Hubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan
Melaksanakan Aktivitas Dasar Sehari-hari pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
Pariaman
Sefrianita Kamal
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Amanah Padang
฀bstract
Demensia constitutes a sea of troubles and serious one faced by forward states, and
have become emerging health problem at effloresce states as Indonesian ฀s. ฀t Panti
Tresna Werdha Sabai Nan ฀luih's Social is known that there are many lansia what
does experience demensia as handicap do knockabout activity, lansia there are many
that aided for hygiene thyself (bath, ketolit) and clears house. Meanwhile passes
through interview some bodies lansia what does experience demensia, 4 person
amongst those say is so easy forget by whit thing so knockabout basic activity the
disrupted. This research intent to see demensia's zoom relationship by increases
ability to perform basic activity everyday on lansia ฀t Panti Tresna Werdha Sabai
Nan ฀luih's Social Moorland.
This research utilize research design descriptive analytic with approaching cross
sectional study one that performed on month of February s / d. year July 2012 at

Panti Tresna Werdha Sabai Nan ฀luih's Social Sicincin Regency Padang Pariaman.
Total population 110 lansia with sample 52 respondents, sample take done by ala
Simple Random is Sampling, data collecting did by interview tech utilize interview
guidance. ฀nd analysed by univariat's ala and bivariate with computer utilizes to test
statistic chi square.
Observational result to be gotten 59,6% respondent experiences demensia be, 63,5%
dependable respondents be . There is relationship which wherewith among demensia's
zoom by increases ability to perform basic activity everyday on lansia.
To chairman of panti tresna werdha sabai nan aluih's social is expected more notices
lansia who experience dependency be and also heavy in perform basic activity
everyday so basic the need lansia is accomplished. For education institution ought to
gets to be made by source and adds STIKes's college student science ฀manah Padang.
For research further gets to do research about factor which can prevent or regards
demensia.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Demensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi
oleh Negara-negara maju, dan telah menjadi masalah kesehatan yang
mulai muncul di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. ฀al ini
disebabkan oleh makin mengemukanya penyakit-penyakit degenerative (

yang berapa diantaranya merupakan factor resiko timbulnya demensia )
serta makin meningkatnya usia harapan hidup dihampir seluruh belahan
dunia (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006 ).

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin
merupakan pelayanan sosial milik pemerintah bertujuan untuk menampung
lansia yang tidak mampu dan kurang diperhatikan oleh keluarganya yaitu
sebanyak 110 lansia 47 orang perempuan dan 63 orang laki-laki yang terdapat
di 14 wisma.
Berdasarkan survey awal peneliti yang dilakukan pada tanggal 29
februari 2012 diketahui bahwa ada lansia yang mengalami Demensia. Melalui
hasil wawancara dengan pemilik panti tersebut, maka diketahui bahwa
banyak lansia yang mengalami demensia seperti kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari, lansia banyak yang dibantu untuk kebersihan diri sendiri
( mandi, ketolit ) dan membersihkan rumah. Sedangkan melalui wawancara
beberapa orang lansia yang mengalami demensia, 4 orang diantaranya

mengatakan sangat mudah lupa dengan hal-hal yang kecil sehingga aktivitas
dasar sehari-harinya terganggu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat demensia
dengan tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
Tahun 2012.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat demensia dengan tingkat
kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan tingkat demensia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012
b. Mengetahui hubungan tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas
sehari-hari pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin tahun 2012.
c. Mengetahui hubungan antara tingkat demensia dengan tingkat

kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Lansia
Lanjut usia ( lansia ) adalah seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan
( potensial ) maupun kerena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan
secara aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2004)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam, R. Siti, dkk, 2008 ).

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

2.2 ฀ipotesis
฀a : Ada hubungan antara tingkat demensia dengan tingkat kemampuan
melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lanjut usia.
฀o : Tidak ada hubungan antara tingkat demensia dengan tingkat
kemampuan melaksanakan aktiitas sehari-hari pada lanjut usia.

III. Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain
Cross sectional Studi, dimana variabel independen dan dependen
dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan
Aluih Sicincin pada bulan Februari s/d Juli 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di PSTW
sabai nan Aluih sicincin sebanyak 110 orang dari bulan Februari s/d Juli
tahun 2012.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi menggunakan teknik simple random
sampling dengan jumlah sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo,
2005). Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat
menggunakan formula yang sederhana lagi seperti berikut :
n =


Keterangan :

N : Besar Populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat Kepercayaan /ketetapan yang diinginkan
n =
n =
n =
n = 52,38
n = 52

Kriteria Sampel :
1. Kriteria inklusi:
a. Usia lanjut ≥50 tahun

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615


b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian
c. Lansia yang tidak mengalami gangguan fisik
d. Dapat mendengar dengan baik
e. Berada di tempat saat penelitian
2. Kriteri ekslusi:
Lansia dalam keadaan sakit/tidak mampu beraktifitas mandiri
3.4 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan
computer. Disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi, analisis data
dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis univarat
Analisa data dilakukan dengan cara univariat untuk melihat
distribusi frekuensi masing-masing variabel. Data yang disajikan dalam
bentuk tabel kemudian dianalisis.
Untuk mengetahui persentase masing-masing variabel digunakan rumus :
P=

x 100 %

Keterangan :

P = Persentase
F = Frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban
N = Jumlah responden
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara dua variable yaitu
variable independen dengan variable. Untuk melihat ada tidaknya hubungan
kedua variabel tersebut, digunakan uji chi-square, uji ini digunakan karena
merupakan variabel kategorik, nilai yang digunakan untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan variabel adalah nilai a = 0.05 apabila p < 0.05 maka
adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Apabila p > 0.05 maka tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
IV. ฀asil Dan Pembahasan
4.1 ฀asil
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang tingkat demensia
dengan tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan aluih Sicincin tahun
2012. Penelitian dilakukan terhadap 52 orang lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aliuh Sicincin, yang dilakukan pada tanggal 10 – 22 Mei
2012 yang diperoleh dengan simple random sampling. Analisis hasil penelitian

dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan diuraikan
sebagai berikut:

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin Pariaman tahun 2012
No
Jenis Kelamin
f
63
1
Laki-laki
2
Perempuan
47
A. Analisa Univariat

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dimana laki-laki
berjumlah 63 orang dan perempuan berjumlah 47 pada umumnya lansia yang
tinggal di Panti Sosial Tersna Werdha Sabai Nan Aluih banyak yang tidak
sekolah dan ada juga yang sekolah tapi hanya sampai SMA, dengan hasil
sebagai berikut:
B. Tingkat Demensia

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Demensia Pada Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012
Tingkat Demensia
Ringan
Sedang
Berat

F
18
31
3


%
34,6
59,6
5,8

Total

52

100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 52
responden terdapat tingkat demensia sedang sebanyak (59,6%).
C. Tingkat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Sehari-hari pada
Lansia
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Kemampuan
Melaksanakan Aktivitas Dasar Sehari-hari Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012
Tingkat Kemampuan
F
%
Mandiri
Ketergantungan Sedang
Ketergantungan Berat
Total

15
33
4
52

28,8
63,5
7,7
100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 52
responden terdapat ketergantungan sedang sebanyak (63,5%).

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

D. Analisa Bivariat
฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan Melaksanakan
Aktivitas Dasar Sehari-hari pada Lansia
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan ฀ubungan Tingkat Demensia
Dengan Tingkat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012
Tingkat Kemampuan melaksanakan aktivitas
dasar sehari-hari

Tingkat
Demensia

Mandiri

Ketergantungan
Sedang
f
%

Ketergantungan
Berat
f
%

Total

f

%

f

%

Ringan
Sedang
Berat

4
11
0

22,2
35,5
0

14
18
1

77,8
58,1
33,3

0
2
2

0
6,5
66,7

18
31
3

100
100
100

Jumlah

15

28,8

33

63,5

4

7,7

52

100

p
value

0,001

Dari table 4.3 diatas diketahui bahwa tingkat kemampuan
melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari lebih tinggi pada ketergantungan
sedang (63,5%) pada lansia tingkat demensia sedang (58,1 %) dibandingkan
dengan tingkat demensia ringan dan tingkat demensia berat. ฀asil uji statistik
(chi square) diperoleh p value = 0,001, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat demensia dengan tingkat
kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia.
4.2 Pembahasan
A. Analisa Univariat
1. Tingkat Demensia Pada Lansia
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 52
responden terdapat tingkat demensia sedang sebanyak (59,6%). Pada tingkat
ini responden sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminah
(2010) tentang hubungan dukungan keluarga tentang tingkat demensia pada
lansia di Kelurahan Ngijo Gunung Pati Semarang, yang menunjukkan hasil
bahwa kurang dari separoh (57,6%) tingkat demensia pada lansia di
Kelurahan Ngijo Gunung Pati Semarang adalah demensia sedang.
Tingkat demensia dengan kategori sedang pada responden
ditunjukan oleh klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (Nugroho, 2008)
bahwa pada derajat demensia sedang terjadi hal – hal berikut seperti : ฀idup
mandiri berbahaya, diperlukan berbagai tingkat suportivitas, sangat

