Keanekaragaman Echinodermata di Peraiaran Pantai Labuan Desa Montop Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dan Implementasinya Sebagai Media Pembelaaran Biologi | Maleko | EJIP BIOL 9360 30559 1 SM

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-78, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Keanekaragaman Echinodermata di Peraiaran Pantai Labuan Desa Montop Kecamatan
Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dan Implementasinya Sebagai Media
Pembelaaran Biologi
Diversity Echinodermata In Labuan Coastal Water in Montop Village Subdistrict North
Bulagi District Banggai Island and Its Implementation as a Medium of Learning
Muh. Chilfy Maleko1, H. Achmad Ramadhan2, Muchlis Djirimu2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
email: Chilfymaleko@yahoo.com
1
2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman Echinodermata di Perairan Pantai Labuan Desa
Montop Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan dan menjadikan hasil penelitian sebagai media

pembelajaran dalam bentuk buku saku. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode
pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan
indeks Shannon-Wienner. Sampel Echinodermata dihitung dengan teknik transek kuadrat menggunakan
kerangka atau plot berukuran 1 x 1 meter, diletakkan tegak lurus kearah kedalaman sepanjang 55 meter dengan
menggunakan plot sebanyak 10 plot. Hasil penelitian ditemukan 15 jenis yang terdiri dari 4 kelas, 9 ordo dan 9
family, dengan indeks keanekaragaman pada stasiun I sebesar 1,952, stasiun II sebesar 1,994 dan stasiun III
sebesar 1,851 dan rata-rata indeks keanekaragaman Echinodermata di perairan pantai Labuan Desa Montop
Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 1,947. Berdasarkan kriteria tergolong ≤ H' ≤ 3 yaitu keanekaragaman
spesies sedang. Media pembelajaran dikategorikan layak untuk digunakan dengan nilai rata-rata 88,2 %.
Kata Kunci: Keanekaragaman, Echinodermata, Media Pembelajaran.
Abstract
This study aims to describe diversity Echinodermata in Labuan coastal water in Montop Village Sub
district North Bulagi District Banggai Island and its implementation as a medium of learning in the form of
pocket book. This study is used descriptive method. Sample collection in done by using purposive sampling.
Diversity index analysis calculated using index Shannon-Winner. The sample is calculated by using the
quadratic transect techniques plot measuring 1 x 1 meters, place perpendicular to the direction of a depth of 55
meters using a plot of 10. The research found 15 species consist of 4 Class, 9 Ordo, and 9 Family, with
diversity index in station 1 of 1,952, station II of 1,994 and station III of 1,851 and the average of diversity index
Echinodermata in Labuan coastal water in Montop Village Sub district North Bulagi District Banggai Island is
1,947. Base on criteria that is classified as ≤ H’ ≤ 3 being species diversity middle. Instructional media

categories as feasible for use with an average value of 88,2 percent.
Keywords: Diversity, Echinodermata , Medium of learning.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-78, Juni

2017

72

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Pendahuluan
Menurut
Soegianto
(1994),
keanekaragaman

jenis
adalah
suatu
karakteristik
tingkatan
komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya. Suatu
komunitas
dikatakan
mempunyai
keanekaragaman tinggi jika komunitas itu
disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan
jenis yang sama atau hampir sama.
Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh
sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit
yang dominan, maka keanekaragaman
jenisnya rendah.
Echinodermata (Echinos yaitu duri dan
derma yaitu kulit) merupakan hewan yang
kulitnya berduri, yang meliputi: bintang laut

(Asteroidea), bintang ular laut (Ophiuroidea),
landak laut (Echinoidea), teripang laut
(Holothuroidea) dan lili laut (Crinoidea)
(Jasin, 1987).
Media berasal dari bahasa latin
merupakan bentuk jamak dari “Medium”
yang berarti perantara atau pengantar, yaitu
alat
komunikasi
pendidikan
yang
mengantarkan informasi antara sumber dan
penerima informasi secara efektif dan efesien.
National Education Association (2009),
mendefenisikan bahwa media pembelajaran
adalah
sebagai
benda
yang
dapat

