BAB IV n Efektivitas model pembelajaran

45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pada penelitian ini, yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas
XI IPS 2, dengan jumlah siswa 31 siswa, tetapi data yang diolah
sebanyak 30 siswa karena 1 siswa tidak hadir sehingga tidak dapat
mengikuti post-test. Tahap perlakuan awal pada kelas eksperimen
yaitu dimulai dengan pemberian pre-test yang dilaksanakan pada hari
Selasa, 31 Juli 2012 untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
materi

ketenagakerjaan

dan

pengangguran

sebelum


diberikan

perlakuan dengan metode pembelajaran TGT. Tahap selanjutnya
adalah memberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan metode
TGT sebanyak 3 kali pertemuan. Alokasi setiap pertemuan yaitu 2 x
45 menit dan 1 x 45 menit. Berhubung penelitian ini dilaksanakan
bertepatan dengan bulan Ramadhan, jadi alokasi waktu dikurangi 10
menit, sehingga tiap pertemuan menjadi 2 x 35 menit dan 1 x 35
menit. Setelah diberikan perlakuan, selanjutnya siswa diberikan posttest pada hari Kamis, 9 Agustus 2012. Post-test ini diberikan dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diajar dengan
menggunakan metode TGT.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
TGT di kelas, terlebih dahulu peneliti membagikan lembar materi
kepada siswa, agar lebih mudah dalam menjelaskan materi.

46

Sebelum memulai pelajaran, guru mengucapkan salam dan ketua
kelas memimpin siswa untuk menyiapkan kelas dan berdoa. Setelah

itu, guru mengecek kehadiran siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran
TGT terdiri dari 5 tahap, yaitu :
a. Penyajian Kelas
Pada tahap ini, guru menjelaskan materi secara garis besar.
Guru menekankan pada siswa untuk menyimak dengan baik agar
mereka dapat menjawab soal pada saat game turnamen nanti.
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa agar lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjut
nya, guru mengenalkan model pembelajaran TGT serta menyam
paikan apa yang harus mereka lakukan pada saat kegiatan
pembelajaran ini berlangsung.
Tahap penyajian kelas ini dilaksanakan pada pertemuan
pertama, guru hanya menyampaikan garis besar materi saja,
selanjutnya siswa dapat membaca sendiri pada materi yang telah
diberikan guru.

b.

Belajar Dalam Kelompok
Belajar kelompok dilaksanakan pada pertemuan kedua. Pada


tahap ini, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Masingmasing kelompok terdiri dari 6 siswa, dan terdapat satu kelompok
yang terdiri dari tujuh siswa. Setiap kelompok terdiri dari siswa
yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar siswa yang memiliki kemampuan yang lebih,

47

dapat memberikan penjelasan kepada siswa yang memiliki
kemampuan yang sedang dan rendah. Sehingga yang berkemam
puan sedang dan rendah dapat menerima pelajaran dengan baik.
Dalam tahap ini, setiap kelompok diberikan soal-soal yang
harus mereka pecahkan bersama. Pada pertemuan ini, terdapat
kelompok yang memiliki kerjasama yang baik, mereka saling
bekerjasama dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru.
Selain

itu,

ada


juga

yang

hanya

mengandalkan

teman

kelompoknya. Melihat keadaan ini, guru langsung menghampiri
kelompok tersebut dan memberikan pertanyaan yang termasuk
dalam soal yang telah dijawab kepada siswa yang tidak ikut serta
kerjasama dalam mengerjakan soal. Siswa tersebut tidak bisa
menjawab, kemudian guru memperingatkan siswa tersebut untuk
turut serta dalam menyelesaikan soal dalam kelompoknya.
c.

Permainan

Permainan ini dimulai pada pertemuan ketiga. Sebelum

dimulai permainan, guru menjelaskan peraturan dalam permainan
ini. Pada awalnya, siswa saling berbicara masing-masing dengan
teman kelompoknya, kemudian guru meminta siswa untuk
tenang.

