Kritik Atas Rasio Instrumental Pada Peng

Kritik Atas Rasio Instrumental Pada Pengguna Smartphone Terkini Yang Ditinjau Dari
Teori Kritis Max Horkheimer
Latar Belakang
Peredaran Smartphone saat ini terlebih ditahun 2017 tidak dapat dibatasi. Setiap
tahunnya berbagai merek Smartphone mengeluarkan versi terbaru. Seperti tahun 2016
kemarin berbagai merek telah diluncurkan misalnya LG G5, Iphone 7, Sony Xperia X
Performance, Samsung Galaxy S7 Edge, Google Pixel. Bahkan di tahun 2017 ini berbagai
negara yang memproduksi Smartphone sudah bersiap untuk bersaing dalam meluncurkan
produk terbaru merekea, berdasarkan informasi dari Selular TV 1 bahwa para vendor ponsel
sudah berancang-ancang akan meluncurkan produk terbaru di tahun 2017 ini, adapun vendor
itu antara lain dari Nokia, Hawei, LG, Asus, ZTE, Samsung, Xiaomi, Blackberry, Oppo,
Advan, dan Infinix. Hadirnya Smartphone dianggap sebagai raja yang menyelamatkan
mereka (masyarakat/konsemuen) dari ketertinggalan.
Pada awalnya target para vendor selular adalah kelompok status sosial menengah
tinggi, tetapi semenjak memasuki masa modern hingga postmodern sekarang tampaknya
haluan dari kapitalis (vendor selular) telah berubah sebab target mereka adalah seluruh
elemen masyarakat dibelahan dunia ini. Oleh Karena itu jika kondisi masyarakat tersebut
ditinjau dari teori kritis Max Horkheimer, bahwa menurut beliau masyarakat modern sudah
terlanjur masuk dalam suatu sistem tertutup dan total. Tertutup disini yaitu masyarakat
modern tidak mengizinkan usaha-usaha untuk membuka, dan mempersoalkannya. Jadi
artinya orang dalam setiap situasi dan hal apapun mau tak mau harus mengikuti hukum dan

aturan main sistem itu. Total karena semua segi kehidupan individu maupun sosial sudah
ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Unsur-unsur pokok sistem dimuat dalam kategori
pembagian kerja, kerja upahan, konsentrasi dan birokrasi. Masyarakat modern telah dikuasai
oleh kapitalis yang tertuang dalam diri para vendor produk Smartphone. Pada awalnya bisa
saja, idealis sebagian masyarakat modern tidak ingin menggunakan Smartphone tersebut,
tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain sebab kebutuhan orang sudah dimanipulasi oleh
industri sehingga orang akan membeli produk apa saja yang dipaksakan oleh industri itu,
bahkan kaum buruh pun jika dilihat pada masa saat ini telah terbuai di dalamnya, artinya
kaum buruh tersangkut dalam sistem kapitalis yang mana masyarakat modern
1 https://www.youtube.com/watch?v=ivNlcbmDMCE, diakses tanggal 25 Maret 2017

dikonsentrasikan pikirannya pada Smartphone terbaru sehingga para buruh pun tidak
revolusioner lagi.
Adapun alasan orang menjadi tertutup dan irasional adalah karena manusia
mempunyai nilai instrumental saja, artinya rasio semata-mata menjadi alat dan memang bisa
diperalat untuk mendukung dan melestarikan sistem yang ada. Karena hanya menjadi alat,
rasio sudah tidak dapat lagi memikirkan kemungkinan lain. Rasio kehilangan otonominya,
kehilangan sifat kritisnya. Maka sia-sia dan percuma masyarakat dewasa ini disodori teori
emansipatoris karena konsep itu tidak memungkinkan dapat tertampung atau masuk ke dalam
pemikirannya yang sudah menjadi alat belaka. Yang perlu dikerjakan adalah mengkritik rasio

