Identifikasi Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Proyek Perumahan
TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENYEBAB PEMBENGKAKAN BIAYA
(COST OVERRUN) PROYEK PERUMAHAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh:
MOHAMMAD FANDHU AL ADDIAT
09 0404 157
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I:
Ir. Syahrizal, MT.
19611231198111 1001
Dosen Pembimbing II:
Nursyamsi, ST, MT.
19770623200501 2001
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
(2)
ABSTRAK
Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota-kota besar di Indonesia semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan waktu. Pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor, sehingga proses konstruksi berjalan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada kontraktor yang sedang atau pernah menangani proyek konstruksi gedung di kota medan. Hasil pengumpulan kuesioner, terkumpul 30 responden. Dari hasil pengumpulan data dilakukan proses pengolahan data dengan bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 19.
Dari analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat reabilitas dari 30 kuesioner yang disebar, terdapat tiga kuesioner yang tidak reliable dan 27 kuesioner yang reliable. Juga didapat hasil validitas dari variabel – variabel penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 46 % sedangkan tingkat variabel yang saling berkorelasi antara variabel bebas dan terikat sebesar 42 %.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat karunia-Nya, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Sholawat dan Salam tidak lupa pula saya curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita menuju alam yang terang benderang akan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Tugas Akhir ini berjudul “IDENTIFIKASI PENYEBAB PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) PROYEK PERUMAHAN” Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, tentunya tidak dapat terlepas dari segala hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak serta dukungan dan saran dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk tidak berlebihan kiranya dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil dan juga selaku dosen pembimbing yang telah memberikan begitu banyak ilmu yang tak ternilai harganya serta masukan-masukan, tenaga, pikiran yang dapat membimbing saya sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
(4)
3. Ibu N u r s ya m s i , S.T.,M.T., selaku Co-Pembimbing T u ga s Ak hir sa ya ya ng s ela lu me ncu ra hk a n s emu a il mu da n wa k tu nya u ntu k teru s me mbi m bin g sa ya da ri a wa l sa m pa i a k hir .
4. Abang Indra Jaya, ST, MT. dan abang Gemal/Gejond selaku motivator saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dan selalu memberi dukungan hingga akhir.
5. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak/Ibu Staf TU Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dalam proses administrasi selama saya menempuh pendidikan di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Teristimewa di hati buat keluarga saya, terutama kepada kedua orang tua saya, Mama Hj. Wisda Amalya. dan Papa H. Zulfahmi yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan nasihat kepada saya. Terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan doa yang tiada batas untuk saya. Kakakku Fandha Natasya Azzahra, S.T , Adik – adikku Fanhya Amanda dan Finishya Meiralda, dan yang terkasih Novya Erlita Sari, SH yang telah banyak membantu dan mendukung saya selama ini terima kasih atas doanya.
7. Teman mahasiswa seperjuangan 2009, terutama buat Yusuf Aulia Lubis, Muhammad Nur Irsyad, Khibran Samudra, Hafiz Maulana Lida,
(5)
Muhammad Rizky Tamba, Muhammad Fakhru Rozi, Rizky Utama, Teuku Diputra Kerliansyah, Bambang Kennedy, Gustara Iqbal, Muhammad Reza, Aulia Rahman Hutasuhut, Fatahur Rahman, Irwan Sakti Lubis, Perkasa Damanik, Willy BJS, Muhammad Taufik, Ryan Pramana, Muhammad Junaidi, Posma Nikholas, Hans Fredrik, Sandy Prawira Sinaga, makasih ya dan buat stambuk 2009 yang tidak bisa di ketik satu-satu.
8. Abang dan Kakak mahasiswa stambuk 2006, 2007, 2008 yang telah banyak membantu memberikan informasi maupun memberikan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Adik-adik mahasiswa stambuk 2010, 2011, 2012 yang telah banyak membantu memberikan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan dan wawasan saya di masa depan.
Akhirnya saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan rekan-rekan serta adik-adik di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Medan, 2015
Mohammad Fandhu Al Addiat
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Batasan Masalah ... 4
1.6. Metodologi Penelitian... 5
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2. Review Penelitian Sebelumnya... 8
2.3. Manajemen Proyek Konstruksi ... 11
2.4. Komponen Penting dalam Estimasi Biaya Proyek ... 14
2.5. Biaya Proyek ... 15
2.5.1. Biaya Langsung (direct cost) ... 15
2.5.2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) ... 16
2.6. Cost Engineering ... 17
(7)
2.6.2. Pengendalian Biaya ... 19
2.7. Pelaksanaan Proyek Konstruksi ... 20
2.8. Pembengkakan Biaya (cost overrun) ... 22
2.8.1. Pembengkakan Biaya Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi ... 23
2.8.2. Pembengkakan Biaya Pada Saat Proses Konstruksi ... 24
2.8.3. Pembengkakan Biaya Pasca Konstruksi ... 26
2.9. Analisis Data Penelitian ... 27
2.9.1. Analisa Statistik Deskriptif ... 27
2.9.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28
2.9.3.Uji Normalitas Data ... 31
2.9.4. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 31
2.9.5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 32
2.9.6. Uji Koefisien Determinasi... 33
2.9.7. Uji Hipotesis ... 34
2.10. Uji SPSS ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
3.1. Pendahuluan ... 38
3.2. Strategi Penelitian ... 39
3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian ... 40
3.4. Peralatan Penelitian ... 41
3.5. Jenis Data dan Sumber Data ... 42
3.6. Pengumpulan Data dan Variabel Penelitian ... 43
3.7. Pembuatan Kuesioner ... 45
3.8. Analisis Penelitian ... 46
3.8.1. Uji Validitas ... 46
(8)
3.8.3. Analisa Korelasi ... 47
3.9. Kesimpulan dan Saran ... 47
3.10. Bagan Alir Penelitian ... 48
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1. Pendahuluan ... 49
4.2. Analisa Data Penelitian/Data Kualitatif ... 49
4.2.1. Uji Validitas ... 51
4.2.2. Uji Reabilitas ... 54
4.2.3. Analisa Korelasi ... 55
4.3. Faktor Penyebab Pembengkakan Biaya ... 57
4.4. Faktor Penyebab Pembengkakan Biaya ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan Jumlah Butir Dengan Reabilitas Instrument ... 30
Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Masing – Masing Situasi ... 38
Tabel 3.2 Variabel Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) ... 42
Tabel 3.3 Skala Penilaian Kuesioner Terhadap Dampak ... 44
Tabel 4.1 Tabel Tabulasi Data ... 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas ... 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Tahap Ke-2... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Tahap ke-3... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Reabilitas ... 53
Tabel 4.6 Tabel Korelasi Data ... 54
Tabel 4.7 Variabel Yang Saling Berkorelasi ... 55
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ... 67
Lampiran 2. Tabulasi Data ... 69
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas ... 71
Lampiran 4. Hasil Uji Reabilitas ... 73
Lampiran 5. Hasil Analisa Korelasi ... 74
(11)
ABSTRAK
Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota-kota besar di Indonesia semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan waktu. Pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor, sehingga proses konstruksi berjalan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada kontraktor yang sedang atau pernah menangani proyek konstruksi gedung di kota medan. Hasil pengumpulan kuesioner, terkumpul 30 responden. Dari hasil pengumpulan data dilakukan proses pengolahan data dengan bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 19.
Dari analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat reabilitas dari 30 kuesioner yang disebar, terdapat tiga kuesioner yang tidak reliable dan 27 kuesioner yang reliable. Juga didapat hasil validitas dari variabel – variabel penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 46 % sedangkan tingkat variabel yang saling berkorelasi antara variabel bebas dan terikat sebesar 42 %.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan konstruksi gedung khususnya di kota-kota besar di Indonesia semakin pesat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan waktu. Pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor, sehingga proses konstruksi berjalan dengan baik.
