Fungsi Dan Makna Arak Putih Dalam Budaya Masyarakat Tionghoa Di Medan 中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义分析 (Zhōngguó Báijiǔ Wénhuà Duì Mián Lán Huáyì De Zuòyòng, Yìyì Fēnxī)

(1)

FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN

中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义分析

(Zhōngguó báijiǔ wénhuà duì mián lán huáyì de zuòyòng, yìyì fēnxī

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

EIRENE P. NAPITUPULU 090710022

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013


(2)

The title of the paper is “Fungsi dan Makna Arak Putih dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan”. The Chinese people still carry on the tradition of white wine in the city of Medan.The purpose of the research is carried out to determine the function of white wine as a function of traditional medicine and the meaning of white wine as a spiritual significance in the Chinese community in the city of Medan. Methods of research conducted in this paper is a qualitative research method is descriptive. This paper used theory is the theory of functionalism and semiotic theory. Source of data obtained from several Chinese community in Medan, books and journals. This paper also described the history and the types of white wine. Types of white wine used in Medan is Samsu Putih and Sari Ketan. For the Chinese community in the city of Medan, they used white wine for rheumatism and gout, as a stamina enhancer, as drug waist and bones and helps cleanse the blood after childbirth. And the meaning of white wine is as spiritual sense. Chinese people during praying to the gods or ancestors, presenting offerings seem habits. One of the perks such as white wine which is a sign of respect. Where the white wine has the symbol of sacrifice. They assume that the gods or ancestors need to be respected and white wine is a beverage that is very valuable to offer.

Key words: Chinese culture; wine; white wine


(3)

Penulis mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat dan karunianya sehingga penyusunan dan penulisan skripsi dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Fungsi dan Makna Arak Putih dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan” ini masih belum sempurna karena keterbatasan dan daya serap penulis masih kurang. Untuk itu, penulis berharap saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami banyak hambatan mulai dari perencanaan sampai penyelesaiannya. Tetapi, berkat ketekunan dan dorongan dari berbagai pihak baik moril dan materil, skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.,selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta telah sabar membimbing saya untuk menulis.


(4)

4. Ibu Cao Xia, MTCSOL., selaku dosen pembimbing II, yang telah menyediakan waktu untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini ke dalam bahasa Mandarin.

5. Yang terhormat, seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program Studi Sastra Cina dan seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Cina lainnya yang telah memberikan ilmu dan didikan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan ibu staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi tentang budaya arak putih dalam masyarakat Tionghoa.

8. Orangtuaku tercinta, ayahanda Olden Napitupulu dan ibunda Regina Tampubolon yang setia memberikan dukungan terhadap saya, baik dukungan moral, kasih sayang, doa dan bentuk materil.

9. Saudara-saudaraku tercinta, Anju Napitupulu, Josua Napitupulu, Wundung Napitupulu, Radot Napitupulu, Juni Yanti Napitupulu dan Geby Napitupulu, terkhususnya keluarga besar NAPITUPULU yang selalu setia memberikan dukungan.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara stambuk 2009, Fenny, Anne, Junita, Monika, Novia, Yaser, Juan, Alfian, Roy, Jun P, Mayra, Stefani, Daixixi,


(5)

Harry, Yurisa, Efi, Devi, Harry, Fitria, Elvy, Denbay, Dita, Tiwi, Indri, Rahma, Tri, Sofia .

11.Kakak, abang dan sahabat serta adik Sastra Cina yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, Terimakasih untuk doa dan dukungannya.

12.Untuk kakak, sahabat, teman, adik-adik Asrama Putri Universitas Sumatera Utara, Kak Bemvi, Kak Citra, Kak Cory, Kak Irma, Kak Betty, Fenny, Anne, Monika, Nyerli, Shinta, Delvina, Dina, Pesta, Romian, Rani, Ivo, Devi, Bernadetta, terimakasih telah memberikan dukungan dan semangat buat saya. Terkhususnya Shinta, teman saya bimbingan, suka dan duka kita lewati bersama dalam bimbingan dengan mengendarai sepeda. terimakasih sahabatku.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terimakasih.

Medan, Agustus 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· ii

DAFTAR ISI ··· ···· ···· ···· ··· ··· ··· ·· ··· ·· ·· ··· ·· ··· ·· v

DAFTAR GAMBAR ··· ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· viii

BAB I PENDAHULUAN · ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· 1

1.1Latar Belakang Masalah ··· 3

1.2Batasan Masalah ··· 3

1.3Rumusan Masalah ··· 4

1.4Tujuan Penelitian ··· 4

1.5Manfaat Penelitian ··· 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ··· 4

1.5.2 Manfaat Praktis ··· 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI · · · · ·· · · 6

2.1Tinjauan Pustaka ··· 6

2.2Konsep ··· 7

2.2.1 Fungsi ··· 8

2.2.2 Makna ··· 8

2.2.3 Arak ··· 9

2.2.4 Arak Putih ··· 12

2.2.5 Kebudayaan ··· 13

2.2.6 Masyarakat Tionghoa ··· 14

2.3Landasan Teori ··· 15

2.3.1 Teori Fungsionalisme ··· 16


(7)

BAB III METODE PENELITIAN · ···· ·· ·· ·· · ·· ·· · ·· · ·· ··· · · ·· · ·· · · ·· · ·· · ·· · ·· 19

3.1Data dan Sumber Data ··· 20

3.2 Teknik Pengumpulan Data ··· 20

3.2.1 Wawancara ··· 20

3.2.2 Observasi ··· 21

3.2.3 Studi Pustaka ··· 22

3.3 Teknik Analisa Data ··· 22

3.4 Lokasi Penelitian ··· 23

BAB IV GAMBARAN UMUM ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ··· ·· · 24

4.1Masyarakat Tionghoa di kota Medan ··· 24

4.1.1 Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa ··· 24

4.1.2 Bahasa ··· 26

4.1.3 Sistem Kemasyarakatan ··· 27

4.1.4 Mata Pencaharian ··· 28

4.2Gambaran Umum Budaya Masyarakat Tionghoa ··· 30

4.3Sejarah Arak Putih ··· 30

4.4Jenis-jenis Arak Putih ··· 31

4.4.1 Guizhou Maotai Jiu ··· 31

4.4.2 Wuliangye ··· 32

4.4.3 Fenjiu ··· 32

4.4.4 Huzhou Laoyao ··· 33

4.4.5 Gujiang gongjiu ··· 34

4.4.6 Quanxingdaqu ··· 34

4.4.7 Jiannanchun ··· 35

4.4.8 Dongjiu ··· 35

4.4.9 Langjiu ··· 36

4.4.10 Shuanggou Daqu ··· 37

4.4.11 Taibian mingjiu ··· 37


(8)

4.4.13 Sari Ketan ··· 39

BAB V FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN · · ·· · ·· ·· · · ·· · ·· · ·· · · 41

5.1 Fungsi Arak Putih sebagai Obat ··· 42

5.1.1 Sebagai Obat Rematik dan Asam Urat ··· 43

5.1.2 Sebagai Penambah Stamina ··· 44

5.1.3 Sebagai Obat Pinggang dan Tulang ··· 45

5.1.4 Membantu membersihkan darah setelah melahirkan ··· 45

5.2 Makna Arak Putih ··· 49

5.2.1 Makna Spiritual ··· 49

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ·· ·· ·· ··· · ·· · ·· ·· · · · ·· ·· · · ·· · ·· · ·· · · 51

6.1Simpulan ··· 52

6.2Saran ··· 54

DAFTAR PUSTAKA · · ·· · ·· ·· ·· ···· ·· ·· ·· ···· ··· · · ·· ·· · · · ·· ·· · · ·· · · ·· 53


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Guizhou maotai jiu

Gambar 4.2 Wuliangye

Gambar 4.3 Fenjiu

Gambar 4.4 Huzhou

Gambar 4.5 Gujiang gongjiu

Gambar 4.6 Quanxingdaqu

Gambar 4.7 Jiannanchun

Gambar 4.8 Dongjiu

Gambar 4.9 Langjiu

Gambar 4.10 Shuanggou daqu

Gambar 4.11 Taibian mingjiu

Gambar 4.12 Samsu Putih

Gambar 4.13 Sari Ketan


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti bercocok-tanam (culvation) atau disebut juga mengerjakan tanah, mengelolah, memelihara ladang (Poerwanto, 2005:51). Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta

yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal), yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1982:9).

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2005:25).

Cina merupakan salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Cina dikenal sebagai bangsa dengan peradaban yang begitu tinggi. Masyarakat dunia mengenal nilai-nilai budaya Cina sebagai sesuatu yang terus-menerus berkembang. Salah satu contoh yaitu tradisi minum arak. Tradisi minum arak memiliki sejarah selama ribuan tahun dan dikenal di Cina bahkan seluruh dunia.

Arak adalah minuman keras yang difermentasikan. Kata arak, dalam Bahasa Mandarin adalah jiǔ (hanzinya: 酒). Kata ini digunakan untuk semua jenis minuman yang mengandung alkohol. Arak memiliki hubungan yang sangat dekat dengan budaya Cina baik di zaman kuno maupun di zaman modern. Lin Chao dalam bukunya


(11)

The Spring and Autumn in the Cup (2000), menjelaskan bahwa minum arak tidak hanya sekedar berhubungan dengan makan dan minum saja, tetapi dari tradisi ini kita dapat belajar banyak hal dalam aspek kehidupan, misalnya: dalam bidang religi, etika, moral, ekonomi, politik dan kekuasaan.

