Integrasi Sosial Antara Etnis Cina dan Etnis Aceh (Studi Deskriptif Pada Etnis Cina dan Etnis Aceh di Kota Juang Kabupaten Bireuen) Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Studi kasus adalah kumpulan dari semua bahan-bahan (informasi-informasi) yang
berguna bagi seseorang untuk ditulis sedemikian rupa sehingga memeberikan suatu gambaran
yang jelas tentang latar belakang dan keadaan seseorang pada waktu ini yang merupakan
dasar untuk penyelidikan selanjutnya terhadap kasus tersebut (Hariwoejanto: 106).
Menurut moleong (2000: 5), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang merupakan data deskriftif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang
maupun perilaku yang diamati. Dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan
pendeketan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang,
“Integrasi sosial antara Etnis Cina (Cina) dan Suku Aceh di Kota Bireuen” sehingga
diupayakan dapat menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang diteliti di dalam penelitian
ini berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di wilayah Kabupaten Bireuen
tepatnya di Kota Juang. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan Etnis Cina sudah
sejak lama menjadi penduduk di Kota Juang dan telah terintegrasi dengan masyarakat asli
yaitu suku Aceh itu sendiri.

3.3 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian
(Arikunto, 1998: 2). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Etnis
Cina dan etnis Aceh di Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Universitas Sumatera Utara

3.4 Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai yang informasi oleh peneliti. Informan
merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data informasi ataupun fakta
dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008: 108). Berdasarkan dengan tujuan penelitian
kualitatif, maka pemilihan informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling
untuk menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat
informasi sesuai dengan fokus penelitian. Dalam purposive sampling jumlah sampel atau
informan bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutama tergantung dari tepat atau tidaknya
pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang di teliti (Bungin, 2007:53).
Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah:
1. Masyarakat Etnis Cina yang sudah menetap >25 tahun di Kota Juang.
2. Etnis Aceh di Kota Juang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam

proses

pengumpulan

data,

peneliti

menggunakan

beberapa

teknik

pengumpulan data sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang
diperlukan. Peneliti akan menggunakan teknik obsevasi dan wawancara mendalam. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Obsevasi

Metode observasi atau pengamatan adalah metode pegumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung. Peneliti akan
melihat pola interaksi antara Etnis Cina dengan Suku Aceh serta proses adaptasi
antara Etnis Cina dengan Suku Aceh.
2. Wawancara mendalam
Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan

Universitas Sumatera Utara

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dan pertayaan-pertayaan yang diajukan dapat berkembang sesuai
dengan jawaban yang diberikan oleh informan sampai mendapat informasi yang
diinginkan dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada penelitian kali ini,
peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai pola
interaksi dan proses adaptasi antara Etnis Cina dan Suku Aceh.
3.6 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengelolaan data. Bogloan dan Biklei
menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskan, mencari data dan menentukan pola. Mencari apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain (Moleong, 2005: 248).
Data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dan
dikelompokkan ke dalam kategori tertentu. Pada penelitian kali ini, penulis akan
menyederhanakan dan mengedit data yang dari lapangan tersebut dan disusun serta
diinterpretasikan secara kualitatif. Pada bagian akhir dari analisis data adalah penegasan
kesimpulan dan pemberian saran.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Kabupaten Bireuen adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Kabupaten ini
menjadi wilayah otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
Utara. Kabupaten ini terkenal dengan julukan kota juangnya, dan sempat menjadi salah satu
basis utama Gerakan Aceh Merdeka. Semenjak diberlakukannya darurat militer sejak bulan
Mei 2003, situasi di kabupaten ini berangsur-angsur mulai kembali normal meski belum
sepenuhnya. Adapun mengenai Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang, Bireuen pernah

menjadi ibukota RI yang ketiga selama seminggu, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan
penjajah dalam agresi Belanda. Meuligoe atau kantor Bupati Bireuen yang sekarang ini
pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno. Selain dikenal sebagai tempat yang
bersejarah, Kabupaten Bireuen juga terkenal dengan makanan khasnya berupa emping
melinjo dan keripik pisang.
Kecamatan Kota Juang adalah salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabaupaten
Bireuen yang mempunyai luas wilayah sekitar 16,91 km2. Kecamatan ini merupakan wilayah
pusat kota yang ada di Kabupaten Bireuen, dan tempat di mana mayoritas etnis pendatang
berada. Adapun etnis yang berada di Kecamatan Kota Juang adalah Aceh, Jawa, Gayo,
Padang, Batak, India dan Cina. Saat ini etnis tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat
Bireuen, walaupun mereka merupakan etnis pendatang. Namun Bireuen sudah menjadi tanah
kelahiran mereka juga, maka dari itu tidak ada yang menyangkut perbedaan diantara etnis
yang berada di Kabupaten Bireuen khususnya Kecamatan Kota Juang. Hidup berdampingan
dengan etnis lain merupakan hal yang biasa di Kecamatan Kota Juang, termasuk dalam
perbedaan keyakinan. Dan Kecamatan Kota Juang sendiri memiliki 24 kelurahan antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Meunasah Blang


13. Gampong Baro

2. Meunasah Capa

14. Geudong Alue

3. Meunasah Dayah

15. Geudong geudong

4. Meunasah Reuleut

16. Geulanggang Baro

5. Meunasah Teungku

17. Geulanggang Gampong

6. Digadong


18. Geulanggang Kulam

7. Blang Reulieng

19. Geulanggang Teungoh

8. Blang Tingkeum

20. Kota Bieruen

9. Buket Teukueh

21. Lhok Awe Teungoh

10. Cot Gapu

22. Pulo Ara Geudong Teungoh

11. Cot Jrat


23. Pulo Kiton

12. Cot Peutek

24. Uteun Reutoh

Dikarenakan lokasinya yang strategis, Kecamatan Kota Juang menjadi tempat bagi
pendatang di Bireuen sehingga terdapat berbagai jenis etnis yang saling berinteraksi. Salah
satunya adalah etnis Cina yang merupakan etnis pedagang dan tinggal di pusat kota. Hal ini
memungkinkan adanya interaksi antara masyarakat lokal dan pendatang di Kota Juang
sehingga membuat peneliti tertarik untuk memilih Kota Juang sebagai tempat penelitian.
Berikut merupakan jumlah penduduk di Kecamatan Kota Juang kabupaten bireuen,
dilihat pada Tabel No.1
Tabel No.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Jumlah Penduduk
No

