Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Modal Sen

PENGARUH PENDAPATAN PEMBIAYAAN,
MODAL SENDIRI DAN ASET TERHADAP PEMBAGIAN
SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI SYARIAH
(STUDI PADA KJKS BEN IMAN LAMONGAN)

PROPOSAL UNTUK SKRIPSI S-1
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

DIAJUKAN OLEH
FAROKHAH MUZAYINATUN NISWAH
NIM : 041311433178

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1

2


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Koperasi memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia. Asas

kekeluargaan yang dianut oleh koperasi serta persyaratan sederhana yang
dikenakan kepada para anggota ataupun calon anggota yang ingin menggunakan
jasa koperasi membuat kehadiran koperasi diterima dengan tangan terbuka oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama dari golongan masyarakat
menengah ke bawah. Menurut data sensus penduduk tahun 2015 (Badan Pusat
Statistik, www.bps.go.id) penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa
dengan penduduk miskin sebesar 11,13%. Sebuah negara tentu menginginkan
penduduknya hidup tentram dan sejahtera. Angka ini termasuk besar sehingga
keberadaan koperasi dapat membantu masyarakat dalam meringankan beban
masyarakat mengingat koperasi merupakan lembaga keuangan non bank yang
diperuntukkan untuk membantu masyarakat golongan menengah ke bawah.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33, koperasi

dianggap paling sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia sebagai model
badan usaha. Menurut Pasal 3 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, fungsi koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan para anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut serta membangun
perekonomian nasional untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sehingga penting hadirnya
koperasi di tengah-tengah masyarakat.

3

Keberadaan koperasi yang disambut hangat oleh masyarakat dapat dilihat
dari

pertumbuhan

jumlah

koperasi

yang


terus

meningka

Jumlah Koperasi (Unit)

250000
200000

170411 177482

188181 194295

203701 209488

150000
100000
50000
0


2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

t dari tahun ke tahun.
Sumber: Laporan Tahunan Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2015
(www.depkop.go.id)
Gambar 1.1
Grafik Jumlah Koperasi tahun 2009-2014


4

Berdasarkan grafik di atas, diketahui dari tahun 2009 sampai tahun 2014
jumlah koperasi di Indonesia terus mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 39.077
unit koperasi. Dengan jumlah koperasi yang aktif sebanyak 147.249 unit dan
sisanya merupakan koperasi tidak aktif yaitu sebanyak 62.239 unit (30%).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kehadiran koperasi diterima hangat oleh
masyarakat Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyaknya bermunculan institusi
keuangan berbasis Islam yang mengharamkan adanya bunga karena tergolong ke
dalam riba yang hukumnya haram dalam Islam. Kondisi ini meningkatkan
kesadaran dan minat masyarakat akan lembaga keuangan Islam. Institusi
keuangan berbasis syariah berkembang begitu pesat dan cepat di Indonesia.
Konsep ekonomi syariah mulai muncul pada tahun 1992 yaitu pada awal
pendirian Bank Muammalat sebagai bank umum dengan prinsip bagi hasil dan
bebas riba pertama di Indonesia. Munculnya lembaga keuangan Islam pertama ini
memberikan pengaruh pada lembaga keuangan lain di Indonesia. Berbagai
lembaga keuangan bank maupun non-bank yang berdasarkan prinsip syariah
kemudian banyak bermunculan. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama

Islam menjadikan peluang besar berdirinya lembaga keuangan Islam dan terus
berkembang. Salah satu lembaga keuangan Islam tersebut adalah Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) atau yang biasa disebut Koperasi Syariah.
KJKS merupakan salah satu bentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
Menurut Subagyo (2015:7) LKM memiliki tujuan untuk menjadikan masyarakat
mandiri sehingga dapat membantu dirinya sendiri dengan membuka layanan jasa

5

keuangan dan masyarakat mampu menolong masyarakat lain melalui kegiatan
produktif sehingga sumber daya manusia masyarakat fakir miskin dapat
dimanfaatkan sepenuhnya. Subagyo (2015:6) juga memaparkan beberapa alasan
mengapa perbankan belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kalangan
bawah:
1.

Permintaan layanan jasa keuangan yang tinggi tetapi produk bank pada
umumnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peminjam.

2.


Akses yang sulit, umumnya peminjam berlokasi jauh dari institusi bank.

3.

Biaya transaksi kredit yang umumnya relatif tinggi.

4.

Anggapan berlebihan terhadap besarnya risiko kredit pinjaman.

5.

Kurang terpenuhinya persyaratan bank teknis (agunan, proposal).

6.

Monitoring dan penagihan kredit sering tidak efisien sehingga menyebabkan
tingginya biaya operasional.


7.

Biaya pelayanan kredit yang tinggi karena bank harus menyediakan bantuan
teknis.

8.

Bank pada umumnya memiliki segmen pasar yang jelas sehingga belum
terbiasa dengan pembiayaan kepada UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
masyarakat bawah.
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, kita dianjurkan untuk menjadi orang

yang bermanfaat dan saling membantu satu sama lain. Melalui KJKS, masyarakat
yang mempunyai dana lebih dapat membantu masyarakat lain yang kekurangan
dana dengan tidak membebani dengan syarat dan ketentuan-ketentuan yang rumit.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah (5) ayat 2:

6

‫ل‬

‫شههعلعئ هلر ٱلل شهههه وللل ٱل ش‬
‫حل لههوا ا ل‬
‫م وللل ٱلدهلههدديل وللل‬
‫متنوا ا لل ت ت ه‬
‫ي لعأي للها ٱل ش ه‬
‫شهههدلر ٱلد ل‬
‫حههلرا ل‬
‫ن لءا ل‬
‫ذي ل‬
‫اااا ولإ ه ل‬
‫حل للدت تههمد‬
‫ٱلد ل‬
‫ضدن ن‬
‫ذا ل‬
‫م ي لبدت لتغو ل‬
‫ت ٱلد ل‬
‫حلرا ل‬
‫ن فلضدنل ب‬
‫ن ٱلدب ليد ل‬
‫قل لعئ هد ل وللل لءا ب‬

