Peradaban di Maghrib Barat Islam

BAB I
PENDAHULUAN
Sudah umum diketahui bahwa sejarah adalah bagian yang selalu ada
dalam setiap pembahasan semua disiplin ilmu. Karena dari sejarahlah kita akan
mengetahui latar belakang, asal mula yang akan sangat berguna saat kita akan
membahas disiplin keilmuan itu selanjutnya. Ilmu sejarah adalah salah satu ilmuilmu yang paling agung derajatnya, tinggi kedudukannya. Cukuplah Allah swt
yang menggambarkan betapa agungnya ilmu ini dengan mengisi sebagian besar
al-Quran dengan cerita, sejarah, kisah-kisah orang terdahulu.
Rasulullah juga seringkali menceritakan pada para sahabat tentang ceritacerita umat terdahulu. Ini menunjukkan bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang
sangat penting, sehingga Tuhan dan utusan-Nya yang paling mulia sering
menggunakannya untuk mengajari manusia. Bahkan menjadikan sejarah sebagai
hujjah untuk mengkritik ahli kitab. Sebagaimana juga dilakukan Abu Bakar Khatib
al-Baghdady saat menjawab keresahan umat tentang pembatalan Jizyah yang
dihembuskan orang-orang Yahudi Baghdad. 1
Semua itu menunjukkan betapa pentingnya kita mempelajari sejarah, dan
kisah umat terdahulu. Khusus tentang peradaban di Barat Islam, kita akan dapat
melacak rentetan sejarah, kemajuan dan kemunduran umat Islam saat itu. Yang
tentunya akan sangat bermanfaat untuk kita ambil pelajaran guna lompatan kita
ke depan.
Agar jangan sampai seperti keledai yang masuk lubang dua kali. Atau agar
bisa seperti nasehat pepatah, berdirilah di atas pundak raksasa. Dan kata

sejarawan Barat, bahwa sejarah itu berulang. Persis seperti kalimat penutup
yang dikemukakan al-Quran saat menutup kisah umat terdahulu, “sunnatallahi
allati qad khalat min qabl. Walan tajida lisunnatillahi tabdilan.”
Kemunduran umat adalah pelajaran bagi kita, kalau kita tidak mau
pengulangan kehancuran umat terdahulu juga terjadi pada generasi kita. Dan
sebaliknya, kalau kita ingin kembali berjaya mendapat kemenangan masa
lampau, maka kita juga harus memperhatikan cerita kemenangan umat
terdahulu.
1 Abul Abbas Ahmad bin Khalid bin Muhammad an-Nashiri. Al-Istiqsha li akhbar duwal alMaghrib al-Aqsha. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri. Darul Kitab, ad-Dar al-Baydha: 1997, juz 1
hal. 59.

1

Pada makalah kali ini, kami akan membahas peradaban di Barat Islam
yang

ternyata

Membalikkan


sangat
sikap

kaya

para

dengan

sejarawan

pelajaran
dan

sejarah

tradisi

dan


mereka

peradaban.
yang

selalu

memarjinalkan, bahkan mengabaikan penulisan sejarah Islam yang ada di Barat
ini.
Barat Islam dikenal dalam khazanah keislaman sebagai negeri Maghrib,
sebagai lawan dari Masyriq yang ada di sebelah timur, di mana Mesir adalah
tengah-tengahnya. Ia adalah negeri yang pada awalnya seringkali ditinggalkan,
diabaikan oleh dinasti umat Islam yang pernah menaklukkannya. Persis seperti
anak buangan. Begitu berhasil dikuasai, ia ditinggalkan begitu saja, tanpa wakil
ataupun gubernur. Maka tak heran bila negeri ini dicatat dalam sejarah sebagai
negeri yang berkali-kali ditaklukkan. Dan ditaklukkan kembali. Sebuah hal yang
tidak biasa dalam sejarah dinasti Islam.
Tapi walau begitu, siapa sangka bila ternyata negeri yang terabaikan ini
justru menjadi tonggak sejarah penting, awal mula masa keemasan Islam di
Andalus. Bahkan penyelamatnya dari serangan pasukan negeri Kristen di

Semenanjung Iberia. Yang juga tak kalah membanggakan, di sini juga terdapat
satu-satunya dinasti Islam yang berhasil memukul mundur keganasan dan
kehebatan Mongol yang meluluhlantakkan Baghdad.
Dan menariknya lagi, dengan banyaknya penaklukkan dan perang tanpa
henti di awal bangkitnya Islam di negeri Maghrib, memunculkan banyak sekali
pelajaran yang bisa kita ambil tentang perpolitikan, ekonomi, sosial masyarakat
bahkan mazhab dalam Islam.

Juga seni dan budaya serta kemajuan ilmu

pengetahuan di masa damainya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis dan Demografi Penduduk Maghrib

2

Maghrib atau Barat Islam adalah wilayah yang meliputi kawasan Afrika
Utara di sebelah barat Mesir. Di masa modern sekarang, area ini meliputi area

yang termasuk wilayah negara Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko. 2

3

Penduduk asli Maghrib terdiri dari bangsa Berber. Mereka menyebar dari
Afrika Barat yang bersinggungan dengan Samudera Atlantik hingga oase Siwa di
Mesir, dan dari pesisir laut Mediterania sampai sungai Niger. Sekarang suku
Berber banyak mendiami negara kawasan Libya, Tunis, Aljazair, Maroko dan dan
beberapa negara lain yang dekat dengan gurun Sahara Barat. Diperkirakan
populasi mereka mencapai 97% dari penduduk Afrika Utara dan Barat.
Mayoritas suku Berber memeluk agama Islam, sebagai akibat dari
datangnya kebudayaan Arab di kawasan ini. Suku Berber bekerja di sektor
peternakan dan perdagangan serta kerajinan logam dan ujian. Suku Berber kuno
mengekspersikan pikiran melalui lukisan-lukisan di dinding gua dan ukiran batu.
Bahasa Berber disebut juga bahasa Tamazight. 4 Selain itu mereka juga
berbicara memakai bahasa Arab dengan aksen Berber yang khas. 5 Bahasa ini
digunakan oleh tidak kurang 20 juta penduduk dunia.
Orang Berber terkenal mudah berganti-ganti keyakinan. Ketika itu bahkan,
sebagaimana diceritakan Syaikh Ibnu Abi Zaid, mereka murtad sebanyak dua
belas kali. Keislaman mereka pun tidak penuh, kecuali semasa Musa bin Nushair

dan Ismail bin Ubaidillah bin Abul Muhajir. Umar bin Abdul Aziz juga pernah
mengutus 10 orang tabiin untuk mengajari mereka agama Islam. Dari sini
diketahui bahwa Maghrib pada masa awal Islam memeluk ajaran salaf Islam.
Paham Khawarij pernah menyebar di kalangan Berber di Ifriqiyah.
Kekuatannya cukup berpegaruh hingga berperan dalam berdirinya dinasti
Rustamiyah (776-909 M). Politik Syiah revolusioner sendiri berasal dari Arab
Tengah dari orang-orang Qarmatian pada abad 9 M. Dinasti Fatimiyah menganut
paham ini.6
Pada mulanya penduduk Maghrib menganut mazhab Fiqh Hanafi selama
lebih dari 400 tahun di Tripoli. Iyadh menyebutkan dalam kitabnya “Madarik”,
2 Abdul Wahid Dhanun Thaha, Muslim Conquest & Settlement of North Africa and Spain,
London: Routledge, 1989, hal. 19.
3 Phillip Chiviges Naylor, North Africa: A History from Antiquity to the Present, Texas: The
University of Texas Press, 2009, hal. 253.
4 The Amazigh Issue in Morocco, laporan Tamazgha, NGO yang memperjuangkan hakhak kaum Berber. Diikutsertakan dalam 62nd Session of the Committee for the
Elimination of Racial Discrimination, Genewa, Swiss, 21 Maret 2003. Diunduh dari
www.mondeberbere.com
5 http://en.wikipedia.org/wiki/Berber_languages
6 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam – Indonesian Edition, Aksara Qalbu, Jakarta,
2009, hal. 90