Kelurahan


Tahun 2015

1

Cot Peutek

370 Jiwa

2

Cot Jrat

382 Jiwa

Universitas Sumatera Utara

3

Uteuen Reutoh


402 Jiwa

4

Buket Teukuh

938 Jiwa

5

Blang Reuling

463 Jiwa

6

Blang Tingkeum

606 Jiwa


7

Geulanggang Gampaong

3.690 Jiwa

8

Pulo Ara Gd. Teungoh

3.789 Jiwa

9

Bir. Mns Capa

3.522 Jiwa

10

Bir. Mns. Tgk. Digadong

2.206 Jiwa

11

Bir. Mns. Dayah

3.668 Jiwa

12

Bir. Mns. Blang

3.065 Jiwa

13

Bir. Mns. Reuleut

3.146 Jiwa

14

Bandar Bireuen

3.690 Jiwa

15

Pulo Kiton

2.485 Jiwa

16

Lhok Awe Teungoh

1.788 Jiwa

17

Geudong Alue

1.471 Jiwa

18

Geudong Geudong

4.262 Jiwa

19

Geulanggang Teungoh

4.040 Jiwa

20

Gelanggang Baro

1.157 Jiwa

21

Geulanggang Kulam

1.525 Jiwa

22

Cot Gapu

1.506 Jiwa

23

Gampong Baro

1.578 Jiwa

Total

49.758 Jiwa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bireuen
Dari Tabel No. 1 terlihat bahwa Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen memiliki jumlah
Penduduk mencapai 49.758 Jiwa.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Gambaran Penduduk Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Kecamatan Kota Juang merupakan jalan lintas antara sumatera dan wilayah dataran
tinggi Gayo (Takengon), dan beberapa dari penduduknya kebanyakan berdagang.
Berikut merupakan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, dilihat pada
Tabel No. 2
Tabel No.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Jenis Mata Pencarian

Jumlah

Petani

1734

Nelayan

9

Pedagang

2580

Industri Rumah Tangga

391

PNS

1912

Buruh/Pegawai Swasta

2096

Lainnya

1943

Sumber data : Sekretaris Desa
Pada tabel No.2 terlihat bahwa rata-rata masyarakat Kecamatan Kota Juang bermata
pencarian sebagai Pedagang dengan jumlah sebesar 2580 jiwa. Hal ini terlihat karena letak
geografis Kecamatan Kota Juang sangat strategis bagi masyarakatnya yang bekerja di
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
4.1.3. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen
A. Sarana Ibadah
Sarana Ibadah merupakan tempat yang telah disediakan oleh pihak pemerintahan di
daerah Kecamatan Kota Juang sebagai penunjang aktivitas keagamaan masyarakat sekitar.
Selain itu juga, sarana ibadah dapat digunakan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial dan

Universitas Sumatera Utara

tempat bertemunya warga sekitar Kecamatan Kota Juang khususnya yang memeluk agama
Islam.
Sarana Ibadah di Kecamatan Kota Juang sangat lengkap dan mewakili masing-masing
agama yang dianut masyarakat sekitar. Terdapat mesjid dan surau/meunasah sebagai tempat
beribadah bagi pemeluk agama Islam sebagai masyarakat mayoritas. Terdapat juga gereja
sebagai tempat ibadah agama Kristen dan sekaligus di dalamnya terdapat kuil sebagai tempat
beribadah agama Budha.
Berikut merupakan Sarana Ibadah yang terdapat di Kecamatan Kota Juang yang dapat
dilihat pada Tabel No. 3
Tabel No.3
Sarana Ibadah di Kecamatan Kota Juang
No

Sarana Ibadah

Jumlah

1

Mesjid

9

2

Surau

27

3

Gereja

1

4

Vihara

1

Total

38

Sumber data : Sekretaris Desa
B. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan merupakan upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan bagi masyarakat di Kecamatan Kota Juang yang memerlukan periksaan,
pengobatan/perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Selain tempat untuk perawatan
orang sakit dan gangguan kesehatan lainnya, sarana kesehatan juga digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial seperti donor darah, check up gratis, pemeriksaan
secara gratis, dan masih banyak lagi kegiatan yang bersifat sosial lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Puskesmas merupakan unit fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan mudah dijangkau oleh masyarakat
Kecamatan Kota Juang. Sebagai unit yang kecil puskesmas dapat menjadi tempat perawatan
yang cepat bagi masyarakat, untuk itu puskesmas ini berada di tengah-tengah wilayah
Kecamatan Kota Juang.
Selain puskesmas sarana kesehatan lainnya yaitu adanya rumah sakit yang dibangun
tepat di Kecamatan Kota Juang, di mana rumah sakit ini dapat membantu dan menyediakan
alat-alat medis yang tidak ada di puskesmas. Selain itu juga terdapat klinik yang menjual
obat-obatan dan dapat menanggulangi penyakit ringan yang dialami oleh masyarakat
Kecamatan Kota Juang dengan cepat khususnya bagi anak-anak. Dengan adanya sarana
prasarana kesehatan ini masyarakat akan mudah untuk mendapatkan pertolongan dalam
masalah kesehatan.
Berikut merupakan sarana kesehatan di Kecamatan Kota Juang, dilihat dari Tabel
No.4
Tabel No.4
Sarana Kesehatan di Kecamatan Kota Juang
No

Sarana Kesehatan

Jumlah

1

Rumah Sakit

4

2

Puskesmas/Pustu

2

3

Klinik/Dokter Praktek

19

4

Polindes

7

Total

32

Sumber data : Koordinator Statistik Kecamatan Kota Juang

Universitas Sumatera Utara

C. Sarana Pendidikan
Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan namun juga sebagai upaya
untuk membentuk karakter dan menumbuhkan sifat sosial.
Sarana pendidikan yang dibangun di wilayah Kecamatan Kota Juang bertujuan untuk
memudahkan masyarakatnya untuk mendapatkan pendidikan atau pembelajaran yang mereka
tidak dapatkan di rumah. Seperti halnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang
merupakan langkah awal bagi anak-anak di Kecamatan Kota Juang untuk mengenal dunia
pendidikan. Mengenal teman-teman baru di tempat belajar dapat membantu anak tersebut
memiliki sikap mudah untuk bersosialisasi, faktor eksternal atau lingkungan ini dapat
memberikan dampak positif bagi seorang anak. Selain PAUD, ada juga TK (Taman Kanakkanak) dan tingkatan lainnya seperti SD, SMP, serta SMU yang tersedia bagi anak-anak di
Kecamatan Kota Juang. Sarana pendidikan ini ditempatkan di wilayah Kecamatan Kota
Juang agar masyarakat sekitar mudah untuk memperoleh pendidikan dan sebagai bentuk
perwujudan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi siapa saja.
Berikut merupakan sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Kota Juang, dilihat
pada Tabel No. 5 (Sumber data : Sekretaris Desa)

