Perbedaan Profil Lipid Serum Sebelum dan Sesudah Pengobatan Olanzapin pada Pasien Skizofrenik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia sebagaimana didefinisikan dalam sistem klasifikasi saat
ini adalah gangguan yang sangat kompleks kemungkinan disebabkan oleh
kombinasi beragam faktor genetik dan lingkungan yang mengarah ke
sindrom yang mencakup beberapa fenotipe yang tumpang tindih. Ini
adalah salah satu penyebab utama kecacatan di dunia, dengan perkiraan
risiko seumur hidup dari 1 dalam 100. Risiko penyakit ini relatif merata di
seluruh dunia meskipun beberapa penelitian telah mencatat variabilitas
yang besar dalam kejadian dan atau tingkat prevalensi gangguan di
wilayah geografis. Studi yang standar metode evaluasi seluruh daerah
mencatat kurang dari variabilitas dalam tingkat gangguan di budaya yang
berbeda . Meskipun risiko skizofrenia adalah sama, ada beberapa
perbedaan budaya yang signifikan dalam presentasi klinis dari penyakit
dan respons terhadap pengobatan. Alasan yang mendasari perbedaan ini
tidak jelas, tetapi mungkin mencerminkan baik pengaruh budaya dan
genetik. Risiko perkembangan skizofrenia adalah sama pada laki-laki dan
perempuan, namun jenis kelamin pasien memainkan peran penting dalam
manifestasi klinis dari gangguan tersebut. Laki-laki biasanya mengalami
umur jauh lebih dini onset nya membuat proporsi yang lebih besar dari

kasus klinis dan lebih mungkin untuk memiliki terutama simtom negatif
yang berkaitan dengan perjalanan kronis dan hasil yang buruk.13
Simtom karakteristik dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi
kognitif, perilaku dan emosional tetapi tidak ada gejala tunggal yang
patognomonik dari gangguan. Diagnosis melibatkan adanya pengakuan
sekumpulan tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan pada
fungsi pekerjaan atau sosial. Individu dengan gangguan tersebut akan
beragam secara substansial pada kebanyakan gambaran, seperti
skizofrenia adalah sindrom klinis yang heterogen.14
Individu yang menderita skizofrenia mungkin menampilkan afek
yang tidak sesuai, mood yang disforik yang dapat berbentuk depresi,

Universitas Sumatera Utara

ansietas, atau kemarahan, pola tidur yang terganggu, dan kurangnya
minat untuk makan atau penolakan terhadap makanan. Depersonalisasi,
derealisasi dan kekuatiran somatik dapat terjadi dan kadang-kadang
sampai mencapai proporsi waham, ansietas dan fobia umum dijumpai.14
Walaupun tidak ada gejala yang patognomonik khusus, dalam
praktek dan manfaatnya untuk membagi gejala-gejala tersebut ke dalam

kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering
terdapat secara bersama-sama, misalnya :
a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal dan thought
broadcasting.
b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi
(delusion of influence) atau passivity yang jelas merujuk pada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran,
perbuatan atau perasaan (sensation) khusus, persepsi delusional.
c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari
salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya
mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan
kemampuan “manusia super” (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai
baik oleh waham yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan (overload ideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus

pikiran

yang

terputus

atau

yang

mengalami

sisipan

(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.


Universitas Sumatera Utara

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
sikap

tubuh

tertentu

(posturing),

atau

fleksibilitas

serea,

negativisme, mutisme dan stupor.
h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat masa bodoh (apatis),

pembicaraan yang terhenti, respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
i.

Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan

dari

beberapa

aspek

perilaku

perorangan,


bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,
sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara
sosial.
Pedoman Diagnostik
Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus
ada sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) dari gejala yang termasuk salah satu kelompok gejala (a) sampai (d)
tersebut di atas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai
(h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan
atau lebih. Skizofrenia tidak boleh didiagnosis bila terdapat penyakit otak
yang nyata, atau dalam keadaan intoksikasi atau putus zat (withdrawal).5
2.2 Olanzapin
Olanzapin merupakan agen yang efektif untuk pengobatan psikosis
pada skizofrenia dan gangguan bipolar. Memiliki efek sedasi yang ringan
sehingga dapat diterima dibanyak pelayanan psikiatri akut. Dari beberapa
studi yang besar menunjukkan suatu dilema yaitu disatu sisi olanzapin
memiliki manfaat efikasi yang besar dibanding antipsikotik lainnya, disisi
lain memiliki efek samping yang serius termasuk berat badan yang
meningkat, peningkatan kadar lipid dan risiko peningkatan diabetes.


Universitas Sumatera Utara

Rumus kimianya adalah thienobenzodiazepine, yang merupakan suatu
turunan clozapin dengan subtitusi suatu cincin thieno (thieno ring) pada
cincin clozapine's carbonyl.15

2.2.1 Farmakokinetik
2.2.1.1 Absorbsi
Olanzapin diabsobsi dengan baik saat digunakan secara oral.
Konsetrasi plasma puncak dicapai kira-kira dalam 6 jam. Makanan relatif
sedikit mempengaruhi absorsinya. Waktu paruh olanzapin dipengaruhi
oleh rokok, jenis kelamin dan usia. Rerata waktu paruh adalah sekitar 31
jam (dalam rentang 21-54 jam). Hal ini memungkinkan untuk dosis sekali
sehari. Pasien mencapai konsentrasi plasma yang steady dalam waktu
sekitar 7 hari. Pemberian intramuskular olanzapin mencapai plasma
puncak dalam waktu 15 sampai 45 menit.15

2.2.1.2 Distribusi
Olanzapin didistribusikan secara luas keseluruh tubuh. Obat ini 93

% terikat pada protein plasma.15

2.2.1.3 Metabolisme dan eliminasi
Pathway (jaras) metabolik primer dari olanzapin adalah direct
glucuronidation dan P450-medicated oxidation. Tidak ada metabolik
olanzapin yang aktif. Walaupun studi in vitro menunjukkan CYP 1A2 dan
2D6

serta

flavin-containing

monooxygenase

oksidasinya, CYP1A2 dianggap pathway utama.

system

terlibat


pada

15

2.2.2 Farmakodinamik
2.2.2.1 Mekanisme aksi
Olanzapin adalah antagonis affinitas yang tinggi pada reseptor 5HT2A/2C, 5-HT6, D1-4, H1, adrenergik α1 dan antagonis afinitas yang sedang
pada reseptor

M1-5 dan 5-HT3. Hal ini menyerupai pada banyak kerja

antipsikotik generasi kedua yaitu kombinasi aktifitas 5-HT2 dan D2 yang

Universitas Sumatera Utara

tinggi. Studi Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan olanzapin
pada dosis 10-20 mg menghasilkan okupansi D2 68-84%. Aktivitas 5HT2
nya kira-kira 8 kali lebih kuat dari blokade reseptor dopaminnya.
Dibandingkan risperidon, Quetiapin dan Ziprasidon, Olanzapin lebih besar
antagonis reseptor M dan H. Aktivitas histamin ini menjelaskan

dampaknya pada peningkatan berat badan.15

2.2.2.2 Konsentrasi dalam darah dan aktivitas klinis
Studi yang dilakukan oleh Perry menunjukkan konsentrasi plasma
diatas 23 ng/ml adalah cenderung merupakan respons klinis yang baik.15