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrumen yang
dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
belajar mengajar.
Perairan Pantai Labuan Desa Montop
Kecamatan Bulagi Utara adalah salah satu
wilayah perairan laut yang di Kabupaten
Banggai Kepulauan (BPS-BANGKEP, 2014).
Wilayah tersebut memiliki potensi sumber
daya laut yang besar, seperti ekosistem
terumbu karang yang merupakan tempat bagi
biota laut yang hidup secara alami.
Nontji (1993), mengemukakan bahwa
salah satu biota laut yang memiliki
keanekaragaman
tinggi
adalah
filum
Echinodermata. Echinodermata merupakan
jenis hewan yang sangat berperan penting

dalam pemeliharaan keseimbangan ekosistem,
terutama pada ekosistem laut. Hal ini
disebabkan karena filum Echinodermata

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

sangat berperan dalam siklus energi dengan
memakan berupa bahan organik yang masuk
kedalam laut, sehingga jenis Echinodermata
biasa disebut pembersih pantai.
Berdasarkan hasil survei jumlah
Echinodermata semakin berkurang, faktor
ekonomi serta minimnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat Echinodermata
terhadap kelangsungan hidup ekosistem laut,
merupakan
salah satu
faktor

yang
mengakibatkan meningkatnya penangkapan
Echinodermata untuk dijadikan bahan
makanan dan juga sebagai hiasan serta
diakibatkan
karena
adanya
kegiatan
pengrusakan terumbu karang yang menjadi
habitat dari Echinodermata.
Untuk itu perlu suatu upaya bersama
dan tetap menjaga kelestarian hidupnya
melalui suatu strategi pemanfaatan yang
terencana
dan
terkendali,
sehingga
pemanfaatannya akan berlangsung secara
berkelanjutan. Dengan memberikan informasi
kepada masyarakat tentang jenis hewan

Echinodermata yang ada pada suatu tempat
merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan guna menunjang pelestariannya.
Dewasa ini pemanfaatan alam terbuka
sebagai tempat belajar merupakan salah satu
tuntutan pengembangan pembelajaran dalam
dunia pendidikan baik pada Kurikulum 2013
maupun
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP).
Peranan hewan Echinodermata sebagai
media pembelajaran biologi di sekolah, dapat
dilakukan dalam teknik pembelajaran
langsung yaitu dengan membawa siswa
kelapangan agar siswa dapat melihat
langsung hewan Echinodermata yang akan
diamati.
Berdasarkan hal tersebut diatas,

dianggap
penting untuk
mempelajari
keanekaragaman jenis Echinodermata di alam
terbuka dan memanfaatkan perairan pantai
sebagai tempat pembelajaran.

Metode Penelitian
73

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu penelitian deskriptif, yaitu
memaparkan, menggambarkan, menganalisa
dan menginterpretasikan data secara faktual
berdasarkan

keadaan
lingkungannya
(Sugiyono, 2014).
Penentuan lokasi stasiun dilakukan
dengan
metode
purposive
sampling
berdasarkan stratifikasi substrat pada lokasi
penelitian yaitu perairan pantai Labuan Desa
Montop.
Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan
Teknik
Transect
Kuadrat,
menggunakan kerangka (frame) atau plot
berukuran 1 x 1 meter, diletakan tegak lurus
dengan garis kearah kedalaman sepanjang 55
meter dengan menggunakan plot sebanyak 10

