Resum Artikel Jurnal PENGEMBANGAN MEDIA (1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
ADAPTIVE MOBILE LEARNING SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG PROSES
BLENDED LEARNING
Sanwasi1
1

Jurusan Tadris IPA Biologi IAIN SyekhNurjati Cirebon
Jln. PerjuanganBy Pass Cirebon
e-mail: wasisan3@gmail.com
ABSTRAK

Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dengan internet menjadi prioritas utama dalam
perkembangan kemajuan dunia. Perkembangan ini memberikan terobosan baru dalam
pembelajaran mobile dengan memanfaatkan perangkat TI genggam atau yang biasa disebut dengan
mobile learning (m-learning). M-Learning memiliki beberapa kelebihan kemampuan untuk
pembelajaran yang bisa diakses kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja. Masalah yang masih
pada m-learning adanya keterbatasan hardware dan platform sehingga diperlukan rancangan
dengan sistem dan kemudahan dalam mengakses. Disamping itu juga diperlukan penelitian khusus
yang menangani tiap bagian yang ada pada m-learning agar didapat kenyamanan pada user.
Penelitian ini bertujuan untuk menangani masalah dengan memanfaatkan multimedia sebagai
konten yang bisa memberikan informasi yang lebih jelas dan spesifik. Penelitian ini bertujuan

menghasilkan model pembelajaran blended learning, yakni penggabungan antara model
pembelajaran online dan pembelajaran face to face, yang adaptif sesuai gaya belajar siswa yang
mengikutinya.
Kata kunci: Media Pembelajaran, M-Learning, Blended Learning, Adaptive Learning.

PENDAHULUAN
Mata pelajaran Biologi di jenjang
pendidikan SMA/MA termasuk ke dalam
kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bertujuan untuk memperoleh kompetensi
lebih lanjut serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri
(Mendiknas, 2006). Mata pelajaran Biologi
bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk; (1) membentuk sikap
positif terhadap mata pelajaran Biologi dengan
menyadari keteraturan dan keindahan alam
serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain. (3)
mengembangkan pengalaman untuk dapat
mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis. (4)
mengembangkan
kemampuan
berpikir
analisis, induktif, dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip Biologi. (5)

mengembangkan penguasaan konsep, dan
prinsip Biologi, dan saling keterkaitananya
dengan IPA lainnya serta mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya
diri. (6) menerapkan konsep dan prinsip
Biologi untuk menghasilkan karya teknologi
sederhana yang berkaitan kebutuhan manusia.
(7) meningkatkan kesadaran dan berperan
serta dalam menjaga kelestarian lingkungan

(Nunung, Syaiful, & Teti, 2014, p. 4).
Fenomena di lapangan menunjukkan
bahwa mata pelajaran Biologi sulit dipahami
oleh peserta didik karena beberapa materinya
bersifat abstrak. Di samping itu terdapat
istilah-istilah asing yang juga sulit untuk
dipahami. Proses pembelajaran yang masih
sebatas menyampaikan informasi belum
cukup untuk membantu peserta didik belajar
Biologi secara utuh.
promosi di internet dan sosial media
semakin pesat. Dampak positif lainnya

membantu memudahkan berbagai pekerja-an
manusia dalam berbagai bidang. Ada-pun
dampak negatif yang ditimbulkannya seperti
banyak waktu yang terbuang, mi-salnya
terlalu lama di sosial media, mela-yani
chating via instant messaging dan main games
hingga lupa waktu. Hal itu didu-kung oleh

fakta di lapangan, yang menun-jukkan bahwa
penggunaan smartphone yang dimiliki oleh
responden yang lebih banyak digunakan untuk
aktivitas di sosial media dibandingkan dengan
kegiatan pembelajaran. Data menunjukkan
90,3%
peserta
didik
memiliki
dan
menggunakan aplikasi BBM, 93,5% peserta
didik meng-gunakan aplikasi Whatapps,
80,6% me-miliki akun Twitter, 77,4%
menggunakan akun Facebook (Surahman,
2015, p. 8).
Dalam sehari semalam 32,3 % responden memenggunakan perangkat smartphone selama 3-5 jam, sedangkan 25,8% rata-rata menggunakan smartphone lebih dari 7
jam. 22,6% menggunakannya di bawah 3 jam,
dan 19,4% rata-rata menggunakannya antara
5-7 jam. Fakta lainnya dari lama waktu
penggunaan smartphone tersebut diperoleh

