Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AEKRAJA KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2011

Oleh :

LOBERT NIM. 081000240

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ABSTRAK

Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) adalah penyuntikan vaksin BCG pada bayi yang bertujuan untuk membentuk kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis. Pencapaian program imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara pada Tahun 2010 masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristrik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi Bulan Januari-April di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 sejumlah 67 orang. Sampel sebanyak 67 orang. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi adalah pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,016) dan dukungan suami (p=0,007). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG adalah variabel pekerjaan (p=0,075) dan sikap (p=0,307).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Aekraja agar meningkatkan pelayanan imunisasi khususnya BCG dan pengenalan penyakit dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas imunisasi sehingga penyuluhan imunisasi dapat dilakukan dengan baik. Penyuluhan imunisasi khususnya BCG tidak hanya diberikan kepada para ibu bayi tetapi juga melibatkan keluarga khususnya suami, sehingga dapat meningkatkan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG.


(3)

ABSTRACT

BCG (Bacille Calmette Guerin) immunization is the injection of BCG vaccine into a baby which is aimed to form active immunity from tuberculosis. The implementation of BCG immunization at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District in 2010 was still far from what it had been expected, such as from the Minimum Service Standard of District/Town (100%) which was stipulated in the Regulations of the Minister of Health, Republic of Indonesia No. 741/PER/VII/2008.

The type of this research was survey with explanatory research which was aimed to explain the mothers’ characteristics (education, occupation, knowledge, and attitude), and their husbands’ support in giving BCG Immunization to babies at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District in 2011. The population were 67 mothers who delivered babies from January until April at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District, in 2011. All of them were used as the sample of the research. The primary data were collected by using interviews and questionnaires and analyzed by using logistic regression tests.

The result of the research showed that the variables which influenced on the giving of BCG immunization were education (p = 0.011), knowledge (p = 0.016), and husbands’ support (p = 0.007). The variables which did not influence on the giving of BCG immunization were occupation (p =0.075) and attitude (p = 0.307).

Based on the result of the research, it is recommended that the management of Aekraja Health Center to increase their immunization service, especially BCG immunization, and the identification of diseases by conducting training to the immunization workers so that immunization counseling could run well. Immunization counseling, especially BCG, was not only given to mothers who had babies, but also to their husbands and all members of the family so that their husbands would strengthen their support in giving BCG immunization.

Keywords: BCG Immunization, Mothers’ Characteristics and Husbands’ Support


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lobert

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru/16 Februari 1980 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak Ke : 6 dari 7 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Kenanga Ujung No. 23 Pekanbaru Alamat Kantor : Jln. Agus Salim No.1 Tarutung Tapanuli Utara

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1986-1992 : SD Negeri 005 Pekanbaru 2. Tahun 1992-1995 : SMP Beer Seba Pekanbaru

3. Tahun 1996-1999 : SMU BOPKRI Banguntapan Yogyakarta

4. Tahun 2000-2003 : Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Amal Bhakti Medan 5. Tahun 2008-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Riwayat Pekerjaan : 1. Tahun 2004-2006 : Radiografer Rumah Sakit Satya

Insani Kabupaten Pelalawan Riau 2. Tahun 2006-2008 : Staf Radiologi Rumah Umum

Swadana Daerah Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3. Tahun 2008-2011 : Tugas Belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas cinta, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Penguji I.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji.

4. Prof. dr. Aman Nasution, MPH, selaku Dosen Penguji II. 5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III.

6. Drs. Jemadi, MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Prof. dr. Aman Nasution, MPH, dr. Heldy BZ, MPH, Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, Siti Khadijah, SKM, MKes, dr. Fauzi, SKM dan dr. Rusmalawaty, selaku


(6)

Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara Secara Khusus kepada dr. Berlin Hutahaean, selaku Kepala Puskesmas Aekraja Kecamatan Parmonangan.

10. Direktur Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung, selaku Pimpinan Penulis.

11. Teristimewa kepada kedua Orang Tua Tercinta dan Saudara Kandung Penulis, Bapak Lintong Hutauruk dan Ibu Marni S. br. Parapat serta Kakak-kakak; Tumiar, Tohap, Arifin, Lasni, Dedi dan juga Adik Peace.

12. Teman-teman (Rika, Denni, Cici, Adli, Samira, Agus, Indah, Rapael, Enda, Iqbal, Yanni, Josua, Ummi, Jhonson, Vina, Dedi, Mariana, Ayu, Riris, Sairama, Wisana, Rina, Yenita, Yeni, Citra, Ani dan lain-lain). Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita semua.

Bila ada kekurangan atau kesilapan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya. Terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukannya.

Medan, Juni 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tuberkulosis (TB) ... 9

2.1.1 Pengertian TB ... 9

2.1.2 Penyebab TB ... 9

2.1.3 Cara dan Masa Penularan TB ... 9

2.1.4 Riwayat Terjadinya TB ... 10

2.1.4.1 Infeksi primer ... 10

2.1.4.2 TB Pasca Primer ... 11

2.1.5 Gejala dan Tanda-tanda TB ... 11

2.1.6 Komplikasi pada Penderita TB ... 12

2.1.7 Bayi dan Anak Beresiko Tertular TB ... 12

2.1.8 Pencegahan Penularan TB ... 13

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi BCG ... 13

2.2 1 Pendidikan ... 14

2.2.2 Pekerjaan ... 15

2.2.3 Pengetahuan ... 16

2.2.4 Sikap ... 18

2.2.5 Dukungan keluarga ... 18

2.3 Kerangka Konsep ... 20

2.4 Hipotesis penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22


(8)

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1 Populasi ... 22

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Data Primer ... 23

3.4.2 Data Sekunder ... 23

3.5 Definisi Operasional ... 23

3.6 Aspek Pengukuran ... 24

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 24

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 25

3.7 Teknik Analisa Data ... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 27

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

4.1.1 Letak Geografis ... 27

4.1.2 Demografi ... 27

4.1.3 Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 29

4.2 Analisis Univariat ... 30

4.2 1 Deskripsi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 30

4.2.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Dukungan Suami . 36 4.3 Analisis Bivariat ... 38

4.4 Analisis Multivariat ... 39

4.5 Hasil Wawancara ... 40

BAB V. PEMBAHASAN ... 42

5.1. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi ... 42

5.2 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi ... 43

5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi ... 44

5.4 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi ... 45

5.5 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi ... 46

5.6 Variabel Lain Memengaruhi Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi yang Ditemukan di Lapangan ... 48

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(9)