Kemudian

guru

menjelaskan

kembali

peraturan

permainan, masih terdapat siswa yang kurang paham sehingga
guru menjelaskannya kembali. Kemudian siswa menyusun meja
turnamen menjadi lima meja, dengan bimbingan guru. Sebelum


48

memulai permainan, guru terlebih dahulu memberikan contoh
bagaimana permainan berlangsung.
d. Turnamen
Tahap turnamen merupakan struktur dari permainan. Jadi,
turnamen disini termasuk dalam tahap permainan.
Guru membagi siswa ke dalam empat meja turnamen. Dalam
tiap meja, terdiri dari empat siswa yang berkemampuan homogen.
Pada saat awal permainan, siswa masih terlihat bingung,
kemudian guru memberikan simulasi permainan sehingga siswa
lebih paham. Setelah beberapa menit siswa bermain, mereka
terlihat bersemangat untuk menjawab soal dan menyanggah
teman yang tidak bisa menjawab soal yang dibacakan oleh
pembaca soal. Lima menit sebelum jam pelajaran habis, guru
meminta siswa untuk menghentikan permainan untuk menghitung
skor yang telah mereka peroleh.
Dalam tahap ini, guru menemukan beberapa kesulitan, karena
guru harus mobile dari satu meja ke meja lain untuk melihat

bagaimana permainan berlangsung. Selain itu, tidak semua siswa
yang dapat bermain karena waktu yang tersedia sangat terbatas,
dan siswa yang tidak bermain terkadang ribut sendiri dan
menganggu konsentrasi temannya yang sedang melakukan
permainan.
e.

Rekognisi Tim
Tahap ini pada dasarnya dilaksanakan pada pertemuan ketiga,

tetapi karena waktunya habis, sehingga rekognisi ini dilaksanakan
pada saat 10 menit setelah siswa melakukan post-test.

49

TABEL 4.1 : Perolehan Skor Tim
NAMA

ANGGOTA


PEROLEHAN

KELOMPOK

KELOMPOK

SKOR

Kelompok 1
(Dollar)

Iskandar
Maulinensi Pratiwi

RATA

PREDIKAT

SKOR


60
60
60
40
Tidak ikut
60

56

Tabel bersambung

Johanda

20
40
40
40
40
Tidak ikut


M. Jundullah

Tidak ikut

M. Anggara Yuda. P
Rama R. Putra
Tri Oktavia. S
TABEL 4.1, sambungan
Taufik Rahman
Kelompok 2
Indra Hadi Aprianto
(Manpower)

RATA-

Cicit Maryam
Qana’ah
Dhea Septina

SUPER

TEAM

36

-

Sumantri
Kelompok 3
(Inflasi)

Indah Santi. A
Robby Saputra
Ibnu Fatan
Jayanti Irpana Dewi
Qayyimah

40
Tidak ikut
40
20
40

32
-

Tiara Sandya
20
Kelompok 4

Wirawan Saukalam
Ade Jusmiyanti

(Pengangguran)

Desi Ruqqayawati
Febry Putra Utama
Novita Sari
Nadya Anggraini

GOOD

60
40
60
Tidak ikut
40
60

TEAM
40

50

Kelompok 5
(Entrepreneurship)

Prayogi Trisandy
Larasati Dewi

40
60
40
60
Tidak ikut
60

Depi Riduan
Ilmiati
Repa Pebrianita
Rini Wiyarso. P

52

GREAT
TEAM

Riza Ruli
Rekognisi tim ini bertujuan untuk memberikan penghargaan
bagi pencapaian yang telah diraih oleh siswa dalam pelajaran
ekonomi. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemenang dalam
permainan turnamen adalah kelompok 1 (Kelompok Dollar).
Kelompok ini peraih skor tertinggi yaitu 56 dengan predikat
Super Team. Adapun kelompok yang tidak mendapatkan predikat
dalam permainan ini, mereka kurang cekatan dalam menjawab
soal turnamen dan pada saat belajar tim, mereka lebih
mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugas.
2. Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
TABEL 4.2: Data Hasil Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
KELAS KONTROL
Skor
No