plot disetiap garis transek pada masingmasing stasiun disepanjang pantai Labuan
dengan panjang pantai yaitu 573 meter.
Jenis dan sumber data dalam penelitian
ini yaitu data primer yang bersumber dari
hasil pengamatan di lokasi penelitian dan data
sekunder atau data pendukung diperoleh dari
studi literatur. Jenis Echinodermata yang
ditemukan diidentifikasi menggunakan buku
identifikasi Indo-Pacific Coral Reef Field
Guide (Allen, 1996). Selanjutnya jumlah
individu jenis Echinodermata yang ditemukan
di lokasi penelitian disajikan dalam bentuk
tabel
dan
dihitung
indeks
keanekaragamannya.
Adapun Alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1) Alat: Thermometer,Refraktometer, DO
Meter, pH meter, Lux Meter, Patok
Kayu, Meteran, Tali, Kamera, Parang,
Kaca Mata Laut, Ember, Penjepit, Buku
Identifikasi, Alat tulis menulis.
2) Bahan: Sampel Echinodermata dan
sampel air laut.
Prosedur penelitian ini adalah sebagai
berikut :
A. Tahap I
1) Tahap persiapan
(1) Mengurus administrasi di Kantor
Desa Montop Kecamatan Bulagi
Utara Kabupaten Banggai Kepulauan.
(2) Melakukan survei terhadap kondisi
lokasi
penelitian,
sekaligus
menentukan lokasi pengambilan

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

sampel
berdasarkan
stratifikasi
substrat.
(3) Menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam penelitian.
2) Tahapan Pelaksanaan Penelitian
(1) Pemasangan stasiun dan garis transek
pada lokasi penelitian yaitu perairan
pantai Labuan. Stasiun 1 (Padang
lamun dengan substrat lumpur
berpasir), stasiun 2 (Padang lamun
dengan substrat berpasir) dan stasiun
3 (Padang lamun dan bebatuan
karang).
(2) Melakukan pengukuran kondisi fisik,
kimia lingkungan pada masingmasing stasiun berupa Suhu, Salinitas
air, pH, Intensitas Cahaya dan
Oksigen terlarut.
(3) Melakukan pengamatan jenis-jenis
Echinodermata pada setiap stasiun
dengan
metode
dan
teknik
pengambilan sampel yang telah
ditentukan.
(4) Mencatat jumlah jenis Echinodermata
yang ditemukan di masing-masing
stasiun pada tabel pengamatan dan
mengidentifikasi
jenis
yang
ditemukan.
B. Tahap II
1) Mendesain Media Pembelajaran
Pada tahap ini peneliti mendesain
media pembelajaran berupa buku saku.
Tentang
deskripsi
dan
klasifikasi
Echinodermata.
2) Validasi Media Pembelajaran
Validasi dilakukan oleh tim ahli setelah
pembuatan desain media pembelajaran selesai.
Adapun tujuan dilakukan desain ini untuk
membantu meningkatkan kualitas serta
mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh media pembelajaran tersebut.
3) Revisi Media Pembelajaran
Revisi media pembelajaran dilakukan
untuk
memperbaiki
dan
mengurangi
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
media pembelajaran tersebut.
4) Uji Coba
Setelah tahapan–tahapan diatas selesai
selanjutnya dilakukan uji coba kepada
mahasiswa yang telah dibagi dalam
kelompok besar berjumlah 10 mahasiswa dan
74

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

kelompok kecil 5 mahasiswa dengan jumlah
keseluruhan
responden sebayak 15
mahasiswa.
Analisis Data
1) Analisis Tingkat Keanekaragaman
Untuk mengetahui keanekaragaman
jenis dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shannon-Wienner (Odum,
1993) dengan rumus sebagai berikut:
H' = - ∑ Pi ln (Pi) dimana Pi = ∑ ni/N
Keterangan:
H'
= Indeks keanekaragaman ShannonWienner
Pi
= Jumlah individu masing-masing jenis
(i=1,2,3…)
ni
= Jumlah individu jenis ke-i
N
= Jumlah total individu seluruh jenis
Kriteria
indeks
keanekaragaman
Shannon-Wienner adalah sebagai berikut:
(1) Jika H' > 3 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies tinggi.
(2) Jika 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies sedang.
(3) Jika H' < 1 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies rendah.
2) Analisis Media Pembelajaran
Menurut Arikunto (2002), analisis data
untuk penilaian dapat dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
jumlah keseluruhan presentase
Rata − rata = Jumlah item aspek penilaian
x

