T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kedisiplinan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Role Play Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Kedisiplinan Belajar
2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Belajar
Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasaldari kata dasar “disiplin”dan mendapat
imbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplin
dan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing.Untuk mengetahui
makna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin danbelajar menurut
beberapa ahli.
Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang
menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris “Discipline” yang
berarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaandiri, kendalidiri; latihan
membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau
karakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau
sistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku (MacMillan Dictionary dalamTu’u, 2004).
Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yang
terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan
keluarga, pendidikan, dan pengalaman.
Rachman dalam Tu’u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan

diri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam
hatinya. Tu’u(2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti dan
menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul

Karen aadanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna untuk kebaikan dan keberhasilan
seseorang. Disiplin dapat muncul karena adanya rasa takut, tertekan, terpaksa dan adanya
dorongan dari luar dirinya. Kedisiplinan juga sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi,
mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau
diajarkan dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.
Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian belajar menurut beberapa ahli, seperti
Gagne (dalam Dahar, 2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya.
Sedangkan menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar, melalui latihan hidup teratur,
pengajaran, pendidikan dan pembinaan dari keluarga dalam hal ini orang tua, dan guru di
sekolah untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum atau tata tertib yang berlaku

untuk memperoleh perubahan perilaku dalam dirinya. Perilaku tersebut dapat berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Disiplin tidak hanya mengikuti dan menaati
aturan, melainkan meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur serta mempengaruhi
seluruh aspek individu termasuk prestasi belajar siswa.
2.1.2. Perlunya Kedisiplinan Belajar
Kedisiplinan diperlukan oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada, termasuk
seorang siswa. Bohar Soeharto dalam Tu’u (2004) mengatakan bahwa pada dasarnya semua
orang sudah mengerti dan sudah mengenal disiplin. Orang tua dan guru harus mampu melihat
disiplin sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia. Sikap disiplin, apabila

dikembangakan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, akan berdampak
positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Seorang siswa harus disiplin dalam menaati tata
tertib di sekolah, disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas baik di rumah maupun di
sekolah, agar mencapai hasil yang optimal. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara
konkret dalam praktik hidup di sekolah serta menata perilaku seseorang dalam hubungannya
di tengah-tengah lingkungannya.
Maman Rachman dalam Tu’u (2004) menyebutkan bahwa disiplin sangat penting
bagi para siswa, yaitu untuk: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan


(3)

Menyelesaikan

tuntutan

yang

ingin

ditunjukkan

siswa

terhadap

lingkungannya (4) Mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dan siswa lainnya (5)
Menjauhi siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang sekolah (6) Mendorong siswa
melakukan perbuatan yang baik dan benar (7) Belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya.
Jadi, disiplin berperan penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku seseorang.
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan kedisiplinan,
yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan bekerja kelak.
2.1.3. Fungsi Kedisiplinan Belajar
Siswa memerlukan kedisiplinan dalam belajarnya, namun seringkali siswa
mengabaikan hal-hal mengenai kedisiplinan belajar, akibatnya siswa gagal dalam mencapai
prestasi belajar yang optimal. Bila siswa dapat mendisiplinkan diri, maka siswa tersebut
memiliki waktu yang efisien dalam belajar. Belajar yang efisien menuntut kedisiplinan
belajar yang tinggi, terutama disiplin diri (self discipline), yaitu kemampuan memposisikan
diri, kontrol diri dan konsistensi diri untuk bertindak (Danim, 2011).

Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004)diantaranya: (1) Menata kehidupan bersama,
yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu, sehingga hubungan antar
individu terjalin dengan baik (2) Membangun kepribadian seseorang, dimana kepribadian
adalah keseluruhan tingkah laku dan pola hidup yang tercermin dalam perkataan dan
perbuatan sehari-hari. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan untuk mengikuti, mematuhi dan
menaati aturan yang berlaku dengan penuh kesadaran dalam dirinya, dan akhirnya menjadi
bagian dalam kehidupannya sehari-hari (3) Melatih kepribadian seseorang, dimana dalam
membentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh diperlukan suatu latihan,