LAMPIRAN: 1. Kuesioner

2. Hasil Pengolahan Statistik

3. Surat Permohonan izin Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi BCG di Wilayah Kerja Puskesmas

Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 5

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 24

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 25

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Menurut Jenis Kelamin ... 28

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja berdasarkan Pendidikan ... 28

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Berdasarkan Pekerjaan ... 28

Tabel 4.4. Jenis Sarana Kesehatan dan UKBM di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja ... 29

Tabel 4.5. Tenaga Kesehatan dan UKBM ... 29

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 30

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan ... 31

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 31

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tuberkulosis dan BCG ... 33

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dan BCG ... 34

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 35

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 36


(11)

Tabel 4.14. Distribusi Kategori Dukungan Suami tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi... 38 Tabel 4.15. Hasil Uji Kai Kuadrat ... 38 Tabel 4.16. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Pendidikan,

Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap Responden dan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi BCG padaBayi ... 39


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 20


(13)

ABSTRAK

Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) adalah penyuntikan vaksin BCG pada bayi yang bertujuan untuk membentuk kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis. Pencapaian program imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara pada Tahun 2010 masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristrik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi Bulan Januari-April di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 sejumlah 67 orang. Sampel sebanyak 67 orang. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi adalah pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,016) dan dukungan suami (p=0,007). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG adalah variabel pekerjaan (p=0,075) dan sikap (p=0,307).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Aekraja agar meningkatkan pelayanan imunisasi khususnya BCG dan pengenalan penyakit dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas imunisasi sehingga penyuluhan imunisasi dapat dilakukan dengan baik. Penyuluhan imunisasi khususnya BCG tidak hanya diberikan kepada para ibu bayi tetapi juga melibatkan keluarga khususnya suami, sehingga dapat meningkatkan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG.


(14)

ABSTRACT

BCG (Bacille Calmette Guerin) immunization is the injection of BCG vaccine into a baby which is aimed to form active immunity from tuberculosis. The implementation of BCG immunization at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District in 2010 was still far from what it had been expected, such as from the Minimum Service Standard of District/Town (100%) which was stipulated in the Regulations of the Minister of Health, Republic of Indonesia No. 741/PER/VII/2008.

The type of this research was survey with explanatory research which was aimed to explain the mothers’ characteristics (education, occupation, knowledge, and attitude), and their husbands’ support in giving BCG Immunization to babies at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District in 2011. The population were 67 mothers who delivered babies from January until April at the working area of Aekraja Health Center, Tapanuli Utara District, in 2011. All of them were used as the sample of the research. The primary data were collected by using interviews and questionnaires and analyzed by using logistic regression tests.

The result of the research showed that the variables which influenced on the giving of BCG immunization were education (p = 0.011), knowledge (p = 0.016), and husbands’ support (p = 0.007). The variables which did not influence on the giving of BCG immunization were occupation (p =0.075) and attitude (p = 0.307).

Based on the result of the research, it is recommended that the management of Aekraja Health Center to increase their immunization service, especially BCG immunization, and the identification of diseases by conducting training to the immunization workers so that immunization counseling could run well. Immunization counseling, especially BCG, was not only given to mothers who had babies, but also to their husbands and all members of the family so that their husbands would strengthen their support in giving BCG immunization.

Keywords: BCG Immunization, Mothers’ Characteristics and Husbands’ Support


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia. Bayi merupakan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Kesehatan bayi akan menentukan tingkat kesehatan, intelektual, prestasi dan produktivitas di masa depan. Imunisasi Bacille Calmette

Guerin (BCG) merupakan permulaan terbaik di awal kehidupan bayi dalam

pencegahan penularan TB.

Pada Tahun 2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB dan 1,7 juta (25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia berkontribusi lebih dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara dengan beban berat TB: Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina. TB pada bayi dan anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus TB (Depkes RI dan WHO, 2008).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, jumlah kasus baru TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia sebesar 1861 kasus. Pada kelompok umur yang sama, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia untuk kasus baru TB paru BTA positif setelah Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar 170 kasus (Depkes RI, 2009).


(16)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).

Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia (Koplewich, 2005).

Sistem kekebalan tubuh bayi perlu ditingkatkan melalui imunisasi dengan vaksin BCG agar terhindar dari penyakit TB yang berat, seperti TB milier dan meningitis TB. Vaksin BCG merupakan vaksin yang terdiri dari hasil basil TB hidup yang telah dilemahkan kemampuannya dalam menimbulkan penyakit (virulensinya), sehingga mampu merangsang sel-sel imunitas untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis. Ini dilakukan tanpa membuat bayi menjadi sakit (Depkes RI, 2005).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi ini mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15 tahun, bila diberikan sebelum bayi terinfeksi Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kalinya, yang ditandai oleh uji tuberculin negative. Waktu terbaik pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi dilahirkan. Bayi yang telah berusia dua bulan atau lebih, perlu dilakukan tes tuberculin terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksinasi BCG


(17)

karena sudah tidak efektif apabila sudah terpapar oleh bakteri penyebab TB ini (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG di Indonesia sebesar 86,9%, angka ini belum maksimal walaupun cakupan ini sudah mendekati Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 % (Depkes RI, 2008).

Data kementerian Kesehatan (2010), menyatakan bahwa pencapaian

Universal Child Imunization (UCI) desa/kelurahan yaitu sebesar 68,2% pada Tahun

2008 dan sebesar 69,2% pada Tahun 2009. Cakupan imunisasi yang rendah salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Guna mencapai target 100% UCI desa/kelurahan pada Tahun 2014, Kepmenkes mengembangkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI).

GAIN UCI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi yang meliputi : 1) penguatan PWS (pemantauan wilayah setempat) untuk memetakan setiap wilayah berdasarkan cakupan, analisis masalah dan menyusun langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasi segera permasalahan setempat yang diarahkan terutama pada daerah cakupaan rendah tanpa menurunkan kinerja pada daerah yang tahun sebelumnya telah bisa mencapai target UCI desa/kelurahan serta tetap menjaga mutu pelayanan sesuai standar, 2) menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik, biaya, dan sarana pelayanan, 3) pemberdayaan masyarakat melalui tokoh agama (TOGA), tokoh masyarakat


(18)

(TOMA), aparat desa, dan kader, dan 4) pemerataan jangkauan terhadap semua desa/kelurahan yang sulit atau tidak terjangkau pelayanan (Kepmenkes RI, 2010).

