大阪文化国際学校パダン分校 - OBKG PADANG: Buku Referensi terjemahan sampel

BAB I
APAKAH PEN ERJEM AH AN ITU ?
1.1 H akikat Penerjemahan

H akikat penerjemahan adalah penempatan posisi dan
kegiatan seorang penerjemah sebagai pembaca teks (yang akan
diterjemahkan), sekaligus sebagai penulis teks baru (hasil
terjemahan) ke dalam bahasa ibu. Kegiatan pada tataran
pembacaan dan penulisan teks baru tersebut dapat dikatakan
sebagai tindak komunikasi. Selanjutnya, seorang penerjemah
melalukan upaya pemahaman teks sumber yang akan
diterjemahkan dan yang terakhir ia melakukan upaya penyampaian
pahaman dalam bahasa ibu sebagai bahasa asasaran.
1.2 Definisi Penerjemahan

a. Terjemahan menurut Niimura adalah:
翻訳というのはある言語で表現された文書の内容を他の言語
に直すことである。
H onyaku to iu no w a aru gengo de hyoogensareta bunshoo
no naiyoo o hoka no gengo ni naosu koto de aru.
‘Terjemahan adalah penyelarasan (pengalihan) isi dari

kalimat yang diungkapkan dengan suatu bahasa ke dalam
bahasa lain.’
b. Pengertian terjemahan berdasarkan Nihongo Kyoiku Jiten
(Kamus Pendidikan Bahasa Jepang) adalah sebagai berikut:
ある国の言語文章を同じ意味のほかの国の言語文章におき
かえること。特に外国のちょさくぶつを自国語にやくし、
あういは自国語ののちょさくぶつを自国語にやくすことを
さす。また、自国語と関係なくある言語によるちょさくぶ
つをほかの言語にやくすことも行われる。まれに、わかり
にくい言葉やたくしゅうな言葉を一般的なやすい言葉にか
えるこという。

|1

‘M engganti suatu teks dalam suatu bahasa ke dalam teks
yang bermakna sama dalam bahasa lain. M enerjemahkan
hasil tulisan dalam bahasa asing ke dalam bahasa sendiri
atau menerjemahkan hasil tulisan dalam bahasa sendiri ke
dalam bahasa asing. Apabila hasil tulisan dalam suatu
bahasa tidak memiliki padanan dalam bahasa sendiri dapat

juga diterjemahkan menggunakan bahasa lain. Atau dengan
cara menerjemahkan suatu kata khusus atau kata yang sulit
diterjemahkan ke dalam kata yang umum atau mudah.’
Dari uraian di atas dapat digarisbaw ahi, bahw a setidaktidaknya ada empat hal sebagai syarat dalam proses penerjemahan.
Pertama, ada teks yang akan diterjemahkan yang berisikan suatu
materi tertentu dalam suatu bahasa. Kedua, teks tersebut tertulis
dalam bahasa sumber atau bahasa asing yang akan diterjemahkan.
Ketiga, akan tercipta teks baru dalam bahasa sasaran atau bahasa
target sebagai hasil terjemahan. Keempat, teks baru yang ditulis
dalam bahasa sasaran tersebut harus memiliki isi atau pesan yang
sama dengan teks yang terdapat dalam bahasa sumbernya.
M engenai kata khusus atau istilah khusus dalam
penerjemahan, dilakukan atau tidaknya, sangat tergantung kepada
sasaran pembaca yang ingin dicapai oleh seorang penerjemah. Jika
sasaran pembacanya adalah para pembaca yang berkecimpung di
bidang yang terkait dengan materi yang akan diterjemahkan atau
para pembaca yang memiliki minat terhadap bidang tersebut, maka
istilah-istilah khusus tersebut tidak perlu diterjemahkan, cukup
dijelaskan secara singkat saja. Akan tetapi, jika sasaran pembacanya
adalah masyarakat umum maka istilah-istilah tersebut perlu

dicarikan padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami dalam
bahasa sasaran.
Cabang linguistik yang memiliki kaitannya dengan masalah
kajian makna adalah semantik. Sejalan dengan pendekatan
linguistik tersebut, hal pertama yang harus dilakukan dalam
kegiatan menterjemahkan adalah; bagaimana kita dapat
menemukan padanan terjemahan berupa padanan kata, frase,
kalimat dan unsur-unsur bahasa sumber di dalam bahasa sasaran?.

|2

1.3 Rangkuman
Hakikat penerjemahan:
Penerjemah sebagai pembaca dan penulis: Tindak komunikasi:
Memahami dalam bahasa asing (bahasa sumber)
Menyampaikan pahaman dalam bahasa ibu (bahasa sasaran)
Ada empat hal sebagai syarat dalam proses penerjemahan:
Pertama, ada teks yang akan diterjemahkan yang berisikan suatu
materi tertentu. Kedua, teks tersebut tertulis dalam bahasa asing
sebagai bahasa sumber. Ketiga, terciptanya teks baru dalam bahasa

sasaran sebagai hasil terjemahan. Keempat, teks dalam bahasa
sasaran tersebut harus memiliki pesan yang sama dengan teks
bahasa sumbernya.
1.
2.
3.