Perencanaan mencakup penentuan berbagai cara yang memungkinkan, kemudian menentukan salah satu cara yang tepat dengan mempertimbangkan semua kendala yang mungkin ditimbulkan. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Setelah perencanaan, penjadwalan proyek juga harus diperhitungkan. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek. Penjadwalan proyek adalah suatu perencanaan yang menetapkan kegiatan proyek,waktu pelaksanaan, tenaga kerja, sumberdaya, dan biaya proyek.
Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi yang besar bagi pemberi tugas. Oleh karena itu, biaya proyek harus dikelola dengan baik
(13)
sehingga kemungkinan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).
Tipe proyek bangunan komersial (kompleks perumahan, apartemen, bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, komplek ruko, perhotelan) maupun bangunan fasilitas umum (gedung sekolah, gedung pemerintahan, sarana rekreasi, pasar dan terminal) lebih sering mengalami pembengkakan biaya, dibandingkan dengan bangunan industry (Santoso,1999). Agar nilai overrun biaya bisa diperkecil pada proyek berikutnya, maka perlu mengetahui penyebab dominan terjadinya pembengkakan biaya yang ditinjau dari segi perencanaan dan pelaksanaan, koordinasi sumber daya, pengendalian biaya dan waktu.
Dan pada kenyataannya, pembengkakan biaya (cost overrun) sering ditemukan pada suatu proyek konstruksi selama tahap pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dari proyek konstruksi itu sendiri. Dengan demikian, hendaknya setiap faktor diperhatikan dengan baik atau selalu dipertimbangkan ditahap estimasi awal, sehingga dapat dicegah atau dihindari terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek konstruksi.
Oleh karena itu, dalam usaha penganalisaan penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) harus dipertimbangkan variabel-variabel yang mungkin dapat berpengaruh terhadap biaya. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di Kota Medan.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Penelitian dan pengambilan data dilakukan terhadap personil kontraktor di Kota Medan yang sedang atau pernah menangani proyek konstruksi bangunan komersial, maupun
(14)
kepada kontraktor yang sedang atau pernah menangani proyek konstruksi perumahan di kota Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di Kota Medan.
2. Faktor-faktor apakah yang secara dominan menjadi penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan khususnya di Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) proyek perumahan di kota Medan
2. Menganalisis faktor-faktor manakah yang dominan menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di kota Medan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk kontraktor : penelitian ini bermanfaat untuk mengantisipasi factor penyebab dominan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada pelaksanaan proyek, dan memperkecil risiko kerugian yang dialami kontraktor dalam pelaksanaan proyek dengan meminimumkan besarnya
(15)
pembengkakan biaya (cost overrun) sesuai dengan jenis proyek konstruksi yang akan datang.
2. Untuk peneliti : sebagai calon sarjana teknik sipil yang akan terjun di dunia konstruksi nantinya, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai pembengkakan biaya (cost overrun) yang akan dihadapi saat bekerja nanti atau setelah menangani suatu proyek konstruksi, dan mendorong peneliti untuk lebih dapat membekali diri nantinya saat memasuki dunia kerja.
3. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan bacaan dan literature untuk penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan biaya proyek sehingga dapat diketahui penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek
1.5. Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi batasan-batasan sebagai berikut :
1. Mendistribusikan kusioner kepada beberapa kontraktor yang sedang atau pernah menangani proyek konstruksi bangunan komersial. 2. Penelitian ini dilakukan terhadap proyek konstruksi komplek
perumahan 2 (dua) Lantai
3. Lokasi penelitian ini adalah proyek yang berada di daerah Kota Medan. 4. Penelitian di lakukan pada proyek swasta, dikarenakan di proyek
pemerintahan khususnya proyek pemerintahan Sumatera Utara hanya ada proyek perumahan sederhana (Tipe 45).
5. Analisa biaya yang ditinjau tidak termasuk perijinan (IMB dan biaya notaris), biaya yang timbul di luar proyek (bunga bank pertahun dan
(16)
inflasi pertahun), hanya ditinjau terhadap biaya pembangunan fisik rumah (biaya pekerja dan biaya material).
1.6. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah analisis deskriptif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder dengan cara membagikan kuesioner langsung kepada kontraktor yang pernah atau sedang melaksanakan proyek perumahan. Untuk mengetahui hasil pengolahan data penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) dapat dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data SPSS versi 19.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab dibagi dalam sub bab mengenai pokok pembahasan, kemudian diuraikan dengan tujuan dapat diketahui permasalahan yang dibicarakan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,tujuan penelitian, manfaat penulisan,batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari uraian tentang teori dasar yang digunakan dalam mendukung penelitian ini.
(17)
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari kerangka pemecahan masalah dan gambaran umum dalam pengumpulan data, pengolahan data serta analisa dari masalah yang diteliti.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari pembahasan mengenai penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literatur secara sistematis.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah dilakukan serta untuk penelitian lanjutan.
(18)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan (Wikipedia).
Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan sementara yang mempunyai karakteristik, keterbatasan pendanaan atau anggaran menggunakan sumber daya dalam pelaksanaanya, organisasi baik formal maupun non formal, dan keterbatasan waktu yang jelas antara permulaan dan akhir proyek. Pada industri konstruksi sebagaimana layaknya pelayanan jasa, ketentuan mengenai biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian kontruksi sudah diikat didalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai.
Semakin besar suatu proyek, berarti semakin kompleks mekanismenya yang berarti semakin banyak masalah yang harus dihadapi. Jika tidak ditangani dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa kelambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan
(19)
membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Oleh karena itu, biaya proyek perlu dikelola dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya overrun biaya bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).
2.2 Review Penelitian Sebelumnya
1. Judul : Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung Peneliti : Fahirah F.
Abstrak : Penelitian dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaan M (menengah) yang berkedudukan di Makassar dan pernah melaksanakan proyek konstruksi gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil survey kuesioner terkumpul 16 responden dari 16 perusahaan kontraktor golongan M. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa statistik deskriptif.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi, kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk di lapangan, ketidak
(20)
tepatan estimasi biaya, dan adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.
2. Judul : Analisa Overruns Biaya Pada Beberapa Tipe Proyek Konstruksi Peneliti : Indriani Santoso
Abstrak : Penelitian ini membahas terjadinya overrun biaya untuk beberapa tipe proyek konstruksi, penyebab terjadinya overrun biaya, ketergantungan antara overrun biaya dan tipe proyek, ketergantungan antara overruns biaya dan overrun waktu, ketergantungan antara penyebab overrun biaya dan beberapa tipe proyek konstruksi. Penelitian ini dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi kelas A dan B yang berkedudukan di Surabaya dengan cara mendistribusikan kuesioner untuk mendapatkan data proyek yang berhubungan dengan terjadinya overrun biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab yang dominan dari overrun biaya adalah data dan informasi proyek yang kurang lengkap, kenaikan harga material, kebijaksanaan keuangan dari pemerintah. Tipe proyek konstruksi berupa bangunan industri mengalami overrun biaya lebih sedikit dibandingkan tipe proyek berupa bangunan komersial maupun fasilitas umum. Proyek yang mengalami overrun biaya tidak selalu mengalami overrun waktu, demikian juga sebaliknya. Untuk beberapa tipe proyek konstruksi penyebab terjadinya
overrun biaya berpengaruh sama atau hampir tidak terjadi perbedaan.
