Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap M

“Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap Mata Uang Tunggal Dunia Guna
Menuju Kestabilan Ekonomi Global”
Diajukan sebagai salah satu tugas pertemuan ke 14 mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Zein Muttaqin, S.E.I., M.A.

Disusun Oleh :
Mohammad Ibnu Aziz

14423191

Daruquthnie Roudhotul Ulum

14423163

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karuniaNya yang
diberikan kepada kita semua, dan kepada kami penyusun makalah sehinga berhasil
menyelesaikan makalah dengan judul “Potensi Sistem Ekonomi Islam Terhadap Mata Uang
Tunggal Dunia Menuju Kestabilan Ekonomi Global” dengan tepat waktu. Diharapkan dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita semua,tentang mengetahui potensi
ekonomi Islam terhadap mata uang tunggal guna menuju kestabilan ekonomi global.
Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini. Namun, dalam
usaha yang maksimal itu, kami menyadari tentu masih banyak terdapat kekurangan.untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Minggu, 18 Desember 2016

Penyusun


i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
I.I.

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

I.II. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
I.III Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
II.I. Kontekstualisasi Ekonomi Islam ................................................................................... 4
II.II. Strategi Pengembangan & Peningkatan Stabilitas Keuangan Melalui Sistem Ekonomi
Islam .............................................................................................................................. 5
II.III. Urgensi Mata Uang Tunggal dan Proses Menuju Mata Uang Tunggal Sehingga dapat
Mencapai Kestabilan Moneter. ..................................................................................... 6

BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................... 10
III.I Kesimpulan ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Stabilitas keuangan menjadi perbincangan hangat oleh para pakar akademisi dan
praktisi ekonomi di Indonesia pasca terjadinya krisis global tahun 2008 yang
menyebabkan runtuhnya pondasi pasar keuangan (Wafa Muhammad Agus Khoirul,
2010). Krisis yang terjadi merupakan akibat dari masalah macetnya kredit perumahan di
Amerika Serikat, yang pada dasarnya kredit perumahan inia dalah usaha pemerinah AS
untuk mengatasi masalah tuna wisma di negaranya. Subprime mortgage loan yang dimana
semua itu mengakibatkan runtuhnya perekonomian dunia dengan menganalisis kelayakan
kredit yang terjadi di Negara tersebut (AS). Pada perjalanannya, kredit jangka pepanjang
ini tidak berjalan lancar, sehingga banyaknya nasabah kredit yang macet dan lambat laun
masalah ini makin merembet menjadi masalah likuiditas.

Anwar (2002) mengungkapkan bahwasannya saat ini sektor keuangan diberbagai
negara mengalami keterpurukan. Berbagai kebijakan diambil oleh setiap negara untuk
menyelamatkan perekonomiannya. Kini, sistem kapitalisme yang diterapkan sebagian
besar negara di dunia tidak lagi tangguh, bahkan semakin disadari semakin dalam begitu
banyaknya celah didalamnya, terutama dalam hal kestabilan nilai moneter. Problem
keuangan dalam bentuk ketergantungan finansial, inflasi, dan spekulasi menjadi
contributor utama dalam dalam kemunduran ekonomi negara-negara di dunia (Anika,
2008, p.76).
Nafik (2009) menuturkan adanya perbedaan nilai pada penggunaan mata uang
antar negara menjadikan besaran nilai mata uang sangat spekulatif. Terlebih
diterapkannya mata uang dolar sebagai mata uang utama perdagangan sanat memberatkan
negara yang memiliki nilai tukar terhadap dolar lebih kecil. Besarnya fluktuasi nilai tukar
semakin memperburuk stabilitas keuangan di berbagai negara (Anika, 2008, p.77).
Melihat berbagai macam permasalahan yang terjadi, keberadaan mata uang
tunggal sangalah diperlukan.

Rahutami, (2007) Penyatuan mata uang tunggal yang

berarti penghapusan rintangan untuk melakukan bisnis pada pasar yang besar, dengan
menerapkan mata uang tunggal, tidak akan ada lagi permasalahan seperti fluktuasi kurs

atau nilai tukar, segingga kondisi ini akan mendorong tiingakt kompetisi industri dan
pasar dunia (Anika, 2008, p.77).