Arak selalu dikaitkan dengan persahabatan baru, baik hubungan pribadi, politik dan dagang. Arak menjadi bagian dari kehidupan politik karena fakta membuktikan bahwa banyak kaisar dan menteri Cina kuno menyukai arak dan itu sering mempengaruhi kehidupan, kekuasaan dan kehancurannya. Contohnya, pada tahun 961 Kaisar Taizu dari Dinasti Song kehilangan seorang komandan militer karena kasus kesalahan komando (perintah) saat melayani persembahan arak. Begitu juga ketika terjadi hubungan persahabatan baru ataupun kesepakatan dagang, selalu ditandai dengan tradisi minum arak.

Dahulu, arak merupakan salah satu jenis minuman yang disukai oleh masyarakat Tionghoa. Jika arak tidak ada pada saat upacara pernikahan, upacara kematian, perayaan hari besar, berkumpul bersama dengan teman dan acara-acara tertentu maka acara tersebut tidak akan dimulai. Pada masa sekarang, jika arak tidak ada dalam acara penting tersebut, maka acara dianggap sangat tidak sempurna.

Salah satu jenis arak yang akan diteliti pada penelitian ini adalah arak putih. Arak putih merupakan minuman keras yang unik, sebagai minuman tradisional yang terkenal dan diproduksi secara luas di seluruh negeri Cina. Arak putih adalah minuman keras yang dihasilkan dengan destilasi atau penyulingan dan memiliki banyak jenis.


(12)

Arak putih memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, pelunak makanan yang dibakar (seperti ikan bakar, daging panggang atau barbeque). Arak putih juga bisa berbahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara sembarangan dan berlebihan.

Selain dari fungsi, arak putih juga memiliki makna yaitu makna spiritual dimana masyarakat Tionghoa meyakini pengaruh arak putih terhadap dewa dan leluhur sebagai suatu penghormatan. Masyarakat Tionghoa masih meneruskan tradisi arak putih tersebut termasuk juga masyarakat Tionghoa yang berada di Kota Medan.

Fenomena yang dapat ditemui salah satu contohnya adalah pada saat mereka melakukan sembahyang. Di meja altar tersebut ada beberapa makanan dan minuman yang telah disediakan untuk persembahan kepada dewa dan leluhur. Salah satu minuman yang terdapat di meja altar tersebut adalah arak putih.

Hal ini menarik buat penulis karena walaupun mereka udah menetap di Indonesia tetapi mereka tetap melakukan tradisi leluhur. Begitu juga jika masyarakat Tionghoa sakit, mereka cenderung masih lebih menggunakan arak putih sebagai obat daripada obat-obatan medis atau kedokteran.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti makna dan fungsi arak putih pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan karena tradisi arak putih ini tetap dilakukan sampai saat ini.


(13)

1.2 Batasan masalah

Karena luasnya ruang lingkup tentang arak putih, maka penulis membatasi masalah pada fungsi arak putih sebagai obat tradisional dan makna arak putih sebagai makna spiritual terhadap masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

1.3 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apa fungsi arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan? 2. Apa makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui fungsi arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap fungsi dan makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa adalah :

1. Mengetahui dan menambah wawasan tentang fungsi arak putih bagi masyarakat Tionghoa.


(14)

3. Sebagai sumber pengetahuan bagi penulis di bidang kebudayaan dan dapat dijadikan sebagai sumber penelitian selanjutnya oleh masyarakat secara luas.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktisnya adalah sebagai informasi kepada masyarakat atau kalangan umum yang berminat atau tertarik pada kebudayaan Cina, khususnya tentang tradisi minuman arak Cina.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Uraian yang terdapat pada bab dua yaitu terdiri dari tinjauan pustaka, konsep dan landasan teori tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat Tionghoa.

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon (KBBI, 2003:912). Jadi, tinjauan pustaka yaitu hasil meninjau, pandangan, pendapat terhadap buku-buku maupun jurnal-jurnal yang sudah diselidiki atau dipelajari sebelumnya.

Jurnal 中国白酒文化的剖析Zhongguo baijiu wenhua de pouxi (Zhang Guo Hao, dkk, 2008). Terjemahan jurnal tersebut adalah Analisis Budaya Arak Putih. Dalam jurnal ini, peneliti membahas arak putih dari aspek sejarah, ekonomi dan psikologi. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa penjelasan singkat mengenai sejarah arak putih di Cina.


(16)

Jurnal 传统文化元素—白酒文化的助推器 Chuantong wenhua yuanxu-baijiu wenhua de zu tuiqi (Wu Xin Ran, 2008). Terjemahan jurnal ini adalah Unsur Tradisi Budaya- Alat Pedoman Budaya Arak Putih. Jurnal ini menganalisa minuman arak putih Cina dan mencari tahu kisah sukses dari budaya arak putih yang menggunakan unsur-unsur budaya tradisional. Selain itu juga menjelaskan beberapa masalah yang mempengaruhi perkembangan merek minuman arak putih. Tulisan ini memberikan kontribusi tentang sejarah singkat dan perkembangan arak putih di Cina.

Buku 中国酒文化 Zhongguo jiu wenhua (Lijingping, 2007). Terjemahan buku tersebut adalah Budaya Minuman Keras Cina. Dalam buku ini, penulis menulis tentang sejarah arak, jenis-jenis arak, tradisi dan upacara arak, nama-nama penyair yang terkenal erat dengan arak dan lain-lain. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa paparan jenis-jenis arak putih di Cina.

Dari uraian diatas, penelitian terhadap Fungsi dan Makna Arak Putih Dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan teori Fungsionalisme dan teori Semiotik.

2.2 Konsep

Konsep merupakan suatu pernyataan singkat tentang fenomena. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir (Hamidi, 2010) .


(17)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Oleh karena itu konsep yang ada dalam penelitian ini adalah mengenai :

2.2.1 Fungsi

Dalam pengertian sehari-hari, fungsi adalah guna atau manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:323) fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat.

Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap pola kelakuan, setiap kepercayaan dan sikap menjadi suatu kebiasaan. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai suatu pedoman hubungan antar manusia atau kelompok, wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya, pembimbing kehidupan manusia dan sebagai pembeda antar manusia dan binatang. (Soekanto, 2009:155)

2.2.2 Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703), makna adalah :


(18)

2. Pengertian yang diberikan kepada benda kebahasaan.

3. Aktif makna emotif, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses dan kegiatan.

Makna secara budaya yaitu arti yang terkandung dalam budaya tersebut. Dimana setiap tradisi memiliki arti atau maksud tertentu. Makna kebudayaan adalah arti dari setiap tradisi atau kebiasaan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat.

2.2.3 Arak

Arak merupakan salah satu minuman keras yang memiliki kandungan etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Dalam bahasa mandarin kata arak yaitu 酒 (baca: jiǔ) artinya kata yang digunakan untuk semua jenis minuman yang mengandung alkohol.

Hamami Amiek (2005:3) menyatakan pembuatan minuman keras sebagai berikut:

“Berdasarkan pembuatannya, minuman keras terbagi atas 2 golongan yaitu minuman keras hasil fermentasi dan minuman keras hasil destilasi atau penyulingan. Fermentasi dalam bahasa Indonesia artinya peragian yaitu proses pemecahan zat gula dalam bentuk cair menjadi alkohol dan CO2 dengan bantuan ragi. Hasil fermentasi mempuyai kadar alkohol maximum 15%. Sedangkan minuman keras hasil destilasi atau penyulingan adalah dari proses pemanasan dan pendinginan kembali. Maksudnya untuk memperoleh kadar alkohol yang


(19)

lebih tinggi karena itu untuk maksud tersebut sering dilakukan dua atau tiga kali penyulingan, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan tinggi sekali ”

Asal usul minuman beralkohol dari fermentasi biji-bijian belum dapat ditelusuri dengan pasti. Arak merupakan salah satu jenis minuman budaya masyarakat Tionghoa. Arak sejak dulu selalu dikaitkan dengan penyajian makanan atau perayaan dan upacara tradisional seperti perkawinan dan kematian. Arak juga digunakan sebagai alat rekreasi karena sifat perangsang yang dimilikinya. Salah satu contohnya adalah sekelompok penyair yang minum sampai mabuk untuk merangsang kecakapan kreatifnya. Mereka disebut penyair Naga Mabuk. (Boye De Mente, 1991:255)

Arak juga berhubungan dengan pergaulan, membina baik yang berhubungan dengan pribadi, politik dan dagang. Ada beberapa kisah tentang perkembangan kehidupan, kekuasaan maupun kehancuran kaisar dan menteri pada zaman Cina kuno karena pengaruh arak. Demikian juga dengan fakta tentang terjadinya kehancuran kehidupan usaha ekonomi.

Budaya minum arak mempunyai sejarah yang panjang di Cina. Arak telah diproduksi dan digunakan sejak zaman kuno dan sering menyebabkan kesalahpahaman yang besar karena pengaruh alkohol yang menyebabkan mabuk. Boye De Mente, dalam buku Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina (1991:255) menjelaskan :

“Pembuatan, penjualan dan pemakaian arak berulang-ulang dilarang dan diizinkan sebanyak empat puluh satu kali selama 2400 tahun antara Dinasti Chou dan Dinasti Mongol. Pada tahun 1127, seorang penerbit mempublikasikan petunjuk penyulingan yang lengkap untuk segala jenis anggur dan minuman keras yang dibuat di negeri Cina.”


(20)

Arak merupakan minuman yang penting pada acara santai maupun perjamuan resmi. Pada saat acara perjamuan, masyarakat Tionghoa cenderung menganggap makan itu tidak nikmat tanpa sajian minuman arak. Itulah sebabnya pada waktu makanan disediakan di atas meja terdapat tiga gelas disamping piring yaitu: satu untuk bir yang paling bagus (large bir) yang umumnya bisa memabukkan tetapi tidak begitu keras, satu untuk anggur (tipe vermut atau di Cina ada yang manis seperti sirup anggur yang diproduksi sendiri) dan gelas yang kecil untuk minuman keras seperti maotai yang dibuat dari sorghum dengan kadar 65%-70%.

