sagu fix kelompok 8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang

Impor pangan terutama beras dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah
penduduk yang terus meningkat menyebabkan konsumsi beras secara nasional terus
meningkat. Ke depan kebutuhan beras untuk konsumsi penduduk akan terus
meningkat sejalan dengan terus meningkatnya jumlah penduduk. Selain karena
jumlah penduduk yang besar dan jumlahnya terus meningkat, konsumsi beras per
kapita juga termasuk tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras per kapita negaranegara lainya. Penduduk Indonesia termasuk pengkomsumsi beras yang paling
"rakus", konsumsi beras per kapita mencapai 102 kg per penduduk per tahun hampir
dua kali lipat dari komsumsi beras per kapita dunia yang rata-rata hanya berkisar 60
kg per kapita per tahun. Komsumsi beras per kapita kita jauh lebih tinggi
dibandingkan Jepang yang mencapai 50 kg per kapita per tahun, Korean hanya 40 kg
per kapita per tahun dan Malasyia serta Thailand masing-masing 70 kg dan 80 kg per
kapita per tahun.
Beras telah menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat kita, bahkan beras
telah dipersepsikan sebagai makanan pokok yang modern tidak seperti singkong,
jagung atau sagu. Inilah yang juga menyebabkan komsumsi beras secara nasional

naik. Keberhasilan pemerintah mempromosikan beras sebagai makanan pokok yang
baik dan modern secara tidak langsung juga mencabut tradisi makanan pokok non
beras yang selama ini sesuai dengan budaya dan agrikultur setempat. Padahal secara
budaya dan agrikultur mereka yang sebelumnya tidak mengkomsumsi beras belum
menguasai budaya dan agrikultur padi termasuk kondisi lahan mereka juga
sebenarnya kurang cocok dengan budaya padi yang dibawa berbarengan dengan
masuknya beras sebagai makanan pokok ke tempat mereka. Akibatnya mereka
senantiasa tergantung pada pasokan beras dari luar.
Peningkatan produksi beras sangat penting, namun lebih penting lagi adalah
bagaimana upaya kita untuk secara bertahap melakukan diversifikasi pangan beras .
Beras dapat diganti dengan makanan lain yang kandunganya sama seperti jagung,
singkong, sagu atau ubi jalar. Makanan pokok non beras ini sudah sejak lama secara

turun menurun sejak nenek moyang kita digunakan juga sebagai makanan pengganti
beras. Sagu sudah sejak lama menjadi makanan utama di sebagaian wilayah di
Indonesia Timur, termasuk jagung maupun ubi jalar. Namun karena keberhasilan
mempromosikan beras sebagai makanan modern dan lambang keberhasilan
pembangunan membuat makanan pokok non beras itu kurang terperhatikan.
Andaikata makanan pokok non beras itu tetap terjaga dan tetap dikonsumsi sebagai
makanan pokok, dapat mengurangi konsumsi beras dan dapat mengurangi tekanan

terhadap produksi beras maupun mengurangi impor beras untuk mencukupi
pemenuhan konsumsi beras nasional. Makanan non beras seperti sagu, ubi jalar,
jagung atau tiwul tidak berarti rendah dan kurang modern. Jagung, singkong atau ubi
jalar posisinya sama dengan beras sebagai makanan pokok, ingat di Meksiko
rakyatnya juga makan jagung dengan berbagai varian olahanya sebagai makanan
pokok bukan beras. Toh rakyat Meksiko juga rakyat yang maju dan modern, tidak
rendah atau miskin. Oleh karena itu untuk mengurangi impor beras kita perlu juga
menekan konsumsi beras per kapita dengan menganekaragamkan makanan yang kita
konsumsi bukan menitikberatkan pada beras saja serta dengan memprmosikan
kembali makanan pokok non beras yang selama ini telah digantikan dengan beras
untuk kembali menjadikan sagu, jagung, singkong atau ubi jalar sebagai makanan
pokok . Bicara pengurangan impor beras bukan hanya bicara mengenai peningkatan
produksi beras nasional akan tetapi juga bicara bagaimana mengurangi komsumsi
beras dengan diversifikasi pangan non beras sebagai makanan pokok dan hilangkan
persepsi kalau kita belum makan nasi berarti kita "belum makan".
Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial
yang dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan
lokal dan nasional. Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah
dengan sumber pangan lainnya seperti beras, jagung, ubikayu, dan kentang. Potensi
lahan sagu di Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup

tinggi (30 t/ha/th), jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang).
Tepung sagu dan produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan fungsional
karena memiliki kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang
cukup tinggi, indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten,
polisakarida bukan pati, dan karbohidrat rantai pendek yang sangat berguna bagi
kesehatan. Proses budidaya sagu (pra-panen) sampai pengolahan tepung sagu basah