data bahwa 29% online di sosial media yang
dimilikinya lebih dari 5 jam, sedangkan 25,8
% rata-rata 1-5 jam online di sosial media
(Surahman, 2015, p. 7).
Data tersebut memberikan gambar-an
yang jelas bahwa kepemilikan mobile device
berupa smartphone di kalangan pel-ajar perlu
diberikan kontrol baik dari orang tua maupun,
yang lebih penting, dari dirinya sendiri yang
diberikan pemahaman bahwa penggunaan
smartphone harus be-nar-benar dimanfaatkan
untuk hal-hal yang bermanfaat bukan hanya
sekedar
sosial
media
yang
kurang
berkontribusi positif terhadap rencana masa
depannya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan

mutu pendidikan adalah dengan cara
mengoptimalkan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang

paling mempengaruhi adalah faktor keadaan
sekolah yang di dalamnya terdapat proses
pembelajaran, kurikulum, materi, media, dan
guru. Sedangkan untuk faktor internal yang
mempengaruhi adalah kemampuan yang
berbeda pada setiap siswa dalam memahami
dan
Teknologi
komunikasi
kian
berkembang dan maju pesat seiring dengan
kebutuhan saat ini. Hampir disetiap proses
kegiatan tidak lepas dari penggunaan
teknologi
komunikasi.

Perkembangan
teknologi saat ini diarahkan untuk dapat
mempermudah proses kegiatan. Dalam hal ini
terobosan-terobosan TI (Teknologi Informasi)
untuk pembelajaran masih sangat gencar
untuk dikembangkan terus-menerus. Mobile
internet merupakan salah satu metode yang
kini terus dikembangkan dalam dunia
pendidikan agar bisa dimanfaatkan sebagai
fasilitas untuk pembelajaran oleh learner
(pembelajar)
dengan
fleksibilitas
dan
kemudahannya itu yang memungkinkan cara
belajar dengan metode mobile atau lebih
dikenal dengan mobile learning (m-learning).
menyerap pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Siswa merupakan individu yang unik,
artinya tidak ada dua orang siswa yang sama

persis, tiap siswa mempunyai perbedaan satu
sama lain.
Inovasi media pembelajaran dewa-sa
ini dituntut kreatif dan dapat menye-suaikan
dengan perkembangan ilmu pe-ngetahuan dan
teknologi. Perkembangan teknologi perangkat
bergerak (mobile device) yang pesat
memberikan peluang dalam pengembangan
media pembelajaran ber-gerak (mobile
learning).
Mobile learning adalah pembelajaran
yang dikemas melalui perangkat bergerak
(mobile device). Mobile learning memudahkan para peserta didik untuk belajar kapan saja
dan di mana saja. Strategi tersebut memudahkan para peserta didik untuk menguasai
kompetensi materi secara utuh dalam waktu
yang lebih cepat dari media pembelajaran

yang lain (Rekkedal & Dye, 2009, pp. 71–72;
Economides, 2008, p. 6).
Pengembangan multimedia mobile

learning yang baik dapat memenuhi prinsip
personalized learning yakni mampu menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik
(Tortorella & Graf, 2012, p. 671). Salah satu
karakteristik peserta didik adalah keunikan
antara satu dengan yang lainnya baik dari
kemampuan awal, kecepatan menguasi materi,
maupun gaya belajar. Multimedia mobile
learning yang dapat menyesuaikan diri dengan
perberadaan karateristik gaya belajar peserta
didik dinamakan adapitve mobile learning.
Huang, Wang, & Hsieh (2012, p. 340)
menjelaskan bahwa untuk dapat memfasilitasi
keragaman perangkat mobile yang tersedia
perlu meningkatkan kenya-manan dan
efisiensi belajar dalam ling kungan
pembelajaran bergerak. Selain itu diperlukan
upaya untuk mengidentifikasi kapabilitas
perangkat setiap individu, penyesuaian konten
yang dapat menyediakan solusi atas
keberagaman perangkat pengguna. Dengan