3

mazhab Abu Hanifah menjadi mazhab pilihan orang-orang di Ifriqiyahh (Tripoli)
selama lebih dari 400 tahun. Pada perkembangannya kemudian, mayoritas
penduduk Maghrib justru identik dengan mazhab Maliki.
Yang umum diketahui bahwa mazhab Maliki ini pertama muncul di
Andalus, kemudian menyebar ke Maghrib pada masa Idrisiyah oleh Asad bin alFurat dan Abdul Salam bin Said at-Tanawwukhi.
Di kawasan ini, qira’ah Nafi’ bin Abi Nuaim dibawa oleh Abu Abdullah
Muhammad al-Khairun, orang Andalus yang tinggal di Qairawan pergi ke
Masyriq7 pada awal abad keempat Hijriah. Ia pulang ke Tripoli membawa qira’ah
Nafi’, menggantikan qira’ah Hamzah yang lebih dulu ada. 8

B. Periodesasi Sejarah Maghrib
1. Pra Islam
Maghrib memiliki sejarah panjang dari era Pra-Sejarah, bagian dari
Dinasti Ptolemi Mesir, Kerajaan Carthage, Kerajaan Berber (Numidia,
Mauretania dan Garamante) hingga dikuasai kekaisaran Romawi pada abad II
sebelum Masehi. Pada masa itu, kawasan ini terkenal sebagai penghasil
gandum dan minyak zaitun. Masa keemasan Afrika Utara terjadi pada masa

Pax Romana (27 SM - 180 M).
Bersamaan dengan runtuhnya Romawi Barat pada abad kelima Masehi,
Maghrib pernah jatuh ke tangan bangsa Vandal dari Spanyol. Pada abad
keenam, Romawi Timur (Bizantium) berhasil mengusir Vandal menguasai
Maghrib kembali. Hanya saja, di era Bizantium, tidak tercapai stabilitas
politik, keamanan dan ekonomi di area ini. 9
2. Masuknya Islam ke Maghrib
Kedatangan Islam di Afrika Utara pertama kali pada masa khalifah Umar
ibn al-Khathab. Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah
berhasil memasuki Mesir di bawah komando ‘Amr ibn al-‘Ash. Tahun 642

7 Masyriq adalah sebutan untuk dunia Islam yang berada di wilayah timur pada abad
pertengahan. Masyriq meliputi kawasan di sebelah timur Mesir, sebelah utara Jazirah
Arabia. Sekarang masuk wilayah negara Iraq, Syiria, Palestina, Jordan dan Lebanon. Lihat
entri “Mashriq” di Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Mashriq.
8 Abu al-Abbas Ahmad bin Khalid an-Nashiri, Al-Istiqsha li akhbar duwal al-Maghrib alAqsha. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri. Darul Kitab, ad-Dar al-Baydha, 1997, hal. 196.
9 Phillip Chiviges Naylor, North Africa, hal. 34.

4


pasukan ‘Amr mencapai Barqa dan sebulan kemudian Tripoli di provinsi
Ifriqiyah.10 Tidak lama setelahnya, pasukan Islam kembali ke Mesir.
Selanjutnya pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, Abdullah bin
Sa’ad ditunjuk sebagai gubernur Mesir. Abdullah membawa pasukan Islam
menuju Barqa bersama Uqbah bin Nafi’. Sampai di Tripoli, dia dihadang
pasukan Romawi yang dipimpin gubernur Romawi, Gregorius pada tahun 28
H atau 684 M. Dengan tewasnya Gregorius dalam perang tersebut, Ifriqiyah
bersedia membayar jizyah. Akan tetapi khalifah Utsman tidak menunjuk
seorang gubernur pun untuk berkuasa di tempat tersebut. Pasukan Islam
kembali ke Mesir setelah 5 bulan. Kekhalifahan Islam menghentikan ekspansi
ketika terjadi al-Fitnah al-Kubra di masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi
Thalib.11
3. Bani Umayah
Pada waktu kekuasaan Islam berpindah kepada Bani Ummayah. Usaha
ekspansi kembali dilakukan guna merebut Ifriqiyahh dari Romawi. Pasukan
Umayah dipimpim oleh Uqbah bin Nafi al-Fahri (wafat 683 M), yang telah
menetap di Barqa sejak daerah itu ditaklukkan.
Pada tahun 50 H/670 M ‘Uqbah mendirikan kota Qayrawan, kota militer
disebelah selatan kota Tunis. Qayrawan terletak agak jauh dari laut guna
mengendalikan kekuatan Berber dan menghindari serangan armada laut

Bizantium.12
Selama lima tahun berkuasa, ‘Uqbah sering berperang dan membawa
banyak

ghanimah

sambil

berdakwah.

Hasilnya

banyak

orang

Berber

memeluk agama Islam dan terjadi arabisasi antara Arab dan Berber. ‘Uqbah
turun tahta setelah penggabungan wilayah Ifriqiyahh dengan Mesir yang

ketika itu dipimpin oleh Maslamah bin Mukhallid. 13
Muawiyah menunjuk Abu al-Muhajir Dinar untuk mengurus Ifriqiyah dan
menerapkan kebijakan yang berbeda dengan pendahulunya. Abu al-Muhajir
lebih memilih pendekatan politis dan persuasif guna merangkul Berber untuk
menghadapi

Romawi.

Di

antara

pencapaian

Abu

al-Muhajir

adalah

penaklukkan Aljazair atau al-Maghrib al-Ausath.
10 Ifriqiyah adalah sebutan untuk area yang pernah jadi bagian dari provinsi Bizantium di
Afrika Utara. Area ini meliputi Tripolitania (Libya bagian barat), Tunisia dan Aljazair bagian
timur.
11 Asham ad-Din Abd ar-Rauf al-Fiqy, Tarikh al-Maghrib wa al-Andalus, Kairo: Nahdhat
asy-Syarq., Universitas Kairo, hal. 16.
12 Abdul Wahid, The Muslim Conquest and Settlement, hal. 62.
13 Asham ad-Din al-Fiqi, Tarikh Maghrib wa al-Andalus,

5

Tahun 64 H/682 M suku Berber memberontak dan mengalahkan ‘Uqbah
yang diangkat kembali menjadi gubernur. ‘Uqbah tewas dalam pertempuran.
Dalam kondisi seperti ini kekuatan Islam di Ifriqiyah melemah karena
ancaman juga datang dari Romawi.
Perubahan sosial dan politik secara drastis terjadi saat masa gubernur
Hasan

bin

an-Nu’man

al-GHasani.