(pasca panen) dilakukan secara alami, sehingga tepung sagu dapat dikategorikan
sebagai pangan organik 100%.
Sagu memiliki potensi yang paling besar untuk digunakan sebagai pengganti
beras. Keuntungan sagu dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya adalah
tanaman sagu atau hutan sagu sudah siap dipanen bila diinginkan. Pohon sagu dapat
tumbuh dengan baik di rawa-rawa dan pasang surut, dimana tanaman penghasil
karbohidrat lainnya sukar tumbuh. Syarat-syarat agronominya juga lebih sederhana
dibandingkan tanaman lainnya dan pemanenannya tidak tergantung musim. Kandungan
kalori pati sagu setiap 100 gram ternyata tidak kalah dibandingkan dengan kandungan
kalori bahan pangan lainnya. Perbandingan kandungan kalori berbagai sumber pati
adalah (dalam 100 g): jagung 361 Kalori, beras giling 360 Kalori, ubi kayu 195 Kalori,
ubi jalar 143 Kalori dan sagu 353 Kalori.
Suatu kebijakan ketahanan pangan yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan

semaksimal mungkin pangan lokal merupakan suatu langkah yang sangat tepat, karena
pangan lokal tersedia dalam jumlah yang cukup di seluruh daerah dan mudah
dikembangkan karena sesuai dengan agroklimat setempat. Sagu sebagai salah satu
komoditas tanaman perkebunan, merupakan pangan lokal bagi masyarakat di beberapa
wilayah memiliki peluang pengembangan yang sangat strategis sebagai komponen
ketahanan pangan dalam memantapkan ketahanan pangan lokal maupun nasional.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Morfologi SAGU

Sagu (Metroxylon spp) termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, marga
Metroxylon dan ordo Spadiciflorae (Ruddie et al., 1976) dalam Haryanto dan Pangloli
(1992). Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu
Metra berarti isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem (Flach, 1977).
Secara taksonomi tumbuhan, sistimatika tumbuhan sagu (Metroxylon sp) adalah
sebagai berikut :
Divisi
Kelas

Subkelas
Ordo
Family
Subfamil

Taksonomi Sagu
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledonae
Arecales
Palmae
Lepidocaroideae (Calamoideae)

i
Genus
Spesies

Metroxylon
Eumetroxylon spp.


Sagu (Metroxylon sp.) di duga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini
belum ada data yangmengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal. Di
wilayah Indonesia bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan
pokok oleh sebagian penduduknya terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi
eksploitasi, budidaya dan pengolahan tanaman sagu yang paling maju saat ini adalah
di Malaysia.
Tanaman Sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu,
rembulung, atau resula di

Jawa

Gorontalo; Pogalu atau tabaro di

Tengah;

lapia

atau napia di Ambon; tumba di

Toraja; rambiam atau rabi


di

kepulauan

Aru.Tanaman

sagu

masuk

dalam

Ordo Spadicflorae,

Famili Palmae.

Di

kawasanIndo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah

dimanfaatkan, yaituMetroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota.Genus
yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup
tinggi.
Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua,dua
golongan, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) dan yang berbunga
atau berbuah lebih dari sekali (Pleonanthic) (Deinum, 1984 dalam Djumadi, 1989).
Golongan pertama mempunyai nilai ekonomi yang penting karena kandungan acinya
tinggi. Golongan ini terdiri dari lima jenis yaitu : (1) metroxylon sagus Rottb.; (2)
Metroxylon rumphii Mart.; (3) Metroylon micracanthum Mart.; (4) Metroxylon
Longispinum Mart. (5) Metroxylon sylvestre Mart.
Sedangkan golongan kedua terdiri dari spesies Metroxylon filarae dan Metroxylon
elatum yang banyak tumbuh di dataran yang relatif tinggi. Golongan ini nilai
ekonominya rendah karena kandungan acinya kurang.
Karateristik dari masing-masing jenis sagu yang tumbuh di Sulawesi Tenggara
dengan ciri morfologi sebagai berikut:
 Runggamanu atau Tuni
Tinggi batang sekitar 10 – 15 meter, tebal kulit 2 -3 cm. Daunnya berwarna hijau
tua dengan tangkai daun berwarn hijau kekuningan. Panjang tangkai daun sekitar
6,85 meter, sedangkan pnjang pelepah daun sekitar 2,71 meter, tangkai daun
berduri pada pangkal sampai ujung pinggiran daun. Pada anakan sagu durinya