Universitas Sumatera Utara

Tabel No.5
Sarana Pendidikan di Kecamatan Kota Juang
No

Sarana Pendidikan

Jumlah

1

SD/MI

24

2

SMP/MTS

8

3

SMU/MA

5

4

Perguruan Tinggi Non Agama

1

Total

38

D. Sarana Olahraga
Sarana olahraga merupakan tempat untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani dan
rohani. Aktivitas-aktivitas dalam olahraga berguna untuk melatih fisik serta psikis yang
bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan seseorang. Walaupun fasilitas untuk
tempat berolahraga di Kecamatan Kota Juang kurang lengkap, namun lapangan atau fasilitas
yang ada dapat dimanfaatkan masyarakat dalam berolahraga untuk menjaga dan menigkatkan
kesehatan masyarakat di Kecamatan Kota Juang.
Selain itu, lapangan olahraga juga dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan acara
besar seperti perlombaan dalam memperingati Hari Kemerdekaan 17 agustus atau acara
momentum lainnya. Adanya sarana olahraga tersebut dapat bermanfaat untuk mempererat
silaturahmi solidaritas berbagai etnis masyarakat di Kecamatan Kota Juang.
Berikut merupakan sarana olahraga yang terdapat di Kecamatan Kota Juang, dilhat
pada Tabel No. 6

Universitas Sumatera Utara

Sarana Olahraga yang terdapat di Kecamatan Kota Juang (Tabel No.6)
No

Sarana Olahraga

Jumlah

1

Sepak Bola

29

2

Bola volly

19

3

Bela Diri

4

4

Bulu Tangkis

14

5

Sepak Takrow

2

Total

68

Sumber data : Sekretaris Desa
4.2. Karakteristik Informan
Informan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian dan merupakan salah
satu kunci bagi peniliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Karakteristik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian. Adapun
karakteristik tersebut terbagi atas etnis, lama tinggal, umur, pekerjaan dan agama di
Kecamatan Kota Juang. Untuk lebih jelas maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik
informan sebagai berikut:
4.2.1. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur (Tabel No. 7)
NO

Kategori Umur

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

25-35 Tahun

8

66,7%

2

>36 Tahun

4

33,3%

Total

12

100%

Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel No. 7 memperlihatkan bahwa data informan penelitian
berdasarkan umur terdapat 8 orang (66,7%) adalah informan yang berumur 25-35 tahun dan 4
orang (33,3%) adalah informan yang berumur diatas 36 tahun.
4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
Tabel No. 8
Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
No

Kategori Agama

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

Islam

8

66,7

2

Budha

3

25

3

Kristen

1

8,3

Total

12

100%

Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel No. 8 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan
agama terdapat 8 orang (66,7%) beragama Islam, 3 orang (25%) beragama Budha, 1 orang
(8,3%) beragama Kristen.
4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis
Tabel No. 9
Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis
NO

Kategori Etnis

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

Aceh

7

58,3

2

Cina

5

41,7

Total

12

100%

Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel No. 9 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan
Etnis terdapat 7 orang Etnis Aceh (58,3%) dan 5 orang Etnis Cina (41,7%).

Universitas Sumatera Utara

4.3. Profil Informan Masyarakat Kecamatan Kota Juang
1. Informan Pertama
Nama

: Joki Zulfik

Umur

: 25

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh/Pegawai Swasta

Alamat

: Geudong Teungoh Lorong Musala

Joki merupakan warga di Kecamatan Kota Juang, tepatnya berada di Geudong
Teungoh dan Kecamatan Kota Juang tersebut adalah tanah kelahirannya. Beliau merupakan
alumnus Universitas Medan Area yang saat ini bekerja sebagai Buruh/Pegawai swasta di
Bireuen. Saat beliau menduduki sekolah SMP dan SMA, berteman dengan lain etnis
merupakan hal yang biasa baginya. Karena sejak kecil, teman berinteraksinya tidak hanya
berasal dari etnisnya sendiri namun juga dari Etnis pendatang seperti Etnis Cina, Batak dan
Jawa.
Setelah menyelesaikan studinya di Universitas, beliau kemudian kembali ke Kota
Juang. Setelah kembali, beliau menganggap bahwa perilaku sosial yang ada di masyarakat
Bireuen masih sama seperti biasanya disaat dia meninggalkan kampung halaman untuk
melanjutkan studinya ke luar kota. Meskipun terdapat sedikit perubahan yang ditemui seperti
warung kopi yang kini sudah semakin modern dan tidak hanya diperuntukkan untuk kalangan
orang tua saja. Warung kopi menjadi salah satu tempat untuk berinteraksi bagi berbagai etnis
yang terdapat di Kota Juang. Ia memiliki banyak teman dari berbagai etnis salah satunya
adalah etnis Cina. Kedekatan ini menjadikan Joki leluasa untuk bermain bersama temannya
yang berasal dari etnis Cina. Kebiasaan yang dilakukannya pada masa kecil adalah bermain

Universitas Sumatera Utara

bola di tanah lapang tepat di belakang rumahnya dengan teman-temannya yang lain dari Etnis
Cina, Batak, Jawa dan sebagainya.
2. Informan ke dua
Nama

: Pak Agus

Umur

: 34 Tahun

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Dosen

Alamat

: Gampong Baro

Bapak Agus merupakan warga Gampong Baro yang berumur 34 Tahun, dan
Gampong Baro Kecamatan Kota Juang adalah tanah kelahirannya. Beliau merupakan dosen
salah satu universitas swasta yang terdapat di Kabupaten Bireuen dan terlibat aktif dalam
beberapa kegiatan masyarakat yang ada di Kelurahan Gampong Baro. Salah satunya adalah
dengan mengikuti perwiritan yang diadakan setiap malam Jumat. Beliau adalah alumnus
Universitas Sumatera Utara Jurusan Pertanian. Pak Agus lebih dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan Pak Dosen.
Sejak lahir dan tinggal di Kecamatan Kota Juang, Pak Agus sudah berteman dengan
berbagai etnis lain yang ada di Kelurahan Gampong Baro. Meskipun Pak Agus memiliki latar
belakang keluarga yang taat agama, beliau tidak memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan
etnis dan agama yang berbeda. Seperti etnis Cina yang mayoritas beragama Kristen atau
menganut Budha.
Pak Agus dikenal baik oleh masyarakat sekitar, hal ini dikarenakan ia sering
mengunjungi salah satu kedai kopi yang terdapat di Kecamatan Kota Juang sehingga dapat
berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Universitas Sumatera Utara

3. Informan Ketiga
Nama

: Ibu Dar

Umur

: 40 Tahun

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Geudong Alue

Ibu Dar merupakan penduduk asli Geudong Alue Kecamatan Kota Juang berumur 40
tahun dan bekerja sebagai PNS di Kantor Camat Kota Juang. Profesinya ini menjadikannya
dikenal oleh masyarakat. Selain itu, beliau juga aktif mengikuti kegiatan seperti perwiritan
untuk ibu-ibu yang selalu diadakan pada Jumat sore. Peserta perwiritan tersebut tidak hanya
berisikan perempuan etnis Aceh yang beragama Islam namun juga berasal dari etnis lain
seperti Batak, Jawa, Padang dan bahkan Cina.
Lingkungan tempat tinggal Ibu Dar tidak hanya berisikan etnis Aceh namun juga
terdapat Etnis Cina. Dalam aktivitas sehari-harinya, mereka berkomunikasi dengan baik tidak
hanya sekadar bertegur sapa namun juga bergosip. Walaupu Bu Dar merupakan Etnis asli
Aceh, Bu Dar tidak pernah menunjukkan rasa tidak suka terhadap etnis lain seperti Etnis
Cina. Mereka selalu berbaur dan saling mendukung satu sama lain, bahkan tetangganya Etnis
Cina selalu membantu apabila beliau mengadakan acara di rumah dan begitu juga sebaliknya.
4. Informan Ke empat
Nama

