PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM

Pembagian Warisan
Menurut Islam

Wahyu Ardiansyah

Pendahuluan




Meninggal dunia merupakan peristiwa
yang dialami setiap manusia. Ketika
meninggal dunia, orang tidak
membawa hartanya.
Harta tersebut ditinggalkan. Kemudian
permasalahan muncul adalah hendak
diapakan harta tersebut dan apakah
akan dibagi kepada para ahli waris,
serta bagaimana cara membaginya

Pembahasan

A. Landasan Teori


Hukum kewarisan menurut KHI pasal
171 adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan berapa
bagiannya masing-masing.

A. Landasan Teori (cont)


Dasar hukum atau sumber hukum
kewarisan islam adalah Al-Qur’an, Al
Hadist dan Ijtihad. Di Indonesia juga
telah mengeluarkan peraturan terkait
Hukum Kewarisan Islam dalam KHI
sesuai Inpres No.1 th 1991.


B. Pembagian Harta
Warisan Secara Normatif
Islam






Pembagian Harta waris menurut Islam
Menganut asas keadilan proporsional
atau keadilan berimbang.
Mempertimbangkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban serta
keseimbangan antara yang diperoleh
dankeperluan kegunaan.
Bagian laki-laki : perempuan = 2 : 1

B. Pembagian Harta Warisan

Secara Normatif Islam (Cont 1)


Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 11 :
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan
bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh
separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan
ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”


B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 2)


Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 12 :
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istriistrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai
anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya
sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar
utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika
kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara lakilaki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau
sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli
waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benarbenar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”


B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 3)


Al – Qur’an Surat An-Nisa ayat 176 :
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).
Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai
anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang
ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai
anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi
keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang
meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudarasaudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara
laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan.
Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak
sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

B. Pembagian Harta Warisan

Secara Normatif Islam (Cont 4)
Dari ketiga ayat tersebut diatas, AlQur’an menentukan bagian bagian
tertentu kepada ahli waris, yaitu :
a. Setengah (1/2)
b. Sepertiga (1/3)
c. Seperempat (1/4)
d. Seperenam (1/6)
e. Seperdelapan (1/8) dan
f. dua pertiga (2/3)


B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 5)




Golongan-golongan ahli waris yang
mendapat harta warisan berdasarkan
bagian tertentu dari harta waeisan

yang prosentasenya telah ditetapkan
dalam Al-Qur-an disebut Dzawil Furudh
Golongan tersebut merupakan pihak
pertama yang mendapat harta warisan
setelah pewaris meninggal.

B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 6)





Dalam pembagian harta waris terdapat
sistem hijab dan mahjub.
Hijab adalah mencegah dan
menghalangi orang-orang tertentu
dalam menerima seluruh harta warisan
ataupun sebagian karena ada
seseorang yang lain

Sedangkan yang dihalangi atau
dicegah disebut mahjub.

B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 7)
Terdapat dua macam Hijab, yaitu :
a. Hijab Hirman : terhijabnya seorang
ahli waris dalam memperoleh seluruh
bagian karena ada ahli waris lain
b. Hijab Nuqsan : hijab yang hanya
mengurangi bagian dari seorang ahli
waris


B. Pembagian Harta Warisan
Secara Normatif Islam (Cont 8)
Selain dzawil furud dan hijab dikenal pula adanya Asabah, asabah
yaitu ahli waris yang tidak ditentukan berapa besar bagiannya,
namun berhak menghabiskan semua harta jika mewarisi seorang
diri, atau semua sisa harta jika mewarisi bersama ahli waris dzawil

furudh.
 Ada 3 macam Asabah (menurut Imam Syafi’i), yaitu :
1. Asabah bin nafsi : ahli waris laki2 yg sejak semula berkedudukan
sbg asabah
2. Asabah bil Ghairi : ahli waris perempuan yang semula
berkedudukan sbg dzawil furudh, kemudian berubah status mjd
asabah karena tertarik saudaranya yg laki2, shg ahli waris laki2
dan perempuan bersama-sama jadi asabah
3. Asabah ma’al Ghairi : ahli waris perempuan yg semula bkdudukan
sbg dzawil furudh kmdn berubah mjd asabah karena mewarisi
harta bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan


c. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI
Hukum Kewarisan Islam diatur dalam KHI pada
bagian Buku II tentang Hukum Kewarisan
 Dzawil Furudh dalam KHI diatur dalam pasal 176,
177, 178, 179, 180, 181, dan 182 KHI. Dengan
jumlah bagiannya : 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6.