Sesuai dengan analisa pembahasan diperoleh hasil, penyebab terjadinya overrun biaya dengan tingkat kesetujuan maksimum pada setiap
(21)
kelompok yang merupakan penyebab yang sangat menentukan terhadap terjadinya overrun biaya adalah:
1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap 2. Manajer proyek yang tidak kompeten
3. Kenaikan harga material
4. Kwalitas tenaga kerja yang buruk 5. Tingginya harga sewa/peralatan
6. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu 7. Selalu terjadi penundaan pekerjaan
8. Adanya kebijaksanaan keuangan dari pemerintah.
3. Judul : Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembengkakan Realisasi Biaya Terhadap Rencana Anggaran Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi Gedung Peneliti : 1. Gede Wira Hadinata
2. Mayun Nadiasa
3. Ida Ayu Rai Widhiawati
Abstrak : Proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Dengan banyaknya pihak yang terlibat pada proyek konstruksi, maka dapat berpotensi terjadinya masalah dalam melaksanakan proyek sangat besar. Suatu proyek konstruksi dapat dikatakan berhasil apabila mampu memenuhi tujuan suatu proyek yaitu: proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan biaya yang direncanakan, dan kualitas yang diisyaratkan. Oleh karena itu, sebelum
(22)
melaksanakan proyek konstruksi perlu perencanaan yang matang agar proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab pembengkakan realisasi biaya proyek terhadap RAP terdiri dari 32 faktor diantaranya adalah Pemilihan alat berat, biaya sewa peralatan, dan pemilihan material yang digunakan.
2. Hubungan yang terjadi antara faktor-faktor pada poin 1 yang menyebabkan pembengkakan realisasi biaya proyek terhadap RAP dimana nilai R sebesar 0,539 yang bermakna hubungannya sedang. 3. Pemilihan alat berat merupakan sub faktor yang paling dominan
penyebab pembengkakan realisasi biaya proyek, hasil ini didapat pada analisis sub faktor yang termasuk dalam kelas 1 dan mempunyai nilai loading faktor sebesar 0,863.
2.3 Manajemen Proyek Konstruksi
Manajemen proyek adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur dengan menggunakan sumber daya yang efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Ervianto, 2002).
(23)
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengwasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control). Ketiga pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.
b. Pengorganisasian (organizing)
Organisasi merupakan alat yang vital dalam pengendalian dan pelaksanaan proyek. Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu mengendalikan
(24)
tiga hal utama yaitu mutu, waktu dan biaya. Suatu organisasi mempunyai ciri-ciri adanya sekelompok orang yang bekerja sama atas dasar hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam organisasi suatu proyek dijelaskan batasan-batasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Dengan adanya batasan-batasan tersebut dapat dihindari adanya tumpang tindih tugas, maupun pelemparan tanggung jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu dan tuntas.
c. Pelaksanaan (execution)
Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini, hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk dan taat kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama.
d. Pengawasan (controlling)
Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas pengawas sangat penting terutama dalam pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan.
(25)
2.4 Komponen Penting dalam Estimasi Biaya Proyek
Proses pengendalian biaya proyek konstruksi melibatkan berbagai macam komponen diantaranya kontrak, material, unsur–unsur biaya proyek, change order, dan data proyek berupa gambar rencana. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu manajemen proyek yang baik yang dapat mengatur, mengendalikan, dan mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan proyek.
a. Estimasi biaya
Estimasi biaya adalah prediksi perhitungan atau perkiraan seluruh biaya proyek konstruksi yang dilakukan di tahap awal, dengan menganalisis setiap jenis pekerjaan, sumber daya, volume pekerjaan, dan harga satuan yang dipakai. Estimasi biaya digunakan untuk mengetahui berapa besar total biaya proyek yang akan dikeluarkan, yang bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang ada, untuk kepentingan kelangsungan proyek (Soeharto,2001).
b. Kontrak
Kontrak adalah persetujuan yang memuat aspek-aspek prinsipil yang bersifat mengikat dan harus dipenuhi oleh penyedia jasa dan kontraktor, dan didalam persetujuan itu juga harus memuat syarat atau kelengkapan aspek subjektif dan objektif (Ervianto, 2002). Dalam proyek konstruksi, kontrak diartikan persetujuan dan merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Namun perlu diingat, tidak semua persetujuan dan transaksi akan dilanjutkan dalam bentuk kontrak, kecuali telah memenuhi 2 (dua) aspek utama yakni saling menyetujui serta adanya permintaan dan penawaran.
(26)
c. Material Konstruksi
Material konstruksi adalah semua bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan konstruksi (Ibrahim, 1996). Pada umumnya penyediaan material konstruksi di lapangan dilakukan bertahap, hal ini erat hubungannya dengan tersedianya gudang untuk menyimpan material, dan juga dari segi pembayarannya.
d. Unsur-unsur biaya proyek
Unsur-unsur biaya proyek merupakan keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan dari pelaksanaan suatu proyek. Biaya yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.
2.5 Biaya proyek
Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam menyelesaikan suatu proyek. Secara garis besar biaya proyek dapat dibagi menjadi dua yaitu :
2.5.1 Biaya Langsung ( Direct Cost )
Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto, 1995). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi ataupun suatu proyek tertentu, antara lain:
(27)
a. Biaya bahan/material b. Upah buruh
c. Biaya peralatan d. Biaya subkontraktor
2.5.2 Biaya Tidak Langsung ( Indirect Cost )
Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Soeharto, 1995). Biaya tidak langsung terdiri dari:
a. Biaya overhead
b. Biaya tak terduga c. Keuntungan/profit d. Penalti/bonus
Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher, 1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995).
(28)
2.6 Cost engineering
Cost Engineering adalah suatu bidang engineering yang meliputi penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik dengan menggunakan pengalaman dan pertimbangan-pertimbangan engineering dalam masalah-masalah estimasi biaya, pengendalian biaya dan ekonomi teknik (Asiyanto,2003). Cost Engineering terbagi menjadi dua bidang besar yaitu :
a. Cost estimate (Estimasi biaya) b. Cost Control (Pengendalian biaya)
Peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai batasan-batasan yang ada pada estimasi. Dalam proyek konstruksi, terutama pada proyek-proyek yang besar, peranan cost engineer penting sekali dalam pelaksanaan proyek agar tidak terjadi kekacauan keuangan (financial chaos) yang disebabkan oleh lemahnya estimasi maupun kontrol.
2.6.1 Estimasi Biaya (Cost Estimate)
Estimasi pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman. Jika ditujukan untuk memperkirakan pembiayaan konstruksi, estimasi pada hakekatnya merupakan upaya penerapan konsep rekayasa berlandaskan pada dokumen pelelangan, kondisi lapangan, dan sumber daya kontraktor (Dipohusodo, 1996). Ada 2 estimate untuk fisik bangunan yaitu versi owner yang sering disebut Owner Estimate (OE) dan versi kontraktor yang disebut sebagai Bid Price (harga penawaran). (Asiyanto, 2003).
(29)
a. Owner Estimate, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak owner, untuk dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menilai penawaran yang diajukan kontraktor.
b. Bid price, yaitu estimate yang dibuat oleh cost engineer dari pihak kontraktor, yang akan diajukan oleh kontraktor sebagai harga penawaran dari proyek sesuai dokumen yang diberikan.
Bagi owner nilai kontrak proyek adalah merupakan biaya yang harus dibayar, sedangkan bagi kontraktor, nilai kontrak proyek merupakan pendapatan yang akan diterimanya. Kehandalan suatu estimasi tergantung pada kelengkapan informasi yang tersedia pada tahapan dimana estimasi dilakukan. Secara garis besarnya terdapat tiga kelompok informasi pokok yang diperlukan yaitu : a. Informasi tentang proyek dan bagian-bagiannya lengkap dengan
gambar-gambar dan spesifikasi teknis. Keseluruhan dokumen tersebut berguna untuk menghitung volume segenap pekerjaan dan menentukan metode konstruksinya.
b. Informasi tentang sumber daya, yang sangat diperlukan pada saat kontraktor mulai merencanakan operasinya di lapangan, yaitu informasi mengenai tenaga kerja serta sumber daya lain tersedia.
c. Informasi tentang harga, yang biasanya dikuasai dengan lebih baik oleh kontraktor yang berhasil. Kontraktor biasanya mempunyai pengetahuan lebih baik mengenai harga layak terbaru untuk berbagai material dan sumber daya lain (Dipohusodo, 1996).