: Nita

Umur

: 27 Tahun

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh/Pegawai Swasta

Universitas Sumatera Utara

Alamat

: Kota Bireuen

Nita merupakan penduduk Kota Bireuen yang berumur 27 tahun. Ia bekerja sebagai
pegawai swasta yang ada di Kota Bireuen dan aktif dalam kegiatan seperti donor darah di
beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Kota Juang.
Sejak kecil ia sudah berinteraksi dengan Etnis Cina yang menjadi teman sekolahnya
saat di Kecamatan Kota Juang. Ia memiliki sahabat yang berasal dari etnis Cina meskipun
saat ini ia mengaku sudah jarang berkomunikasi dengan sahabatnya tersebut dikarenakan
sudah menetap di luar kota. Sehari-harinya Nita berinteraksi dengan etnis lain di warung
kopi, tempat berbagai anak muda dari beragam etnis menghabiskan waktu. Nita tidak
memiliki masalah dengan etnis mana pun yang ada di Kecamatan Kota Juang, dan sudah
dikenal ramah di kalangan anak muda yang berada di lingkungannya. Sifatnya yang mudah
bersosialisasi menjadikannya berteman dengan etnis pendatang yang ada di sekitarnya.
Meskipun Nita sempat meninggalkan kampung halaman ketika menempuh
pendidikan di Universitas, ia tidak merasa asing saat kembali. Itu semua berkat sikap terbuka
yang dimilikinya sehingga ia sangat dikenal oleh anak muda sekitar.
5. Informan Ke lima
Nama

: Kak Rina

Umur

: 30 Tahun

Suku

: Cina

Agama

: Budha

Pekerjaan

: Dokter

Alamat

: Jl. Yoesoef Bahrun Kota Bireuen

Kak Rina merupakan anak dari pedagang Mie Pangsit Apilin yang terkenal di
Kecamatan Kota Juang. Ia berumur 30 tahun dan berprofesi sebagai dokter di sebuah rumah

Universitas Sumatera Utara

sakit umum di Kecamatan Kota Juang. Bireuen tempat kelahirannya, sejak kecil ia tinggal di
Bireuen dikarenakan ayahnya adalah pedagang dan memutuskan untuk merantau ke Bireuen.
Saat konflik terjadi antara Gam (Gerakan Aceh Merdeka) dengan TNI di Bireuen,
banyak Etnis Cina yang pergi ke luar kota untuk mencari tempat aman namun keluarga
mereka memilih untuk tetap tinggal di Bireuen. Bagi Kak Rina, Bireuen adalah tanah
kelahirannya dan memiliki kenangan masa kecilnya. Ia berteman baik dengan masyarakat
Bireuen lainnya. Sebagai seoarang dokter, tentu ia juga merawat pasien yang merupakan
korban konflik antara GAM dan TNI di Kabupaten Bireuen. Termasuk porsonil TNI yang
tertembak oleh Kombantan Gerakan Aceh Merdeka. Pada saat itu dia juga merupakan dokter
satu-satunya yang ada di Rumah Sakit Umum yang menetap di Bireuen saat konflik terjadi
ditemani beberapa perawat yang menjadi temannya di rumah sakit tersebut.
Proses interaksi yang dijalaninnya dengan etnis lokal berjalan dengan baik, ia tidak
memiliki kesulitan dikarenakan masyarakat Bireuen khususnya di Kecamatan Kota Juang
sangat menghargai etnis lain yang menetap di sini. Kak Rina merasa nyaman tinggal di
Bireuen, hal ini menjadikannya memilih kembali ke Bireuen setelah menempuh pendidikan
dokternya untuk mengabdi kepada masyarakat Kota Juang. Meskipun minoritas, ia aktif
berpartisipasi dalam acara gotong royong di Kota Juang.
6. Informan Keenam
Nama

: Danil

Umur

: 28

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh/Pegawai Swasta

Alamat

: Lhok Awe Teungoh

Universitas Sumatera Utara

Danil adalah seorang penduduk di Kelurahan Lhok Awe Teungoh yang berumur 28
tahun. Di lingkungan tempat ia tinggal terdapat Etnis Cina yang beragama Kristen, proses
interaksi antara Danil dan etnis Cina tersebut sering terjadi sehingga sudah terjalin keakraban
di antara mereka.
Sebagai seorang anak muda, tidak heran apabila Danil biasa menghabiskan waktu
untuk duduk di warung kopi di dekat rumahnya untuk menikmati kopi dan berinteraksi
dengan berbagai etnis yang ada di Lhok Awe Teungoh. Tidak terlihat perbedaan dalam
interaksi tersebut dikarenakan bahasa yang digunakan adalah bahasa Aceh, meskipun masih
terdapat dialek khas dari Etnis Cina. Sebagai penduduk lokal Danil tidak pernah menutup diri
untuk beradaptasi dengan etnis lain yang ada di Kelurahan Lhok Awe. Ia dikenal ramah dan
suka membantu masyarakat setempat dan begitu juga sebaliknya.
7. Informan Ketujuh
Nama

: Ibu Kusuma

Umur

: 35 Tahun

Suku

: Cina

Agama

: Budha

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Kota Bireuen

Ibu Kusuma merupakan Etnis Cina dan dari kecil sudah tingggal di Kota Bireuen
hingga kini beliau berumur 35 tahun. Ia memiliki usaha fotokopi yang berada tepat di tengah
Kota Bireuen Kecamatan Kota Juang, di tokonya ia memiliki 2 karyawan Etnis Aceh.
Hubungan beliau dengan karyawannya terjalin dengan harmonis, mereka tidak sungkan untuk
berbicara bahkan sesekali bergosip. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Aceh, tidak
hanya sama karyawan saja namun kepada pembeli juga mengunakan bahasa Aceh.