demikian diperlukan sebuah mekanisme
diagnosa pembelajaran untuk mengetahui
pengetahuan awal peserta didik, gaya belajar
setiap peserta didik.
Adaptive mobile learning adalah
program multimedia pembelajaran yang
menyajikan materi pembelajaran melalui
perangkat bergerak (mobile device) dan
memiliki kemampuan untuk menyesuai-kan
dengan karateristik gaya belajar peng-guna
(student learning styles). Kemampuan tersebut
disebabkan adanya fitur khusus program
multimedia berupa instumen un-tuk mengukur
gaya belajar pengguna sebe-lum masuk pada
room materi. Dengan de-mikian para
pengguna dapat belajar sesuai dengan
kecenderungan gaya belajar ma-sing-masing.
Özyurt & Özyurt (2015, p. 350)
mengatakan bahwa belajar adalah proses yang
sulit dan kompleks. Beberapa parameter yang

harus diperhatikan pada karakteristik peserta
didik di antaranya persepsi dan operasi

pengetahuan pada diri peserta didik,
keterampilan umum, potensi berkembangnya
dan faktor lingkungan memainkan peran yang
penting dalam prosesnya. Dalam proses
pembelajaran
pendidik
harus
mampu
membaca karakter dominan para peserta didik.
Dengan demikian program layanan belajar
dapat dikemas sesuai dengan karakteristik
yang paling dominan. Salah satu kateristik
peserta didik yang perlu diperhatikan adalah
perbedaan gaya belajarnya. Gaya belajar
peserta didik memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya (Surjono, 2011, p. 2350).
Perbedaan gaya belajar peserta di-dik
dapat berhubungan dengan kecepatan peserta
didik dalam mencerna dan menye-rap
informasi yang diperoleh. Duckett &
Tatarkowski (2005, p. 11) mendefisinikan
gaya belajar adalah cara di mana seorang
peserta didik dapat mempelajari sesuatu, lebih
tepatnya berkaitan dengan cara dan
pendekatan peserta didik dan pengalaman
belajar serta dalam menggunakan infor-masi.
Lebih jauh Duckett & Tatarkowski (2005, p.
11) menjabarkan bahwa terdapat berbagai
pandangan mengenai gaya belajar seseorang,
apakah itu faktor genetik atau tergantung pada
bagian otak yang paling mudah menerima dan
bertanggungjawab dalam mengatur informasi
yang telah dipelajarinya. Namun, ada
kemungkinan bahwa gaya belajar merupakan
hasil in-teraksi antara apa yang diwariskan
secara genetik dengan pengalaman yang telah
dipelajari.
Dalam beberapa penelitian diperoleh
simpulan bahwa adaptive mobile learning
terbukti efektif untuk membantu pe-serta didik
belajar mencapai tujuan pem-belajaran secara
efektif dan efisien. Selain itu adaptive mobile
learning memudahkan proses pembelajaran
karena dapat dilaku-kan tanpa terikat waktu
dan ruang. Peng-guna dapat belajar kapan saja
dan di mana saja sesuai kebutuhan dirinya
untuk bel-ajar.
Produk adaptive mobile learning yang
dikembangkan bertujuan untuk menjadi salah