1

Bisa kita ketahui dari sekian permasalahan global yang terjadi saat ini seperti
sistem dunia yang terkontrol oleh sistem kapitalis AS sampai mata uang menjadi
permasalahan dikarenakan adanya fluktuasi kurs atau nilai tukar yang berbeda di setiap
negara. Sehingga harus adanya perbaikan sistem, baik itu dari segi fiskal yaitu kebijakan
pemerintah maupun dunia untuk mengendalikan keterpurukan ekonomi dunia dan dari
segi moneter, yaitu kebijakan untuk mengendalikan mata uang yang beredar di
masyarakat maupun di dunia yang telah di atur oleh Bank Indonesia (BI) yang ada di
Indonesia dan Bank Dunia.
Adapun Ekonomi Islam menanggapi hal ini sangatlah penting. Terlebih lagi
konsep kapitalisme, fluktuasi kurs atau nilai tukar menjadikan ekonomi dunia semakin
terpuruk, dikarenakan sistem yang dianut tidak dapat menyelesaikan masalah yang
terjadi. Dalam hal ini sistem ekonomi Islam disinggung dapat memberikan solusi atapun
alternatif untuk mengrecovery kondisi perekonomian dunia pasca krisis hebat yang terjadi
pada tahun 2008.
Adapun mengenai penggunaan mata uang tunggal, sebelum terbentuknya mata

uang kertas, Islam sendiri sebenarnya sudah menerapakannya pada masa Rasulullah SAW
maupun masa Khulafaurrasyidin, yaitu penggunaan mata uang emas (Dinar). Misanam,
(2002) Kestabilan emas dalam perdagangan dapat mengendalikan inflasi. Hal ini
disebabkan karena harga emas yang relatif stabil terhadap barang-barang lain. Kenaikan
harga barang secara umum akan diikuti dengan kenaikan harga emas. Sehingga harga
barang tersebut diukur dalam harga emas tetap tidak berubah (Anika, 2008, p.80).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi focus
kajian dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

I.II Rumusan Masalah

1. Bagaimana kontekstualisasi konsep ekonomi Islam pada masa modern ini?
2. Bagaimana memformulasikan potensi ekonomi Islam untuk kestabilan ekonomi
Indonesia maupun global ?
3. Apa urgensi dibentuknya mata uang tunggal di dunia ekonomi dan bagaimana
proses menuju mata uang tunggal tersebut sehingga dapat mencapai kestabilan
moneter ?
2

I.III Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana memecahkan masalah dalam kontekstualisai konsep
ekonomi Islam pada masa modern ini.
2. Mengetahui bagaimana memformulasikan potensi ekonomi Islam untuk
kestabilan ekonomi Indonesia maupun global
3. Mengetahui apa urgensi dibentuknya mata uang tunggal di dunia ekonomi dan
Mengetahui bagaimana proses menuju mata uang tunggal tersebut sehingga dapat
mencapai kestabilan moneter.

3

BAB II
PEMBAHASAN
II..I

Kontekstualisasi Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan

sistem ekonomi Islam bukan dimaksudkan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis maupun
sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai

kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah
ada. Islam diturunkan dibumi dimaksudkan untuk menagtur hidup manusia guna mewujudkan
ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi
tertinggi.
Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’. Artinya ada
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dengan kata lain harus ada etika. Karena
kagiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan yang lainnya merupakan sarana ibadah kepada Allah
SWT. Dalam Islam tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler, yaitu memisahkan kegiatan
ibadah atau ukhrowi dan kegiatan duniawi.
Dalam Islam, harta pada hahikatnya adalah milik Allah, oleh karenanya harus
dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah. Menurut Islam orientasi kehidupan menyangkut
hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan penggunaan sumber daya, hubungan antara
manusia dan lingkungan harus didasarkan pada Al-qur’an dan Hadist.
Dalam sistem ekonomi menurut Islam ada prinsip dasar, yaitu tauhid, khilafah, dan
‘adalah (Amri Amir 2008). Prinsip tauhid menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim
dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan
penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip ‘adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan
dengan tauhid, dan khilafah, karena prinsip ‘adalah merupakan bagian yang integral dengan
tujuan syari’ah (maqasid al-syari’ah).