Maotai pada umumnya dipakai untuk toas, dalam Bahasa Inggris disebut “cheers”. Persamaan mengenai cheers di Cina adalah mengucapkan selamat sambil angkat gelas untuk toas. Dalam bahasa mandarinnya disebutkan “gānbēi” 干杯 yang arti literaturnya adalah gelas kering (Helmut Morsbach 1993:75-76). Setiap orang Tionghoa minum arak dan mengatakan toas maka terlihat mereka langsung meminumnya sampai habis atau gelasnya terlihat kosong.

Maotai adalah salah satu jenis arak putih yang terkenal. Arak memiliki banyak jenis yaitu arak putih (báijiǔ 白酒 ), arak kuning (huángjiǔ 黄酒 ), bir (píjiǔ啤酒 ), arak buah (guǒjiǔ果酒 ) dan pèizhì jiǔ配制酒 (Lijingping, 2007:48).


(21)

2.2.3.1Arak Putih

Di berbagai negara, seni membuat arak dan penyulingannya sangat rumit. Hal ini dikarenakan asalnya bervariasi. Teknik membuat arak putih sampai saat ini masih terus berkembang.

Larutan alkohol murni tidak memiliki aroma dan rasa, tetapi minuman keras arak putih memiliki aroma, rasa yang unik dan warna. Hal ini karena di dalam arak putih tidak hanya mengandung alkohol tetapi juga mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan berbagai vitamin. Salah satu keistimewaan Cina adalah penyulingan arak putih. Arak putih dibuat dari biji-bijian yang difermentasikan dengan ragi lalu disuling. (Lijingping, 2007:49).

Arak putih memiliki banyak jenis. Salah satu arak putih Cina yang umum dipakai adalah maotai. Maotai merupakan minuman resmi pemerintah Cina yang paling terkenal yang dibuat dari sorghum. Kadar alkoholnya berkisar 140-150 cc per liter. Tidak semua pedagang atau pejabat Cina kebal terhadap pengaruhnya seperti sering terjadi. Banyak yang menggantinya dengan air atau cairan lain yang tidak berwarna. Itu adalah suatu taktik yang harus selalu diingat oleh penguasa asing (Boye De Mente, 1991: 258).

Fungsi arak putih yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, pelunak makanan yang dibakar (seperti ikan bakar, daging panggang atau barbeque).


(22)

2.2.4 Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari Bahasa Sanskerta buddahyah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal (Koentjaraningrat, 2002:181). Adapun istilah culture, yang berasal dari kata Latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut yaitu colere

kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto, 2003:172).

Defenisi kebudayaaan menurut E.B Tylor (1871:1) adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:113) juga mengemukakan pendapat bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Soerjono Soekanto (2003:173) menjelaskan mengenai karya, rasa dan cipta sebagai berikut,

“Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Didalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan antara lain yang menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta merupakan baik yang


(23)

berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:432), kebudayaan adalah :

1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan dan adat- istiadat.

2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya.

Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaaan dapat berubah seiring perkembangan, dalam arti dinamis.

2.2.5 Masyarakat Tionghoa

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu yang mengikuti aturan-aturan yang ada untuk menuju kepentingan dan tujuan bersama. Defenisi masyarakat menurut Selo Soemardjan (1997:29) ialah orang orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koenjaraningrat, 2002:146).


(24)

Tionghoa adalah salah satu etnis yang telah lama tinggal di Indonesia. Etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas yang jumlahnya sedikit di Indonesia dan merupakan etnis pendatang yang berasal dari bagian tenggara Cina. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan masyarakat Tionghoa ini mulai diakui oleh masyarakat asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya libur Nasional untuk Hari Raya Imlek. Masyarakat Tionghoa memiliki berbagai jenis kebudayaan yang unik dan menarik.

Masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia sebagian besar menetap di Pulau Jawa. Selain daerah tersebut, masyarakat Tionghoa juga menetap dalam jumlah besar di daerah perkotaan seperti di Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan.

2.3 Landasan Teori

Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori merupakan rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan.

Adapun teori yang penulis gunakan adalah teori fungsionalisme dan teori semiotik.


(25)

2.3.1 Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi (pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Dalam Warsani (1978:111), Malinowski mengemukakan,

“Setiap kebudayaan yang hidup merupakan kesatuan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, tidak ubahnya sebagai suatu tubuh yang hidup dimana setiap bahagian mempunyai fungsi yang berhubungan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dipelajari dan dipahami, kalau tidak dihubungkan dengan kebudayaan sebagai keseluruhan”.

Malinowski beranggapan bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Beliau menjelaskan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Penulis menerapkan teori ini karena penulis ingin melihat bahwa arak putih memiliki fungsi yang saling mendukung dalam beberapa budaya masyarakat Tionghoa. Dimana arak putih itu memiliki fungsi yang bermacam-macam terhadap budaya Cina yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur,


(26)

sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, membawa sukacita, melupakan kekhawatiran, memperpanjang usia, pelunak makanan yang dibakar. Dan pada dasarnya penulis ingin melihat fungsi sebagai obat dalam budaya masyarakat Tionghoa.

2.3.2 Teori Semiotik

Dalam membahas makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa secara lebih mendetail, penulis menggunakan teori Semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu popular. (Endaswara, 2008:64)

Menurut Barthes (Kusumarini, 2006), denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.


(27)

Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Oleh karena itu, penulis juga menggunakan teori semiotik untuk membahas makna arak putih terhadap masyarakat Tionghoa.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Tahapan tersebut diawali dengan menggunakan sebuah pendekatan sampai pada teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Pendekatan sering disamakan dengan metode. Jika ditelusuri lebih jauh maka pendekatan akan lebih dekat dengan pembicaraan suatu ilmu, sedangkan metode mengarah pada teknik pengumpulan dan penganalisisan data.

Menurut Djajasudarma (1993:3), metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam menggunakan data). Penelitian fungsi dan makna arak putih Cina pada masyarakat Tionghoa menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh.

Kedalaman data yang dimaksud yaitu dimana peneliti mengejar dan mencoba mencari kedalaman data untuk mendapatkan jawaban tentang kondisi penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan menjelaskan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat.


(29)

3.1 Data dan Sumber Data

Data merupakan hal yang sangat penting bagi setiap penulis dalam melakukan sebuah penelitian. Data adalah kumpulan kejadian yang benar dan nyata yang dapat dijadikan bahan kajian atau analisis. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data masyarakat Tionghoa di Kota Medan, internet, buku-buku dan jurnal-jurnal.

Sumber data adalah semua orang atau benda yang dapat memberikan informasi. Adapun sumber data primer diperoleh dari informan atau orang yang diwawancarai sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari buku dan jurnal.

3.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.1 Wawancara

Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden dimana peneliti akan memperoleh data-data atau informasi yang lebih aktual dan rinci. Koenjaraningrat (1981:136) mengatakan bahwa, “…kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu : persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara.”

Sedangkan pendapat Soerharto (1995:67) mengatakan bahwa, “…wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan


(30)

secara langsung oleh pewawancara, jawaban reponden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).”

Penulis menggunakan metode yang telah dikemukakan oleh Koenjaraningrat dan Soerharto demi kelancaran wawancara. Sebelum melakukan wawancara, penulis mempersiapkan beberapa daftar pertanyaan dan tape recorder. Pada kegiatan wawancara, penulis mengajukan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan dan responden menjawab lalu penulis mencatatnya. Pencatatan hasil wawancara ada beberapa yang tidak sempat dicatat, oleh karena itu tape recorder berfungsi sebagai pemutaran ulang agar dapat didengar ulang oleh penulis.

Wawancara dilakukan penulis dengan beberapa masyarakat Tionghoa yang ditemui di Yayasan Balai Persemayaman Angsarapura, masyarakat yang berada di restoran kota Medan, masyarakat yang berada di pasar kota Medan dan beberapa mahasiswa etnis Tionghoa yang berada di Kota Medan.

3.2.2 Observasi

Teknik observasi disebut juga teknik pengamatan yaitu setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dengan menggunakan indera penglihatan atau dengan arti lain yaitu melihat tanpa melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69). Peneliti berusaha dapat diterima sebagai warga atau orang yang sedang mengumpulkan data para responden. Teknik ini berfungsi untuk menghilangkan rasa kecurigaan para subjek terhadap kehadiran peneliti.


(31)

Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi/ pengamatan terhadap upacara kematian budaya Tionghoa dan melihat beberapa sesajian yang disediakan dalam upacara tersebut termasuk salah satunya arak putih.

3.2.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Kegiatan studi kepustakaan dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan dalam melengkapi penulisan dan penyesuaian data dari hasil wawancara. Dalam penelitian ini, penulis mencari sumber bacaan, buku-buku atau tulisan yang berhubungan dengan arak putih dan menyesuaikannya dengan data dari hasil wawancara.

3.3Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan antarkonsep (Hamidi, 2010:97). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Peneliti mengupayakan kedalaman data untuk menjawab keseluruhan pertanyaan penelitian secara spesifik.


(32)

Peneliti melakukan proses : wawancara terhadap beberapa masyarakat Tionghoa yang menggunakan arak putih, mengumpulkan buku-buku atau jurnal-jurnal yang mendukung dalam penulisan ini dan memilih data yang dianggap penting dalam penyusunan penelitian ini. Lalu, berdasarkan data-data yang diambil, penulis membuat kesimpulan dari hasil yang diteliti.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kota Medan dimana saya mendatangi beberapa tempat seperti Yayasan Balai Persemayaman Angsapura, di kampus Universitas Sumatera Utara, di restoran yang berada di daerah Multatuli, di pasar dan tempat lainnya yang berada di Kota Medan.