satu alaternatif media pembelajaran peserta
didik. Di samping itu diharapkan mampu
mendukung proses pembelajaran campuran
(blended learning). Proses blended learning
adalah
proses
pembelajaran
de-ngan
mengombinasikan antara model pembelajaran
konvensional
dengan
bantu-an
media
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Media Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa
latin medius yang berarti tengah,
perantara atau pengantar. Arti kata
media dalam Bahasa Arab yakni
perantara pesan yang dikirim
pengirim pada penerima pesan
(Arsyad, 2014: 3). Sependapat
dengan
peryataan
di
atas,
Daryanto, (2010:4) kata media
merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Medium dapat diartikan
sebagai perantara atau pengantar
terjadinya
komunikasi
dari
pengirim ke penerima. ”On
nomme média un moyen de
diffusion d’informations (comme
la presse, la radio, la télévision),
utilisé pour communiquer”, yang
berarti bahwa media adalah alat
untuk mengantarkan informasi
yang
digunakan
untuk
berkomunikasi.
Berdasarkan pengertian di
atas guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah diartikan
sebagai media. Lebih khusus
media dalam pembelajaran lebih
cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis dan
elektronik untuk menangkap,
memproses,
dan
menyusun
kembali informasi visual atau
verbal.
Munadi
(2013:
7)
mendefinisikan
media
pembelajaran sebagai sesuatu
yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber
pesan secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang
kondusif dan penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara
efektif dan efesien”.
Gerlach dan Ely via Arsyad
(2014: 4) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara
umum adalah manusia, materi dan
kejadian
yang
membangun
kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Berdasar
dari pengertian ini guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Rusman (2012:
170) juga mengemukakan media
pembelajaran merupakan suatu
teknologi perantara pesan yang
dapat
digunakan
untuk
pembelajaran
dan
media
pembelajaran merupakan sarana
fisik untuk menyampaikan materi
pelajaran.
Media pembelajaran dapat
merupakan wahana penyalur
pesan dan informasi belajar.
Media
pembelajaran
yang
dirancang secara baik akan sangat
membantu peserta didik dalam
mencerna dan memahami materi
pelajaran. Fungsi media dalam
kegiatan pembelajaran bukan
sekedar alat peraga bagi guru
melainkan sebagai pembawa
informasi/pesan
pembelajaran.
Masing-masing
jenis
media
pembelajaran
memiliki
karakteristik, kelebihan serta
kekurangannya. Itulah sebabnya
maka perlu adanya perencanaan
yang sistematis untuk penggunaan
mediapembelajaran.
(Muhson,
2010)
Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
media
pembelajaran adalah semua hal
yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima. Penggunaan media
pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat menumbuhkan

keinginan dan minat belajar yang
tinggi, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar,
bahkan
membawa
pengaruh
psikologis yang baik pada siswa.
Media pembelajaran merupakan
sarana
penyampaian
pesan
pembelajaran
yang
sangat
bermanfaat, sehingga sebaiknya
guru menggunakan
berbagai
media yang sesuai dengan
kebutuhan
dan
tujuan
pembelajaran.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media
pembelajaran
memiliki karakteristik dan fungsi
yang
berbeda-beda
dalam
menunjang keberhasilan proses
pembelajaran. Oleh karena itu,
pengelompokkan
media
pembelajaran dirasa penting agar
memudahkan pendidik dalam
memahami sifat media dan dalam
menentukan media yang sesuai
dengan
tema
pembelajaran
tertentu sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
Rusman
(2012:173)
mengemukakaan klasifikasi media
pembelajaran terbagi menjadi tiga
berdasarkan sifat, jangkauan, dan
teknik
dan
pemakaiannya.
Berdasarkan sifatnya, media dapat
dikelompokkan ke menjadi media
auditif, yaitu media yang dapat
didengar saja atau media yang
memiliki unsur suara. Contoh:
Kaset. Berikutnya adalah media
visual, yaitu media yang hanya
dapat
dilihat
saja,
tidak
mengandung unsur suara. Contoh:
foto dan gambar dan media
Audio-Visual, yaitu jenis media
yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur
gambar yang bisa dilihat. Contoh:
film dan video.
Berdasarkan
kemampuan
jangkuannya, media dapat pula
dikelompokkan menjadi media
yang memiliki daya input yang

luas dan serentak, yaitu media
yang memiliki jangkauan luas.