2.2.2.3 Pengobatan skizofrenia pada fase akut
Terapi somatik pada skizofrenia meliputi 3 fase yaitu fase akut,
stabilisasi dan stabil atau rumatan. Fase akut ditandai dengan gejala
psikotik yang membutuhkan penatalaksanaan segera. Gejalanya dapat
terlihat pada episode pertama atau ketika terjadi kekambuhan skizofrenia.
Fokus terapi pada fase akut yaitu untuk menghilangkan gejala psikotik.
Fase akut biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.15
Agitasi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada fase akut
skizofrenia. Pada fase akut terlihat adanya ansietas yang disertai dengan
kegelisahan motorik, peningkatan respons terhadap stimulus internal atau
eksternal, peningkatan aktivitas verbal atau motorik yang tidak bertujuan.16
Pada fase akut skizofrenia, perilaku agresif juga sering terlihat.
Agresif merupakan sikap melawan secara verbal atau kekerasan fisik
yang ditujukan kepada benda atau orang lain. Risiko terjadinya perilaku

agresif meningkat bila ia berkomorbiditas dengan penyalahgunaan alkohol
atau zat, kepribadian anti sosial, tidak mempunyai pekerjaan dan
gangguan neurologi serta riwayat kekerasan sebelumnya. Ide-ide kejaran
dan/atau

halusinasi

perintah

dikaitkan

dengan

agresivitas.

Mengidentifikasi faktor risiko terkait perilaku agresif dan menilai perilaku
yang membahayakan adalah hal yang penting pada fase akut.16

Universitas Sumatera Utara

Studi buta ganda membandingkan olanzapin sekali sehari pada
rentang dosis 2,5-17,5 mg per hari dengan plasebo dan haloperidol (10-20
mg per hari). Olanzapin tampak superior pada seluruh psikopatologi (
rerata CGI-S) dan simtom positif psikotik (skor BPRS dan PANSS Positif)
pada dosis sedang (7,5–12,5 mg) dan tinggi (12,5-17,5). Olanzapin juga
tampak superior pada respons simtom negatif psikotik. Pada studi lain di
Amerika Utara dan Eropa, Olanzapin tampak lebih besar serta signifikan
pada perbaikan klinis dibanding haloperidol. Perbaikan signifikan juga
tampak pada simtom positif dan negatif, termasuk dalam nilai simtom
depresi. Pada dua studi lainnya, Olanzapin (1-15 mg per hari)
menunjukkan aktivitas anti psikotik yang signifikan baik pada simtom
positif dan negatif dari skizofrenia. Simtom ekstrapiramidal akut sedikit
terjadi pada olanzapin. Olanzapin juga tampak superior dibandingkan
haloperidol pada pengobatan skizofrenia episode pertama. Satu studi
menunjukkan olanzapin memiliki profil untung-rugi (risk-benefit profile)
yang lebih baik secara signifikan dibanding haloperidol.15

2.2.3 Dosis dan Pemberian obat
Olanzapin efektif pada dosis antara 7,5-20 mg per hari diberikan
sekali sehari. Dosis awal adalah 5-10mg. Kemudian disesuaikan
seperlunya dalam rentang 5-20 mg per hari. Walaupun beberapa studi
klinis mengatakan tidak ada keuntungan diatas dosis 20 mg per hari,
banyak klinisi mengatakan dosis 15- 25 mg atau lebih adalah optimal pada
skizofrenia akut. Studi Clinical Antipsychotic Trials of Intervention
Effectiveness (CATIE) mengatakan mean modal daily dose 20,1 mg per
hari. Selain itu rerata dosis diatas dosis maksimum 20 mg per hari
direkomendasikan oleh informasi produk.15 Atau penaikan dosis dapat
dilakukan 5 mg per hari sekali seminggu sampai tercapai efikasi yang
diinginkan.17