(33)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Pada bab empat ini, peneliti membahas tentang bagaimana masyarakat Tionghoa di kota Medan, bagaimana budaya masyarakat Tionghoa, sejarah arak putih dan jenis-jenis arak putih.

4.1 Masyarakat Tionghoa di Kota Medan 4.1.1 Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tionghoa atau biasa disebut juga Cina, merupakan salah satu etnis yang ada di Indonesia yang sebelumnya adalah etnis pendatang yang tinggal menetap dan berbaur dengan penduduk asli. Biasanya mereka menyebut dirinya

dengan istilah Tenglang Tengnang Thongnyin

Dalam bahasTangren (唐人) atau lazim

disebut dengan Huaren (华人) . Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Tangren

adalah orang Tionghoa yang mayoritas berasal dari Cina Selatan dan menyebut dirinya sebagai orang Tang, sementara orang Cina Utara menyebut dirinya sebagai ora


(34)

Leluhur masyarakat Tionghoa bermigrasi secara bergelombang sejak ribuan

tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam

sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk.

Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia telah

berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina.

Migrasi kelompok masyarakat Tionghoa ke Indonesia khususnya Medan, dapat digolongkan menjadi 3 tahapan. Gelombang kedatangan mereka disebabkan oleh latar belakang tertentu yang datang dari negara Cina sendiri maupun dari Indonesia.

Kedatangan gelombang pertama terjadi sebelum datangnya Belanda ke Indonesia. Tujuan gelombang pertama adalah sebagai kelompok pedagang tetapi karena beberapa faktor, kelompok tersebut akhirnya tinggal dan menetap di Indonesia. Kelompok pertama ini dikatakan sebagai kelompok etnis Cina Peranakan, dimana budaya asli masyarakat Tionghoa mulai berkurang dan mereka lebih banyak mengikuti budaya lokal.

Gelombang kedua terjadi karena faktor dari dalam Nusantara sendiri yaitu setelah masa eksploitasi Belanda terhadap sistem perekonomian di Indonesia. Perdagangan yang dibuka oleh Belanda, khususnya kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Aktivitas VOC berpusat di Pulau Jawa, sehingga kelompok migran Cina pada masa itu berpusat di Pulau Jawa.


(35)

distributor pertama yaitu Cina dan seterusnya akan diserahkan kepada distributor kedua yaitu VOC.

Kedatangan gelombang ketiga masyarakat Tionghoa karena faktor tenaga kerja yang dijadikan sebagai buruh di perkebunan Sumatera Timur. Hal ini merupakan aktivitas baru yang dilakukan mayarakat Tionghoa. Mereka yang didatangkan langsung dari negeri Cina ke Medan sebagai buruh yang siap kerja di perkebunan.

Tjong A Fie adalah seorang tandel yang bertugas sebagai kepala rombongan dan bertanggung jawab penuh kepada kelompok masyarakat Tionghoa selama masa kontrak di perkebunan milik Belanda yang sebelumnya melakukan kontrak kerja di Medan. Kehidupan di perkebunan mengawali aktivitas masyarakat etnis Tionghoa pada gelombang ketiga.

4.1.2 Bahasa

Di Medan (Sumatera Utara), orang Cina lebih senang disebut orang Tionghoa. Hal ini dikarenakan Tionghoa menunjukkan makna kultural dibanding dengan penyebutan orang Cina yang menunjukkan makna geografis. Dalam kehidupan sehari-hari istilah ini sama-sama dipergunakan. Bahasa yang umum digunakan adalah Bahasa Hokkian, bukan Bahasa Mandarin. Hal ini karena mereka lebih akrab dengan Bahasa Hokkien. Kedua bahasa ini juga tetap diajarkan dan dipraktekkan kepada anak-anak mereka atau generasi muda Tionghoa.


(36)

4.1.3 Sistem Kemasyarakatan

Dalam masyarakat Tionghoa di Indonesia ada perbedaan antara lapisan buruh dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya, tetapi perbedaan ini tidak begitu ditunjukkan. Hal ini disebabkan karena sering masih adanya ikatan kekeluargaan antara si buruh dan si majikan.

Tionghoa Peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa dirinya lebih tinggi dari Tionghoa Totok yang umumnya berasal dari kuli dan buruh. Sebaliknya Tionghoa Totok menganggap rendah Tionghoa Peranakan karena mereka dianggap mempunyai darah campuran.

Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa yaitu sebagian yang mengikuti pendidikan Cina berorientasi ke negara Cina dan sebagian lagi mengikuti pendidikan Indonesia dan Barat maka, telah timbul pemisahan antara golongan yang berpendidikan. Masing- masing menganggap diri lebih baik.

4.1.4 Mata Pencaharian

Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa ke Medan dapat kita ketahui bahwa mata pencahariannya adalah sebagai pedagang, bekerja di bidang bisnis dan petani.

Saat ini, masyarakat Tionghoa lebih dominan bekerja sebagai pedagang dan di bidang bisnis. Mereka dikenal gigih, ulet dan memiliki jaringan yang baik dengan


(37)

sesamanya sehingga dapat membuat masyarakat setempat atau pribumi merasa iri hati atas keberhasilan mereka di bidang ekonomi.

4.2 Gambaran Umum Budaya Masyarakat Tionghoa

Budaya Tionghoa merupakan salah satu budaya yang paling tua dan kompleks di dunia. Keturunan Tionghoa banyak terdapat di hampir seluruh belahan dunia. Kebudayaan Tionghoa banyak dikenal secara luas. Banyak klenteng yang telah dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan masyarakat mulai mengerti ritual dan budaya Tionghoa.

Budaya masyarakat Tionghoa yang telah dikenal luas mencakup kepercayaan, perayaan-perayaan, bahasa, musik, kesenian, makanan, minuman, pakaian, obat-obatan dan sebagainya. Contoh perayaan yang dimaksud adalah perayaan pernikahan, perayaan kematian, kelahiran, Imlek, Cengbeng dan perayaan lainnya. Budaya-budaya tersebut memiliki hubungan antara satu sama yang lain.

Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa yaitu makanan dan minuman. Menurut Dorothy Perkins (1999:104-105), “seni makanan dan minuman telah lama dikembangkan secara tinggi di Cina”. James Danandjaja (2007:417) juga berpendapat bahwa, “makanan dan minuman selalu memegang peranan utama dalam adat-istiadat, festival, upacara-upacara seperti kelahiran, pernikahan, pemakaman, sesajian dan lain- lain.


(38)

Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur. Mereka adalah masyarakat yang berpegang teguh terhadap kebudayaan dan berusaha mempertahankan tradisi-tradisi leluhur serta adat istiadat. Seperti mempercayai arwah leluhurnya yang tampak dari kebiasaan menyediakan sesajian kepada nenek moyang. Adat istiadat ini merupakan suatu bentuk penggambaran kebiasaan sehari-hari, tradisi dan mitos yang berkembang di masyarakat.

Masyarakat Tionghoa memiliki tiga ajaran pokok yang dikenal dengan sebutan Tridarma. Ketiga ajaran tersebut terdiri dari Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme. Sebagian besar agama dan kepercayaan masyarakat Tionghoa berasal dari ketiga ajaran tersebut dan biasanya dalam praktek masyarakat Tionghoa menggabungkan ketiga ajaran tersebut menjadi satu. Penggabungan ketiga ajaran tersebut terlihat pada pemujaan terhadap nenek moyang.

4.3 Sejarah Arak Putih

Arak telah terkenal di Cina beberapa ribuan tahun yang lalu dan diproduksi serta digunakan sejak zaman kuno. Sebuah legenda mengatakan bahwa pembuat arak pertama kali adalah Yidi sekitar 2100 sebelum Masehi. Legenda lain mengatakan kalau Dukang adalah pencipta arak.

Sejarah singkat penggunaan arak putih sebagai obat tradisional adalah pada zaman dinasti Xia, Shang dan Zhou. Pada dinasti tersebut berkuasa di Cina sudah muncul obat arak putih. Arak putih pada zaman tersebut telah disambut oleh


(39)

masyarakat Tionghoa sebagai salah satu bahan untuk perawatan kesehatan. Dokter-dokter Cina pada zaman tersebut telah merekomendasikan arak putih sebagai obat untuk berbagai penyakit.

Menurut buku Lijingping (2007:49), ada empat pendapat tentang asal mula arak putih Cina yaitu pendapat dari Dinasti Han Timur, Dinasti Tang, Dinasti Song dan Dinasti Yuan. Dari keempat pendapat tersebut Dinasti Song yang paling diyakini kebenarannya bahwa arak putih itu ditemukan kira-kira 1000 tahun yang lalu.

Perkembangan sejarah arak putih dapat dilihat dari kualitasnya. Dalam Festival Arak Sedunia yang diadakan pertama kali pada tahun 1952, arak putih terpilih sebagai delapan besar arak yang terkenal. Sedangkan Festival Arak Sedunia ketiga yang diadakan pada tahun 1979, arak putih dinilai dari beberapa bagian yaitu

jiang xiang酱香 (saus beraroma), jing xiang 清香(jernih dan beraroma), nong xiang 浓香(aroma pekat) , mi xiang 米香(aroma beras), dan jian xiang 兼香(aroma yang berlapis). Arak putih memiliki aroma khas dan rasa yang sangat dihargai dalam budaya kuliner Cina. Biasanya penikmat minuman sangat berfokus pada aromanya.

Dilihat dari jumlah produksi, pada tahun 1949 jumlah produksi arak putih di seluruh negara hanya 108.000 ton. Pada tahun 1996 jumlah produksi arak putih berkembang hingga mencapai 80.130.000 ton. Hal itu menunjukkan terdapat peningkatan 80 kali lipat dan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan negara di Cina.


