T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Angkatan 2015 T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Freud (dalam Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa kecemasan
merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh
sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam.
Kecemasan merupakan kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan
simptom-simptom tubuh, ketegangan fisik dan ketakutan pada hal-hal yang
akan terjadi.
Karakteristik utama dari gangguan kecemasan umum adalah perasaan
cemas dan takut yang berlangsung terus-menerus serta tidak dapat
dikendalikan perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan rasa
ketakutan yang sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari selama
periode enam bulan dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan
fisik seperti penyakit, obat-obatan atau karena meminum terlalu banyak kopi.
Gejala gangguan tersebut meliputi kesulitan untuk dapat beristirahat atau
merasa teragitasi, kesulitan untuk berkonsentrasi, iritabilitas, perasaan tegang
yang berlebihan, gangguan tidur dan kecemasan yang tidak diinginkan (Wade
dan Tavris, 2007).

Nevid, dkk (2005) menyatakan bahwa “kecemasan merupakan suatu
keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan

7

tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi”.

Savitri Ramaiah (2003) mengemukakan kecemasan adalah sesuatu yang
menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya dan
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan yang bisa
muncul sendiri serta bergabung dengan gejala-gejala lain dari gangguan
emosi.
Yulia, dkk (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan terhadap tes
merupakan persoalan gawat yang biasanya dialami oleh mahasiswa perguruan
tinggi, namun kengerian terhadap ujian dapat melanda semua orang, tanpa
membedakan usia. Kecemasan muncul lama sebelum waktu ujian itu sendiri
sehingga pada umumnya seseorang yang mengalami kecemasan terhadap tes
nampak gelisah tentang ujian yang akan berlangsung dan muncul bayangan
tentang hasil ujian yang tidak bagus.

Berdasarkan para pendapat ahli di atas maka penulis lebih sesuai
dengan pendapat Savitri Ramaiah (2003) yang menyimpulkan bahwa
kecemasan

adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu

tertentu dalam kehidupannya dan merupakan reaksi normal terhadap situasi
yang sangat menekan yang bisa muncul sendiri serta bergabung dengan
gejala-gejala lain dari gangguan emosi.

8

2.1.2. Macam-Macam Kecemasan
Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada tiga macam jenis kecemasan yaitu
sebagai berikut:
1) Kecemasan karena merasa berdosa dan bersalah, misalnya telah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya.
2) Kecemasan karena akibat melihat atau mengetahui bahaya yang mengancam
dirinya.


3) Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak
seimbang, bahkan benda yang ditakuti tidak berbahaya.
2.1.3 Aspek- aspek Kecemasan
Menurut Savitri Ramaiah (2003) Aspek – aspek kecemasan sesuai dengan

skala kecemasan HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale )adalah sebagai berikut :
a. Perasaan cemas (ansientas) seperti cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri dan mudah tersinggung.
b. Ketegangan seperti merasa tegang, mudah menangis, dan gemetar
c. Gangguan kecerdasan seperti sulit menetapkan tujuan, sulit mengatakan
kepada dirinya bahwa dia pasti bisa, tidak merasa semangat ketika
pelajaran dimulai, merasa lesu
d. Perasaan depresi seperti hilangnya minat, sedih, perasaan berubah – ubah,
sulit mengendalikan perasaannya sendiri
2.1.4. Gejala-Gejala Kecemasan
Menurut Savitri Ramaiah (2003) keluhan dan gejala umum yang
muncul berkaitan dengan kecemasan adalah sebagai berikut:

9


1) Hampir setiap kejadian meneyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas.
Takut yaitu rasa gentar, tidak berani terhadap suatu obyek konkrit. Cemas
(gentar, ragu masygul) adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan
terhadap hal-hal yang tidak jelas.
2) Disertai emosi- emosi kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak. Sangat irritable;
akan tetapi juga sering dihinggapi depresi.
3) Diikuti oleh bermacam- macam fantasi, delusi, ilusi dan delusion of
persecution (delusi dikejar-kejar).