Universitas Sumatera Utara

Keseharian Bu Kusuma hanyalah menjaga usaha fotokopinya, namun hal tersebut
tidak mengurangi intensitasnya untuk berinterkasi dengan etnis lain yang ada di Kota
Bireuen. Beliau juga ikut berpartisipasi apabila diadakan acara besar seperti perayaan 17
Agustus, ia membantu memeriahkan acara dan turut melibatkan anak-anak dalam mengikuti
perlombaan yang diselenggarakan oleh panitia.
8. Informan Kedelapan
Nama

: Pak Adnan

Umur

: 48 Tahun

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Geucik/Lurah Kota Bireuen

Alamat

: Jl. Bakti Kota Bireuen

Pak Adnan merupakan warga asli Kelurahan Kota Bireuen dan sekarang menjabat
sebagai Kepala Geucik/Lurah di Kelurahan Kota Bireuen, beliau berumur 48 tahun. Kota
Bireuen merupakan tanah kelhirannya, sejak kecil beliau sudah berinteraksi dengan berbagai
etnis yang berada di Kecamatan Kota Juang.
Sebagai lurah, beliau banyak dikenal oleh masyarakat sekitar. Keseharian Pak Adnan
selalu disibukkan perihal kegiatan yang melibatkan masyarakat kelurahan Kota Juang, dan di
sinilah beliau banyak berinteraksi dengan Etnis lain selain Aceh. Beliau sangat melindungi
masyarakat Kelurahan Kota Juang, tanpa membeda-bedakan Etnis lokal maupun pendatang,
beliau menganggapkan mereka semua adalah sama karena mereka juga bagian dari
masyarakat Kelurahan Kota Juang. Saat terjadi konflik di aceh, apabila masyarakat lokal
yang berstatus sebagai Kombantan Gerakan Aceh Merdeka untuk mengusir Etnis Cina untuk
pergi, Pak Adnan melindungi mereka sehingga pengusiran tersebut tidak terjadi. Menurutnya,
isu yang menghebohkan publik selama ini mengenai Etnis Cina hanya terjadi di luar Kota

Universitas Sumatera Utara

Bireuen saja. Masyarakat Bireuen tetap menganggap Etnis Cina sebagai bagian dari mereka,
maka dari itu masyarakat bireuen khususnya Pak Adanan sebagai Lurah tidak pernah
terpengaruh oleh isu tersebut. Pak Adnan terkenal ramah di kalangan masyarakat Bireuen
baik dari etnis lokal maupun etnis Cina yang berada di Kecamatan Kota Juang khususnya di
Kelurahan Kota Bireuen.
9. Informan Kesembilan
Nama

: Pak Herman

Umur

: 40 Tahun

Suku

: Cina

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Dokter

Alamat

: Kota Bireuen

Pak Herman merupakan warga Kelurahan Kota Bireuen dan bekerja sebagai dokter
paktek dan membuka sebuah klinik, ia kini berumur 40 tahun. Beliau merupakan asli
penduduk Kota Medan. Ia bertugas di Bireuen di Kecamatan Kota juang pada umur 30 tahun
dan tertarik kepada gadis Etnis Aceh Bireuen kemudian beliau menikahinya. Sebelum
menikah, beliau memutuskan untuk menjadi mualaf dan memilih untuk menetap di Bireuen.
Proses interaksi beliau dengan masyarakat lokal sama sekali tidak terasa sulit untuk
dilakukan, karena masyarakat Bireuen sangat terbuka dan menghargai etnis pendatang.
Keseharian beliau saat ini selain bekerja sebagai dokter, sebagai mualaf ia juga belajar
mendalami ilmu Agama Islam. Sebagai Etnis yang minoritas beliau mencoba beradaptasi
dengan berinteraksi dengan etnis lokal demi menjalin hubungan baik. Selama di Bireuen
beliau banyak belajar agama dan bahasa setempat.

Universitas Sumatera Utara

Pak Herman juga banyak dikenal oleh masyarakat setempat, karena beliau mualaf dan
juga tempat prakteknya banyak didatangi masyarakat Aceh untuk berobat. Selain mudah
ditemui, beliau juga menjual obat herbal di kliniknya.
10. Informan Kesepuluh
Nama

: Ibu Hasridar

Umur

: 56

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Geudong Teungoh lorong meunasah

Ibu Hasridar merupakan penduduk asli Kecamatan Kota Juang dan bersuku Aceh.
Pekerjaan beliau sebagai Ibu Rumah Tangga dan aktif dalam perwiritan yang diadakan oleh
ibu-ibu Geudong teungoh. Perwiritan salah satu wadah untuk ia berinteraksi dengan sesama
Etnis dan begitu juga dengan diluar Etnis Aceh seperti Padang, Hindia dan Melayu.
Ia sering berinteraksi dengan Etnis Cina yang berada di depan rumahnya, ia mengakui
sering bergosip dengan temannya yang Etnis Cina. Selama beliau bertetangga dengan Etnis
Cina tersebut tidak ada rasa sulit untuk berinteraksi, mereka saling bertukar pikiran apabila
dalam kondisi kesulitan dan saling membantu satu sama lain.
11. Informan Kesebelas
Nama

: Hendri tandi utama

Umur

: 25 Tahun

Suku

: Cina

Agama

: Budha

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Kota Bireuen

Universitas Sumatera Utara

Hendri sudah menetap lama di Kota Bireuen dan mempunyai mata pencaharian
sebagai pedagang, beliau berumur 25 tahun. Selama menetap di Bireuen beliau merasa
nyaman karena masyarakatnya terbuka dan menghargai perbedaan. Saat beliau berinteraksi
dengan Etnis Aceh sebagai penduduk lokal, Hendri tidak pernah merasakan kesulitan.
Dalam kesehariannya mengurus dagangan, Hendri sering berkumpul dengan
temannya yang mempunyai perbedaan Etnis dengannya. Hendri tidak pernah melarang
siapapun untuk datang ke tempat kerjanya baik untuk bercerita ataupun meminta tolong
kepadanya. Sebagai pedagang Hendri banyak bertemu dengan Etnis lain dan kebanyakan di
antara mereka Etnis Aceh yang datang ke tempanya untuk membeli barang dagangannya.
12. Informan Keduabelas
Nama

: Anthony

Umur

: 27 Tahun

Suku

: Cina

Agama

: Kristen

Pekerjaan

: Toko Obat/ Apotik

Alamat

: Kota Bireuen

Anthony merupakan warga di Kecamatan Kota Juang kelurahan Kota Bireuen. Beliau
saat ini berumur 27 tahun dan sudah sejak awal tinggal di Kota Bireuen. Interaksi dengan
Etnis Aceh sudah lumrah karena dari sejak kecil beliau sudah tinggal di Kota Bireuen, ia
sudah sangat lancar dalam menggunakan bahasa Aceh. Meskipun dengan sesama Etnisnya ia
tetap mengunakan bahasa Cina.
Mempunyai apotik untuk orang berobat pekerjaan ini juga sekaligus meneruskan
usaha ayahnya, di mana tempat ia bekerja tersebut bisa menjadi wadah beliau untuk
berinteraksi dengan Etnis lain. Sebagai penduduk pendatang dan minoritas, beliau tidak
pernah merasa asing di tengah Etnis Aceh sebagai penduduk mayoritas. Karena hubungannya