‫مههن شرب بههههمد ولره اا ااوعل‬
‫مي ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫فلٱصد ل‬
‫من ش ت‬
‫كهمد ل‬
‫حههلرام ه أن‬
‫سد‬
‫جد هٱااالد ل‬
‫صه ل‬
‫شههن ‍لا ت‬
‫طا ت‬
‫م اا ه‬
‫ن ٱلد ل‬
‫دوا ا وللل ي لجدره ل‬
‫ن لقهودم م أن ل‬
‫دوك تمد ع ل ه‬
‫قههوا ا‬
‫دوا ا ولت للعاولتنوا ا ع لللى ٱلدب هبر ولٱلت شقدول ىىى وللل ت للعاولتنوا ا ع لل لههى ٱلدإ ه ااثدم ه ٱولاالدعتههددوعل ننا ولٱت ش ت‬

‫ت لعدت ل ت‬
‫ه ل‬
٢‫ب‬
‫ديد ت ٱلدعه ل‬
‫ش ه‬
‫ٱلل ش ههى إ ه ش‬
‫ن ٱلل ش ل‬
‫قا ه‬
Yā ayyuhā allażīna ‘āmanū lā tuhillū sya’ā-ira allāhi walā alsysyahra
alharāma walā alhadya walā alqalā-ida walā āmmīna albayta alharāma
yabtaghūna faḏlan min rabbihim wariḏwānan wa-iżā halaltum faisţādū walā
yajrimannakum syanānu qawmin an şaddūkum ‘ani almasjidi alharāmi an ta’tadū
wata’āwanū ‘alā albirri wālttaqwā walā ta’āwanū ‘alā al-iśmi wāl’udwāni
wattaqū allāha inna allāha syadīdu al’iqābi.
Artinya: Wahai Orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar
syiar-syiar kesucian Allah, dan janganlah (melanggar kehormatan) bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan kurban) dan qalaa-id (hewan kurban
yang diberi tanda), dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitul Haram; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhan-nya. Tetapi apabila
kamu menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya. (Departemen Agama RI, 2005:106)
Dalam ayat di atas, perlu diperhatikan kalimat yang artinya “Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” Menurut Shihab (2009:12)
dalam tafsir Al-Mishbah yang dimaksud tolong-menolong dalam hal kebaikan
yaitu segala sesuatu yang membawa kepada kemaslahatan di dunia dan akhirat.
Dan tolong-menolong dalam hal ketakwaan yaitu segala upaya yang dapat
menghindarkan bencana dunia dan akhirat, walaupun dengan orang-orang yang
tidak seiman. Allah SWT menganjurkan untuk saling tolong-menolong kepada
sesama, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang tidak bisa hidup
sendiri yang membutuhkan uluran tangan manusia yang lain. Bahkan dengan
orang yang tidak seiman (pemeluk agama selain Islam) pun tetap harus menolong

7

selama tidak berhubungan dengan keyakinan. Sedangkan tolong-menolong dalam
hal permusuhan dan dosa sudah pasti dilarang oleh Allah SWT karena Allah SWT
benci kepada semua hal keburukan.
Dengan menolong orang lain, suatu saat Allah SWT juga akan memberikan
pertolongan. Menolong sesama merupakan perbuatan yang baik sehingga
menjadikan orang tersebut orang yang bermanfaat dan tidak menyia-nyiakan
hidupnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’(17) ayat 7:

‫ذا جالء و ااد ع‬
‫ل‬
‫إند أ لحدسنت تمد أ لحدسنت تمد ه ل‬
‫سه ‍هوا ا‬
‫لن ت‬
‫عدٱااالدأ ه‬
‫ف ه‬
‫ل ت‬
‫سأدت تمد فلل لهلاا فلإ ه ل ل‬
‫خههلرةه ل هي ل ت‬
‫سك تمدى ولإ هند أ ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ت‬
‫ا‬
‫ت‬
‫ل‬
‫ت‬
‫خلوه ت أوش ل‬
٧ ‫ما ع للودا ت لتدهبيررا‬
‫ما د ل ل‬
‫جوهلكمد ولل هي لدد ت‬
‫وت ت‬
‫مشرةة ولل هي تت لب بتروا ل‬
‫ل ل‬
‫جد ل ك ل‬
‫مسد ه‬
‫خلوا ٱلد ل‬

In ‘ahsantum ‘ahsantum li anfusikum, wa in asa'tum falahā, fa iżā jā'a
wa'dul ākhirati liyasū'u wujūhakum wa liyadkhulul masjida kamā dakhalūhu
awwala marratiw wa liyutabbirū mā 'alau tatbīrā(n).
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu
sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu
sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan
musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid
(Masjidil Haram), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan
mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai. (Departemen Agama RI,
2005:282)
Menurut Shihab (2009:28) dalam tafsir Al-Mishbah ayat ini mengandung
makna bahwa jika manusia mengikuti tuntunan Allah SWT dan Rasulnya, berarti
mereka berbuat baik pada diri mereka sendiri dan sebaliknya, jika manusia
berbuat jahat maka mereka berbuat jahat pada diri mereka sendiri. Dan apabila
telah datang saat hukuman bagi kejahatan yang kita lakukan, akan didatangkan
orang-orang lain untuk menyiksa, membunuh, dan menghina sehingga akhirnya
bekas dan dampak buruk apa yang mereka lakukan itu menyuramkan wajah akibat
kesedihan dan penderitaan yang mereka dan atau keluarga mereka alami. Allah
SWT akan membalas apapun yang manusia kerjakan di dunia ini, bahkan berlipat
ganda. Jika mereka berbuat kebaikan, mereka akan dibalas dengan kebaikan

8

dengan berbagai bentuk kebaikan. Jika mereka berbuat kejelekan, maka mereka
juga akan dibalas dengan kejelekan. Balasan Allah SWT bisa saat di dunia atau
akhirat kelak, yang pasti Allah SWT akan lupa untuk membalasnya.
Kehadiran koperasi syariah dapat membantu masyarakat dalam hal
financial, pentingnya kehadiran koperasi juga dirasakan di Kota Lamongan.
Lamongan merupakan salah satu kota kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.342.266 jiwa dan 1.338.441 jiwa memeluk agama Islam
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, lamongankab.bps.go.id). Menurut
data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur tahun 2015
(diskopumkm.jatimprov.go.id) jumlah koperasi di Lamongan sebanyak 1.028 unit
dengan yang masih aktif 913 unit, sedangkan jumlah UMKM sebanyak 252.734
unit yang tersebar di berbagai wilayah Lamongan dengan didominasi dari sektor
pertanian sebanyak 171,815 unit usaha.
Menurut Suprayitno (2007:15) UMKM merupakan bentuk usaha yang
merupakan penjelmaan dari ekonomi rakyat sehingga untuk memperkuat diri dan
kelompok industrinya dapat menggabungkan diri dengan koperasi. Ada beberapa
alasan mengapa UMKM harus menggabungkan diri dalam koperasi, yaitu:
1.