1
2
3
4

Kode
Siswa
K1
K2
K3
K4

Pre
Test
45
40
25
32

Ket.
TT
TT
TT
TT

KELAS EKSPERIMEN
Skor
Post
Test
72
76
60
78

Ket
T
T
TT
T

No

1
2
3
4

Kode
Siswa
E1
E2
E3
E4

Pre
Test
45
45
50
50

Ket
TT
TT
TT
TT

Post
Test
87
61
71
90

Ket.
T
TT
T
T

51

5
K5
30
TT
6
K6
50
TT
7
K7
40
TT
8
K8
40
TT
9
K9
60
TT
10
K10
35
TT
11
K11
65
TT
12
K12
45
TABEL 4.2, sambungan TT
13
K13
40
TT
14
K14
42
TT
15
K15
25
TT
16
K16
60
TT
17
K17
45
TT
18
K18
40
TT
19
K19
30
TT
20
K20
40
TT
21
K21
40
TT
22
K22
35
TT
23
K23
31
TT
24
K24
34
TT
25
K25
20
TT
26
K26
45
TT
27
K27
15
TT
28
K28
70
T
29
K29
25
TT
30
K30
45
TT
Jumlah
1189
39,6
Rata-rata
33

65
64
63
54
60
76
83
70
73
60
57
70
62
74
72
67
70
65
73
60
60
65
29
100
74
80
2032
67,7
333

TT
TT
TT
TT
TT
T
T
T
T
TT
TT
T
TT
T
T
TT
T
TT
T
TT
TT
TT
TT
T
T
T

5
E5
6
E6
7
E7
8
E8
9
E9
10
E10
11
E11
12
E12
13
E13
14
E14
15
E15
16
E16
17
E17
18
E18
19
E19
20
E20
21
E21
22
E22
23
E23
24
E24
25
E25
26
E26
27
E27
28
E28
29
E29
30
E30
Jumlah
Rata-rata

45
TT
55
TT
40
TT
75
T
50
TT
80
T
45
TT
85
T
45
TT
90
T
40
TT
85
T
50
TT
75
T
55
TT
80
T
40
TT
86
T
55 Tabel
TT Bersambung
60
TT
35
TT
40
TT
45
TT
61
TT
55
TT
60
TT
50
TT
90
T
45
TT
80
T
30
TT
80
T
30
TT
75
T
20
TT
60
TT
45
TT
45
TT
47
TT
70
T
37
TT
90
T
27
TT
40
TT
45
TT
90
T
31
TT
45
TT
20
TT
70
T
45
TT
85
T
1262
2161
42,0
72,0
67
33

Keterangan = T:Tuntas; TT: Tidak Tuntas
Pada penelitian ini, jumlah sampel kelas kontrol dan kelas
eksperimen memiliki jumlah siswa yang sama, yaitu berjumlah 31 siswa.
Kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu
metode belajar yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajar mata
pelajaran ekonomi. Sedangkan kelas eksperimen digunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT.

52

Selama berlangsungnya penelitian, pada kelas kontrol, terdapat
satu siswa tidak hadir karena sakit sehingga tidak bisa mengikuti pre-test,
sehingga data yang dapat diolah hanya 30 siswa. Pada kelas eksperimen
juga terdapat 30 siswa yang datanya dapat diolah, karena salah satu siwa
tidak dapat mengikuti post-test. Tes hasil belajar yang digunakan
berbentuk essai berjumlah 5 soal dengan skor maksimal 100.
Dari Tabel 4.1 menunjukkan skor pre-test terendah pada kelas
kontrol adalah 15 dan skor tertinggi 70, dengan rata-rata 39,63. Sedangkan
skor post-test terendah adalah 29 dan skor tertinggi 100 dengan rata-rata
67,73. pada pre-test, 96,67% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM
karena kebanyakan siswa belum memahami materi, dan 3,33% siswa yang
tuntas. Sedangkan pada post-test, 50% siswa