Universitas Sumatera Utara

dengan Etnis Aceh sudah terjalin dari sejak beliau kecil di Kota Bireuen, ia juga menempuh
pendidikannya di salah satu sekolah Negeri yang ada di Kecamatan Kota Juang. dan
kebanyakan teman kecil beliau berasal dari Etnis Aceh.
4.4. Bentuk Interaksi Pada Etnis Cina dan Etnis Aceh di Kecamatan Kota Juang
4.4.1. Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Kecamatan Kota Juang
Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan adanya kontak
langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan percakapan antara 2 orang atau
lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara seperti halnya bertegur sapa dengan tetangga.
Seperti yang dilakukan oleh Ibu Hasridar yaitu :
“...kalau ngobrol seringlah saya lakukan, apalagi dengan tetangga yang di
depan rumah saya udah gitu Ibu itu Etnis Cina lagi. Kadang saya ke rumahnya, tapi
dia sih paling sering ke rumah saya. Kalau udah duduk-duduk sesama ibu-ibu
semuanya di diceritain...( Hasil wawancara, 18/02/2017)”
Sama halnya yang dikatakan oleh Nita, Yaitu :
“...sebenarnya saya agak jarang kalau berinteraksi dengan tetangga, malah
lebih sering sama teman-teman kerja. Karena kerjanya dari pagi sampai sore, tapi
kalau pulang kerjalah saya ketemu sama tetangga. Itupun kadang-kadang saya
ngajak tetangga saya duduk warung kopi, disitulah kami sering ngobrol. Tapi ada
juga teman-teman lain yang datang kayak teman sekolah....” ( Hasil wawancara,
20/02/2017)
Dan juga yang dikatakan oleh Joki, yaitu :
“...aku suka sarapan pagi di tempat apilin, ibu itu orang Cina. Sarapannya Mie
Pangsit kebetulan aku sering makan di situ sebelum berangkat kerja. Disitulah aku
berinteraksi dengan yang punya, karena udah sering makan situ makanya kami
sering ngobrol juga. Enak kali mie pangsitnya, kau coba jugalah makan disitu...”
(Hasil wawancara, 20/02/2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa, tanpa disadari oleh warga di
Kecamatan Kota Juang mereka melakukan proses dari interaksi sosial berupa kontak dan
adanya komunikasi dengan tetangganya. Melalui percakapan yang diawali dengan bertegur
sapa dan kemudian menanyakan kabar serta sesuatu hal terkait keadaan yang ada di tempat
tinggal mereka. Dalam berinteraksi mereka sama sekali tidak memili-milih dengan siapa

Universitas Sumatera Utara

mereka akan berkomunikasi walaupun Etnis yang berbeda asalkan ada rasa kenyamanan
diantara mereka.
4.4.2. Interaksi Sosial Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat Kecamatan Kota
Juang
Interaksi sosial secara tidak langsung adalah dengan adanya menggunakan alat bantu
sebagai perantara seperti halnya melalui telfon, surat ataupun alat bantu lainya. Interaksi
sosial secara tidak langsung ini juga terdapat kontak ataupun komunikasi sebagai syarat
terjadinya interaksi, hanya saja dilakukan dengan menggunakan sarana komunikasi sarana
komunikasi. Seperti halnya akan di adakan kegiatan perwiritan rutin maka penggurus mesjid
maupun meunasah akan memberitahukan kepada warga sekitar jadwal giliran akan
mengadakan perwiritan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pak Agus:
“...dari dulu biasanya, kalau mau kasih pengumuman kepada warga setempat
untuk jadwal perwiritan. Itu hanya cukup dengan ditulis di papan tulis mesjid atau
meunasah saja, nanti warga melihat ketika mereka shalat berjamaah di mesjid...”
(Hasil wawancara tanggal, 10/04/2017)
Selain kegiatan perwiritan, saat ada salah satu warga yang sedang kemalangan juga
akan diumumkan atau diberitahukan melalui alat bantu berkomunikasi seperti pengeras suara
yang berada di mesjid.
Seperti yang dikatakan oleh Danil:
”... setiap warga yang ketimpa musibah khususnya kemalangan kita dari
keluarga korban melalui penggurus mesjid akan mengumumkannya. Lagian kalau
melalui mesjid kan langsung didengar oleh warga sekitar dan lebih mudah juga...”
(Hasil Wawancara, 7/04/2017)
Selain itu juga, setiap lurah akan memeberitukan kepada masyarakat melaui media
perantara seperti halnya menuliskan bentuk penggumuman di mading kantor Lurah yang
memberitahukan tentang kegiatan yang akan dilaksakan oleh kelurahan. Seperti kegiatan
bergotong royong di setiap bulannya.

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang dikatakan oleh Pak Adnan:
“...sebagai lurah, saya sering memberitahukan masyarakat setempat untuk
mengajak bergotong royong. Biasanya melalui papan tulis atau mading yang ada di
depan lurah, dan melalui alat pengeras suara yang ada di meunasah...” ( Hasil
wawancara, 12/04/2017)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dengan adanya alat bantu
berkomunikasi, maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk berinterkasi. Dengan
demikian, informasi-informasi penting dapat sampai ke masyarakat baik kelurahan maupun
tingkat kecamatan Kota Juang dengan cepat.
4.4.3. Interaksi Antar Sesama Etnis
Etnis merupakan sekelompok individu dalam masyarakat yang memiliki kesamaan
ras, adat, bahasa, keturunan, dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki
keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan suatu sistem budaya dan mereka terikat di
dalamnya. Melalui interaksi akan tercipta suatu hubungan yang akan membentuk suatu
kelompok sosial, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama.
Adapun persyaratan untuk membentuk suatu kelompok dalam masyarakat adalah :
1. Adanya dorongan atau motif yang sama pada setiap individu, sehingga terjadi
interaksi sosial dan memiliki tujuan bersama.
2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan yang
lain, akibat terjadinya interaksi sosial.
3. Adanya pembentukan dan penegasan stuktur kelompok yang jelas.
4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok.
Dari kesadaran untuk membentuk suatu kelompok sosial dalam hal ini adalah Etnis,
maka setiap Etnis mempunyai kelompok sosialnya masing-masing dengan berbagai aturanaturan yang mengikat berupa nilai dan norma serta adat istiadat. Seperti yang dikatankan kak
Rina:

