Identifikasi Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Proyek Perumahan

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan (Wikipedia).

Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan sementara yang mempunyai karakteristik, keterbatasan pendanaan atau anggaran menggunakan sumber daya dalam pelaksanaanya, organisasi baik formal maupun non formal, dan keterbatasan waktu yang jelas antara permulaan dan akhir proyek. Pada industri konstruksi sebagaimana layaknya pelayanan jasa, ketentuan mengenai biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian kontruksi sudah diikat didalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai.

Semakin besar suatu proyek, berarti semakin kompleks mekanismenya yang berarti semakin banyak masalah yang harus dihadapi. Jika tidak ditangani dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa kelambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan


(2)

membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Oleh karena itu, biaya proyek perlu dikelola dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya overrun biaya bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).

2.2 Review Penelitian Sebelumnya

1. Judul : Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung Peneliti : Fahirah F.

Abstrak : Penelitian dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaan M (menengah) yang berkedudukan di Makassar dan pernah melaksanakan proyek konstruksi gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil survey kuesioner terkumpul 16 responden dari 16 perusahaan kontraktor golongan M. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa statistik deskriptif.

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi, kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk di lapangan, ketidak


(3)

tepatan estimasi biaya, dan adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.

2. Judul : Analisa Overruns Biaya Pada Beberapa Tipe Proyek Konstruksi Peneliti : Indriani Santoso

Abstrak : Penelitian ini membahas terjadinya overrun biaya untuk beberapa tipe proyek konstruksi, penyebab terjadinya overrun biaya, ketergantungan antara overrun biaya dan tipe proyek, ketergantungan antara overruns biaya dan overrun waktu, ketergantungan antara penyebab overrun biaya dan beberapa tipe proyek konstruksi. Penelitian ini dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi kelas A dan B yang berkedudukan di Surabaya dengan cara mendistribusikan kuesioner untuk mendapatkan data proyek yang berhubungan dengan terjadinya overrun biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab yang dominan dari overrun biaya adalah data dan informasi proyek yang kurang lengkap, kenaikan harga material, kebijaksanaan keuangan dari pemerintah. Tipe proyek konstruksi berupa bangunan industri mengalami overrun biaya lebih sedikit dibandingkan tipe proyek berupa bangunan komersial maupun fasilitas umum. Proyek yang mengalami overrun biaya tidak selalu mengalami overrun waktu, demikian juga sebaliknya. Untuk beberapa tipe proyek konstruksi penyebab terjadinya overrun biaya berpengaruh sama atau hampir tidak terjadi perbedaan.

Sesuai dengan analisa pembahasan diperoleh hasil, penyebab terjadinya overrun biaya dengan tingkat kesetujuan maksimum pada setiap


(4)

kelompok yang merupakan penyebab yang sangat menentukan terhadap terjadinya overrun biaya adalah:

1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap 2. Manajer proyek yang tidak kompeten

3. Kenaikan harga material

4. Kwalitas tenaga kerja yang buruk 5. Tingginya harga sewa/peralatan

6. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu 7. Selalu terjadi penundaan pekerjaan

8. Adanya kebijaksanaan keuangan dari pemerintah.

3. Judul : Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembengkakan Realisasi Biaya Terhadap Rencana Anggaran Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi Gedung Peneliti : 1. Gede Wira Hadinata

2. Mayun Nadiasa

3. Ida Ayu Rai Widhiawati

Abstrak : Proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Dengan banyaknya pihak yang terlibat pada proyek konstruksi, maka dapat berpotensi terjadinya masalah dalam melaksanakan proyek sangat besar. Suatu proyek konstruksi dapat dikatakan berhasil apabila mampu memenuhi tujuan suatu proyek yaitu: proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan biaya yang


(5)

melaksanakan proyek konstruksi perlu perencanaan yang matang agar proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab pembengkakan realisasi biaya proyek terhadap RAP terdiri dari 32 faktor diantaranya adalah Pemilihan alat berat, biaya sewa peralatan, dan pemilihan material yang digunakan.

