Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Jkn Di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.1.1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga kerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan
demikian, JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN.
2.1.2. Tujuan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Pelaksanaan Program JKN untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam
bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah.


10
Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan dalam Pedoman Pelaksanaan Program JKN ini
meliputi penyelenggaraan, peserta dan kepesertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan,
badan penyelenggara dan hubungan antar lembaga, monitoring dan evaluasi,
pengawasan, dan penanganan keluhan.
Pelayanan JKN dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan
rujukan. Adapun ruang lingkup pelayanan JKN terdiri dari:
1. Pelayanan Jaminan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan Jaminan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi
(kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat
pertama.
Jenis pelayanan jaminan kesehatan di tingkat pertama meliputi:

a. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
b. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
c. Pertolongan persalinan normal
d. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED).

Universitas Sumatera Utara

e. Pelayanan Nifas bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA
dengan frekuensi 4 kali.
f. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
g. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/
bayinya.
2. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan jaminan kesehatan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat
rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas
indikasi ibu dan janin/bayinya. Jenis pelayanan jaminan kesehatan di tingkat
lanjutan meliputi:
a. Pemeriksaan kehamilan atau ANC dengan risiko tinggi.
b. Pertolongan persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit yang tidak mampu
dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
c. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat
persalinan.
d. Pemeriksaan paska persalinan dengan risiko tinggi.

Universitas Sumatera Utara

e. Penatalaksanaan KB paska salin dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.
f. Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana
terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas
kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjut.
2.1.4. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan
kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat JKN
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Imunisasi dasar, meliputi konseling, kontasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang membidangi KB. Vaksin untuk imunisasi
dasar dan alat kontrasepsi dasar di sediakan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.
2.1.5. Program Jaminan Kesehatan Nasional
Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial
yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi

Universitas Sumatera Utara

sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah.
Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional meliputi:
1. Regulator
Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Kementerian Dalam Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
2. Peserta Program JKN
Peserta Program JKN adalah seluruh penduduk Indonesia, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran.
3. Pemberi Pelayanan Kesehatan
4. Pemberi Pelayanan Kesehatan
2.1.6. Pinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
1. Gotong Royong
Yaitu dimana peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta
yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan Sistem
JKN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu.


Universitas Sumatera Utara

2. Prinsip nirlaba
Yaitu pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama
adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang
dikumpulkan

dari

masyarakat

adalah

dana

amanat,

sehingga


hasil

pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
3. Prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial di maksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib di maksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Universitas Sumatera Utara

6. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badanbadan

penyelenggara

untuk

dikelola

sebaik-baiknya

dalam

rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.
2.1.7. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
1. Peserta dalam program JKN meliputi :

a. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya
dibayar pemerintah.
b. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu:
- Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan meliputi orang yang
tergolong fakir miskin dan orang yang tidak mampu.
- Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan anggota
keluarganya yaitu :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota TNI
3. Anggota Polri
4. Pejabat Negara
5. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

Universitas Sumatera Utara

6. Pegawai Swasta
7. Pekerja yang tidak termasuk Pegawai Negeri yang menerima upah
2. Peserta JKN diberikan nomor identitas tunggal oleh JKN. Bagi peserta: Askes
sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT.

(Persero) Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum
mendapatkan nomor identitas tunggal peserta dari JKN, tetap dapat mengakses
pelayanan dengan menggunakan identitas yang sudah ada.
3. Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima upah sejak
lahir secara otomatis dijamin oleh JKN Kesehatan.
4. Bayi baru lahir dari :
a. Peserta pekerja bukan penerima upah
b. Peserta bukan pekerja
c. Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat dan seterusnya. harus
didaftarkan selambat-lambatnya 3 x 24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan
dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari).
Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan
nomor identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien umum.
5. Menteri Sosial berwenang menetapkan data kepesertaan PBI. Selama seseorang
ditetapkan sebagai peserta PBI, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan
manfaat pelayanan kesehatan dalam JKN
6. Sampai ada pengaturan lebih lanjut oleh Pemerintah tentang jaminan kesehatan
bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maka gelandangan,