Hasan

merangkul

Berber

dengan

mengikutsertakan mereka dalam pasukan dan lingkungan pemerintahan.
Nu’man juga sukses menaklukkan Carthage hingga kekuatan Romawi benarbenar angkat kaki dari Ifriqiyah.
Saat khalifah al-Walid bin Abdul Malik mengangkat Musa bin Nusair
tahun 708 M sebagai penerus Nu’man, keadaan relatif stabil. Dengan mudah,
wilayah Islam meluas hingga mencapai Aljazair dan Maroko. Pencapaian
paling monumental adalah ketika Musa mengirim pasukan yang dikepalai
Thariq bin Ziyad menyeberang ke Andalusia di Spanyol pada tahun 711.
Pasukan Thariq berhasil mengalahkan penguasa Visigoth, raja Roderick dan
menduduki kota-kota penting seperti Sevilla, Granada, Toledo dan Cordoba.
Kekuasaan Bani Umayah di Andalusia bertahan hingga hampir tiga abad
lamanya.14
4. Raja-raja Kecil di Masa Abbasiyah
Wilayah kekuasaan Islam terus meluas selama masa Abbasiyah. Hanya
saja dinasti penerusnya terlalu cepat kehilangan kekuasaan atas beberapa
provinsi terpencil yang kemudian memerdekakan diri dan menolak mengakui
Dinasti Abbasiyah. Walau begitu, jabatan gubernur di daerah lain tetap jatuh
ke tangan dinasti-dinasti yang tetap mengakui Abbasiyah. 15
Maghrib yang menjadi bagian barat dunia Islam tetap sulit dikendalikan.
Bukan hanya karena problem jarak dan komunikasi, namun juga karena
peradaban Afrika Utara relatif lebih tertinggal dibanding dengan Timur
Tengah, Iran atau Asia Tengah.
Sebaliknya, kesetiaan pada Dinasti Umayah tetap kuat di Andalusia dan
Semenanjung Iberia. Abdurrahman ad-Dakhil, seorang keturunan Bani
Umayah

lolos dari kejaran Abbasiyah hingga ke Spanyol. Dialah yang

14 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, Terj. Rosida, Jakarta: Aksara Qalbu, 2009,
hal. 92.
15 Efraim Karsh , Islamic Imperialism: A History. Yale University Press, New Haven, 2006,
hal. 58.

6

kemudian menciptakan kembali negara Umayah di Spanyol dari tahun 7561031 M.16
Di antara dinasti-dinasti yang muncul pada masa Abbasiyah adalah:
a. Rustamiyah (776-909 M)
Dinasti ini merupakan negara penganut paham Khawarij Ibadiyah
yang menguasai Maghrib Tengah selama satu setengah abad. Didirikan
dengan dukungan suku Berber oleh Abdurrahman bin Rustam, tokoh
Ibadiyah yang berasal dari Persia sekaligus jadi raja pertamanya. Raja juga
berfungsi sebagai imam (pemimpin keagamaan). Pada tahun 909, dinasti
ini runtuh di tangan Kekhalifahan Fathimiyah. 17
b. Aghlabiyah (800-909)
Khalifah Harun al-Rasyid menunjuk Ibrahim bin al-Aghlab dari
kabilah Bani Tamim sebagai gubernur Ifriqiyah tahun 800 M. Aghlabiyah
diberi otoritas penuh untuk mengatur wilayah ini karena memiliki posisi
vital guna melindungi Abbasiyah dari rongrongan kaum Syiah (Bani Idris)
dan Khawarij (Bani Rustam).18 Meski bebas dan berkuasa penuh di
Ifriqiyah, mereka masih mengakui kekuasaan Abbasiyah dan membayar
pajak

ke

Baghdad.

Oleh

karena

itu,

Abbasiyah

menjamin

tidak

mengganggu kekuasaan Aghlabiyah.
Aghlabiyah kemudian

diperintah oleh keturunan Ibrahim dan

mencapai keemasannya pada masa Ahmad bin Muhammad (856-863).
Aghlabiyah menjadi pusat perniagaan antara dunia Islam, Bizantium dan
Italia. Sistem irigasi yang mutakhir membuat hasil pertanian Aghlabiyah
berkembang pesat. Kota Qayrawan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan
pendidikan di Maghrib.
Dinasti ini mengalami kemunduran di bawah pemerintahan Ibrahim
II bin Ahmad (875-902). Serangan dinasti Tuluniyah dari Mesir dan
pemberontakan

Berber

membuat

kondisi

semakin

pelik.

Akhirnya,

Fathimiyah berhasil memanfaatkan situasi ini dan merebut kekuasaan
penuh pada 909.19
16 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 78.
17 Entri “Rustamid Kingdom” dalam Ensyclopedia Britanica versi online.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/514123/Rustamid-kingdom.
18 Husain Mu’nis, Tarikh al-Maghrib wa Hadharatuhu, Beirut : Al-‘Ashr al-Hadits, 1992,
hal. 102.
19 Glenn E. Perry, The Middle East Fourteen Islamic Centuries, New Jersey: Prentice Hall,
Cet. III, 1997, hal. 63.

7

c. Idrisiyah (789–974 M)
Dinasti Syiah pertama di Afrika Utara 20—yang didirikan Idris I bin
Abdullah seorang keturunan Ali bin Abi Thalib. Beberapa tahun kemudian,
Idris I terbunuh lalu digantikan Idris II.
Pada masa kekuasaan Idris II (791-828), Idrisiyah melepaskan diri
dari kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Dinasti ini meraih kemajuan yang
pesat di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang berpusat di
Fez. Setelah dinasti ini tumbang tahun 974 M di tangan Fathimiyah,
bangsa Arab mulai kehilangan pengaruh politiknya di wilayah Maroko.
d. Fatimiyah (909-1171 M)
Dinasti

yang

berpaham

Syiah

Ismailiyah

ini

menolak

untuk

mengakui kekuasaan Abbasiyah dan mengikrarkan diri sebagai musuhnya.
Karena itulah, pemimpin Fathimiyah juga bergelar “khalifah”.
Fathimiyah memindahkan ibukota negaranya dari al-Mahdiya di
Tunisia ke Kairo, Mesir pada tahun 969 M setelah menaklukkan dinasti
Ikhsidiyah di sana.
Saingan utama Fathimiyah lainnya adalah Turki Seljuk di Timur. Akan
tetapi Fathimiyah tidak pernah bisa mengalahkan pengaruh politik dan
militer musuh bebuyutannya itu. Meski demikian, Kairo justru tumbuh
menjadi

pusat

keagamaan

ekonomi,

yang

seni,

arsitektur,

cukup disegani.

budaya

dan

pendidikan

Salah satu peninggalan penting

Fathimiyah di Mesir adalah Masjid al-Azhar yang menjadi cikal bakal
Universitas al-Azhar, salah satu perguruan tinggi tertua di dunia. 21
Invasi

kesultanan

Zengi

ke

kota

Fustat,

Mesir

tahun

1171

mengakhiri riwayat Fathimiyah. Era Shalahuddin al-Ayubi di Mesir pun
dimulai.
5. Murabithun (1040–1147)
Kekuasaan dinasti Berber asal Mauritania ini mencapai Andalusia di
seberang Maghrib. Ketika Andalusia hampir jatuh ke genggaman kerajaankerajaan Kristen Spanyol, Murabithun berhasil memenangkan perang di
Sagrajas tahun 1086. Gabungan pasukan dari kerajaan Castilla dan Aragon
berhasil dihancurkan.
20 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 78.
21 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal 109.