(30)
Pemilihan metode estimasi tergantung pada mutu informasi yang tersedia. Estimasi (taksiran) biaya akhir konstruksi berlangsung melalui empat langkah utama yaitu :
a. Estimasi pendahuluan yang digunakan dalam tahap brifing dan didasarkan atas catatan biaya untuk proyek serupa.
b. Estimasi terinci, disiapkan oleh kelompok manajer proyek menjelang tender, berdasarkan kuantitas akurat yang diukur dari gambar kerja serta harga dari dokumen proyek sebelumnya.
c. Jumlah kontrak, merupakan pedoman biaya yang baik untuk klien dalam kontrak harga tetap, tetapi kurang berarti dalam situasi lain.
d. Estimasi operasional, biasanya disiapkan oleh kontraktor, berdasarkan rencana pelaksanaan (Austen, 1994).
2.6.2 Pengendalian Biaya ( Cost Control )
Biaya (cost) merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimum mungkin (Natan ,1986). Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu, karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Tujuan praktis dari kontrol biaya adalah untuk menekan biaya/pengeluaran serendah mungkin (to minimize cost). Secara umum ada 2 metode pengontrolan biaya (cost control) yaitu :
(31)
a. Konsep Unit Produksi (Unit of Production Concept), metode ini memberikan gambaran sekilas mengapa dan dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan biaya. Keunggulan metode ini mudah untuk mendapatkan biaya rencana, tetapi agak sulit untuk menghitung biaya kenyataan per pos pekerjaan.
b. Konsep Jenis Biaya (Trade Concept), memberikan gambaran bagian/unit manakah yang membuat masalah (regu yang mana dan sebagainya).
Pemakaian metode tergantung dari sistem yang dianut oleh perusahaan dan besarnya proyek. Untuk proyek yang besar biasanya menggunakan metode konsep unit produksi sedangkan untuk proyek yang kecil menggunakan metode konsep jenis biaya (Fahirah F, 2005)
2.7 Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Pelaksanaann proyek konstruksi dimulai dari tahap perencananaan yang meliputi pengumpulan data, penelitian, studi kelayakan, perencanaan fisik pembuatan gambar rencana, penyusunan peraturan dan persyaratan), pengerjaan proyek konstruksi di lapangan, dan pengawasan pekerjaan. Didalam pelaksanaan proyek konstruksi, terdapat orang–orang atau badan yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
1. Gambar rencana
Gambar rencana adalah gambar dari pekerjaan yang akan dilaksanakan secara lengkap, yang dapat memberikan informasi sedetail mungkin sehingga tidak terdapat keraguan dalam pelaksananannnya (Ervianto,2002). Gambar rencana biasanya terdiri dari gambar situasi,
(32)
gambar denah, gambar tampak, gambar potongan melintang, gambar potongan memanjang, gambar tambahan, dan gambar konstruksi yang dilengkapi dengan hitungan konstruksi.
2. Perubahan desain (Change order)
Change Order adalah usulan perubahan tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk mengubah beberapa kondisi dari dokumen kontrak awal seperti menambah atau mengurangi pekerjaan. Adanya perubahan ini dapat mengubah spesifikasi biaya kontrak, jadwal pembayaran, dan jadwal proyek (Soeharto, 2001). Menurut Santoso (2002) Change order
merupakan suatu kesepakatan antara pemilik dan kontraktor untuk menegaskan adanya revisi biaya dan jumlah kompensasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kontrak kerja antara pemilik dan kontraktor.
3. Time schedule (Rencana Kerja)
Time schedule (Rencana Kerja) adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjanan, mulai dari bagian awal sampai dengan bagian pekerjaan akhir (Soehartono, 2001). Sebelum menyusun Time schedule, hal–hal yang harus diperhatikan antara lain keadaan lapangan, kemampuan tenaga kerja, penyediaan bahan bangunan, gambar kerja, dan peralatan kerja.
4. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat kontrak
(33)
(Ervianto, 2002). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
2.8 Pembengkakan Biaya (cost overrun)
Pembengkakan biaya (cost overrun) adalah biaya konstruksi suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang ditetapkan di tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi pihak kontraktor (Santoso, 2002). Cost overrun yang terjadi pada suatu proyek konstruksi dapat disebabkan oleh faktor intern maupun factor
ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri. Pembengkakan biaya (cost overrun) itu sendiri dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
a. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi
b. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi
c. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi
Dengan adanya manajemen proyek yang baik dimulai dari estimasi awal sampai tahap akhir proyek, maka Cost Overrun pada suatu proyek dapat dicegah atau dihindari.
(34)
2.8.1 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi
Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya proyek bisa terjadi pembengkakan biaya (cost overrun), itu terjadi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :
1. Faktor Material (Uchechukwu, 1993)
Dalam pelaksanaan proyek, material perlu dikontrol kualitasnya agar sesuai dengan permintaan pemilik (owner). Tidak adanya control kualitas material dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pekerjaan ulang karena tidak sesuai dengan spesifikasi material. Dalam hal ini, pekerjaan ulang yang diakibatkan kesalahan pemakaian material akan memerlukan tambahan biaya baik untuk tenaga kerja, material maupun biaya tidak langsung.
2. Faktor Informasi (Harrison, 1981)
Informasi proyek yang berupa kondisi lapangan, gambar, dan spesifikasi sangat menunjang ketelitian estimasi. Kondisi lapangan dapat berupa keadaan dan sifat tanah, bangunan dan fasilitas pendukung, perencanaan disain proyek yang meliputi arsitek, sipil, elektrik, maupun mekanik. Informasi yang kurang lengkap akan menimbulkan ketidak tepatan estimasi biaya sehingga berpeluang menimbulkan pembengkakan biaya.
3. Faktor Sumber Daya Manusia (Imam Suharto, 1995)
Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap proyek tidak sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh terhadap biaya proyek, karena tahap dalam pelaksanaan proyek membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda.
(35)
4. Peralatan (Indriani, 1999)
Untuk kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung harus dapat dideteksi secara jelas. Jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi peralatan harus sisesuaikan dengan kegiatannya. Estimasi harga/sewa peralatan yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya.
2.8.2 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi
Pada saat proses konstruksi berlangsung, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya. Beberapa faktor tersebut antara lain:
1. Manajer proyek yang tidak kompeten/cakap (Imam Soeharto, 1995)
Manajer proyek sangat berpengaruh pada proses perencanaan, organisasi, dan memimpin serta mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu diperlukan manajer yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam lingkup proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Manajer harus memiliki kecakapan dalam mengatur pekerjaan dan mengatur tenaga kerja, yang mempengaruhi produktivitas pekerja.
2. Kualitas yang buruk dari pekerja kontraktor (Imam Soeharto, 1995)
Kualitas yang uruk dari pekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja yang dihasilkan. Akibat produktivitas yang rendah menyebabkan biaya proyek akan bertambah dari yang direncanakan.
(36)
3. Tidak memperhatikan faktor resiko pada proyek (Imam Soeharto, 1995) Faktor ini bertujuan menutup kemungkinan adanya resiko yang dapat terjadi selama proses konstruksi, seperti terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi selama pelaksanaan proyek yang mengakibatkan cacat secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma. Hal ini akan memerlukan tambahan biaya untuk semua yang berhubungan dengan pengobatan. Tidak diperhitungkannya factor resiko akan mengakibatkan pembengkakan biaya apabila resiko benarbenar terjadi dilapangan.
4. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulangi/diperbaiki karena cacat/salah (Kraiem dan Dickmann, 1987)
Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secata struktur atau pelaksanaan akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat cacat/salah memerlukan tambahan biaya baik untuk material maupun tenaga kerja. Hal itu berarti proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.
