Artikel Pendidikan Karakter Kejujuran di

PENTINGNYA PENGUATAN KEJUJURAN MELALUI PENDIDIKAN
KARAKTER UNTUK MENGHINDARI KASUS KECURANGAN DI
SEKOLAH

Penyusun:
Rihanum Mihda Rosyidah Habe
15010684064
2015-B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2016

Abstract
The rise of cheating cases in school motivated by the low level of honesty in students,
teachers and school authorities. It needs a solution that can solve the fraud problem. Honesty
is one of the pillars of character that should be owned by everyone. The lack of honesty
makes the character ingrained cases of fraud covered in the corners of life in this country.
Character education is present as a solution to the problem of morality and the bad character.
This discussion focuses on character education bracing honesty to avoid cases of cheating in

school. Honesty is the main discussion following steps and how to strengthen the character of
honesty in school. One way to be honest is to avoid behaviors that will produce remorse.
Therefore, the school plays an important role to give character education, especially the
strengthening the character of honesty as the solution of cases of fraud occurring. Hopefully,
by the strengthening of honesty in the school can eliminate the cases of fraud that have
emergency cases and will avoid any cases of fraud in the future.
Keywords: education, character, honesty, cheating.
Abstrak
Maraknya kasus kecurangan di sekolah dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat kejujuran
baik dalam diri murid, guru, dan pihak sekolah. Perlu adanya solusi yang dapat mengatasi
permasalahan kecurangan tersebut. Kejujuran merupakan salah satu pilar karakter yang harus
dimiliki oleh setiap orang. Minimnya karakter kejujuran menjadikan kasus kecurangan sudah
mendarah daging secara terselubung di sudut-sudut kehidupan di negeri ini. Pendidikan
karakter hadir sebagai solusi dari permasalahan moralitas dan karakter tersebut. Pembahasan
ini memfokuskan pendidikan karakter dalam menguatkan kejujuran untuk menghindari kasus
kecurangan di sekolah. Kejujuran menjadi pembahasan utama berikut langkah dan cara
menguatkan karakter kejujuran di sekolah. Salah satu cara untuk berlaku jujur adalah dengan
menghindari perilaku yang nantinya akan membuahkan penyesalan. Oleh karena itu, sekolah
berperan penting dalam adanya pendidikan karakter khususnya penguatan karakter kejujuran
sebagai solusi dari kasus kecurangan yang terjadi. Diharapkan dengan adanya penguatan

kejujuran di sekolah dapat menghilangkan kasus-kasus kecurangan yang telah banyak muncul
dan menghindari akan terjadinya kasus kecurangan di masa yang akan datang.
Kata kunci: pendidikan, karakter, kejujuran, kecurangan.
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik berupa tindakan mencontek,
mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan
kejadian sehari-hari. Bahkan dalam pelaksanaan ujian akhir sekolah di beberapa daerah
ditengarai ada guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswa, karena takut muridnya
tidak lulus sehingga mencoreng nama sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan
kejujuran telah menjadi barang yang langka, contoh hilangnya kepercayaan masyarakat
Indonesia seperti maraknya korupsi dan kolusi sudah amat banyak. Sebenarnya, kasus
kecurangan sudah menjadi masalah yang sangat rumit. Ini bukan hanya dalam lingkup
pendidikan saja. Kasus kecurangan sudah mendarah daging secara terselubung di sudut-sudut

kehidupan di negeri ini. Itu sebabnya, penyelesaian untuk mendidik manusia jujur
memerlukan strategi dari segala arah. Intinya adalah sekolah memang menjadi salah satu
jalan untuk mengubah perilaku dengan kerangka akademik. Kerangka ini dirancang dalam
bentuk materi pelajaran yang disajikan dalam kurikulum. Kemudian, materi-materi itulah
yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk materi ajar.
Pendidikan karakter hadir sebagai solusi dari problem moralitas dan karakter tersebut.