4) Sering merasa mual dan muntah- muntah. Badan merasa sangat lelah,
banyak berkeringat, bergemetaran, dan seringkali menderita diarrhee atau
murus.
5) Selalu dipenuhi ketegangan- ketegangan emosional dan bayanganbayangan kesulitan yang imaginer (yang cuma ada dalam khayalan),
walaupun tidak ada perangsang khusus.
2.1.5. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecemasan
Savitri Ramaiah (2003) menjelaskan faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan pola dasar yang menunjukkan kecemasan, yaitu: (1)
Lingkungan. Lingkungan atau tempat tinggal sekitar mempengaruhi cara
berfikir tentang diri sendiri dan orang lain, pengalaman seseorang dengan

keluarga, sahabat, rekan sekerja dan merasa tidak aman terhadap
lingkungannya. (2) Emosi yang ditekan. Kecemasan dapat terjadi bila tidak
mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal,

10

menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. (3)
Sebab-sebab fisik. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan, keturunan dan gangguan emosi dalam
keluarga tertentu (bukan sebab penting).
2.1.6. Cara Menghadapi Kecemasan
Terkait dengan hal ini, Savitri Ramaiah (2003) mengemukakan
beberapa hal yang mungkin dapat memotivasi siswa untuk menyiapkan diri
dan melaksanakan tes tanpa merasa cemas sebagai berikut:
1. Menerima apa yang telah terjadi. Apapun peristiwa yang menimpa, kita
harus menyadari dan menerimanya dengan lapang dada. Tetapi jangan
merasa dihantui bayangan-bayangan masa silam.
2. Tentukan keadaan terjelek apakah yang dapat terjadi jika segala sesuatu
yang Anda cemaskan terwujud.
3. Manfaatkan waktu dan tenaga Anda. Bersikaplah tenang untuk

memperbaiki keadaan terburuk dan siap menerimanya secara mental.
4. Tentukan keputusan dan segeralah bertindak. Ketika Anda telah
mengambil keputusan, tinggalkan semua keraguan akan hasilnya. Jangan
bimbang.
5. Kerja keras. Pada saat sibuk, kita tidak akan ada kesempatan untuk
memikirkan hal-hal yang mencemaskan. Kita cemas karena dalam pikiran
kosong. Untuk itu, obat sedih dan cemas adalah bekerja keras.
6. Hadapi perubahan dengan wajar. Apabila terjadi perubahan, usahakan
tidak kehilangan akal atau mati langkah. Anggaplah perubahan itu sebagai
jalan untuk mengembangkan diri.
Kecemasan adalah reaksi normal, dan bukan hal yang tidak bisa
dikendalikan. Dengan sikap penerimaan kemungkinan terbaik dan terburuk
dapat membantu menenangkan diri agar dapat memikirkan keputusan untuk
tindakan memperbaiki keadaan. Selanjutnya mengisi waktu dengan hal yang
bermanfaat dapat mengalihkan pikiran sejenak sehingga tekanan dapat
dilewati.

11

2.2. Prestasi Belajar

2.2.1. Pengertian Prestasi Belajar
Sudjana (2011) mendefinisikan prestasi pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prestasi belajar mahasiswa dalam penelitian ini disebut pula dengan
prestasi akademik. Prestasi belajar atau prestasi akademik bagi dosen dapat
dijadikan tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran
yang sudah dilakukan terhadap mahasiswanya. Bagi mahasiswa pencapaian
prestasi belajar dapat memberi gambaran tentang hasil dari usaha yang telah
dilaksanakannya, sedangkan bagi orang tua dengan mengetahui prestasi
belajar (IPK) anaknya, maka akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan
putra-putrinya di universitas, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk
memberikan dorongan dan pengawasan di rumah.
Tentang apa yang dimaksud dengan prestasi belajar banyak ahli yang
memberikan definisi sesuai sudut pandang masing-masing. Prestasi belajar
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) berarti:
1) Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru.
2) Kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati

(actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes
tertentu.
Tulus Tu’u (2004) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu,
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