sangat banyak dan rapat. Setiap tangkai daun terdiri atas 100-200 helai daun
dengan panjang 151-155 cm dan lebar 8,1-9,1 cm (Tenda et al. 2003). Menurut
Haryanto dan Pangloli (1992) produksi tepung sagu tuni di Sulawesi Tenggara
dapat mencapai 250-300 kg. Sagu ini merupakan jenis sagu yang paling besar
ukurannya dibandingkan dengan jenis lainnya (Manan et al. 1984) dalam
Haryanto dan Pangloli (1992).

 Roe atau Molat

Tinggi batang sekitar 10-14 meter, diameter sekitar 40-60 cm dan berat batang
mencapai 1,2 ton atau lebih. Jenis sagu ini tidak berduri, ujung daun panjang
meruncing sehingga dapat melukai orang bila menyentunya.

Letak daun

berjauhan, panjang tangkai daun sekitar 4-6 meter, panjanhg lembaran daun
sekitar 1,5 meter dan lebernya sekitar 7 cm. Bunganya adalah bunga majemuk
berwarna sawo matang kemerah-merahan. Empulurnya lunak dan berwarna
putih. Berat empulur sekitar 80% dari berat batang dan kandungn acinya sekitar
18%. Setiap pohon dapat menghsilkan aci basah sekitar 800 kg atau sekitar 200

kg aci kering (Haryanto dan Pangloli, 1992).
 Barowila
Jenis sagu ini mempunyai tinggi batang sekitar 10 meter dengan dimeter sekitar
40-50 cm. Pelepah berwarna hijau keputih-putihan, empulurnya lunak dan
berwarna putih. Setiap pohon dapt menghasilkan sekitar 120 kg aci kering.
Produksi tepung sagu jenis barowila sangat sedikit jika dibandingkan dengan
jenis sgu lainnya (Haryanto dan Pangloli, 1992).
 Rui atau Rotan
Jenis sagu ini dicirikan dengan tinggi batang yang relatif lebih pendek yaitu 7,20
meter, dengan diameter batang sekitar 40 cm. Panjang tangkai daun dapat
mencapai 6,07 meter, sedangkan panjang pelepah daun sekitar 3,56 meter. Setiap
tangkai daun terdiri atas 100-200 helai daun yang berwarna hijau dengan panjang
daun antara 130-147 cm dan lebar daun 6-7 cm. Sagu ini memiliki empulur agak
keras, mengandung banyak serat, dan berwarna kemerh-merahan serta kandungan
aci paling sedikit (Tenda et al. 2003). Kandungan aci dalam empulur hanya
sekitar 200 kg per pohon dan rasanya kurng enak (soerjono, 1980) dalam Harynto
dan Pangloli (1992).
2.1.1

Teknik Budidaya Tanaman Sagu


a. Syarat Tumbuh
Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan sagu antara 2.000 – 4.000
mm/tahun, yang tersebar merata sepanjang tahun. Sagu dapat tumbuh sampai
pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl), namun produksi sagu terbaik
ditemukan sampai ketinggian 400 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan sagu

berkisar antara 24,50 – 29oC dan suhu minimal 15oC, dengan kelembaban nisbi
90%. Sagu dapat tumbuh baik di daerah 100 LS - 150 LU dan 90 – 180 darajat BT,
yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun. Sagu dapat ditanam di
daerah dengan kelembaban nisbi udara 40%. Kelembaban yang optimal untuk
pertumbuhannya adalah 60%.
Tanaman sagu membutuhkan air yang cukup, namun penggenangan permanen
dapat mengganggu pertumbuhan sagu. Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair
tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai,
sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi
dan tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat > 70% dan
bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat
kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi. Sagu dapat tumbuh
pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial,
hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya. Sagu mampu tumbuh pada lahan
yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada tanah
yang kadar bahan organiknya tinggi dan bereaksi sedikit asam pH 5,5 – 6,5.
Sagu paling baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai pengaruh pasang
surut, terutama bila air pasang tersebut merupakan air segar. Lingkungan yang
paling baik untuk pertumbuhannya adalah daerah yang berlumpur, dimana akar
nafas tidak terendam. Pertumbuhan sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsur hara
yang disuplai dari air tawar, terutama potasium, fosfat, kalsium, dan magnesium.
b. Teknologi Perbanyakan Tanaman Sagu
Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakuan dengan metode generatif
dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan biji yang berasal dari
buah yang sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji
yang berasal dari pohon induk yang baik, yang subur dan produksinya tinggi.
Perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan
menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknya
yang disebut dangkel atau abut (jangan yang berasal dari stolon).
c. Persemaian dan Pembibitan

Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif adalah biji yang digunakan sudah
tua, tidak cacat fisik, besarnya rata-rata dan bertunas. Syarat bibit untuk
pembibitan cara vegetatif adalah berasal dari tunas atau anakan yang umurnya
kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggi
anakan +1 meter dan punya pucuk daun 3-4 lembar.
d. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan
Lahan dipilih yang sesuai dengan ketentuan. Menurut kebiasaan petani sagu Riau
dan Maluku, penanaman sagu dilakukan pada awal musim hujan.
2. Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari semua vegetasi di bawah diameter 30 cm dekat
permukaan tanah dan semua pohon yang tinggal. Vegetasi bawah dan ranting –
ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untuk pupuk. Pokok – pokok batang
yang besar, yang sulit penggaliannya dapat ditinggalkan begitu saja di lahan,
kecuali pokok – pokok yang berada pada calon baris tanaman harus dibersihkan.
3. Pembentukan bedengan
Dilakukan untuk penanaman dengan cara blok (biasanya dilakukan perusahaan
perkebunan sagu).
e. Penanaman dan Penyulaman
Penanaman dengan sistem blok adalah jarak tanam atau jarak lubang antar
bervariasi antara 8-10 meter, sehingga satu hektar hanya menampung + 150 buah.
Jarak tanam yang dianggap ideal adalah :
 Sagu Tuni 8 x 8 atau 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar
akan memuat 143 tanaman.
 Sagu Ihur 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan
memuat 143 tanaman.
 Sagu Molat 7 x 7, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat 2043
tanaman
 Jika ketiga varietas ditanam secara bersama – sama, maka ditanam secara
terpisah menurut blok.

 Pembuatan Lubang tanam
 Lubang tanam digali sebulan/selambat-lambatnya 1 minggu sebelum
penanaman dengan ukuran lubang 30x30x30 cm. Hasil galian tanah bagian
atas dipisahkan dari tanah lapisan bawah dan dibiarkan beberapa hari. Pada
lubang tanaman itu ditempatkan pancang – pancang bambu, tiap lubang 2
pacang.
 Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan membenamkan dangkel ke dalam lubang
tanaman. Bagian pangkal dangkel ditutup dengan tanah remah bercampur
gambut. Tanah penutup jangan ditekan tapi dangkel jangan sampai bergerak.
Tanah lapisan atas dimasukkan sampai separuh lubang apabila mungkin di
campur puing – puing. Akar – akar dibenamkan pada tanah penutup lubang
dan pangkalnya agak ditekan sedikit ke dalam tanah.
f. Panen
Panen dapat dilakukan umur 6 -7 tahun, atau bila ujung batang mulai
membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih
terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10 – 15 m, diameter 60 – 70 cm,
tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50 – 60 cm. Ciri
pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi
pada daun, duri, pucuk dan batang.
Langkah-langkah pemanenan sagu adalah sebagai berikut :
 Pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihan batang
yang akan di potong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan hasil
tebangan.Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan
menggunakan kampak/mesin pemotong (gergaji mesin).Batang dibersihkan
dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinya rendah, sehingga
tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6 – 15 meter. Gelondongan
dipotong – potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan pengangkutan. Berat
1 gelondongan adalah + 120 kg dengan diameter 45 cm dan tebal kulit 3,1 cm.
 Harga jual pati sagu Rp.2.200,-/kg.
2.2. Kandungan Energi dan Zat gizi Sagu