1.4 Latihan

Jaw ablah pertanyaan berikut dengan jelas dan singkat.
1. Apakah penerjemahan itu?
2. Apakah hakikat penerjemahan?
3. H al-hal apa yang menjadi syarat dalam penerjemahan?
4. Apakakah bahasa sumber dan apakah bahasa sasaran itu?
5. Apakah pengertian makna padanan?
6. Bagaimana cara menerjemahkan kata-kata khusus yang tidak
memiliki padanannya dalam bahasa sasaran?

|3


BAB VII
KARAKTERISTIK BAH ASA SUM BER
Pada bahasan-bahasan
sebelumnya telah dijelaskan
bagaimana pentingnya penguasaan bahasa sumber (Bsu) dan
bahasa sasaran (Bsa) bagi seorang penerjemah. Sebagai bahasa
sumber atau bahkan mungkin juga sebagai bahasa sasaran, ada
baiknya bila kita sedini mungkin telah mengetahui atau menyadari
perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa tersebut, sehingga kita
akan selalu sadar akan perbedaan ini dan berhati-hati dalam
membuat terjemahan. Dengan demikian mudah-mudahan akan
menjadi penerjemah Jepang-Indonesia dalam kualitas terutama
kuantitas tertinggal jauh dengan bahasa asing lainnya.
Tentu saja kelak, dengan berkembangnya pengetahuan dasar
kita dalam bahasa Jepang, maka perbedaan-perbedaan inipun akan
terlihat lebih banyak lagi. Perbedaan yang dipermukaan di sini
hanyalah perbedaan yang dapat kita lihat dengan dasar
pengetahuan bahasa Jepang yang sudah kita peroleh selama satu
atau setengah tahun ini saja.
7.1 Perbedaan Gramatika

7.1.1 Susunan kata

Dalam frasa bahasa Indonesia kita mengenal apa yang
disebut hukum DM , yaitu kata yang diterangkan terletak di depan
kata yang menerangkan, misalnya ;
Bunga merah
D
M
Berbeda dengan susunan frasa bahasa Indonesia, susunan
frasa dalam bahasa Jepang berdasarkan hukum M D dimana yang
diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan,
contohnya :
Akai hana 赤い花 [akai = merah : hana = bunga]
M arilah kita lihat conoh-contoh lain di baw ah ini sambil
membandingkan letaknya:

|4

a. Susunan frasa yang terdiri atas frasa nomina (N P) dengan
|5

frasa nomina (N P).
Bahasa Jepang
Bahasa Indonesia
子供 の 靴
Sepatu anak
M
D
D
M

インドネシア の 旗 Bendera Indonesia
M
D
D
M
Kita lihat selain susuna M D dalam bahasa Jepang juga antara
frasa Nomina dengan frasa Nomina selalu diletakkan partikel N O,
kecuali untuk nama.
b. Susunan frasa yang terdiri atas frasa nomina dengan frasa
adjektiva (AP):

Bahasa Jepang
Bahasa Indonesia
高い山
Gunung tinggi
M
D
D
M
立派な建物
Gedung megah
M
D
D
M
Kita lihat bahw a i-keiyoshi atau frasa adjektiva tanpa ada
perubahan apa-apa sedangkan na-keiyoushi atau frasa nomina
adjektiva berubah menjadi な‘na’.
c. Susunan frasa yang terdiri atas frasa nomina (N P) dengan
frasa verba (VP):
Bahasa Jepang

Bahasa Indonesia

行く人
M D
行きたい人
M
D
行かない人
M
D
行った人
M
D

Orang yang pergi
D
M
Orang yang ingin pergi
D
M

Orang yang tidak pergi
D
M
Orang yang telah pergi
D
M

Kalau di atas kita melihat beberapa contoh susunan kalimat
yang menjadi kata keterangan dengan verba sebagai D, maka tentu |6
saja verba dan adjektiva pun dapat menjadi D, misalnya:
- 早く歩きます
H ayaku arukimasu.
‘berjalan cepat-cepat’
Adj. dengan verba
- 静かになります
Shizuka ni narimasu
‘menjadi tenang’
N omina Adjektiva dengan verba.
大 変 き
れいだ