Meski bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam angin
segar bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda.
Berbagai alternatif guna mengatasi krisis karakter, memang sudah dilakukan dan penerapan
hukum yang lebih kuat. Altenatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling
tidak mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah melalui
pendidikan karakter.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apa
pengertian karakter?; (2) Apa contoh kasus tentang ketidakjujuran dalam pembelaajaran di
sekolah?; (3) Bagaimana implementasi kejujuran dalam pembelajaran anak usia dini?.
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penulisan sebagai berikut: (1)
Mengetahui dan memahami pengerian karakter; (2) Mengetahui contoh kasus tentang
kejujuran pada pembelajaran anak usia dini; (3) Untuk mengetahui dan dapat menerapkan
kejujuan pada anak usia dini.
1. Pengertian karakter
Menurut Philips dalam Mu’in (2011:160) karakter adalah kumpulan tata nilai
yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan. Jadi, karakter memiliki ciri-ciri antara lain sebagi berikut: (1) Karakter
adalah siapa dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu; (2) Karakter
merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan; (3) Karakter adalah sebuah
kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua; (4) Karakter bukanlah reputasi atau apa

yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu; (5) Karakter bukanlah seberapa baik
kamu daripada orang lain; (6) Karakter tidak relatif.
Sedangkan menurut Lorens Bagus dalam Syamsul menguraikan karakter
sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencaakup perilaku, kebiasaan,
kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan polapola pemikiran. Suyanto mendefinisikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi dapat diimpulkan bahwa karakter
adalah kerangka kepribadian seseorang yang mewujudkan ciri-ciri kepribadian diri
seseorang.
2. Pengertian Kejujuran
Menurut Mahmud

Muhammad dalam Shobroh,

kejujuran merupakan

kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan diri dan bertindak
secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan erat dengan
nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana

kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan
manusia.
Menurut Arifin dalam Shobroh, Kejujuran dalam proses belajar mengajar
merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena kejujuran mendasari semua
aktivitas dalam belajar mengajar. Ada lima implikasi kejujuran terhadap

proses

belajar mengajar yaitu; tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat pendidikan,
dan lingkungan sekitar. Menurut

jamal

ma’mur dalam Shobroh,

Kejujuran

merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya. Hal ini diwujudkan pada perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun pada pihak lain.

Analisis
Dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik berupa tindakan mencontek,
mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan
kejadian sehari-hari. Bahkan dalam pelaksanaan ujian akhir sekolah di beberapa daerah
ditengarai ada guru yang memberikan kunci jawaban kepada siswa, karena takut muridnya
tidak lulus sehingga mencoreng nama sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan
kejujuran telah menjadi barang yang langka, contoh hilangnya kepercayaan masyarakat
Indonesia seperti maraknya korupsi dan kolusi sudah amat banyak. Keprihatinan ini
telah menjadi keprihatinan nasional, presiden Republik Indonesia menyampaikan dalam
pidatonya : “pembangunan watak amat penting, kita ingin membangun manusia Indonesia
yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berperilaku yang baik. Bangsa ini ingin memiliki
peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban yang demikian dapat dicapai apabila
masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society). Keharuman nama
jarang bisa dipulihkan, ketika karakter lenyap semuanya juga lenyap. Satu-satunya
mutiara kehidupan yang paling berharga sirna selamanya.

Berikut ini contoh kasus ketidakjujuran dalam pembelajaran yang diambil dari
Kompasiana.com 2015 berjudul “Murid Ketahuan Mencontek, Malah Dibela Kepala
Sekolah”
Ironis, itulah kata yang bisa saya tuliskan di awal kalimat artikel ini. Hari ini dalam