2. Hubungan yang terjadi antara faktor-faktor pada poin 1 yang menyebabkan pembengkakan realisasi biaya proyek terhadap RAP dimana nilai R sebesar 0,539 yang bermakna hubungannya sedang. 3. Pemilihan alat berat merupakan sub faktor yang paling dominan

penyebab pembengkakan realisasi biaya proyek, hasil ini didapat pada analisis sub faktor yang termasuk dalam kelas 1 dan mempunyai nilai loading faktor sebesar 0,863.

2.3 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen proyek adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur dengan menggunakan sumber daya yang efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Ervianto, 2002).


(6)

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengwasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control). Ketiga pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.

b. Pengorganisasian (organizing)

Organisasi merupakan alat yang vital dalam pengendalian dan pelaksanaan proyek. Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu mengendalikan


(7)

tiga hal utama yaitu mutu, waktu dan biaya. Suatu organisasi mempunyai ciri-ciri adanya sekelompok orang yang bekerja sama atas dasar hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam organisasi suatu proyek dijelaskan batasan-batasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Dengan adanya batasan-batasan tersebut dapat dihindari adanya tumpang tindih tugas, maupun pelemparan tanggung jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu dan tuntas.

c. Pelaksanaan (execution)

Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini, hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk dan taat kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama.

d. Pengawasan (controlling)

Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas pengawas sangat penting terutama dalam pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan.


(8)

2.4 Komponen Penting dalam Estimasi Biaya Proyek

Proses pengendalian biaya proyek konstruksi melibatkan berbagai macam komponen diantaranya kontrak, material, unsur–unsur biaya proyek, change order, dan data proyek berupa gambar rencana. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu manajemen proyek yang baik yang dapat mengatur, mengendalikan, dan mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan proyek.

a. Estimasi biaya

Estimasi biaya adalah prediksi perhitungan atau perkiraan seluruh biaya proyek konstruksi yang dilakukan di tahap awal, dengan menganalisis setiap jenis pekerjaan, sumber daya, volume pekerjaan, dan harga satuan yang dipakai. Estimasi biaya digunakan untuk mengetahui berapa besar total biaya proyek yang akan dikeluarkan, yang bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang ada, untuk kepentingan kelangsungan proyek (Soeharto,2001).

b. Kontrak

Kontrak adalah persetujuan yang memuat aspek-aspek prinsipil yang bersifat mengikat dan harus dipenuhi oleh penyedia jasa dan kontraktor, dan didalam persetujuan itu juga harus memuat syarat atau kelengkapan aspek subjektif dan objektif (Ervianto, 2002). Dalam proyek konstruksi, kontrak diartikan persetujuan dan merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Namun perlu diingat, tidak semua persetujuan dan transaksi akan dilanjutkan dalam bentuk kontrak, kecuali telah memenuhi 2 (dua) aspek utama yakni saling menyetujui serta adanya permintaan dan penawaran.


(9)

c. Material Konstruksi

Material konstruksi adalah semua bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan konstruksi (Ibrahim, 1996). Pada umumnya penyediaan material konstruksi di lapangan dilakukan bertahap, hal ini erat hubungannya dengan tersedianya gudang untuk menyimpan material, dan juga dari segi pembayarannya.

d. Unsur-unsur biaya proyek

Unsur-unsur biaya proyek merupakan keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan dari pelaksanaan suatu proyek. Biaya yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

2.5 Biaya proyek

Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam menyelesaikan suatu proyek. Secara garis besar biaya proyek dapat dibagi menjadi dua yaitu :

2.5.1 Biaya Langsung ( Direct Cost )

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto, 1995). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi ataupun suatu proyek tertentu, antara lain:


(10)

a. Biaya bahan/material b. Upah buruh

c. Biaya peralatan d. Biaya subkontraktor

2.5.2 Biaya Tidak Langsung ( Indirect Cost )

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Soeharto, 1995). Biaya tidak langsung terdiri dari:

a. Biaya overhead b. Biaya tak terduga c. Keuntungan/profit d. Penalti/bonus

Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher, 1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995).