8

6. Muwahidun (1121-1269)
Satu lagi dinasti Berber yang berpengaruh di Spanyol. Adalah Ibnu
Tumart yang menggerakkan suku Berber Masmuda di Maroko dan
melahirkan Muwahidun sebagai kekuatan baru. Abdul Mu’min, penguasa
Muwahidun setelahnya berhasil menduduki Maghrib hingga Andalusia
selama kurun waktu 1146-1212 M setelah menyingkirkan penguasa
Murabithun.22
7. Bani Marin/ Mariniyah (1244-1465)
Dinasti yang didirikan oleh Berber Zenata ini mengambil kontrol
atas Maroko tahun 1244 M dari tangan Muwahidun. Mereka menguasai
sebagian besar Maghrib dan ikut menyokong kerajaan Muslim di Granada,
Andalusia pada abad ke 13 dan 14 M.
Pada masa dinasti ini pengembara legendaris Ibnu Battuta hidup.
Battuta berkeliling Afrika dan Asia selama 29 tahun.
Ada lagi beberapa dinasti yang berkuasa di Maghrib dengan wilayah
yang lebih kecil seperti Dinasti Hafsiyah di Tunisia, Ziyaniyah di Aljazair,
dan Wattasiyah di Maroko.
8. Era Turki Utsmani dan Penjajahan Eropa
Kedatangan Turki Utsmani yang sedang bangkit menjadi kekuatan
baru, mengakhiri era Maghrib abad pertengahan (Medieval Maghrib). Pada
abad 16 Masehi, Maghrib—kecuali Maroko—menjadi bagian dari provinsi
Turki Utsmani. Seiring dengan invasi bangsa Eropa, wilayah Maghrib jatuh
ke cengkraman kolonial. Prancis menduduki Aljazair (1830-1962), Tunisia
(1881-1956) dan Maroko (1912-1956). Adapun Libya dijajah Italia dan
Sekutu (1911-1951).
Daftar Dinasti pada Abad Pertengahan di Maghrib
N

Dinasti

Periode

Wilayah

Ibukota

o
Ifriqiyah (Sekarang
1

Al-Muhaliba

771-793

masuk wilayah Libiya,
Tunisia dan Aljazair)

22 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cetakan XIV, Jakarta: Rajawali Press, 2003, hal.
99.

9

2

3

Rustamiyun

Aghlabiyah

776-909

800-909

Aljazair dan sedikit

Tahert (Sekarang

bagian dari Tunisia serta

bagian dari

Libya
Ifriqiyah, Sisilia (Italia),

Aljazair)

Malta

Qayrawan
Walili (789-808)

4

Idrisiyah

788-974

Maroko

Fez (808-927)
Hajar an-Nasar
(927-985)

Aljazair, Mesir,
Palestina, Israel, Italia
(Sisilia), Lebanon,
5

Fathimiyah

909-1171 Sudan, Libya, Malta,
Maroko, Saudi

Mahdiya (Tunisia)
(909-969) Kairo
(969-1171)

Arabia,Tunisia, Jordan
dan Syiria
Aljazair,
Gibraltar, Mali,
Mauritania,
6

Murabithun

1040-

Maroko,

(Almoravid)

1147

Portugal,
Spanyol

Aghmat (1040–
1062), Marrakesh
(1062–1147)

(Andalusia),
Sahara Barat
Tunisia, Maroko, Aljazair,
7

8

Muwahidun

1121-

(Almohad)

1269

Hafsiyah

1229-

Ziyaniyun (Banu

1574
1235-

Abdul Wad)

1556

1

Mariniyun (Banu

1244-

0

Marin)

1465

9

1
1
1

Wattasiyah
Saadiyah

14721554
1554-

Gibraltar, Libya, Sahara
Barat, Spanyol (Sevilla,
Cordoba dan Granada)
& Portugal
Aljazair bagian timur
dan Tunisia
Aljazair

Tin Mal (11211147), Marrakesh
(1147-1269)

Tunis
Tilimsan

Maroko, Aljazair,
Spanyol (Granada),

Fez

Gibraltar
Maroko

Fez

Maroko

Marrakesh
10

2

1659

C. Pencapaian Peradaban di Maghrib
1. Bidang Politik dan Militer
a. Arabisasi Bangsa Berber
Seiring masuknya Islam ke Maghrib, sudah terjadi percampuran
antara Arab dan Berber yang merupakan penduduk asli daerah tersebut.
Keberadaan Berber sempat menjadi masalah tersendiri karena
karakter orang Berber yang mudah berubah-ubah dan kurang teguh
pendirian, membuat mereka sering dicurigai. 23 Boleh dibilang ini lebih
karena tingkat pendidikan dan keilmuan mereka yang rendah, dan terlalu
percaya kepada pemimpin.
Pada masa-masa awal, perang terus menerus akibat kebijakan
pemimpin politik

yang berubah-ubah, khususnya terlihat pada masa

awal ekspedisi Arab ke Maghrib. Saat dipimpin oleh Uqbah bin Nafi’ yang
militeris dan Abu al-Muhajir yang moderat.24
Bangsa Berber relatif lebih bisa dikendalikan pada Hasan bin anNu’man yang merekrut

tentara dari golongan ini. Tentara Berber

akhirnya menjadi kekuatan militer yang diperhitungkan, apalagi berkat
peran mereka dalam penaklukkan Andalus.
b. Pengusiran Kekuatan Romawi
Bangsa

Romawi

adalah

penguasa

pertama

Maghrib

sebelum

ditendang keluar sepenuhnya dari Carthage oleh Hasan ibn an-Nu’man.
Sangat wajar bila kemudian mereka berusaha mencari kesempatan untuk
menyerang balik dinasti-dinasti Islam di Maghrib. Tapi tampaknya mereka
tidak banyak usaha dan seolah pasrah. Bisa jadi ini karena sumber daya
ekonomi

Maghrib

yang

kurang,

kecuali

ditinjau

dari

pos-pos

perdagangan.
Sayangnya, Romawi tidak punya kesempatan banyak. Apalagi
setelah mereka seperti dikepung dan dibonsai oleh dinasti Abbasiyah di
Masyriq dan dinasti Umayah di Andalus. Praktis satu-satunya jalan untuk
menguasai Maghrib kembali adalah lewat Sisilia. Pun ini bukan jalan
23 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 102
24 Abul Abbas Ahmad bin Khalid bin Muhammad an-Nashiri. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri, Al
Istiqsha li akhbar duwal al-Maghrib al-Aqsha, Juz 1, hal 154.