Spesies
1 Astropecten
polyacanthus
2 Linckia
laevigata
3 Protoreaster
nodosus
4 Diadema
setosum
5 Echinometra
mathaei
6 Echinothrix
sp.
7 Echinothrix
calamaris
8 Echinothrix
diadema
9 Tripneustes
ventricosus
10 Tripneustes
gratilla
11 Leptosynapta
sp.
12 Synapta
maculata
13 Synapta sp.
14 Holothuria
scabra
15 Ophiomastix
janualis
Jumlah

100
Keterangan: Kategori persentase kelayakan
media pembelajaran.
1) 76% - 100% Layak
2) 56% - 75% Cukup layak
3) 40% - 55% Kurang layak
4) 0% - 39% Tidak layak
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di perairan pantai Labuan Desa
Montop yang dibagi menjadi tiga stasiun,
dimana pada setiap stasiun terdapat tiga
transek maka didapatkan jumlah jenis
Echinodermata seperti terlihat pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah jenis Echinodermata yang
ditemukan di masing-masing stasiun.
Stasiun dan Transek
No
Nama
I
II
III

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017



1 2 3 1 2 3 1 2 3
3 1 4 0 3 1 2 1 3 18
2 3 5 2 4 1 9 4 5 35
5 8 6 4 9 7 9 12 6 66
29 19 26 22 31

2
33
73 52 61
6
9

0 0 0 0 0 1 3 2 6 12
1 2 0 3 3 1 6 5 4 25
4 7 5 3 2 4 4 6 2 37
7 6 10 8 11 6 19 17 22

10
6

2 0 4 4 6 3 4 8 7 38
0 3 5 5 3 3 10 11 17 57
0 1 1 1 0 0 0 0 0 3
2 1 0 2 1 0 0 1 0 7
2 0 0 2 0 1 0 0 1 6
2 0 1 2 4 1 0 4 2 16
0 0 0 0 0 0 3 0 1 4
59 51 67 58 77 55 14 12 13 76
2 3 7 9

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di perairan pantai Labuan Desa Montop
dengan membagi daerah penelitian menjadi 3
stasiun, maka
didapatkan 15 jenis
Echinodermata antara lain yaitu: Astropecten
polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster
nodosus, Diadema setosum, Echinometra
mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix
calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes
ventricosus,
Tripneustes
gratilla,
Leptosynapta sp., Synapta maculata, Synapta
sp., Holothuria scabra, Ophiomastix janualis.
Jumlah jenis Echinodermata yang
diperoleh dilokasi penelitian terdiri dari 15
spesies yang termasuk ke dalam 4 kelas, 9
ordo, 9 Famili seperti yang terlihat pada
Tabel dibawah ini.
75