(40)

Di dunia ada enam arak yang dihasilkan melalui penyulingan, salah satunya adalah arak putih. Sedangkan arak yang lain adalah brandy, wiski, rum, vodka dan gin. Arak putih merupakan arak yang memiliki warna putih, transparan, tidak keruh, rasa wangi dan pekat, kualitas materinya murni dan lembut serta mengandung alkohol yang tinggi dan lebih kuat. Jika arak putih diminum maka arak ini akan menyisakan rasa dan wangi yang tahan lama. Arak putih juga memiliki banyak jenis. Berikut penjelasan berbagai arak putih.

4.4.1 Guizhou maotai jiu (贵州茅台酒)

Gambar 4.1 Guizhou maotai jiu

Jenis arak ini biasanya disebut Maotai. Maotai adalah jenis arak putih yang terkenal di Cina karena nama maotai berasal dari Kota Maotai, Propinsi Guizhou. Kota Maotai memiliki iklim yang unik yang dapat memberikan kontribusi untuk rasa minuman ini. Maotai diklasifikasikan sebagai jiangxiang (saus beraroma) karena dapat dijadikan seperti kecap yang memiliki aroma yang sangat murni, ringan dan lembut. Arak putih ini merupakan minuman resmi pemerintah Cina yang paling terkenal yang dibuat dari sorghum.


(41)

4.4.2 Wuliangye (五粮液)

Gambar 4.2 Wuliangye

Wuliangye adalah arak putih yang sangat mahal dari Kota Yibin, Sichuan Selatan. Dahulu, arak putih ini ada harganya sampai US$30000 per botol. Wuliangye

merupakan arak putih yang memiliki aroma yang kuat, terbuat dari 5 dasar pangan yaitu gandum, beras, jagung, sorgum dan tanaman biji-bijian.

4.4.3 Fenjiu (汾酒)

Arak putih Fenjiu sudah lama diproduksi sejak zaman klasik. Arak ini terbuat dari sorghum dan kadar alkoholnya 63%-65%. Fenjiu memiliki sebuah teknik seni yang istimewa atau proses pembuatan yang unik. Yaitu setiap proses ditandai dengan fermentasi ganda.


(42)

4.4.4 Huzhou laoyao (泸州老窑)

Gambar 4.4 Huzhou

Huzhou laoyao adalah salah satu arak putih bersejarah yang diproduksi di Luzhou, Sichuan. Huzhou laoyao merupakan minuman keras yang memiliki empat karakteristik yaitu harum, murni, rasa manis dan memiliki aroma yang tahan lama.

4.4.5 Gujiang gongjiu (古井贡酒)


(43)

Minuman keras (arak putih) gujianggongjiu diproduksi di Kota Bozhou, Provinsi Anhui. Gujiang gongjiu memiliki sejarah ribuan tahun, asal-usulnya dimulai pada tahun 196. Sejak saat itu, Caocao mendedikasikan sembilan minuman arak putih untuk Kaisar Xian dan saat itu juga arak menjadi upeti kerajaan kuno. Gujiang gongjiu dikenal sebagai minuman keras nasional Cina. Arak putih Gujiang gongjiu

berwarna terang dan transparan seperti kristal serta memiliki aroma yang wangi seperti anggrek.

4.4.6 Quanxingdaqu (全兴大曲)

Quanxingdaqu atau disebut dengan arak putih quanxing adalah arak putih yang terkenal di Cina dan juga memiliki sejarah panjang. Arak ini tidak memiliki pesona atau keanggunan tetapi orang-orang memuji arak ini karena memiliki sejarah yang panjang. Quanxing berwarna terang dan jelas, memiliki alkohol yang tidak terlalu kuat kira-kira 58º-60º.

Gambar 4.6 Quanxingdaqu


(44)

Gambar 4.7 Jiannanchun

Jiannanchun ialah minuman keras yang diproduksi di Kota Mianzhu, Propinsi Sichuan. Minuman keras ini sangat terkenal di Cina dan merupakan minuman keras klasik. Arak putih Jiannachun terbuat dari sorgum, beras, beras ketan, gandum dan jagung.

4.4.8 Dongjiu (董酒)

Dongjiu merupakan minuman keras Cina yang diproduksi di Provinsi Guizhou Zhunyi, sekitar candi Kung Dong. Dalam sejarah, minuman ini adalah harta yang paling unik. Dongjiu memiliki gaya yang unik karena merupakan minuman jernih, bersih, dan aroma yang sangat elegan serta memiliki fungsi yaitu dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan kelelahan.

Gambar 4.8 Dongjiu


(45)

Gambar 4.9 Langjiu

Langjiu adalah minuman keras yang berwarna jelas dan transparan, aroma yang sedap, kualitas anggur yang lembut, murni dan segar. Saat orang meminumnya, rasanya seperti makan buah segar, harum, memiliki wangi yang tahan lama dalam mulut.

4.4.10 Shuanggou daqu (双沟大曲)


(46)

Shuang daqu atau biasa disebut dengan Shuanggou adalah minuman keras yang diproduksi di Suqian Sihong, Provinsi Jiangsu, Cina. Shuanggou menggunakan bahan baku dari sorgum, gandum, dan kacang polong, difermentasi dengan suhu yang tinggi.

Shuanggou adalah minuman keras yang bersih dan transparan, memiliki aroma yang langsung menusuk hidung , memiliki rasa murni, lembut, wangi tahan lama, tetapi minuman keras ini tidak memiliki alkohol yang kuat.

4.4.11 Taibian mingjiu (台湾名酒)

Gambar 4.11 Taibian mingjiu

Taibian mingjiu dikenal sebagai pusaka arak yang pertama di Taiwan. Taibian mingjiu disebut Kinmen yaitu minuman keras budaya yang memiliki sejarah panjang di Cina. Arak ini diproduksi di Pulau Kinmen, Taiwan. Pembuatan arak ini didukung oleh air, udara, iklim dan lingkungan yang sangat baik. Sehingga arak ini memiliki kualitas yang baik, bersih, wangi dan aroma yang elegan serta tahan lama.


(47)

4.4.13 Samsu putih

Gambar 4.12 Samsu Putih

Samsu putih merupakan arak putih yang diproduksi oleh UD. Timur Jaya, Medan, Indonesia. Samsu Putih terbuat dari beras ketan, gula merah dan air. Arak putih ini memiliki warna putih terang, jelas, mengandung 19% alkohol dan memiliki aroma yang wangi, serta rasa yang manis. Arak putih ini sering digunakan sebagai obat. Arak putih ini memiliki cap kuda bola.


(48)

Sari Ketan adalah arak putih yang memiliki warna putih, dan aroma yang harum. Arak putih ini juga dapat digunakan sebagai obat. Sari ketan diproduksi di Deli Serdang, Sumut, Indonesia. Sari ketan terbuat dari beras ketan atau pulut dan air. Cap yang dimiliki arak putih ini adalah Cap Bola Dunia.

Gambar 4.13 Sari Ketan

Dari semua jenis arak putih ini, arak putih yang terdapat di Medan hanya dua jenis yaitu Samsu Putih dan Sari Ketan. Dimana kedua jenis arak putih ini dapat ditemukan di pasar dan toko obat Cina. Sementara jenis arak putih lainnya, dilarang keras oleh pemerintah dan karena harganya juga sangat mahal maka, orang yang membawa dan membeli arak putih tersebut adalah orang-orang kalangan tertentu saja, yang memiliki uang ataupun yang sering bepergian ke Cina.


(49)

BAB V

FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN


(50)

Fungsi arak putih bermacam-macam yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati kematian leluhur, di dalam upacara perkawinan, obat tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina dan sebagai pelunak makanan yang akan dibakar.

Berdasarkan fungsi tersebut, peneliti membahas tentang Fungsi Arak Putih sebagai obat tradisional dan Makna Spiritual Arak Putih bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan.

5.1 Fungsi Arak Putih sebagai Obat

Arak putih adalah suatu minuman yang berupa larutan alkohol murni yang mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan berbagai vitamin. Kandungan vitamin dan mineralnya yang cukup lengkap, arak putih baik digunakan untuk manfaat kesehatan. Salah satu fungsi arak putih di dalam budaya masyarakat Tionghoa adalah sebagai bahan pengobatan secara tradisional.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional. Resep obat tradisional diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dari generasi ke generasi, menurut tradisi dan kepercayaan setempat. Bahan bahan yang digunakan untuk mengolah obat tradisional merupakan bahan alami dari alam sekitar, misalnya daun-daunan, akar-akaran, umbi-umbian atau biji-bijian. Pengolahan obat tradisional merupakan pengetahuan tradisi warisan leluhur. Arak putih termasuk dalam kategori obat tradisional yang digunakan masyarakat Tionghoa di Medan.


(51)

Arak putih sebagai obat tradisional berasal dari berbagai bahan dasar seperti beras, beras ketan, gandum, jagung dan sorgum. Bahan-bahan ini diolah menjadi minuman keras, dengan cara difermentasikan lalu disuling agar menghasilkan alkohol yang berkualitas tinggi.

Beberapa aspek efektivitas arak putih adalah :

1. Sebagai pencegahan penyakit kardiovaskuler, dimana hanya meminum sedikit dapat meningkatkan sirkulasi darah.

2. Arak putih dapat menghilangkan kelelahan dan ketegangan. Arak putih mengandung alkohol sehingga melalui alkohol dapat meringankan atau merelaksasikan sistem saraf pusat. Jika meminumnya berlebihan akan mengakibatkan mabuk.