11

mudah, terlebih mereka sudah terlanjur terusir, sehingga mau tak mau
harus menyerang dari laut, yang belum maju pada masa itu dibanding
serangan darat.
c. Perluasan Wilayah
Afrika Utara seolah menjadi daerah tengah dan perbatasan antara
dua dinasti besar Islam, Abbasiyah di Masyriq dan Umayah di Andalus.
Dengan letaknya sebagai daerah netral, kurang bergengsi, dan
sumber daya ekonomi rendah, membuat dua dinasti besar itu seolah
melupakan Maghrib, dan membiarkan perang-perang lokal diantara
negeri-negeri Maghrib sendiri.
Tak heran bila pergantian kekuasaan di dinasti ini berlangsung terus
menerus selama berabad-abad lamanya, sebelum akhirnya Fatimiyah,
Murabithun dan Muwahhidun menunjukkan kelas sesungguhnya negeri
Maghrib

kepada

dunia

Islam.

Bahkan

dua

dinasti

terakhir

tadi,

semenanjung Iberia, atau Andalusia, berhasil diselamatkan dari serangan
kerajaan Kristen. Setidaknya, memperpanjang nafas zaman kejayaan
negeri Islam di Semenanjung Iberia, atau Andalus.
d. Dukungan kepada Andalus; saat pendirian, sampai penaklukannya.
Setelah

sempat

merasakan

keteraturan

kota

dan

bahkan

administrasinya, lagi-lagi Maghrib mengalami kekacauan. Dengan sebab
yang lagi-lagi sama, yaitu pemimpinnya, Hasan bin Nu’man kembali ke
Masyriq. Dan seperti biasa, rakyat Berber kembali pada kekacauan
sebelumnya, seperti pernah terjadi saat ditinggal oleh Habib, Abul
Khattab, dan tokoh Arab lainnya diakibatkan banyaknya perbedaan
kekuasaan Berber pada masa kekosongoan pemimpin.
Tapi kelemahan ini juga menjadi titik balik kekuatan mereka yang
sangat loyal pada pemimpin. Maka saat Musa bin Nushair datang, dan
menaklukkan daerah-daerah Maghrib bersama sebagian Berber hingga
Sous Selatan, orang Berber lain pun segera menyatakan taat dan loyal
kepadanya. Setelah itu, Musa menaklukkan Thanjah (Tangier) pada tahun
83 H, dan mengirim anaknya ke Sous. Ia kemudian memanggil Thariq bin
Ziyad al-Laitsi ke Tangier dan menjadi wali di sana. Thariq membawa 27
ribu pasukan Arab dan 12 ribu pasukan Berber. Musa memerintahkan
kepada Thariq agar mengajari Berber baca al-Quran dan ilmu fiqih. Sisa
12

orang Berber kemudian memeluk Islam di tangan Ismail bin Ubaidillah
Abu al-Muhajir pada tahun 101 H, di masa Umar bin Abdul Aziz.
Dengan karakter Musa yang intelek, mulia, pemberani dan wara’
serta bertakwa kepada Allah swt.25 Ditambah dengan kekuatan, loyalitas
dan

keberanian

bangsa

Berber,

maka

dengan

cepat

ia

berhasil

memenangi setiap pertempurannya di wilayah Maghrib hingga ke
Tangier. Dan akhirnya, ia pun mengutus Thariq bin Ziyad untuk
menaklukkan Andalus dari kerajaan Visigothic Kristen. Thariq membawa
12 ribu pasukan Berber dan sedikit orang Arab.
Selain pernah menjadi pasukan inti penakluk Andalus, Berber di
Maghrib juga pernah menjadi penyelamatnya. Yaitu pada saat masa rajaraja lokal di Andalus tahun 1035, diserang oleh raja-raja Kristen, dimulai
dari serangan Alfonso VI dari Leon dan Castilla. Sebelum semuanya
terlambat habis, Murabithun dan selanjutnya Muwahhidun, berhasil
menyelamatkan sebagian wilayah Islam di Andalus.
2. Administrasi
Pada masa Hasan bin Nu’man al-Ghasani, administrasi kota menjadi
lebih rapi. Dengan membentuk dawawin (kantor-kantor adminstratif). 26 Ini
baru bisa dilakukan setelah Hasan berhasil mengeluarkan Romawi dari
Maghrib seutuhnya. Dengan tak adanya perang berkepanjangan dengan
musuh, Hasan bisa dengan leluasa mengatur pemerintahannya. 27
3. Ekonomi
Maroko menjadi pusat perdagangan, menghubungkan dunia timur
(Arab, Persia, India, Cina, Malaka, Maluku) dengan barat

(Spanyol dan

Eropa).28
Kebangkitan ekonomi bangkit bersamaan dengan ekspedisi-ekspedisi
yang dilakukan bangsa Arab pada masa Aghlabiyah, dari hasil harta
rampasan perang dan harta gereja Romawi. 29
25 Abul Abbas Ahmad bin Khalid bin Muhammad an-Nashiri. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri, Al
Istiqsha li akhbar duwal al-Maghrib al-Aqsha, Juz 1, hal 151.
26 Hasan Mo’nes, Tarikh al-Maghrib wa Hadharatuhu, hal. 105.
27 Abul Abbas Ahmad bin Khalid bin Muhammad an-Nashiri. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri, Al
Istiqsha li akhbar duwal al-Maghrib al-Aqsha, hal. 160.
28 Alice Magienis and Johon Conrad Appel, American Book Company, New York, 1961,
hal. 164
29 ‘Ashamu ad-Din Abdu ar-Rauf al-Fiqy, Tarikh al-Maghrib wa al-Andalus, Nahdhat asySyarq, Universitas Kairo, tt., hlm. 129

13

Tata niaga yang sudah maju di kota Fez. Dengan mendirikan/ mengatur
sentra-sentra perdagangan dan produksi di kota. Yang terkait dengan gengsi
usaha seperti pengacara dan toko sepatu yang dekat dengan masjid. Dan
tingkat polusi yang dihasilkan, seperti pabrik-pabrik, penjual daging yang
terletak di pinggiran kota. Juga ada kaitan dengan beberapa usaha yang
saling menunjang, seperti toko buku dan penjual kertas. 30
Pola perdagangan laut nyaris tidak berubah, dengan perubahan politik
apapun.31 Selain melakukan perdagangan laut, negeri Maghrib juga punya
rute perdagangan darat yang disebut dengan perdagangan trans Sahara,
baik di barat maupun di timur.32
Pertanian Aghlabiyah sudah sangat maju dan berhasil. Tak lain karena
mereka berhasil mempelajari dan menerapkan sistem irigasi peninggalan
Romawi.
4. Sosial
Di mana bangsa Arab? Meski tidak terisolasi, tapi bangsa Arab jarang
menjadi pemain signifikan. Dengan kedatangan Islam, Madinah sempat
sesaat

menjadi

ibukota

Negara

Islam

yang

semakin

meluas,

dan

semenanjung Arab menikmati kebangkitan selama beberapa abad, sebelum
turun menjadi kesukuan terbelakangan dan cenderung berperang. 33
Sempat membuat kejutan dengan gerakan dari Bani Qaramitah, Arab
Tengah yang menguasai Arabia, termasuk Oman. Dan terus menyebar
hingga ke pedalaman Irak, Syiria bahkan Mesir. Sebuah gerakan radikal dan
revolusioner hingga pernah mencuri Hajar Aswad karena dianggap takhayul.
Dikembalikan setelah dibujuk dinasti Fatimiyah, 20 tahun kemudian. Sampai
kemudian