Tepung Sagu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Tepung Sagu mengandung energi sebesar 209 kilokalori, protein 0,3 gram,
karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 13 miligram, dan
zat besi 0,6 miligram. Selain itu di dalam Tepung Sagu juga terkandung vitamin A
sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Sagu, dengan jumlah
yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Sagu :
Nama Bahan Makanan : Tepung Sagu
Nama Lain / Alternatif : Banyaknya Tepung Sagu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Tepung Sagu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Tepung Sagu = 209 kkal
Jumlah Kandungan Protein Tepung Sagu = 0,3 gr
Jumlah Kandungan Lemak Tepung Sagu = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Sagu = 51,6 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Sagu = 27 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Sagu = 13 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Sagu = 0,6 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Sagu = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Sagu = 0,01 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Sagu = 0 mg
Khasiat / Manfaat Tepung Sagu : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : T
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia serta sumber lainnya.
Komposisi Angka Gizi Hasil Penelitian yang Lain :
Banyaknya Tepung Sagu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Tepung Sagu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Tepung Sagu = 353 kkal

Jumlah Kandungan Protein Tepung Sagu = 0,7 gr
Jumlah Kandungan Lemak Tepung Sagu = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Sagu = 84,7 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Sagu = 11 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Sagu = 13 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Sagu = 2 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Sagu = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Sagu = 0,01 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Sagu = 0 mg
Keterangan :
Riset/penelitian pada Tepung Sagu yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil
yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
2.3. Manfaat Sagu bagi Kesehatan
Beberapa manfaat tanaman sagu sebagai salah satu komoditi budidaya:
Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah daunnya untuk atap, kulit atau
batangnya merupakan kayu bakar yang bagus, aci sagu (bubuk yang dihasilkan
dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi
berbagai makanan, sebagai makanan ternak, serat sagu dapat dibuat hardboard atau
bricket bangunan bila dicampur semen, dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu
lapis.
Tepung sagu juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
makanan yang lebih modern (Bintoro,1999). Seperti halnya dengan jenis karbohidrat
lainnya, tepung sagu juga dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan utama
maupun sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis industri, seperti industri
pangan, industri makanan ternak, industri kertas, industri perekat, industri kosmetika,
industri

kimia,

dan

industri

energi.

Dengan

demikian

pemanfaatan

dan

pendayagunaan sagu dapat menunjang berbagai macam industri, baik dalam bentuk
industri kecil, menengah maupun industri teknologi tinggi.
Dalam perspektif diversikasi pangan, sagu dapat diolah mejadi berbagai macam
bentuk sajian yang menarik. Pati sagu dapat dioleh menjadi berbagai produk organistradisional, antara lain: papeda, sinoli, ongol-ongol, sagu lempeng, sagu gula, sagu
tumbuh, bubur ne, sagu mutiara, bagea dan lainnya. Disamping itu, pati sagu/tepung
sagu kering sudah dapat dioleh menjadi aneka penganan/produk kontemporer-

fungsional, antara lain: bika, brouwnis, rollcook, bruder, roti, mi, bakso, dan lainnya
(Papilaya, 2008).
Sagu sebagai obat sakit perut
Sagu bukan hanya bisa dijadikan sebagai sumber makanan pokok. Sagu bisa juga
digunakan untuk obat sakit perut sseperti:
1. Perut kembung
2. Mencret
3. Buang air besar dengan darah
4. Muntah-muantah.
5. Semua gangguan perut.
Manfaat pohonya
 Pelapahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah.
 Daunya sebagai atap.
 Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus.
 Aci sagu(bubuk yang di hasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau
empulur batang) dapat diolah menjadi makanan.
 Sebagai makanan ternak.
 Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur dengan
semen.
 Dapat di jadikan perekat (lem) untuk kayu lapis apabila rantai glukosa dalam pati
potong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat di pakai untuk
menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industry teksti.
 Dapat diolah menjadi bahan bakar methanol bensin.

2.4. Resep, Cara Membuat, Cara Menyajikan, Kandungan Gizi
1. Sagu Ayam Selimut

Bahan :
 250 gr ayam
 150 gr tepung sagu tani
 3 batang daun bawang
 5 siung bawang putih
 1 bungkus lada bubuk
 1 sdt gula
 1 sdt garam
 1 butir telur
 secukupnya Kol untuk membungkus adonan
Cara membuat :
1.

Blender ayam masukkan dalam 1 wadah

2.

Iris tipis2 daun bawang, parut bawang putih & 1 wortel masukkan dalam wadah
ayam

3.

Tambahkan telur, tepung sagu, terigu, gula,garam, penyedap rasa

4.