yang menjadi alat itu. Masyarakat modern yang terbuai dengan pesatnya peredaran
Smartphone itu tidak menyadari bahwa rasio mereka akan pemahaman bahwa benda itu
mempermudah mereka dalam berkomunikasi ternyata memiliki fungsi yang lebih tajam dari
pihak kapitalis yaitu menjadikan rasio masyarakat modern itu sebagai alat untuk melestarikan
sistem bentukan kapitalis. Masyarakat modern tidak dapat memberikan pilihan atas
keinginannya terhadap produk Smartphone, semua itu telah disetir oleh para vendor selular.
Oleh karena itu mereka telah kehilangan kritisnya dan pemikirannya hanya menjadi alat
belaka oleh kapitalis. Dalam konteks ini, yang perlu dikerjakan adalah mengkritik rasio yang
menjadi alat itu. Dengan demikian persoalan teori kritis menjadi sifat baru pula. Dari kritik
ekonomi politik pada tahap pertama menuju kritik rasio instrumentalis pada tahap kedua
(Sindhunata, 1982 :96-97).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan lebih menjelaskan bagaimana rasio
instrumental masyarakat modern yang dikritisi oleh Max Horkheimer telah dijadikan alat
oleh kapitalis untuk melestarikan sistem (konsentrasi pada Smartphone)?
Pemikiran Max Horkheimer
Teori kritis diciptakan oleh Max Horkheimer sebagai usaha untuk menciptakan
kesadaran yang kritis. Maksud dari kesadaran yang kritis adalah kesadaran yang
membebaskan diri dari irasionalitas yang disebabkan oleh belenggu yang menghambat
dirinya. Toeri kritis diciptakan untuk memberikan pencerahan, ingin membuka selubung yang
telah menutupi kenyataan yang tidak manusiawi terhadap kesadaran manusia modern saat ini.

Franz Magnis Suseno menuliskan dalam kata pengantar Dilema Usaha Manusia Rasional
bahwa dalam masyarakat modern atau masyarakat industri maju, penindasan, keputusasaan
dan kontradiksi tidak lagi nampak secara nyata. (Sindhunata, 1982:XVIII). Teori kritis ini

digunakan untuk melawan kapitalisme, teori kritis memberikan kesadaran untuk
membebaskan masyarakat dari keadaan yang irasional, karena teori kritis lebih curiga dan
kritis terhadap segala sesuatu yang berbentuk nilai tukar. Sistem kapitalisme sendiri berjalan
atas dasar nilai tukar. Kapitalisme menganggap semua barang itu komoditi artinya barang
bernilai sejauh barang tersebut mempunyai nilai tukar dan dapat ditukar. Hal ini menjadikan
barang/produk suatu budaya menjadi komoditi.
Menurut Horkheimer terjadinya rasio instrumentalis itu nampaknya merupakan akibat
dari perjalanan usaha manusia rasional atau Aufklarung sendiri. Usaha manusia rasional
terlihat sungguh rasional dan berhasil itu ternyata harus dibayar dengan kenistaan tiada tara.
Rasio instrumentalis berkembang dalam tradisi empirisme, dimana rasio hanya digunakan
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya subjektif (Jauharuddin, 2003 :168).
Rasio instrumentalis menekankan pada kegunaaan. Tujuan dari rasio instrumentalis adalah
sejauh berguna bagi si pelaku. Rasio instrumentalis lebih menekankan pada cara dari pada
tujuan. Lawan dari rasio instrumentalis adalah rasio objektif. Rasio objektif itu bersifat
universal. Sindhunata menuliskan bahwa rasio hanya ada dalam diri individu tapi juga ada
dalam arti objektif, artinya ia ada dalam dunia objektif diluar individu. Rasio ini ada untuk

dirinya sendiri di luar dari individu. Rasio objektif lebih menekankan pada tujuan daripada
cara. Dalam artian rasio ini mengarah pada konsep-konsep tentang ide dari apa yang paling
baik dan benar. Rasio objektif tidak bersifat netral sebab ia telah memiliki tujuan yang harus
dikerjakan manusia. Bebeda dengan rasio instrumentalis yang merupakan alat bahkan
diperalat maka ia bersifat netral. Netral dalam artian rasio instrumentalis dapat digunakan
untuk tujuan apapun yang tidak berasal dari dirinya.
Pada tahun 1944 Horkheimer diundang untuk memberikan kuliah tentang Society and
Reason di Columbia University di New York. Kuliah itu kemudian diterbitkan dalam bahasa
Inggris dengan judul Eclipse of reason. Keyakinan dasar Eclipse of Reason terungkap dalam
kata pengantar. Dalam modernitas tertanam sebuah dialektika jahat yaitu manusia mau maju
tetapi kemajuan semakin menjadi sebuah proses dehumanisasi. Manusia mau maju dengan
mengembangkan sarana-sarana teknis penguasaan alam. Alasan terjadinya hal ini adalah
karena rasionalitas dipahami semata-mata sebagai sarana kalkulasi penguasaan alam. Hal ini
malah akan membuat rasionalitas kehilangan wawasan dalam arti yang sebenarnya. Yang
diperhatikan bukan apa yang mengembangkan manusia secara menyeluruh, melainkan
manusia dikembangkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses produksi
kapitalis (Suseno, 2005 : 210-212).