Qaramithah

digulingkan

Abbasiyah

dan

Seljuk

Turki

yang

bersekutu dengan seorang pemimpin Arab lokal, bangsa Arab tetap terisolasi
dan terbelakang. Tidak memainkan peran politik penting dunia Islam, hingga
ditemukannya minyak pada abad ke-20. 34
Berber. Mudah berubah-ubah pandangan politik dan mazhab agama,
bergantung siapa pemimpin mereka. Ia di Maghrib seringkali menjadi
‘korban’ perlakuan bangsa Arab pendatang. Terkadang diperlakukan dengan
30 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 180.
31 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 89.
32 Malise Ruthven & Azim Nanji, Historical Atlas of Islam, Harvard University Press, 2004,
hal. 68-72.
33 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hlm. 90
34 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 90-91.

14

baik tapi kadangkala dengan kasar dan dimusuhi. Bisa jadi ini karena
karakter bangsa Berber yang mudah berubah-ubah dan jarang bisa
menerima Islam secara kaffah.
Sebagian besar bangsa yang mendiami Maghrib adalah Berber sebagai
pribumi dan Arab sebagai pendatang. Sedangkan sebagian kecil lainnya
adalah orang Persia dan Khurasan.
5. Seni & Budaya
a. Arsitektur
Kapan tepatnya seni dan arsitektur Islam muncul sebagai satu gaya
tersendiri masih menjadi perdebatan. Tapi yang paling perlu digarisbawahi
adalah, karakteristik awal yang paling menonjol adalah sifatnya yang
fleksibel yaitu siap menerima pengaruh-pengaruh dari budaya-budaya di
sekitarnya.35
Bangunan-bangunan awal mereka, dimulai sejak abad 9 M, merupakan
gabungan arsitektur dan elemen dekoratif dari dua dinasti besar, baik
Abbasiyah di timur maupun Umayah di Andalus. Setelah abad 11 M,
bersamaan dengan luasnya invasi yang dilakukan suku Arab Banu Hilal, dua
tradisi di atas menjadi tampak bertentangan. Sehingga penggabungan itu
menjadi tak mungkin lagi; maka sebagian tetap menjaga identitas Andalus,
seperti Maroko. Apalagi dengan adanya emigrasi orang-orang Arab ke Afrika
Utara dan kekuatan politik Afrika Utara yang sempat menguasai Andalus.
Setelah hilangnya hubungan dengan Muslim Andalus pada abad 13,
ditandai keruntuhan Muwahhidun, Maghrib kembali terisolasi dari sisa-sisa
dunia Islam. Meskipun dinasti Utsmaniyah sempat menguasai Maghrib, tapi
Maroko terhalang oleh gunung. Ia pun tak sempat mencicipi dominasi Turki
pada masa itu.

36

b. Seni Lukis dan Gambar
Pada abad 10 M, sudah digunakan permainan warna. Meski hanya
dengan sedikit komponen perpaduan. Dengan gambar-gambar cekukan yang
sederhana. Kemampuan ini semakin meningkat hingga pada abad 13, yang
tampak pada gambar Bayad wa Riyadh, yang sudah sangat maju. Dengan

35 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal. 56
36 Architecture of Islamic World, Editor: George Michell, London: Thames and Hudson,
1996, hal. 215-216.

15

permainan gradasi warna, komponen warna yang lebih kaya dan garis
gambar yang lebih halus untuk manusia, dan tegas untuk bangunan.
Tapi sangat berbeda dengan ilustrasi ukiran yang sungguh sangat
maju. Detail-detail lekukan sudah sangat mirip dengan aslinya, dan bahkan
sangat rumit. Seperti terlihat dalam cawan suci Andalusia yang dibuat untuk
al-Mughira tahun 968 M.
c. Sastra
Salah satu peninggalan penting sastra dari Afrika Utara adalah
kontribusi

cerita

dalam

Arabian

Nights,

yang

sesungguhnya

lebih

menggambarkan petualangan-petualangan orang India. Tapi justru menjadi
begitu popular dan terkenal saat diarabkan. Juga cerita tentang Sinbad si
Pelaut yang berasal dari Oman, dan Pangeran Aladin. 37
Roman-roman yang ada pada masa itu juga sudah sangat maju.
Khususnya terkait penggambaran cinta dan wanita, yang pada masa itu di
peradaban dunia lain, masih dianggap sebagai obyek seks, dan tempat
peranakan.
6. Ilmu Pengetahuan
a. Universitas Qairawan
Pada masa Aghlabiyah dibangun sebuah masjid yang di dalamnya
dibuat juga sebuah madrasah tempat pembelajaran, untuk ilmu-ilmu
agama Islam dan ilmu-ilmu umum. peran lembaga universitas ini bisa
disandingkan dengan Universitas Paris di abad pertengahan.
Pada abad ke 9, kota Qairawan menjadi kiblat ilmu pengetahuan di
Arab dan kebudayaan Islam, yang menarik minat banyak cendekiawan
dari berbagai belahan dunia Islam. Pada masa itu, Imam Sahnun dan
Asad bin al-Furat berhasil menjadikan Qairawan sebagai pusat ilmu dan
pusat penyebaran ilmu pengetahuan Islam. 38
b. Ibnu Battuta
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah
(24 Februari 1304 - 1368 atau 1377) adalah seorang pengembara Berber
Maroko.
37 David Nicolle, Atlas Sejarah Dunia Islam, hal 88.
38 Barbara M. Kreutz, Before the Normans: Southern Italy in the Ninth and Tenth
Centuries, University of Pennsylvania Press, 1996, hal. 48