Dengan menyatukan diri dalam koperasi maka daya tawar dari UMKM
tersebut lebih besar.

2.

Dapat menghasilkan sinergi dalam membentuk kerja sama dari segi finansial.

3.

Dapat menurunkan biaya produksi melalui pemerolehan input yang lebih
murah ketika bersatu.

9

4.

Pengelolaan pemasaran produk yang lebih baik dengan adanya pemusatan
pemasaran dan peningkatan kualitas pemasaran dengan dilakukannya
pelatihan dalam koperasi yang bersangkutan.

5.

Adanya semangat kebersamaan yang lebih besar sehingga meningkatkan
mentalitas bersaing yang lebih tinggi.

Hal ini tentu mendorong berkembangnya koperasi syariah atau KJKS di
Lamongan mengingat koperasi erat hubungannya dengan UMKM.
Salah satu KJKS yang ada di Lamongan adalah KJKS Ben Iman Lamongan.
Ben Iman merupakan salah satu KJKS tertua di Lamongan, yaitu berdiri pada
tanggal 29 Oktober 2004 dengan nama awal KSB Ben Iman Syariah. KJKS Ben
Iman merupakan koperasi yang menerapkan prinsip syariah sebagai pedoman
menjalankan operasional sehari-harinya. Koperasi ini berdiri di bawah naungan
Dinas Koperasi, karena semua koperasi di kota ini berada di bawah Dinas
Koperasi. Sampai saat ini Ben Iman telah memiliki 4 cabang yang tersebar di
Kecamatan Sugio, Babat, Turi, dan Sukodadi dengan kantor pusat berada di
Lamongan Kota.
Kegiatan usaha KJKS dilaksanankan dari dan untuk anggota, calon anggota
koperasi yang bersangkutan, dan koperasi lain dan atau anggotanya. Kegiatan
pelayanan yang dilakukan KJKS meliputi penghimpunan dan penyaluran
pembiayaan: (Subagyo, 2015:28)
1.

Menghimpun dana simpanan koperasi berupa simpanan tabungan dan
berjangka dari anggota, dan calon anggotanya, serta dari koperasi lain dan
atau anggotanya.

10

2.

Memberikan pembiayaan kepada anggota, calon anggotanya, dan koperasi
lain dan atau anggotanya.
Dana yang telah terhimpun di koperasi akan diolah dengan amanah, ikhlas,

dan istiqomah. Dana tersebut diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang
maksimal sehingga menguntungkan anggota koperasi dan pengurus/pengelolanya.
Keuntungan yang didapatkan koperasi dapat tercermin pada porsi bagi hasil yang
ditawarkan kepada para anggota dalam beberapa akad yang dilakukan dan Sisa
Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan oleh KJKS.
Berdasarkan

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

(DSN)

Nomor:

15/DSNMUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga
keuangan syariah bahwa pembagian hasil usaha di antara pihak (mitra) dalam
suatu bentuk usaha kerja boleh didasarkan prinsip: Pertama, bagi untung (profit
sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya
pengelolaan dana. Kedua, bagi hasil (revenue sharing), yakni bagi hasil yang
dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana dan masing-masing memiliki
kekurangan dan kelebihannya.
Dalam lembaga keuangan syariah, pemilik dana (shahibul maal) berhak atas
perolehan hasil usaha dimana ia meletakkan uangnya sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat sejak awal. Namun jumlah perolehan hasil usaha yang didapatkan
shahibul maal tidak akan sama dari waktu ke waktu. Dikarenakan jumlah yang
diberikan disesuaikan dengan total keuntungan yang didapatkan lembaga
keuangan tersebut dari usaha yang dilakukan.

11

KJKS memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia sama halnya
dengan koperasi dan lembaga keuangan pada umumnya. Sehingga perlunya
optimalisasi kerja dan kinerja lembaga ini guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu tolak ukur yang digunakan koperasi, baik koperasi syariah
maupun konvensional untuk menilai tingkat kesejahteraan anggotanya adalah
melalui jumlah sisa hasil usaha. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian Pasal 45 Ayat 1, Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah
pendapatan koperasi yang didapat dalam satu tahun buku dikurangi biaya,
penyusutan, dan kewajiban-kewajiban lain, termasuk pajak yang harus dibayarkan
dalam tahun buku tersebut.
16000000

14898647

Jumlah SHU (Rupiah)

14000000
12000000
10000000

8118959
63364806661925
5622164
6000000 5303813
8000000

4000000
2000000
0

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi di Indonesia terus mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Selama periode tahun 2009-2014 terjadi kenaikan SHU
koperasi sebesar 9,5 triliun atau sebesar 64,18%.

12

Sumber: Laporan Tahunan Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2015
(www.depkop.go.id)
Gambar 1.2
Grafik Jumlah Sisa Hasil Usaha Tahun 2009-2014
Begitu pentingnya SHU dalam koperasi, sehingga banyak peneliti yang
melakukan penelitian akan beberapa faktor yang mampu mempengaruhi SHU
yang akan dibagikan kepada anggota koperasi syariah. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Windarti (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten
Wonogori Tahun 2009. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modal
sendiri, modal pinjaman, partisipasi usaha anggota, dan jumlah pengurus koperasi
secara positif berpengaruh terhadap besar SHU pada Koperasi Pegawai Negeri di
Kabupaten Wonogiri.
Penelitian lain juga dilakukan Winarko (2014) yang telah melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Modal Sendiri, Jumlah Anggota, dan Aset
terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Kediri. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa modal sendiri secara parsial berpengaruh terhadap SHU,
jumlah anggota secara parsial berpengaruh terhadap SHU, dan aset secara parsiap
berpengaruh terhadap SHU. Sedangkan variabel yang paling dominan
mempengaruhi SHU adalah aset. Modal sendiri, jumlah anggota, dan aset secara
simultan berpengaruh terhadap SHU.
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat
topik tentang pengaruh pendapatan atas pembiayaan yang ditawarkan, modal
sendiri yang digunakan, dan aset yang dimiliki menjadi variabel dalam

13

menentukan besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan oleh koperasi
syariah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dapat diajukan pada penelitian ini adalah:
1.