Program imunisasi BCG sebagai salah satu program imunisasi diharapkan dapat berperan besar dalam menurunkan angka penularan TB di kabupaten/kota. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara (2009), Tapanuli Utara menempati urutan ke-5 terendah dari 28 kabupaten/kota untuk angka cakupan BCG.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah bayi pada Tahun 2009 sebanyak 6.782 dengan jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan imunisasi BCG sebanyak 56,50 %, angka ini belum maksimal dan terlihat juga dari penemuan penderita TB paru klinis pada balita sebesar 41 kasus.

Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan dan memiliki puskesmas sebanyak 18 unit. Puskesmas Aekraja merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara yang berjarak 24 km dari Kota Tarutung, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Wilayah kerja Puskesmas Aekraja terdiri dari 5 desa, memiliki luas wilayah 257,35 km2 yang secara geografis dikelilingi oleh bukit dengan jumlah penduduk 6.909 jiwa (1.151 kepala keluarga). Puskesmas Aekraja memiliki bayi sejumlah 183 orang dengan proses persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 71,70%. Puskesmas Aekraja merupakan puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi BCG rendah di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 48,63% (Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, 2010).

Berikut ini merupakan data cakupan imunisasi BCG dari 5 (lima) desa di wilayah kerja Puskesmas Aekraja pada Tahun 2010:


(19)

Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

NO Desa Bayi

Target BCG

1 Aekraja 45 31

2 Hutatinggi I 48 23

3 Lobusunut 40 14

4 Sisordak 30 12

5 Horisan 20 9

Total 183 89

Persentase (%) 100 48,63

Sumber: Laporan Bulanan Januari-Desember Puskesmas Aekraja Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG pada wilayah kerja Puskesmas Aekraja hanya mencapai 48,63%. Hasil laporan cakupan imunisasi BCG tersebut juga masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%.

Pelaksanaan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja tidak terlepas dari Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI), pelaksanaan imunisasi BCG dilakukan secara rutin satu kali dalam satu bulan di setiap posyandu dan dilaporkan oleh puskesmas dalam bentuk laporan (Laporan Bulanan Januari-Desember Puskesmas Aekraja Tahun 2010).

Berdasarkan hasil observasi penulis di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, kegiatan imunisasi BCG dilakukan setiap bulannya di setiap posyandu oleh bidan desa dan dibantu oleh kader, di mana dalam kegiatan posyandu tersebut dilakukan penyuluhan mengenai imunisasi BCG dan juga penyuntikan vaksin BCG. Dari keseluruhan ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja posyandu tersebut hanya


(20)

beberapa ibu yang datang dan mau mengikuti kegiatan penyuntikan vaksin BCG pada bayinya, sementara sebagian ibu lainnya tidak datang dikarenakan berbagai alasan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu bayi tentang alasan ibu tidak membawa bayinya untuk diimunisasi BCG, diantaranya disebabkan oleh karakteristik ibu di mana rendahnya pendidikan ibu mengakibatkan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pencegahan penyakit, pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG masih rendah, kurangnya kesadaran ibu bayi untuk mencegah penyakit dan kesibukan bekerja di ladang membuat ibu tidak sempat membawa bayinya untuk diimunisasi BCG. Beberapa ibu juga menyatakan bahwa ada larangan dari suami untuk membawa bayinya untuk di imunisasi BCG.

Menurut Green yang dikutip Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, faktor pendukung ketersediaan fasilitas kesehatan dan faktor penguat mencakup dukungan keluarga.

Menurut hasil penelitian Septenia di Kabupaten Langkat (2010), dinyatakan bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap pemberian imunisasi campak sedangkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan kepercayaan tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi campak. Hasil penelitian Irfani di Kabupaten Serdang Bedagai (2010), menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan dan pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap sedangkan


(21)

umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap.

Berdasarkan data-data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan cakupan imunisasi BCG.


(22)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada penyedia pelayanan kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja.

3. Bagi peneliti lain, khususnya mahasiswa peminatan Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), agar dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian dan pembuatan kebijakan di dunia kerja.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis (TB) 2.1.1. Pengertian TB

TB adalah penyakit infeksi yang menular, di mana sebagian besar infeksi terjadi pada paru (Koplewich, 2005).

2.1.2. Penyebab TB

Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman TB berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya sekitar satu sampai empat mikron dan lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Basil TB akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37°C yang sesuai dengan tubuh manusia. Untuk berkembang biak basil ini melakukan pembelahan dirinya, dan dari satu basil membelah menjadi dua dibutuhkan waktu 14 sampai 20 jam lamanya. Jika dilihat dari struktur kimia, basil ini terdiri dari lemak dan protein (Rab, 2010).

2.1.3. Cara dan Masa Penularan TB

Sumber penularan TB adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui


(24)

pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2002).

Perlu diketahui, bahwa kuman TB Paru dari dalam paru tidak hanya keluar ketika penderitanya batuk saja. Kuman ini juga dapat keluar bila penderitanya bernyanyi, bersin atau bersiul. Secara umum, dapat dikatakan bahwa penularan penyakit TB Paru lebih banyak bergantung dari beberapa faktor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman, dan daya tahan tubuh orang yang tertular (Aditama, 1994).

2.1.4. Riwayat Terjadinya TB 2.1.4.1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi pada saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus serta menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.


(25)

Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan hal ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer, tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau

dormant (tidur). Ada saat di mana daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 (enam) bulan (Depkes RI, 2002).

2.1.4.2. TB Pasca Primer (Post Primary TB)

TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau satus gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer yaitu kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Depkes RI, 2002).

2.1.5. Gejala dan Tanda-Tanda TB

Penyakit TB ditandai dengan munculnya beberapa gejala, yaitu : 1. Gejala utama, batuk terus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. 2. Gejala tambahan, yang sering dijumpai :


(26)

b. Batuk darah

c. Sesak nafas dan nyeri dada

d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan (Depkes RI, 2002).

2.1.6. Komplikasi pada Penderita TB

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:

1. Hemoptis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru

4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan yaitu kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

6. Insufiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency) (Depkes RI, 2002).

2.1.7. Bayi dan Anak Berisiko Tertular TB

Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum


(27)

sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin Basil Calmette Guerin (BCG) pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia (Koplewich, 2005).

2.1.8. Pencegahan Penularan TB

Imunisasi BCG ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberkulosis

merupakan bakteri penyebab penyakit TB. Bayi yang rentan terhadap penularan TB, dapat dilindungi dengan memberikan vaksin BCG. Vaksin BCG sebaiknya diberikan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik adalah sebelum bayi berusia 2 bulan.

Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini berhasil akan meninggalkan luka parut atau benjolan kecil di tempat suntikan (Radji dkk, 2010).

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi BCG

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :


(28)

1. Faktor predisposisi (Predisposing Factor) yang meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat.

2. Faktor pendukung (Enabling Factor) yang meliputi lingkungan fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas), untuk menunjang seseorang bertindak atau berperilaku.