 Dzawil furudh tersebut yaitu ;
a. Anak perempuan. Menurut pasal 176, bagiannya
½ jika hanya seorang, 2/3 jika dua orang atau
lebih, dan bersama sama menghabisi sisa harta
jk bersama anak laki-laki dg perbandingan laki2 :
perempuan = 2 : 1


c. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 1)
b.

c.

Ayah. Menurut pasal 177, bagian ayah
1/3 jk pewaris tidak punya anak dan 1/6
jika pewaris punya anak.
Ibu. Pasal 178 – bagian ibui 1/3 jika
pewaris tidak punya anak atau dua org
saudara atau lebih, dan 1/6 jk pewaris

punya anak atau dua org saudara atau
lebih, dan 1/3 sisa harta sesudah
diambil bagian janda/duda jk bersama
dengan ayah

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 2)
d.

e.

f.

Duda. Pasal 179 – bagiannya ½ harta jk
pewaris tdk punya anak, dan ¼ jk punya
anak.
Janda. Pasal 180 – bagiannya ¼ harta jk
pewaris tidak punya anak, dan 1/8 jk
punya anak.
Saudara laki2 dan saudara perempuan
seibu. Pasal 181 – bagian 1/6 jk tidak
punya anak dan ayah, dan bersamasama 1/3 jika ada dua org atau lebih.

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 3)
g.

h.

Saudara perempuan sekandung atau
seayah. Pasal 182 –jk tidak punya anak
dan ayah bagiannya ½ apabila seorang
saja, 2/3 jk ada dua org atau lebih dan
bersama-sama menghabiskan jika
bersama-sama dg saudara laki2
sekandung/seayah dengan
perbandingan laki2 : pr = 2:1
Kakek dan Nenek dari pihak ayah atau
ibu tidak ditentukan dalam KHI.

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 4)



Keberadaan Asabah dalam KHI diatur
dalam pasal 174 ayat (1) huruf q
Berdasarkan pasal 176 dan 182 asabah
berhak menghabiskan harta jika tidak
ada ahli waris lain atau semua sisa
harta jika bersama sama dengan
dzawil furudh.

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 5)




KHI hanya mengenal dua jenis asabah yaitu :
asabah bin nafsi dan asabah bil ghairi
Asabah bin nafsi tdr dari : anak laki2,
saudara lak2 sekandung/seayah dan paman
Asabah bil ghairi tdr dari :
 Anak perempuan yg mewarisi bersama dg anak

laki2
 Saudara pr sekandung yg mewarisi bersama
saudara lk2 sekandung
 Saudara pr seayah yg mewarisi bersama saudara
lk2 seayah

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 6)




KHI hanya mengenal dua jenis asabah yaitu :
asabah bin nafsi dan asabah bil ghairi
Asabah bin nafsi tdr dari : anak laki2,
saudara lak2 sekandung/seayah dan paman
Asabah bil ghairi tdr dari :
 Anak perempuan yg mewarisi bersama dg anak

laki2
 Saudara pr sekandung yg mewarisi bersama
saudara lk2 sekandung
 Saudara pr seayah yg mewarisi bersama saudara
lk2 seayah

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 7)



Pasal 185 KHI mengatur ttg ahli waris
pengganti.
Ahli waris pengganti yaitu orang2 yg
mjd ahli waris krn org tuanya yg berhak
mendapat warisan meninggal lebih
dulu drpd pewaris sehingga ia tampil
menggantikannya.

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 8)
Pasal 185 KHI merumuskan :
1. Ahli waris yg meninggal lebih dulu
drpd pewaris, kedudukannya dpt
digantikan oleh anaknya, kecuali
mereka yang disebutkan dalam pasal
173
2. Bagian ahli waris pengganti tidak
boleh melebihi dari bagian ahli waris
yg sederajat dengan yang diganti


C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 9)
Yg termasuk ahli waris pengganti yaitu:
a. Cucu lk2 dan cucu pr dari anak pr,
memperoleh status dzawil furudh krn
pengganti ibunya anak pr yg
berkedudukan sbg dzawil furudh
b. Cucu lk2 dan cucu pr dari anak pr,
memperoleh status asabah krn
pengganti ayahnya anak lk2 yg
berkedudukan sbg asabah


C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 10)
c.

d.

