3. ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP
KESESUAIAN KAWASAN RESAPAN AIR (STUDI KASUS KOTA KENDARI)
Jufri Karim1) Djafar Mey1, Surianton2) Syamsu Alam3, dan Hasbullah Syaf3
jufrikarim.pjgeo@gmail.com
1)
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo
2)
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo
3)
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
Peran Kota Kendari sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa serta penyedia
fasilitas perkotaan berdampak terhadap perubahan penggunaan lahan yang dapat mengakibatkan
terjadinya alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun sehingga akan mempengaruhi fungsi
lindung sebagai kawasan resapan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran
perubahan penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air pada tahun 2005-2015.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei-Juli 2016 dan analisis sampel tanah di Laboratorium
Terpadu Universitas Halu Oleo. Penelitian ini menggunakan pendekatan reduksionistik dengan
metode tumpangsusun (overlay) melalui pendekatan berjenjang bertingkat melalui system
informasi geografi.
Perubahan penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 2005-2015 menunjukkan bahwa terjadi

penurunan luas penggunaan lahan hutan sebesar 298,53 ha atau 1,11 %, semakbelukar 268,36 ha
atau 1,00 %, ladang/kebun 2.870,83 ha atau 10,64 %, sawah 2.79 ha atau 0.01 % dan rawa 7,42
ha atau 0,03 % sedangkan pemukiman mengalami peningkatan luasan sebesar 3.447,89 ha atau
12,78%. Dari hasil analisis kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari Tahun 2005
diperoleh 3 (tiga kelas) yaitu sesuai (5.633,90 Ha atau 20,88%); cukup sesuai (16.373,84 Ha atau
60,69%); Kurang sesuai (4.971,35 Ha atau 18,42%) sedangkan kesesuaian kawasan resapan air
di Kota Kendari Tahun 2015 diperoleh kelas sesuai (4.423,69 Ha atau 16,40%); cukup sesuai
(14.324,78 Ha atau 53,10%); dan kelas kurang sesuai (8.230,61 Ha atau 30,51%). Perubahan
kesesuaian kawasan resapan air selama periode 2005-2015 di Kota Kendari menunjukkan adanya
penurunan kelas sesuai sebesar 1.211,13 Ha atau 4,49% secara spasial berada pada Kecamatan
Abeli; kelas cukup sesuai sebesar 2.754,56 Ha atau 10,21% dan secara spasial meningkatnya
penurunan kelas cukup sesuai berada pada Kecamatan Baruga sedangkan untuk kelas Kurang
sesuai mengalami peningkatan luasan sebesar 3.259,26 Ha atau 12,08% dan secara spasial terjadi
pada semua di wilayah Kota Kendari.
.
Kata Kunci: Spasial, Penggunaan lahan, Reduksionistik, Kawasan resapan air, Kota Kendari

PENDAHULUAN
Urbanisasi mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk dalam suatu perkotaan,
berdampak pada bertambahnya jumlah permintaan akan kebutuhan lahan yang digunakan untuk

kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial. Implikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan
suatu perkotaan dikarenakan beragamnya fungsi kawasan perkotaan seperti pemerintahan,
perdagangan, jasa, serta industri karena memiliki keunggulannya dalam ketersediaan fasilitas dan
kemudahan aksesibilitas sehingga menarik segala kegiatan untuk beraglomerasi.
Pemanfaatan lahan dalam memenuhi segala kebutuhan dapat mengalami perubahan baik
secara cepat maupun lambat oleh berbagai faktor penyebab yang akan mempengaruhi komponen
lingkungan lainnya dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah
dapat berpengaruh posisitf maupun negatif terhadap komponen lingkungan di daerah tersebut
seperti lahan, air, flora, dan fauna. Perubahan komponen lingkungan tersebut dapat disebabkan di
dalam memenuhi kebutuhan pangan, tempat tinggal, air bersih. Perubahan guna lahan akan
berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah dan terjadinya krisis global
biodiversity (Rosyidie. A, 2013; Sala et al. 2000 dalam Surni, et.al. 2015) serta mempengaruhi
kemampuan meresepkan air ke dalam tanah (Waryono. T, 2008).
Peran Kota Kendari sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa serta penyedia
fasilitas perkotaan menjadi daya tarik penduduk untuk beraktifitas dan bertempat tinggal
sehingga berdampak terhadap perubahan penggunaan lahan yang dapat mengakibatkan
terjadinya alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun (Dewi, et.al., 2017). Berdasarkan jumlah
penduduk Kota Kendari dari tahun 2013 sebesar 314.126 jiwa dan tahun 2016 meningkat sebesar
359.371 jiwa dengan pertambahan penduduknya sebesar 6.72 jiwa atau 6.72% (BPS, 2017).
Meningkatnya pertambahan penduduk dapat mengakibatkan perubahan penggunaan lahan