Apakah besar pendapatan pembiayaan mempunyai pengaruh signifikan secara
parsial terhadap pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman
Lamongan?

2.

Apakah modal sendiri mempunyai pengaruh signifikan secara parsial
terhadap Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman
Lamongan?

3.

Apakah aset mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman Lamongan?

4.

Apakah besar pendapatan pembiayaan, modal sendiri, dan aset mempunyai
pengaruh signifikan secara simultan terhadap pembagian Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada KJKS Ben Iman Lamongan?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh signifikan pendapatan pembiayaan secara
parsial terhadap pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman
Lamongan.

14

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh signifikan modal sendiri secara parsial
terhadap pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman Lamongan.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh signifikan aset secara parsial terhadap
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KJKS Ben Iman Lamongan.
4. Mengetahui seberapa besar pengaruh signifikan pendapatan pembiayaan,
modal sendiri, dan aset secara simultan terhadap pembagian Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada KJKS Ben Iman Lamongan.
1.4.

Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan akan memberikan keuntungan bagi

pihak-pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi Koperasi syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi koperasi
syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) tentang pendapatan
pembiayaan, modal sendiri, dan aset dikaitkan dengan pembagian Sisa Hasil
Usaha (SHU).
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah pemikiran baru bagi para akademisi
dan untuk menggali lebih lanjut penelitian ini serta memberikan kontribusi
terhadap kemajuan ekonomi syariah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

15

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk pengembangan
penelitian pada lembaga keuangan Islam lainnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bab. Masing-masing bab
memiliki sub bab yang memberikan penjelasan terperinci dan sistematis, serta
berkesinambungan sehingga dapat dipahami. Adapun sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB 1

: PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang permasalahan yang merupakan
landasan pemikiran secara garis besar baik secara teoritis maupun
fakta yang menimbulkan penulis melakukan penulisan penelitian.
Pada bab ini juga terdapat rumusan masalah yang memerlukan
pemecahan dan jawaban dari penelitian yang dilakukan. Di samping
itu, bab ini juga terdapat tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penelitian.

BAB 2

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang berisikan konsep yang relevan
yang dapat digunakan untuk menunjang dalam memecahkan
permasalahan penelitian dan kemudian dapat dijadikan proporsi
penelitian. Selain itu, terdapat pula penelitian sebelumnya yang
memiliki tema serupa yang dijadikan rujukan penelitian.

BAB 3

: METODE PENELITIAN

16

Bab ini berisi pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional, skala pengukuran, jenis dan sumber data, prosedur
pengumpulan data, serta teknik analisis yang akan diterapkan oleh
peneliti pada penelitian ini.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1

Koperasi Syariah

2.1.1.1 Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi berasal dari kata bahasa Inggris cooperation yang artinya kerja
sama. Yaitu kerja sama dalam mencapai tujuan untuk kepentingan dan manfaat
bersama (Lubis dan Farid, 2014:132). Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian Pasal 1 ayat 1, koperasi didefinisikan sebagai suatu
badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau atau badan hukum koperasi
yang berdasarkan prinsip koperasi sebagai landasan kegiatannya dan sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Koperasi syariah adalah bentuk koperasi yang sesuai dengan syariah Islam.
Buchori (2012:7) mendefinisikan koperasi syariah sebagai sebuah perubahan dari
koperasi konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan aturan Islam dan
mencontoh kegiatan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya
karena secara umum prinsip operasional koperasi konvensional adalah membantu
mensejahteraan para anggotanya dalam bentuk gotong royong dan sudah tentu
prinsip tersebut tidak menyimpang dari syariah. Sedangkan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
bidang pembiayaan, investasi, dan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil
(syariah) (Sholihin, 2008:424). Dengan prinsip gotong royong (ta`waun ala birri)
dan bersama-sama dalam membangun kehidupan yang mandiri, perlu adanya

17

1
8

proses internalisasi terhadap pola pemikiran dan tata cara pengelolaan usaha,
produk-produk yang ditawarkan, dan hukum yang diberlakukan harus sesuai
dengan syariah.
Koperasi syariah menggunakan akad syirkah mufawadhoh yakni sebuah
usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih yang masingmasing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam kerja dengan dalam
porsi yang sama besar. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain
dalam hak dan kewajiban. Dan tidak diperbolehkan salah seorang memberikan
modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula
dibanding dengan partner lainnya. Asas usaha koperasi syariah berdasarkan
konsep gotong royong. Sehingga dalam keuntungan ataupun kerugian yang
diperoleh harus dibagi sama rata. Semua kegiatan usaha dan operasionalnya harus
sesuai dengan kesepakatan bersama melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang
melibatkan seluruh anggota koperasi (Buchori, 2012:7-8).
Koperasi syariah berbeda dengan koperasi konvensional pada umumnya.
Begitu pula dalam usaha yang dijalankan oleh koperasi syariah berbeda dengan
koperasi konvensional pada umumnya. Ada beberapa ketentuan usaha yang
dijalankan koperasi syariah (Sholihin, 2008:427):
1.

Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan menggunakan sistem bagi
hasil dan bebas dari riba, judi atau ketidakjelasan (gharar).

2.

Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usahanya
sesuai dengan yang ada dalam sertifikasi usaha koperasi.

1
9

3.

Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah tidak bertentang dengan
perundang-undangan yang berlaku.

2.1.1.2 Landasan Koperasi Syariah
Koperasi syariah memiliki landasan sebagaimana lembaga ekonomi Islam
lainnya yaitu mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri seperti yang
dijelaskan dalam dalam Al-Qur’an serta Al-Hadits. Landasan dasar koperasi
syariah antara lain (Buchori, 2012:8-13):
1.