(11)

2.6 Cost engineering

Cost Engineering adalah suatu bidang engineering yang meliputi penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik dengan menggunakan pengalaman dan pertimbangan-pertimbangan engineering dalam masalah-masalah estimasi biaya, pengendalian biaya dan ekonomi teknik (Asiyanto,2003). Cost Engineering terbagi menjadi dua bidang besar yaitu :

a. Cost estimate (Estimasi biaya) b. Cost Control (Pengendalian biaya)

Peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai batasan-batasan yang ada pada estimasi. Dalam proyek konstruksi, terutama pada proyek-proyek yang besar, peranan cost engineer penting sekali dalam pelaksanaan proyek agar tidak terjadi kekacauan keuangan (financial chaos) yang disebabkan oleh lemahnya estimasi maupun kontrol.

2.6.1 Estimasi Biaya (Cost Estimate)

Estimasi pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman. Jika ditujukan untuk memperkirakan pembiayaan konstruksi, estimasi pada hakekatnya merupakan upaya penerapan konsep rekayasa berlandaskan pada dokumen pelelangan, kondisi lapangan, dan sumber daya kontraktor (Dipohusodo, 1996). Ada 2 estimate untuk fisik bangunan yaitu versi owner yang sering disebut Owner Estimate (OE) dan versi kontraktor yang disebut sebagai Bid Price (harga penawaran). (Asiyanto, 2003).


(12)

a. Owner Estimate, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak owner, untuk dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai penawaran yang diajukan kontraktor.

b. Bid price, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak kontraktor, yang akan diajukan oleh kontraktor sebagai harga penawaran dari proyek sesuai dokumen yang diberikan.

Bagi owner nilai kontrak proyek adalah merupakan biaya yang harus dibayar, sedangkan bagi kontraktor, nilai kontrak proyek merupakan pendapatan yang akan diterimanya. Kehandalan suatu estimasi tergantung pada kelengkapan informasi yang tersedia pada tahapan dimana estimasi dilakukan. Secara garis besarnya terdapat tiga kelompok informasi pokok yang diperlukan yaitu : a. Informasi tentang proyek dan bagian-bagiannya lengkap dengan

gambar-gambar dan spesifikasi teknis. Keseluruhan dokumen tersebut berguna untuk menghitung volume segenap pekerjaan dan menentukan metode konstruksinya.

b. Informasi tentang sumber daya, yang sangat diperlukan pada saat kontraktor mulai merencanakan operasinya di lapangan, yaitu informasi mengenai tenaga kerja serta sumber daya lain tersedia.

c. Informasi tentang harga, yang biasanya dikuasai dengan lebih baik oleh kontraktor yang berhasil. Kontraktor biasanya mempunyai pengetahuan lebih baik mengenai harga layak terbaru untuk berbagai material dan sumber daya lain (Dipohusodo, 1996).


(13)

Pemilihan metode estimasi tergantung pada mutu informasi yang tersedia. Estimasi (taksiran) biaya akhir konstruksi berlangsung melalui empat langkah utama yaitu :

a. Estimasi pendahuluan yang digunakan dalam tahap brifing dan didasarkan atas catatan biaya untuk proyek serupa.

b. Estimasi terinci, disiapkan oleh kelompok manajer proyek menjelang tender, berdasarkan kuantitas akurat yang diukur dari gambar kerja serta harga dari dokumen proyek sebelumnya.

c. Jumlah kontrak, merupakan pedoman biaya yang baik untuk klien dalam kontrak harga tetap, tetapi kurang berarti dalam situasi lain.

d. Estimasi operasional, biasanya disiapkan oleh kontraktor, berdasarkan rencana pelaksanaan (Austen, 1994).