menjadi tidak terhindarkan akibat permintaan lahan akan tempat tinggal meningkat.
Perubahan penggunaan lahan secara otomatis akan berdampak pada fungsi daerah tempat
meresapnya air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya menjadi air tanah menjadi berkurang
(Wibowo, 2006). Seperti halnya Kota Kendari perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan
terbangun terus meningkat setiap saat dapat berdampak pada kawasan resapan air berkurang dan
dapat mengakibatkan dampak potensi bencana banjir. Bencana banjir di Kota Kendari telah

terjadi pada tahun 2013 yang merendam 6.422 rumah yang mengakibatkan banyak kerugian
material pada masyarakat dan pemerintah (BPBD, 2013).
Perubahan penggunaan lahan maupun kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari
dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang dapat
memudahkan untuk melakukan analisis spasial, usaha ataupun tindakan untuk meminimalisir
dampak negatif dalam pengalihan fungsi kawasan resapan air sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan yang akan dilakukan terkait pemanfaatan
lahan. Pengolahan data fisik lahan menggunakan Sistem Informasi Geografis memiliki
kemampuan untuk mempresentasikan unsur-unsur yang terdapat dipermukaan bumi dengan cara
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali kondisikondisi alam (bereferensi geografis) (Aronoff, 1989), sehingga dapat diperoleh hasil yang tepat,
akurat, dan pempercepat dalam pengerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
sebaran perubahan penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air pada tahun 2005-2015.
METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari yang berlangsung
pada bulan Mei-Juli 2016, dengan luas 26.979.14 Ha. Secara geografis terletak 30 45’ 30’’- 40
3’11’’ Lintang Selatan dan 1220 23’- 1220 39’ Bujur Timur. Analisis sampel tanah dilakukan di
Laboratorium Terpadu Universitas Halu Oleo.
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015, Peta
kemiringan Lereng, Peta Jenis Tanah, Peta Administrasi Kota Kendari, dan Data curah hujan
pada stasiun BMKG, Wolter, dan BPTP Kota Kendari selama 10 tahun. Sedangkan alat yang
digunakan untuk analisis data terdiri dari satu unit Laptop, Perangkat lunak SAS.Planet Release
160707, Perangkat lunak ArcGIS 10.2, dan peralatan pengambilan sampel, meliputi: GPS
Garmin dan Bor Tanah (Auger), serta kamera dan alat tulis.
Metode Pelaksanaan Penelitian. Pengolahan data, meliputi interpolasi spasial untuk
memprediksi dan mempresentasekan sebaran curah hujan melalui metode polygon IDW dengan
menggunakan fungsi-fungsi dalam ArcGIS. Analisis citra resolusi tinggi dilakukan untuk
mendapatkan data penggunaan lahan pada waktu yang berbeda dengan interpretasi visual dengan
pengenalan unsur karakateristik objek pada citra. Sedangkan pengolahan peta dilakukan pada
peta-peta tematik dengan proses georeferencing untuk pemberian koordinat dan dilanjutkan

dengan proses digitasi untuk mendapatkan data vector. Pengambilan Data Lapangan
menggunakan metode stratified random sampling pada setiap satuan lahan sebagai unit analisis.
Teknik analisis data spasial, Analisis data spasial dilakukan untuk pemetaan perubahan

penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari yaitu terdiri dari teknik
overlay data spasial, editing, dan analisis tabular melalui fungsi perangkat lunak ArcGIS. Untuk
penentuan kawasan resapan air dilakukan dengan pendekatan berjenjang bertingkat (skoring dan
pembobotan) terhadap parameter curah hujan, tekstur tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan
lahan berdasarkan pedoman penyusun rencana pengelolaan sumberdaya air dari Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No 02 Tahun 2013 serta klasifikasi kondisi kesesuaian daerah kawasan
resapan air diperoleh melalui penjumlahan hasil kali antara skor dan bobot setiap parameter
(Resubun, et.al., 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015
Perubahan penggunaan lahan sebagai perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke
penggunaan lainnya yang dapat bersifat permanen (irreversible) dan juga dapat bersifat
sementara (Leonataris, 2012). Perubahan penggunaan lahan tahun 2005 dan 2015 di Kota
Kendari sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015 di Lokasi Penelitian
Penggunaan
Lahan
1 Hutan
2 Semak Belukar


No

3 Ladang/Kebun
4 Rawa
5 Sawah
6 Pemukiman

Luas Tahun 2005
Ha
%
4.296,71 15,93
6.110,52 22,65
10.475,2
0 38,83
1.414,94
5,24
957,65
3,55

3.724,12

26.979,1
Jumlah
4
Sumber: Hasil Analisis Data, 2016

13,80
100,0
0

Luas Tahun 2015
Ha
%
3.998,18 14,82
5.842,16 21,65
7.604,41
1.407.52
954,86

28,19
5,22

3,54

7.172,01
26.979,1
4

26,58
100,0
0

Luas Perubahan
Ha
%
(-)298,53 1,11
(-)268,36 0,99
10,6
(-)2.870,79
4
(-)7,42 0,03
(-)2,79 0,01

(+)3.447,8 12,7
9
8
25,5
6895,78
6

Berdasarkan Tabel 1. Menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada tahun 2005 di peroleh
penggunaan lahan ladang/kebun memiliki luasan terluas yaitu seluas 10.475,20 Ha atau 38,83%
sedangkan penggunaan lahan dengan luasan terkecil yaitu sawah seluas 957,65 Ha atau 3,55%.
Sedangkan untuk penggunaan lahan terluas pada tahun 2015 masih berada pada penggunaan

lahan ladang/kebun seluas 7.604,41 Ha atau 28,19% dan penggunaan lahan terkecil yaitu sawah
seluas 954,86 Ha atau 3,54% dari total luas wilayah penelitian.
Jika dilihat perubahan penggunaan lahan selama 10 tahun di Kota Kendari telah terjadi
alih fungsi terhadap luasan penggunaan lahan yaitu sebesar 6.895,79 Ha atau 25,56%. Perubahan
ini terjadi pada penggunaan lahan seperti hutan seluas 298,53 Ha atau 1,11%, semak belukar
seluas 268,36 Ha atau 0,99%, ladang/kebun seluas 2.870,79 Ha atau 10,64%, rawa seluas 7,42
Ha atau 0,03%, dan sawah seluas 2,79 Ha atau 0,01%. Sedangkan pada penggunaan lahan
pemukiman terjadi penambahan luasan sebesar 3.447,89 Ha atau 12,78%. Hal ini menunjukkan

telah terjadi alih fungsi penggunaan lahan menjadi lahan terbangun yang bersifat permanen
sebagai pergerakan perubahan dari struktur ekonomi di Kota Kendari. Secara spasial perubahan
penggunaan lahan di Kota Kendari kurun waktu 2005 sampai 2015 dominan terjadi pada wilayah
Kota Kendari bagian Barat seperti Kecamatan Puwatu, Wuawua, dan Kecamatan Baruga. Hal ini
lebih disebabkan banyaknya pembangunan perumahan oleh sebagian besar developer.
Penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 2005 dan 2015 disajikan sebagaimana pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan Penggunaan Lahan Kurun Waktu 10 Tahun (2005-2015)