Anak lk2 dan anak pr saudara pr
sekandung/seayah memperoleh status
dzawil furudh karena pengganti ibunya
(saudara pr sekandung/seayah) yang
berkedudukan sbg dzawil furudh.
Anak lk2 dan anak pr saudara seibu
sekandung/seayah memperoleh status
asabahkarena pengganti ayahnya
(saudara lk2 sekandung/seayah) yang
berkedudukan sbg asabah.

C. Pembagian Harta Warisan
Menurut KHI (cont 11)
e.

f.

Anak laki2 dan anak pr saudara seibu,
memperoleh status sbg dzawil furudh
karena ia adalah pengganti ayah atau
ibunya (saudara seibu) yg
berkedudukan sbg dzawil furudh.
Anak laki2 dan anak pr paman,
memperoleh status sbg asabah karena
ia adalah pengganti ayahnya (paman
pewaris) sebagai asabah.

D. Tahapan Pembagian
Warisan
Setelah seseorang meninggal maka harta
peninggalan perlu diselesaikan
I. Menginventarisi dan menentukan siapa
yang menjadi ahli waris
II. Memurnikan harta warisan
denganmengeluarkan segala hak yg ada
sangkut pautnya dg harta warisan seperti :
harta bersama, zakat, biaya perawatan
jenazah, hutang dan wasiat
III. Pelaksanaan pembagian dan penghitungan


E. Damai dlm Pembagian
Warisan




Pasal 183 KHI:
“Para ahli waris dapat bersepakat
melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah
masing-masing menyadari bagiannya”
Dg demikian terbuka kemungkinan
membagi warisan tidak sesuai
ketentuan sepanjang para ahli waris
rela dan sepakat.

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta
Warisan






Apabila para dzawil furudh telah diketahui dan
harta warisan telah dimurnikan, maka harta
warisan siap dilakukan pembagian.
Untuk menghitung bagian dzawil furudh perlu
menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil yg
dalam kewarisan islam dikenal dengan asal
masalah
Asal masalah tersebut terdiri dariasala
masalah 2, asal masalah 3, asal masalah 4,
asal masalah 6, asal masalah 8, asal masalah
12 dan asal masalah 24.

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 1)




Berapa asal masalah yg digunakan
tergantung pada porsi bagian dari para
ahli waris dzawil furudh.
Contoh : ahli warisnya adalah ayah dan
janda. Menurut ketentuan ayah
mendapat 1/3 (jk pewaris tdk punya
anak) dan janda 1/4 (jk pewaris tdk
punya anak), maka asal masalah yg
digunakan adalah 12, kaena 12 dapat
dibagi dengan penyebut 3 dan 4.

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 2)
Selanjutnya thd bagian dari masing2
dzawil furudh yang telah diketahui
jumlah bagiannya itu dikalikan dengan
asal masalahnya, sehingga diketahui
berapa besar bagiannya atas harta
warisan yang telah dimurnikan.
 Setelah jumlah bagian warisan masingmasing dzawil furudh diketahui
jumlahnya, dan diberikan terlebih dahulu,
sisanya baru diberikan untuk asabah.


F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 3)





Asabah jika jumlahnya lebih dari satu
orang maka mereka akan berbagi
sesuai derajatnya, apabila derajatnya
sama maka akan berbagi sama rata,
namun bila derajatnya tidak sama
maka dibagi sesuai perbandingan.
Asabah jika jumlahnya seorang maka
semua sisa harta diberikan kepadanya.
Contoh : ….