Universitas Sumatera Utara


pengemis, orang terlantar dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Demikian juga untuk penghuni panti-panti sosial serta penghuni
rutan/lapas yang miskin dan tidak mampu.
2.1.8. Pendaftaran Peserta
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan didaftarkan oleh Pemerintah sebagai peserta
kepada JKN. Penduduk yang belum termasuk sebagai peserta jaminan
kesehatan dapat diikutsertakan dalam program JKN. Kesehatan oleh pemerintah
daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Bayi yang lahir dari peserta PBI dicatat dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan
kepada JKN. Mekanisme penetapan selanjutnya akan diatur oleh Kementerian
Sosial.
2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.
a. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja yang bersangkutan dapat
mendaftarkan diri sebagai peserta kepada JKN.
b. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai peserta kepada JKN. Proses pendaftaran dapat dilakukan
secara bertahap baik perorangan atau seluruh anggota keluarga.
2.1.9. Hak dan Kewajiban Peserta
Setiap Peserta JKN berhak:
1. Mendapatkan nomor identitas tunggal peserta.

Universitas Sumatera Utara

2. Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan JKN.
3. Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan JKN sesuai
yang di inginkan. Perpindahan fasilitas kesehatan tingkat pertama selanjutnya
dapat dilakukan setelah 3 (tiga) bulan. Khusus bagi peserta: Askes sosial dari PT
Askes (Persero), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT (Persero)
Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI, 3 (tiga) bulan pertama
penyelenggaraan JKN, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan
oleh JKN.
4. Mendapatkan informasi dan menyampaikan keluhan terkait dengan pelayanan
kesehatan dalam JKN
Setiap Peserta JKN berkewajiban untuk:
1. Mendaftarkan diri dan membayar iuran, kecuali PBI jaminan kesehatan
pendaftaran dan pembayaran iurannya dilakukan oleh Pemerintah.
2. Mentaati prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Melaporkan perubahan data kepesertaan kepada JKN dengan menunjukkan
identitas peserta pada saat pindah domisili, pindah kerja, menikah, perceraian,
kematian, kelahiran dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Kehamilan
2.2.1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 : triwulan pertama
dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai ke 6, triwulan ketiga
dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan
antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga professional yaitu dokter spesialis obstetric (SPOG), dokter
umum dan bidan, untuk itu selama kehamilanya ibu hamil sebaiknya dianjurkan
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan anteatal care.
Pemeriksaan dan pengawasan selagi hamil serta pertolongan persalinan,
merupakan hal yang penting. Banyak penyulit-penyulit sewaktu hamil dengan
pengawasan yang baik dan bermutu dapat diobati dan dicegah, sehingga persalinan
berjalan dengan mudah dan normal (Hutari,2012)
2.2.2. Tujuan Antenatal Care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.

Universitas Sumatera Utara

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan
bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayi dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normaldan pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal (Pudiastuti, 2012).
2.2.3. Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :
1.

Kunjungan Antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu :
a. Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)
b. Satu kali pada triwulan kedua (14 minggu sampai 28 minggu)
c. Dua kali pada triwulan ketiga (28 minggu sampai 36 minggu, dan setelah 36
minggu)

2.

Pelayanan/asuhan standar minimal 7T yaitu :
a. Timbang berat badan
b. Ukur tekanan darah

Universitas Sumatera Utara

c. Ukur tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap
e. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
3.

Vitamin zat besi
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera
mungkin setelah rasa mual hilang tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat 500 mg sebanyak 1 tablet/hari. Pemberian selama 90 hari
atau 3 bulan (Astuti,2012).

4.

Jadwal imunisasi TT
Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi TT

Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5

Interval
(Selang Waktu Minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4

-

%
Perlindungan
-

3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun/seumur hidup

80
95
99
99

Lama Perlindungan

2.3. Faktor Karakteristik Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional
Menurut Anderson (1974) menggambarkan model system kesehatan (Health
System Model) yang berupa model kepercayaan kesehatan dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam

Universitas Sumatera Utara

pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung,
karakteristik kebutuhan.
1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Chararcteristic)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda hal ini disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan
dalam tiga kelompok. (a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur; (b)
Struktur sosial, seperti pendidikan, pekerjaan, kesukuan, ras; (c) Manfaat-manfaat
kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses
penyembuhan.
2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic).
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak untuk menggunakannya,
kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang
ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.
3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristic).
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan
dapat terwujud didalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan, dengan
kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada.
Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 katagori, dirasa atau perceived (subject
assessment) dan evaluated (clinical diagnosa).