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Tabel 2. Kelas, Ordo, Family dan Spesies
nodosus
2,455
Echinodermata yang ditemukan di Perairan
Diadema
4
339 0,441
0,361
Pantai Labuan Desa Montop
setosum
0,819
Kelas
Ordo
Family
SpesiesEchinometra
5
12 0,016
0,065
Phanerozonia Asteropectenidae Astropecten
mathaei
4,160
Asteroidea
polyacanthus
6 Echinothrix sp. 25 0,033
0,111
Valvatida
Ophdiasteridae Linckia
3,426
laevigata Echinothrix
7
37 0,048
0,146
Forcipulata Protoreasteridae Protoreaster
calamaris
3,034
nodosus Echinothrix
8
106 0,138
0,273
Diadematoida Diadematidae Diadema diadema
1,982
setosum Tripneustes
9
38 0,049
0,149
Echinoida
Echinometridae Echinometra
ventricosus
3,008
Echinoidea
mathaei Tripneustes
10
57 0,074
0,193
Diadematoida Diadematidae Echinothrix
gratilla
2,602
sp.
Leptosynapta
11
3 0,004
0,022
Diadematoida Diadematidae Echinothrix
sp.
5,546
calamarisSynapta
12
7 0,009
0,043
Diadematoida Diadematidae Echinothrix
maculata
4,699
diadema
13 Synapta sp.
6 0,008
0,038
Temnopleuroida Toxopneustidae Tripneustes
4,853
ventricosus
Holothuria
14
16 0,021
0,081
Temnopleuroida Toxopneustidae Tripneustes
scabra
3,873
gratilla Ophiomastix
15
4 0,005
0,027
Apodida
Synaptidae Leptosynapta
janualis
5,259
sp.
Total ∑
769
1,947
Holothuroidea
Apodida
Synaptidae Synapta
Keterangan: 1 ≤ H' ≤ 3 menunjukkan bahwa
maculata
keanekaragaman spesies sedang.
Apodida
Synaptidae Synapta sp. Adapun indeks keanekaragaman pada
Aspidochirotida Holothuriidae Holothuria
masing-masing stasiun dilokasi penelitian
scabradapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 1. Grafik indeks keanekaragaman
Ophiuroidea
Ophiurida
Ophiucomidae Ophiomastix
pada masing-masing stasiun.
janualis
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
bahwa pada setiap lokasi stasiun memiliki
Berdasarkan
hasil
perhitungan
indeks keanekaragaman yang berbeda-beda.
menggunakan
indeks
keanekaragaman
Apabila didasarkan pada nilai tolak ukur
Shannon-Wienner menurut Odum (1993),
indeks keanekaragaman tersebut dalam
maka diperoleh hasil rata-rata indeks
kategori sedang
keanekaragaman pada ketiga stasiun seperti
pada Tabel dibawah ini.
Tabel
3.
Hasil
perhitungan
total
keanekaragaman Echinodermata di perairan
pantai Labuan
No Nama Spesies
Astropecten
polyacanthus
Linckia
2
laevigata
3 Protoreaster
1



Pi

Ln Pi

H'

0,088
3,755
35 0,046
0,141
3,090
66 0,086 0,211
18 0,023

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

. Pada stasiun I kriteria H' sebesar
1,952, stasiun II sbesar 1,994 dan stasiun III
sebesar 1,851, sedangkan indeks rata-rata
76

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

total keanekaragaman yaitu 1,947. Dimana
berdasarkan kriteria tergolong ≤ H' ≤ 3 yaitu
keanekaragaman spesies sedang.
Pada stasiun I (padang lamun dengan
substrat lumpur berpasir) ditemukan 13 jenis
Echinodermata
yaitu
Astropecten
polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster
nodosus, Diadema setosum, Echinothrix sp.,
Echinothrix calamaris, Echinothrix diadema,
Tripneustes ventricosus, Tripneustes gratilla,
Leptosynapta sp., Synapta maculata, Synapta
sp., Holothuria scabra. Pada transek I jumlah
individu sebanyak 59, transek II sebanyak 51
dan transek III sebanyak 67 individu dengan
jumlah individu keseluruhan yaitu 177
individu. Dimana jumlah individu terbanyak
yaitu Diadema setosum sebanyak 74 individu
dan jumlah individu terendah yaitu
Leptosynapta sp. dan Synapta sp. sebanyak 2
individu. Jumlah individu pada stasiun I
tersebut indeks keanekaragamannya yaitu
1,952 yang tergolong dalam kategori sedang.
Pada stasiun II (padang lamun dengan
substrat berpasir) ditemukan 14 jenis
Echinodermata
yaitu
Astropecten
polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster
nodosus, Diadema setosum, Echinometra
mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix
calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes
ventricosus,
Tripneustes
gratilla,
Leptosynapta sp., Synapta maculata, Synapta
sp., Holothuria scabra. Pada transek I jumlah
individu sebanyak 58, transek II sebanyak 77
dan transek III sebanyak 55 individu dengan
jumlah individu keseluruhan yaitu 190
individu. Dimana jumlah individu terbanyak
yaitu Diadema setosum sebanyak 79 individu
dan jumlah individu terendah yaitu
Echinometra mathaei dan Leptosynapta sp.
sebanyak 1 individu. Jumlah individu pada
stasiun II tersebut indeks keanekaragamannya
yaitu 1,994 yang tergolong dalam kategori
sedang.
Pada stasiun III (padang lamun dan
bebatuan karang) ditemukan 14 jenis
Echinodermata
yaitu
Astropecten
polyacanthus, Linckia laevigata, Protoreaster
nodosus, Diadema setosum, Echinometra
mathaei, Echinothrix sp., Echinothrix
calamaris, Echinothrix diadema, Tripneustes
ventricosus, Tripneustes gratilla, Synapta