Dalam hal kepemilikan sumber daya atau faktor produksi, sistem ekonomi Islam
memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumber daya yang ada, yang
berorientasi social dengan memberikan selft interest yang lebih panjang dan luas. Namun
perlu diingat bahwa segala sesuatu yang diperoleh adalah pemberian dari Allah karenanya
harus digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan dukeluarkan zakatnya dan shadaqah yang

4

ditujukkan bagi Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang
tinggi.
II.II

Strategi Pengembangan dan Peningkatan Stabilitas Keuangan Melalui Sistem
Ekonomi Islam
Ada sedikitnya 3 sektor potensi penentu untuk menstabilkan suatu perekonomian
melalui sistem ekonomi Islam dalam :
1. Sektor keuangna Islam, yang terdiri dari pasar uang dan perbankan.
2. Sektor riil, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. dan;
3. Sektor filantropi Islam, yang terdiri dari zakat, infaq, dan wakaf.
Mampu mengembangkan dan meningkatkan stabilitas keuangan suatu negara yang

dapat menjaga kestabilan, dinamis, untuk memenuhi kebutuhan perekonomian suatu
negara.
Untuk meraih keseimbangan tersebut, ada beberapa langkah yang harus di lakukan
oleh segala pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, yaitu:
a) Restrukturisasi kebijakan moneter yang mengacu pada sektor riil.
b) Pengembangan sektor filantropi Islam untuk usaha yang produktif dengan kajian
fikih yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
c) Penyadaran bersama akan penggunaan setiap instrument dalam ekonomi Islam
oleh semua pihak, baik dalam pemberdayaan Lembaga Keuangan Syariah
maupun Lembaga Sosial Atau filantropi Syariah.

5

II.III

Urgensi Mata Uang Tunggal dan Proses Menuju Mata Uang Tunggal Sehingga
dapat Mencapai Kestabilan Moneter.
Negara-negara di dunia memiliki mata uang yang berbeda-beda. Model ini

menimbulkan konsekuensi potensi masalah yang dipicu oleh stabilitas nilain uang. Tigginya

fluktuasi niali tukar dapat menjadi ancaman besar bagi satbilitas moneter seuatu Negara. Mata
uang yang spekulatiof semakin memicu kemunduran perekonomian yang lebih parah. Dan
seperti yang dipermukakan Anwar (2002), bebagai Negara menjadi korban dari inflasi akibat
percetakan uang oleh para kreditor. (Anika, 2008, p.81).
Konsep mata uang tunggal yang dikemukkaan dalam G-20 menjadi pandangan yang
sangat realistis mengingat Negara-negara berkembang memliki ketergantuingan (dependency)
yang besar ada mata uang perdagangan dunia yang sedang pasang surut. Kelebihan dari
penerapan mata uang tunggal sama seperti ketika barter dua barang yang sama. Dimana
ketika barter, pada akhirnya akan ada kesepakatan kuantitas maupun kualitas barang yang
sesuai, sehingga tidak ada lagi ketidak yakinan nilai atau harga. Begitu pula dalam penerapan
mata uang tunggal, menurut (Anwar 2002) dalam mata uang tunggal tidak diperlukan lagi
adanya perhitungan harga atau nilai tukar uang dari mata uang yang berbeda dan tidak
diperlukan adanya hot cash balance dari mata uang yang berbeda (Anika, 2008, p.81).
Disamping itu, keunggulan lain dari mata uang tunggal berkenaan adanya efisiensi.
Penerapan mata uang tunggal mengurangi biaya informasi karena dengan mata uang tunggal
dangatlah mudah mengetahui harga-harga barang disebagai Negara lain, dan tidak perlu
mencari informasi mengenai nnilai tukar sekarqang (present exchange rates), nilai tukar masa
depan (future exchange rates), dan peraturan pasar uang . sedangkan menurut Muhammad
Anwar (2002) mengatur mata uang yang berbeda antar Negara akan lebih memakan biaya
sedangkan nilai tikar sangat spekulatif dan tidak dapat diprediksi (Anika, 2008, p.81).
Mata uang tunggal juga membawa asas keadilan dan keterbukaan bagi seluruh
Negara. Muhammad Anwar (2002) dalam papernya menyebutkan bahwa fungsi system
ekonomi dalam mata uang tunggal semakin transparan karena lebih mudah membandingkan
harga saat semuan harga diterapkan pada mata uang yang sama. Tidak seperti mata uang
antyar Negara seperti sekarang ini, dimana harga disatu Negara secara rill akan sangat jauh
berbeda dengan harga di Negara lain secara rillnya.
Mata uang yang berbeda menyebabkan stabilitas ekonomi suatu Negara menjadi
rapuh dan sangat terpengaruh perekonomian dan politik Negara adidaya. Semakin rendah
kesetabilan mata uang (owen dan cole dalam Anwar, 2002). Namun tidak demikian halnya
ketika mata uang tunggal diterapkan. Mata uang tunggal dapat menegeliminasi kemungkinan
6