pembinaan, pembiasaan diri, usaha yang gigih bahkan dengan tempaan keras (4) Pemaksaan,
dimana seseorang dipaksa untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan
seseorang itu berada (5) Hukuman yang merupakan ancaman atau sanksi atas pelanggaran
tata tertib. Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan siswa untuk menaati dan
mematuhi peraturan. Tanpa ancaman/sanksi, dorongan untuk mengikuti aturan menjadi
lemah (6) Menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang aman, tenang,
tenteram, tertib dan teratur sehingga dapat mendukung proses kegiatan pendidikan dengan
lancar.
Kedisiplinan siswa harus ditangani, dibina dan dilatih agar siswa dapat
mendisiplinkan diri dalam kehidupannya. Pemahaman kedisiplinan dalam diri siswa, tidak
akan berhasil dengan cara pemaksaan dan pembiasaan secara mekanis. Siswa tersebut harus
dapat merasakan sendiri apakah di dalam suatu peraturan terdapat sesuatu yang menentukan
bahwa dia harus mematuhinya dengan sukarela.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Kedisiplinan
Kedisiplinan seseorang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu
kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan adanya hukuman. Bagi siswa, disiplin belajar tidak

akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam
belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin

perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan
bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan
terbiasa melakukan kegiatan itu secara berkelanjutan. Menurut Tu’u (2004) mengatakanada
beberapa faktor yang mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan yaitu kesadaran diri,
pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan dan latihan
berdisiplin.
Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. Disiplin
yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama
dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya
kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
Kedisiplinan belajar sebagai alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau
diajarkan. Hukuman bagi seseorang cenderung disebabkan dua hal, yang pertama karena
adanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman.
Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga
orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Teladan adalah contoh yang baik
yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang
mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa
yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan

guru-guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Lingkungan

berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan
yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan
terbawa oleh lingkungan tersebut.
Kedisiplinan dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya
mendisiplinkan diri secara berulang-ulang dan membiasakan diri dalam praktik sehari-hari.
Sedangkan menurut Lemhanas (1997) terbentuknya disiplin karena alasan berikut: a) Disiplin
tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan
diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta hukuman; b) Disiplin seseorang
adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan
sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin harus seturut pada kaidah-kaidah proses belajar;
c) Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga
mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.
2.1.5. Aspek dan Indikator Kedisiplinan Belajar
Aspek kedisiplinan menurut Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004), meliputi 3
aspek yakni: 1) aspek sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai pengembangan latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak 2) aspek
pemahaman mengenai aturan perilaku dan norma, sehingga menumbuhkan pengertian dan
kesadaran bahwa ketaatan akan aturan dan norma tersebut merupakan syarat mutlak untuk

mencapai keberhasilan 3) aspek sikap dan kelakuan secara wajar yang menunjukkan
kesungguhan hati untuk menaati segala hal dengan cermat dan tertib. Sedangkan indikator
kedisiplinan belajar yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai
kontribusi mengikutidan menaati peraturan sekolah yang meliputi: a) dapat mengatur waktu
belajar di rumah b) rajin dan teratur belajar c) perhatian yang baik saat belajar di kelas d)
ketertiban diri saat belajar di kelas.

Tu’u(2004) mengemukakan aspek kedisiplinan terdiri dari 3 sub aspek dengan
indikator disiplin belajar meliputi: 1) Kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar dengan
indikator, a) mendengarkan guru saat pelajaran sedang berlangsung dan disiplin
menggunakan waktu dengan baik saat guru menjelaskan pelajaran b) tidak meninggalkan
kelas saat pelajaran berlangsung, sampai pelajaran berakhir c) mengerjakan tugas dengan
baik penuh kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakannya. 2) kepatuhan pada tata
tertib sekolah dengan indikator, a) datang ke sekolah tepat waktu sesuai waktu yang
ditentukan b) menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah c)
bersikap hormat dan santun pada semua warga sekolah. 3) Ketaatan pada jam belajar dengan
indikator meliputi a) membuat jadwal pelajaran secara rutin untuk dapat disiplin dalam
belajar sesuai jadwal yang dibuat b) menggunakan waktu belajar dengan semaksimal
mungkin dan c) tidak menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan
oleh guru.