3. Faktor pendorong (Reinforcing Factor) yang meliputi dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Berdasarkan teori Green di atas, maka peneliti akan memfokuskan pada beberapa variabel yang berhubungan dengan penggunaan imunisasi BCG, yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap, karena didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendekatan pendidikan


(29)

kesehatan ini hasilnya lama, karena proses merubah perilaku melalui pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2005).

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). 2.2.2. Pekerjaan

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu.

Istilah pekerjaan sangat erat hubungannya dengan tugas/kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban.

1. Tugas/kewajiban

Tugas/kewajiban merupakan suatu bagian integral atau suatu elemen dari suatu pekerjaan.

2. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kewajiban tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan keahliannya.

3. Pertanggungjawaban/tanggung gugat

Pertanggungjawaban/Tanggung gugat merupakan pelaporan hasil akhir terhadap tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik secara tertulis maupun lisan


(30)

kepada atasan yang telah memberikan/mendelegasikan wewenang/tanggung jawab sebelumnya.

2.2.3. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni; indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh manusia melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.


(31)

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti; menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya; dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


(32)

2.2.4. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.2.5. Dukungan Keluarga

Menurut Budi (2007), dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya.

Rodin & Salovey dalam Smet (1994), mengemukakan bahwa perkawinan dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Gottlieb (1983), mendefinisikan dukungan sosial sebagai info verbal/non verbal, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam


(33)

memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku bagi pihak penerima.

Menurut Sarfino dalam Smet (1994), dukungan sosial dibagi ke dalam empat jenis, yaitu :

1. Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia. Sumber dukungan ini paling sering dan umum diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat dan sanak saudara yang akrab serta memiliki hubungan yang harmonis.

2. Dukungan penghargaan, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya diakui oleh lingkungan serta mampu berguna bagi orang lain dan usaha-usahanya dihargai. Sumber dukungan ini dapat bersumber dari keluarga, masyarakat atau instansi (lembaga) tempat penderita pernah bekerja.

3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitaannya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga.

4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya.


(34)

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut, dapat didefinisikan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Karakteristik ibu adalah hal-hal yang melekat dalam diri ibu yang membedakan seseorang dengan lainnya, meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap. 2. Dukungan suami adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan

memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh suami.

3. Pemberian imunisasi BCG adalah tindakan ibu dalam membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG.

2.4. Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh karakteristik ibu (meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

Karakteristik Ibu  Pendidikan  Pekerjaan  Pengetahuan

 Sikap Pemberian Imunisasi

BCG


(35)

2. Adanya pengaruh dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan

explanatory research atau penilaian penjelasan. Pendekatan explanatory research

bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei Tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara. Lokasi ini dipilih dengan alasan masih rendahnya cakupan imunisasi BCG dan belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan imunisasi BCG, di samping itu pemilihan tempat ini karena kediaman penulis dekat dengan lokasi tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi Bulan Januari - Bulan April di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 sejumlah 67 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 67 orang (total sampling).


(37)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada ibu dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder :

Data sekunder diperoleh dari Laporan Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara.

3.5. Definisi Operasional

1. Pendidikan adalah lembaga pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden berdasarkan ijazah terakhir, meliputi : tamat SD/tidak tamat SD, SMP, SMA, Akademi dan Sarjana.

2. Pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu, meliputi : Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, Wiraswasta, Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Honorer dan lainnya.

3. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau dijawab oleh responden tentang penyakit TB, meliputi : pengertian TB, penyebab penyakit TB, cara pencegahan TB, cara penularan TB, usia pemberian imunisasi BCG, efek samping dari imunisasi BCG, akibat jika bayi tidak diimunisasi BCG dan tempat memperoleh imunisasi BCG.


(38)

5. Dukungan suami adalah dorongan emosional yang diberikan suami dalam pemberian imunisasi BCG, seperti ; menyampaikan informasi atau saran tentang imunisasi BCG, pujian dan semangat kepada ibu.

6. Pemberian imunisasi BCG adalah penyuntikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis pada bayi oleh petugas kesehatan.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Variabel bebas terdiri dari karakteristik (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi. Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

No Variabel Jumlah

Indikator Kategori Jawaban Bo- bot Kategori

Variabel Skor

Skala Ukur

1 Pendidikan 1

Tamat SD/Tidak Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Ordinal

2 Pekerjaan 1

1. Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga

2. Petani

3. Pegawai Swasta/

Wiraswasta 4. Pegawai Negeri

Sipil/Honorer

Nominal

3 Pengetahuan 10

Tidak Tahu Tahu

1 2

1. Buruk 2. Sedang 3. Baik

10-13 14-17 18-20

Interval

4 Sikap 3

Tidak setuju Setuju

1 2

1. Buruk 2. Baik

-4

-6 Interval

5 Dukungan Suami 5

Tidak Ya

1 2

1. Buruk 2. Sedang 3. Baik

-6 -8 -10


(39)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel terikat adalah pemberian imunisasi BCG. Aspek pengukuran berdasarkan pemberian imunisasi BCG dengan menggunakan skala nominal dengan jawaban Ya (skor 1) dan Tidak (skor 0). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini :

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

3.7. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda

dengan α=0,05 yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu

(meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.

Uji regresi logistik ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus (binary). Tujuan adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Yasril, 2009).

Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban Bobo t Kategori

Variabel Skor

Skala Ukur Pemberian

imunisasi BCG

1 1. Tidak

2. Ya

1. Tidak

diberikan 2. Diberikan

0 1


(40)

Rumus regresi logistik ganda:

Keterangan :

Y = Variabel dependen β = Koefisien regresi X = Variabel independen


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Aekraja terdiri dari 5 (lima) desa, yaitu; Aekraja, Hutatinggi I, Lobusunut, Sisordak dan Horisan, di mana secara geografis dikelililingi oleh bukit. Keadaan tanah umumnya dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 sampai dengan 1.500 meter di atas permukaan laut.