Universitas Sumatera Utara

Predisposing
Demography

Sosial Structur

Enabling

Health Service
Use

Enabling

Family Resousrces

Preceived

Community Resources

Evaluated

Health Beliefs
Gambar 2.1. Ilustrasi Model Anderson
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik digunakan untuk menggambarkan
bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan untuk menggunakan palayanan
kesehatan.
a. Umur
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas, serta berpengaruh terhadap bayinya ibu yang
berumur kurang dari 20 tahun, masi belum siap secara jasmani maupun secara
psikososial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, serta dalam membina
dan membimbing bayinya. Sedangkan ibu yang usianya terlalu tua untuk hamil (35
tahun atau lebih) akan menghadapi resiko yang terjadi berupa kelainan bawaan pada
waktu kehamilan dan adanya penyulit pada waktu persalinan. Hal ini disebabkan
karena jaringan tubuh kurang baik untuk menerima kehamilan. Proses reproduksi
sebaiknya pada ibu berumur antara 20 tahun serta tidak lebih dari usia 35 tahun.
Sebab pada saat itu penyulit kehamilan jarang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Wibisan (2007) membuktikan bahwa umur sangat menentukan
pemanfaatan layanan kesehatan karena berkaitan dengan ganggu spesifik berbasis
umur dan kemampuan individu berbasis umur dalam mengatasi masalah kesehatan.
Penelitian Sitanggang (2002) dan Theresia (2011), Juga membuktikan bahwa
ditemukan adaya pengaruh umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas kecamatan Jambi selatan.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya
dalam pembentukan perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior). Meningkatnya
pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk
kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku seseorang
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo,
2010).
Penelitian Tuni arwiani (2013) membuktikan bahwa ada pengaruh
pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ibu hamil dengan tingkat
pendidikan rendah lebih jarang memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan
dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih baik di puskesmas kota
Demikian pula halnya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagai salah
satu gaya hidup yang juga ditentukan oleh karakteristik sosial. Individu yang
berpendidikan memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap manfaat dari

Universitas Sumatera Utara

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Individu terdidik cenderung memiliki pengetahuan
yang lebih baik dan memiliki informasi tentang pengobatan medis, modern serta
memiliki kapasitas yang lebih besar dalam mengenali penyakit tertentu.
c. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerjaan seseorang
dapat menentukan status diri individu di masyarakat. Seseorang memiliki pekerjaan
baik tentunya dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang diinginkannya. Jenis
pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk
menggunakan suatu pelayanan kesehatan JKN. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi
keputusan untuk menggunakannya.
Penelitian Suhaerni (2011) membuktikan bahwa ada pengaruh

antara

pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
DTP Bungbulang Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut Jawabarat.
Teori Green (1980) yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi faktor diri
manusia (predisposisi) seperti umur, pendidikan dan pekerjaan. Status ekonomi
masyarakat menjadi hal penting dalam mendorog seseorang untuk berperilaku sehat.
Status ekonomi mempengaruhi ketersediaan dan kemudahan memperoleh pelayanan
kesehatan (Mubarak, 2012).

Universitas Sumatera Utara

d. Penghasilan
Penghasilan dan sumber keluarga pada dasarnya merupakan pendapatan yang
diperoleh dari pasangan suami dan istri atau hasil dari suami apabila istri tidak
bekerja atau sebaliknya.
Penghasilan keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan anak-anak
atau kehidupan keluarga. Interaksi di dalam keluarganya mempunyai corak hubungan
yang berbeda. Orang tua mampu, mereka dapat mencurahkan perhatian yang lebih
mendalam, sebab tidak disulitkan oleh kebutuhan-kebutuhan primer, seperti mencari
nafkah sehari-hari dan pemanfaatan kesehatan. Besarnya penghasilan mempengaruhi
keputusan untuk mengunakan barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhannnya.
Semakin tinggi penghasilan maka kebebasan untuk menentukan berbagai jenis
pelayanan semakin luas.