tidak tuntas atau tidak

mencapai KKM dan 50% tuntas dan mencapai nilai ≥70. Pada kelas
eksperimen menunjukkan skor pre-test terendah adalah 20 dan skor
tertinggi 55, dengan rata-rata 42,07. Sedangkan skor post-test terendah
adalah 40 dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata 72,03. pada pre-test,
100% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM karena siswa belum
memahami materi dan diberikan perlakuan. Sedangkan pada post-test,
33,33% siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM dan 66,67% tuntas
dan mencapai nilai ≥70.
Dalam analisis data, hasil pre-test siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen diuji normalitas datanya menggunakan uji Chi Kuadrat.
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Kuadrat (Lampiran C-1) diperoleh X 2
hitung

< X2

tabel

( 5,8669 < 7,815). Dengan demikian, data berdistribusi

53

normal. Sedangkan pada uji normalitas pre-test siswa kelas eksperimen,
diperoleh (Lampiran C-2) diperoleh X2 hitung > X2 tabel ( 8,54 > 7,815), dengan
demikian, data berdistribusi tidak normal.
Karena salah satu data pre-test tidak berdistribusi normal, maka
dilanjutkan dengan uji statistik Non-Parametrik U-Mann Whitney dengan
taraf α=5% atau 0,05.
Berdasarkan Uji U Mann Whitney (Lampiran C-3) diperoleh Ztabel ≤
Zhitung ≤ Ztabel atau -1,96 < -1,08 < 1,96, maka H o ditolak dan Ha diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar siswa pada materi ketenagakerjaan dan pengangguran yang
diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan
metode TGT, maka terutama dilakukan uji normalitas data hasil belajar
post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen. Seperti yang telah dilakukan
pada hasil pre-test, uji normalitas data post-test kelas kontrol dan kelas
eksperimen juga menggunakan Uji Chi Kuadrat. Dari perhitungan uji
normalitas post-test kelas kontrol (Lampiran C-4), diperoleh X2 hitung < X2
tabel

( 7,335 < 7,815), maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal, dan hasil perhitungan uji normalitas post-test kelas eksperimen
(Lampiran C-5) diperoleh X2

hitung

> X2

tabel

( 19,264 > 7,815), dengan

demikian, data tidak berdistribusi normal.
Karena salah satu data post-test berdistribusi tidak normal, maka
dilanjutkan dengan uji Non Parametrik U Mann Whitney dengan taraf
α=5% atau 0,05. Berdasarkan perhitungannya (Lampiran C-6), diperoleh

54

Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau -1,96 < -1,65 < 1,96, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara post-test kelas kontrol dan post-test kelas
eksperimen.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode
pembelajaran

TGT

terhadap

hasil

belajar

siswa

pada

materi

ketenagakerjaan dan pengangguran, peneliti menggunakan effect size. Dari
perhitungan Effect Size (Lampiran C-7), diperoleh nilai ∆=0,15. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model TGT memberikan
pengaruh yang kecil terhadap hasil belajar siswa pada materi
ketenagakerjaan dan pengangguran.
3. Effect Size
Perhitungan effect size dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar efektivitas penerapan model pembelajaran TGT terhadap hasil
belajar siswa pada mata materi ketenagakerjaan dan pengangguran
kelas XI IPS SMA Negeri 3 Ketapang. Rata-rata perubahan skor
kelompok eksperimen adalah

29,97 dan rata-rata perubahan skor

kelompok kontrol adalah 28,1, dengan standar deviasi kelompok
kontrol 11,77.

