Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Kota Medan Bagian Selatan

16

TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan,

kesejahteraan,

dan

keindahan

wilayah

perkotaan

tersebut.


Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a)
bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non
alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi (a)
bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,
linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH
kawasan permukiman, (d) RTH kawasan per-tanian, dan (e) RTH kawasankawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status
kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang
berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh peme-rintah
(pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi
pada lahan-lahan milik privat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05
tahun 2008).
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan bahwa ruang terbuka hijau adalah area
memanjang aatau jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat

Universitas Sumatera Utara


17

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami meupun yang
sengaja di tanam, sedangkan ruang terbuka non hijau yang disingkat RNTH
adalah ruang terbuka diwilayah perkotaan yang tidak termaksud dalam kategori
RTH, berupa lahan yang diperkeras dan badan air.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai
berikut:


ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;



proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau privat;




apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.



Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota.
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang

rencana tata ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031 pasal 38 ayat 1 hingga 11
menyatakan bahwa kawasan RTH ditetapkan seluas minimum 30,85% yang
meliputi:
a. RTH kawasan wisata
b. RTH hutan kota

Universitas Sumatera Utara


18

c. RTH taman kota
d. RTH Tempat pemakaman umum
e. RTH jalur hijau jalan
f. RTH jalur pejalan kaki
g. RTH atap bangunan
h. Lapangan olahraga.
Hutan Kota
Menurut Dahlan (2004) berbagai kegiatan di perkotaan baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak seperti kendaraan bermotor, rumah tangga,
hotel, industri, dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas
yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti solar, minyak
tanah dan batu bara. Proses pembakaran akan menghasilkan gas CO2. Keberadaan
gas CO2 di perkotaan akhir-akhir ini mengalami peningkatan konsentrasi di udara
ambien yang sangat berarti.Bahaya paling utama dari peningkatan CO2 di udara
adalah terjadinya peningkatan suhu udara bumi secara global melalui efek rumah
kaca.
Ogawa (1991) dalam Gusmalina (1995) melaporkan bahwa konsentrasi

CO2 selama 250 tahun terakhir (sejak tahun 1974) naik dari 280 ppm sampai 350
ppm, dan diperkirakan dalam 100 tahun mendatang (sekitar tahun 2090) terjadi
kenaikan konsentrasi CO2 dua kali lipat akan mengakibatkan peningkatan suhu
permukaan bumi yang pada akhirnya akan mengakibatkan mencairkan es
sehingga meningkatkan volume air laut. Penambahan volume ini berkisar antara
50-80 cm. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa tidak
akan terlepas dari pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim tersebut.

Universitas Sumatera Utara

19

Pengaruh itu akan dirasakan di daerah delta yang rendah, daerah pasang surut,
kota-kota yang permukaan tanahnya rendah serta yang terletak di pinggiran
Hutan kota merupakan penyerap CO2 yang cukup penting. Tanaman
hutan kota baik di dalam maupun di luar kota akan menyerap gas CO2 melalui
fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses penangkapan energi sinar matahari
oleh klorofil dan kemudian diubah menjadi energi kimia (Fakuara 1987). Proses
utama dari fotosintesis adalah terbentuknya karbohidrat yang merupakan energi
bagi proses-proses fisiologis tanaman. Selain itu dihasilkannya O2 yang sangat

diperlukan oleh seluruh makhluk hidup di dunia pernapasan.
Menurut Brown (1976) jumlah karbon yang ditambat melalui proses
fotosintesis tiap tahunnya diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun ton dan
diperkirakan sekitar duapertiga dari produktuvitas ini terjadi di daratan, dan
sepertiga terjadi di laut dan samudera. Dengan demikian keberadaan tumbuhan di
wilayah perkotaan sangat diperlukan dalam menyerap gas CO2 dan mengatasi
efek rumah kaca.
Jalur Hijau Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap
lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam

Universitas Sumatera Utara

20


ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan
tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota
atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna
diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang
ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang
rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun
pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.Jalur hijau di tepi
jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman
yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis
diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari
badan jalan.Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan
tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor.
Permen PU No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dapat menjadi acuan
kita dalam memilih jenis tanaman yang sesuai bagi jalur hijau jalan.Sebagai
COntoh Tanaman yang akan dipilih sebagai tanaman untuk penyerap polusi udara
harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

a) terdiri dari pohon, perdu/semak;
b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
c) jarak tanam rapat;
d) bermassa daun padat.