2.2 Roleplay salah satu metode dari Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok
Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk
mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
2.2.2 Tujuan bimbingan kelompok
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004) adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi
siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.Sering menjadi

kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi atau berkomunikasi seseorang sering
terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif,
sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok
diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan,
diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan
didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau
sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif

kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses
berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta
dinamis

kemampuan

berkomunikasi,

bersosialiasi

dan

bersikap

dapat

dikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
b. Tujuan Khusus
Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.Melalui dinamika

kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang
lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal
ditingkatkan. Sedangkan menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), bimbingan kelompok
memiliki beberapa tujuan yaitu:
a.

Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna
bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi
dan sosial.

b.

Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.

c.

Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara ekonomis dan efektif dari pada
melalui kegiatan bimbingan individual.

d.

Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

2.2.3 Model layanan bimbingan kelompok
Menurut Prayitno (1999), dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua
jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :
a.

Kelompok bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya

dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang
menjadi pokok bahasan kelompok.
b.

Kelompok tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak

ditentukan

oleh

para

anggota,

melainkan

diarahkan

kepada

penyelesaiannya

suatutugas.Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan
diselesaikan oleh anggota kelompok
2.2.4 Teknik-teknik bimbingan kelompok
Romlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan atau
dilakukan dalam kegiatan bimbingan kelompok diantaranya :
a.

Teknik pemberian informasi (expository techiques)

b.

Diskusi kelompok

c.

Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques)

d.

Permainan peran (role play)

e.

Permainan simulasi

f.

Karyawisata (field trip)

g.

Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (home room)

2.2.5 Tahap-tahap bimbingan kelompok
Menurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4
tahap,yaitu:
a. Tahap pembentukan
Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para
(calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan,
meliputi:
a. Pengenalan dan pengungkapan tujuan.
b. pelibatan diri.
c. pemasukan diri.
b. Tahap peralihan
Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
c. Kegiatan kelompok
Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaian
tugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yang
digunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik serta
penyelesaiannya sekaligus.
d. Pengakhiran
Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok
kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat
yang dianggap tepat.

2.3 Bimbingan Kelompok Teknik Role Play (Bermain Peran)
2.3.1 Pengertian Role Play (Bermain Peran)
Winkel dan Hastuti (2004), mendefiniskan role play sebagai kegiatan melakukan
peran tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung
persoalan yang harus diselesaikan.
Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa role play atau bermain peran
adalah suatu alat untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang pararel dengan
yang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.
Jadi dapat disimpulkan role play adalah salah satu metode bimbingan kelompok yang
menggunakan permainan peran didalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi
seorang individu, dimana peran yang dimainkan harus sesuai dengan tokoh yang diperankan
dengan cara mendramatisasika peran tersebut.
2.3.2 Fungsi Role Play
Corsini (dalam Romlah, 1989)menyebutkan terdapat beberapa fungsi dari kegiatan
role play bermain peran diantaranya :
a.

Alat untuk mediagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya
waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam
kehidupan sebenarnya.

b.

Media pengajaran melalui proses “modelling” anggota kelompok dapat belajar lebih
efektif melalui ketrampilan-ketrampilan hubungan antar pribadi dalam memecahkan
permasalahan.

c.

Melalui keterlibatan secara aktif dalam permainan peran, anggota kelompok dapat
mengembangkan pengertian-pengertian dan mempraktekan ketrampilan-ketrampilan
baru. Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004) fungsi dari permainan peran

adalah sebagai perombakan dalam struktur kepribadian seseorang dan meningkatkan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat.
Jadi fungsi dari bermain peran atau role play adalah memahami permasalahanpermasalahan sosial, dapat merasakan perasaan orang lain, dan dapat memainkan peran-peran
dalam kehidupan nyata, sehingga memiliki perasaan untuk bisa memahami satu dengan yang
lain, menghargai orang lain, menghormati, dll.
2.3.3 Proses Pelaksanaan Role Play
Dalam kegiatan role play (bermain peran), terdapat beberapa proses yang harus
dilakukan. Mulyasa (dalam Zulaikah, 2011) menyebutkan terdapat tujuh tahap dalam role
play diantaranya :