Δ=

Y´ E −Y´C
SC

Keterangan :
Δ=Effect ¿ ¿

55

Y´E

= Rata-rata perubahan skor kelompok eksperimen

Y´C = Rata-rata perubahan skor kelompok kontrol
SC = Standar deviasi kelompok kontrol
Dengan kriteria :
ES < 0,3

= Digolongkan rendah

0,3 < ES < 0,7 = Digolongkan sedang
ES > 0,7

= Digolongkan tinggi

Y´ E −Y´C
SC
29,97−28,1
Δ=
=0,16
11,77
Δ=

Nilai ∆ = 0,15 (5,96%) termasuk dalam kategori rendah. Hal
ini

menunjukkan

bahwa

pembelajaran

dengan

metode

TGT

memberikan pengaruh yang rendah terhadap hasil belajar siswa.
B. Pembahasan
Pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan. Data
pre-test siswa dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antara hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai
rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tetapi,
setelah di uji dengan uji statistik U-Mann Whitney, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal siswa kelas kontrol

56

dan kelas eksperimen karena kedua kelas belum diberikan perlakuan
dan memahami materi yang diberikan.
Seperti pada nilai pre-test, rata-rata nilai post-test kelas
eksperimen juga lebih tinggi daripada kelas kontrol. Meskipun terdapat
perbedaan rata-rata hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen,
berdasarkan uji U-Mann Whitney, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
konvensional dan siswa yang diajar dengan metode TGT. Perbedaan
hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada
gambar 4.1.

72.03

67.73
80
70
60
39.63

50

42.06

40
30
20

Post-Test

10

Pre-Test

0
Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

GAMBAR 4.1: Diagram Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Gambar

4.1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan.
Pada kelas kontrol, rata-rata pre-test atau hanya 3,33% siswa yang

57

memperoleh nilai tuntas. Setelah diberikan perlakuan meningkat
menjadi 67,73 atau 50% siswa yang tuntas. Sedangkan pada kelas
eksperimen, rata-rata pre-test siswa 42,06 dan meningkat setelah
diberikan perlakuan menjadi 72,03 atau 67,67%

siswa mencapai

KKM (Gambar 4.2). Perbedaan antara post-test kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak berbeda jauh.

66.67%
70.00%

50.00%

60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
3%

10.00%

Post-test
0%

0.00%

Pre-test

Kontrol
Eksperimen

GAMBAR 4.2 : Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Pada kelas eksperimen, siswa terlihat semangat mengikuti
pelajaran namun pada saat diberikan perlakuan terdapat berbagai
keterbatasan diantaranya adalah guru sulit mengatur siswa dalam
kelompok heterogen (Suarjana dalam Nuril Milati, 2009). Peran guru
sebagai pengelola kelas (Manager of learning) merupakan peran yang
sangat penting bagaimanapun dalam kelas klasikal, efektivitas belajar

58

mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan
mengarahkan kelas (Wina Tinajaya, 2005). Selanjutnya, Brophy dan
Good (dalam Cruckshank dkk,2006: 246) menyatakan, “Any form of
small-group instruction is more difficult than teaching class as a
whole

because

these

and

other

management

problems

are

compounded”
Kemampuan mengatur kelas oleh guru sangat berperan penting
dalam proses pembelajaran, terlebih jika di dalam kelas menerapkan
kelompok belajar di dalamnya. Ketidakpiawaian guru dalam mengatur
kelas berdampak pada penerapan metode pembelajaran yang kurang
maksimal dan menyebabkan hasil belajar siswa kelas eksperimen
kurang memuaskan dan tidak jauh berbeda dengan hasil belajar kelas
kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Selain itu, di dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa
merasa bingung dalam mengikuti proses pembelajaran TGT, terutama
pada saat diberikan peraturan dalam permainan turnamen, sehingga
waktu yang seharusnya digunakan untuk memulai pelajaran menjadi
berkurang.
Ditinjau dari proses kegiatan belajar dalam kelompok, terdapat
siswa yang di dalam kelompoknya hanya mengetahui jawaban dan
tidak mengetahui darimana jawaban itu berasal serta mengapa mereka
memilih jawaban tersebut. Sehingga pada saat mengerjakan tes akhir
yang menuntut siswa untuk memberikan penjelasan, siswa mengalami
kesulitan dalam menjawab. Slavin menyatakan (dalam Crunkshank,
dkk, 2005:246),