Universitas Sumatera Utara

“...kalau saya berinteraksi dengan sesama etnis saya, saya keseringan mengunakan
bahasa etnis saya walaupun terkadang mengunakan bahasa Indonesia. Tapi mau
gimana pun namanya juga sesama etnis, pasti keseringan menggunakan bahasa etnis
kita punya...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/03/2017)
Kesamaan suku atau etnis didalam masyarakat, membuat mereka semakin dekat
dengan sesama Etnis dan terasa asing apabila mengunakan bahasa lain dalam berinteraksi
dengan sesama Etnis. Penyebab demikian adalah karena mereka sudah terbiasa dengan etnis
mereka sendiri dalam berinteraksi, bukan hanya Etnis Cina saja, tapi beberapa etnis lain juga
demikian. Seperti yang dikatakan Anthony, yaitu :
“...begitula namanya juga satu suku, kan lebih akrab mengunakan bahasa
sendiri dalam berkomunikasi. Suku lain juga begitu yang ada disini, mereka
mengunaka bahasa mereka sendiri apabila berkomunikasi dengan yang satu suku
sama mereka...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/03/2017)
Hal ini juga sama dengan yang dikatakan Hendri, yaitu:
“...kalau satu suku agak asing rasanya apabila berbicara mengunakan bahasa
lain. Makanya saya kalau udah ketemu dengan etnis yang sama dengan saya, saya
selalu berbahasa etnis saya. Kecuali dengan etnis aceh, kadang saya mengunakan
bahasa indonesia terkadang juga mengunakan bahasa aceh...” ( Hasil wawancara
tanggal, 12/03/2017)
Kebiasaan berinteraksi dengan satu suku membuat masing-masing Etnis terbiasa
dengan sukunya sendiri, sehingga dalam berinteraksi mereka mengunaka bahasa mereka
sendiri. Begitu juga dengan Etnis lain yang ada di Kecamatan Kota Juang. Seperti yang
dikatakan oleh Bu Dar, yaitu:
“...saya kalau ngobrol dengan sesama etnis, saya selalu mengunakan bahasa
daerah saya Aceh. kecuali saya berada dikantor, disitu saya baru mengunakan
bahasa Indonesia...” (Hasil wawancara, 10/04/2017)
Dari hasil wawancara diatas terbukti bahwa, masing-masing Etnis masih mengunakan
bahasanya sendiri kecuali mereka sedang berada dalam perihal tugas atau bekerja, dimana
mereka harus mengunakan bahasa Indonesia sebagai warga Negara Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

4.4.4. Interaksi Antar Etnis Yang Berbeda
Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok yang menyuguhkan kepercayaan
subjektif di dalam keturunan karena adanya tipe fisik yang mirip. Status merupakan hal yang
paling sering menjelaskan kelompok Etnis yang membuat orang-orang percaya bahwa
mereka dari kultur dan bahasa. Karakter setiap Etnis yang berbeda-beda akan mewarnai
dinamika interaksi sosial di Kecamatan Kota Juang, berikut adalah karakter Etnis berdasarkan
hasil wawancara kepada masyarakat Kecamatan Kota Juang dilihat pada Tabel No. 10
Tabel No. 10
Karakteristik Etnis
Etnis

Karakter

Aceh

Nada atau logat berbicara masih kental

Cina

Giat dalam bekerja

Dalam suatu kehidupan sosial tentunya ada kelompok-kelompok sosial yang tinggal
dalam satu wilayah seperti yang ada di Kecamatan Kota Juang terdapat masyarakat dengan
beberapa Etnis tinggal di satu wilayah dan hidup berdampingan. Seperti yang dikatakan oleh
ibu Hasridar, yaitu:
“...teman-teman saya disini juga banyak dari etnis lain, kayak yang di depan
rumah saya itu, dia etnis Cina kami sering ngobrol bareng bahkan ke pajak juga
lumayan sering sama. Lagian kalau berteman dengan etnis lain kan tidak
masalah...” ( Hasil wawancara, 10/02/2017)
Sama halnya dengan dikatakan kak Rina, yaitu:
“...banyak juga kawan saya yang beda etnis disini. Kayak misalnya acara 17an kemaren saya ngumpul bareng teman di lapangan sambil lihat perlomboan yang
diadakan oleh panitia. Dan kami berbaur disitu, lagian tidak ada yang
mengharuskan berteman dengan satu etnis...” ( Hasil wawancara, 12/03/2017)
Selain berinteraksi disekitar rumah dan perkumpulan lainnya yang didalamnya terjadi
interaksi terbatas antara anggota dan satu agama. Seperti kedai kopi, pasar tradisional,

Universitas Sumatera Utara

halaman atau teras rumah penduduk dan sebagainya dinilai cukup fungsional dalam menjalin
hubungan antar etnis.
Seperti yang dikatakan oleh Anthony:
“...saya inikan punya apotik atau klinik dan rata-rata pekerjaan saya itu disini,
tapi terkadang saya duduk disebelah toko sambil ngobrol-ngobrol, lagian disebelah
toko itu orang aceh kok. Selain itu, palingan yang datang kemari untuk beli obat
dan sambil cerita juga kadang sama pembeli dan kebanyakan dari mereka etnis
aceh” ( Hasil wawancara, 13/03/2017)
Sama halnya yang dikatakan oleh Hendri, yaitu:
“... saya kalau berinteraksi dengan etnis lain keseringan di warung kopi,
karena kan saya berdagang, ngobrol sama pelanggan cuma sebentar aja itupun soal
barang yang mau dibelinya di toko saya. Kalau di warung kopi saya keseringan
duduk malam hari, sama temen yang ada di Kecamatan Kota Juang...” ( Hasil
wawancara tanggal, 12/02/2017)
Interaksi sosial antar etnis juga menghasilkan sebuah akulturasi serta amalgamasi
dalam masyarakat Kecamatan Kota Juang, seperti yang dikatakan oleh pak Herman, yaitu:
“...saya sendiri menikah dengan gadis aceh yang tinggal di bireuen ini. Pada
waktu itu saja juga tertarik untuk belajar Agama Islam makanya sekarang saya
muallaf, dan tidak ada orang sekitar Bireuen ini melarang saya untuk menikahi
gadis aceh yang menjadi istri saya sekarang...” ( Hasil Wawancara, 14/04/2017)
Sama halnya yang dikatakan oleh pak adnan, yaitu:
“...disini ada orang jawa yang sudah lama tinggal di Kecamatan Kota Juang ini
dan sangat lancar mengunakan bahasa aceh. sekarang beliau mempunyai istri dari
etnis Cina dan istri sudah masuk islam sebelum mereka menikah...” ( hasil
wawancara, 12/04/2017)
Interaksi

yang dilakukan oleh masyarakat

Kecamatan Kota

Juang dapat

mempengaruhi mereka dalam bersikap kepada Etnis yang berbeda. Seperti yang dikatakan
joki, yaitu:
“...orang kita disini udah biasa kumpul dengan etnis lain, kayak di warung
kopi saya sering ketemu dengan orang batak, jawa, padang dan bahkan etnis Cina.
Namanya juga kita hidup bertetangga dan bermasyarakat dengan mereka jadi
wajar-wajar saja saya kira. Tapi mereka yang etnis lain disini, kalau berinteraksi
mengunaka bahasa aceh juga. Jadi udah biasa disini kalau berinteraksi dengan etnis
yang berbeda. Bahkan kadang-kadang saya juga nayain soal budaya mereka, jadi
sedikit tahulah...” ( Hasil wawancara, 11/04/2017 )