pertemuan dengan beberapa rekan kerja di bilangan Gajah Mada, saya mendengar sebuah
cerita yang menyedihkan tentang proses ujian nasional yang tidak jujur di tingkat sekolah
menengah di Pontianak. Rekan saya yang mempunyai pacar di Pontianak dan berprofesi
sebagai guru ditugaskan untuk menjadi pengawas di salah satu sekolah negri yang ada di
Pontianak. Dia bertugas bersama seorang rekan yang berasal dari sekolah lain. Jadi mereka
tidak saling mengenal sebelumnya. Dalam pengawasan itu, seorang murid tertangkap tangan
membawa contekan jawaban untuk soal ujian. Pacar rekan saya ini kemudian menyita
contekan jawabannya dan memberikan peringatan untuk tidak melakukan kecurangan dalam
melakukan ujian akhir. Kemudian dia meminta murid itu mengerjakan lagi soal ujian. Rekan
yang bertugas mengawasi sebenarnya tahu bahwa murid ini sudah melakukan kecurangan
namun dia diam saja.
Singkat cerita, ketika waktu tinggal 10 menit ada bunyi bel yang menandakan supaya
murid-murid mengecek ulang dan bila selesai bisa meninggalkan ruangan. Nah murid yang
ketahuan menyontek ini kalang kabut karena dia hanya mengisi beberapa soal saja.
Kemudian dia meminta jawaban kepada teman lain yang kode soalnya sama. Pacar rekan
saya ini yang melihat hal tersebut meminta murid tersebut untuk tidak meminta jawaban
kepada temannya. Murid yang ditegur ini bukannya tahu diri dan menuruti permintaan guru
pengawas malah semakin menjadi-jadi meminta jawaban dari temannya. Lucunya rekan
pengawas yang menjaga justru meminta pacar rekan saya ini untuk membiarkan hal itu
terjadi dengan mengatakan kasihan kalau murid ini sampai tidak lulus ujian. Kacau!!!

Akhirnya guru jujur ini mengambil inisiatif untuk menulis kejadian yang terjadi dalam berita
acara dengan tidak menyebut nama murid yang menyontek. Ketika berita acara ini diserahkan
kepada kepala sekolah bersangkutan, guru ini menceritakan kronologis yang terjadi kepada
pimpinan sekolah tersebut.
Ketika guru ini kembali ke sekolah asal, kepala sekolah negri tadi menelepon kepala
sekolahnya dan meminta supaya guru yang mengawas tadi tidak menceritakan kasus
mencontek yang terjadi di sekolahnya. Alasannya adalah demi menjaga nama baik sekolah
dan hubungan antar sekolah. Ironisnya adalah murid yang ketahuan nyontek itu adalah anak

kandung dari kepala sekolah tersebut! Kacau memang pelaksanaan ujian nasional seperti ini.
Jelas-jelas ada yang ketahuan menyontek justru minta ditutupi dan tidak usah dipublikasikan.
Kacaunya lagi rekan-rekan dari murid yang menyontek ini masih berani berkicau dalam
media sosial dan menyudutkan guru yang berani untuk menyatakan kebenaran. Mereka
mengatakan guru tersebut sok jujur dan sok idealis.
Seorang pendidik memiliki peran vital dalam pengembangan dan pendidikan karakter
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Karena pendidik yang baik memilik karakter yang
baik tidak hanya ketika di sekolah saja, ketika di luar sekolahpun karakter baik tersebut harus
tetap ada sebagai cerminan dari kepribadian yang baik seorang pendidik. Pendidik dalam
dunia ssekolah disebut juga ebagai guru yang dalam bahasa Jawa adalah digugu lan ditiru
berarti orang yang sering diikuti dan dicontoh. Dari kalimat tersebut dengan jelas dapat

dipahami bahwa segala sesuatu yang ada dalam diri seorang guru merupakan hal yang akan
ditiru oleh masyarakat didiknya. Guru sebagai role model utama dalam kehidupan sekolah.
Seorang guru yang memahami dengan baik dan menerapkan pendidikan karakter dalam
dirinya tentu akan menjadi guru yang baik untuk anak didiknya. Ketika pendidikan karakter
yang dipahami oleh guru dilaksanakan dalam kehidupannya dapat dilihat dari apa yang guru
bicarakan dan bagaimana seorang guru memaknai sesuatu. Guru dengan karakter yang baik
akan disegani dan dicontoh oleh anak didiknya.
Manfaat dari pendidikan karakter untuk calon pendidik, guru tidak memandang murid
sesuai dengan kemampuan akademik saja namun guru dapat memahami semua kemampuan
dan arakter anak didinya, guru membentuk karakter anak didik tidak melalui teori atau
nasehat saja, namun guru mencontohkan dan mempraktekkannya langsung dalam
kehidupannya sehingga anak dapat dengan nyata melihat dan pada akhirnya meniru karakter
baik dari gurunya. Beberapa manfaat pendidikan karakter untuk calon pendidik, diantaranya:
(1) Dapat memahami dengan baik setiap anak didiknya; (2) Menjadi tulus, sabar, dan penuh
komitmen untuk membentuk karakter murid-muridnya; (3) Tidak mengutamakan kepentingan
dirinya sendiri. Tak memdeulikan dirinya selama ia bisa melihat murid-muridnya tumbuh dan
berkembang dengan baik; (4) Menjadi role model yang baik untuk anak didiknya; (5) Tidak
mudah terbawa arus atau terprovokasi dengan permasalahan dalam sekolah yang tidak
mementingkan siswa; (6) Disegani dan dihormati oleh anak didiknya; (7) Setiap arahan dan
nasehatnya diterima baik oleh murid-muridnya; (8) Menjadi sosok yang dekat dengan murid