2.6.2 Pengendalian Biaya ( Cost Control )

Biaya (cost) merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimum mungkin (Natan ,1986). Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Tujuan praktis dari kontrol biaya adalah untuk menekan biaya/pengeluaran serendah mungkin (to minimize cost). Secara umum ada 2 metode pengontrolan biaya (cost control) yaitu :


(14)

a. Konsep Unit Produksi (Unit of Production Concept), metode ini memberikan gambaran sekilas mengapa dan dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan biaya. Keunggulan metode ini mudah untuk mendapatkan biaya rencana, tetapi agak sulit untuk menghitung biaya kenyataan per pos pekerjaan.

b. Konsep Jenis Biaya (Trade Concept), memberikan gambaran bagian/unit manakah yang membuat masalah (regu yang mana dan sebagainya).

Pemakaian metode tergantung dari sistem yang dianut oleh perusahaan dan besarnya proyek. Untuk proyek yang besar biasanya menggunakan metode konsep unit produksi sedangkan untuk proyek yang kecil menggunakan metode konsep jenis biaya (Fahirah F, 2005)

2.7 Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Pelaksanaann proyek konstruksi dimulai dari tahap perencananaan yang meliputi pengumpulan data, penelitian, studi kelayakan, perencanaan fisik pembuatan gambar rencana, penyusunan peraturan dan persyaratan), pengerjaan proyek konstruksi di lapangan, dan pengawasan pekerjaan. Didalam pelaksanaan proyek konstruksi, terdapat orang–orang atau badan yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

1. Gambar rencana

Gambar rencana adalah gambar dari pekerjaan yang akan dilaksanakan secara lengkap, yang dapat memberikan informasi sedetail mungkin sehingga tidak terdapat keraguan dalam pelaksananannnya (Ervianto,2002). Gambar rencana biasanya terdiri dari gambar situasi,


(15)

gambar denah, gambar tampak, gambar potongan melintang, gambar potongan memanjang, gambar tambahan, dan gambar konstruksi yang dilengkapi dengan hitungan konstruksi.

2. Perubahan desain (Change order)

Change Order adalah usulan perubahan tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi dari dokumen kontrak awal seperti menambah atau mengurangi pekerjaan. Adanya perubahan ini dapat mengubah spesifikasi biaya kontrak, jadwal pembayaran, dan jadwal proyek (Soeharto, 2001). Menurut Santoso (2002) Change order merupakan suatu kesepakatan antara pemilik dan kontraktor untuk menegaskan adanya revisi biaya dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor.

3. Time schedule (Rencana Kerja)

Time schedule (Rencana Kerja) adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjanan, mulai dari bagian awal sampai dengan bagian pekerjaan akhir (Soehartono, 2001). Sebelum menyusun Time schedule, hal–hal yang harus diperhatikan antara lain keadaan lapangan, kemampuan tenaga kerja, penyediaan bahan bangunan, gambar kerja, dan peralatan kerja.

4. Kontraktor

Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat kontrak


(16)

(Ervianto, 2002). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.

2.8 Pembengkakan Biaya (cost overrun)

Pembengkakan biaya (cost overrun) adalah biaya konstruksi suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang ditetapkan di tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi pihak kontraktor (Santoso, 2002). Cost overrun yang terjadi pada suatu proyek konstruksi dapat disebabkan oleh faktor intern maupun factor ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri. Pembengkakan biaya (cost overrun) itu sendiri dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

a. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi

b. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi

c. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi

Dengan adanya manajemen proyek yang baik dimulai dari estimasi awal sampai tahap akhir proyek, maka Cost Overrun pada suatu proyek dapat dicegah atau dihindari.


(17)

2.8.1 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi

Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya proyek bisa terjadi pembengkakan biaya (cost overrun), itu terjadi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :

1. Faktor Material (Uchechukwu, 1993)

Dalam pelaksanaan proyek, material perlu dikontrol kualitasnya agar sesuai dengan permintaan pemilik (owner). Tidak adanya control kualitas material dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pekerjaan ulang karena tidak sesuai dengan spesifikasi material. Dalam hal ini, pekerjaan ulang yang diakibatkan kesalahan pemakaian material akan memerlukan tambahan biaya baik untuk tenaga kerja, material maupun biaya tidak langsung.