59

“Research shows that Cooperative Learning
activity to succed, team members must not
simply share answer but, more importantly,
explain how they derived the answers and why
they are correct. Without this step, students are
not able to apply or use the information later”.
Dari pernyataan tersebut, telah jelas bahwa tiap anggota tim tidak
hanya berbagi jawaban, melainkan bisa menjelaskan alasan mereka
untuk memilih jawaban yang telah mereka tetapkan.
Jika dilihat dari besarnya angka effect size yaitu 0,15 (tergolong
rendah) atau hanya memberikan sumbangan sebesar 5,96% terhadap
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Hal ini bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asniar (2009) mengenai
penerapan model kooperatif tipe TGT pada materi kelarutan dan hasil
kelarutan, memiliki effect size yang tergolong tinggi yaitu sebesar 0,71
(28,52%) terhadap hasil belajar siswa.
Salah satu indikator efektivitas pembelajaran yang dirangkum
oleh Slavin adalah waktu (time), yaitu merupakan ketepatan waktu
yang diatur oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian
ini, yang melakukan percobaan adalah peneliti, sehingga kemampuan
dalam mengatur waktu pembelajaran kurang dan berdampak pada
proses pembelajaran yang diterapkan tidak efektif, serta rendahnya
tingkat ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM, yaitu sebesar
66,67%.
Adapun

penyebab

rendahnya

pengaruh

penerapan

model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar
siswa adalah :

60

(1) Yang melakukan penerapan model pembelajaran ini adalah
peneliti sendiri yang masih kurang dalam kemampuan mengajar
dan mengelola kelas.
(2) Tahap-tahap dalam pembelajaran ini sudah dilaksanakan sesuai
dengan sintak, tetapi penerapan pada tiap tahap terdapat
beberapa kekurangan, yaitu :
(a) Pada tahap penyajian kelas, guru kurang menguasai kelas
sehingga situasi kelas kurang kondusif bagi siswa untuk
belajar.
(b) Pada tahap belajar kelompok, guru kesulitan mengontrol
kelas yang terdiri dari beberapa kelompok.
(c) Pada tahap permainan turnamen, siswa kurang paham
dengan peraturan dalam permainan, sehingga guru perlu
berulang-ulang dalam menjelaskan peraturan tersebut.
Dalam pembagian siswa ke dalam meja turnamen
homogen, guru kesulitan untuk menentukan siswa ke
dalam meja turnamen.
(3) Sulit membagi kelompok siswa dalam bentuk heterogen karena
guru belum mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya dan
hanya melihat dari tes awal yang dilakukan sebelum diterapkan
model pembelajaran yang ingin dicobakan.
(4) Inti dari penerapan model pembelajaran ini adalah pembagian
kelompoknya, berhubung guru kurang bisa membagi kelompok
sesuai dengan yang telah ditunjukkan dalam sintaks, membuat
pengelompokkan ini kurang mendukung proses pembelajaran.
(5) Pada dasarnya, permainan ini harus dilakukan secara berulangulang, dan harus diranking pada tiap pertemuan, sehingga siswa

61

benar-benar paham materi pelajaran yang dibahas. Pada penelitian
ini, peneliti tidak menerapkan perpindahan tempat duduk sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan pada model pembelajaran ini
karena waktu yang sangat terbatas.
Dalam penerapan model pembelajaran TGT, peneliti menemukan
beberapa masalah, yaitu sebagai berikut :
(1) Tidak semua siswa yang memiliki kemampuan akademik
yang tinggi memiliki kemampuan untuk menjelaskan
(2)

pelajaran kepada temannya.
Pada awal permainan turnamen, siswa kurang mengerti
mengenai aturan permainan sehingga guru menjelaskan

(3)

berulang kali dan memakan waktu yang banyak.
Kesulitan dalam mengatur meja turnamen karena kelas yang

(4)

kecil.
Model pembelajaran TGT memakan waktu yang relatif
banyak.

62

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil belajar siswa, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.

Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT),
terdiri dari lima tahap, yaitu tahap penyajian kelas dimana guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari secara garis besar; tahap
belajar dalam kelompok (team), dimana guru membagi siswa ke
dalam kelompok heterogen, kemudian siswa belajar secara
kelompok membahas soal dan materi yang telah guru sampaikan;
tahap permainan (games), dalam tahap ini, siswa ditempatkan pada
meja turnamen homogen dimana dalam satu meja turnamen, siswa
memiliki kemampuan akademik yang relatif sama; tahap turnamen
(tournament), yaitu struktur dalam permainan akademik. Dalam
turnamen ini, setiap siswa harus menjawab pertanyaan yang ada,
untuk memenangkan kelompoknya; tahap rekognisi tim (rekognize),

63

setelah permainan berlangsung, guru dan siswa menghitung bersama
skor yang telah diperoleh dalam permainan, dan guru memberikan
penghargaan terhadap kelompok dengan katagori Super Team, Great
Team dan Good Team.
2.

Hasil belajar siswa pada kelas eksperiman sebelum pre-test
menunjukkan skor pre-test terendah adalah 20 dan skor tertinggi 55,
dengan rata-rata 42,07. Sedangkan skor post-test terendah adalah 40
dan skor tertinggi 90 dengan rata-rata 72,03. pada pre-test, 100%
siswa tidak tuntas atau tidak mencapai KKM karena siswa belum
memahami materi dan diberikan perlakuan. Sedangkan pada posttest, 33,33% siswa

3.

tidak tuntas atau tidak mencapai KKM dan

66,67% tuntas dan mencapai nilai ≥70.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
yang

diajar

menggunakan

metode

konvensional

dan

yang

menggunakan metode TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan U-Mann Whitney diperoleh Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau
-1,96 < -1,65 < 1,96 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa kelas kontrol dan siswa kelas
4.

eksperimen.
Pembelajaran dengan menggunakan metode TGT memberikan
pengaruh yang kecil terhadap hasil belajar siswa di kelas
eksperimen. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus Effect size. Dari perhitungan tersebut diperoleh

64

0,15 (5,96%) terhadap materi ketenagakerjaan dan pengangguran.
Dilihat dari kriterianya, angka tersebut tergolong rendah (ES > 0,3).
Hal ini terjadi karena metode pembelajaran TGT masih terasa asing
bagi siswa, mereka belum terbiasa dan belum beradaptasi dengan
5.

metode pembelajaran yang baru pertama kali mereka terima.
Terdapat beberapa masalah dalam menerapkan pembelajaran dengan
metode TGT, yaitu sebagai berikut :
(a) Tidak semua siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi
memiliki kemampuan untuk menjelaskan pelajaran kepada
temannya.
(b) Pada awal permainan turnamen, siswa kurang mengerti
mengenai aturan permainan sehingga guru menjelaskan
berulang kali dan memakan waktu yang banyak.
(c) Kesulitan dalam mengatur meja turnamen karena kelas yang
kecil.
(d) Model pembelajaran TGT memakan waktu yang relatif banyak.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang dapat diberikan, yaitu :
1. Bagi guru yang ingin menggunakan metode pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT), harus disesuaikan dengan materi yang
akan digunakan serta menjalankan metode ini sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan, serta ada baiknya untuk memberikan
sosialisasi

terlebih

dahulu

kepada

siswa

mengenai

metode

pembelajaran TGT agar siswa mengetahui apa yang harus mereka
lakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

65

2.

Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
memiliki pengaruh yang kecil dalam hasil belajar siswa. Namun
bukan berarti metode ini tidak dapat digunakan. Metode ini dapat
digunakan dengan menyesuaikan semua langkah-langkah dalam

3.

pelaksanaan pembelajaran.
Bagi peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT), dapat menggunakan materi yang berbeda
dan melakukan perbaikan dari penelitian yang sebelumnya, dan ada
baiknya untuk mengujicobakan terlebih dahulu metode pembelajaran
ini agar siswa tidak merasa kaget dan lebih terbiasa dalam mengikuti
pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono.(2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: Pustaka Belajar

66

Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah.(2011). Strategi
Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta
: Multi Pressindo.
Aunurrahman.(2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
______________(2006). Prosedur Penelitian,
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suatu