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil wawancara memperlihatkan bahwa, masyarakat di Kecamatan Kota Juang
memperlihatkan kenyamanan mereka dalam berinteraksi dengan memiliki Etnis yang
berbeda. Selain mendapatkan teman yang banyak dari proses interaksi tersebut juga akan
menghasilkan pengetahuan kita akan kebudayaan dari etnis lain, baik berupa bahasa, adatistiadat dan lain sebagainya. Sebab sebagai makhluk sosial kita tidak dapat untuk hidup
sendiri dan memerlukan bantuan orang lain serta interaksi dapat menghasilkan hubunganhubungan sosial yang dinamis. Dimana hubungan sosial yang dimaksud adalah hubungan
antar individu yang satu dengan yang lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun dengan kelompok antar individu.
4.5. Persepsi Etnis Cina di Kecamatan Kota Juang terhadap Identitas Yang
Dimilikinya
Setiap kali peneliti melakukan wawancara dengan para informan, maka pertayaan yang
paling sering saya tanyakan adalah bagaimana penerimaan masyarakat dari Etnis Aceh
terhadapa Etnis Cina sendiri. Informasi yang saya kumpulkan, semua memberi jawaban yang
sama. Bahwa mereka diterima dengan baik di masyarakat, ini bukan sesuatu yang
dipaksakan. Akan tetapi perilaku Etnis Cina yang juga baik kepada mereka sehingga
masyarakat setempat juga berlaku yang sama. Etnis Cina yang dikenal sebagai Etnis
pedagang ternyata berdampak baik bagi keberlangsungan mereka di Kecamatan Kota Juang,
karena Bireuen merupakan daerah lintas atau persimpangan antara Sumatera dan wilayah
dataran tinggi Gayo ( Takengon ). Tidak ada kecemburuan sosial sama sekali yang terjadi di
Kecamatan Kota Juang, walaupun masyarakat aceh juga sebagian besar mata pencarian
mereka sebagai pedagang.
Kepercayaan yang diberikan terhadapa Etnis Cina membuatnya diterima disemua
lapisan masyarakat Aceh. Pak Herman merupakan Etnis Cina yang kini sudah menjadi
penduduk Kota Juang dan beliau juga sudah memeluk Agama Islam sebagai bentuk

Universitas Sumatera Utara

keyakinannya. Sudah banyak sekali pengalaman beliau ketika berhadapan dengan
masyarakat lokal. Namun, apa yang dikhawatirkan selama ini ketika pertama kali datang ke
Bireuen, yang ia ketahui sebelumnya bahwa Etnis Aceh sangat konservatif terhadap Agama.
Seperti yang dikatakan Pak Herman, yaitu:
“... sejak saya datang di Kecamatan Kota Juang, ternyata masyarakat Aceh
tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Meskipun pandagan mereka sangat
keagamaan tapi mereka juga baik dan terbuka kepeda Etnis pendatang seperti
saya...” ( Hasil wawancara, 14/04/2017)
Seiring perjalanan waktu persepsi itu mulai hilang, bahkan pak Herman merasa
bersalah karena pernah menduga-duga sesuatu yang belum pernah ia buktikan sendiri.
Menurutnya orang-orang lokal sangat baik terhadap mereka yang pendatang terutama dari
Etnis Cina, bahkan tak sungkan untuk bekerjasama dan membaur seperti yang lainnya.
Seperti hal ini, dijelaskan dalam materi perubahan sosial dan kebudayaan. Setiap masyarakat
pasti mengalami perubahan karena berbagai faktor. Perubahan-perubahan hanya dapat
ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan
kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat
tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyataan demikian berdasarkan pandagan
sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu
masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa
sudah mengenal perdagangan, alat-alat taransport modern, bahkan dapat mengikuti beritaberita mengenai daerah lain mengenai media elektronik maupun media massa. (Soerjono
Soekanto 259:2010)
Etnis Cina di Kecamatan Kota Juang merupakan Etnis yang minoritas, dan kebanyakan
dari mereka bermata pencaharian sebagai pedagang. Tapi ada beberapa dari mereka juga
berprofesi sebagai dokter atau dokter klinik. Mereka dengan suku lainnya hidup rukun dan

Universitas Sumatera Utara

tak pernah ada gesekan karena masalah Etnis. Ini disebabkan karena mereka menganggap,
mereka sebagai satu bagian yaitu masyarakat Kota Juang dan begitu juga sebaliknya. Seperti
yang dikatakan buk Kusuma, yaitu:
“...saat saya berinteraksi dengan karyawan saya dari Etnis Aceh, kami tidak
pernah membedakan latar belakang kesukuan kami. Saling membaur dan bekerja
sama satu sama lainnya...” ( Hasil wawancara tanggal, 10/03/2017)
Ketika peneliti bertanya persepsi mereka terhadap identitas sosial yang dimilikinya,
maka jawaban mereka seragam yakni mereka diterima dengan baik di masyarakat, sikap baik
yang ditunjukkan etnis Cina ternyata berdampak baik terhadap mereka juga. Masyarakat aceh
menganggap bahwa mereka orang yang baik dan gampang bergaul dengan masyarakat.
Seperti yang dikatakan buk Dar, yaitu:
“...Masyarakat disini sama halnya dengan daerah lain kami tidak menjadikan
masalah hal-hal yang menyangkut perbedaan etnis. Kami tetap bekerjasama, hidup
berdampingan dan rukun satu sama lainnya...” (Hasil wawancara tanggal,
10/03/2017)
Pernyataan diatas mebuktikan bahwa Etnis Cina benar-benar diterima di masyarakat
Aceh, perbedaan yang terjadi bukan sesuatu yang dibesar-besarkan. Informan diatas
merupakan masyarakat lokal di Kota Juang, beliau juga mengenal etnis Cina yang berada di
daerahnya bahkan ada yang menjadi tetangganya. Perilaku masyarakat juga sangat terlihat
ketika ada acara-acara keagamaan, mereka saling menyatu sehigga terlihat tidak ada
perbedaan diantara mereka. Seperti yang dikatakan oleh pak Adnan selaku sebagai lurah di
Kota Juang, yaitu:
“...kami sangat menjunjung tinggi toleransi itu, misalnya saat perayaan adat
dari etnis Cina seperti penampilan acara barongsai, kami selaku masyarakat lokal
ikut melihat dan terlibat langsung dalam memeriahkan acara tersebut...” (Hasil
wawancara tanggal, 10/03/2017)
Terjadinya interaksi karena ada proses aksi dan reaksi. Manusia punya naluri
gregariousness, yaitu naluri untuk selalu hidup berkelompok atau