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

maculata, Synapta sp., Holothuria scabra,
Ophiomastix janualis. Pada transek I jumlah
individu sebanyak 142, transek II sebanyak
123 dan transek III sebanyak 137 individu
dengan jumlah individu keseluruhan yaitu
402 individu. Dimana jumlah individu
terbanyak masih spesies yang sama yaitu
Diadema setosum sebanyak 186 individu dan
jumlah individu terendah yaitu Synapta
maculata dan Synapta sp., sebanyak 1
individu. Jumlah individu pada stasiun III
tersebut indeks keanekaragamannya yaitu
1,851 yang tergolong dalam kategori sedang.
Selain
pengambilan
sampel
Echinodermata pada setiap stasiun di lokasi
penelitian, juga dilakukan pengukuran faktor
lingkungan. Hasil dari pengukuran faktor
lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel
berikut ini.
Tabel 4. Kondisi fisik dan kimia lingkungan
di
perairan
pantai
Labuan
Desa
Montop.
Stasiun
No Parameter
Pengamatan
Rata-rata
I
II
III
1 Suhu (°C)
30,1 29, 31,2 30,3
6
2 pH
7,9 7,8 8,1
7,9
3 Salinitas
31,2 30
31
30,7
(%o)
4 Intensitas
2600 2500 2610 2570
Cahaya (Cd)
5 DO (mg/l)
4,7 4,7 4,2
3,8
Hasil pengukuran suhu pada stasiun I
yaitu 30,1°C dan pada stasiun II yaitu stasiun
II 29,6°C. Kondisi ini masih dalam kategori
baik sehingga dapat mendukung kehidupan
biota laut yang ada. Clark (1946) dalam Toha
(2008), mengemukakan bahwa suhu yang
cocok untuk perkembangan Echinodermata
yaitu dengan kisaran 28°C-31°C.
Rendahnya indeks keanekaragaman
pada stasiun III dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, diantaranya yaitu suhu. Hasil
pengukuran suhu pada stasiun ini yaitu
31,2°C, dimana suhu pada stasiun ini lebih
tinggi dibandingkan pada stasiun lain
sehingga mengakibatkan organisme yang
tidak mampu bertahan pada kondisi tersebut
77