12

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Sumadi Suryabrata (2006), prestasi dapat pula didefinisikan
yaitu: nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru
mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Jadi, prestasi
adalah hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan kegiatan.
Menurut Arifin (2009) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
akademik adalah hasil usaha mahasiswa yang dapat dicapai berupa

penguasaan pengetahuan, kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap
setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi akademik tidak hanya
berguna untuk mahasiswa tetapi juga bagi dosen. Bagi mahasiswa prestasi
belajar merupakan keberhasilan menguasai suatu meteri pembelajaran
disamping berhasil merubah tingkah laku dari yang semula tidak terampil
menjadi mahir. Bagi dosen, prestasi mahasiswa dapat dipakai untuk
menentukan mahasiswa mana yang membutuhkan motivasi belajar dan juga
untuk mengevaluasi cara mengajar dan sampai sejauh mana mahasiswa dapat
menyerap materi yang disampaikan.
Berdasarkan para ahli di atas maka penulis lebih sesuai dengan
pendapat Nana Sudjana karena di dalam prestasi mencakup tiga ranah yang

13

lebih luas seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang ketiga ranah
tersebut mendukung penelitian penulis.
2.2.2. Komponen-Komponen dalam Prestasi Belajar Mahasiswa
Nana Sudjana (2011) mendefinisikan prestasi pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dikemukakan

secara garis besar sebagai berikut :
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi lima tipe hasil belajar yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
(a) Mengingat/pengetahuan
Hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang
paling rendah, tetapi tipe ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar
tingkat selanjutnya. Ada beberapa cara untuk mengingat dan
menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, mengurutkan
kejadian dan membuat singkatan yang bermakna.
(b) Memahami/pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri,

memberi

contoh

lain


dari

yang

dicontohkan

atau

menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan,
pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi.

14

(c) Menerapkan/Penerapan/aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut
aplikasi.
(d) Menganalisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis
merupakan kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan
dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang
punya pemahaman yang komprehensif dan dapat memilah integritas
menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu.
(e) Sistesis
Sistesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sistesis merupakans alah satu
terminal untuk menjadikan orang berpikiran kreatif.
(f) Menilai/evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan
metode dan lainnya. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi
perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.

15

2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah
afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dari tingkat dasar sampai tingkat
yang kompleks.
(a) Receiving/attending
Receiving yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lainnya. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi rangsangan
dari luar.
(b) Responding/jawaban
Responding yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulus dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang pada diri
seseorang.
(c) Valuing/penilaian
Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

16

(d) Organisasi
Organisasi adalah pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemantapan, dan prioritas. nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk
ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem
nilai dan lainnya.
(e) Karakteristik nilai/internalisasi nilai
Karakteristik nilai/yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan
yaitu :
(a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
(b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
(c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lainnya.
(d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan
(e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks

17

(f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non descursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretasi
Berdasarkan kriteria prestasi akademik atau hasil belajar di atas,
disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki mahasiswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuankemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prestasi akademik dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa
Keberhasilan dalam proses belajar yang terjadi, dilatarbelakangi oleh
adanya sumber atau penyebab yang mempengaruhi berlangsungnya proses
belajar mengajar itu sendiri. Faktor tersebut dapat berupa penghambat
maupun pendorong pencapaian prestasi. Menurut Nana Sudjana (2011),
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor dari dalam diri individu
Faktor ini terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor
fisiologis adalah kondisi jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan
faktor psikologis yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi,
kemampuan kognitif dan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan
seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui
dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaanya, serta
bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep

18

diri berkaitan dengan kondisi psikologis. Mahasiswa yang merasa cemas
akan memiliki konsep diri yang negatif, mereka cenderung akan merasa
kurang percaya diri dalam mempelajari sesuatu. Belajar akan lebih mantap
dan efektif bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari
dalam/dasar kebutuhan. Lain halnya dengan rasa takut atau dibarengi
dengan rasa tertekan dan menderita.
2) Faktor dari luar individu
Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam.