16

Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa
perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang
ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung
beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia
terlengkap yang berasal dari abad ke-14.
Hampir semua yang diketahui tentang kehidupan Ibnu Batutah
datang dari dirinya sendiri. Sebagian lainnya ia dapatkan dari hasil
bertanya kepada pedagang, sumber informasinya yang utama untuk
mengetahui jarak sebuah wilayah yang belum ia datangi.
Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia
sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji—ziarah ke Mekah.
Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000
kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern). Ia
dianggap sebagai pengembara terbesar sepanjang masa. 39
c. Ibnu Khaldun
Ia adalah seorang penulis sejarah Muslim, yang juga sering
dianggap sebagai bapak bagi ilmu modern seperti penulisan sejarah, 40
sosiologi,41 bahkan ilmu ekonomi.42
Ibnu Khaldun telah meninggalkan beberapa karya diantaranya
tentang sejarah dunia, al-Kitab al-Ibar. Secara signifikan, tulisan-tulisan
tersebut tidak disinggung dalam otobiografinya, menyarankan mungkin
itu Ibnu Khaldun melihat dirinya pertama dan terutama sebagai seorang
sejarawan dan ingin dikenal atas semua sebagai penulis al-Kitab al-Ibar.
Dari sumber lain kita tahu dari beberapa tulisan lainnya, terutama
selama ia menghabiskan waktu di Afrika Utara dan Andalus. Buku
pertamanya, Lubab al-Muhassal, sebuah komentar untuk teolog Islam
Fakhr al-Din al-Razi, ditulis pada usia 19 tahun di bawah pengawasan
gurunya al-Abili di Tunis. Sebuah karya tentang tasawuf, Sifa al-Sail, yang
terdiri sekitar 1.373 halaman di Fes, Maroko. Sementara di istana
Muhammad V, Sultan Granada, Ibnu Khaldun menyusun buku logika,
Allaqa li al-Sultan.
39 Nehru, Jawaharlal (1989). Glimpses of World History. Oxford University Press, hal. 752.
40 Gates, Warren E. (1967). The Spread of Ibn Khaldûn's Ideas on Climate and Culture.
Journal of the History of Ideas (University of Pennsylvania Press) 28 (3): hal. 415–422.
41 Dhaouadi, M. (1 September 1990). Ibn Khaldun: The Founding Father Of Eastern
Sociology. International Sociology 5 (3): hal. 319–335.
42 Cosma, Sorinel (2009). Ibn Khaldun's Economic Thinking. Ovidius University Annals of
Economics (Ovidius University Press) XIV: hal. 52–57.

17

al-Kitab al-Ibar karya utama Ibnu Khaldun ini, pada awalnya
dipahami

sebagai buku

tentang

sejarah

Berber.

Kemudian,

fokus

diperlebar sehingga dalam bentuk akhirnya (termasuk metodologi dan
antropologi), sebagai sebuah buku yang mewakili apa yang disebut
dengan "sejarah universal". Buku ini dibagi menjadi tujuh bab, yang
pertama, Muqaddimah, bisa dianggap sebagai satu pekerjaan yang
terpisah. Buku 2-5 mencakup sejarah umat manusia sampai masa Ibn
Khaldun. Buku 6 dan 7 mencakup sejarah bangsa Berber dan Maghreb,
yang tetap sangat berharga bagi sejarawan masa kini, karena didasarkan
pada pengetahuan pribadi Ibnu Khaldun tentang Berber.
Dalam disiplin ilmu sosiologi, buku ini juga sudah menyinggung teori
konflik sosial. Dia mengembangkan perbedaan gaya hidup menetap dan
nomaden serta konsep "generasi" (yang dikenal di masa modern dengan
istilah seleksi alam), juga paparan tentang hilangnya kekuasaan tak
terelakkan yang terjadi ketika prajurit gurun menaklukkan kota.
Seorang sarjana Arab kontemporer, Sati al-Husri, mengatakan
bahwa Muqaddimah dapat dibaca sebagai karya sosiologis: satu dari
enam buku sosiologi umum. Topik yang ditangani dalam buku ini meliputi
politik, kehidupan perkotaan, ekonomi, dan pengetahuan. Karya ini
berbasis di sekitar konsep Ibnu Khaldun tentang 'asabiyyah, yang telah
diterjemahkan sebagai "kohesi/gabungan sosial", "kelompok solidaritas",
atau "tribalisme". Kohesi sosial ini muncul secara spontan dalam sukusuku dan kelompok-kelompok kekerabatan kecil, yang dapat ditingkatkan
dan diperbesar lagi oleh ideologi agama.
Analisis Ibnu Khaldun melihat bagaimana kohesi ini membawa
kelompok menuju kekuasaan tetapi juga tetap ada dalam dirinya sendiri
benih - psikologis, sosiologis, ekonomi, politik – menuju kejatuhan
kelompok, yang akan digantikan oleh grup baru, dinasti atau kerajaan
terikat yang kuat (atau paling muda dan lebih kuat). Ibnu Khaldun
kadang dianggap sebagai seorang rasis, tapi sesungguhnya teori-teori
tentang naik turunnya kerajaan miliknya sama sekali tidak memiliki
komponen yang mendiskreditkan suatu ras tertentu. Penyematan ini
kemudian dianggap sebagai hasil kesalahan pembacaan dan atau
penerjemahan.43

43 http://www.jstor.org/pss/3590803 Translation and the Colonial Imaginary: Ibn Khaldun
Orientalist, by Abdelmajid Hannoum © 2003 Wesleyan University.

18

Mungkin pengamatan yang paling sering dikutip dari karya Ibnu
Khaldun adalah gagasan bahwa ketika masyarakat menjadi sebuah
peradaban yang besar (dan, atau menjadi budaya yang dominan di suatu
wilayah), titik tinggi ini akan diikuti dengan periode penurunan. Ini
artinya bahwa kelompok penguasa berikutnya yang menaklukkan berasal
dari peradaban lain yang inferior. Sebagai perbandingan, sekelompok
barbar. Setelah Berber memperkuat kontrol mereka atas masyarakat
yang mereka taklukkan, mereka akan menjadi tertarik pada aspek yang
lebih halus, seperti membaca dan seni. Baik berasimilasi ke dalam atau
mengapresiasi praktik-praktik budaya yang ada. Lalu, pada akhirnya,
orang Berber akan ditaklukkan oleh satu set baru Berber, yang akan
mengulangi proses kekuatan tadi.
Beberapa pembaca kontemporer Khaldun membaca ini sebagai
sebuah teori siklus bisnis awal, meskipun sebenarnya ia sedang
menjelaskan keadaan sejarah kerajaan Islam pada masa itu.
Ibnu Khaldun menguraikan contoh (bahkan mungkin orang yang
pertama menjelaskan) ekonomi politik.
Dia menggambarkan ekonomi sebagai pertambahan nilai dari
sebuah proses, yaitu, tenaga kerja ditambah teknik kerajinan. Hasil dari
proses ini lalu dijual dengan nilai yang lebih tinggi. Dia juga membuat
perbedaan antara "keuntungan" dan "rezeki", dalam istilah ekonomi
politik modern, yaitu keuntungan adalah surplus ditambah apa yang
diperlukan untuk berproduksi kembali. Dia juga menyerukan penciptaan
disiplin ilmu agar mudah dipahami masyarakat, lalu ia melanjutkan
dengan menguraikan ide-ide dalam karya utamanya, Muqaddimah.
Ibnu Khaldun juga dikenal karena karyanya Tahrir al Ahkam fi Tadbir
ahl al-Islam, yang berkaitan dengan pertanyaan legitimasi politik dalam
masyarakat Islam.
d. Al-Idrisi
Abu Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti atau
singkatnya Al-Idrisi (1100-1165/1166) adalah pakar geografi, kartografi,
mesirologi, dan pengembara yang tinggal di Sisilia, tepatnya di istana
Raja Roger II. Muhammad al-Idrisi lahir di kota Afrika Utara Ceuta
(Sabtah) yang termasuk bagian Kekaisaran Murabitun dan wafat di Sisilia.
Al-Idrisi merupakan keturunan para penguasa Idrisiyah di Maroko, yang