3. Pada saat makan sambil minum arak putih dapat meningkatkan nafsu makan. 4. Menyingkirkan rasa kedinginan karena arak putih mengandung banyak kalori.

Meminum arak putih maka tubuh akan terasa panas karena cepat menyerap. 5. Dalam pengobatan sendi-sendi, arak putih berfungsi dalam sirkulasi darah.

6. Meningkatkan metabolisme karena arak putih mengandung lebih banyak alkohol dan kualitas yang tinggi, yang dapat meningkatkan sirkulasi darah tubuh.

Dari beberapa efektivitas yang terlihat, arak putih merupakan bahan obat yang baik jika digunakan dalam jumlah sedang atau sesuai standar. Sebaliknya, apabila arak putih digunakan secara berlebihan, akan membahayakan kesehatan tubuh dan


(52)

mengakibatkan resiko yang serius seperti keguguran, mabuk hingga muntah-muntah dan lain-lain.

Bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan, penggunaan arak putih adalah sebagai obat rematik dan asam urat, sebagai penambah stamina tubuh, sebagai obat pinggang dan tulang serta membantu membersihkan darah setelah melahirkan.

5.1.1 Sebagai Obat Rematik dan Asam Urat

Masyarakat Tionghoa sangat meyakini fungsi arak putih sebagai obat tradisional. Hal ini sudah diyakini sejak dulu, dimana masyarakat Tionghoa menggunakannya secara turun-temurun. Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan menyatakan bahwa penggunaan arak putih baik bagi penyakit rematik. Rematik adalah penyakit yang terdapat pada persendian yang menunjukkan rasa nyeri, kaku dan dapat menyebabkan peradangan.

Para informan meyakini fungsi arak putih sebagai pengobatan tradisional. Penggunaan arak putih sebagai obat tradisional untuk bagian luar saja. Pengobatan itu telah dibuktikan bahwa arak putih dicampur dengan ragi dan mengoleskan ke bagian kakinya maka penyakit rematik yang dideritanya berkurang, tidak separah dulu lagi.

Mereka meyakini arak putih sebagai obat untuk menyembuhkan dan pengetahuan tentang pengobatan ini sudah tertanam dalam kehidupannya. Tradisi ini diajarkan nenek moyang hingga bertahan sampai saat ini.


(53)

Informan lainnya mengatakan kalau arak putih juga berfungsi sebagai obat asam urat. Mereka mengatakan telah terbiasa menggunakannya karena orangtua dulu secara turun-temurun memakai arak putih. Dalam arti kebiasaan ini dilakukan secara warisan. Arak putih yang biasa digunakan adalah Samsu Putih. Cara pemakaian obat ini adalah cara dengan mencampurkan ragi dan menempelkannya dibagian yang sakit. Fungsinya yaitu sebagai pengurang rasa sakit dan dapat menimbulkan rasa dingin.

5.1.2 Sebagai Penambah Stamina

Stamina adalah hal penting bagi tubuh dalam menunjang metabolisme dan mobilitas sehari-hari. Jika stamina menurun dapat menganggu pelaksanaan aktivitas dan juga bisa memicu menurunnya daya kekebalan tubuh sehingga tubuh dengan mudah terserang kuman dan virus penyakit. Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh turunnya stamina tubuh adalah badan mudah lelah, lemas, letih, lesu dan sebagainya.

Arak putih juga dipercayai sebagai penambah stamina tubuh. Masyarakat Tionghoa dengan meminum arak putih dalam jumlah kecil/standar, dapat merangsang semangat dan memberikan kesegaran serta meningkatkan daya tahan tubuh. Bahan dasar yang dimiliki arak putih ini adalah beras ketan yang mengandung macam alkohol dan mineral seperti zat besi, zinc dan mangan. Kandungan yang terdapat didalamnya memberikan energi tinggi dan membantu meningkatkan stamina tubuh. Kebanyakan masyarakat Tionghoa mengkomsumsi arak putih disaat melakukan kegiatan yang berat.


(54)

Pada zaman dulu, sebelum berperang para prajurit Cina meminum arak putih untuk meningkatkan stamina. Arak putih mengandung alkohol. Secara budaya masyarakat Tionghoa, alkohol bersifat Yang. Dalam ajaran Taoisme Yang berarti kuat dan keras.

5.1.3 Sebagai obat Pinggang dan Tulang

Sampai saat ini masyarakat Tionghoa masih menggunakan arak putih sebagai obat pinggang dan tulang. Pengobatan yang dilakukan dengan cara mencampurkan arak putih dengan anggur. Pengobatan ini diyakini oleh masyarakat Tionghoa dan sudah dikenal dari dulu sebagai obat tradisional. Pengobatan ini merupakan proses pewarisan budaya leluhur dengan masyarakat Tionghoa terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.

Pengobatan tradisional arak putih yang dicampurkan dengan anggur tersebut dioleskan ke bagian pinggang dan tulang yang sakit dan berfungsi untuk meringankan sakit pinggang dan tulang. Masyarakat Tionghoa meyakini arak putih ini sebagai obat tradisional yang ampuh untuk penyakit pinggang dan tulang. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa masyarakat Tionghoa yang berada di Kota Medan.

5.1.4 Membantu membersihkan darah setelah melahirkan

Sejak dahulu masyarakat Tionghoa meyakini arak putih dapat membersihkan darah kotor yang ada dalam kandungan bagi wanita setelah melahirkan. Arak putih


(55)

melancarkan peredaran darah dengan cara meminumnya. Seiring perkembangan zaman, tidak semua masyarakat Tionghoa yang menggunakan arak putih sebagai pembersih darah sehabis melahirkan. Pengobatan tradisional ini sudah mulai mengalami perubahan karena saat ini mereka lebih mempercayai para dokter.

Hal ini dikarenakan, masyarakat Tionghoa mengalami perubahan pemikiran terhadap pengobatan modern. Pengobatan modern yaitu pengobatan yang telah teruji secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai pengobatan yang resmi digunakan. Pengobatan ini menggunakan alat-alat kesehatan yang canggih dan harganya sangat mahal.

Fungsi arak putih sebagai pembersih darah kotor setelah melahirkan diyakini dalam masyarakat Tionghoa karena manfaatnya dirasakan secara empiris yaitu menjaga tubuh tetap hangat. Tradisi minum arak putih setelah melahirkan dibawa dari Cina karena wanita yang baru melahirkan memiliki suhu tubuh lebih rendah daripadaa suhu tubuh normalnya. Sehingga saat melahirkan pada musim dingin, wanita yang baru melahirkan memerlukan arak putih untuk menghangatkan tubuhnya.

Berdasarkan penelitian tersebut, fungsi arak putih adalah sebagai obat tradisional. Arak putih berfungsi sebagai obat rematik dan asam urat, sebagai penambah stamina tubuh, sebagai obat pinggang dan tulang serta membantu membersihkan darah setelah melahirkan. Fungsi ini diyakini secara tradisi yaitu


(56)

turun-temurun. Hal tersebut mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat Tionghoa secara horizontal.

5.2 Makna Arak Putih 5.2.1 Makna Spiritual

Spiritual adalah suatu hal yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani atau batin). Hal ini berhubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang masih sangat meyakini atau mempercayai hal-hal yang berhubungan dengan spiritual.

Spiritual dari setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan dan konsepnya tentang kehidupan. Budaya masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh kekuatan spiritual yang kuat. Hal ini dapat kita temui pada praktek penyembahan terhadap dewa dan leluhur yang dilakukan hingga saat ini.

Masyarakat Tionghoa di Kota Medan melakukan doa dan penyembahan terhadap dewa dan leluhur pada saat upacara atau sembahyang. Hal tersebut telah mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat Tionghoa yang melaksanakan sembahyang. Keseimbangan secara vertikal, masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang untuk memohon keselamatan pada dewa dan leluhur.


(57)

Keseimbangan secara horizontal yaitu supaya manusia dapat menjaga keseimbangan alam yang terwujud oleh Yin dan Yang.

Pada umumnya masyarakat Tionghoa saat melakukan sembahyang tampak kebiasaan untuk menyediakan sesajian kepada dewa dan leluhur. Sesajian itu berupa air (air mineral, teh dan arak), kue-kue, buah-buahan (seperti : pisang, jeruk, apel, nenas) dan lain-lain. Sajian yang dipersembahkan dalam persembahyangan merupakan simbolis atau sebagai lambang.

Setiap sajian yang dipersembahkan mengandung nilai-nilai luhur atau petuah dari leluhur yang pada masa lalu tidak dipaparkan secara nyata. Dalam sesajian tersebut salah satu arak yang dipakai adalah arak putih. Arak putih terdapat dalam cawan atau cangkir kecil yang selalu tersaji dalam altar dianggap sebagai simbol pengorbanan. Arak putih menandakan kesucian.

Melalui hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan diketahui bahwa pada saat ini masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan arak putih tidak secara terus-menerus. Masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih hanya pada waktu tertentu saja yaitu pada saat upacara kematian, memperingati hari ulangtahun leluhur dan tahun baru. Hal ini dikarenakan, adanya larangan dari pemerintahan terhadap minuman keras termasuk arak putih. Alasan lain yang membuat arak putih sulit didapatkan adalah harganya mahal.

Peneliti mendatangi sebuah tempat Yayasan Balai Persemayaman Angsapura yang berada di di Jln. Waja No. 3-4, Medan. Di tempat tersebut terdapat masyarakat


(58)

Tionghoa sedang melakukan upacara kematian. Dari beberapa masyarakat Tionghoa yang melakukan upacara tersebut, mereka menyediakan beberapa sajian terhadap dewa dan leluhur.