2. Analisis Sebaran dan perubahan Kesesuaian Daerah Resapan Air 2005 dan 2015
Analisis kesesuaian kawasan resapan air digunakan untuk mengetahui daerah mana saja di
Kota Kendari yang sesuai sehingga dapat difungsikan kawasan resapan air dari segi kondisi fisik
lahan. Analisis kesesuaian untuk kawasan resapan air dilakukan dengan analisis pendekatan
berjenjang bertingkat (skoring dan pembobotan) dari seluruh parameter yaitu penggunaan lahan,
curah hujan, tekstur tanah, dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil perhitungan kelas
kesesuaian diperoleh 5 (lima) kelas dari skor total yaitu sangat sesuai (>4,2-5), sesuai (>3,4-4,2),
cukup sesuai (>2,6-3,4), kurang sesuai (>1,8-2,6), dan kelas tidak sesuai (1-1,8) sebagai kawasan
resapan air. Namun dilihat dari hasil analisis kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari,
didominasi 3 (tiga) kelas yaitu sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Kelas kesesuaian
kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 serta perubahan kawasan resapan air di Kota Kendari

disajikan sebagaimana pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelas kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 serta perubahan kawasan
resapan air di Kota Kendari

No

1

2

Kelas

Kecamatan

Abeli
Baruga
Kambu
Kendari
Kendari Barat
Sesuai
Mandonga
Poasia
Puwatu
Wua-Wua
Jumlah
CukupSesuai Abeli
Baruga
Kadia
Kambu
Kendari
Kendari Barat

Kesesuaian
Kawasan
Resapan Tahun
2005
(Ha)
(%)
1099.09 4.07
875.00 3.24
268.42 0.99
728.85 2.70
1338.87 4.96
532.83 1.97
277.19 1.03
414.14 1.54
99.51 0.37
5.633,91 20.88
2075.84 7.69
3515.27 13.03
150.16 0.56
1415.70 5.25
356.57 1.32
308.03 1.14

Kesesuaian
Kawasan
Resapan Tahun
2005
(Ha)
(%)
372.72 1.38
802.73 2.98
268.64 1.00
514.43 1.91
1248.92 4.63
533.54 1.98
211.16 0.78
400.92 1.49
70.64 0.26
4423.71 16.40
2625.99 9.73
2855.88 10.59
4.64 0.02
1027.45 3.81
511.92 1.90
290.05 1.08

Perubahan
Kesesuaian Kawasan
Resapan Air 20052015
(Ha)
(%)
-726.37
-72.27
0.22
-214.42
-89.96
0.71
-66.03
-13.22
-28.87
-1.210.20
550.15
-659.38
-145.52
-388.25
155.35
-17.98

2.69
0.27
0.001
0.79
0.33
0.003
0.24
0.05
0.11
-4.49
2.04
2.44
0.54
1.44
0.58
0.07

No

3

Kelas

Kecamatan

Mandonga
Poasia
Puwatu
Wua-Wua
Jumlah
Abeli
Baruga
Kadia
Kambu
Kendari
Kurang
Sesuai
Kendari Barat
Mandonga
Poasia
Puwatu
Wua-Wua
Jumlah

Kesesuaian
Kawasan
Resapan Tahun
2005
(Ha)
(%)
1193.68 4.42
3130.88 11.60
3504.56 12.99
723.18 2.68
16.373,87 60.69
772.65 2.86
533.32 1.98
498.14 1.85
514.26 1.91
352.02 1.30
392.17 1.45
440.16 1.63
814.33 3.02
418.09 1.55
236.21 0.88
4.971,36 18.43

Kesesuaian
Kawasan
Resapan Tahun
2005
(Ha)
(%)
1023.27 3.79
2676.48 9.92
2970.37 11.01
338.73 1.26
14324.80 53.10
948.82 3.52
1264.99 4.69
643.66 2.39
902.29 3.34
411.09 1.52
500.11 1.85
609.87 2.26
1334.77 4.95
965.50 3.58
649.52 2.41
8230.63 30.51

Perubahan
Kesesuaian Kawasan
Resapan Air 20052015
(Ha)
(%)
-170.41
-454.39
-534.18
-384.45
-2049.07
176.17
731.66
145.52
388.03
59.07
107.94
169.71
520.43
547.41
413.31
3259.27