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

akan berpindah ke tempat lain. Romimoharto
(2005), mengatakan bahwa peningkatan suhu
akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan
menurun dan sebaliknya, suhu yang semakin
rendah akan meningkatkan konsentrasi
oksigen terlarut.
Jumlah Echinodermata yang ditemukan
bervariasi pada masing-masing stasiun, ada
yang tertinggi dan ada yang terendah. Jenis
yang individunya tertinggi yaitu Diadema
setosum sebanyak 339 individu sementara
yang mempunyai jumlah terendah adalah
Leptosynapta sp. sebanyak 3 individu.
Perbedaan jumlah individu dari kedua jenis
tersebut menggambarkan bahwa jenis yang
memiliki jumlah individu yang tinggi yaitu
Diadema setosum merupakan jenis yang
mempunyai mobilitas tinggi dan cenderung
mampu berkompetisi untuk mempertahankan
diri dibandingkan dengan jenis lain. Hyman
(1995) dalam Ratna (2002), menambahkan
bahwa bulu babi dapat digunakan sebagai
organisme indikator untuk kualitas perairan.
Apabila lingkungan perairan laut bermasalah,
bulu babi akan menjadi salah satu dari
organisme pertama yang menunjukan tanda
tekanan (tidak bergerak, duri turun dan tentu
saja mati) karena bulu babi dapat hidup atau
bertahan dengan batas toleransi salinitas
antara 30-34%o.
Berdasarkan uraian diatas dapat
diketahui jumlah individu dan indeks
keanekaragaman masing-masing stasiun
berbeda-beda, jumlah individu terbanyak
yaitu pada stasiun III dengan jumlah 402
individu sedangkan indeks keanekaragaman
tertinggi berada pada stasiun II yaitu 1,994.
Hal ini menjelaskan bahwa jumlah individu
terbanyak dalam suatu komunitas tidak
menjamin
tingginya
tingkat
keanekaragamannya apabila hanya satu atau
beberapa jenis yang melimpah.
Menurut Soegianto (1994), bahwa
keanekaragaman
jenis
adalah
suatu
karakteristik
tingkatan
komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya. Suatu
komunitas
dikatakan
mempunyai
keanekaragaman tinggi jika komunitas itu
disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan
jenis yang sama atau hampir sama.
Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit
yang dominan, maka keanekaragaman
jenisnya rendah. Selanjutnya dikatakan
bahwa keanekaragaman menggambarkan
jumlah total proporsi suatu spesies relatif
terhadap jumlah total individu yang ada,
semakin banyak jumlah spesies dengan
proporsi yang seimbang menunjukan
keanekaragaman yang tinggi. Hal
diatas
didukung oleh Heddy (1994), yang
mengatakan bahwa keanekaragaman dapat
digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas
untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun
terjadi gangguan terhadap komponenkomponennya. Keanekaragaman spesies yang
tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas
memiliki kompleksitas karena interaksi yang
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Selain hal tersebut diatas menyangkut
keanekaragaman Echinodermata di perairan
pantai Labuan, faktor lain yang dapat
berpengaruh adalah banyaknya masyarakat
sekitar yang datang ketika air laut surut untuk
mencari hewan-hewan yang ada disekitar
pantai termasuk Echinodermata sebagai
pemenuhan kebutuhan ekonomi maupun
untuk konsumsi. Tanpa disadari hal tersebut
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
yang ada di tempat tersebut, seperti rusaknya
habitat sebagai tempat berlindung dan
mencari makan dari filum Echinodermata.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh Krassulya (2001), bahwa selain
mempunyai potensi besar yaitu dengan
kekayaan habitat beragam, wilayah pesisir
merupakan ekosistem yang paling mudah
untuk terkena dampak kegiatan manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang
berdampak merugikan terhadap kelangsungan
organisme yang berada di ekosistem tersebut.
Hasil penilaian media pembelajaran
berupa buku saku yang dilakukan oleh tim
ahli/dosen yang teridiri dari ahli isi, ahli
desain dan ahli desain, di peroleh jumlah
persentase masing-masing yaitu 84 %, 82%
dan 72,8%. Selanjutnya dilakukan uji coba
kepada mahasiswa yang telah dibagi dalam
kelompok besar berjumlah 10 mahasiswa dan
kelompok kecil 5 mahasiswa dengan jumlah
keseluruhan
responden sebayak 15
78

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni
ISSN 2338-1795

2017

mahasiswa. Berdasarkan hasil penilaian
media pembelajaran berupa buku saku pada
kelompok mahasiswa secara keseluruhan
menyatakan bahwa media pembelajaran
tersebut layak digunakan dengan persentase
sebesar 88,2 %.
Kesimpilan dan Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu indeks
keanekaragaman Echinodermata di perairan
pantai Labuan Desa Montop yaitu 1,947.
Dimana pada stasiun I (H') sebesar 1,952,
stasiun II sebesar 1,994 dan stasiun III
sebesar 1,851. Berdasarkan kriteria tergolong
≤ H' ≤ 3 yaitu keanekaragaman spesies
sedang. Hasil penilaian media pembelajaran
dikategorikan layak untuk digunakan dengan
nilai rata-rata 88,2 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka
disarankan untuk dapat dijadikan data dasar
dan bahan informasi dalam upaya pelestarian
dan pengembangan potensi sumber daya
kelautan khususnya yang ada di Kabupaten
Banggai Kepulauan.
Daftar Pustaka
Allen, R.G. (1996). Indo-Pacific Coral Reef
Field Guide. Australia: Tropical Reef
Research.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