Bagan 1.
Pembelajaran

Fungsi

Media

Contoh: televisi dan radio
dan media yang daya input yang
terbatas oleh ruang dan waktu,
yaitu media yang jangkauannya
terbatas. Contoh: film dan video
Berdasarkan cara atau teknik
pemakaiannya,
media
dapat
dikelompokkan menjadi media
yang diproyeksikan, yaitu media
yang digunakan membutuhkan
alat bantu lain Contoh: OHP
(Overhead
Projector)
dalam
penggunaannya
media
ini
membutuhkan plastik transparan
agar dapat menampilkannya dan
media yang tidak diproyeksikan,
yaitu media yang tidak dapat
membutuhkan alat bantu lain.
Contoh: Poster, diagram, grafik
Indriana
(2011:
55)
mengelompokkan
media
pembelajaran menjadi lima bentuk
dasar informasi, yaitu suara,
gambar, cetakan, grafis, garis dan
gerakan.
Maka
media
pembelajaran
dapat
di
klasifikasikan
dalam
lima
kelompok besar yaitu media audio
visual diam, media visual gerak,
media audio, media audio visual
diam, dan media audio visual
gerak. Lima kelompok besar
tersebut dapat disajikan dalam
bentuk penglihatan langsung,
proyeksi
optik,
proyeksi
elektronik atau telekomunikasi.
Berdasarkan beberapa pendapat
ahli, media pembelajaran secara
umum dapat di klasifikasikan
menjadi media visual, media
audio, serta audio-visual.

c. Fungsi dan Manfaat Media
Pembelajaran
Media
pembelajaran
berfungsi sebagai alat bantu
mengajar
yang
turut
mempengaruhi proses belajar yang
buat dan ditata oleh guru. Media
pembelajaran merupakan bagian
dari metode mengajar sebagai
salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan interaksi guru dan
siswa serta interaksi siswa dengan
lingkungan belajarnya (Sudjana,
2011: 3).
Fungsi media pembelajaran
menurut Daryanto (2010: 8) yakni
media berfungsi sebagai pembawa
infomasi dari sumber (guru)
menuju
penerima
(siswa).
Sedangkan metode merupakan
prosedur untuk membantu siswa
dalam menerima dan mengolah
informasi demi mencapai tujuan
pembelajaran.
Fungsi
media
pembelajaran ditunjukan pada
gambar berikut:
2. M-Learning
Teknologi
Informasi
dan
Telekomunikasi
dengan
internet
menjadi prioritas utama dalam
perkembangan
kemajuan
dunia.
Perkembangan
ini
memberikan
terobosan baru dalam pembelajaran
mobile
dengan
memanfaatkan
perangkat TI genggam atau yang biasa
disebut dengan mobile learning (mlearning).
M-Learning
memiliki
beberapa kelebihan kemampuan untuk
pembelajaran yang bisa diakses kapan
saja, di mana saja, oleh siapa saja.
Masalah yang masih pada m-learning
adanya keterbatasan hardware dan
platform
sehingga
diperlukan
rancangan
dengan sistem
dan
kemudahan dalam mengakses.
Mobile Learning (m-learning)
adalah pengembangan dari e-learning.
Istilah mobile learning (m-learning)
mengacu
kepada
penggunaan
perangkat IT genggam dan bergerak,
seperti PDA, telepon genggam,
laptop, dan tablet PC, dalam

pengajaran dan pembelajaran. Mlearning adalah pembelajaran yang
unik karena pembelajar dapat
mengakses materi pembelajaran,
arahan dan aplikasi yang berkaitan
dengan course kapan-pun dan di
mana-pun.
3. Blended Learning
Blended
learning
yaitu
pembelajaran yang mengombinasikan
pembelajaran tatap muka dengan
pembelajaran
online.
Menurut
Garnham, tujuan dikembangkannya
blended
learning
adalah
menggabungkan ciri-ciri terbaik dari
pembelajaran di kelas (tatap muka)
dan ciri-ciri terbaik pembelajaran
online
untuk
meningkatkan
pembelajaran mandiri secara aktif
oleh siswa (Husamah 2013, p. 21).
Yusuf (2011) menyatakan bahwa
Blended learning sering digunakan
untuk makna yang sama dengan
istilah hybrid dan mix-learning. Tiga
istilah
ini
secara
praktis
mengonvergensi
bahan-bahan
elektronik dengan interaksi di dalam
kelas. Pendekatan ini menjadikan
pembelajaran lebih personal dengan
pemberian instruksi yang berbeda
antara satu peserta dengan peserta
yang lain.
Yusuf (2011), Blended learning
merupakan pengembangan modelmodel e-learning yang dianggap
pendekatan paling tepat memoderasi
kebutuhan pembelajaran masyarakat
terbuka terhadap perubahan global
sekaligus memenuhi selera belajar
tradisional
yang
belum
bisa
ditinggalkan. Pradnyawati, Suparta, &
Sariyasa (2014) menyatakan bahwa
blended
learning
juga
dapat
memfasilitasi berbagai gaya belajar
siswa, dimana masing-masing siswa
mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda. Hasil dari penelitian
Pradnyawati
menyatakan
bahwa
strategi
pembelajaran
blended
learning
baik
untuk
proses
pembelajaran siswa sesuai dengan
gaya belajar masing-masing siswa.