0.63
1.68
1.98
1.42
7.60
0.65
2.71
0.54
1.44
0.22
0.40
0.63
1.93
2.03
1.53
12.08

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa kelas kesesuaian untuk kawasan resapan air di
Kota Kendari tahun 2005 sebarannya di kecamatan. Kelas sesuai pada Kecamatan Kendari Barat
memiliki luas paling besar dengan luas 1.338,87 Ha atau 4,96 %, kemudian Kecamatan Abeli
dengan luas 1.099,09 Ha atau 4,07 %, sedangkan di Kecamatan Wua-Wua memiliki luas paling
kecil dengan luas 99,51 atau 0,37 %. Untuk kelas sesuai hampir tersebar ke seluruh kecamatan
kecuali Kecamatan Kadia, hal ini lebih disebabkan karena sangat dipengaruhi oleh faktor seperti
penggunaan lahan hutan, curah hujan tinggi, dan kemiringan lereng datar.
Untuk sebaran kelas cukup sesuai terdapat diseluruh Kecamatan Kota Kendari dengan luas
16.373,87 Ha atau 60,69 %. Kelas kesesuaian cukup sesuai yang memiliki luasan paling besar
terdapat di Kecamatan Baruga dengan luasan yaitu 3.515,27 Ha atau 13,03%, kemudian
Kecamatan Puuwatu dengan luasan sebesar 3.504,56 Ha atau 12,99 %. Untuk luasan kawasan air
terkecil berada pada Kecamatan Kadia luasan yaitu 150,16 Ha atau 0,56 % dari luas wilayah
penelitian. Hal ini lebih dipengaruhi oleh adanya penggunaan lahan kebun campuran, kemiringan
lereng datar serta curah hujan tinggi dengan perolehan skor total 3,3.

Sedangkan kelas kurang sesuai memiliki luas paling kecil yaitu dengan luas 4.971,36 Ha
atau 18,43 % dari luas wilayah lokasi penelitian. Sebaran kelas kurang sesuai yang memiliki luas
paling besar terdapat di Kecamatan Poasia dengan luas 814,33 Ha atau 3,02 %, selanjutnya
Kecamatan Abeli memiliki luas paling besar kedua setelah Kecamatan Baruga dengan luas
772,65 Ha atau 2,86 %, dan kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling kecil terdapat di
Kecamatan Wua-Wua dengan luas 236,21 atau 0,88 % dari seluruh luas wilayah penelitian.
Faktor yang mempengaruhi kelas kurang sesuai yaitu pemukiman dan tekstur tanah lempung
serta kemiringan lereng terjal. Faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu penggunaan lahan
pemukiman, tekstur tanah lempung, kemiringan lereng datar dan curah hujan tinggi dengan
perolehan jumlah skor total 2,5 sehingga masuk kelas kurang sesuai untuk difungsikan sebagai
kawasan resapan air.
Sebaran kelas sesuai untuk kawasan resapan air di Kota Kendari untuk tahun 2015
tersebar tidak merata atau hanya terdapat pada Kecamatan Baruga, Kendari, Kendari Barat, dan
Kecamatan Mandonga. Untuk sebaran kelas cukup sesuai dan kelas kurang sesuai tersebar
merata di seluruh Kecamatan Kota Kendari.
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh sebaran kelas kesesuaian lahan untuk kawasan resapan air
Kota Kendari didominasi 3 (tiga) kelas yaitu kelas sesuai, kelas cukup sesuai, dan kelas kurang
sesuai. Kelas cukup sesuai merupakan kelas paling besar yaitu 14.324,80 Ha atau 53.10 %,
kemudian diikuti kelas kurang sesuai dengan luas 8.230,63 Ha atau 30,51 %, sedangkan kelas
sesuai memiliki luas paling kecil yaitu 4423,68 Ha atau 16.40 % dari luas wilayah lokasi
penelitian.
Kelas sesuai memiliki kemampuan resapan air sangat tinggi, lahan ini tidak mempunyai
pembatas yang berat atau pembatas kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata untuk
penggunaan lahan lestari. Analisis kelas sesuai lahan sebagai kawasan resapan air apabila
memiliki skor total >3,4-4,2. Sebaran kelas sesuai dengan luas 4423,71 Ha atau 16,40 % tersebar
diseluruh kecamatan Kota Kendari terkecuali di Kecamatan Kadia. Hal ini lebih disebabkan
karena penggunaan lahan berupa daerah rawa dan pemukiman. Untuk sebarannya di kecamatan,
pada Kecamatan Kendari Barat kelas sesuai memiliki luasan paling besar yaitu 1248.91 Ha atau
4,63 %, sedangkan untuk Kecamatan Wua-Wua merupakan luasan terkecil yaitu 70,64 Ha atau
0,26 %. Faktor yang mempengaruhi kelas sesuai yaitu penggunaan lahan hutan, curah hujan
tinggi, dan kemiringan lereng datar. Dengan pengaruh beberapa faktor tersebut sehingga pada