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 4)


Contoh : ahli waris tdr dr ibu, anak lk2
dan anak perempuan. Ibu sebagai
dzawil furudh mendapat 1/6 bagian,
untuk itu asal masalahnya 6, ibu
mendapat bagian 1 dan sisanya 5
bagian akan dibagi untuk anak laki2 dan
anak perempuan dengan perbandingan
anak laki2 : anak pr = 2 : 1. jadi untuk
anak laki 5 x 2/3 dan anak perempuan 5
x 1/3

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 5)


Contoh kasus :
Tuan Tono meninggal dunia dan
meninggalkan harta setelah dimurnikan
harta warisannya berjumlah Rp. 200 jt.
Kerabat yang masih hidup adalah ayah,
ibu, kakek, istri, seorang anak lk2 dan
seorang anak perempuan, dan satu
saudara laki2 sekandung. Bagaimana
pembagian harta warisannya? Dan
berapa bagian masing2 ahli waris?

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 6)


Jawaban :
dari kasus tersebut yang berhak
menjadi pewaris/mendapatkan warisan
adalah :
Asal



Isteri : 1/8 bag
Ibu : 1/6 bag
Ayah : 1/6 bag




masalah
nya 24

Jumlahnya
11/24

Sisanya 13/24 untuk asabah , yaitu :
Anak laki2 2/3 x 13/24
Anak perempuan 1/3 x 13/24

F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 7)
Sedangkan kakek dan saudara laki2
sekandung tidak mendapat warisan
karena terhijab. Kakek terhijab oleh
ayah. Sedangkan saudara laki2 terhijab
oelh anak laki2, anak oerempuan dan
ayah.
 Sehingga bagian masing2 :
a. Istri : 3/24 x Rp.200jt = Rp.
25.000.000,b. Ibu : 4/24 x Rp.200jt = Rp.


F. Cara Pembagian dan
penghitungan Harta Warisan (cont 8)
c.
d.
e.

ayah : 4/24 x Rp.200jt = Rp.
33.333.333,Anak lk2 : 2/3 x 13/24 x Rp.200jt =
Rp. 72.222.222,Anak pr : 1/3 x 13/24 x Rp.200jt =
Rp. 36.111.111,-

G. Masalah Aul dan Radd


AUL
bermakna naik atau meluap, menurut
para fuqaha berarti bertambahnya jumlah
bagian faraidh dan berkurangnya nashib
(bagian) para ahli waris.
Aul terjadi ketika harta yang dibagikan
habis sedangkan akhli waris banyak. Oleh
karena itu harus dinaikkan asal
masalahnya sehingga harta waris
mencukupi untuk dibagi.

G. Masalah Aul dan Radd
(Cont 1)






Contoh : seseorang meninggal dengan
ahli waris suami, dua orang saudara
kandung perempuan dan dua orang
saudara laki2 seibu.
Suami
½ 3
Asal
Jml : 9,
masa
dan 9 >
2 saudara pr kd
2/3
4:
lah
6
6
2 saudara lk2 seibu 1/3
2

Oleh karena itu bag suami mjd 3/9, dua saudara pr kd
mjd 4/9 dan dua sadara lk2 seibu mjd 2/9

G. Masalah Aul dan Radd
(cont 2)


Radd
bermakna kembali/dikembalikan, menurut
para ulama faraidh berarti berkurangnya asal
masalah dan bertambahnya jumlah bagian
ahli waris.
misalnya dalam suatu keadaan para ahli waris
telah menerima haknya masing masing tetapi
ternyata warisan masih tersisa, sementara
tidak ada ahli waris yang bertindak sebagai
asabah, maka harta warisan dikembalikan lagi
kepada dzawil furudh sesuai bagian masing2.

G. Masalah Aul dan Radd
(cont 3)
Syarat adanya radd :
1. Adanya ashabul furudh
2. Tidak adanya asabah
3. Terdapat sisa harta warisan
 Untuk menyelesaikan radd pertama mencari
bagian masing2 ashabul furudh,
menentukan asal masalahuntuk mengetahui
bagian masing2, kemudian menjumlahkan
bagian masing2 ahli waris dan jumlah
bagian itu menjadi asal masalah baru


G. Masalah Aul dan Radd
(Cont 4)






Contoh : seseorang meninggal dengan
ahli ibu, satu orang saudari kandung
dan satu orang saudari seayah.
Jml : 5,
ibu
1/6
1
Asal
dan mjd
asal
Saudari sekdg 1/2
3 masa
lah :
masalah
baru
Saudari seayah
1/6
16

Oleh karena itu bag ibu mjd 1/5, saudari sekandung
mjd 3/5 dan saudari seayah mjd 1/5

TERIMA
KASIH