National Education Association. (2009).
Media Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Pustaka.
Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Jakarta:
Jamban.
Odum, E. (1993). Dasar-dasar Ekologi.
Yogyakarta: University Press.
Ratna, F.D. (2002). Pengaruh Penambahan
Gula dan Lama Fermentasi Terhadap
Mutu Pasta Fermentasi Gonad Bulu
Babi Diadema setosum dengan
Lactobacilus
plantarum
Sebagai
Kultur Starter. Skripsi Sarjana pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor:
tidak
diterbitkan.
Romimoharto, K. (2005). Biologi Laut (Ilmu
Pengetahuan Tentang Biota Laut).
Jakarta: Penerbit Djambatan.
Soegianto. A. (1994). Ekologi Kuantitatif.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sugiyono. (2014). Penelitian Kualitatif.
Surabaya: Usaha Nasional.
Toha, A. (2008) Keragaman Spesies Bulu
Babi
(Echinoidea)
di
Perairan
Manokwari. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. Berkala Ilmiah Penelitian
Perikanan dan Kelautan. 4, (1), 13-30.

Badan Pusat Statistik Banggai Kepulauan.
(2014). Bulagi Utara Dalam Angka
2014. Banggai Kepulauan: BPS.
Heddy, S. (1994). Prinsip-Prinsip Dasar
Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Jasin, M. (1987). Sistematika Hewan
(Invertebrata
dan
Vertebrata).
Surabaya: Sinar Wijaya.
Krassulya, N. (2001). Choice of Methodology
for Marine Pollution Monitoring in
Intertidal Soft-Sediment Communities.
CBM: Skriftserie.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 72-79, Juni

2017

79

[Type text]

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 68-81, Juni

2017

80

Dokumen yang terkait

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN RUMPUT LAUT DI DESA BULAGI DUA KECAMATAN BULAGI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Aluman | AGROLAND 8219 26985 1 PB

0 0 10

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAMBU METE DI KECAMATAN BULAGI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Mangopo | AGROLAND 8315 27279 1 PB

0 0 8

JENJANG PENDIDIKAN DAN TINGKAT KELAHIRAN PENDUDUK DI KECAMATAN BULAGI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Lumangino | GeoTadulako 3253 10084 1 PB

0 0 13

Jenis-Jenis Tumbuhan Pantai di Desa Pelawa Baru Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong dan Pemanfaatannya sebagai Buku Saku | - | EJIP BIOL 2684 8077 1 PB

0 0 14

Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di Desa Lebo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong dan Pengembangannya sebagai Media Pembelajaran | Puspayanti | EJIP BIOL 2682 8069 1 PB

0 0 9

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH KELAPA MENJADI KOPRA DI DESA BOLUBUNG KECAMATAN BULAGI UTARA KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN | Neeke,Made Antara,Alimuddin Laapo | AGROTEKBIS 5176 16927 1 PB

0 0 11

Kadar Protein Daging Teripang Hitam (Holothuria edulis) dan Teripang Pasir (Holothuria scabra) Serta Implementasinya sebagai Media Pembelajaran | Yunita | EJIP BIOL 9220 30163 1 SM

0 1 9

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI PANTAI TUMBUDESA TUMBU KECAMATAN TOPOYO KABUPATENMAMUJU TENGAH DAN PENGEMBANGANNYASEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN | Wulandari | EJIP BIOL 9369 30586 1 SM

0 1 11

KAJIAN PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL DI DESA TOLAI KECAMATAN TORUE KABUPATENPARIGIMOUTONG | Dewi | EJIP BIOL 9372 30593 1 SM

3 25 19

Jenis-jenis Tumbuhan di Pesisir Pantai Desa Tibo dan Pemanfaatannya sebagai media pembelajaran | Muanmar | EJIP BIOL 9359 30557 1 SM

0 2 14