5. Tidak adanya Project Statistic Report (Imam Suharto, 1995)
Laporan dari berbagai hal yang ada dalam proyek dapat digunakan sebagai acuan dan dasar pertimbangan bagi pimpinan proyek yang sedang berlangsung, sehingga apabila terlihat ada indikasi terjadinya pembengkakan biaya dan waktu, maka dapat diantisipasi sedini mungkin.
(37)
6. Koordinasi dan komunikasi yang kurang baik dalam organisasi kontraktor (Ahuja, 1984)
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Sebagai contoh pengulangan pekerjaan atau kesalahan dalam spesifikasi material sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek.
2.8.3 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi
Meskipun proyek sudah berakhir masa konstruksinya, bukan berarti tanggung jawab kontraktor selesai begitu saja. Demikian pula dengan pembengkakan biaya, pada saat pasca konstruksi masih ada peluang terjadinya pembengkakan biaya. Faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya pasca konstruksi menurut Imam Soeharto (1995) antara lain:
1. Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.
(38)
2.9 Analisis Data Penelitian
2.9.1 Analisa Statistik Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komperatif (Moh. Nazir, 2003: 54-55).
Analisa Statistik Deskriptif berguna untuk mendapatkan informasi yang bersifat deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif adalah untuk menganalisa data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sehingga analisa ini bersifat mendukung analisa data selanjutnya.
Deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat dilakukan dalam 2 bagian yaitu :
a. Deskripsi dalam bentuk tulisan / teks. Deskripsi tulisan terdiri atas bagian-bagian yang penting yang menggambarkan isi data secara keseluruhan, seperti mean (rata-rata) data, standar deviasi, varians data, dan sebagainya. b. Deskripsi dalam bentuk gambar/grafik. Grafik sebuah data biasanya
disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak lebih impresif dan komunikatif.
(39)
2.9.2 Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan (1) mencari definisi dan merumuskan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur, (2) kalau sekiranya tidak ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan konsep tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli. (3) menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing-masing pertanyaan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.
(40)
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment.
Adapun rumusnya adalah :
� = �Σ − Σ . Σ √ �Σ − Σ . �Σ − Σ Keterangan :
r : koefisien korelasi, Y : produktivitas pekerja Xi : elemen variabel bebas n : jumlah data
( Masri Singarimbun, 1987 : 124-137)
Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r hitung > r tabel dan taraf signifikannya sebesar 5% ( Suharsimi Arikunto,1996: 150-160).
b. Uji Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan konsistensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen reliabel sebenarnya yang mengandung arti bahwa instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Untuk mengukur reliabilitas dapat digunakan analisis Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :
(41)
� = �
� − 1 1 − Σ��
��
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang dicari
n = Jumlah item pertanyaan yang di uji �� = Jumlah varians skor tiap-tiap item
�� = Varians total
(Suharsimi Arikunto, 1996)
Cara pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 20, yang dilakukan dengan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai reliabilitas yang ditunjukkan pada table di bawah ini:
Jumlah Butir Reliabilitas
5 0,20
10 0,33
20 0,50
40 0,67
80 0,80
160 0,89
360 0,94
(42)
2.9.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Sebagai salah satu uji statistik parametrik, maka analisis regresi berganda dapat dilakukan jika sampel yang dipakai untuk analisis berdistribusi normal. Penggunaan statistik parametrik dihindari jika data yang diteliti tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data yang digunakan dalam uji penelitian ini adalah uji Smirnov Kolmogorov. Asumsi normalitas terpenuhi jika nilai
Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari pada nilai probabilitas 0,05.
2.9.4 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini digunakan untuk memprediksi hubungan antara variabel terikat Y yaitu kinerja sumber daya manusia pekerjaan struktur rangka atap, dengan variabel bebas X yaitu faktor – faktor yang menyebabkan pembengkakan biaya (cost overrun)pada proyek konstruksi gedung. Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen. Bentuk umum persamaan regresi linier adalah sebagai berikut:
Y = a + b X Dimana :
Y : nilai dari variabel dependent a : konstanta , yaitu nilai Y jika X=0 b : koefisien regresi
(43)
2.9.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Dengan analisis ini kita bisa memprediksi perilaku dari variable dependent dengan menggunakan data variabel terikat. Analisis regresi berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y = bo+b1 X1+b2 X2+...+bnXn Keterangan :
Y : variabel dependent X1,X2,Xn : variabel independent
b0, b1, bn : parameter yang harus diduga dari data dan dapat di peroleh dengan menyelesaikan persamaan linier simultan dari perhitungan
Keempat variabel dikatakan berkorelasi, jika terjadi perubahan pada satu varibel akan mengikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah berlawanan.
Ukuran besar kecilnya, kuat tidaknya hubungan antar variabelvariabel apabila bentuk hubungan linier disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi yang dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. apabila nilai r mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat. Apabila mendekati 0 berarti sebaliknya terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan dan apabila r sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan positif sempurna atau negatif sempurna. Bila r bernilai positif maka terdapat korelasi positf, bila r bernilai negatif maka terdapat korelasi negatif, dan bila r bernilai nol maka tidak terdapat korelasi (-1 ≤ r ≤ 1). (Ronald E W . 1995 : 371)
(44)
2.9.6 Uji Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk menentukan proporsi atau prosentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel tidak terikat, secara bersama- sama. r2 menggambarkan ukuran kesesuaian yaitu sejauh mana regresi sampel mencocokan data. Rumus koefisien determinasi adalah :
� =� Σ + Σ + Σ + Σ + Σ − Σ �Σ − Σ
Keterangan :
r2 : koefisien determinasi a, b1,..bn : koefisien persamaan regresi
y : variabel terikat (kinerja sumber daya manusia pada pekerjaan struktur beton)
x1,...x4 : variabel bebas (faktor yang mempengaruhi) n : jumlah data (sampel)
Ukuran r2 disebut dengan coeffisient of determination (koefisien determinasi), koefisien ini juga dipakai untuk mengukur kuatnya korelasi linier.
Jelas bahwa 0 ≤ r2 ≤ 1 karena -1≤ r2 ≤ 1 (Ronald E W, 1995 : 373-375).
2.9.7 Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Pada umumnya hipotesis adalah jawaban sementara tehadap pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis menurut tata bahasa berarti suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat
(45)
seperti proporsi atau dalil. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian terhadap suatu obyek hendaknya dibawah suatu tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan percobaan atau praktek. Setiap hipotesis mempunyai paling tidak salah satu beberapa fungsi berikut :
1. Sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. 2. Petunjuk ke arah penyelidikkan lebih lanjut.
3. Sebagai suatu hipotesis kerja.
4. Suatu ramalan atau dugaan tentang sesutau yang akan datang atau bakal ditemukan.
5. Sebagai konsep yang dikembangkan
6. Sebagai bahan suatu bangunan suatu teori. (Husein Umar, 2002: 80-82)
Adapun uji hipotesis yang biasanya dilakukan adalah: 1. Uji F (F test)
Uji F ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu
membandingkan antara nilai tingkat signifikan (α) = 5% (0,05) yang ditetapkan dengan nilai sig F hitung. Jika F hitung kurang dari pada nilai α
yang ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa semua variable bebas secara simultan dapat mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya jika F
hitung lebih daripada nilai α, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
(46)
2. Uji t (t test)
Uji t ini digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel yang ada secara parsial (sendiri-sendiri) benar-benar mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan, terhadap kinerja sumber daya manusia dalam pekerjaan struktur rangka atap, yaitu membandingkan antara t hitung masing-masing variabel dan sig t dengan nilai tingkat signifikan t = 5% (0,05) yang telah ditetapkan. Jika sig t hitung variabel bebas kurang daripada nilai sig t yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa berada didalam daerah penolakkan Ho maka hipotesis Ha dapat diterima atau variabel bebas berpengaruhi tehadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig t variable bebas lebih daripada sig t yang telah ditetapkan berarti bahwa variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
2.10 Uji SPSS
Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang berarti. Data yang diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan proses pengolahan data oleh komputer dihasilkan output berupa informasi untuk kegunaan lebih lanjut. Berikut sedikit gambaran tentang cara kerja komputer dengan program SPSS dalam mengolah data.