sebagai orangtua, teman, dan lain-lain, dan banyak yang lainnya.

Pendidikan karakter memiliki banyak manfaat bagi diri sendiri baik dalam kehidupan
sosial maupun sebagai calon pendidik. Pada intinya, pendidikan karakter tidak akan berjalan
dengan baik bial hanya berupa teori tanpa praktek yang nyata dalam keseharian seseorang.
Oleh karena itu, pendidikan karakter dapat dibentuk dengan sedikit demi sedikit
mempraktikkan perilaku yang baik, berkarakter, bermoral, beretika, patuh pada nilai dan
norma sehingga karakter yang baik akan tertanam kuat dalam diri kita semua dan
mencerminkan perilaku yang baik tanpa harus banyak berkata namun nihil aksinya.
Kejujuran juga merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Dengan

demikian,

sesuai

pendapat

para


ahli

diatas bisa disimpulkan

bahwa

pembentukan kejujuran adalah proses atau perbuatan untuk membentuk seseorang
bertindak secara benar sehingga menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Dengan
membentuk diri sebagai manusia yang jujur bisa diterapkan kapanpun, dimanapun, dan dari
berbagai aspek.
Ada beberapa hal yang dapat mendorong terbentuknya sifat jujur, antara lain: (1)
Membiasakan berbicara sesuai dengan perbuatan; (2) Mengakui kebenaran orang lain dan
mengakui pula kesalahan diri sendiri jika memang bersalah; (3) Selalu mengingat bahwa
semua perbuatan manusia dilihat oleh Allah SWT (4) Meyakini

bahwa

kejujuran

mengantarkan manusia kejenjang derajat yang terhormat; (5) Berlaku bijaksana sesuai
dengan aturan hukum; (6) Meyakini bahwa dengan jujur, berarti menjaga diri dari
hitamnya wajah diakhirat kelak.
Cara terbaik memulai bersikap jujur adalah dengan cara tidak berbuat sesuatu yang
memalukan atau tidak etis sehingga memaksa kita untuk berbohong di kemudian hari.
Proses perkembangan jujur harus dimulai dari hal yang terkecil, mulailah dengan kejujuran
dalam berbicara dan berbuat. Dengan membiasakan hal yang kecil dengan kejujuran
maka akan terbiasa pada hal-hal yang besar pun akan melakukannya dengan jujur.
Kesimpulan
Pendidikan karakter hadir sebagi solusi problem moralitas dan karakter itu. Meski
bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam
penyembuh bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi
muda. Kejujuran adalah salah satu karakter yang harus dibangun dalam dunia pendidikan.

Dengan kejujuran akan menjadikan karakter pendidikan di Indonesia menjdi lebih baik.
Sistem pendidikan memerlukan penjilmaan dalam materi nyata berupa sikap jujur dan
pengetahuan materi pembelajaran sebagai penguatan karakter bagi peserta didik.
Rekomendasi
Kejujuran hendaknya diterapkan di setiap sekolah dan di lingkungan anak usia dini.
Sebagai seorang guru, hendaknya lebih memberikan contoh yang baik kepada peserta didik
karena guru dipandang sebagai role model.
Karya tulis ini perlu banyak kritikan dan saran dari pembaca agar pada penulisan
berikutnya mampu menjadi lebih baik.
Sumber Rujukan
Kurniawan, Syamsul. 2014. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.
Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Shobroh, Amanatus. 2013. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Pembentukan
Kejujuran Siswa Mts Negeri Galur Kulon Progo Yogyakarta. www.ejournal.uny.ac.id.
Diakses pada 31 Mei 2016.