Gambar 5.2 Sesajian persembahan

Gambar di atas terdapat beberapa sajian yang telah ada di depan altar persembahan kepada dewa. Di dalam gambar terdapat tiga mangkuk merah. Salah satu yang ada di dalam mangkuk merah tersebut adalah arak putih, dan yang dua lagi adalah teh dan air mineral. Agar terlihat lebih jelas, sebuah lingkaran yang terlihat dalam gambar itu adalah arak putih, sedangkan di sebelah lingkaran kanan adalah teh dan di sebelah lingkaran kiri adalah air mineral.

Adanya persembahan sesajian arak putih tersebut karena masyarakat Tionghoa mempercayai para dewa atau leluhur suka atau gemar terhadap minuman tersebut yang dapat membawa kegembiraan luar biasa. Masyarakat Tionghoa


(59)

meyakini arak putih sebagai minuman rohani yang dapat mencapai kemampuan supranatural.

Makna yang terdapat dalam arak putih tersebut adalah sebuah bentuk penghormatan terhadap dewa dan leluhur. Penghormatan terhadap dewa dan leluhur yang didasari atas kepercayaan yang mempunyai tujuan supaya para leluhur melindungi keturunannya serta meminta pertolongan saat diminta.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Arak putih merupakan minuman terkenal di Cina beberapa ribuan tahun yang lalu dan diproduksi serta digunakan sejak zaman kuno sampai sekarang. Arak putih


(60)

memiliki banyak jenis dan diproduksi di berbagai negara dan kota. Jenis arak putih yang terdapat di Kota Medan adalah Samsu Putih dan Sari Ketan.

Arak putih adalah suatu minuman keras yang memiliki warna yang terang, transparan, jelas, aroma yang wangi dan berbagai rasa serta mengandung alkohol yang tinggi. Arak putih berasal dari berbagai bahan dasar seperti beras, beras ketan, gandum, jagung atau sorgum. Bahan-bahan ini diolah, dengan cara difermentasikan lalu disuling agar menghasilkan alkohol yang berkualitas tinggi.

Arak putih mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan berbagai vitamin lainnya. Kandungan vitamin, mineral dan kandungan lainnya yang cukup baik digunakan untuk manfaat kesehatan. Salah satu fungsi arak putih di dalam budaya masyarakat Tionghoa adalah sebagai bahan pengobatan secara tradisional.

Berdasarkan pembahasan tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat Tionghoa di Medan, ternyata dalam kehidupan masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih yaitu fungsi arak putih sebagai obat dan makna arak putih yaitu makna spiritual.

Bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan, penggunaan arak putih adalah sebagai obat rematik dan asam urat, sebagai penambah stamina, sebagai obat pinggang dan tulang serta membantu membersihkan darah setelah melahirkan. Hal ini diyakini karena arak putih berfungsi untuk menyembuhkan suatu penyakit.


(61)

Pengobatan tradisional arak putih sudah digunakan sejak dahulu kala hingga sampai saat ini. Dengan kata lain, pengobatan arak putih diwariskan secara turun-temurun.

Masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih sebagai fungsi obat tidak berhubungan pada hal-hal yang spiritual. Mereka menggunakan arak putih sebagai hal fungsinya sebagai obat, sama seperti obat lain karena arak putih ini diyakini atau dipercayai baik untuk kesehatan.

Makna arak putih yaitu sebagai makna spiritual. Masyarakat Tionghoa saat melakukan sembahyang kepada dewa atau leluhur, tampak kebiasaan menyajikan sesajian. Salah satu sajian seperti arak putih yang merupakan tanda penghormatan. Dimana arak putih memiliki lambang pengorbanan. Mereka menganggap bahwa dewa ataupun leluhur perlu dihormati dan arak putih merupakan minuman yang sangat bernilai tinggi untuk dipersembahkan.

Adapun hal larangan dari pemerintahan Indonesia tentang minuman keras termasuk arak putih menyebabkan budaya arak putih mengalami perubahan jenis yang disajikan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Tradisi budaya arak putih yang dilakukan di Medan tidak seperti halnya yang dilakukan di negara Cina.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat Tionghoa di Kota Medan, penulis melihat beberapa hal yang harus


(62)

diperhatikan demi kelestarian budaya ini sebagai wujud kepedulian kita terhadap budaya arak putih masyarakat Tionghoa.

Dalam penelitian ini, masih banyak lagi yang perlu diteliti mengenai budaya arak putih. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para mahasiswa ataupun masyarakat lain berminat untuk meneliti budaya arak putih.

DAFTAR PUSTAKA

Amiek, Hamami. 2005. Pengetahuan Minum dan Bar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Boye de Mente. 1994. Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian kualitatif.Malang: UMM Press.

. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(63)

diperhatikan demi kelestarian budaya ini sebagai wujud kepedulian kita terhadap budaya arak putih masyarakat Tionghoa.

Dalam penelitian ini, masih banyak lagi yang perlu diteliti mengenai budaya arak putih. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para mahasiswa ataupun masyarakat lain berminat untuk meneliti budaya arak putih.

DAFTAR PUSTAKA

Amiek, Hamami. 2005. Pengetahuan Minum dan Bar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Boye de Mente. 1994. Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian kualitatif.Malang: UMM Press.

. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(64)

. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lijingping. 2007. Zhongguo Jiu Wenhua 中 国 酒 文 化 . Beijing:

Shishichubanshe.

Morsbach, Helmut dkk. 1993. Etiket Sederhana di Jepang, Cina dan Korea. Jakarta: Bumi Aksara.

Oetomo, Dede. 1990. Cina dan Masyarakatnya. Jakarta: Erlangga.

Pengzhiping, 2010. Hanyu Yuedu Jiaocheng Di Er Ce汉语阅读教程第二册. Beijing: Beijingyuyandaxue.

Poerwanto. 2005. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspertif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).

Salim, Warsani. 1978. Pengantar Antropologi Budaya. Medan: Fakultas Hukum USU.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soemardjan, dkk. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tylor, E.B. 1924. Primitive Culture. New York: Brentanos.

Jurnal :

Hao, Zhang Guo dkk. 2008. 中国白酒文化的剖析 Zhongguo baijiu wenhua de pouxi.

Revida, Erika. 2006. Jurnal harmoni sosial. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Wu, Xin Ran. 2008. 传 统 文 化 元 素—白 酒 文 化 的 助 推 器 Chuantong wenhua yuanxu-baijiu wenhua de zu tuiqi .


(65)

LAMPIRAN

Daftar Informan

1. Nama : Ibu Liu Jenny

Suku : Konghu

Pekerjaan : Pedagang

Umur : 66 tahun

Alamat : Jl. Bambu I (bertemu di Yayasan Balai Persemayan Angsapura)


(66)

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pedagang di pasar Sambas

Umur : 78 tahun

3. Nama : Inggrid

Pekerjaan : Pedagang di pasar Sambas

Umur : 68 tahun

4. Nama : Magdalena

Pekerjaan : Pedagang di pasar Sambas

Umur : 58 tahun

5. Nama : Hia hok

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pedagang di pasar Sambas

Umur : 78 tahun

6. Nama : Huang

Suku : Hokkien


(67)

Umur : 66 tahun

7. Nama : Susan Hok

Suku : Hokkien

Umur : 78 tahun

Alamat : Medan (bertemu di Yayasan Balai Persemayan Angsapura)

8. Nama : Mielina

Umur : 60 tahun

Alamat : Medan (bertemu di Yayasan Balai Persemayan Angsapura)

9. Nama : Gilbert Tan

Suku : Hokkien

Umur : 61 tahun

Alamat : Medan (bertemu di Yayasan Balai Persemayan Angsapura)

10.Nama : Bapak Albertus

Suku : Hokkien


(68)

Umur : 40 tahun

Alamat : Jl. Sekip

11.Nama : Ricky Steven

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Mahasiswa

Umur : 20 tahun

Alamat : Jl. Bz Hamid no.43a

12.Nama : Jessica

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Pegawai

Umur : 24 tahun

Alamat : Medan (bertemu di restoran Multatuli)

13.Nama : Natalia

Suku : Hokkien


(69)

Alamat : Medan (bertemu di restoran Multatuli)

14.Nama : Junita Tan

Suku : Hokkien

Pekerjaan : Mahasiswa

Umur : 20 tahun

Alamat : Jl. Brayan

Pertanyaan

1. Apakah Anda mengetahui arak putih?

2. Apakah Anda mengetahui jenis-jenis arak putih? 3. Bagaimana sejarah arak putih?

4. Apakah masyarakat Tionghoa di Medan masih menggunakan arak putih? 5. Jika arak putih masih digunakan, untuk apa saja digunakan?