Koperasi Melalui Pendekatan Sistem Syariah
1) Sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari
barang-barang atau bagian-bagian yang bekerja sama sebagai suatu
keseluruhan. Sebagaimana yang terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
(2) ayat 208:

‫ل‬
‫سههلدم ه ل‬
‫ت‬
‫ة وللل ت لت شب هعتههوا ا ت‬
‫من تههوا ا ٱدد ت‬
‫كافشهه ن‬
‫خط تههوعل ه‬
‫ي لعأي لهلهها ٱل شهه ه‬
‫خل تههوا ا فهههي ٱل ب‬
‫ن لءا ل‬
‫ذي ل‬
‫ٱل ش‬
٢٠٨ ‫مهبينن‬
‫هۥ ل لك تمد ع لد تنوو ل‬
‫شيدط عل ننا إ هن ش ت‬

Yā ayyuhal lażīna āmanud khulū fis silmi kāffah(tan), wa lātattabi'ū
khutuwātisy syaitān(i), innahū lakum 'aduwwum mubīn(un)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam
Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (Departemen Agama RI,
2005:32)
2) Bagian dari nilai dan ajaran Islam dalam bidang ekonomi yang tidak
terpisahkan dari aspek-aspek lain dari keseluruhan ajaran Islam yang
komprehensif dan integral. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran
Surat Al-Maidah (5) ayat 3:

‫ل‬
‫ٱلديود ل‬
‫م‬
‫مهتي وللر ه‬
‫ل ل‬
‫م ٱلدإ هسدل عل ل‬
‫ت ل لك ت ت‬
‫ضي ت‬
‫ت ع لل ليدك تمد ن هعد ل‬
‫ممد ت‬
‫ت ل لك تمد هدين لك تمد ولأتد ل‬
‫ملد ت‬
‫م أكد ل‬
‫ش‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫حينم‬
‫هغ ت‬
‫فونر شر ه‬
‫جان ه ة‬
‫ف ل هثدمة فإ ه ش‬
‫مت ل ل‬
‫ن ٱلل ل‬
‫صةم غيدلر ت‬
‫مخد ل‬
‫ن ٱضدطشر هفي ل‬
‫هدين ناا ف ل‬
‫م ل‬
‫م ه‬

٣

2
0

Al yauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu 'alaikum ni'matī wa
raḏītu lakumul islāma dīnā(n), fa manidturra fī makhmaşatin gaira
mutajānifil li'ism(in), fa innallāha gafūrun rahīm(un).
Artinya: Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,
dan telah Aku Cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku Ridhai Islam
sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar bukan karena
ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Departemen Agama RI, 2005:107)
2.

Tujuan Sistem Koperasi Syariah
1) Menjadikan ekonomi anggotanya sejahtera sesuai dengan norma dan
moral Islam. Hal ini dapat dilihat pada Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat
168:

‫ل‬
‫ل‬
‫ت‬
‫حل علنل ط لي بب نهها وللل ت لت شب هعتههوا ا ت‬
‫خط تههوعل ه‬
‫س ك تل تههوا ا ه‬
‫ض ل‬
‫م ش‬
‫ي لعأي للها ٱلن شهها ت‬
‫مهها هفهي ٱلدأرد ه‬
‫ٱل ش‬
١٦٨ ‫ن‬
‫هۥ ل لك تمد ع لد تنوو ل‬
‫شيدط عل ننا إ هن ش ت‬
‫مهبي ن‬

Yā ayyuhannāsu kulū mimmā fil ardi halālan tayyibā(n), wa lā
tattabi'ū khuţuwātisy syaitān(i), innahū lakum 'aduwwummubīn(un).
Artinya: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan
baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
(Departemen Agama RI, 2005:25)
2) Membangun persaudaraan dan keadilan antara sesama anggota. Hal ini
dapat dilihat pada Al-Qur’an Surat Al Hujurat (49) ayat 13:

‫ل‬
‫ت‬
‫خل لقدن عل ت‬
‫شههتعونبا ولقللبائ ههه ل‬
‫جعللدن علك تههمد ت‬
‫ل‬
‫س إ هشنا ل‬
‫ى ول ل‬
‫كم ب‬
‫ي لعأي للها ٱلشنا ت‬
‫مههن ذ ل لك لههةر ولأنث لهه ع‬
‫ل هتعارفتوا ا إ ل‬
١٣ ‫خهبينر‬
‫عند ل ٱلل شهه أتد ل‬
‫م ل‬
‫مك تمد ه‬
‫قى عك تمدا إ ه ش‬
‫لل ل ع ه ش‬
‫ه ع لهلي ن‬
‫ن ٱلل ش ل‬
‫ن أكدلر ل‬
Yā ayyuhā ‘lnnāsu
innā khalaqnākum
min żakarin
waunśā waja'alnākum syu'ūban waqabā-ila lita'ārafū inna akramakum
'inda allāhi atqākum inna allāha 'alīmun khabīrun.
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
(Departemen Agama RI, 2005:517)

2
1

3) Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata antar sesama anggota
sesuai dengan kontribusi masing-masing. Hal ini dapat dilihat pada AlQur’an Surat Al An’am (6) ayat 165:

‫ل‬
‫ت‬
‫جعلل لك تمد ل‬
‫خل لعئ ههه ل‬
‫جهه ة‬
‫ولهتول ٱل ش ه‬
‫ضههك تمد فلههودقل ب لاا ةعدضااا د للر عل‬
‫ض وللرفلههعل ب لعد ل‬
‫ذي ل‬
‫ف ٱلدأرد ه‬
‫ن لرب ش ل‬
‫حيهه ممم‬
‫هههۥ ل لغل ت‬
‫ريعت ٱلدعه ل‬
‫فههونر شر ه‬
‫ما لءات لى عك تمدم إ ه ش‬
‫ك ل‬
‫ب ولإ هن ش ت‬
‫ل بي لبدل تولك تمد هفي ل‬
‫قهها ه‬
‫سهه ه‬
١٦٥
Wa huwal lażi ja'alakum khalā'ifal ardi wa rafa'a ba'dakum fauqa
ba'ḏin darajātil liyabluwakum fi mā ātākum, inna rabbaka sarī'ul
'iqāb(i), wa innahū lagafūrur rahim(un).
Artinya: Dan Dia-lah yang Menjadikan kamu sebagai khalifahkhalifah di bumi dan Dia Mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas
yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang Diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu sangat cepat Memberi hukuman
dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Departemen
Agama RI, 2005:149)
4) Setiap pribadi mempunyai kebebasan dalam kemaslahatan sosial yang
didasarkan pada pengertian bahwa manusia diciptakan untuk tunduk
kepada aturan Allah SWT. Seperti yang dijelaskan pada Al-Qur’an Surat
Luqman (31) ayat 22:

‫سهه ل‬
‫سنن فل ل‬
‫ك هبههٱلدعتردولةه‬
‫محد ه‬
‫قههد ه ٱسدت لمد ل‬
‫هۥۥ إ هللى ٱلل شهه ولهتول ت‬
‫من ي تسدل ه دم ولجدهل ت‬
‫۞ول ل‬
‫ت‬
‫ش‬
‫ل‬
٢٢ ‫موره‬
‫ٱلدوتثد ل‬
‫قب ل ت‬
‫ق ىىم ولإ هلى ٱللهه ع عل ه‬
‫ة ٱلدأ ت‬
Wa man yuslim wajhahū ilallāhi wa huwa muhsinun faqadis
tamsaka bil ‘urwatil wusqā, wa ilallāhi ‘āqibatul umūr.
Artinya: Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang
kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala
urusan. (Departemen Agama RI, 2005:413)

3.

Karakteristik Koperasi Syariah
Ada beberapa karakteristik yang membedakan koperasi syariah dengan

koperasi yang lainnya, di antaranya adalah (Buchori, 2012:13):
1) Mengakui modal usaha koperasi sebagai milik anggota.
2) Tidak melakukan transaksi yang berhubungan dengan bunga (riba).

2
2

3) Berfungsinya lembaga ZISWAF (Zakat, Infak, Shodaqoh, dan Wakaf).
4) Mengakui mekanisme pasar yang ada.
5) Mengakui motif untuk mendapatkan keuntungan.
6) Mengakui kebebasan dalam berusaha.
7) Mengakui adanya hak bersama.
2.1.1.3 Tujuan, Peran dan Fungsi Koperasi Syariah
Koperasi syariah atau biasa disebut dengan Koperasi Jasa keuangan Syariah
(KJKS) merupakan salah satu bentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKM).
Menurut Subagyo (2015:7) LKM memiliki tujuan untuk menjadikan masyarakat
mandiri sehingga dapat membantu dirinya sendiri dengan membuka layanan jasa
keuangan dan masyarakat mampu menolong masyarakat lain melalui kegiatan
produktif sehingga sumber daya manusia masyarakat fakir miskin dapat
dimanfaatkan sepenuhnya.
Pada koperasi syariah setiap transaksi (tasharruf) didasarkan atas
penggunaan yang efektif sesuai dengan kebutuhan anggota, apakah untuk
pembiayaan atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan secara
berbeda. Berbeda dengan koperasi konvensional yang memperlakukan transaksi
secara sama, baik anggota melakukan transaksi untuk kebutuhan konsumsi atau
kegiatan produktif. Koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari
keuntungan untuk kesejahteraan anggotanya, baik dengan cara tunai atau dengan
membungakan uang yang dimiliki anggota. Para anggota yang meminjam tidak
dilihat dari tujuan mereka meminjam uang, hanya melihat uang pinjaman kembali
ditambah dengan bunga atau jasa koperasi yang tidak didasarkan kepada kondisi

2
3

hasil usaha atas penggunaan uang tersebut. Pada koperasi syariah, untuk usaha
produktif seperti anggota yang mendapatkan proyek dari pihak lain maka dapat
menggunakan prinsip bagi hasil dengan akad musyarakah atau mudharabah
sedangkan untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat
menggunakan prinsip jual beli dengan akad murabahah, salam atau istishna.
Menurut Sholihin (2008:424) fungsi dan peran koperasi syariah adalah:
1.

Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan anggota pada
khususnya,

dan

masyarakat

pada

umumnya,

untuk

meningkatkan

kesejahteraan ekonominya.
2.

Memperkuat kualitas sumber daya manusia anggota, sehingga menjadi lebih
amanah, profesional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) dalam
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

3.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha milik bersama berasaskan kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

4.

Sebagai perantara antara penyedia dana dan pengguna dana, sehingga tercapai
optimalisasi pemanfaatan harta.

5.

Menguatkan kelompok-kelompok anggota sehingga dapat bekerja sama
melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.

6.

Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat.

7.

Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif para anggota.
Berdasarkan peran dan fungsinya maka koperasi syariah adalah (Buchori,

2012:14-15):

2
4

1.

Sebagai manajer investasi
Koperasi syariah dapat menjadi agen atau penghubung bagi para pemilik
dana. Koperasi dapat menyalurkan dana kepada anggota atau calon anggota
yang berhak mendapatkan dana atau yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.
Penentuan penerima dana (anggota atau calon anggota) didasarkan atas
ketentuan pemilik dana, sehingga koperasi syariah hanya akan mendapatkan
pendapatan atas jasa agennya.

2.

Sebagai investor
Koperasi syariah sebagai investor (shahibul maal) adalah ketika sumber dana
yang bersumber dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain yang dikelola
secara profesional dan efektif tanpa adanya persyaratan khusus dari pemilik
dana, sehingga dana tersebut dapat dikelola oleh koperasi syariah sesuai
program yang dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut sebagai
mudharabah mutlaqah, yaitu investasi dana dari anggota maupun pihak lain
yang sesuai dengan syariah. Akad yang biasa digunakan dalam investasi ini
adalah akad jual beli secara tunai (al-musawamah) dan jual beli tidak tunai
(al-murabahah), sewa-menyewa (ijarah), kerjasama penyertaan sebagian
modal (musyarakah) dan penyertaan modal seluruhnya (mudharabah).
Keuntungan yang didapatkan dibagikan sesuai kesepakatan nisbah di awal
akad kepada pemilik dana.

3.

Pengemban fungsi sosial

2
5

Koperasi

Syariah

dalam

mengemban

fungsi

sosial

mengharuskan

memberikan pelayanan sosial baik kepada anggota yang membutuhkannya
maupun kepada masyarakat. Anggota yang membutuhkan pinjaman darurat
(emergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan pengembalian
pokok (al-qard) yang sumber dananya berasal dari modal maupun laba yang
dihasilkan. Anggota tidak dibebankan bunga dan ataupun biaya atas jasa
seperti di koperasi konvensional. Sementara bagi anggota masyarakat dhuafa
dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tampak pengembalian pokok
(qardhul hasan) yang sumber dananya dari dana ZIS (zakat, infak dan
shadaqoh). Pinjaman qardhul hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi
masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika usahanya mengalami
kemacetan, ia tidak perlu dibebani dengan pengembalian pokoknya.
2.1.1.4 Struktur Organisasi Koperasi Syariah
Menurut Subagyo (2015:25-26) koperasi syariah merupakan bentuk suatu
kelembagaan yang terdiri dari:
1.