Cetak menggunakan Kol lalu kukus selama 20 menit

Cara menyajikan :
Cocok disantap dengan sambal kacang atau dibuat pelengkap sop

Kandungan Gizi :
==================================================================
===

Analysis of the food record
==================================================================
===
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
tepung sagu
daging ayam
telur ayam

150 g
250 g
50 g

571.5 kcal
712.2 kcal
77.6 kcal

137.0 g
0.0 g
0.6 g

Meal analysis: energy 1361.3 kcal (100 %), carbohydrate 137.5 g (100 %)
==================================================================
===

Result
==================================================================
===
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
___________________________________________________________________________
energy
1361.3 kcal
2036.3 kcal
67 %
water
0.0 g
2700.0 g
0%
protein
74.0 g(23%)
60.1 g(12 %)
123 %
fat
52.7 g(35%)
69.1 g(< 30 %)
76 %
carbohydr.
137.5 g(42%)
290.7 g(> 55 %)
47 %
dietary fiber
1.3 g
30.0 g
4%
alcohol
0.0 g
PUFA
11.2 g
10.0 g
112 %

cholesterol
Vit. A
carotene
Vit. E (eq.)
Vit. B1
Vit. B2
Vit. B6
tot. fol.acid
Vit. C
sodium
potassium
calcium
magnesium
phosphorus
iron
zinc
2. Pentul Tempe

409.5 mg
192.5 µg
0.0 mg
1.0 mg
0.3 mg
0.9 mg
0.7 mg
34.5 µg
0.0 mg
258.0 mg
522.5 mg
60.5 mg
59.5 mg
555.5 mg
4.8 mg
5.2 mg

Bahan :


300 gr tempe



2 sdm tepung sagu



1 butir telur



Minyak secukupnya untuk menggoreng



Bumbu Yang Dihaluskan:



5 btr bawang merah



2 siung bawang putih

800.0 µg
12.0 mg
1.0 mg
1.2 mg
1.2 mg
400.0 µg
100.0 mg
2000.0 mg
3500.0 mg
1000.0 mg
310.0 mg
700.0 mg
15.0 mg
7.0 mg

24 %
8%
26 %
71 %
57 %
9%
0%
13 %
15 %
6%
19 %
79 %
32 %
74 %



2 cm kencur



1/2 sdt garam



1/4 sdt merica bubuk



1 sdt gula pasir

Cara membuat :
1.

Haluskan tempe, campur dengan tepung sagu, putih telur, dan bumbu yg
dihaluskan, aduk rata.

2.

Ambil sesendok makan, bentuk bulat lonjong.

3.

Panaskan minyak, goreng hingga matang dan berwarna coklat. Angkat dan
tiriskan.

4.

Sajikan hangat.

Cara menyajikan :
Cocok disajikan dengan saus sambal atau sambal kacang

Kandungan Gizi :
==================================================================
===

Analysis of the food record
==================================================================
===
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
tempe kedele murni
telur ayam
tepung sagu
minyak kelapa

300 g
50 g
30 g
30 g

597.3 kcal
77.6 kcal
114.3 kcal
258.6 kcal

51.0
0.6
27.4
0.0

g
g
g
g

Meal analysis: energy 1047.8 kcal (100 %), carbohydrate 78.9 g (100 %)
==================================================================

Result
==================================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment

___________________________________________________________________________
energy
1047.8 kcal
2036.3 kcal
51 %
water
0.0 g
2700.0 g
0%
protein
63.4 g(24%)
60.1 g(12 %)
105 %
fat
58.4 g(47%)
69.1 g(< 30 %)
85 %
carbohydr.
78.9 g(29%)
290.7 g(> 55 %)
27 %
dietary fiber
4.5 g
30.0 g
15 %
alcohol
0.0 g
PUFA
14.1 g
10.0 g
141 %
cholesterol
212.0 mg
Vit. A
98.0 µg
800.0 µg
12 %
carotene
0.0 mg
Vit. E (eq.)
4.3 mg
12.0 mg
36 %
Vit. B1
0.4 mg
1.0 mg
43 %
Vit. B2
0.6 mg
1.2 mg
49 %
Vit. B6
1.0 mg
1.2 mg
80 %
tot. fol.acid
178.0 µg
400.0 µg
45 %
Vit. C
0.0 mg
100.0 mg
0%
sodium
82.7 mg
2000.0 mg
4%
potassium
1164.9 mg
3500.0 mg
33 %
calcium
304.6 mg
1000.0 mg
30 %
magnesium
215.9 mg
310.0 mg
70 %
phosphorus
707.9 mg
700.0 mg
101 %
iron
7.6 mg
15.0 mg
51 %
zinc
6.0 mg
7.0 mg
85 %