Rasionalitas menurut Horkheimer (Purwanto, 1992 : 92-93) dapat dianalogikan
sebagai matahari yang terbit di dini hari, bersinar ditengah hari dan terbenam di senja hari.

Horkheimer menuduh rasio manusia telah berubah menjadi bersifat instrumentalis yang netral
sehingga kehilangan daya kritisnya. Hal ini menyebabkan manusia terjerumus ke dalam
keirasionalan yang membelenggunya. Rasionalitas manusia mengalami kemunduran yang
ditandai dengan hilangnya daya kritis rasio manusia. Manusia telah pasrah dan tunduk
terhadap hal yang berada di luar dirinya, bukan pada rasio sendiri. Dalam hal ini Max
Horkheimer telah menunjukkan kemunduran fungsi rasio. Kemudian, Horkheimer
menjelaskan kebebasan masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan pemikiran yang
mencerahkan. Penyelamatan pencerahan hanya dapat dicoba dengan menelanjangi
kebohongan pencerahan sendiri. Pencerahan hanya dapat diselamatkan dengan mengkritik
pencerahan. Pencerahan harus jalan terus tetapi dengan jalan mengecam, dan dengan terus
menerus menelanjangi segala klaim totalitas. Hanya rasionalitas yang dapat membatalkan
malapetaka tetapi rasionalitas itu hanya dapat diselamatkan dengan pemikiran yang melawan.
Filsafat harus berada di luar sistem totalitas irasional hasil pencerahan yang terdistorsi dan
dari situ menyatakan perlawanannya (Suseno, 2005:230-231).
Menurut Sindhunata karena usaha manusai rasional, manusia ditindak dan diperbudak
oleh alam. Sebab alasan rasional manusia mau tidak mau terwujud dalam bentuk penindasan
manusia atas alam. Alam tidak jadi dirasionalisasikan dan didamaikan dengan manusia demi
alasan self-preservation. Akibatnya alam memberontak dan mengalahkan manusia. Bentuk
kekalahan manusia oleh alam dapat disaksikan dalam kemenangan modal atau kekuatan pasar
atau kekuatan impersonal lain yang buta dan tidak sadar tapi jelas-jelas menundukkan

manusia (Sindhunata, 1982 : 144).
Pembahasan
Disini Horkheimer menjelaskan bahwa disatu sisi manusia telah menemukan apa yang
dirasa telah menjadi solusi atas kehidupan manusia. Namun solusi yang diharapkan dapat
membuat perubahan tidak memberikan manfaat jangka panjang. Yang dihasilkan malah
penyakit sosial yang menimbulkan kehancuran rasio manusia sendiri. Namun

karena

perubahan telah terjadi secara massive mengakibatkan manusia tidak menyadarinya. Sampai
akhirnya akal budi instrumentalis telah total menggantikan rasio objektif.
Usaha manusia untuk merasionalkan pemikiran mereka malah telah memberikan
penindasan lebih lanjut. Hadirnya vendor Smartphone dari berbagai belahan dunia yang

selalu menawarkan produk versi terbarunya telah membuat masyarakat modern mau tidak
mau harus mengikutinya. Vendor Smartphone selalu memproduksi produk terbaru yang
sesungguhnya bukan menjadi kebutuhan dasar manusia, tetapi promosi selalu dijalankan dan
manusia tidak memiliki pilihan lain, mereka harus memilih produk yang diciptakan oleh
kapitalis ini. Contoh kasus Smartphone yang diproduksi oleh perusahaan Samsung, dimana
setiap tahun industri ini akan mengeluarkan produk terbaru hingga sampai di tahun 2017 ini