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

mudah lupa (terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang), tidak
dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, tidak dapat
memasak, membersihkan rumah, ataupun berbelanja, sangat bergantung
pada orang lain, semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk
kebersihan diri ( ke toilet, mandi, dan berpakaian ), senang mengembara / “
ngeluyur “ tanpa tujuan, terjadi perubahan prilaku, adanya gangguan
kepribadian, sering tersesat (walaupun jalan tersebut telah dikenal (
tersesat di rumah sendiri ). dapat juga menunjukkan adanya halusinasi.
Asumsi peneliti terhadap penelitian ini adalah responden tingkat
demensia sedang lebih tinggi (59,6%) pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan aluih Sicincin Tahun 2012. ฀al terbukti bahwa 76,9 %
responden tidak bisa melaksanakan perintah yaitu responden tidak mampu
mengingat kembali nama-nama benda yang telah disebutkan sebelumnya,
pada dasarnya lansia sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru
dibicarakan sebelumnya karena lansia sudah mengalami penurunan fungsi
tubuh diantaranya fungsi sistem neurologis yaitu afasia (ketidakmampuan
menggunakan kata-kata yang memiliki arti dan kehilangan kemampuan
mengerti bahasa lisan, apragsia (ketidakmampuan menunjukkan suatu
aktivitas yang dipelajari memiliki fungsi motorik yang diperlukan). Dan 73,1
% responden tidak bisa menjawab dimana mereka berada ( Negara, propinsi,
kota, rumah sakit atau instansi, lantai kamar ).
2. Tingkat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Sehari – ฀ari Pada Lansia
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa
dari
52
responden terdapat ketergantungan sedang sebanyak (63,5%). Pada tingkat
ini lansia akan mengalami kesulitan dalam melakukan kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
(2009) Tingkat Kemampuan Sehari – hari Pada Lansia Dengan Penyakit
Kronis di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan yang
menunjukkan hasil bahwa tingkat kemampuan lansia dalam melakukan
aktifitas sehari – hari tergolong kategori ketergantungan sedang (56,2%).
Tingkat kemampuan lansia dapat dinilai dari aktivitas kehidupan
sehari – hari yang dilakukan oleh lansia tersebut. Sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Rustika (1997) bahwa Aktivitas dasar sehari-hari ( ADS )
yang dalam literature asing disebut activity of Daily Living ( ADL ) adalah
aktivitas perawatan diri yang normalnya dilakukan setiap hari oleh
individu untuk memenuhi kebutuhan dan tuntunan hidup sehari-hari.
Dilanjutkan oleh ( Potter & Perry, 2005) bahwa aktivitas hidup sehari-hari
meliputi BAB, BAK, membersihkan diri ( lap muka, sisir rambut, sikat gigi ),
penggunaan toilet ( ke/dari WC, menyiram, menyeka, lepas/pakai celana ),
makan, berpindah tempat dari kursi ketempat tidur, mobilisasi/berjalan,
berpakaian, mandi
dan
naik
turun
tangga. Keadaan
individu
membutuhkan bantuan dalam memenuhi aktivitas tersebut bias akut,
kronik, sementara waktu, menetap atau rehabilitative.
Asumsi peneliti terhadap penelitian ini adalah bahwa tingkat
ketergantungan sedang pada lansia dalam melakukan aktifitas sehari – hari

