan baik, sedang atau buruk.

3.7 Aspek Pengukuran 3.7.1 Pemeriksaan Timbal

Timbal pada lipstik impor dan dalam negeri diperiksa dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil yang akan diperoleh yaitu:

1. Ada ditemukan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri. 2. Tidak ada ditemukan timbal pada lipstik impor dan dalam negeri.

Apabila ada ditemukan timbal pada lipstik impor dalam negeri, selanjutnya dibandingkan dengan batas kandungan timbal pada kosmetika sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, yaitu:


(58)

2. Tidak memenuhi syarat apabila kandungan timbal >20 mg/kg atau 20 mg/L (20 bpj).

3.7.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik

Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik diukur dengan menggunakan jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan di dalam kuesioner.

Menurut Pratomo (1986) dalam Sitorus (2007), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi. 2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi. 3. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi.

Tingkat pengetahuan responden konsumen dan pedagang terhadap lipstik masing masing diukur melalui 11 pertanyaan yang diajukan dengan total skor 22. Untuk pertanyaan memiliki 2 pilihan jawaban:

1. Jawaban a dengan skor 2. 2. Jawaban b dengan skor 1.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden, maka pengetahuan responden dapat dikategorikan atas tiga kategori :

1. Tingkat pengetahuan baik, bila skor yang diperoleh >16,5 (>75%).

2. Tingkat pengetahuan sedang, bila skor yang diperoleh antara 8,8-16,5 (40-75%).


(59)

3.8 Prosedur Pengukuran Timbal

Prosedur kerja pemeriksaan timbal (Pb) dengan SSA ini berdasarkan American Society of Testing and Materials (ASTM) part 31 (water) D-3919, yaitu:

3.8.1 Peralatan dan bahan

a. Peralatan: 1. SSA 2. Oven

3. Analytical Balance 4. Hotplate

5. Beaker glass 200 ml 6. Corong

7. Labu ukur 100 ml 8. Washing bottle

9. Sieve ( ayakan ) 100 mesh 10. Cawan porselen

11. Whatman Filter paper No. 42 / 44 b. Bahan atau Pereaksi:

1. Aqua regia ( HCl : HNO3 = 3 : 1 ) 2. HCl encer ( 1+ 9 )


(60)

3.8.2 Cara Kerja 3.8.2.1 Destruksi

Adapun prosedur destruksi sebagai berikut :

1. Sebanyak 1 gram sampel dimasukan ke dalam labu kjeldahl. 2. Ditambahkan 10 ml asam sulfat pekat dan dikocok.

3. Kemudian ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat dan beberapa buah batu didih, dikocok hingga bercampur, diamkan selama 30 menit.

4. Kemudian dipanaskan perlahan-lahan sampai semua sampel larut dan mendidih hingga asam nitro kuning keluar sebanyak mungkin.

5. Dilanjutkan dengan penambahan asam nitrat pekat 1–2 ml dan dipanaskan hingga seluruh bahan organik terbakar, dipanaskan hingga asap putih dari sulfat timbul, didinginkan, diencerkan hingga volume 50 ml.

6. Sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 2 ml di diencerkan hingga 25 ml dengan aquadest.

7. Kemudian dilakukan pengukuran emisi nyala sampel dengan fotometer nyala, dimana sebelumnya alat yang digunakan dikalibrasi dengan deretan standar.

3.8.2.2 Pengukuran

Adapun prosedur pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Sampel dipanaskan didalam oven pada suhu 105oC sampai diperkirakan hilang kadar airnya.

2. Lakukan penggerusan dan diayak memakai ayakan 100 mesh. 3. Timbang sampel dengan teliti ±1 gram kedalam cawan porselen.


(61)

4. Tambahkan 25 ml Aqua regia dan panaskan dengan hotplate (jaga jangan memercik) hingga tinggal sepertiganya.

5. Tambahkan lagi 25 ml, lanjutkan pemanasan hingga larutan tinggal sepertiganya.

6. Tambahkan 10 ml HCl encer dan dinginkan sampai suhu kamar. 7. Saring kedalam Labu ukur 100 ml dengan kertas saring no. 42 atau 8. Paskan dengan air bebas mineral sampai tanda batas.