2. Faktor Informasi (Harrison, 1981)

Informasi proyek yang berupa kondisi lapangan, gambar, dan spesifikasi sangat menunjang ketelitian estimasi. Kondisi lapangan dapat berupa keadaan dan sifat tanah, bangunan dan fasilitas pendukung, perencanaan disain proyek yang meliputi arsitek, sipil, elektrik, maupun mekanik. Informasi yang kurang lengkap akan menimbulkan ketidak tepatan estimasi biaya sehingga berpeluang menimbulkan pembengkakan biaya.

3. Faktor Sumber Daya Manusia (Imam Suharto, 1995)

Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap proyek tidak sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh terhadap biaya proyek, karena tahap dalam pelaksanaan proyek membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda.


(18)

4. Peralatan (Indriani, 1999)

Untuk kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung harus dapat dideteksi secara jelas. Jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi peralatan harus sisesuaikan dengan kegiatannya. Estimasi harga/sewa peralatan yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya.

2.8.2 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi

Pada saat proses konstruksi berlangsung, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Manajer proyek yang tidak kompeten/cakap (Imam Soeharto, 1995)

Manajer proyek sangat berpengaruh pada proses perencanaan, organisasi, dan memimpin serta mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu diperlukan manajer yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam lingkup proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Manajer harus memiliki kecakapan dalam mengatur pekerjaan dan mengatur tenaga kerja, yang mempengaruhi produktivitas pekerja.

2. Kualitas yang buruk dari pekerja kontraktor (Imam Soeharto, 1995)

Kualitas yang uruk dari pekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja yang dihasilkan. Akibat produktivitas yang rendah menyebabkan biaya proyek akan bertambah dari yang direncanakan.


(19)

3. Tidak memperhatikan faktor resiko pada proyek (Imam Soeharto, 1995) Faktor ini bertujuan menutup kemungkinan adanya resiko yang dapat terjadi selama proses konstruksi, seperti terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi selama pelaksanaan proyek yang mengakibatkan cacat secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma. Hal ini akan memerlukan tambahan biaya untuk semua yang berhubungan dengan pengobatan. Tidak diperhitungkannya factor resiko akan mengakibatkan pembengkakan biaya apabila resiko benarbenar terjadi dilapangan.

4. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulangi/diperbaiki karena cacat/salah (Kraiem dan Dickmann, 1987)

Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secata struktur atau pelaksanaan akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat cacat/salah memerlukan tambahan biaya baik untuk material maupun tenaga kerja. Hal itu berarti proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.

5. Tidak adanya Project Statistic Report (Imam Suharto, 1995)

Laporan dari berbagai hal yang ada dalam proyek dapat digunakan sebagai acuan dan dasar pertimbangan bagi pimpinan proyek yang sedang berlangsung, sehingga apabila terlihat ada indikasi terjadinya pembengkakan biaya dan waktu, maka dapat diantisipasi sedini mungkin.


(20)

6. Koordinasi dan komunikasi yang kurang baik dalam organisasi kontraktor (Ahuja, 1984)

Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Sebagai contoh pengulangan pekerjaan atau kesalahan dalam spesifikasi material sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek.

2.8.3 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi

Meskipun proyek sudah berakhir masa konstruksinya, bukan berarti tanggung jawab kontraktor selesai begitu saja. Demikian pula dengan pembengkakan biaya, pada saat pasca konstruksi masih ada peluang terjadinya pembengkakan biaya. Faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya pasca konstruksi menurut Imam Soeharto (1995) antara lain:

1. Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.


(21)

2.9 Analisis Data Penelitian 2.9.1 Analisa Statistik Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komperatif (Moh. Nazir, 2003: 54-55).

Analisa Statistik Deskriptif berguna untuk mendapatkan informasi yang bersifat deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif adalah untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sehingga analisa ini bersifat mendukung analisa data selanjutnya.

Deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat dilakukan dalam 2 bagian yaitu :

a. Deskripsi dalam bentuk tulisan / teks. Deskripsi tulisan terdiri atas bagian-bagian yang penting yang menggambarkan isi data secara keseluruhan, seperti mean (rata-rata) data, standar deviasi, varians data, dan sebagainya. b. Deskripsi dalam bentuk gambar/grafik. Grafik sebuah data biasanya

disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak lebih impresif dan komunikatif.


(22)

2.9.2 Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan (1) mencari definisi dan merumuskan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur, (2) kalau sekiranya tidak ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan konsep tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli. (3) menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing-masing pertanyaan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.


(23)

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment. Adapun rumusnya adalah :

� = �Σ − Σ . Σ

√ �Σ − Σ . �Σ − Σ

Keterangan :

r : koefisien korelasi, Y : produktivitas pekerja Xi : elemen variabel bebas n : jumlah data

( Masri Singarimbun, 1987 : 124-137)

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r hitung > r tabel dan taraf signifikannya sebesar 5% ( Suharsimi Arikunto,1996: 150-160).

b. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan konsistensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel sebenarnya yang mengandung arti bahwa instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Untuk mengukur reliabilitas dapat digunakan analisis Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :


(24)

� = �

� − 1 1 − Σ��

��

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

n = Jumlah item pertanyaan yang di uji

�� = Jumlah varians skor tiap-tiap item

�� = Varians total

(Suharsimi Arikunto, 1996)

Cara pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 20, yang dilakukan dengan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai reliabilitas yang ditunjukkan pada table di bawah ini:

Jumlah Butir Reliabilitas

5 0,20

10 0,33

20 0,50

40 0,67

80 0,80

160 0,89

360 0,94


(25)

2.9.3 Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Sebagai salah satu uji statistik parametrik, maka analisis regresi berganda dapat dilakukan jika sampel yang dipakai untuk analisis berdistribusi normal. Penggunaan statistik parametrik dihindari jika data yang diteliti tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data yang digunakan dalam uji penelitian ini adalah uji Smirnov Kolmogorov. Asumsi normalitas terpenuhi jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari pada nilai probabilitas 0,05.

2.9.4 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis ini digunakan untuk memprediksi hubungan antara variabel terikat Y yaitu kinerja sumber daya manusia pekerjaan struktur rangka atap, dengan variabel bebas X yaitu faktor – faktor yang menyebabkan pembengkakan biaya (cost overrun)pada proyek konstruksi gedung. Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen. Bentuk umum persamaan regresi linier adalah sebagai berikut:

Y = a + b X Dimana :

Y : nilai dari variabel dependent a : konstanta , yaitu nilai Y jika X=0 b : koefisien regresi


(26)

2.9.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variable dependent dengan menggunakan data variabel terikat. Analisis regresi berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y = bo+b1 X1+b2 X2+...+bnXn Keterangan :

Y : variabel dependent X1,X2,Xn : variabel independent

b0, b1, bn : parameter yang harus diduga dari data dan dapat di peroleh dengan menyelesaikan persamaan linier simultan dari perhitungan

Keempat variabel dikatakan berkorelasi, jika terjadi perubahan pada satu varibel akan mengikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah berlawanan.

Ukuran besar kecilnya, kuat tidaknya hubungan antar variabelvariabel apabila bentuk hubungan linier disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi yang dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. apabila nilai r mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat. Apabila mendekati 0 berarti sebaliknya terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan dan apabila r sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan positif sempurna atau negatif sempurna. Bila r bernilai positif maka terdapat korelasi positf, bila r bernilai negatif maka terdapat korelasi negatif, dan bila r bernilai nol maka tidak terdapat korelasi (-1 ≤ r ≤ 1). (Ronald E W . 1995 : 371)


(27)

2.9.6 Uji Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk menentukan proporsi atau prosentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel tidak terikat, secara bersama- sama. r2 menggambarkan ukuran kesesuaian yaitu sejauh mana regresi sampel mencocokan data. Rumus koefisien determinasi adalah :

� =� Σ + Σ + Σ + Σ + Σ − Σ

�Σ − Σ

Keterangan :

r2 : koefisien determinasi a, b1,..bn : koefisien persamaan regresi

y : variabel terikat (kinerja sumber daya manusia pada pekerjaan struktur beton)

x1,...x4 : variabel bebas (faktor yang mempengaruhi) n : jumlah data (sampel)

Ukuran r2 disebut dengan coeffisient of determination (koefisien determinasi), koefisien ini juga dipakai untuk mengukur kuatnya korelasi linier.