Universitas Sumatera Utara

2.3 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan
kadar lemak darah. Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya
aterosklerosis atau penyakit jantung koroner (PJK), dan kadang-kadang
juga disertai kelaina lain seperti xantomatosis dan pankreatitis. Lipid atau
lemak penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai
sumber energi, pelindung badan, pembentukan sel, sintesis hormon
steroid, dan precursor prostaglandin. Karena lemak pada umumnya tidak
larut dalam air, agar lemak itu dapat diangkut dalam peredaran darah,
maka lemak itu dibuat menjadi larut dengan mengikatkannya kepada
protein yang larut dalam air. Ikatan itu disebut lipoprotein. Lipoprotein
adalah suatu ikatan yang larut dalam air dengan berat molekul yang tinggi,
terdiri dari lemak (kolesterol, trigliserida dan fosfolipid) dan protein yang
khusus dapat mengikat protein (apo-protein). Di dalam peredaran darah
lipoprotein itu merupakan suatu kompleks yang disebut lipoprotein particle
yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam (inti) yang tidak larut, terdiri
dari trigliserida dan ester kolesterol, dan bagian luar, yang lebih larut,
terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid dan apo-protein.18
Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan berat
jenisnya yang ditentukan dengan cara ultra-sentrifugasi. Berat jenis itu
berkisar antara 0,9 g/ml sampai dengan 1,28 g/ml. Berdasarkan beratjenisnya lipoprotein dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Kilomikron
2. Very low Density Lipoprotein (VLDL)
3. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
4. Low Density Lipoprotein (LDL)
5. High Density Lipoprotein (HDL)
Selain dengan ultra-sentrifugasi protein juga dapat dibeda-bedakan
dengan cara elektroforesis. Dengan cara ini dibedakan beberapa jenis
lipoprotein :
beta lipoprotein (LDL pada ultra-sentrifugasi)
pre-beta lipoprotein (VLDL)

Universitas Sumatera Utara

alfa lipoprotein (HDL)
broad beta (beta VLDL atau IDL)
Ada dua jenis hiperlipidemia, yaitu :
1. Primer
2. Sekunder
Hiperlipidemia primer banyak yang disebabkan oleh karena
kelainan

genetik.

Biasanya

kelainan

ini

ditemukan

pada

waktu

pemeriksaan laboratorium secara kebetulan yaitu waktu check up. Ini
disebabkan karena pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada
keadaan yang agak berat tampak adanya xatoma.
Klasifikasi hiperlipidemia primer
Monogenik

:

1. Mutasi apolipoprotein (resesif)
a. Defisiensi apoprotein C – 11
b. Disbetalipoproteinemia
2. Mutasi reseptor (dominan)

Hiperkolesterolemia familial :

3. Mutasi enzim (resesif)
a. Defisiensi lipoprotein lipase
b. Defisiensi lecithine-cholesterol
acyltransferase (LCAT)

Kemungkinan monogenik :

1. Hipertrigliseridemia
2. Hiperlipoproteinemia multiple familial

Poligenik/sporadik

:

1. Hiperkolesterolemia
2. Hipertrigliseridemia

Hiperlipidemia sekunder
Hiperlipidemia sekunder adalah peningkatan kadar lipir darah yang
disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus,
gangguan tiroid, penyakit hepar dan penyakit ginjal. Hiperlipidemia
sekunder merupakan suatu hal yang reversibel. Bila kelainan primernya
baik, hiperlipidemia akan hilang.18
Ada juga obat-obat yang menyebabkan gangguan metabolisme
lemak seperti :

Universitas Sumatera Utara

Penyakit beta

hiperlipoproteinemia type IIa/IIb

Diuretik

hiperlipoproteinemia type IIb,IV

Obat-obat KB
Estrogen

hiperlipidemia type IV

Gestagen

hiperlipoproteinemia type IIb

2.3.1 Peran Berbagai Jenis Lipid pada Aterosklerosis
Peran lipid pada pathogenesis aterosklerosis saat ini sudah bukan
hipotesis lagi tetapi sudah merupakan suatu teori yang pasti. Dalam hal ini
perlu diketahui bahwa peran tiap komponen lemak tidak sama.18

Kolesterol Total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar
kolesterol total darah dengan risiko PJK sangat kuat, konsisten dan tidak
bergantung kepada faktor risiko lain.18
Penelitian

genetik,

eksperimental,

epidemiologis

dan

klinis

menunjukkan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai
peran penting pada pathogenesis PJK.18