Rapat anggota
Rapat anggota merupakan lembaga pengambilan keputusan yang memiliki
kekuasaan tertinggi pada koperasi yang berdasarkan prinsip demokrasi di
mana masing-masing anggota hanya dapat memiliki 1 hak pilih.

2.

Pengurus

2
6

Pengurus adalah pengelola koperasi atau yang melakukan proses manajemen
atas kegiatan koperasi sesuai dengan prinsip dasar, asas, fungsi, dan peran
koperasi.
3.

Badan pengawas
Badan pengawas berfungsi sebagai lembaga kontrol yang mengamankan
koperasi dari kemungkinan penyimpangan yang dapat terjadi, sehingga
koperasi dapat terus berjalan lancar.

4.

Dewan syariah KJKS
Dewan syariah bertindak sebagai lembaga yang memberikan masukan,
arahan, dan kebijakan organisasi dan operasional KJKS agar tetap berada
pada prinsip dan kaidah syariah.

2.1.1.5 Pembiayaan Koperasi Syariah
Pembiayaan dalam prinsip syariah menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Perundang-Undangan Nomor 7 Tahun 1997
tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan
dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan didasarkan atas kepercayaan pihak KJKS kepada anggotanya.
Rivai dan Andriana (2008:5) juga mengemukakan tujuan dan fungsi dari
pembiayaan. Berikut merupakan tujuan dari pembiayaan:

2
7

1.

Profitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang
dikelola bersama nasabah.

2.

Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benarbenar terjamin sehingga tujuan untuk mendapatkan keuntungan benar-benar
tercapat tanpa hambatan yang berarti.
Sedangkan fungsi dari pembiayaan menurut Rivai dan Andriana (2008:6-9)

adalah:
1.

Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang.

2.

Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.

3.

Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

4.

Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat.

5.

Pembiayaan sebagai alat stanbilitas ekonomi.

6.

Pembiayaan sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

7.

Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Menurut Subagyo (2015:28) kegitan pelayanan yang dilakukan KJKS

meliputi penghimpunan dan penyaluran pembiayaan:
1.

Menghimpun dana simpanan koperasi berupa simpanan tabungan dan
berjangka dari anggota, dan calon anggotanya, serta dari koperasi lain dan
atau anggotanya.

2.

Memberikan pembiayaan kepada anggota, calon anggotanya, dan koperasi
lain dan atau anggotanya.

2
8

Subagyo (2015:30-35) mengemukakan bentuk kegiatan penghimpunan dana
Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKS) dapat berupa penghimpunan modal,
titipan

wadiah,

investasi

tidak

terikat

(mudharabah),

investasi

terikat

(mudharabah muqayyadah), dana ZIS (Zakat Infak, dan Shodaqoh), berikut
penjelasannya:
1.

Penghimpunan Modal
Modal merupakan sumber dana yang berasal dari anggota yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan investasi berupa aktiva tetap dan kegiatan
operasional koperasi. Modal KJKS terdiri dari simpanan pokok, simpanan
wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha
(SHU).

2.

Titipan Wadiah
Wadiah merupakan titipan pihak ketiga (masyarakat) yang harus dijaga
sampai pemiliknya mengambil dana tersebut.

3.

Investasi Tidak Terikat (Mudharabah)
Mudharabah adalah akad kerjasama yang dilakukan oleh pihak pemilik dana
(shahibul maal) sebagai penyedia dana sebesar 100% dengan pihak pengelola
modal (mudharib), dengan keuntungan dibagi sesuai nisbah yang sudah
ditentukan di awal akad oleh kedua belah pihak dan jika ada kerugian akan
ditanggung oleh pemilik modal.

4.

Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah)

2
9

Akad Mudharabah Muqayyadah adalah akad yang disertai syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi oleh pengelola dana yang terkait dengan tempat
usaha, tata cara usaha, dan objek investasinya.
5.

ZIS (Zakat, Infak, dan Shodaqoh)
Dana ZIS merupakan sumber dana yang dikelola secara khusus dengan
penyaluran dan penggunaannya juga secara khusus.
Selain kegiatan pengumpulan dana, KJKS juga melakukan kegiatan

penyaluran dana yang dilakukan dengan pendekatan akad jual beli (murabahah,
salam, istisna, dan ijarah) dan bagi hasil (mudharabah, musyarakah), pembiayaan
mudharabah muqayyadah, pembiayan lainnya (hiwalah dan rahn), dan pinjaman
kebajikan (qard). Selain itu, KJKS juga memiliki produk jasa keuangan lainnya,
seperti wakalah, kafalah, dan sarf (Subagyo, 2015:36-55), berikut penjelasannya:
1.

Akad Jual Beli
Dalam akad jual beli dalam Islam terdapat beberapa konsep, yaitu:
1) Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang antara penjual dan pembeli dengan
harga asal (harga perolehan) ditambah dengan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
2) Salam
Salam adalah akad jual beli yang dilakukan dengan cara pembeli
melakukan pemesanan atas suatu barang terlebih dahulu dan pembayaran
dilakukan dimuka, baik dengan pembayaran langsung lunas atau
diangsur.

3
0

3) Istisna
Istisna adalah akad bersama produsen untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu dalam tanggungan, atau akad jual beli suatu barang yang akan
dibuat terlebih dahulu oleh produsen yang sekaligus memiliki bahan baku
barangnya.
4) Ijarah
Ijarah adalah sewa atas suatu manfaat dari suatu aset yang telah
digunakan.
2.

Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha yang dilakukan oleh pihak pemilik
dana (shahibul maal) sebagai penyedia dana sebesar 100% dengan pihak
pengelola modal (mudharib), dengan keuntungan dibagi sesuai nisbah yang
sudah ditentukan di awal akad oleh kedua belah pihak dan jika ada kerugian
akan ditanggung oleh pemilik modal.
Musyarakah adalah suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih dengan masing-masing pihak memberikan kontribusinya baik
dalam modal maupun keterampilan usaha dalam kurun waktu tertentu.
Keuntungan yang didapatkan dari kerjasasama ini dibagi atas kesepakatan
yang dibuat di awal perjanjian, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik
modal sesuai dengan porsi modal yang disetorkan.