9. Dengan menggunakan 5 standar seri Pb ( 0, 0.5 1.0, 1.5, 2.0 ppm ), lakukan kalibrasi alat AAS.

10. Ukur absorbansi dengan alat SSA pada panjang gelombang 217.0.

3.8.3 Perhitungan

Cara perhitungan dapat diketahui berdasarkan American Society of Testing and Materials (ASTM) part 31 (water) D-3919, yaitu:

Pb (ppm) = AxFx 100/1000

W x 10

6

= AxFx 100

W

3.9 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara : Dengan :

A = Absorbansi sampel F = Faktor kalibrasi alat SSA W = berat sampel (gr)


(62)

1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol – simbol tertentu.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

3.10 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Hasil pengukuran kadar timbal (Pb) akan dibandingkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika yaitu cemaran timbal tidak lebih dari 20mg/kg atau 20mg/L (20ppm). Data yang diperoleh dari kuesioner mengenai pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap lipstik juga disesuaikan dengan aspek pengukuran yang ditentukan.


(63)

Pada tahun 1920 pasar Petisah masih berupa pasar dalam bentuk perdagangan kaki lima (informal). Kemudian dilakukan pembangunan tahap I pada tahun 1994 dan pembangunan tahap II pada tahun 2000. Pasar Petisah kota Medan memiliki luas wilayah + 10.000 m2. Ditinjau dari sudut geografi, pasar Petisah terletak di kelurahan Petisah, Kecamatan Medan Petisah kota Medan. Batas-batas wilayah Pasar tersebut antara lain:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jalan Rajak Baru III Medan. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Jalan Dharma Wanita Medan. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Rotan Medan.

Sebaelah Barat : Berbatasan dengan Jalan Nibung Utama Medan.

Ditinjau dari keadaan demografi terdapat 2222 pedagang terdaftar di Pasar Petisah. Pasar Petisah juga dilengkapi 2 peturasan, 16 jamban, 62 tempat pembuangan sampah sementara, dan 2 tempat pembuangan sampah umum. Pasar Petisah merupakan salah satu pusat perdagangan kota Medan. Salah satu barang dagangan yang banyak terdapat di pasar Petisah adalah kosmetika berupa lipstik.

4.2 Pendataan Jumlah Merek Lipstik yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

Pendataan jumlah lipstik yang beredar dilakukan terhadap 25 pedagang lipstik yang berdagang di pasar Petisah kota Medan. Hasil pendataan jumlah lipstik impor dan dalam negeri yang beredar di pasar Petisah kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.1


(64)

Tabel 4.1 Hasil Pendataan Jumlah Merek Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

Pedagang Ke-

Jumlah Merek Lipstik

Impor Dalam Negeri

Stik Liquid Stik Liquid

1 5 3 11 4

2 3 3 4 2

3 3 1 9 2

4 3 1 8 3

5 2 1 4 1

6 3 1 4 0

7 2 1 5 1

8 6 1 3 1

9 2 0 3 1

10 2 1 5 1

11 2 2 5 1

12 4 2 12 5

13 2 1 8 2

14 3 2 5 3

15 3 4 6 3

16 2 3 8 2

17 1 0 4 0

18 6 0 3 0

19 1 1 2 0

20 1 1 4 4

21 2 1 10 2

22 1 1 3 0

23 0 0 4 0

24 2 0 6 0

25 2 0 6 0

Pemilihan sampel lipstik di Pasar Petisah dilakukan berdasarkan jumlah kode merek lipstik yang paling banyak beredar di Pasar Petisah kota Medan tahun 2015 sehingga dapat diasumsikan bahwa merek lipstik tersebut paling banyak diminati masyarakat. Warna lipstik yang menjadi sampel uji merupakan warna lipstik yang paling diminati oleh konsumen lipstik yaitu warna merah muda.