Taihen kirei da
‘sangat cantik’
Adverbia dengan Nomina Adjektiva
7.1.2 Susunan kalimat

Susunan kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas SPO atau
Subjek-Predikat-Objek.
Dalam bahasa Jepang, predikat hampir selalu diletakkan
pada bagian akhir kalimat, sehingga susunannya yang lazim adalah
Subjek-Objek-Predikat. M arilah kita simak contoh-contoh kalimat
di baw ah ini:
Bahasa Indonesia
Bahasa Jepang_________
Saya makan kue
私は お菓子を食べます
S
P
O
S
O
P
M urid belajar bahasa Jepang 学生は日本語を習います
S
P
O
S
O
P
Perubahan bentuk pada verba dan adjektiva berbeda
dengan bahasa Indonesia, verba dan adjektiva dalam bahasa
Jepang mempunyai perubahan bentuk, misalnya :
a. Bentuk iku 行く ‘pergi’ dapat berubah menjadi :
ikanai 行かない ‘tidak pergi’
今日はどこへも行かない。

kyo w a doko e mo ikanai
‘H ari ini tidak pergi kemana-mana’
b. itta 行った ‘pergi : dalam bentuk lampau’
彼は先週の日曜日に行った。
kare w a senshu no nichiyobi ni itta
‘Dia pergi hari minggu yang lalu’
c. ikimasu 行きます ‘pergi : dalam bentuk sopan’
今日は9時に銀行へ行って,10 時半から 2 時まで日本語を習
って、1時ごろ家に着きました。
kyo w a kuji ni ginko e itte, jujihan kara niji made nihongo o
narate, ichiji goro uchi ni tsukimashita.
‘H ari ini jam 09:00 pergi ke bank, dari jam 10:30 sampai jam
12:00 belajar bahasa Jepang, dan kira-kira jam 13:00 tiba di
rumah.’
d.
Ikeba 行けば ‘jika pergi’
外国へ行けば珍しいものを見ることができます。
Gaikoku e ikeba mezurashi mono o miru koto ga dekimasu.
‘Jika pergi keluar negri, bisa melihat orang-orang aneh’.
Kemudian pada bentuk kelas kata lainnya. Bentuk kamus
adjektiva samui 寒い ‘dingin’ dapat berubah menjadi:
a. Samukunai 寒くない ‘tidak dingin’
12 月に入りましたが,寒くないですね。
Junigatsu ni hairimashita ga, samukunai desu ne.
‘sudah masuk bulan Desember, tetapi tidak dingin ya’.

b. Samukute 寒くて ‘dingin’: dalam bentuk menyambung
今年の冬は寒くて,風も強いです。
Kotoshi no fuyu w a samukute, kaze mo tsuyoi desu.
‘musim salju tahun ini dingin dan anginpun kencang’.
c. Samukatta 寒かった ‘dingin’ : dalam bentuk lampau
昨日は寒かったですが,今日は暖かいです。

|7

Kino w a samukatta desu ga, kyo w a atatakai desu.
‘kemarin dingin, tetapi hari ini hangat’
d. Samukereba 寒ければ ‘kalau dingin’
寒ければ、温かい服を着てください。
‘kalau dingin pakailah baju hangat’
Perubahan-perubahan seperti ini harus menjadi perhatian kita
sebagai penerjemah, terutama w aktu kita menerjemahkan dalam
bahasa Jepang.
1. Kata [tenses]
M eskipun tidak seperti pemakaian kata dalam bahasa Inggris,
Francis, Arab dan sebagainya, namun bahasa Jepang tidak pula
sama dengan bahasa Indonesia yang sama sekali tidak mempunyai
perubahan bentuk verba dan adjektiva yang berhubungan dengan
kala.
Sepintas boleh dikatakan bahw a bahasa Jepang hanya
mengenal kata lampau [pasa] saja, tetapi pemakaiannya tidaklah
semudah apa yang kita duga.
Beberapa contoh di baw ah ini akan memperlihatkan
pemakaian bentuk kala, perhatikanlah perbedaannya:
iku toki dengan itta toki [w aktu pergi]
a. 去年日本へ行く時に飛行機で山田さんと会いました。
kyonen N ihon e iku toki ni hikoki de Yamada san to
aimashita.
‘Pada w aktu pergi ke Jepang tahun yang lalu, di pesaw at
bertemu dengan pak Yamada.’
a. これは去年に日本へ行った時に,東京で買った靴です。
Kore w a kyonen ni N ihon e itta toki ni, Tokyo de katta kutsu
desu..
‘Ini adalah sepato yang dibeli di Tokyo w aktu pergi ke
Jepang tahun yang lalu’.
Kemudian, perlu diingat pemakaian kata, seperti berikut:

|8