3.

Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah
Koperasi syariah dapat memberikan jasa untuk mempertemukan pihak
pemilik dana yang ingin menginvestasikan dananya kepada suatu proyek atau

3
1

usaha tertentu dengan ketentuan-ketentuan yang diajukan kepada pihak
pengelola dana.

4.

Pembiayaan Lainnya
Pembiayaan lainnya yang ada pada KJKS adalah Hawalah dan Rahn.
Hawalah adalah pemindahan utang-piutang antara suatu pihak dengan pihak
lainnya. Sedangkan Rahn adalah menahan sesuatu dengan hak yang
memungkinkan pengambilan manfaat darinya.

5.

Pinjaman Kebajikan Qard
Qard adalah meminjamkan suatu harta kepada orang lain dengan tanpa
mengharapkan imbalan atas pinjaman tersebut.

2.1.1.6 Permodalan Koperasi Syariah
Modal sangatlah penting bagi suatu usaha atau organisasi. Modal digunakan
untuk menjalankankan operasional usaha yang dijalankan. Menurut Subagyo
(2015:30) modal adalah sumber dana yang disetor anggota yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan investasi berupa aktiva tetap dan kegiatan operasional
KJKS. Modal usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja (Sitio dan
Halomoan, 2001:82). Modal investasi adalah sejumlah uang yang ditanam atau
digunakan untuk kegiatan operasional suatu perusahaan, yang bersifat tidak
mudah diuangkan (unliquid) seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor, dan
lain-lain. Sedangkan modal kerja adalah sejumlah uang yang tertanam dalam
aktiva lancar perusahaan atau yang digunakan untuk membiayai operasional

3
2

jangka pendek perusahaan, seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak,
biaya listrik, dan lain-lain.
Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab VII Pasal 41
disebutkan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman
atau modal luar. Modal sendiri bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib,
dana cadangan, dan donasi. Sedangkan

modal luar bersumber dari anggota,

koperasi, bank, lembaga keuangan non-bank, penerbitan obligasi, dan sumber
lain. Sedangakan Buchori (2012:17-23) mengklasifikasikan sumber dana koperasi
syariah secara umum sebagai berikut:
1. Simpanan Pokok
Akad syariah simpanan pokok masuk dalam katagori akad musyarakah.
Sedangkan

pendirian

koperasi

syariah

menggunakan

konsep

syirkah

mufawadhah yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih yang masing-masing memberikan kontribusi dana dan
berpartisipasi dalam kerja dengan porsi yang sama.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana simpanan
pokok di mana besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah
anggota serta penyetorannya dilakukan setiap bulan sampai seseorang
dinyatakan keluar dari keanggotaan koperasi syariah.
3. Simpanan Sukarela
Simpanan anggota merupakan suatu bentuk investasi dari anggota atau calon
anggota yang memiliki kelebihan dana yang disimpan di koperasi syariah.

3
3

Bentuk simpanan sukarela memiliki 2 jenis karakter antara lain :
1) Bersifat dana titipan yang disebut wadi’ah atau titipan dan dapat diambil
setiap saat. Wadi’Ah dibagi menjadi dua, yaitu wadi’ah amanah dan titipan
wadi’ah yad dhamanah. Wadi’Ah amanah adalah titipan yang tidak boleh
digunakan untuk kepentingan koperasi maupun investasi, pihak koperasi
harus menjaga titipan tersebut sampai diambil oleh pemiliknya. Wadi’Ah
amanah biasanya berupa dana ZIS (zakat, infak dan shadaqoh). Sementara
wadi’ah yad dhamanah adalah dana titipan anggota kepada koperasi yang
dapat dikelola oleh pihak koperasi sepanjang dana tersebut belum diambil
oleh pemiliknya. Karena dana tersebut dapat dikelola, pemilik dana dapat
mendapat bonus dari keuntungan hasil kelolaan dana miliknya.
2) Bersifat investasi, ditujukan untuk kepentingan usaha dengan sistem bagi
hasil (mudharabah) baik revenue sharing, profit sharing maupun profit and
loss sharing. Simpanan dapat berupa simpanan berjangka mudharobah
mutlaqoh

maupun

simpanan

berjangka

mudharabah

muqayadah.

Mudharabah mutlaqoh adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan koperasi syariah selaku pengelola (mudharib) dengan
tanpa adanya pembatasan atas spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
usaha. Sementara mudharabah muqayadah adalah bentuk kerjasama antara
pemilik dana (shahibul maal) dengan koperasi syariah selaku pengelola
(mudharib) dengan adanya ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pemilik
dana.
4. Investasi pihak lain

3
4

Sebuah koperasi tentu membutuhkan dana lebih agar dapat mengembangkan
usahanya secara maksimal. Melihat peluang pasar yang besar sementara
simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Sehingga dibenarkan untuk
bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti program-program pemerintah,
bank syariah, maupun lembaga keuangan syariah lainnya. Investasi pihak lain
ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip mudharabah maupun prinsip
musyarakah. Prinsip mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih di mana satu pihak bertindak sebagai
pemodal dan pihak lain sebagai pengelola atau pemilik keterampilan usaha
dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Keuntungan atas usaha
bersama yang dilakukan dibagi berdasarkan kesepatan di awal akad, sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal dengan ketentuan kerugian bukan atas
dasar kelalaian pengelola. Prinsip musyarakah adalah suatu bentuk kerjasama
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan masing-masing pihak
memberikan kontribusinya baik dalam modal maupun keterampilan usaha
dalam kurun waktu tertentu. Keuntungan yang didapatkan dari kerjasasama ini
dibagi atas kesepakatan yang dibuat di awal perjanjian, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal sesuai dengan porsi modal yang disetorkan.
2.1.1.7 Keanggotaan Koperasi Syariah
Berdasarkan Undang-undang No.25 Tahun 1992, salah satu syarat
berdirinya koperasi di Indonesia adalah adanya minimal 20 (dua puluh) orang
sebagai anggota. Setiap warga n