Sistem Pertanian Konservasi Di Sub Das Krueng Sieumpo Aceh

SUMMARY
CONSERVATIONFARMINGSYSTEMIN
WATERSHED OF ACEH PROVINCE

KRUENG

SIEUMPO

HALUS SATRIAWAN. ConservationFarmingSystemIn Krueng Sieumpo
Watershed Of Aceh Province (under the Supervision ofERWIN MASRUL
HARAHAP, as Promotor, RAHMAWATY and ABUBAKAR KARIM, as CoPromotor)
Land
resourcesinKruengSieumpo
watershedshould
bemanaged
appropriately, because most of the land is marginal, both in terms of soil fertility,
effective depth, slope, land cover and the presence of socio economic conditions.
Furtehermore, Krueng Sieumpo watersheed is onesubzoneofPeusangan Watershed
that was categorized as priority watersheds. Watershed managementis nowstarting
to be usedasagricultural landmanagementconceptbased onnatural areas, which can
reflect the linkages between agriculture contributing in a watershed. Achievement

of agriculture objectives can be achieved by applying agricultural farming refers
to the concept of sustainable agriculture, so thatits resourcescan be usedby
humansforlifesustainably. This study aims to: 1) analyze agricultural technology
that applied by farmer communities in Krueng Sieumpo watershed; 2) analyzing
soil and water conservation techniques that can control erosion and provide
optimum productivity in Krueng Sieumpo watershed, and 3) designing
conservation farming systems in Krueng Sieumpo watershed.
Research using experimental methods (experimental erosion small plots)
and survey method which consists of four stages: 1) preparation, 2) collecting data
of current farming conditions in Krueng Sieumpo watershed, 3) testing of soil and
water conservation techniques through small plots erosion experiments in the
field, and 4) design scenarios of agricultural technology that will be used in
sustainable model of crops and plantation in Krueng Sieumpo watershed.
The results showed that the type of farming consists of monoculture and
mixture, which located on land capability class II, III, IV and VI. This farming
system produces erosion was greater than the tolerable erosion, so that need soil
and water conservation action in accordance with land capability class existed.
Application of soil and water conservation with a 5 ton / ha of organic mulch,
ridges and intercropping between the rubber cropping pattern (Land Capability
VI), and papaya (Land Capability III), ridges and intercropping between the Areca

and Cocoa cropping pattern (Land Capability IV), and also, sediment trap,
intercropping and cover crops in oil palm (Land Capability IV) can reducerunoff
anderosion. This agrotechnology can control erosion became to less than tolerable
erosion andprovidingfarm incomeis greaterthanthe needfora decentlife.
Sustainable agrotechnology that suggested in class III capability is cropping
patterns papaya-banana-chili by applying soil and water conservation by ridges,
organic materials or mulch with 5 ton/ha dose, fertilization with dose of (Urea 225
gr/tree, SP-36 380 gr/tree and KCl 255 gr/tree). This agrotechnology able to

i

reduce erosion, 11.28 ton / ha lower than tolerable erosion, laborsavingas much as
49 day working person (HOK), save cost as much as 1.6 million rupiah, and on
the other hand able to increase farm income as much as Rp. 22.862.999/year.
While on land capability class IV suggested two cropping pattern, namely 1)
Areca + peanut with applying soil and water conservation by ridges and fertilizer
according to the recommended dosage (300 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36 and 100
kg/ha KCl), and 2) oil palm + corn with the application of soil and water
conservation by sediment trap. Cropping pattern areca + peanut able to reduce the
erosion around 4.64 tonnes/ha from tolerable erosion, reduction of labor

requirements until 63 day working person (HOK), saving cost as much as 1.42
million rupiah, and on the other hand able to increase farm income as much as Rp.
10.847.659/year. While in thecropping patternpalm+corncan reduceerosion, but in
other hand, cropping pattern oil palm + green beans increase erosion. In terms of
increased revenue, these cropping pattern was only able to increase the revenue
around Rp. 1,801,404, and saving labor to 65 day person working.