Secara geografi batas-batas wilayah kerja Puskesmas Aekraja adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Dolok Sanggul Sebelah Selatan berbatasan dengan : Sipoholon Sebelah Barat berbatasan dengan : Parmonangan Sebelah Timur berbatasan dengan : Pagaran 4.1.2.Demografi

4.1.2.1.Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Aekraja pada tahun 2010 sebesar 6.909 jiwa di mana terdapat 1.151 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 3.362 jiwa laki-laki dan 3.547 jiwa perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(42)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 3.362 48,7

2 Perempuan 3.547 51,3

Jumlah 6.909 100

Sumber:Laporan Puskesmas Aekraja Tahun 2010

4.1.2.2.Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Aekraja dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja berdasarkan Pendidikan

NO Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 793 11,48

2 SLTP 1.841 26,65

3 SLTA 3.676 53,20

4 Diploma I 120 1,74

5 Diploma II 85 1,23

6 Diploma III 265 3,84

7 S-1 122 1,76

8 S-2 7 0,10

Jumlah 6.909 100

Sumber:Profil kecamatan Parmonangan Tahun 2010

4.1.2.3.Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan penduduk wilayah kerja Puskesmas Aekraja, dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Petani 2403 83,96

2 Pegawai Swasta/wiraswasta 171 5,97

3 Pegawai Negeri Sipil/Honorer 167 5,84

4 TNI/Polri 25 0,87

5 Tidak Bekerja/Pensiunan 96 3,36

Jumlah 2862 100


(43)

4.1.3. Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Sarana dan UKBM sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan pembangunan kesehatan. Jenis sarana dan UKBM yang terdapat wilayah kerja Puskesmas Aekraja, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jenis Sarana Kesehatan dan UKBM di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja

NO Jenis Sarana Jumlah

1 Puskesmas induk 1

2 Puskesmas pembantu 1

3 Poskesdes/ Polindes 8

4 Posyandu 11

Jumlah 21

Sumber:Laporan Puskesmas Aekraja Tahun 2010

Tenaga kesehatan dan UKBM juga dijelaskan dalam Tabel 4.5. Tabel.4.5. Tenaga Kesehatan dan UKBM

No Nama Desa

Jumlah Bidan Desa (orang) UKBM Polindes/ Poskesdes Nama Posyandu Jumlah kader Jenis Posyandu

1 Aekraja 1 Aekraja Aekraja

Aekraja Dolok

5

5 Pratama

2 Hutatinggi I

1 1 1 Hutatinggi I Bonan Dolok Ria Nauli Hutatinggi I Bonan Dolok Ria Nauli Peasipon 5 5 5 5 Pratama

3 Sisordak 1 Sisordak Sisordak 5 Pratama

4 Lobusunut 1 Lobusunut Lobusunut

Gonting

5

5 Pratama

5 Horisan 1

1 Sampinur Ranggitgit Dolok Nauli Ranggitgit 5

5 Pratama

Jumlah 8 8 11 55 5


(44)

4.2.Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel independen dalam penelitian ini, meliputi : karakterisitik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan dukungan suami.

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang mencakup pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan sikap, yaitu sebagai berikut :

4.2.1.1.Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebanyak 3 responden (4,5%) berpendidikan SD/tidak tamat SD, sebanyak 18 responden (26,9%) berpendidikan SMP, sebanyak 40 responden (59,6%) berpendidikan SLTA dan sebanyak 6 responden (9,0%) berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

f %

1 Tamat SD/tidak tamat SD 3 4,5

2 Tamat SMP 18 26,9

3 Tamat SLTA 40 59,6

4 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 6 9,0

Jumlah 67 100

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui kategori pendidikan responden. Sebagian besar responden berada pada kategori sedang sebanyak 58 responden (86,5%), kemudian diikuti dengan pendidikan kategori tinggi sebanyak 6 responden


(45)

(9,0%) dan pendidikan kategori rendah sebanyak 3 responden (4,5%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

f %

1 Rendah 3 4,5

2 Sedang 58 86,5

3 Tinggi 6 9,0

Jumlah 67 100

4.2.1.2. Pekerjaan

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pekerjaan responden terbanyak yaitu petani sebesar 47 responden (70,1%), kemudian diikuti dengan tidak bekerja/ibu rumah tangga sebesar 12 responden (17,9), pegawai swasta/ wiraswasta sebesar 6 responden (9,0), dan pegawai negeri sipil/honorer sebesar 2 responden (3,0%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Tingkat Pekerjaan Jumlah

f %

1 Petani 47 70,1

2 Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja 12 17,9

3 Pegawai Swasta/ Wiraswasta 6 9,0

4 Pegawai Negeri Sipil/Honorer 2 3,0

Jumlah 67 100

4.2.1.3.Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan responden, diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paru yang ditandai dengan batuk terus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 65 responden (97,0%), sedangkan yang tahu sebesar 2 responden (3,0%). Hasil penelitian juga memperoleh


(46)

pengetahuan responden mengenai penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebesar 65 responden (97,0%), sedangkan yang tahu sebesar 2 responden (3,0%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai penyakit tuberkulosis dapat menular, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 64 responden (95,5%), sedangkan yang tahu sebesar 3 responden (4,5%). Pengetahuan responden mengenai penyakit tuberkulosis menular pada saat batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan air ludah), yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 65 responden (97,0%), sedangkan yang tahu sebesar 2 responden (3,0%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai penularan penyakit tuberkulosis dapat dicegah dengan imunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebesar 63 responden (94,0%), sedangkan yang tahu sebesar 4 responden (6,0%). Pengetahuan responden mengenai imunisasi BCG berguna untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penularan penyakit tuberkulosis, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 64 responden (95,5%), sedangkan yang tahu sebesar 3 responden (4,5%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai bayi sebaiknya diimunisasi BCG usia pada usia 0-2 bulan, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 62 responden (92,5%), sedangkan yang tahu sebesar 5 responden (7,5%). Pengetahuan responden mengenai imunisasi BCG tidak menyebabkan bayi menjadi demam, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 63 responden (94,0%), sedangkan yang tahu sebesar 4 responden (6,0%).


(47)

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai imunisasi BCG dapat mencegah bayi dari tuberkulosis berat seperti tuberkulosis meningitis, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 62 responden (92,5%), sedangkan yang tahu sebesar 5 responden (7,5%). Pengetahuan responden mengenai imunisasi BCG dapat diperoleh di tempat pelayanan kesehatan, seperti; posyandu, puskesmas, bidan dan dokter praktek, yaitu responden semua menjawab tahu sebesar 67 responden (100%). Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tuberkulosis dan BCG

No Pernyataan f %

1

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi paru yang ditandai dengan batuk terus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.

a. Tahu b. Tidak Tahu

2 65

3,0 97,0

Jumlah 67 100

2

Penyakit TB disebabkan oleh kuman tuberkulosis. a. Tahu

b. Tidak Tahu

2 65

3,0 97,0

Jumlah 67 100

3

Penyakit TB dapat menular. a. Tahu

b. Tidak Tahu

3 64

4,5 95,5

Jumlah 67 100

4

Penyakit TB menular pada saat batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

a. Tahu b. Tidak Tahu

2 65

3,0 97,0

Jumlah 67 100

5

Penularan penyakit TB dapat dicegah dengan imunisasi BCG. a. Tahu

b. Tidak Tahu

4 63

6,0 94,0


(48)