Universitas Sumatera Utara

21

e) sitem perakaran masuk kedalam tanah tidak
f) merusak konstruksi jalan dan bangunan
g) fase anakan tumbuh cepat tetapi tumbuh lambat
h) pada fase dewasa
i) ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia
j) batang/ percabangan tidak mudah patah
k) daun tidak mudah gugur/rontok
Jenis tanamanHutan Kota
Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota,
direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan
bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain :
a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak
mudah menggugurkan ranting dan daun.
b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah
c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik
d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e. Berumur panjang
f. Tahan terhadap kekurangan air
g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
h. Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis
i. Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung, kupukupu dan sebagainya
j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang
bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.
k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai.
(Permenhut 2004).
Berdasarkan literature dari Setiawan et.alBeberapa jenis tanaman yang
dianjurkan sebagai tanaman untuk jalur hijau ialah:
Pohon Eucalyptus

Universitas Sumatera Utara


22

Fungsi Eucalyptus,selain sebagai penyaringan panas sinar matahari di
jalan keberadaan pohon ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan
kadar oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam
kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian
kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan
masyarakat.
Pohon Angsana:
Pohon dan vegetasi memberikan keindahan dan manfaat bagi penduduk
kota. Pohon-pohon di sepanjang jalan dan di taman, di sekitar rumah dan bisnis
dan di daerah alam di seluruh kota memberikan peningkatan kualitas udara dan
air, penghematan dari penurunan pemanasan dan pendinginan biaya dan
peningkatan nilai properti dijual kembali. Penghijauan Perkotaan memberikan
kesempatan untuk rekreasi dan membuat lingkungan lebih menyenangkan.Hutan
kota dengan perakaran tanaman dan serasah mampu menyerap kelebihan air pada
musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan
air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau
HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi.

Pohon Mahoni
Phon ini sering kita jumpai di pinggir jalan raya protokol,pemerintah
sering mempergunakan pohon ini sebagai tempat pemberhentian mobil.Fungsi
alami dari pohon ini :Menurut Ir Sobirin, dewan Pakar DPKLTS (Dewan
Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda), Pohon adalah makhluk hidup
yang tidak bisa berjalan tetapi memberikan peran yang signifikan bagi mahluk
yang berjalan, beberapa fungsi pohon di atas tanah diantaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara

23

1. Menghasilkan oksigen 1,2 kg/pohon/hari
2. Membuat teduh/ sejuk, menyerap panas 8x lebih banyak
3. Menjaga kelembaban, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir
4. Menyerap debu
5. Mengundang burung
6. .Membuat keindahan.
Hasil-Hasil Penelitian yang Terkait
Berdasarkan hasil penelitian BPKH Wilayah XI Jawa-Madura yang
bekerja sama dengan

Forest Governance and Multistakeholder Forestry

Programme (MFP II) tahun 2009 diperoleh kesimpulan bahwa perkalian antara
diameter batang setinggi dada kuadrat dan tinggi total pohon (D2.H) merupakan
prediktor yang sangat baik untuk menaksir kandungan biomassa di atas
permukaan tanah, terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan rakyat.
Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang masih di atas 84%
variasi kandungan biomassa pohon yang dapat diteliti dapat dijelaskan oleh
variabel diameter batang setinggi dada dan tinggi total pohon.
Hasil penelitian Combalicer et al (2011) pada penghitungan karbon di
Filiphina memperoleh hasil bahwa dari ketiga jenis tanaman yang dihitung
biomassa total permukaanya, yaitu jenis Acacia mangium, Acacia auriculiformis,
dan Pterocarpus indicus, nilai biomassa dan karbonnya lebih tinggi pada tegakan
umur 20 tahun daripada tegakan berumur 10 tahun. Nilai biomassa dan karbon
pada tegakan berumur 10 tahun adalah 91,80 Ton/Ha dan 42,10 Ton/H.

Universitas Sumatera Utara