Pendekatan

Dewi Pratiwi.(2010).Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Molymod
Pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMA Negeri 4 Singkawang.
Pontianak : FKIP Untan.
Dimyati &Mudjiono.(2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Donald R. Crunkshank, Deborah Bainer Jenlein, Kim K. Metcalf.(2006).
The Act of Teaching. USA: McGraw-Hill
Etin

Solihatin.(2009). Cooperative Learning
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Analisis

Model

FKIP UNTAN.(2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak :
Edukasi Press FKIP Untan.
Jhony.(2012). Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning
(online).
(http://id.shooving.com/socialscience/education/2254207-keunggulan
-dan-kelemahancooperative-learning), diakses tanggal 16 Mei 2012.
Leo

Sutrisno.(2010).
Effect
Size.(Online).
(http://www.scrib.com/28025523/Effect-Size, diakses tanggal 22
Mei 2012)

Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasi Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

67

Nuril

Milati.(2009).Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT(Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V
Madrasah
Ibtidaiyah Arrahman Jabung Malang. Malang: Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Purwadarminta.(2007).Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangakan
Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Robert E. Slavin.(2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik. (Penterjemah: Narulita Yusron). Bandung : Nusa Media.
Roestiyah.(2010).Konvensional-vs-Hypnoteaching
(http://faesabila.blogspot.com/2010/07/konvensional-vshypnoteaching.html, diakses 14 September 2012)
Subana, Rahadi, & Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung :
Pustaka Setia
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
______________(2008). Statistik Non Parametrik. Bandung: Alfabeta
______________(2010).Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wina Tinjaya.(2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana
............... (2009). Model Pembelajaran Konvensional
(http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-konvensional),
tanggal 14 April 2012).

(Online).
diakses

.............. (2012). Konsep Efektivitas Pendidikan
(http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitaspembelajaran.html), diakses tanggal 1 Mei 2012.

.(Online).

…………
. (2012). Teori Efektivitas Pembelajaran. (Online).
(http://pendidikan.infogue.com/pengertian-efektivitaspembelajaran.html), diakses tanggal 16 Mei 2012.

68

………….
.(Tanpa tahun). Prosedur Pembelajaran Kooperatif.
(Online).
(http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/prosedurpembelajaran-kooperatif.html), diakses tanggal 25 Juni 2012.
.................. (Tanpa tahun). Hakikat Pembelajaran Ips. (Online).
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hakikat%20pelajaran
%20ips&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CCkQFjAC&url=htt
p%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles
%2FDiktat%2520Strategi%2520PEMBELAJARAN
%2520IPSi.pdf&ei=rulSUNLMOYGHrAfzqoHwCg&usg=AFQjC
NE4aKwEvjEhh3rV-fm9cz2NHVsQtQ). Diakses tanggal 14
September 2012
................... (Tanpa tahun).. Hakekat Pendidikan IPS. (Online)
(http://ml.scribd.com/doc/46795515/Hakekat-Pendidikan-IPS).
Diakses tanggal 14 September 2012
.................. (Tanpa tahun).. Hakikat Pembelajaran Ekonomi. (Online).
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hakikat%20pelajaran
%20ips%20ekonomi
%20sma&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CD4QFjAG&url=htt
p%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPEB
%2FPRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI
%2F196302211987032-NETI_BUDIWATI
%2FHakekat_Pembel_Eko.pdf&ei=lOtSUOrGCcnwrQf6l4C4Bw&u
sg=AFQjCNEJRH5eUDC8DPxzycngwIBPjbdeKA).
Diakses
tanggal 14 September 2012

...............(2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. (Online).
(http://
edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembe
lajaran-konvensional/. Diakses tanggal 14 April 2012)

...............(2009). Keunggulan dan Kelemahan Coperative Learning.
(Online). (http://id.Shooving.com/social-science/education/2254207-

69

keunggulan-dan-kelemahan-cooperative-learning/. Diakses tanggal 1
Mei 2012)