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

meliputi mengontrol BAB 50%, mengontrol BAK 50%. Lansia perlu bantuan
orang lain untuk naik turun tangga 38%, dan untuk berjalan lansia ada yang
menggunakan kursi roda atau tongkat 23%, untuk makan perlu pertolongan
untuk memotong makanan 19%, hal ini disebabkan karena lansia tersebut
sering mengalami sakit kaki terutama pada persendian dan adanya
perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskletal seperti kepadatan tulang,
kehilangan ukuran dan kekuatan otot serta degenerasi tulang rawan sendi.
B. Analisa Bivariat
฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan Melaksanakan
Aktivitas Dasar Sehari-hari Pada Lansia
Dari Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa tingkat kemampuan
melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari lebih tinggi pada ketergantungan
sedang (63,5%) pada lansia tingkat demensia sedang dibandingkan dengan
tingkat demensia ringan dan tingkat demensia berat. ฀asil uji statistik (chi
square) diperoleh nilai p value = 0,001, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat demensia dengan tingkat
kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palestin
(2005) tentang pengaruh umur, depresi dan status demensia terhadap
disabilitas fungsional. Variabel demensia menyumbang variasi fungsional
lansia tertinggi (p= 0,609) dibanding variabel umur dan variabel depresi.
฀al ini erat kaitannya karena adanya kerusakan fungsi kognitif
sehingga akan mempengaruhi aktifitas sosial dan aktifitas kehidupan sehari –
hari. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mickey Stanley & Patricia
Gauntlett (2006) bahwa demensia adalah kerusakan fungsi kognitif global
yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan
okupsi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari ( AKS ).
Ditambahkan oleh ฀arsosno (2007 bahwa demensia adalah hilangnya
fungsi kognitif secara multidimensional dan terus-menerus, disebabkan
oleh kerusakan organik sistem saraf pusat, tidak disertai oleh penurunan
kesadaran secara akut seperti halnya terjadi pada delirium dan teori lain
yan disampaikan oleh Wahjudi Nugroho (2008) bahwa demensia adalah
suatu sindrom klinis yang melputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari-hari.
Maka asumsi peneliti terhadap penelitian dimana seorang lansia itu
akan terjadi kerusakan kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
dapat mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang kurang normal juga
aktivitas kehidupan sehari-hari, terkadang lansia lupa dengan hal-hal kecil
yang baru dibicarakannya dan lansia juga perlu pertolongan orang lain
seperti naik turun tangga, berjalan dengan menggunakan tongkat.
V. Penutup
5.1 Kesimpulan

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

1. Lebih dari separuh tingkat demensia pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012 adalah sedang.
2. Lebih dari separuh tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar
sehari-hari pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin Tahun 2012 adalah ketergantungan sedang.
3. Adanya hubungan antara tingkat demensia dengan tingkat
kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012.
5.2 Saran
1. Pimpinan Panti Sosial Werdha Tresna Sabai Nan Aluih Sicincin
Disarankan agar dapat memperhatikan tingkat kebutuhan dan keadaan
lansia yang mengalami ketergantungan sedang maupun berat dalam
melaksanakan aktvitas dasar sehari-hari sehingga kebutuhan dasar lansia
terpenuhi.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan melalui pimpinan agar dapat dijadikan sumber informasi,
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan mahasiswa Stikes
Amanah Padang tentang hubungan tingkat kemampuan melaksanakan
aktivitas dasar sehari-hari dan apa saja yang harus diperhatikan tentang
kebutuhan lansia tersebut.
5.3 Penelitian selanjutnya
1. Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mencegah atau
mempengaruhi demensia.
2. Dapat disarankan pada lansia untuk dapat lebih berhati-hati dalam
melakukan aktivitas dasar sehari-hari seperti meminta bantuan kepada
penjaga panti untuk naik turun kursi roda, jika tidak mampu untuk
berjalan lansia bisa menggunakan kursi roda/tongkat.
Daftar Pustaka
Aminah. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Tentang Tingkat Demensia Pada
Lansia di Kelurahan Ngijo Gunung Pati Semarang
Bunga, Aisah. 2009. Kejadian Demensia di akses tanggal 10 Maret 2012, pukul
16.00 WIB, dari http://www.google.co.id/url
฀arsono,2007. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta. Gadjah Mada University
฀ermana,2007. Lansia Masa Kini Dan Mendatang. Diakses tgal.12 Maret 2012,
pukul 08.30 WIB, dari http://www.depsos.go.id/modules.php
Martono,฀adi.2009. Geriatri. Jakarta. FKUI. EGC
Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta.
Salemba Medikal
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta.
PERDOSSI
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawata Gerontik dan Geriatrik. Jakarta. EGC
Natoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. EGC

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal

฀urnal Ekotrans฀฀Vol.13฀฀No.1฀Januari฀฀2013฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ISSN฀฀฀1411–฀4615

Palestin. 2005. Pengaruh Umur, Depresi dan Status Demensia Terhadap Disabilitas
Fungsional
Potter, P. A & Perry, A. G. 2005. Buku ฀jar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Alih Bahasa Yasmin. Jakarta : EGC
Rustika, 2001. Determinan Aktivitas Kehidupan Sehari – ฀ari ( ADL )
Penduduk Usia Lanjut ( Analisa Data Susenas 1995. Badan Litbang
Kesehatan, Di akses tanggal 12 Maret 2012, pukul 11.00 WIB dari
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php
Setiabudhi,1999 dalam Leuckenotte 2000. Panduan Gerontologi. Tinjauan Dari
Berbagai Aspek Diakses tanggal 12 Maret 2012, pukul 13.00 WIB, dari
http://www.cigp.org.indek.php

฀ubungan Tingkat Demensia dengan Tingkat Kemampuan … Sefrianita Kamal