telah keluar versi terbaru yaitu Samsung Galaxy A3, A5, A7. Objek yang dicari oleh industri
ini tidak hanya masyarakat dari status sosial atas saja, tetapi juga dari kelas menengah
kebawah. Sampai masa Postmodern begini juga masyarakat telah terobesesi untuk memiliki
barang kapitalis tersebut. Padahal mereka tidak menyadari bahwa rasio kekritisan mereka atas
diri maupun kelompok masyarakat telah dijadikan rasio instrumental oleh kapitalis (vendor
Smartphone).
Masyarakat modern berusaha untuk merasionalisasikan pemikiran mereka, dalam
kasus tersebut mereka menyadari bahwa produk yang setiap tahun memiliki versi terbaru ini
merupakan alat yang dapat memampukan komunikasi dan mempermudah serta
memperlancar hubungan antar individu maupun masyarakat. Pemiikiran rasional yang
diusahakan oleh masyarakat modern inilah dijadikan oleh kapitalis sebagai alat yang dapat
menghasilkan keuntungan (nilai tukar). Sebab rasio instrumentalis yang dimanfaatkan oleh
kapitalis ini hanya memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan untung sebanyakbanyaknya. Vendor Smartphone tidak memikirkan upaya untuk mengembangkan manusia,
tetapi mansuia dikembangkan sedemikian rupa supaya tidak mengganggu proses produksi
kapitalis. Semua produk kapitalis (vendor Smartphone) ini direkayasa seolah-olah
menguntungkan dengan alasan rasional. Masyarakat modern diperalat dan kehilangan
kebebasannya,

pemikiran


pun

diperdagangkan.

Usaha

manusia

rasional

hendak

membebaskan dan memberi pengertian rasional tentang individu. Tapi ternyata sebaliknya
rasional manusia itu justru mengirasionalkan, memperbudak dan menghancurkan individu.
Pada masyarakat modern sudah tidak ada yang tidak mengikuti pola pikir dari pihak
kapitalis yang sudah merekayasa kebutuhan manusia. Saat ini manusia tanpa menggunakan
Smartphone nya akan merasakan kehampaan seperti kecanduan obat, begitu jahatnya vendor
Smartphone tersebut yang telah memanipulasi kebutuhan manusia. Masyarakat modern akan
bekerja dan berusaha mencari uang terbanyak untuk dapat membeli produk Smartphone
terbaru setiap tahunnya. Dengan perkembangan setiap produk yang dikeluarkan setiap tahun

nya, kapitalis selalu menawarkan fitur-fitur yang dapat mengikat pola pikir masyarakat

modern. Saat ini dengan banyaknya fenomena selfie, maka vendor Smartphone saling
berkompetisi membuat lensa kamera yang paling bagus dan menghadirkan fitur-fitur aplikasi
tambahan yang dapat menarik pola pikir masyarakat modern. Oleh karena kapitalis telah
meracuni dan menjadikan rasio manusia sebagai instrumental, maka masyarakat pun tidak
memiliki kekuasaan untuk melawan pendindasan ini, mau tidak mau mereka harus memilih
sistem yang sudah diberlakukan oleh kapitalis tersebut. (Sindhunata, 1982 :96-97). Tetapi
terdapat juga masyarakat modern yang belum menyadari akan penindasan ini, maka dari itu
teori kritik yang dibawakan oleh Max Horkheimer untuk menyadarkan dan membebaskan
masyarakat dari keadaan yang irasional, karena teori kritis lebih curiga dan kritis terhadap
segala sesuatu yang berbentuk nilai tukar.
Kesimpulan dan Catatan Kritis
Masyarakat modern pengguna Smartphone sudah terlanjur masuk dalam sistem
tertutup dan total yang diciptakan oleh vendor Smartphone. Dimana masyarakat tidak
mengizinkan untuk mempersoalkan atau menanyakan lebih lagi apakah mereka mempunyai
pilhan untuk tidak memilih produk yang selalu ditawarkan oleh kapitalis ini. Sayangnya,
masyarakat modern menurut Max Horkheimer telah total masuk dalam jebakan sistem. Maka
dari itu, konsentrasi masyarakat modern dalam hal ini penggunaan Smartphone akan terfokus
pada produk-produk yang ditawarkan oleh kapitalis dunia. Bagi masyarakat yang tidak