Jelas bahwa 0 ≤ r2 ≤ 1 karena -1≤ r2 ≤ 1 (Ronald E W, 1995 : 373-375).

2.9.7 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Pada umumnya hipotesis adalah jawaban sementara tehadap pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis menurut tata bahasa berarti suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat


(28)

seperti proporsi atau dalil. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu obyek hendaknya dibawah suatu tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan percobaan atau praktek. Setiap hipotesis mempunyai paling tidak salah satu beberapa fungsi berikut :

1. Sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. 2. Petunjuk ke arah penyelidikkan lebih lanjut.

3. Sebagai suatu hipotesis kerja.

4. Suatu ramalan atau dugaan tentang sesutau yang akan datang atau bakal ditemukan.

5. Sebagai konsep yang dikembangkan

6. Sebagai bahan suatu bangunan suatu teori. (Husein Umar, 2002: 80-82)

Adapun uji hipotesis yang biasanya dilakukan adalah: 1. Uji F (F test)

Uji F ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu

membandingkan antara nilai tingkat signifikan (α) = 5% (0,05) yang ditetapkan dengan nilai sig F hitung. Jika F hitung kurang dari pada nilai α

yang ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa semua variable bebas secara simultan dapat mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya jika F

hitung lebih daripada nilai α, maka dapat disimpulkan bahwa variabel


(29)

2. Uji t (t test)

Uji t ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara parsial (sendiri-sendiri) benar-benar mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan, terhadap kinerja sumber daya manusia dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu membandingkan antara t hitung masing-masing variabel dan sig t dengan nilai tingkat signifikan t = 5% (0,05) yang telah ditetapkan. Jika sig t hitung variabel bebas kurang daripada nilai sig t yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa berada didalam daerah penolakkan Ho maka hipotesis Ha dapat diterima atau variabel bebas berpengaruhi tehadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig t variable bebas lebih daripada sig t yang telah ditetapkan berarti bahwa variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2.10 Uji SPSS

Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berarti. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut sedikit gambaran tentang cara kerja komputer dengan program SPSS dalam mengolah data.


(30)

Gambar 2.1 Cara kerja SPSS

Data hasil penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu

DATA EDITOR yang secara otomatis muncul di layar komputer.

1. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDITOR.

2. Memilih menu yang akan digunakan pada SPSS 15.0 for windows grafik, statistik dan lain-lain.

3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu VIEWER, output SPSS bisa berupa teks, tulisan, tabel atau grafik.

Pada VIEWER, informasi atau output statistik dapat ditampilkan secara: a. Teks atau Tulisan

Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel bisa dilakukan lewat menu text output editor.

Input Data

Dengan

Data

Proses

dengan

Data

Output Data

dengan


(31)

b. Tabel

Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat menu pivot table editor.

c. Chart atau grafik

Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat menu chart editor.


(1)

2.9.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variable dependent dengan menggunakan data variabel terikat. Analisis regresi berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y = bo+b1 X1+b2 X2+...+bnXn Keterangan :

Y : variabel dependent X1,X2,Xn : variabel independent

b0, b1, bn : parameter yang harus diduga dari data dan dapat di peroleh dengan menyelesaikan persamaan linier simultan dari perhitungan

Keempat variabel dikatakan berkorelasi, jika terjadi perubahan pada satu varibel akan mengikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah berlawanan.