2.4. Motivasi
2.4.1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan
memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya
orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada yang tidak
melakukan. Kata motivsi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan sebagai
dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan
tertentu (Rivai 2004). Sementara Gibson et.al (1996), menyatakan bahwa motivasi
sebagai suatu dorongan yang timbul pada atau didalam diri seorang individu yang

Universitas Sumatera Utara

menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Oleh karena itu, motivasi dapat berarti
suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu
perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara wajar.
2.4.2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Herzberg motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi
intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (Ekternal) :
1. Motivasi intrinsik (internal)
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik (internal) adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran,
misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu tersebut
sadar bahwa dengan memeriksakan kehamilannya dengan memanfaatkan JKN.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik
(internal) yaitu :
a.

Kebutuhan (Need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan
baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan dengan memanfaatkan

JKN untuk

mendeteksi adanya tanda/gejala resiko tinggi pada kehamilannya.

Universitas Sumatera Utara

b.

Harapan (Expectancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meninggakat dan
menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan, misalnya ibu memeriksakan
kehamilannya dengan menggunakan JKN ke tenaga kesehatan dengan harapan
agar apabila ada komplikasi/risiko dalam kehamilannya dapat segera diketahui
dan diatasi.

c.

Minat (interest)
Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal
tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa
adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat atau keinginan untuk
menggunakan JKN pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga
mengetahui keadaan kesehatan janin dan kehamilannya.

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekternal)
Motivasi Ekstrinsik (Ekternal) adalah kebalikan dari motivasi intrinsik
(internal). Motivasi ekstrinsik (eksternal ) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat
sesuatu. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
ekstrinsik (eksternal) adalah:

Universitas Sumatera Utara

a.

Dukungan suami dan keluarga
Ibu memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan bukan kehendak sendiri tetapi
karena dorongan dari keluarga seperti : suami, orang tua, mertua, teman ataupun
anggota keluarga lain. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin
menguatkan motivasi ibu untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatan
kehamilannya.

2.4.3. Faktor yang Memengaruhi Terhadap Motivasi
a. Faktor Fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik tubuh,
misalnya status kesehatan dan status gizi ibu hamil, artinya bila ibu hamil merasa
dalam keadaan kondisi tubuh yang baik atau tidak ada keluhan maka mereka
menganggap tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan, jadi ibu hanya
memeriksakan kehamilannya hanya bila ada keluhan saja
b. Faktor Proses Mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tapi ada
kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Ibu hamil yang
menggalami gangguan pada proses mental tentu sulit untuk membuat suatu
keputusan memanfaatkan JKN untuk pemeriksaan kehamilan adalah suatu
kebutuhan karena adanya gangguan pada proses berfikir

Universitas Sumatera Utara

c. Faktor Hereditas
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian yang secara
herediter di bawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah
termotivasi atau sebaliknya (Notoatmodjo,2012)
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar individu baik fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu hamil
untuk memanfaatkan JKN dalam pemeriksaan kehamilan. Termasuk dalam
lingkungan adalah dukungan suami, mertua, keluarga dan teman.
e. Faktor Kematangan Usia
Kematangan usia akan berpengaruh pada proses berfikir dan pengambilan
keputusan untuk memanfaatkan JKN dalam pemeriksaan kehamilan.
f. Faktor Fasilitas
Ketersediaan fasilitas alat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang tersedia
dari JKN yang memadai, mudah terjangkau menjadi motivasi bagi ibu untuk
memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo,2012)
g. Faktor Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi
kesehatan (Sugiyono, 1999). Dengan adanya media ibu hamil menjadi lebih tahu
tentang memanfaatkan JKN dan pada akhirnya dapat menjadi motivasi untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.4. Teori Motivasi Menurut Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan yang ada didalam hidupnya. Ia menunjukkanya dalam lima tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkatan
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari yang
paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit
untuk dicapai atau didapat.
a. Kebutuhan fisiologis
Contohnya adalah : sandang/pakaian, pangan/makanan, papan/rumah, dan
kebutuhan biologis seperti bernafas dan lain sebagainya.
b. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contohnya adalah : bebas dari diskriminasi, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit/penyakit, bebas dari teror dan sebaginya.
c. Kebutuhan Sosial
Contonya adalah : kasih sayang, rasa memiliki, memiliki teman, memiliki
keluarga, diterima dengan baik dan lain-lain.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Contohnya adalah : pujian, piagam, tanda jasa, hadia, berprestasi, berkompetensi,
dan mendapatkan dukungan serta pangkuan dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