menyadari akan penindasan ini maka akan merasakan bahwa kehadiran produk Samsung,
Asus, LG, Iphone, dan sebagainya memang telah mempermudah masyarakat modern dalam
berkomunikasi tetapi atas ke rasionalan ini maka masyarakat itu tidak sadar bahwa terdapat
oknum yang secara sengaja menjadikan rasional masyarakat modern sebagai rasio
instrumental (alat) untuk mendapatkan keuntungan, maka dari itu setiap barang yang
diindustrikan oleh kapitalis maka akan dipertanyakan apakah memiliki nilai tukar lebih
(keuntungan). Maka dengan alasan pembelaan, kapitalis sangat mengagungkan kata-kata
“demi memenuhi kebutuhan masyarakat modern”, padahal kebutuhan itu dimanipulasi sendiri
oleh industri bersangkutan, yang semulanya kebutuhan Smartphone terbaru ini tidak diduga
oleh masyarakat modern akan mempengaruhi rasional mereka untuk menjadikannya sebagai
produk yang harus dibeli (diperjuangkan mati-matian). Maka dari itu, saat ini banyak
masyarakat modern termasuk kalangan Indonesia yang rela kerja mati-matian untuk
mengganti Smartphone yang lama dengan bentuk baru. Bahkan kaum buruh pun ikut serta
dalam melestarikan sistem bentukan industri kapitalis ini.

Oleh karena itu Max Horkheimer terlalu memandang pesimis realitas sehingga
akhirnya beliau dan Adorno (tokoh Mazhab Frankfurt I) menyerah. Horkheimer
mengganggap rasio objektif manusia telah mati sepenuhnya. Sebenarnya rasio objektif
manusia tidak mati sepenuhnya, masih ada manusia yang peduli terhadap manusia lain, dan
memikirkan sebenarnya apa kegunaan asli dari penggunaan Smartphone itu tanpa harus di

manipulasi oleh pihak kapitalis, tetapi hanya saja memang kadang mereka kalah dengan
kekuasaan yang berada diatas mereka atau suara mayoritas. Namun bisa saja suara mayoritas
yang tidak mendukung rasio objektif karena nalar mereka belum sampai untuk
memahaminya. Masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang masih perlu diperhatikan.
Horkheimer yang mengartikan bahwa segala macam manipulasi, penindasan dan pengisapan
yang memang berlimpah-limpah itu sebagai suatu sistem manipulasi total yang tidak dapat di
dobrak, padahal tawaran dari Jurgen Habermas bahwa penindasan kebebasan tak dapat
bersifat total, masih ada tempat dimana manusia dapat mengalami ide kebebasan, jadi masih
ada tempat untuk menentang penindasan, tempat yang dimaksud oleh Habermas adalah faktor
komunikasi, sebab manusia memiliki kebebasan untuk tidak dipaksa agar mengerti akan
produk terbaru Smartphone terbaru sehingga hal ini menjadi ruang kebebasan dan ruang
perlawanan untuk menolak yang namanya komoditi (produk) dari industri kapitalis.
Daftar Pustaka (Buku)
Jauharuddin, Muhammad Farid, 2003. Paradoks Aufklarung (Kritik Max Horkheimer
terhadap penyimpangan Aufklarung. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Nariratih, Diatri. 2015. Konsep Masyarakat Ekonomi Asean 2015 di Indonesia ditinjau dari
Teori Kritis Max Horkheimer. Yogyakarta : Fakultas Filsafat UGM
Purwanto, Guido Suko. 1992. Rasionalitas Manusia Menurut Max Horkhemier. Yogyakarta
Sindhunata. 1982. Dilema Usaha Manusia Rasional (Kritik Masyarakat Modern Oleh Max
Horkheirmer Dalam Rangka Sekolah Frankfurt), Jakarta : PT Gramedia
Suseno, Frans Magnis. 2005. Pijar-Pijar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius
Internet
https://www.youtube.com/watch?v=ivNlcbmDMCE, diakses tanggal 25 Maret 2017

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65