Kecamatan Kendari Barat dan Kecamatan Baruga memiliki keunggulan dibandingkan dengan
Kecamatan lain sebagai kelas sesuai untuk dijadikan kawasan resapan di Kota Kendari.
Kelas cukup sesuai memiliki kemampuan resapan air cukup tinggi dan mempunyai
pembatas agak berat yang mengurangi produktifitas dan keuntungan yang diperoleh pada
penggunaan tertentu secara lestari. Sebaran kelas cukup sesuai terdapat diseluruh kecamatan
Kota Kendari dengan luas 14.324,74 Ha atau 53,10 %. Sebaran luasan terbesar terdapat di
Kecamatan Puwatu dengan luasan yaitu atau 2.970,36 Ha atau 11,01%, kemudian Kecamatan
Baruga dengan luasan sebesar 2.855,87 Ha atau 10,59 %, sedangkan pada Kecamatan Kadia
memiliki luasan paling kecil dengan luas 0,02 % atau 4,64 Ha dari luas wilayah penelitian.
Faktor yang mempengaruhinya adalah penggunaan lahan kebun campuran, kemiringan lereng
datar serta curah hujan tinggi dengan perolehan skor total 3,3.
Kelas kurang sesuai memiliki kemampuan resapan air kurang tinggi terhadap daya infiltrasi
air kedalam tanah. Kelas kurang sesuai mempunyai pembatas sangat besar untuk difungsikan
sebagai kawasan resapan air. Kelas kurang sesuai terdapat di seluruh wilayah lokasi penelitian
dengan luas 8.230,63 Ha atau 30,51 %. Sebaran kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling
besar terdapat di Kecamatan Poasia dengan luas 1.334,77 Ha atau 4,95 %, selanjutnya
Kecamatan Baruga dengan luas sebesar 1.264,99 Ha atau 4,69 %, dan kelas kurang sesuai yang
memiliki luas paling kecil terdapat di Kecamatan Kendari dengan luas 411,09 atau 1,52 % dari
seluruh luas wilayah penelitian. Kurang sesuainya untuk kawasan resapan air lebih disebabkan
karena

penggunaan

lahan

pemukiman

dan

rawa,

tekstur

tanah

berupa

lempung

serta kemiringan lereng terjal.
Dari hasil overlay (tumpangsusun) kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015
diperoleh 3 (tiga) kelas yaitu kelas sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Hasil analisis
memperlihatkan sebaran kelas kesesuaian kawasan resapan air dari tahun 2005-2015 tidak
mengalami pertambahan kelas tetapi lebih terjadi pada pertambahan dan berkurangnya luasan
kelas kesesuaian kawasan resapan air berdasarkan fungsinya.
Perubahan kawasan resapan air di Kota Kendari dalam kurun waktu 2005-2015 jika dilihat
pada Tabel 2 menunjukkan kelas sesuai mengalami penurunan luasan sebesar 1210,20 Ha atau
4,49%. Dilihat dari tiap kecamatan paling tinggi mengalami perubahan luasan kelas sesuai
adalah Kecamatan Abeli yaitu 726,37 Ha atau 2,69%. Hal ini lebih disebabkan adanya