Tabel 4.9. (Lanjutan)

6

Imunisasi BCG berguna untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penularan penyakit TB.

a. Tahu b. Tidak Tahu

3 64

4,5 95,5

Jumlah 67 100

7

Bayi sebaiknya diimunisasi BCG usia pada usia 0-2 bulan. a. Tahu

b. Tidak Tahu

5 62

7,5 92,5

Jumlah 67 100

8

Imunisasi BCG tidak menyebabkan bayi menjadi demam. a. Tahu

b. Tidak Tahu

4 63

94,0 6,0

Jumlah 67 100

9

Imunisasi BCG dapat mencegah bayi dari TB berat seperti TB meningitis.

a. Tahu b. Tidak Tahu

5 62

7,5 92,5

Jumlah 67 100

10

Imunisasi BCG pada bayi dapat diperoleh di tempat pelayanan kesehatan, seperti; posyandu, puskesmas, bidan, dan dokter praktek).

a. Tahu b. Tidak Tahu

67 0

100 0

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel pengetahuan responden di atas, dilakukanlah pengolahan data dan diketahui bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi BCG terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebesar 62 responden (92,5%), kemudian diikuti dengan kategori sedang sebesar 3 responden (4,5%), dan kategori baik sebesar 2 responden (3,0%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Ibu

tentang Tuberkulosis dan BCG

No Kategori Pengetahuan Jumlah

f %

1 Buruk 62 92,5

2 Sedang 3 4,5

3 Baik 2 3,0


(49)

4.2.1.4.Sikap

Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap responden, diketahui bahwa sikap responden mengenai keharusan ibu bayi membawa bayinya ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak setuju sebesar 47 responden (70,1%), sedangkan yang setuju sebesar 20 responden (29,9%). Distribusi sikap responden mengenai pemberian imunisasi BCG harus dilakukan di posyandu, puskesmas, bidan dan sebagainya, yaitu responden terbanyak menjawab tidak setuju sebesar 37 responden (55,2%), sedangkan yang setuju sebesar 30 responden (44,8%). Hasil distribusi sikap responden mengenai imunisasi BCG harus diberikan pada bayi agar bayi terhindar dari penularan penyakit tuberkulosis, yaitu responden terbanyak menjawab tidak setuju sebesar 38 responden (56,7%), sedangkan yang setuju sebesar 29 responden (43,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No Pertanyaan f (%)

1

Setiap ibu bayi harus membawa bayinya ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG.

a. Setuju

b. Tidak Setuju

30 37

44,8 55,2

Jumlah 67 100

2

Setiap pemberian imunisasi BCG dilakukan di posyandu, puskesmas, bidan dan sebagainya.

a. Setuju

b. Tidak Setuju

29 38

43,3 56,7

Jumlah 67 100

3

Imunisasi BCG harus diberikan pada bayi agar bayi terhindar dari penularan penyakit TB.

a. Setuju

b. Tidak Setuju

13 54

19,4 80,6


(50)

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel sikap responden di atas, dilakukan pengolahan data dan diketahui bahwa sikap responden tentang imunisasi BCG terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebesar 54 responden (80,6%), dan kemudian diikuti dengan kategori baik sebesar 13 responden (19,4). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

No Kategori Sikap Jumlah

F %

1 2

Buruk Baik

54 13

80,6 19,4

Jumlah 67 100

4.2.2.Deskripsi Responden Berdasarkan Dukungan Suami

Hasil penelitian mengenai adanya dukungan suami kepada ibu dalam bentuk anjuran membawa bayi untuk diberikan imunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 61 responden (91,0%) dan ya sebesar 6 responden (9,0%). Distribusi mengenai adanya dukungan suami dengan mengingatkan ibu waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 61 (91,0%) responden dan ya sebesar 6 responden (9,0%).

Hasil distribusi mengenai adanya dukungan suami dalam bentuk kebersediaan suami bila ibu membawa bayi untuk diimunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 61 responden (91,0%) dan ya sebesar 6 responden (9,0%). Distribusi mengenai adanya dukungan suami dengan memberi pujian kepada ibu bila akan membawa bayi untuk diimunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 62 responden (92,5%) dan ya sebesar 5 responden (7,5%). Adanya dukungan suami dengan mengajak ibu dan bayi ke pelayanan kesehatan untuk


(51)

memperoleh imunisasi BCG, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 61 responden (91,0%) dan ya sebesar 6 responden (9,0%). Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami

No Pertanyaan f (%)

1 Ibu mendapat anjuran dari suami dalam melakukan imunisasi BCG ibu pada bayi.

a. Ya b. Tidak 6 61 9,0 91,0

Jumlah 67 100

2 Suami mengingatkan tentang waktu imunisasi BCG.

a. Ya b. Tidak 6 61 9,0 91,0

Jumlah 67 100

3 Suami bersedia bila ibu membawa bayi untuk diimunisasi

BCG. a. Ya b. Tidak 6 61 9,0 91,0

Jumlah 67 100

4 Suami memberi pujian kepada ibu bila akan membawa bayi

untuk diimunisasi BCG. a. Ya b. Tidak 5 62 92,5 7,5

Jumlah 67 100

5 Suami mau mengajak ibu dan bayi ke pelayanan kesehatan

untuk memperoleh imunisasi BCG pada bayi. a. Ya Tidak 6 61 91,0 9,0

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel dukungan suami responden di atas, dilakukan pengolahan data dan diketahui bahwa dukungan suami responden tentang pemberian imunisasi BCG terbanyak berada pada kategori buruk sebesar 60 responden (89,5%), dan dikuti dengan kategori baik sebesar 4 responden (6,0%) serta kategori sedang sebesar 3 responden (4,5%). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.


(52)

Tabel 4.14. Distribusi Kategori Dukungan Suami tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

No Kategori Dukungan Suami Jumlah

F %

1 Buruk 60 89,5

2 Sedang 3 4,5

3 Baik 4 6,0

Jumlah 67 100

4.3.Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan antara variabel bebas, meliputi: karakterisitik ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan dukungan suami dengan pemberian imunisasi BCG, digunakan uji Kai Kuadrat dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil uji Kai Kuadrat menunjukkan bahwa:

1. Variabel pendidikan (p=0,015<0,05), pekerjaan (p=0,032<0,05), pengetahuan (p=0,032<0,05) dan dukungan suami (p=0,000<0,05) memiliki hubungan secara signifikan dengan pemberian imunisasi BCG

2. Variabel sikap (p=0,125<0,05) tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan pemberian imunisasi BCG. Selengkapnya dapat dilihat pata tabel 4.15. Tabel 4.15. Hasil uji Kai Kuadrat

No Variabel Sig (p)

1 Pendidikan 0,015

2 Pekerjaan 0,032

3 Pengetahuan 0,002

4 Sikap 0,125


(53)

4.4.Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh bahwa variabel pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap responden dan dukungan suami dapat dilanjutkan ke analisis multivariat regresi logistik ganda karena nilai p < 0,25.

Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan determinan pemberian imunisasi BCG pada bayi. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama yang dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap Responden dan Dukungan Suami dengan Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

Variabel B p value Exp (B)

Pendidikan 3,097 0,011 22,124*

Pekerjaan 1,558 0,075 4,751

Pengetahuan 3,341 0,016 28,253*

Sikap 0,999 0,307 2,717

Dukungan Suami 3,129 0,007 22,855*

Konstanta -19,720 0,000 0,000

-2 Log-likelihood=38,659

Berdasarkan hasil uji statistik di atas, didapatkan bahwa variabel sikap (p=0,307) dan pekerjaan (p=0,075) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi karena nilai p > 0,05. Variabel pendidikan (p=0,011), variabel pengetahuan (p=0,016) dan variabel dukungan suami (p=0,007) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi karena nilai p < 0,05.


(54)

Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada Tabel 4.16. di atas, maka model persamaan uji regresi sebagai berikut:

y = β0+ β1X1+ β2X2 + … +β iXi

y = -19,720 + 22,124 X1 + 28,253 X2 + 22,855 X3

dimana : y = Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi β0 = Konstanta

X1 = Pendidikan

X2 = Pengetahuan

X3 = Dukungan Suami

Dari persamaan yang diperoleh, maka dapat disimpulan bahwa:

Ibu bayi yang memiliki pendidikan baik, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi sebesar 22,1 kali dibandingkan ibu bayi memiliki pendidikan rendah. Demikian pula ibu bayi yang memiliki pengetahuan baik akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi sebesar 28,2 kali dibandingkan ibu bayi memiliki pengetahuan buruk. Hal ini berlaku juga pada ibu bayi yang mendapat dukungan suami baik, di mana dukungan suami yang baik akan memberikan pengaruh besar terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi sebesar 22,9 kali dibandingkan ibu bayi mendapat dukungan suami buruk.

4.5. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja tentang alasan ibu tidak membawa bayinya untuk diimunisasi


(55)

BCG, diantaranya disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pencegahan penyakit, pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG masih rendah, kurangnya kesadaran ibu bayi untuk mencegah penyakit. Beberapa ibu juga menyatakan bahwa ada larangan dari suami untuk membawa bayinya untuk di imunisasi BCG.

Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap juru imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, kegiatan imunisasi BCG dilakukan setiap bulannya di setiap posyandu oleh bidan desa dan dibantu oleh kader, di mana dalam kegiatan posyandu tersebut dilakukan penyuluhan mengenai imunisasi BCG dan juga penyuntikan vaksin BCG. Dari keseluruhan ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja posyandu tersebut hanya beberapa ibu yang datang dan mau mengikuti kegiatan penyuntikan vaksin BCG pada bayinya, sementara sebagian ibu lainnya tidak datang dikarenakan berbagai alasan.

Menurut penjelasan bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, ibu bayi yang baru melahirkan dan dibantu oleh bidan tersebut telah diminta datang ke posyandu pada hari yang telah ditentukan untuk melakukan imunisasi BCG, tetapi ibu bayi tidak datang kembali.


(56)

BAB V PEMBAHASAN

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel karakteristik ibu (pendidikan dan pengetauhan) dan dukungan suami mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi, sedangkan variabel karakteristik ibu berupa pekerjaan dan sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi.

5.1. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi (p=0,011<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irfani (2010), yang menyatakan bahwa variabel pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mumpuni (2002), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status imunisasi bayi.

Rokmah (1994), menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak sesuatu gagasan sehingga responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima program imunisasi, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah masih sulit menerima hal tersebut.


(57)

Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Sarwono (2004), tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak jumlahnya memberikan imunisasi BCG dibandingkan responden yang berpendidikan sedang. Responden dengan pendidikan tinggi memiliki informasi, inisiatif dan kepedulian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, khususnya pemberian imunisasi BCG.

Upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pemberian informasi mengenai imunisasi BCG kepada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal care dari sejak trisemester pertama, sehingga pengetahuan responden mengenai kesehatan khususnya imunisasi BCG menjadi lebih baik.

5.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel pekerjaan ibu tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi (p=0,075>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan Irfani (2010), yang menyatakan bahwa variabel pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap, berbeda dengan penelitian Khalimah (2007), yang menyatakan bahwa status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan penerapan imunisasi campak.


(58)

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2010), bahwa pekerjaan merupakan salah satu variabel struktur sosial yang mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, dapat dinyatakan bahwa pekerjaan responden tidak memengaruhi tindakannya dalam membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden yang bekerja dapat membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG.

5.3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel pengetahuan ibu memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi (p=0,016<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian penelitian Aini (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi dasar. Demikian juga dengan penelitian Irfani (2010), menyatakan bahwa variabel pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut.

Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku. Menurut Muslih (2004) yang mengutip pendapat Roger, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng. Hal ini


(59)

disebabkan karena responden dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi memiliki pola pikir yang lebih terbuka dan mudah menerima ide baru. Pendidikan non formal menjadi landasan seseorang dalam menerima atau menolak suatu gagasan, sehingga responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang imunisasi BCG akan lebih mudah menerima program imunisasi. Pada responden dengan pengetahuan yang rendah masih sulit menerima dan cenderung kurang tahu pentingnya imunisasi.

Pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG perlu ditingkatkan antara lain melalui kegiatan penyuluhan oleh petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat, serta melalui media promosi kesehatan yakni leaflet, booklet, poster dan sebagainya. Jika dilihat dari uraian pengetahuan responden tentang imunisasi BCG, sebagian besar responden tidak tahu tentang pengertian, manfaat dan dampak bila bayi tidak diimunisasi BCG. Hal ini memberikan gambaran bahwa responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang imunisasi BCG.

5.4. Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

Secara teoritis menurut Sarwono (2004), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya.

Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel sikap ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi (p=0,307>0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irfani (2010), variabel sikap ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap,


(60)

berbeda dengan penelitian Idwar (2000) di Aceh Besar, yang menyimpulkan secara statistik bahwa sikap mempunyai hubungan yang bermakna terhadap status imunisasi hepatitis B.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar, karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi, sikap merupakan kecendrungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara responden yang mempunyai kategori sikap baik dalam memberikan imunisasi BCG dengan responden yang mempunyai kategori sikap buruk. Hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang buruk tentang imunisasi BCG, tetapi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sikap responden pada dasarnya baik dan mereka setuju dengan pemberian imunisasi BCG.

5.5. Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi

Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel dukungan suami mempunyai pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi (p=0,007<0,05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Hartati (2008), bahwa dukungan keluarga (suami, mertua, orang tua maupun saudara lain) tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian imunisasi campak.


(61)

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan responden di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, diketahui bahwa dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi sebagian besar berada dalam kategori buruk, yaitu 89,5%. Hal ini memengaruhi responden dalam mengambil tindakan membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG. Beberapa alasan suami tidak mendukung responden membawa bayi ke pelayanan kesehatan untuk diberikan imunisasi BCG, diantaranya; kurangnya pengetahuan suami tentang imunisasi BCG sehinggga selain menganggap imunisasi BCG bukan termasuk hal penting yang harus dilakukan dalam pencegahan penyakit pada bayi, suami menganggap imunisasi BCG akan menyebabkan bayi menjadi demam.

Dalam pengambilan keputusan, responden sangat tergantung pada suami karena segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga hanya suami yang berhak membuat keputusan. Menurut Hisamatsu (2011) yang mengutip pendapat Nainggolan dan Pakpahan, keputusan masalah kesehatan keluarga pada suku Batak berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan. Jika keluarga mengalami keterbatasan maka keluarga meminta bantuan kepada keluarga besar atau keluarga yang masih memiliki hubungan marga.

Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa variabel penelitian di atas memberikan pengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi sebesar 56,3% ( R square=0,563).


(62)

5.6. Variabel Lain Memengaruhi Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi yang Ditemukan di Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, peneliti menemukan variabel lain yang memungkinkan dapat memengaruhi pemberian imunisasi BCG pada bayi yaitu ketersediaan vaksin BCG. Vaksin BCG tidak akan dilarutkan dan diberikan apabila jumlah bayi hanya 1 (satu) orang. Satu vaksin yang dilarutkan dapat diberikan kepada 10 (sepuluh) bayi. Vaksin yang sudah dilarutkan hanya dapat bertahan selama 3 jam, bila lewat dari jam tersebut vaksin akan rusak dan tidak dapat lagi digunakan. Bila jumlah bayi tidak mencukupi seperti yang dijelaskan di atas, ibu bayi diminta pulang dan datang ke jadwal imunisasi BCG berikutnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan yaitu 1 (satu) kali dalam sebulan.

Menurut Green yang dikutip Notoatmodjo (2003), dinyatakan bahwa ketersediaan sarana, dan prasarana atau fasilitas kesehatan pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan tidak hanya berdasarkan pengetahuan dan kesadaran saja tetapi juga harus didukung dengan fasilitas kesehatan yang memadai.


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.011a 1 .083

Continuity Correctionb 1.837 1 .175

Likelihood Ratio 2.700 1 .100

Fisher's Exact Test .125 .092

Linear-by-Linear Association 2.966 1 .085

N of Valid Cases 67

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.72.


(2)

Crosstabs

dukungan suami total kategori * Apakah bayi ibu mendapat imunisasi BCG Crosstabulation Apakah bayi ibu

mendapat imunisasi BCG

Total tidak ya

dukungan suami total kategori buruk Count 51 9 60

% within dukungan suami total

kategori 85.0% 15.0% 100.0%

% within Apakah bayi ibu

mendapat imunisasi BCG 96.2% 64.3% 89.6%

% of Total 76.1% 13.4% 89.6%

sedang Count 2 1 3

% within dukungan suami total

kategori 66.7% 33.3% 100.0%

% within Apakah bayi ibu

mendapat imunisasi BCG 3.8% 7.1% 4.5%

% of Total 3.0% 1.5% 4.5%

baik Count 0 4 4

% within dukungan suami total

kategori .0% 100.0% 100.0%

% within Apakah bayi ibu

mendapat imunisasi BCG .0% 28.6% 6.0%

% of Total .0% 6.0% 6.0%

Total Count 53 14 67

% within dukungan suami total


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 16.685a 2 .000

Likelihood Ratio 14.140 2 .001

Linear-by-Linear Association 15.566 1 .000

N of Valid Cases 67

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .63.


(4)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 67 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 67 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 67 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original

Value Internal Value

tidak 0

ya 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Apakah bayi ibu mendapat imunisasi BCG

Percentage Correct

tidak ya


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.331 .300 19.626 1 .000 .264

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables pddknk 8.353 1 .004

pkrjn 4.552 1 .033

ptotk 12.129 1 .000

stotk 3.011 1 .083

dtotk 15.802 1 .000

Overall Statistics 24.894 5 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 30.026 5 .000

Block 30.026 5 .000

Model 30.026 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 38.659a .361 .563

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.


(6)

Classification Tablea

Observed

Predicted

Apakah bayi ibu mendapat imunisasi BCG

Percentage Correct

tidak ya

Step 1 Apakah bayi ibu mendapat imunisasi BCG

tidak 50 3 94.3

ya 4 10 71.4

Overall Percentage 89.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a pddknk 3.097 1.224 6.404 1 .011 22.124 2.010 243.468

pkrjn 1.558 .875 3.173 1 .075 4.751 .855 26.388

ptotk 3.341 1.392 5.757 1 .016 28.253 1.844 432.866

stotk .999 .978 1.044 1 .307 2.717 .399 18.486

dtotk 3.129 1.161 7.262 1 .007 22.855 2.347 222.548

Constant -19.720 5.250 14.109 1 .000 .000


Dokumen yang terkait

Dukungan Sosial Suami Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

20 173 124

Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

1 50 168

Pengaruh karakteristik Dan Dukungan Keluarga Pada Ibu yang Memuliki Bayi Berumur 0 Sampai 3 Bulan terhadap Pemberian Imunisasi HB-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Batang Pane II Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

1 30 178

Pengaruh Faktor Pemudah, Pemungkin dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi oleh Ibu di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 56 91

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

14 79 101

Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.

11 93 108

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

1 63 91

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN IBU NIFAS Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kesejahteraan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

0 0 17

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN IBU NIFAS Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kesejahteraan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

0 1 17

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERINGIN RAYA KOTA BENGKULU TAHUN 2013 - UNIB Scholar Repository

0 2 14