Ukuran besar kecilnya, kuat tidaknya hubungan antar variabelvariabel apabila bentuk hubungan linier disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi yang dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. apabila nilai r mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat. Apabila mendekati 0 berarti sebaliknya terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan dan apabila r sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan positif sempurna atau negatif sempurna. Bila r bernilai positif maka terdapat korelasi positf, bila r bernilai negatif maka terdapat korelasi negatif, dan bila r bernilai nol maka tidak terdapat korelasi (-1 ≤ r ≤ 1). (Ronald E W . 1995 : 371)


(2)

2.9.6 Uji Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk menentukan proporsi atau prosentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel tidak terikat, secara bersama- sama. r2 menggambarkan ukuran kesesuaian yaitu sejauh mana regresi sampel mencocokan data. Rumus koefisien determinasi adalah :

� =� Σ + Σ + Σ + Σ + Σ − Σ �Σ − Σ

Keterangan :

r2 : koefisien determinasi a, b1,..bn : koefisien persamaan regresi

y : variabel terikat (kinerja sumber daya manusia pada pekerjaan struktur beton)

x1,...x4 : variabel bebas (faktor yang mempengaruhi) n : jumlah data (sampel)

Ukuran r2 disebut dengan coeffisient of determination (koefisien determinasi), koefisien ini juga dipakai untuk mengukur kuatnya korelasi linier. Jelas bahwa 0 ≤ r2 ≤ 1 karena -1≤ r2 ≤ 1 (Ronald E W, 1995 : 373-375).

2.9.7 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Pada umumnya hipotesis adalah jawaban sementara tehadap pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis


(3)

seperti proporsi atau dalil. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu obyek hendaknya dibawah suatu tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan percobaan atau praktek. Setiap hipotesis mempunyai paling tidak salah satu beberapa fungsi berikut :

1. Sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. 2. Petunjuk ke arah penyelidikkan lebih lanjut.

3. Sebagai suatu hipotesis kerja.

4. Suatu ramalan atau dugaan tentang sesutau yang akan datang atau bakal ditemukan.

5. Sebagai konsep yang dikembangkan

6. Sebagai bahan suatu bangunan suatu teori. (Husein Umar, 2002: 80-82)

Adapun uji hipotesis yang biasanya dilakukan adalah: 1. Uji F (F test)

Uji F ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu membandingkan antara nilai tingkat signifikan (α) = 5% (0,05) yang ditetapkan dengan nilai sig F hitung. Jika F hitung kurang dari pada nilai α yang ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa semua variable bebas secara simultan dapat mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya jika F hitung lebih daripada nilai α, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).


(4)

2. Uji t (t test)

Uji t ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara parsial (sendiri-sendiri) benar-benar mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan, terhadap kinerja sumber daya manusia dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu membandingkan antara t hitung masing-masing variabel dan sig t dengan nilai tingkat signifikan t = 5% (0,05) yang telah ditetapkan. Jika sig t hitung variabel bebas kurang daripada nilai sig t yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa berada didalam daerah penolakkan Ho maka hipotesis Ha dapat diterima atau variabel bebas berpengaruhi tehadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig t variable bebas lebih daripada sig t yang telah ditetapkan berarti bahwa variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

2.10 Uji SPSS

Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berarti. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut sedikit gambaran tentang cara kerja komputer dengan program SPSS dalam mengolah data.


(5)

Gambar 2.1 Cara kerja SPSS

Data hasil penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu

DATA EDITOR yang secara otomatis muncul di layar komputer.

1. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDITOR.

2. Memilih menu yang akan digunakan pada SPSS 15.0 for windows grafik, statistik dan lain-lain.

3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu VIEWER, output SPSS bisa berupa teks, tulisan, tabel atau grafik.

Pada VIEWER, informasi atau output statistik dapat ditampilkan secara: a. Teks atau Tulisan

Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel bisa dilakukan lewat menu text output editor.

Input Data

Dengan

Data

Proses

dengan

Data

Output Data

dengan


(6)

b. Tabel

Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat menu pivot table editor.

c. Chart atau grafik

Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat menu chart editor.