19

merupakan

keturunan

Hasan

bin

Ali,

putra

Ali

dan

cucu

nabi

Muhammad.44
Ia bekerja untuk Raja Roger di Sisilia dan membuat sebuah
masterpiece Tabula Rogeriana tahun 1154 M. Al Idrisi mendapat
pendidikannya saat ia bermukim di Andalusia.
D.Faktor Penyebab Kemunduran
1. Internal
Penyebab utama yang saling terkait adalah melemahnya kekuatan
militer atau pertahanan sebuah Negara. Yang mana lahir dari pertikaian
politik dan melemahnya kekuatan ekonomi negeri tersebut karena berbagai
faktor. Politik seperti kudeta, ataupun dukungan yang lemah dari negeri
tetangga. Sedangkan kekuatan ekonomi bisa karena lemahnya perdagangan
atau hilangya sumber pendapatan ekonomi Negara.
Dalam banyak buku sejarah sering digambarkan bahwa pertikaian
politik adalah awal kehancuran sebuah negeri. Pertikaian ini bisa terjadi
antara orang di lingkaran kekuasaan seperti keluarga kerajaan, jendral dan
tentara. Ataupun karena pemberontakan beberapa golongan masyarakat
karena ketidakpuasan mereka terhadap raja.
2. Eksternal
Boleh dibilang, hanya ada satu faktor kehancuran Negara bila dilihat
dari faktor eksternal. Yaitu karena serangan musuh. Hal ini secara umum
dapat diantisipasi dengan menguatkan posisi dalam negeri, baik dari politik,
ekonomi, maupun sosial masyarakat. Atau bisa juga dengan konsolidasikonsolidasi negeri-negeri tetangga. Namun yang kedua ini patut diwaspadai,
agar jangan sampai konsolidasi itu kemudian membuat kita lalai untuk
memperkuat pertahanan dalam negeri, baik di bidang militer maupun tiga
hal lainnya seperti disebut di atas.

BAB III
KESIMPULAN
44 ash-Sharif al- Idrisi, (2008). In Encyclopedia Britannica. Retrieved April 6, 2008, from
Encyclopædia Britannica Online.

20

Maghrib adalah salah satu negeri penting pembuka jalan bagi zaman
keemasan Islam di Andalus.
Asimilasi kebudayaan dan kemajuannya hanya bisa terjadi dengan
interaksi antar bangsa setelah perdamaian terwujud atau pada masa tidak
berperang. Yang nantinya akan berdampak pada keseimbangan sosial dalam
sebuah Negara.
Perpecahan

politik

dan

kekacauan

ekonomi

yang

berujung

pada

kekacauan sosial adalah musuh utama kemunduran sebuah peradaban. Thus,
sebuah peradaban yang tinggi hanya akan lahir dari masyarakat yang aman
secara politik dan ekonomi, buah dari dukungan pemerintah.
Teori penyangga politik dilihat dari kelas sosial; ada tiga elemen.
Pemerintah yang diwakili oleh raja, presiden dan pembantu-pembantunya. Elit
yang diwakili oleh lingkaran dalam kekuasaan ditambah pedagang atau pelaku
bisnis. Dan terakhir, rakyat.

Tiga elemen ini harus bersinergi, yang diawali

dengan melahirkan trust, kepercayaan antar mereka.
Tanpa kepercayaan tak akan lahir sinergi. Dan tanpa sinergi, yang terjadi
adalah saling berebut kepentingan. Rakyat dengan egonya masing-masing dan
tak peduli dengan Negara. Kalangan Elit yang justru akan menusuk raja dari
belakang, atau pelaku bisnis yang akan memperjuangkan bisnis mereka semata.
Atau pemerintah yang akan sewenang-wenang dan korup. Wallahu a’lam.

Daftar Pustaka
-----, Architecture of Islamic World, Editor: George Michell, London: Thames and
Hudson, 1996.
al-Fiqy, Asham ad-Din Abd ar-Rauf. Tarikh al-Maghrib wa al-Andalus, Kairo:
Nahdhat asy-Syarq., Universitas Kairo.
an-Nashiri, Abul Abbas Ahmad bin Khalid bin Muhammad. Al-Istiqsha li akhbar
duwal al-Maghrib al-Aqsha. Tahqiq: Ja’far an-Nashiri. Darul Kitab, ad-Dar alBaydha: 1997.
Karsh, Efraim. Islamic Imperialism: A History. Yale University Press, New Haven,
2006.
Magienis, Alice and Johon Conrad Appel, A History of The World, American Book
Company, New York, 1961.

21

M. Kreutz, Barbara. Before the Normans: Southern Italy in the Ninth and Tenth
Centuries, University of Pennsylvania Press, 1996.
Mu’nis, Husain. Tarikh al-Maghrib wa Hadharatuhu, Beirut : Al-‘Ashr al-Hadits,
1992.
Naylor, Phillip Chiviges. North Africa: A History from Antiquity to the Present,
Texas: The University of Texas Press, 2009.
Nehru, Jawaharlal. Glimpses of World History. Oxford University Press, 1989.
Nicolle, David. Atlas Sejarah Dunia Islam – Indonesian Edition, , Aksara Qalbu,
Jakarta, 2009.
Perry, Glenn E. The Middle East Fourteen Islamic Centuries, New Jersey: Prentice
Hall, Cet. III, 1997.
Ruthven, Malise & Azim Nanji, Historical Atlas of Islam, Harvard University Press,
2004.
Thaha, Abdul Wahid Dhanun. Muslim Conquest & Settlement of North Africa and
Spain, London: Routledge, 1989.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Cetakan XIV, Jakarta: Rajawali Press,
2003.
Jurnal:
Gates, Warren E. The Spread of Ibn Khaldûn's Ideas on Climate and Culture.
Journal of the History of Ideas, University of Pennsylvania Press, 1967.
Dhaouadi, M. Ibn Khaldun: The Founding Father Of Eastern Sociology.
International Sociology, 1990.
Cosma, Sorinel. Ibn Khaldun's Economic Thinking. Ovidius University Annals of
Economics Ovidius University Press, XIV, 2009.
Website:
The Amazigh Issue in Morocco, laporan Tamazgha, NGO yang memperjuangkan
hak-hak

kaum

Berber.

Diikutsertakan

dalam

62nd

Session

of

the

Committee for the Elimination of Racial Discrimination, Genewa, Swiss, 21
Maret 2003. Diunduh dari www.mondeberbere.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Berber_languages
http://en.wikipedia.org/wiki/Mashriq.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/514123/Rustamid-kingdom.
http://www.jstor.org/pss/3590803 Translation and the Colonial Imaginary: Ibn
Khaldun Orientalist, by Abdelmajid Hannoum, Wesleyan University, 2003.
22

Idrisi, ash-Sharif al-. Encyclopedia Britannica Online, 2009.

23