(65)

2 lipstik impor jenis stik, 2 lipstik impor jenis liquid, 2 lipstik dalam negeri jenis stik, dan 2 lipstik dalam negeri jenis liquid. Data jumlah penjual kode merek lipstik impor dan dalam negeri dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit yang beredar di Pasar Petisah kota Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Jumah Penjual Berbagai Kode Merek Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015 Lipstik Jenis Lipstik Kode Merek Jumlah Penjual

Impor Stik IS1 23

IS2 14

IS3 4

IS4-IS7 3

IS8-IS9 2

IS10-IS13 1

Liquid IL1 17

IL2 15

IL3-IL4 2

IL5-IL9 1

Dalam Negeri Stik DNS1 19

DNS2 16

DNS3 13

DNS4-DNS5 11

DNS6-DNS7 10

DNS8 7

DNS9 6

DNS10 5

DNS11 4

DNS12-DNS15 3

DNS16-DNS20 2

DNS21-DNS28 1

Liquid DNL1 16

DNL2 9

DNL3 5

DNL4-DNL6 2

DNL7-DNL8 1

Keterangan : IS = Lipstik Impor Jenis Stik IL = Lipstik Impor Jenis Liquid

DNS = Lipstik Dalam Negeri Jenis Stik DNL = Lipstik Dalam Negeri Jenis Liquid


(66)

Tabel 4.2 menunjukkan urutan jumlah kode merek lipstik yang memiliki jumlah paling banyak hingga yang paling sedikit. Dua dari masing-masing kode merek lipstik impor dan dalam negeri baik jenis stik maupun liquid yang memiliki jumlah terbanyak ditetapkan menjadi sampel uji yaitu lipstik dengan kode merek IS1, IS2, IL1, IL2, DNS1, DNS2, DNL1, DNL2.

4.3 Hasil Pemeriksaan Timbal Pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

Pemeriksaan timbal pada lipstik dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Timbal Pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri yang Beredar di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

No Kode Merek Lipstik

Kandungan Timbal (mg/kg)

Baku Mutu

(mg/kg) MS/TMS

1 IS 1 2,010 <20 MS

2 IS 2 0,121 <20 MS

3 IL 1 0,225 <20 MS

4 IL 2 0,145 <20 MS

5 DNS 1 1,137 <20 MS

6 DNS 2 1,578 <20 MS

7 DNL 1 0,210 <20 MS

8 DNL 2 0,720 <20 MS

Keterangan : IS= Lipstik Impor Jenis Stik IL= Lipstik Impor Jenis Liquid

DNS= Lipstik Dalam Negeri Jenis Stik DNL= Lipstik Dalam Negeri Jenis Liquid

MS= Memenuhi Syarat

TMS= Tidak Memenuhi Syarat

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua lipstik impor jenis stik dan liquid

dan dalam negeri jenis stik dan liquid mengandung timbal, terdiri dari IS 1 sebesar 2,010 mg/kg, IS 2 sebesar 0,121 mg/kg, IL 1 sebesar 0,225 mg/kg, IL 2 sebesar


(1)

Gambar Lampiran 6. Responden Konsumen


(2)

Lampiran 12. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 17 Tahun 2014 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika : Persyaratan Cemaran Logam Berat

Jenis Cemaran Persyaratan

Merkuri (Hg) tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 bpj) Timbal (Pb) tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 bpj) Arsen (As) tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L (5 bpj) Kadmium (Cd) tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L (5 bpj) (Sumber: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia)


(3)

(4)

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian


(5)

(6)

Lampiran 16. Laporan Hasil Pengujian Lipstik


Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Lipstik Lokal yang Teregistrasi dan Tidak Teregistrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Serta Tingkat Pengetahuan dan Sikap Konsumen Terhadap Lipstik yang Dijual di Beberapa Pasar di Kota Medan Tahun 2015

7 57 144

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

10 99 103

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 0 10

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 2 35

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 2 4

Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

0 0 13

Analisis Kandungan Logam Merkuri pada Bedak Padat serta Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Konsumen dan Pedagang Terhadap Bedak Padat di Pusat Pasar Kota Sidikalang Tahun 2017

0 0 15

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

0 0 32

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL PADA LIPSTIK IMPOR DAN DALAM NEGERI SERTA TINGKAT PENGETAHUAN KONSUMEN DAN PEDAGANG TERHADAP LIPSTIK YANG BEREDAR DI PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 0 15