ii

RINGKASAN
SISTEM PERTANIAN KONSERVASI DI SUB DAS KRUENG SIEUMPO
ACEH
HALUS SATRIAWAN. Sistem Pertanian Konservasi Di Sub DAS Krueng
Sieumpo Aceh (di bawah bimbingan: ERWIN MASRUL HARAHAP, sebagai
Promotor, RAHMAWATY dan ABUBAKAR KARIM, sebagai Co-Promotor).
Sumberdaya lahan di sub DAS Krueng Sieumpo harus dikelola dengan
tepat karena sebagian adalah lahan marginal, baik dari segi kesuburan tanah,
kedalaman efektif, kemiringan lereng, keberadaan tutupan lahan maupun sosial
ekonomi masyarakat. Selain itu Sub DAS Krueng Sieumpo merupakan salah satu
Sub DAS dari DAS Peusangan yang terdapat di Provinsi Aceh yang dikategorikan

sebagai DAS Prioritas I. Pengelolaan daerah aliran sungai saat ini mulai
digunakan sebagai konsep pengelolaan lahan pertanian berbasis wilayah alami
yang dapat mencerminkan keterkaitan antar faktor pendukung pertanian dalam
suatu DAS. Tercapaianya tujuan pertanian dapat dicapai dengan menerapkan
pertanian yang merujuk pada konsep pertanian berkelanjutan sehingga
sumberdaya pendukungnya dapat digunakan oleh manusia untuk kehidupannya
secara terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis
agroteknologi yang diterapkan masyarakat di sub DAS Krueng Sieumpo; 2)
menganalisis teknik konservasi tanah dan air yang dapat mengendalikan erosi dan
memberikan produktivitas yang optimal di sub DAS Krueng Sieumpo, dan 3)
merancang sistem pertanian konservasi di sub DAS Krueng Sieumpo.
Penelitian menggunakan metode eksperimen (percobaan erosi petak kecil)
dan metode survei yang terdiri atas 4 tahap yaitu 1) persiapan, 2) pengumpulan
data kondisi usahatani saat ini di DAS Krueng Sieumpo, 3) pengujian teknik
konservasi tanah dan air melalui percobaan erosi petak kecil di lapangan, dan 4)
desain skenario agroteknologi yang akan digunakan dalam model usahatani
tanaman pangan dan perkebunan berkelanjutan di DAS Krueng Sieumpo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe usahatani terdiri dari pola tanam
monokultur dan campuran yang terletak pada kelas kemampuan lahan II, III, IV
dan VI. Tipe usahatani ini menghasilkan erosi > ETol sehingga diperlukan

tindakan konservasi tanah dan air sesuai dengan kelas kemampuan lahan yang
ada. Penerapan konservasi tanah dan air mulsa organik sebanyak 5 ton/ha,
guludan dan tanaman sela/campuran pada pola tanam karet (KKL VI) dan pepaya
(KKL III), guludan dan tanaman sela pada pola tanam pinang dan kakao serta
rorak dan tanaman sela pangan dan mucuna pada pola tanam kelapa sawit (KKL
IV) dapat menurunkan aliran permukaan dan erosi. Agroteknologi tersebut dapat
mengendalikan erosi hingga lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan
(ETol) dan memberikan pendapatan usahatani lebih besar dari kebutuhan untuk
hidup layak (KHL). Agroteknologi berkelanjutan yang disarankan pada kelas
kemampuan III adalah pola tanam/tipe usahatani pepaya-pisang-cabai dengan
menerapkan konservasi tanah dan air berupa guludan, penggunaan bahan organik
iii

5 ton/ha dan pemupukan (Urea 225 gr/pohon, SP-36 380 gr/pohon dan KCl 255
gr/pohon). Agroteknologi ini mampu menurunkan erosi 11.28 ton/ha lebih rendah
dari ETol, menghemat tenaga kerja sebanyak 49 HOK, menghemat biaya 1.6 juta
dan di lain pihak mampu meningkatkan pendapatan Rp. 22.862.999/tahun.
Sedangkan pada kelas kemampuan lahan IV disarankan dua pola tanam/tipe
usahatani yaitu 1) Pinang+kacang tanah dengan menerapkan konservasi tanah dan
air guludan dengan pemberian pupuk sesuai dengan dosis anjuran (300 kg/ha urea,

100 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha KCl), dan 2) kelapa sawit+jagung dengan
penerapan konservasi tanah dan air berupa rorak. Pola tanam pinang+kacang
tanah mampu menurunkan erosi 4.64 ton/ha dari Etol, pengurangan kebutuhan
tenaga kerja 63 HOK, menghemat biaya 1.42 juta rupiah dan di lain pihak mampu
meningkatkan pendapatan Rp. 10.847.659/tahun. Sedangkan pada pola tanam
kelapa sawit+jagung dapat menurunkan erosi, namun pada perlakuan lain
meningkatkan erosi menjadi > Etol (sawit+KH). Dari segi peningkatan
pendapatan pola tanam ini hanya mampu meningkatkan pendapatan sebesar Rp.
1.801.404, dan penghematan tenaga kerja 65 HOK.

iv