spekulasi mata uang antar Negara dengan control dari negar-negara itu sendiri. (Anika, 2008,
p.82).
Mata uang tunggal bukan sekedar wacana, karena telah diterapkan oleh negra-negara
eropa dalam system moneter eropa (eroupean monetary system) dengan euro sebagai mata
uang tunggal kawasan tersebut. Mata uang tunggal telah diterapkan di Eropa, dan bukan tidak
mungkin diterapkan dunia. Analisis mengenai bagaimana mata uang tunggal memiliki efek
terhadap kondisi penwaran terlihat pada sector bisnis ingggris yaitu (Rahutami, 2007) :
1. Efek langsung adalah hilangnya biaya konfersi mata uang, menurunya volatilitas
mata uang dikawasan eropa, dan transparansi harga yang lebih tinggi.
2. Efek jangka pendek dan menengah adalah kenaikan perdagangan, investasi dan
perubahan mekanisme penyesuaian ekonomi.
3. Efek jangka panjang adalah mendorong kompetisi dan mempengaruhi tren dalam
konsentrasi dan spesialisasi (Anika, 2008, p.82).
Argumentasi teori menunjukkan bahwa nilai tukar yang fleksibel menyebabkan nilai
tukar lebih mudah menyesuaikan perekonomian, sedangkan dari perspektif ekonomi mikro,
volatilitas nilai tukar yang rendah berhunngan dengan biaya transaksi perdagangan
internasional dan aliran modal yng rendah yng akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi. Adanya mat uang tunggal juga member manfaat semacam rejim nilai tukar tetap
dan akan menghindarkan Negara dari fenomena depresiasi “beggar-thyneighbour ” dalam
integrasi ekonomi (Rahutami, 2007).
Emas sebagai mata uang tunggal dunia
(Nafik 2009) menuturkan selain masalah uang fiat sebagai pemicu inflasi dan
penyebab kerapuhan ekonomi akibat kerentanan kepercayaan, uang fiat juga membawa
kemungkinann adanya spekulasi mata uang.dampaknya adalah pelaku ekonomi kurang
tertarik pada ekonomi sector ril, uang lebih bnayak berputar disektor fianansial sehingga
terjadi ketidak seimbangan antara kedua sector tersebut. Karena keuntungan disektor financial
lebih tinggi walaupun resiko lebih tinggi pula. Dampak selanjutnya adalah krisis sosial
ekonomi yang akan sulit dipecahkan (Anika, 2008, p.82).
Untuk menaggulangi keburukan-keburukan fiat money tersebut, mata uang haruslah
memiliki nilai intrinsic yang sesui dengan nilai nominalnya. Karena nilai intrinsic pada benda
mencerminkan kemampuan daya beli yang pasti atau niali tukar uang pasti, sehingga dapat
mencegah praktek uang hampa. Dan mata uang semacam ini didapatkan pada uang
komoditas. (Anika, 2010)