(47)
Gambar 2.1 Cara kerja SPSS
Data hasil penelitian atau data yang akan diproses dimasukkan lewat menu
DATA EDITOR yang secara otomatis muncul di layar komputer.
1. Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDITOR.
2. Memilih menu yang akan digunakan pada SPSS 15.0 for windows grafik, statistik dan lain-lain.
3. Hasil pengolahan data muncul di layar windows yang lain dari SPSS yaitu VIEWER, output SPSS bisa berupa teks, tulisan, tabel atau grafik.
Pada VIEWER, informasi atau output statistik dapat ditampilkan secara: a. Teks atau Tulisan
Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk tabel bisa dilakukan lewat menu text output editor.
Input Data
Dengan
Data
Proses
dengan
Data
Output Data
dengan
(48)
b. Tabel
Pengerjaan (pivoting tabel, penambahan, pengurangan, dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk tabel dilakukan lewat menu pivot table editor.
c. Chart atau grafik
Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output data yang berbentuk grafis dapat dilakukan lewat menu chart editor.
(49)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bersifat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan berdasarkan persepsi atau opini dari kontraktor sebagai pelaksana proyek konstruksi. Pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan data sekunder berupa wawancara dan distribusi kuesioner.
Metode pengambilan sampel adalah penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan populasi terbatas yaitu perusahaan kontraktor yang pernah atau sedang melaksanakan proyek konstruksi gedung. Data diperoleh dengan memberikan 30 kuesioner kepada kontraktor perumahan 2 (dua) lantai. Jumlah ini dipilih agar dapat memenuhi syarat perhitungan statistik yang baik, dengan penyebaran skor yang mendekati kurva normal (Guiford & Fruchter, 1981).
Untuk memudahkan dalam melakukan pengolahan data secara matematis maka dilakukan pemberian kode pada jawaban responden. Hal ini diperlukan untuk mengubah opini secara kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Pemberian kode menggunakan skala sikap (skala Likert) yang diungkapkan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan skor 1 sampai 5.
(50)
Setelah pemberian kode dan pembuatan variabel, maka kuesioner tersebut dibagikan kepada responden. Kemudian kuesioner tersebut di kumpulkan kembali untuk diolah kedalam bentuk data. Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS 19.
3.2. Strategi Penelitian
Pada uraian umum di atas telah dijelaskan bahwa, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan. Dengan mengetahui faktor penyebab pembengkakan biaya inilah maka kita dapat dengan mudah menentukan tindakan koreksi yang tepat, sehingga dapat membantu mengendalikan terjadinya pembengkakan biaya proyek pada manajemen suatu konstruksi pada tahap pelaksanaan maupun sebagai masukan dimasa depan untuk perencanaan proyek yang baru.
Menurut Yin (1994) pemilihan metode penelitian memerlukan tiga pertimbangan yaitu : jenis pertanyaan yang diajukan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti, dan fokus terhadap peristiwa yang sedang diteliti, untuk lengkapnya lihat di tabel 3.1 :
(51)
Strategi Jenis pertanyaan Kendali terhadap peristiwa yang diteliti Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan
Eksperimen Bagaimana, mengapa Ya Ya
Survei
Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar
Tidak Ya
Archival analysis
Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar
Tidak Ya/Tidak
Sejarah Bagaimana, mengapa Tidak Tidak
Studi kasus Bagaimana, mengapa Tidak Ya
Tabel 3.1 Strategi Penelitian untuk masing-masing situasi
Pada penelitian ini digunakan metode survei dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan. Adapun jenis-jenis pertanyaan yang digunakan adalah:
1. Faktor penyebab “apa” saja yang menyebabkan terjadinnya cost overrun
pada proyek perumahan?
3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian
Tahap dan prosedur penelitian dilakukan secara sistematis. Adapun tahap dan prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap I
Yaitu tahap persiapan. Langkah yang dilakukan yaitu merumuskan masalah penelitian, tujuan penelitian, menentukan hipotesis dan menggali kepustakaan serta pembuatan kuesioner yang akan ditanyakan dalam penelitian agar dapat berjalan lancar.
(52)
2. Tahap II
Disebut tahap mencari data lapangan dan pengumpulan data. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a. Survei lapangan untuk melihat apakah proyek yang ada memenuhi syarat untuk dijadikan lokasi penelitian.
b. Menentukan zona yang akan diamati. c. Pengumpulan data.
3. Tahap III
Disebut tahap penelitian atau scoring data kuesioner dan rekapitulasi data. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah memberikan scoring terhadap jawaban responden dalam kuesioner
4. Tahap IV
Yang disebut dengan tahap analisis data. Adapun langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yaitu menganalisis data penelitian dengan menggunakan analisis deskripsi dengan bantuan program komputer SPSS. 5. Tahap V
Tahap pembahasan hasil analisis. Langkah yang dilakukan adalah melakukan pembahasan dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembengkakan biaya proyek perumahan untuk mendapatkan kesimpulan.
3.4 Peralatan Penelitian
Dalam proses pengumpulan data peralatan yang digunakan antara lain : 1. Lembar formulir pengisian kuesioner.
(53)
2. Alat tulis dan alat bantu lain.
3. Komputer sebagai alat proses pengolahan data.
3.5 Jenis Data dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan, Bertujuan untuk mencari data yang sifatnya tidak tertulis, ataupun merupakan data yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Survei yang dilakukan tersebut antara lain adalah :pengamatan lapangan, pengisian kuesioner dan wawancara. Pencatatan survei pengamatan lapangan dan wawancara akan dilakukan oleh pengamat sedangkan kuesioner dapat diisi oleh pengamat maupun respondennya.
2. Data Sekunder
Merupakan kegiatan pencarian data melalui kajian literatur, hasil penelitian terdahulu, peta-peta yang dibutuhkan, data kependudukan, kondisi wilayah penelitian, ataupun data tertulis lainnya, yang didapatkan langsung dari instansi yang terkait. Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan data-data instansional yang selanjutnya akan diolah dengan alat analisis yang telah tersedia. Teknik ini dibutuhkan untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data dan membuat target-target yang dibutuhkan dalam penelitian. Baik data primer maupun data sekunder yang berhasil dikumpulkan, dipisahkan sesuai karakteristik datanya. Data deskriptif dipisahkan dari data yang berbentuk angka, atau data kualitatif dipilah dari data kuantitatif dan kemudian siap dianalisa.
(54)
3.6 Pengumpulan Data dan Variabel Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara menyebar kuesioner terhadap responden yang sesuai dengan peneilitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid, dimana pengumpulan data tersebut terdiri atas 3 tahap berikut :
a. Tahap Pertama
Pada tahap pertama pengumpulan data berupa variabel-variabel yang menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya diperoleh dari studi literatur berupa jurnal-jurnal peneltian terdahulu, dan buku-buku yang terkait pada penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Fahirah F. (2005) dengan judul Identifikasi penyebab overrun biaya pada proyek konstruksi gedung. Variabel-variabel yang didapat berdasarkan literatur dijadikan pertanyaan pada kuisioner dengan keseluruhan variabel – variabel awal berjumlah 42 sub-indikator.
b. Tahap Kedua
Pada Tahap ini dilakukan kualifikasi terhadap variabel – variabel yang di dapat untuk membatasi permasalahan yang terjadi didalam penelitian. Setelah dilakukan pemeriksaan, di dapat beberapa variabel yang memiliki pengertian yang sama dan juga variabel yang inti penyebabnya tidak berkaitan dengan permasalah yang ada. Oleh sebab itu variabel – variabel tersebut dikualifikasi, sehingga didapat hasil akhir variabel berjumlah 27 sub-indikator. Variabel – variabel tersebut dapat kita lihat pada table 3.2 berikut ini :
(55)
Variabel Penyebab Pembengkakan Biaya X1 Data dan informasi proyek yang kurang lengkap.