Sedangkan

faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi, dan
manajemen.
2.2.4. Indikator Prestasi Belajar Mahasiswa
Prestasi belajar berfokus pada nilai atau angka yang dicapai
mahasiswa dalam proses pembelajaran di kampus. Prestasi belajar
seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seorang mahasiswa menguasai bahan materi yang sudah diajarkan.
Menurut Nana Sudjana (2011) prestasi belajar nampak dalam perubahan
tingkah laku, secara tekhnik dirumuskan dalam pernyataan verbal melalui
tujuan pengajaran (tujuan intruksional).
Pasal 42 Keputusan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana
Nomor :168 / Kep./ Rek. / V/ 2012 Tentang Peraturan Penyelenggaraan
Kegiatan Akademik Dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen
Satya Wacana bahwa:

19

(1) Prestasi studi mahasiswa didasarkan pada penilaian dari Tes Kecil
(TK), Tes Tengah Semester (TTS), Tes Akhir Semester (TAS) dan
atau tugas-tugas yang setara dengan bobot tertentu yang diberitahukan
kepada mahasiswa pada awal semester.
(2) Ketentuan tentang penilaian prestasi:
a. TK diberikan oleh dosen/asisten secara bulanan atau mingguan
dengan atau tanpa diberitahukan sebelumnya (kuis) tanpa ada
kesempatan tes susulan;
b. TTS dan TAS diberikan oleh dosen/asisten pada masa perkuliahan
yang mengacu kepada kalender akademik;
c. Mahasiswa yang tidak mengikuti tes tanpa alasan yang sah
dan/atau tanpa izin dosen/asisten, diberi nilai nol untuk tes
tersebut;
d. Tidak ada tes ulangan atau tugas tambahan untuk memperbaiki
nilai akhir matakuliah.
Prestasi belajar mahasiswa dituangkan dalam bentuk Indeks Prestasi
(IP) yang terdiri atas dari Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). IPS dan IPK dinyatakan dengan angka sampai
dua angka di belakang koma dan tidak dibulatkan. Hasil Studi kumulatif
mahasiswa terdiri atas dari Laporan Hasil Studi Semester dan hasil Studi
kumulatif dalam bentuk Transkrip Nilai. Predikat berdasarkan IPK
mahasiswa sebagai berikut:

20

1) IP 2,00 - 2,74 lulus dengan predikat BAIK
2) IP 2,75 - 2,99 lulus dengan predikat MEMUASKAN
3) IP 3.00 - 3,49 lulus dengan predikat SANGAT MEMUASKAN
4) IP 3,50 - 4,00 lulus dengan predikat TERPUJI (CUM LAUDE)
2.3. Pengaruh Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Hasil penelitian Akbar (2015) menemukan bahwa secara statistik terdapat
pengaruh antara tingkat kecemasan dengan prestasi akademik mahasiswa di
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa dengan
tingkat kecemasan yang tinggi akan beresiko memiliki prestasi akademik yang
rendah. Maksudnya, mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat
menurunkan prestasi akademiknya. Hal ini karena tingkat kecemasan yang tinggi
dapat mempengaruhi kinerja memori, menurunkan daya ingat, dan mengganggu
konsentrasi belajar.
Yulia, dkk (2002) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Surakarta
mengemukakan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan terhadap tes akan
mengalami kesulitan untuk mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari.
Selain itu mahasiswa juga akan mengalami kesulitan untuk memusatkan diri pada
perintah-perintah dalam tes secara rinci. Sehingga mahasiswa tidak mampu
menunjukkan hasil terbaik yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya
prestasi yang akan dicapai.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil temuan yang telah menemukan bahwa
kecemasan mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Dengan

21

demikian hasil temuan-temuan tersebut semakin mendukung hipotesa yang telah
penulis ajukan dalam penelitian ini.

2.4. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian adalah “Ada pengaruh yang signifikan kecemasan
terhadap prestasi belajar mahasiswa progam studi Bimbingan dan Konseling
UKSW Salatiga Angkatan 2015”.

22

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24