Dengan blended learning, penguasaan
konsep siswa menjadi lebih baik.
4. Adaptive Learning
Adaptive
mobile
learning
adalah
program
multimedia
pembelajaran yang menyajikan materi
pembelajaran
melalui
perangkat
bergerak (mobile device) dan memiliki
kemampuan untuk menyesuai-kan
dengan karateristik gaya belajar pengguna (student learning styles).
Kemampuan tersebut disebabkan
adanya
fitur
khusus
program
multimedia berupa instumen un-tuk
mengukur gaya belajar pengguna
sebe-lum masuk pada room materi.
Dengan de-mikian para pengguna
dapat
belajar
sesuai
dengan
kecenderungan gaya belajar ma-singmasing.
Özyurt & Özyurt (2015, p. 350)
mengatakan bahwa belajar adalah
proses yang sulit dan kompleks.
Beberapa parameter yang harus
diperhatikan pada karakteristik peserta
didik di antaranya persepsi dan
operasi pengetahuan pada diri peserta
didik, keterampilan umum, potensi
berkembangnya dan faktor lingkungan
memainkan peran yang penting dalam
prosesnya.
Dalam
proses
pembelajaran pendidik harus mampu
membaca karakter dominan para
peserta didik. Dengan demikian
program layanan belajar dapat
dikemas sesuai dengan karakteristik
yang paling dominan. Salah satu
kateristik peserta didik yang perlu
diperhatikan adalah perbedaan gaya
belajarnya. Gaya belajar peserta didik
memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya (Surjono, 2011,
p. 2350).
Perbedaan gaya belajar peserta
di-dik dapat berhubungan dengan
kecepatan peserta didik dalam
mencerna dan menye-rap informasi
yang
diperoleh.
Duckett
&
Tatarkowski
(2005,
p.
11)
mendefisinikan gaya belajar adalah
cara di mana seorang peserta didik
dapat mempelajari sesuatu, lebih

tepatnya berkaitan dengan cara dan
pendekatan
peserta
didik
dan
pengalaman belajar serta dalam
menggunakan infor-masi. Lebih jauh
Duckett & Tatarkowski (2005, p. 11)
menjabarkan bahwa terdapat berbagai
pandangan mengenai gaya belajar
seseorang, apakah itu faktor genetik
atau tergantung pada bagian otak yang
paling
mudah
menerima
dan
bertanggungjawab dalam mengatur
informasi yang telah dipelajarinya.
Namun, ada kemungkinan bahwa
gaya belajar merupakan hasil interaksi antara apa yang diwariskan
secara genetik dengan pengalaman
yang telah dipelajari.
Dalam beberapa penelitian
diperoleh simpulan bahwa adaptive
mobile learning terbukti efektif untuk
membantu pe-serta didik belajar
mencapai tujuan pem-belajaran secara
efektif dan efisien. Selain itu adaptive
mobile learning memudahkan proses
pembelajaran karena dapat dilaku-kan
tanpa terikat waktu dan ruang. Pengguna dapat belajar kapan saja dan di
mana saja sesuai kebutuhan dirinya
untuk bel-ajar.
Produk
adaptive
mobile
learning
yang
dikembangkan
bertujuan untuk menjadi salah satu
alaternatif media pembelajaran peserta
didik.
KESIMPULAN
Media adalah alat untuk mengantarkan
informasi
yang
digunakan
untuk
berkomunikasi terutama dalam menyampaikan
materi peembalajran di kelas. Manfaat dari
media
pembelajaran
adalah
membuat
pembelajaran lebih menarik dan efisien.
Program Aplikasi Adaptive Mobile
Learning (A-MoL) ini perlu diimplementasikan lebih lanjut pada cakupan yang lebih
luas. Pendidik/guru baik pada sekolah formal
maupun nonformal diharapkan mampu
memanfaatkan program Adaptive Mobile
Learning (A-MoL) untuk memfasi-litasi
alternatif media pembelajaran peserta didik.
Materi
yang
disajikan
sebaiknya
dikembangkan juga untuk mata pelajaran yang
lainnya
terutama
yang
mendukung