X2 Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies). X3 Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi. X4 Ketidak tepatan estimasi biaya.
X5 Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan.
X6 Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek. X7 Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama. X8 Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek.
X9 Penanggung jawab proyek tidak kompeten/cakap.
X10 Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan proyek.
X11 Sering terjadi perubahan desain. X12 Dokumen Kontrak yang tidak lengkap.
X13 Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat. X14 Adanya kenaikan harga material.
X15 Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan. X16 Tidak adanya quality control (kontrol kualitas)
X17 Pemakaian bahan/material yang salah. X18 Pencurian bahan/material.
X19 Kerusakan material. X20 Kekurangan tenaga kerja.
X21 Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah. X22 Cara pembayaran yang tidak tepat waktu. X23 Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca. X24 Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja.
X25 Sering terjadi penundaan pekerjaan.
X26 Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.
Y Berdasarkan pengalaman anda, berapa persen pembengkakan biaya yang terjadi di proyek
(56)
Keterangan :
Variabel X : Variabel X di sini sebagai komponen dari variable bebas
Variabel Y : Variabel Y di sini sebagai komponen dari variable terikat yang di pengaruhi oleh satu atau lebih variable bebas
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini data variabel – variabel yang telah di kualifikasi kemudian diolah untuk dijadikan pertanyaan kuisioner yang disusun untuk diberikan kepada responden.
3.7 Pembuatan Kuesioner
Setelah pemilihan variabel – variabel pertanyaan, maka kuesioner dapat disusun dengan memasukkan variabel – variabel bebas dan variabel terikat yang telah dipilih. Pada tiap butir variabel pertanyaan memiliki kolom dampak yang dinilai dengan skala Likert yaitu level 1-5, dimana kriteria masing – masing skala dapat dilihat pada tabel berikut :
Skala Penilaian Keterangan
1 Sangat Tidak Setuju Dampak tidak ada pengaruhnya 2 Tidak Setuju Sangat kecil dampak pengaruhnya 3 Netral/Ragu-ragu Kecil dampak pengaruhnya
4 Setuju Berpengaruh dampaknya
5 Sangat Setuju Sangat berpengaruh sekali dampaknya Sumber : Skala Likert
Tabel 3.3 Skala penilaian Kuesioner terhadap dampak
(57)
3.8 Analisis Penelitian
Setelah data dari hasil penyebaran kuisioner terkumpul, lalu dilakukan analisa data yang memerlukan beberapa tahap uji dan pembobotan.Ada sebanyak 30 Sampel/ Responden yang telah terkumpul. Data dari 30 sampel tersebut kemudian diolah kedalam tabel tabulasi data. Setelah tabulasi data dilakukan uji validitas, uji realibilitas dan analisa korelasi terhadap data hasil kuesioner tersebut menggunakan program SPSS 19.
3.8.1 Uji Validitas
Pertama – tama dilakukan uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrument yang akan di teliti. Penelitian dinyatakan valid bila, nilai r hitung > r tabel dan besarnya nilai r dapat dihitung dengan tingkat kesalahan atau signifikasi sebesar 5% atau 10%. Uji validitas akan dilakukan kembali apabila terdapat variabel yang tidak valid, variabel yang tidak valid tersebut di buang terlebih dahulu sebelum dilakukan uji validitas kembali. Jika masih terdapat variabel yang tidak valid maka uji validitas dilakukan kembali sampai seluruh variabel yang di uji valid. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 19.
3.8.2 Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk mendapatkan konsistensi internal dari pengukuran skala secara keseluruhan apakah alat ukur tersebut dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang, maka digunakan Uji Realibitas sebagai dasarnya. Pengukuran yang memiliki reabilitas tinggi disebut
(58)
sebagai penelitian yang reliabel. Kuesioner dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dengan ketentuan untuk Uji Reabilitas sebagai berikut:
a. Nilai Cronbach Alpha ≤ 0,6 menunjukkan bahwa kuisioner penelitian tidak
reliabel.
b. Nilai Cronbach Alpha≥ 0,6 menunjukkan bahwa kuisioner penelitian reliabel.
3.8.3 Analisa Korelasi
Analisa korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel pengharapan (predictor) yang merupakan variabel terikat dengan variabel-variabel kriteria ukuran yang merupakan variabel bebas (Dillon dan Goldstein 1984). Hubungan antara variabel menghasilkan nilai positif atau negatif dengan batasan nilai koefisien korelasi r (Pearson Correlation Coeficient) adalah 1 untuk hubungan positif dan -1 untuk hubungan negatif (Siegel 1990).
3.9 Kesimpulan dan Saran
Setelah didapatkannya hasil dari data yang telah di Uji menggunakan program SPSS, maka dapat kita ambil kesimpulan. Kesimpulan yang diambil menjelaskan faktor – faktor apa saja yang menyebabkan pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di Kota Medan. Sehingga dari kesimpulan tersebut, kita dapat memberikan saran apa saja yang baik untuk mencegah terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek perumahan di Kota Medan.
(59)
3.10 Bagan Alir Penelitian
s
Gambar 3.1. Metodologi Penelitian Penyebab Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Proyek Perumahan
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data
Skunder
Uji Reabilitas Uji Validitas Analisis Korelasi
Kesimpulan dan Saran
Data Kuesioner Kajian Literatur Hasil Penelitian
Terdahulu Maupun Data Lapangan
Analisis Data dengan Program SPSS 19
(60)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan perihal hasil penelitian yang dimulai dari pengumpulan data berupa data kuisioner yang berupa variabel-variabel yang menyebabkan pembengkakan biaya (costoverrun) pada proyek perumahan di kota medan dimana variabel tersebut diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya oleh Fahirah F. dengan judul Jurnal Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung. Data variabel yang diperoleh selanjutnya disortir berdasarkan pembatasan masalah yang diambil. Setelah seluruh proses dari proses pembuatan kuesioner, pembagian kuesioner dan pengumpulan kuesioner selesai, maka akan dilakukan proses analisa hasil kuesioner. Proses analisa statistika untuk melakukan uji Validitas, Reabilitas dan Korelasi data menggunakan program SPSS.