e. Kebutuhan Aktualisasi diri
Kebutuhan kognitif contohnya : mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi
diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya.
Pada adasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun,
tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat
kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi
segala kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau
ditentukan oleh pemenuhan kebutuhannya.

2.5. Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya
dalam satu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan
diatas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut ini.
Meningkatnya AKI dimasyarakat menuntut dilakukannya program pelayanan
dan penanganan secara terpadu dan komprehensif. Puskesmas Pancur Batu sebagai
unit pelayanan kesehatan dan penanggulangan masalah-masalah yang dihadapi
selama kehamilan diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam mengurangi
jumlah AKI dimasyarakat.
Peningkatan

AKI

pada

masyarakat

dipengaruhi

perilaku

kesehatan

masyarakat. Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan
masyarakat yang buruk menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi petugas kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Anderson (1974) menggambarkan model system kesehatan (Health System
Model) yang berupa model kepercayaan kesehatan dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan
kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik
kebutuhan.
Menurut Herzberg motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi
intrinsik (internal) dan motivasi ekstrinsik (eksternal) :
1. Motivasi intrinsik (internal)
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik (internal) adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik (internal) datang dari hati sanubari, umumnya karena
kesadaran, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu
tersebut sadar bahwa dengan memeriksakan kehamilannya dengan memanfaatkan
JKN. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik
(internal) yaitu :
a.

Kebutuhan (Need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan
baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan dengan memanfaatkan

JKN untuk

mendeteksi adanya tanda/gejala resiko tinggi pada kehamilannya.

Universitas Sumatera Utara

b.

Harapan (Expectancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan
bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meninggakat dan
menggerakkan seseorang kea rah pencapaian tujuan, misalnya ibu memeriksakan
kehamilannya dengan menggunakan JKN ke tenaga kesehatan dengan harapan
agar apabila ada komplikasi/risiko dalam kehamilannya dapat segera diketahui
dan diatasi.

c.

Minat (interest)
Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal
tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa
adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat atau keinginan untuk
menggunakan JKN pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga
mengetahui keadaan kesehatan janin dan kehamilannya.

2. Motivasi Ekstrinsik (eksternal)
Motivasi Ekstrinsik (eksternal) adalah kebalikan dari motivasi intrinsik
(internal). Motivasi ekstrinsik (eksternal) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat
sesuatu Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah:
a.

Dukungan suami dan keluarga
Ibu memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan bukan kehendak sendiri tetapi
karena dorongan dari keluarga seperti : suami, orang tua, mertua, teman ataupun

Universitas Sumatera Utara

anggota keluarga lain. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin
menguatkan motivasi ibu untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatan
kehamilannya.

2.6.

Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin

diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen
pada penelitian ini adalah karakteristik dan motivasi dan variabel dependennya adalah
pemanfaatan JKN.
Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori kepustakaan yang telah
diuraikan diatas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel independen
Karakteristik
mur
endidikan
-

Variabel dependen

U
P
P

Pemanfaatan
JKN

Motivasi :
Intrinsik (internal) :
- Kebutuhan
- Harapan
- Minat
Ekstrinsik (eksternal):
- Dukungan
suami/keluarga

Gambar. 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa Karaketeristik (umur,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan motivasi (intrinsik (internal): kebutuhan,
harapan, minat, ekstrinsik (eksternal): dukungan suami/keluarga), dan motivasi
tersebut berpengaruh dengan pemanfaatan JKN di Puskesmas Pancur Batu.

Universitas Sumatera Utara