Kolesterol LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa LDL yang
mengangkut lebih kurang 70-80% dari kolesterol total adalah lipoprotein
yang paling penting pada timbulnya aterosklerosis.
Dalam keadaan fisiologis, uptake LDL pada sel-sel perifer terjadi
bila ada LDL reseptor yang pertama kali ditemukan oleh Goldstein dan
Brown, yang untuk penemuannya ini mereka mendapat hadiah Nobel. Bila
LDL reseptor ini kurang, seperti pada penyakit hiperkolesterolemia familial,
maka banyak LDL yang tidak tertangkap oleh reseptor LDL dengan akibat
kadar LDL meningkat dan akan lebih lama berada dalam sirkulasi hingga
kemungkinan untuk teroksidasi lebih besar. LDL teroksidasi inilah yang
sangat aterogenik.18

Universitas Sumatera Utara

Kolesterol HDL
Meskipun hipotesis bahwa HDL mempunyai efek protektif terhadap
PJK sudah dikemukakan oleh Barr pertama kali lebih kurang 40 tahun
yang lalu, tetapi baru kira-kira dalam dekade terakhir ini saja penelitianpenelitian tentang seluk beluk HDL secara intensif dilakukan, hingga
dengan demikian sudah banyak kemajuan dicapai mengenai berbagai
aspek HDL ini, misalnya tentang biokimia dan metabolismenya, faktor
genetik dan juga tentang hubungannya dengan PJK. Data epidemiologis
sampai saat ini pada umumnya mendapatkan adanya korelasi negatif
antara kadar kolesterol HDL dengan PJK. Penemuan-penemuan ini
sebenarnya menunjang apa yang dihipotesiskan oleh Miller dan Miller
pada tahun 1975 yang menduga bahwa HDL plasma berperan dalam
mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk dikatabolisasikan
dan kemudian dieksreksikan.18
Pada umumnya diterima bahwa kolesterol HDL mempunyai efek
melindungi jantung, karena berperan dalam reverse cholesterol transport,
yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk kemudian
dikeluarkan melalui empedu. Bukti epidemiologis dan klinis menunjang
hubungan negatif antara kadar kolesterol HDL dengan PJK. Intervensi
obat atau diet dapat menaikkan kadar kolesterol HDL dan sekaligus
mengurangi PJK.18
Tetapi harus diingat bahwa pemeriksaan kadar kolesterol. HDL
masih belum standar, perlu dibuat teknik pemeriksaan yang lebih mudah
tetapi dapat dipercaya hasilnya.18

2.3.2 Rasio Kadar Koleterol Total dengan Kadar Kolesterol HDL
Perbandingan antara kadar kolesterol total dengan kolesterol HDL,
bernilai lebih prediktif terhadap kemungkinan dapat PJK dibandingkan
dengan kadar lemak itu sendiri-sendiri. Angka 3,5 adalah yang paling baik
tetapi sampai angka 5 masih dianggap dapat ditoleransi. Angka di atas 5
merupakan faktor risiko yang kuat.18

Universitas Sumatera Utara

Trigliserida
Banyak pasien PJK, kadar trigliseridanya tinggi, tetapi tidak seperti
kolesterol, masih belum ada bukti yang meyakinkan bahwa kadar
trigliserida merupakan faktor yang atorogenik.
Hasil penelitian epidemiologis masih merupakan kontroversi tetapi
umumnya diterima, bahwa trigliserida akan merupakan risiko bila
merupakan

manifestasi

hiperlipoproteinemia

type

III

atau

familial

combined hyperlipidemia. Kadar trigliserida di antara 250 dari 500 mg/dl
dianggap ada hubungannya dengan PJK bila disertai adanya penurunan
kadar kolesterol HDL.18
Stockholm

Prospective

Study

mendapatkan

bahwa

kadar

trigliserida puasa merupakan faktor risiko yang independent. Sedangkan
Framingham Study mendapatkan bahwa peningkatan kadar trigliserida
merupakan faktor risiko PJK hanya pada wanita, sedangkan pada laki-laki
hanya bila berumur di atas 50 tahun. Tetapi ternyata pada analisis
berikutnya didapatkan bahwa trigliserida baru akan merupakan faktor
risiko bila juga ditemukan penurunan kadar kolesterol HDL. Kadar
trigliserida yang sangat meningkat (>100 mg %) dengan kadar kolesterol
normal,

biasanya

disebabkan

oleh

peningkatan

kilomikron.

Efek

aterogeniknya tidak ada, tetapi kemungkinan mendapat pankreatitis
besar.18

Trial Lipid
Gabungan antara peningkatan kadar kolesterol LDL dan trigliserida
disertai rendahnya kadar kolesterol HDL atau apa yang disebut trial lipid
ternyata merupakan faktor risiko yang kuat untuk terjadinya PJK.18
2.4 Hubungan Antipsikotik dan Dislipidemia
Pada pasien skizofrenik yang menggunakan obat-obat antipsikotik
dihubungkan secara kuat dan telah dilaporkan antara dislipidemia dan
fase akut skizofrenia dan antara dislipidemia dan responden.19
Kebanyakan penelitian tentang dislipidemia dan psikotropika yang
berkaitan dengan antipsikotik. Dari jumlah tersebut, clozapin dan

Universitas Sumatera Utara

olanzapin sekali lagi obat yang berkaitan kuat , dengan tingginya
peningkatkan kolesterol total, kolesterol LDL(LDL) dan trigliserida, dan
tingginya penurunan HDL-kolesterol (HDL).19,20
Intoleransi glukosa, hiperglikemia, hiperlipidemia, ketoasidosis
diabetik sebagian besar dikaitkan dengan olanzapin. Kasus-kasus yang
dilaporkan ke FDA Drug Surveilance System memperlihatkan bahwa
awitan baru diabetes dan hiperglikemia yang dikaitkan dengan olanzapin
yaitu 78%. Sebanyak 35% dari yang menderita diabetes tersebut
mengalami ketosis atau asidosis. Sebanyak 8% kelompok mengalami
ketoasidosis tersebut meninggal. Sebagian besar kasus terjadi pada 6
bulan awal pengobatan dengan olanzapin. Beberapa kasus terjadi pada
bulan pertama pengobatan.16
Juga kebanyakan dislipidemia sekunder dari antipsikotik dapat
berhubungan dengan berat badan. Namun, beberapa uji klinis belum
menemukan korelasi antara berat badan dan dislipidemia. Perbedaan ini
dapat dijelaskan oleh kelemahan metodologis dalam studi tersebut,
seperti pendeknya waktu follow-up dan tidak adanya kontrol untuk nilai
BMI awal atau untuk penggunaan sebelumnya antipsikotik lain. Adanya
mekanisme kecil lainnya dalam genesis dislipidemia terkait dengan
psikotropika telah disarankan. Berkenaan dengan antipsikotik, perubahan
dalam metabolisme lipid mungkin terkait dengan struktur tiga cincin
derivatif

dibenzodiazepine

(clozapin,

quetiapin

dan

olanzapin),

memunculkan suatu ruang konfigurasi yang mirip dengan inti fenotiazin,
yang juga terlibat dalam efek samping pada metabolise lipid.19 Dalam studi
oleh Lindenmayer dan kawan-kawan, baik olanzapin dan clozapin
dikaitkan dengan peningkatan kadar kolesterol total, yang tidak terjadi
pada risperidon dan haloperidol. Henderson dan kawan kawan, Dalam
follow-up pasien yang memakai clozapin sampai 10 tahun, ditemukan
peningkatan yang signifikan dalam trigliserida serum, tapi tidak dalam
kolesterol total. Koro dan kawan-kawan menganalisis data dengan lebih
dari 18.000 pasien skizofrenik dan menemukan bahwa penggunaan
olanzapin dikaitkan dengan peningkatan hampir lima kali lipat dalam