pengalihan fungsi lahan hutan yang dijadikan sebagai kebun campuran sehingga lahan yang
sebelumnya hutan sesuai untuk kawasan resapan air menjadi kebun campuran.
Untuk perubahan kelas cukup sesuai terhadap kawasan resapan air di Kota Kendari dari
kurun waktu 2005-2015 telah terjadi perubahan luasan sebesar 2.049,07 Ha atau 7,60 %. Jika
dilihat dari tiap kecamatan, maka Kecamatan Baruga mengalami penurunan luasan paling tinggi
sebesar 659,38 Ha atau 2,44 % sedangkan Kecamatan Abeli mengalami pertambahan luasan
sebesar 550,15 Ha atau 2,04 % ini dikarenakan penurunan fungsi lahan pada kelas sesuai
menjadi kelas cukup sesuai mengakibatkan pada Kecamatan Abeli tidak mengalami penurunan
luasan melainkan pertambahan luasan.
Untuk sebaran kelas kurang sesuai kawasan resapan air di Kota Kendari dari kurun waktu
Tahun 2005-2015 mengalami pertambahan luasan sebesar 3.259,27 Ha atau 12,08%. Dilihat dari
sebarannya untuk tiap kecamatan, maka Kecamatan Baruga mengalami pertambahan luasan
paling tinggi yaitu sebesar 731,66 Ha atau 2,71%. Hal ini lebih disebabkan pengalihan lahan
menjadi lahan terbangun. Sedangkan Kecamatan Kendari mengalami pertambahan luasan paling
kecil sebesar 59,07 Ha atau 0,22 %. Hal ini lebih disebabkan kurangnya pengalihan fungsi lahan
untuk pemukiman selain itu penggunaan lahan hutan pada Kecamatan Kendari masih tergolong
cukup tinggi. Sebaran perubahan kesesuaian dan kelas kawasan resapan air di Kota Kendari
Tahun 2005-2015 disajikan sebagaimana pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Perubahan Kesesuaian Kawasan Resapan Air Kota Kendari Tahun 2005-2015

Gambar 3. Perubahan Kelas Kesesuaian Kawasan Resapan Air Kota Kendari Tahun 2005-2015
KESIMPULAN
1. Penggunaan lahan di Kota Kendari dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015)
menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas penggunaan lahan yaitu hutan sebesar 298,53
Ha atau 1,11%; Semakbelukar 268,36 Ha atau 1,00%; Ladang/kebun 2.870,83 Ha atau
10,64%; Sawah 2.79 Ha atau 0.01% dan Rawa 7,42 Ha atau 0,03% sedangkan
pemukiman mengalami peningkatan luasan sebesar 3.447,89 Ha atau 12,78%.
2. Perubahan kesesuaian kawasan resapan air selama periode 2005-2015 di Kota Kendari
menunjukkan adanya penurunan kelas sesuai sebesar 1.211,13 Ha atau 4,49% secara
spasial berada pada Kecamatan Abeli; kelas cukup sesuai sebesar 2.754,56 Ha atau
10,21% dan secara spasial meningkatnya penurunan kelas cukup sesuai berada pada
Kecamatan Baruga sedangkan untuk kelas Kurang sesuai mengalami peningkatan luasan
sebesar 3.259,27 Ha atau 12,08% dan secara spasial terjadi pada semua di wilayah Kota
Kendari.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Kendari. Kendari
Anonim. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air.
Aronoff, S., 1989. Geographic Information System: A Management Perspective Ottawa,
Canada: WD 1 Publications.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kota Kendari dalam Angka: Kota Kendari
Dewi Ni Komang Rini Ratna, I Wayan Nuarsa, I Wayan Sandi Adnyana. 2017. Aplikasi Sistem
Informasi Geografi (SIG) Untuk Kajian Banjir di Kota Denpasar. E-Jurnal
Agroteknologi Tropika. ISSN:2301-6515 Vol. 6. No. 2.
Lenataris. C, 2012Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Dan Perkembangan Wilayah Di
Kota Bekasi. Sktipsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Resubun, Tarore, R.Ch dan Takumansang, E.D. 2015. Analisis Pemanfaatan Ruang Pada
Kawasan Resapan Air Di Kelurahan Ranomuut Kecamatan Paal Dua Kota
Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado
Rosyidie. A, 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm.241 –
249.
Sang, A.A. Kumuru, F.A dan Moniaga, I.L. 2015. Analisis Perubahan Luas Kawasan Resapan
Air di Kota Manado. Sabuah Vol.7, No.1: 423 – 430. Manado.
Surni, Sumbangan Baja, Usman Rasyad, 2015. Dinamika perubahan penggunaan lahan,
penutupan lahan terhadap hilangnya biodiversitas di DAS Tallo, Sulawesi Selatan.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1; 5: 1050-1055
Waryono, Tarsoen, 2008. Peranan Kawasan Resapan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air,
Universitas Indonesia, Jakarta
Wibowo, M. 2006. “Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan Tata Ruang
Berwawasan Lingkungan. Jurnal Hidrosfir, Vol. 1 No. 1.