4.2 Analisa Data Penelitian / Data Kualitatif
Setelah data dari hasil penyebaran kuisioner terkumpul, lalu dilakukan analisa data yang memerlukan beberapa tahap uji dan pembobotan. Ada sebanyak 30 Sampel/ Responden yang diberikan kuesioner. Data dari 30 sampel tersebut kemudian diolah ke dalam tabel tabulasi data. Tabel tabulasi berfungsi untuk mempermudah pembacaan hasil dari seluruh kuesioner. Setelah tabulasi data, dilakukan uji Validitas, uji Realibilitas dan Analisa korelasi terhadap data hasil kuesioner tersebut. Tabulasi data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
(61)
Variabel Pertanyaan
Skala yang di pilih responden
1 2 3 4 5 N
X1 Data dan informasi proyek yang kurang lengkap. 0 4 8 10 8 30 X2 Tidak memperhitungkan biaya tak terduga
(contingencies). 0 6 2 10 12 30
X3 Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan
konstruksi. 1 2 3 16 8 30
X4 Ketidak tepatan estimasi biaya. 0 0 4 12 14 30
X5 Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan. 0 0 4 16 10 30 X6 Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu
jelek. 0 10 1 8 11 30
X7 Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang
sama. 4 8 4 8 6 30
X8 Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek. 3 7 4 14 2 30 X9 Penanggung jawab proyek tidak kompeten/cakap. 0 6 9 9 6 30 X10 Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja)
dan pelaksanaan proyek. 0 5 15 6 4 30
X11 Sering terjadi perubahan desain. 1 2 3 10 14 30
X12 Dokumen Kontrak yang tidak lengkap. 0 11 4 12 3 30
X13 Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat. 0 3 3 21 3 30
X14 Adanya kenaikan harga material. 0 4 0 8 18 30
X15 Terlambat/kekurangan bahan/material waktu
pelaksanaan. 0 2 1 17 10 30
X16 Tidak adanya quality control (kontrol kualitas) 0 0 5 19 6 30
X17 Pemakaian bahan/material yang salah. 0 3 2 18 7 30
X18 Pencurian bahan/material. 0 5 1 10 14 30
X19 Kerusakan material. 0 3 0 18 9 30
X20 Kekurangan tenaga kerja. 1 12 3 7 7 30
X21 Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah. 0 3 4 17 6 30 X22 Cara pembayaran yang tidak tepat waktu. 1 2 8 12 7 30 X23 Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca. 0 3 6 17 4 30
X24 Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja. 0 0 3 20 7 30
X25 Sering terjadi penundaan pekerjaan. 0 2 1 15 12 30
X26 Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek. 0 5 5 12 8 30 Y Berdasarkan pengalaman anda, berapa persen
pembengkakan biaya yang terjadi di proyek 1 12 3 7 7 30
Tabel 4.1 Tabel Tabulasi Data Keterangan :
X1-X26 : Variabel bebas faktor penyebab pembengkakan Y : Variabel terikat faktor penyebab pembengkakan
(62)
1-5 : Skala penilaian yang dipilih responden N : Jumlah total responden
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai yang diberikan responden terhadap masing – masing variabel. Contohnya, pada variabel X1 responden yang memilih sikap sangat setuju ada sebanyak 8 orang, yang memilih sikap setuju sebanyak 10 orang, yang memilih sikap netral/ragu-ragu sebanyak 8 orang, yang memilih sikap tidak setuju 4 orang, dan tidak ada orang yang memilih sikap sangat tidak stuju. Sehingga dari seluruh kuesioner yang disebar setiap responden memberikan jawaban yang dapat dilihat dari jumlah pemilihan sikap sebanyak 30 orang.
4.2.1 Uji Validitas
Setelah dilakukan Tabulasi data, pengujian data dengan menggunakan program SPSS 19 dapat dilakukan. Pertama – tama dilakukan Uji Validitas. Berdasarkan hasil data olahan SPSS tersebut, kita dapat melihat apakah sampel penelitian dinyatakan valid atau tidak valid. Syarat minimum untuk memenuhi syarat validitas adalah jika nilai R (Pearson Correlation) hitung > R tabel (0,361) dan level of significance (α) sebesar 0,05. (Suharsimi Arikunto,1996: 150-160).
(1)
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas
Tahap 1
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
X1 98.97 144.654 -.258 .856
X2 98.77 137.289 .030 .848
X3 98.77 142.047 -.155 .852
X4 98.37 129.275 .594 .830
X5 98.50 136.466 .160 .840
X6 99.03 122.999 .512 .829
X7 99.57 119.702 .587 .825
X8 99.53 120.464 .679 .822
X9 99.20 134.166 .171 .842
X10 99.40 137.766 .037 .845
X11 98.57 133.564 .188 .841
X12 99.47 120.740 .742 .820
X13 98.90 138.438 .021 .844
X14 98.37 126.378 .517 .829
X15 98.53 127.637 .622 .828
X16 98.67 138.230 .054 .842
X17 98.73 124.754 .732 .824
X18 98.60 128.317 .399 .834
X19 98.60 126.386 .647 .827
X20 99.47 113.844 .856 .812
X21 98.83 131.178 .379 .835
X22 98.97 132.033 .271 .838
X23 98.97 131.068 .403 .834
X24 98.57 134.944 .310 .837
X25 98.47 134.878 .202 .840
X26 98.93 130.340 .336 .836
(2)
Tahap 2
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach’s Alpha if Item
Deleted
X4 47.93 91.651 .611 .903
X6 48.60 86.524 .509 .907
X7 49.13 82.671 .632 .902
X8 49.10 84.093 .695 .898
X12 49.03 83.826 .789 .894
X14 47.93 88.685 .554 .903
X15 48.10 91.266 .568 .903
X17 48.30 88.631 .695 .899
X18 48.17 89.937 .450 .908
X19 48.17 89.316 .654 .901
X20 49.03 78.999 .853 .890
X21 48.40 94.041 .341 .910
X23 48.53 92.878 .433 .907
Y 49.03 78.999 .853 .890
Tahap 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
X4 44.07 85.168 .637 .905
X6 44.73 80.547 .508 .910
X7 45.27 76.892 .628 .905
X8 45.23 78.461 .681 .901
X12 45.17 78.144 .778 .897
X14 44.07 82.409 .566 .906
X15 44.23 85.633 .531 .907
X17 44.43 82.461 .703 .902
X18 44.30 82.838 .503 .909
(3)
Lampiran 4. Hasil Uji Reabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(4)
Lampiran 5. Hasil Analisa Korelasi
Correlations
X4 X6 X7 X8 X12 X14 X15 X17 X18 X19 X20 X23 Y
X4 Pearson Correlation 1 .274 .339 .632** .392* .456* .388* .703** .754** .517** .471** .039 .471**
Sig. (2-tailed) .142 .067 .000 .032 .011 .034 .000 .000 .003 .009 .838 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X6 Pearson Correlation .274 1 .295 .332 .579** .449* .157 .334 .097 .567** .537** .107 .537**
Sig. (2-tailed) .142 .113 .073 .001 .013 .408 .071 .609 .001 .002 .573 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X7 Pearson Correlation .339 .295 1 .473** .606** .186 .515** .326 .356 .254 .689** .484** .689**
Sig. (2-tailed) .067 .113 .008 .000 .325 .004 .078 .054 .176 .000 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X8 Pearson Correlation .632** .332 .473** 1 .542** .522** .339 .626** .469** .538** .535** .260 .535**
Sig. (2-tailed) .000 .073 .008 .002 .003 .067 .000 .009 .002 .002 .166 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson Correlation .392* .579** .606** .542** 1 .552** .602** .425* .303 .506** .724** .383* .724**
Sig. (2-tailed) .032 .001 .000 .002 .002 .000 .019 .104 .004 .000 .037 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X14 Pearson Correlation .456* .449* .186 .522** .552** 1 .056 .605** .460* .794** .377* .068 .377*
(5)
X17 Pearson Correlation .703** .334 .326 .626** .425* .605** .367* 1 .671** .773** .505** .232 .505**
Sig. (2-tailed) .000 .071 .078 .000 .019 .000 .046 .000 .000 .004 .217 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X18 Pearson Correlation .754** .097 .356 .469** .303 .460* .100 .671** 1 .660** .321 .030 .321
Sig. (2-tailed) .000 .609 .054 .009 .104 .011 .601 .000 .000 .083 .873 .083
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X19 Pearson Correlation .517** .567** .254 .538** .506** .794** .129 .773** .660** 1 .510** -.010 .510**
Sig. (2-tailed) .003 .001 .176 .002 .004 .000 .497 .000 .000 .004 .959 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X20 Pearson Correlation .471** .537** .689** .535** .724** .377* .662** .505** .321 .510** 1 .539** 1.000**
Sig. (2-tailed) .009 .002 .000 .002 .000 .040 .000 .004 .083 .004 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X23 Pearson Correlation .039 .107 .484** .260 .383* .068 .439* .232 .030 -.010 .539** 1 .539**
Sig. (2-tailed) .838 .573 .007 .166 .037 .723 .015 .217 .873 .959 .002 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y Pearson Correlation .471** .537** .689** .535** .724** .377* .662** .505** .321 .510** 1.000** .539** 1
Sig. (2-tailed) .009 .002 .000 .002 .000 .040 .000 .004 .083 .004 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(6)