Universitas Sumatera Utara

kejadian dislipidemia, dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR =4,65;
IC95% 2,44-8,85), dan peningkatan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan
dengan antipsikotik tradisional (OR =3,36; IC95% 1,77-6,39).20 Sebuah
analisis dari uji klinis secara acak buta ganda membandingkan olanzapin
dan aripiprazol pada pasien skizofrenik menunjukkan memburuknya profil
lipid setelah 26 minggu untuk kelompok olanzapin, dengan perbedaan
yang signifikan antara kelompok untuk kolesterol total, kadar HDLdan
trigliserida. Dalam studi CATIE, berarti mean peningkatan kolesterol total
dan serum trigliserida (disesuaikan dengan waktu pemaparan obat)
adalah 9,4mg/dl dan 40,5% untuk olanzapin, 6,6mg/dl dan 21,2% untuk
quetiapin, -1,3mg/dl dan -2,4% untuk risperidon, 1,5mg/dl dan 9,2% untuk
perphenazin dan -8,2mg/dl dan -16,5% untuk ziprasidon.20
2.5 Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
Skala PANSS oleh Kay dan kawan-kawan tahun 1987, 1988,1989
berasal

dari

kebutuhan

yang

berkembang

untuk

mengurangi

heterogenitas apa yang dikenal tentang skizofrenia. Oleh Crownꞌs tahun
1980 dikotomi positif-negatif disajikan model teoritis yang menjanjikan
untuk menjelaskandan memahami variabilitas dalam etiologi skizofrenia,
pengobatan dan prognosis. Skala PANSS dibagi menjadi sub-skala positif,
negatif dan psikopatologi umum dan skor sub-skala yang ditampilkan
didistribusikan secara normal dan independen satu sama lain. Skala
PANSS jauh lebih sensitif dan spesifik mengenai pemakaian farmakologi
dari penilaian baik simtom positif dan negatif pada pasien skizofrenik.21
PANSS terdiri dari 30 butir dengan 3 sub-skala: 7 butir adalah
simtom positif (contoh halusinasi dan waham), 7 butir adalah simtom
negatif (contoh afek tumpul) dan 16 butir adalah psikopatologi umum
(contoh rasa bersalah). Setiap butir di skor dengan 7 butir dengan rentang
skala likert dari 1 sampai 7, maka rentang sub-skala positif dan negatif
dari 7-49 dan rentang skala psikopatologi umum dari 16 sampai 112.
PANSS digunakan oleh klinisi yang telah terlatih dan waktu yang
diperlukan berkisar 30-40 menit.22 Setiap butir dari PANSS merupakan
definisi yang komplit dan juga kriteria yang terperinci untuk semua 7 poin

Universitas Sumatera Utara

penilaian yang menunjukkan peningkatan psikopatologi yaitu: 1= tidak
ada, 2= minimal, 3= ringan,4= sedang, 5=sedang- berat, 6=berat, 7=
sangat berat.23
Tingkat dari skala PANSS berdasarkan dari keseluruhan informasi
yang diperoleh dari waktu tertentu, biasanya diidentifikasi pada minggu
sebelumnya.23
2.6 Kerangka Teori

Gaya hidup:
 Olah raga
 Merokok

Metabolisme Lipid

Terjadinya
Dislipidemia pada
Skizofrenia
Pola makan (Diet)

Kerentanan Genetik

 Risperidon
 Quetiapin
 Clozapin

Pemberian
Antipsikotik
Atipikal
Olanzapin

Keterangan:
Batasan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep
Variabel tergantung
(sebelum intervensi)






Kadar
kolesterol total
Kadar
trigliserida
Kadar HDL
Kadar LDL
Skor PANSS

Variabel bebas

Variabel tergantung
(sesudah intervensi)



Terapi
Olanzapin





Kadar kolesterol
Kadar
trigliserida
Kadar HDL
Kadar LDL
Skor PANSS

Universitas Sumatera Utara