3. Kapurung

Bahan-Bahan :
 ½ kg Sagu
 ½ kg ikan patin
 4 buah tomat
 ¼ kg kangkung
 ½ kg labu hijau

 ¼ kg Kacang tanah
 Garam
 Bawang putih
 Penyedap rasa/masako
 Gula putih ½ sendok teh
 3 buah jeruk limau kuit/jeruk nipis
Cara Membuat Resep Kapurung :
1. Bersihkan ikan patin, cuci bersih, potong sesuai selera, kukus sampai empuk.
2. Siapkan sayuran, potong sesuai selera lalu dicuci bersih
3. Goreng kacang tanah dengan sedikit minyak sampai matang
4. Tambahkan perasan jeruk limau/jeruk nipis
5. Panaskan air dipanci kurang lebih 4 liter sampai mendidih
6. Masukan sagu diwajan besar, taburkan garam secukupnya, tambahkan sedikit
air dingin untuk mengencerkan sagu (sampai bisa dibuat ukuran membulat)
7. Apabila sudah mendidih, tuang sagu ke wadah sedikit demi sedikit sambil
diaduk sampai sagunya mengental berwarna putih bening
8. Siapkan air bening, kemudian buat bentuk bulat-bulat seperti pentol/cilok
menggunakan sumpit sampai adonan sagu habis
9. Siapkan air mendidih, masukan ikan patin yang sudah dikukus, labu hijau dan
kangkung kemudian rebus sampai matang
10. Masukan tomat dan sayuran, tunggu sekitar 2 menit, angkat
11. Masukan bumbu kacang yang sudah dihaluskan, garam, penyedap rasa
secukupnya
12. Campurkan dengan sagu yang sudah dibentuk bulat-bulat tadi
13. Aduk dan makanan siap disajikan.
Kandungan Gizi Kapurung
===============================================================
Analysis of the food record
===============================================================
Food
Amount
energy
carbohydr.
________________________________________________________________________
Sago tinned cooked
Tomato red fresh
Vegetables diverse (R)

500 g
100 g
50 g

130,3 kcal
17,4 kcal
42,4 kcal

18,5 g
2,6 g
3,7 g

Peanut roasted
Vegetables diverse (R)
Onions fresh
Sugar-coated sweets
Candied lemon peel
Fishes cooked

250 g
500 g
20 g
10 g
20 g
1000 g

1448,4 kcal
423,6 kcal
5,6 kcal
37,2 kcal
58,5 kcal
960,8 kcal

23,6
36,5
1,0
7,7
14,0
0,0

g
g
g
g
g
g

Meal analysis: energy 3124,2 kcal (100 %), carbohydrate 107,6 g (100 %)
===============================================================
Result
===============================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
______________________________________________________________________________
energy
3124,2 kcal
2036,3 kcal
153 %
water
1772,0 g
2700,0 g
66 %
protein
305,3 g(40%)
60,1 g(12 %)
508 %
fat
162,5 g(46%)
69,1 g(< 30 %)
235 %
carbohydr.
107,6 g(14%)
290,7 g(> 55 %)
37 %
dietary fiber
67,7 g
30,0 g
226 %
alcohol
0,0 g
PUFA
40,8 g
10,0 g
408 %
cholesterol
923,3 mg
Vit. A
1701,6 µg
800,0 µg
213 %
carotene
7,7 mg
Vit. E (eq.)
31,5 mg
12,0 mg
263 %
Vit. B1
1,6 mg
1,0 mg
165 %
Vit. B2
2,4 mg
1,2 mg
201 %
Vit. B6
4,4 mg
1,2 mg
364 %
tot. fol.acid
563,9 µg
400,0 µg
141 %
Vit. C
136,3 mg
100,0 mg
136 %
sodium
2127,0 mg
2000,0 mg
106 %
potassium
7081,1 mg
3500,0 mg
202 %
calcium
868,0 mg
1000,0 mg
87 %
magnesium
930,7 mg
310,0 mg
300 %
phosphorus
3693,2 mg
700,0 mg
528 %
iron
20,7 mg
15,0 mg
138 %
zinc
18,5 mg
7,0 mg
265 %