dikembangkan melalui pendekatan mobile
learning.
Selian itu perlu pengembangan
Adaptive Mobile Learning (A- MoL) yang
dapat memfasilitasi perbedaan karakteris-tik
gaya belajar selain gaya belajar visual,
auditorial dan kinetetik misalnya gaya belajar
global, analitik, maupun gaya belajar readwrite. Pengembangan Adaptive Mobile
Learning (A-MoL) yang dapat memfasilitasi
sajian materi sesuai dengan karakteristik
peserta didik lainnya seperti tingkat
pengetahuan awal, asal daerah dan keepatan
belajar para peserta didik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapakan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materil khususnya
kepada Dr. Kartimi, M.Pd. selaku ketua
JurusanTadris IPA Biologi, Bpk. Ipin Aripin,
M.Pd. yang telah membimbing dalam
penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran
Tujuannya Sangat Penting dalam
Pencapian Tujuan Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava.
Duckett, I., & Tatarkowski, M. (2005).
Practical strategies for learning and
teaching on vocational programmes.
United Kingdom: Learning and
Skills Development Agency.
Economides, A. A. (2008). Context-aware
mobile
learning.
The
Open
Knowlege Society. A Computer
Science and Information Systems
Manifesto, 213–220.
Huang, H.-C., Wang, T.-Y., & Hsieh, F.-M.
(2012). Constructing an Adaptive
Mobile Learning System for the
Support of Personalized Learning
and Device Adaptation. Procedia Social and Behavioral Sciences, 64,
332–341.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012
.11.040
Husamah 2014. Pembelajaran Bauran
(Blended
Learning)
Terampil
Memadukan Keunggulan Face to
face, E-learning Offline Online dan
Mobile Learning. Jakarta, Prestasi
Pustaka, p. 21
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media
Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.
Muhson, A. (2010). “Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi”.
Jurnal
Pendidikan
Akuntansi Indonesia. 8, (2), 1-10.
Munadi, Y (2013). Media Pembelajaran.
Jakarta Selatan: Referensi
Nunung, N., Syaiful, A., & Teti, S. (2014).
Buku guru biologi untuk SMA/MA
kelas XI. Bandung: Yrama Widya.
Özyurt, Ö., & Özyurt, H. (2015). Learning
style based individualized adaptive
e-learning environments: Content
analysis of the articles published
from 2005 to 2014. Computers in
Human Behavior, 52, 349–358.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.06
.020
Rekkedal, T., & Dye, A. (2009). Mobile
distance learning with pdas:
development
and
testing
of
pedagogical and system solution
supporting mobile distance learners.
Norwegia: AU Press.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran
Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21.
Bandung: Alfabeta.
Sudjana, N dan Rivai. A. (2011). Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Surahman, E dan Surjono, H. D. (2017).
“Pengembangan Adaptive Mobile
Learning Pada Mata Pelajaran
Biologi SMA Sebagai Upaya
Mendukung
Proses
Blended

Learning”. Jurnal Inovasi Teknologi
Pendidikan. 4, (1), 26-37.
Surjono, H. D. (2011). The design of adaptive
e-learning system based on student’s
learning
styles.
International
Journal of Computer Science
Information
and
Education
Technologies (IJCSIT), 2(5), 2350–
2353.
Retrieved
from
http://ijcsit.com/docs/Volume
2/vol2issue5/ijcsit20110205108.pdf

Tortorella, R. A. W., & Graf, S. (2012).
Personalized mobile learning via an
adaptive engine. In 2012 12th IEEE
International
Conference
on
Advanced Learning Technologies (p.
671).
Retrieved
from
http://sgraf.athabascau.ca/publicatio
ns/tortorella_graf_DULPSPeL12.pdf
Yusuf,M. T. 2011, ‘Mengenal blended
learning’, Lentera Pendidikan, Vol.
14, No. 2, pp. 232-2