7

Menurut (Umam, 2008) uang komoditas adalah full bodied money, yang artinya nilai
tukar sesuai dengan harga jualnya sebagai komoditas, dalam sistem uang komoditas ini,
supply uang tergantung dari jumlah konoditas yang digunakan sebagai uang
Emas meerupakan komoditas yang memenuhi persyaratan tersebut. Emas menjadi
sangat tepat digunakan sebagai mata uang karena memiliki banyak keunggulan, baik dari segi
fisik maupun dari sisi standar (Anonim, 2008). Emas tidak dapat beroksidasi dengan mudah
sehingga anti karat. Emas yang telah diproduksi ratusan tahun silam nilai sama dengan emas
yang baru saja diproduksi. Hal ini menunjukan emas sarana penyimpanan kekayaan yang
paling baik (Anika, 2008, p.83).
Kedua, emas merupakan logam yang dapat dibagi-bagi (diversiblity) dalam ukuran
kecil dan dapat dilebur seperti semula. Dengan sifat tersebut ia dapat menjadi alat tukar yang
daoat diubah menjadi sesuatu yang berguna kapan saja dengan tetap menjaga nilainya
(Anonim, 2008) ketiga, emas merupakan komoditas yang bernilai tinggi (Luxury Good).
Komoditas tersebut memiliki nilai yang tinggi meski ukuranya kecil.oleh karena itu seseorang
hanya membutuhkan sedikit emas untuk melakukan transkasi barang dan jasa ukuran besar.
(Anonim, 2008) mengungkapkan bahwa emas juga berbeda denagn mata uang kertas dan
nilainya ditentukan oleh kekuatan hukum suatu Negara dimana nilai intrinsiknya jauh
dibawah nilai nominalnya (Anika, 2008, p.83).
Keempat, emas termasuk komoditas yang dapat diterima secara luas (universally)
oleh masyarakat dunia sebagai benda bernilai sekaigus dapat dijadikan sebagai alat tukar.
Dibandingkan mislanya dengan dolar AS, meski telah menjadi mata uang internasiaonal,
namun tetap saja ia kalah pamor dengan emas. Tidak semua ormag di dunia ini mau
menerima dolar ebagai alat transkasi apalagi ketika perekonomian AS mengalami ketidak
stabilan (Anonim, 2008). Kelima, emas bersifat langka.ia tidk dapat diperoleh dengan mudah
hal ini berbeda dengan uang kertas yang dengan mudah dpat diciptakan melalui mesin cetak
(Anonim, 2008)
Untuk menuju sistem mata uang tunggal emas yang sempurna juga sangat perlu
dihlangkan berbagai sebab yang dapat mengesampingka peran emas, dan faktor-fkator yang
dapat meruntuhkan peran emas. Menurut abdul Qodim Zalum (dalam jati, 2002) setidaknya
ada lima hal yang harus ditempuh antar lain:
1. Menghentikan percetakan uang kertas.
2. Memfungsikan kembali uang emas dalam beragai akad muamalah.
3. Menghapus semua hambatan yang menghalangi ekspor dan impor emas.

8

4. Menghilangkan semua hambatan atau batasan dalam kepemilikan, perolehan,
penjualan, dan pembelian emas.
5. Menghilangkan batasan atau hambatan dalam kepemilikkan terhadap berbagai mata
uang utama dunia serta mengkondisikan agar persaingan diantara berbagai mata uang
tersebut langsng bebas dan fair. Diharapkan berbagai mata uang itu akan menganmbil
niali tukarr yang tetap terhadap emas, tanpa adnya intervensi Negara untuk
menurunkan atau menaikkan nilai mata uangnya.
Langkah-langkah diatas ketika diambil oleh sebuah Negara kuat, maka keberhasilnya
akan mendorog Negara-megara lain untuk mengikutinya. (Jati,2002) Hal ini akan
menimbulkan kemajuan langkah untuk meningkatkan sistem emas ke pentas ekonomi dunia
(Anika, 2008, p.84).

9

BAB III
PENUTUP
III.I

Kesimpulan
Dalam kontektuaslisasi Ekonomi Islam, sistem ekonomi Islam merupakan

perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan sistem ekonomi Islam bukan dimaksudkan
untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk
mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi
kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan dibumi
dimaksudkan untuk menagtur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan
kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi.
Dalam hal kepemilikan sumber daya atau faktor produksi, sistem ekonomi Islam
memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumber daya yang ada, yang
berorientasi social dengan memberikan selft interest yang lebih panjang dan luas. Namun
perlu diingat bahwa segala sesuatu yang diperoleh adalah pemberian dari Allah karenanya
harus digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan dukeluarkan zakatnya dan shadaqah yang
ditujukkan bagi Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang
tinggi.
Ada sedikitnya 3 sektor potensi penentu untuk menstabilkan suatu perekonomian
melalui sistem ekonomi Islam dalam :
1. Sektor keuangna Islam, yang terdiri dari pasar uang dan perbankan.
2. Sektor riil, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. dan;
3. Sektor filantropi Islam, yang terdiri dari zakat, infaq, dan wakaf.
Untuk meraih keseimbangan tersebut, ada beberapa langkah yang harus di lakukan
oleh segala pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, yaitu:
a) Restrukturisasi kebijakan moneter yang mengacu pada sektor riil.
b) Pengembangan sektor filantropi Islam untuk usaha yang produktif dengan kajian
fikih yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
c) Penyadaran bersama akan penggunaan setiap instrument dalam ekonomi Islam
oleh semua pihak, baik dalam pemberdayaan Lembaga Keuangan Syariah
maupun Lembaga Sosial Atau filantropi Syariah.
Mata uang tunggal bukan sekedar wacana, karena telah diterapkan oleh negra-negara
eropa dalam system moneter eropa (eroupean monetary system) dengan euro sebagai mata
10

uang tunggal kawasan tersebut. Mata uang tunggal telah diterapkan di Eropa, dan bukan tidak
mungkin diterapkan dunia. Analisis mengenai bagaimana mata uang tunggal memiliki efek
terhadap kondisi penwaran terlihat pada sector bisnis ingggris yaitu (Rahutami, 2007) :
1. Efek langsung adalah hilangnya biaya konfersi mata uang, menurunya volatilitas
mata uang dikawasan eropa, dan transparansi harga yang lebih tinggi.
2. Efek jangka pendek dan menengah adalah kenaikan perdagangan, investasi dan
perubahan mekanisme penyesuaian ekonomi.
3. Efek jangka panjang adalah mendorong kompetisi dan mempengaruhi tren dalam
konsentrasi dan spesialisasi.
Untuk menuju sistem mata uang tunggal emas yang sempurna juga sangat perlu
dihlangkan berbagai sebab yang dapat mengesampingka peran emas, dan faktor-fkator yang
dapat meruntuhkan peran emas. Menurut abdul Qodim Zalum (dalam jati, 2002) setidaknya
ada lima hal yang harus ditempuh antar lain:
1. Menghentikan percetakan uang kertas.
2. Memfungsikan kembali uang emas dalam beragai akad muamalah.
3. Menghpus semua hambatan yang menghalangi ekspor dan impor emas.
4. Menghilangkan semua hambatan atau batasan dalam kepemilikan, perolehan,
penjualan, dan pembelian emas.
5. Menghilanhkan batasan atau hambatan dalam kepemilikkan terhadap berbagai
mata uang utama dunia serta mengkondisikan agar persaingan diantara berbagai
mata uang tersebut langsng bebas dan fair. Diharapkan berbagai mata uang itu
akan menganmbil niali tukarr yang tetap terhadap emas, tanpa adnya intervensi
Negara untuk menurunkan atau menaikkan nilai mata uangnya.
Langkah-langkah diatas ketika diambil oleh sebuah Negara kuat, maka keberhasilnya
akan mendorog Negara-megara lain untuk mengikutinya. Hal ini akan menimbulkan
kemajuan langkah untuk meningkatkan sistem emas ke pentas ekonomi dunia (Jati,2002).

11

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. 2002. “Euro and Gold Dinar: A Comparative Study and
Currency Unions”. Prosseding of the International Conference on Stable and Just
Global Monetary System. International Islamic University Malaysia.
Anonim. 2008. “Dinar dan Dirham VS Mata Uang Kertas (II), Emas dan Perak, Mata
Uang Hakiki”. http://hafidz341.net76.net/Ekonomi /Dinar-dan-Dirham-VS-MataUang-Hakiki.html. Pada 24 april 2009.
Http://amriamir.files.wordpress.com/2008/09/sistem-ekonomi-syariah.pdf.

Jati, Sigit Purnamah. 2002. Dinar dan Dirham sebagai Mata Uang Islami: Sebut Studi
Pendahuluan. Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islam. 2002. Yogyakarta. P3EI
FE UII-BI.
Misanam, Munrokhim. 2002. “Pilihan Mata Uang, Stabilitas Perekonomian dan
Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Islam”. Makalah dalam Symposium
Nasional I Sistem Ekonomi Islam. Universitas Islam Indonesia. 14-14 Maret 2002.
“Nafik, Muhammad H.R. 2009. “Memimpikan Mata Uang Tunggal Global”, dikutip
dari www.kabarbisnis.com/291918/Memimpikan_Mata_Uang_Tunggal_Global. html
>opini>artikel pada 24 April 2009.
Rahutami, Ika. 2007. “Blok Perdagangan Tidak Lagi Cukup: Perlunya Mata Uang
Tunggal” dikutip dari http:ikas-journey.blogspot/2007/08/blok-perdagangan-tidaklagi-cukup.html pada 24 april 2009.

Umam, Khoirul. 2008. “Flat and Commodity Money: A Debate Among Scholars”.
Proceeding International Workshop: Eksploring Islamic Economic Theory,
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Wafa, Mohammad Agus Khoirul. 2010. “Analisa Potensi Sistem Ekonomi Islam
dalam Dinamisasi Sistem Keuangan Negara” dikutip dari KHAZANAH, Jurnal
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Volume II nomor 2 januari 2010.
Wikanti, Anika Sedyaning. 2010 . “Mata Uang Tunggal Dunia Menuju Kestabilan
Moneter Global” dikutip dari KHAZANAH, Jurnal Mahasiswa Universitas Islam
Indonesia Volume II nomor 2 januari 2010.

12