4. Es Sagu Mutiara
Bahan-Bahan :

 60 gr Nangka
 100 gr kelapa muda, dikerok
 50 gram sagu mutiara, direbus
 150 ml susu kental manis putih
 750 gram es serut
 200 ml gula pasir
 300 ml air
 1 lembar daun pandan
Cara Membuat :
1. Sirup, rebus gula pasir, air, dan daun pandan. Masak sampai gula larut. Dinginkan.
2. Tata dalam gelas, avokad, kelapa muda, dan sagu mutiara. Tambahkan air gula, es
serut dan susu kental manis. Sajikan.

Kandungan Gizi :
==================================================================
===

Analysis of the food record
==================================================================
===
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
___
nangka biji
kelapa muda daging
tepung sagu
susu kental manis
gula pasir

60 g
100 g
50 g
150 g
200 g

91.8 kcal
70.0 kcal
190.5 kcal
480.0 kcal
773.9 kcal

Meal analysis: energy 1606.2 kcal (100 %), carbohydrate 357.4 g (100 %)

20.2
10.0
45.7
81.8
199.8

g
g
g
g
g

==================================================================

Result
==================================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
___________________________________________________________________________
energy
1606.2 kcal
2036.3 kcal
79 %
water
0.0 g
2700.0 g
0%
protein
14.1 g(3%)
60.1 g(12 %)
23 %
fat
17.0 g(9%)
69.1 g(< 30 %)
25 %
carbohydr.
357.4 g(88%)
290.7 g(> 55 %)
123 %
dietary fiber
6.5 g
30.0 g
22 %
alcohol
0.0 g
PUFA
0.4 g
10.0 g
4%
cholesterol
49.5 mg
Vit. A
100.2 µg
800.0 µg
13 %
carotene
0.0 mg
Vit. E (eq.)
0.6 mg
12.0 mg
5%
Vit. B1
0.2 mg
1.0 mg
16 %
Vit. B2
0.7 mg
1.2 mg
56 %
Vit. B6
0.3 mg
1.2 mg
21 %
tot. fol.acid
42.3 µg
400.0 µg
11 %
Vit. C
16.2 mg
100.0 mg
16 %
sodium
195.7 mg
2000.0 mg
10 %
potassium
778.6 mg
3500.0 mg
22 %
calcium
586.2 mg
1000.0 mg
59 %
magnesium
81.3 mg
310.0 mg
26 %
phosphorus
449.1 mg
700.0 mg
64 %
iron
1.8 mg
15.0 mg
12 %
zinc
1.9 mg
7.0 mg
27 %

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diversifikasi pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya
tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam pilihan (alternatif)
terhadap berbagai bahan pangan.
2. Diversifikasi pangan berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Tujuan
diversifikasi pangan diantaranya yaitu mengurangi ketergantungan impor beras,

mencapai pola konsumsi pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, daan gizi
yang terjangkau oleh semua pendapatan.
3. Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial yang
dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan lokal dan
nasional. Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber
pangan lainnya seperti beras, jagung, ubikayu, dan kentang. Potensi lahan sagu di
Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup tinggi (30 t/ha/th),
jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang). Tepung sagu dan
produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan fungsional karena memiliki
kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang cukup tinggi,
indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten, polisakarida bukan pati, dan
karbohidrat rantai pendek yang sangat berguna bagi kesehatan. Proses budidaya sagu
(pra-panen) sampai pengolahan tepung sagu basah (pasca panen) dilakukan secara alami,
sehingga tepung sagu dapat dikategorikan sebagai pangan organik 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, Janes Berthy dan A. Arivin Rivaie. 2011. Sagu Mendukung Ketahanan Pangan
dalam

Menghadapi

Dampak

Perubahan

Iklim.

Diunduh

dari

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/03/
perkebunan_perspektif_Vol10211_N-4-JanesB.pdf

Fadila, Ila. 2011. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Diunduh dari
https://www.pdf-archive.com/2011/12/05/37-ila-fadila/37-ila-fadila.pdf

http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/SAGU-SEBAGAI-BAHANPANGAN.pdf
Limbongan, Jermia. 2007. mia.2 007.Beberapa Jenis Sagu Potensial di Papua. Diunduh dari
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ p3261 073.pdf