6. Apakah fungsinya?

7. Mengapa arak putih diyakini sebagai obat tradisional? 8. Apakah maknanya?


(70)

10. Apakah ada perubahan budaya arak putih pada masyarakat Tionghoa di Medan?


(71)

论文题目 :中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义分析

学生姓名

纳爱仁

指导老师

090710022

学 院

曹霞

学 系

文学院

毕业时间

中文系

2013

2013

年 月 日

摘要

论文目的是“中国白酒文化对棉兰华裔的作用,意义分析”。

白酒是中国特有的一种蒸馏酒。中国人喜欢喝白酒。中国人觉得白

酒是一个友谊的象征。白酒有很多功能,即作为贡品,为纪念去世

的祖先,结婚典礼,为庆祝也作为一种药物,也可以延长人生命。

此外,还有其他的功能,包括带来欢乐的、忘却烦恼的、增加勇气

的、软化烧焦的食物(如烤鱼,烤肉或烧烤)。在棉兰华裔还是保

持这种白酒文化。他们使用白酒作为是一种药物。希望这篇论文对

苏北大学中文系的学生学中国文化提供一些参考。


(72)

关键词: 中国文化;华裔棉兰;白酒

致谢

今年我的论文写完了。写论文的时候, 我得到了很多

困难与障碍。但是老师和朋友们总是给我很大的帮助。因此,

我想对我中文指导曹老师表示我的感谢,辛苦您了。谢谢您

百忙的时间还要帮修改我的论文, 常常鼓励我,让自己更努

力了写论文及沈老师已经给我精神和嘱咐。谢谢我亲爱的家

人、妈妈, 爸爸、因为你们已经鼓励了我,劝告我和给我物

质援助。对我的朋友们,谢谢你们!你们是我的好同学在四

年间。我们一起通过了悲喜。

这篇论文,我觉得不完整,很多缺点。因此,我希望得

到您的意见和建议,以完善和补充, 凡事谦卑这篇的内容。


(73)

摘要

... i

致谢

··· ii

目录

· ·· ·· ··· ··· ···· ···· ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· iii

第一章

绪论

· ···· ···· ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· ··· ·· ··· 1

1.6

研究背景

··· 1

1.7

研究目的

··· 2

1.8

研究现状

··· 2

1.9

研究方法

··· 3

第二章 棉兰华裔分析

·· ·· ·· ···· ·· ·· ·· ··· · ·· · ·· ·· · · · ·· ·· · · ·· · ··· · · 4

2.4

棉兰华裔的简介

··· 4

2.5

棉兰华裔文化的简介

··· 5

第三章 白酒文化

· · ··· ·· ·· ·· ···· ·· ·· ·· ···· · ···· · · ·· ·· · · · ·· ·· · ·· · ·· · · · ·· · · 6

3.2

中国白酒文化

··· 7

3.3

印尼棉兰华裔白酒文化

··· 8

3.4

中国白酒文化与棉兰华裔白酒文化对比

··· 9

第四章

中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义

· · · ·· · ·· · ·· · · 10

4.5

白酒对棉兰华裔的作用

···

10

4.5.1

药物作用关节疼痛和尿酸的药

···

11


(74)

4.5.3

药物腰部和骨骼

··· 12

4.5.4

助于净化血液分娩后

··· 12

4.6

中国白酒对棉兰华裔的意义

··· 14

第五章

结论

· ···· ···· ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· ··· ·· ·· 15

5.1

结论

···

16

5.2

建议

···

16

第一章绪论

1.1

选题背景

中国白酒以酒液清澈透明、质地纯净、无混浊,口味芳香浓

郁、醇和柔绵、剌激性较强,饮后余香,回味悠久而闻名于世。白

酒就是用高粱、玉米、甘薯等粮食或某些果品发酵、蒸馏制成的酒,

没有颜色,含酒精量较高。白酒有很多种类。


(75)

白酒具有多种功能,即作为贡品,为纪念去世的祖先,结婚

典礼,为庆祝也作为一种药物,在中国被认为可以延长生命。此外,

还有其他的功能,包括带来欢乐、忘却烦恼、增加勇气、软化烧焦

的食物(如烤鱼,烤肉或烧烤)。如果过量食用,可以神志不清也

白酒对健康有害。华裔在棉兰仍然继续传统白酒。

基于上以的描述,作者想要研究中国白酒对棉兰华裔的意义

和作用。

1.2

研究目的

本研究的目的是了解中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义。

现在一部分棉兰华裔的人还使用白酒。他们在做礼拜的时候就用白

酒纪念去世的祖先,白酒也是一种药,可以治病。本文研究的目的

是知道在棉兰使用白酒的种类,比较棉兰白酒文化和中国白酒的相

同和不同之处。除了了解中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义以

外,还给了社会一些关于白酒传统的信息。并且对以后的文化研究

者提供材料与知识。


(76)

1.3

研究现状

酒是一种文化。中国人对酒很感兴趣。现在,酒的种类越来

越多了。中国人一般最喜欢喝白酒, 因为白酒是一种文化符号。白

酒认为是一个友谊的象征。

李争平(2007)《中国酒文化》这本书说明酒的发明者、酒

历史、类型的酒、酒礼、著名诗人的名字密切配合酒等等。

张国豪(2008)在《中国白酒文化的剖析》解释中国白酒文

化历史悠久, 塑造白酒文化成为白酒市场面临的问题。结合酒文化

与历史、市场、情感、营销、品牌等方面, 对酒文化进行了剖析,

酒文化的塑造要结合企业品牌特点, 才能以文化支撑酒的品质。

吴欣然(2010)在《白酒文化的助推器》中解释通过对中国

白酒品牌现状的分析,找出白酒文化利用传统文化元素的成功案例,

同时也发现一些影响白酒品牌发展的问题,并针对这些问题提出了如

何更好地利用传统文化元素的解决办法。


(77)

这些资料为本文的研究提供了很大的帮助,但是作者也发现,

关于中国白酒文化和华裔白酒文化对比的研究没有,我们可以进行

进一步的研究。

1.4

研究方法

本人用描述法,文献检索法等来进行研究。

第二章棉兰华裔分析

2.1

棉兰华裔的简介

印尼华人拥有不同的的祖籍地,移民史,分布于印尼不同的

地区。中国历史上有三次向东南亚的移民潮。第一次可以追溯到

15

世纪,郑和下西洋的时候;第二次鸦片战争前后;第三次是二十世

纪前半叶。前两次进入印尼的移民通过联姻或逐渐被同化后变成了


(1)

用白酒是关节疼痛。风湿病是一种疾病,关节疼痛,僵硬,可能会 导致炎症。

资料员认为作为一个传统的医药功能的白酒。白酒作为一个 传统的中药外。白酒与酵母混合,然后应用到他的腿部遭受风湿性

疾病的减少。 他们认为,白酒作为一种药物来治疗和医学知识已经

嵌入在他们的生活中。这个传统教的祖先为了生存到今天。

另一位线人说,白酒也作为尿酸的药。他们表示,它已经习 惯使用白酒作为世世代代。从某种意义上说,这习惯进行遗产。

Samsu Putih 是常常用白酒,减轻疼痛和冷却。

4.1.2

加强持久力

耐力重要的是为机体,支持代谢和日常流动。如果体力下降 干扰的性能和活动也可以导致降低人体的免疫系统,所以容易遭到 细菌和病毒性疾病。一些下半身后劲引起的症状是容易疲倦,虚弱, 疲倦,昏昏欲睡,等。


(2)

糯米含有酒精和矿物质,如铁,锌,锰。其中包含的内容提供高能 量,有助于增加后劲。大多数华裔消费白酒,而做剧烈活动。

在古代间,中国士兵喝白酒,能增加体力。白酒中含有酒精。 在中国文化中,酒精是杨。在道教的教学,这意思强和硬。

4.1.3

药物腰部和骨骼

到现在为止,棉兰华裔还在用白酒作为药物腰部和骨骼。治 疗是通过混合白酒的葡萄酒。这种治疗方法被认为是棉兰华裔社会, 作为一个传统的医学已经知道从前。这种治疗是一个过程,华裔的 祖先和自然环境的文化传承。

传统医学与白酒的混合应用于腰部病和骨,用于缓解腰部和 骨骼。棉兰华裔相信这白酒作为强腰部病和骨的传统医药。它已被 证明在棉兰市的一些华裔社会。

4.1

4

助于净化血液分娩后

分娩后的血液净化器脏功能的白酒被认为是在中国社会中, 因为好处是经验,保持身体温暖。喝白酒的传统,从中国带来生完


(3)

孩子后,因为刚生完孩子的妇女体温比正常体温有一个较低的。因 此,在冬季分娩时,该女子刚生下白酒需要温暖身体。

4.2

中国白酒对棉兰华裔的意义

在棉兰白酒有意义是唯灵论。一般,棉兰华裔在祈祷的习惯 似乎提供祭祀神仙和祖先。冥形式的水(矿泉水,茶和白酒),糕 点,水果(如香蕉,桔子,苹果,菠萝等)及其他。崇拜提供的菜 是一个符号。

通过采访与几个棉兰华裔,研究知道如这个时候,华裔社会 在棉兰使用白酒是不连续的。棉兰华裔用白酒,只有在特定的时间, 即在当时的葬礼仪式,纪念周年的祖先,在新的一年。这是因为白 酒被政府禁止,使得白酒是很难获得并且很昂贵。


(4)

上面的图片中,有几种东西,放在坛前祭祀祖先或神灵。在 图片中,有三个红色的碗,一个碗白酒,其他两个是茶和矿泉水。 含义包含在白酒中的神和祖先的一种形式。神灵和祖先的尊重是基

于保护祖先的后代,并寻求帮助时,要求有客观的信念


(5)

5.1

结论

白酒是酒具有色泽鲜艳/清,香的香气和口感。白酒也有很多

种类。对于华裔社会在棉兰,白酒有功能是一种药物。他们用白酒 减少、消除病毒或者治好人类的疾病。棉兰华裔相信白酒可以药物 作用关节疼痛和尿酸的药,加强持久力,药物腰部和骨骼,药物腰

部和骨骼和助于净化血液分娩后。

5.2 建议

从研究,可以看一些东西,注意保存这种文化作为我们关注 的是白酒的中国社会文化的一种表现。在这项研究中,有许多需要 追究有关白酒文化。所以,所有谦逊作者希望白酒文化研究感兴趣 的学生或其他人。

参考文献

1. 张国豪、武振业、蔡玉波. 中国白酒文化的剖析 [J]. 西南交通大

学公共管理学院,2008年.


(6)

3. 李争平. 《中国酒文化》 [M]. 时事出版社,2007年1月.

4. Muchdarsyah Sinungan. 《Etiket Sederhana di Jepang Cina Korea》

[M]. Bumi Aksara, 1993年.

5. Boye de Mente. 《Etiket dan Etika Bisnis dengan Orang Cina》 [M].