1. Pemilihan masalah
Guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar dapat
menyelesaikan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2. Pemilihan peran
Pemilihan peran disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas,
mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3. Menyusun tahap-tahap bermain peran
Dalam hal ini guru sudah membuat dialog, akan tetapi siswa dapat
menambahkannya sendiri.
4. Menyiapkan pengamat
Pengamat dalam kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak terlibat didalam
permainan peran (pemeran)
5. Pemeran

Dalam kegiatan ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran
masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.
6. Diskusi dan evaluasi
Mendiskusikan masalah-masalah yang akan dibahas serta pertanyaan yang
muncul dari siswa.
7. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan oleh siswa.
2.4 Temuan Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Pradipta Novalin (2014) dengan judul Peningkatan Kedisiplinan
Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Play pada Siswa Kelas XI di
SMK Sudirman 02 Ambarawa Tahun Ajaran 2013/2014, terjadi peningkatan skala
kedisiplinan belajar pada kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut terlihat dari perbedaan
yang signifikan dari hasil pre test dan post test kelompok eksperimen yaitu p=0.004< 0.01,
dengan peningkatan mean rank 4.80 dari mean rank hasil pre test skala kedisiplinan belajar
3.50, sedangkan mean rank hasil post test skala kedisiplinan belajar 9.50. Dengan demikian,
layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada
siswa kelas XI SMK Sudirman 02 Ambarawa.
Hasil penelitian Ferdyatama Oka (2014) dengan judul Pemanfaatan Metode role play
untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati
Salatiga. Inverensial Hasil penelitian adalah bahwa pemanfaatan metode role play pada siswa
kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga dapat meningkatkan komunikasi Antar Pribadi. Dari
hasil mean rank per-terst kelompok eksperimen sebesar 3.00 sedangkan dari hasil mean rank
post-test kelompok eksperimen sebesar 8.00. Jadi perbandingan mean rank antara pre-test

dan post-test kolompok eksperimen sebesar 5.00. Sedangakan dari data Asymp.Sig. (2-tailed)
sebesar 0,009.

Berdasarkan temuan penelitian yang relevan di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa teknik rolle play efektif digunakan untuk layanan bimbingan kelompok dikarenakan
teknik ini tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi siswa juga berperan langsung pada
naskah drama yang telah disediakan oleh penulis, sehingga siswa dapat belajar merasakan
suatu peristiwa secara langsung.

2.5 Desain Penelitian
Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan
menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
daya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan
disiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan
dengan tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa
disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diri
seseorang. Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang usaha
untuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermakna
melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak terkandung
makna sekatan, tetapi juga latihan. Untuk itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usaha
meningkatkan suatu kehidupan yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena
sifatnya yang mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak ada
diantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap kegiatan
mereka yang membawa kesuksesan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang peningkatan kedisiplinan belajar
melalui bimbingan kelompok teknik rolle play siswa kelas X Teknik Permesinan SMK
Negeri 2 Salatiga beberapa siswa memiliki tingkat kedisiplinan belajar yang rendah. Untuk

mengatasi hal tersebut, maka penulis menerapkan bimbingan kelompok teknik rolle play.
Siswa yang memiliki masalah kedisiplinan belajar yang rendah akan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok
yang tidak diberi perlakuan (treatment) melalui bimbingan kelompok teknik rolle play.
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberi pretest dan juga posttest
menggunakan skala kedisiplinan pengembangan dari teori Tu’u dalam Rina (2011) yang
sudah di uji validitasnya. Adapun desain penelitian mengenai

peningkatan kedisiplinan

belajar, melalui bimbingan kelompok teknik rolle play adalah sebagai berikut :

Posttest
Preetest

Kel. Eksperimen

Kel. Kontrol

Treatment

Tanpa
Treatment

Hasil

Hasil

D
i
b
a
n
d
i
n
g
k
a
n
n

2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar
secara signifikan pada siswa kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga