PRODUK HUKUM DESA (SODIQ)

(1)

PRODUK HUKUM DESA

Moch Sodiq

Pendahuluan

Desa, sesuai dengan penjelakasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, adalah salah satu bentuk komunitas adat yang keberadaannya diakui dan dihargai, karena desa sudah ada sebelum Negara Kesatuan Republik indonesia ini terbentuk. Undang-Undang Desa ini menjadi pengakuan bahwa Desa adalah komunitas yang mampu mengatur diriny sendiri.Keberadaan Desa wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan UUD 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju,mandiri dan demokratis sehinga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera untuk menuju Desa yang “baldatun thoyyibatun warobbun ghofur”.

Desa juga merupakan entitas terdepan dalam segala proses pembanguan bangsa dan Negara, hal ini menyebabkan Desa memilik arti yang sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan pelayanan public dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak publik rakyat lokal. Sejak masa penjajahan Hindia Belanda sekalipun, pemerintah kolonial telah menyadari peran strategis desa dalam konstelasi ketatanegaraan masa itu.Disamping itu, Desa menjadi arena politik paling dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat Desa). Di satu sisi, para perangkat Desa menjadi bagian dari birokrasi Negara yang mempunyai daftar tugas kenegaraan, yakni menjalankan birokrasi di level Desa, melaksanakan program-program pembangunan memberikan pelayanan administrasi kepada masyrakat Desa. Tugas penting Desa adalah memberi pelayasnan administrasi (surat-menyurat) kepada warga/masyarakat Desa.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa berserta turunannya membawa kabar gembira bagi Desa, akan tetapi kabar tersebut sepertinya


(2)

hanya dimaknai dan dipahami secara sempit oleh para pemangku kepentingan di Desa, hanya dipahami adanya pengucuran dana dari berbagai sumber ke Desa, baik dana yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa Dana Desa, Pemerintah Provinsi berupa Bantuan Keuangan Desa, Pemerintah kabupaten/Kota berupa Alokasi dana Desa (ADD) serta alokasi pendapatandaerah dan retribusi daerah, dari pihak eksternal berupa hibah dan sumbangan lain yang tidak mengikat dari pihak ketiga maupun dari sumber internal berupa pendapatan asli Desa dan lain-lain pendapatan Desa yang sah dan halal. Padahal dengan adany Undang-Undang Desa beserta turunannya tersebut dikandung maksud Desa diberikan kesempatan untuk menjadi berdaya, sejahtera, dan mandiri. Hal ini dikarenakan Undang-Undang Desa beserta turunannya tidak hanya mengatur mengenai keuangan Desa saja,akan tetapi juga mengatur pembuatanperaturan di Desa, pembanguan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, administrasi desa, aset Desa, dan Badan Usaha Milik Desa.

Setelah kemerdekaan, sebgai bentuk pengakuan terhadap desa, eksistensi Desa tetap dipertahankan. Hal ini tercermin dengan adanya pengaturan desa melalui berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian Bab XI pasal 200 sampai dengan pasal 216 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah khususpasal-pasal yang mengatur tentang Desa dikeluarkan dari Undang-Undang tersebut,diatur dengan Undang-Undang yang tersendiri yang mengatur khusus tentang Desa yang disebut dengan Undang-Undang Desa, dan pada tanggal 15 Oktober 2014disyahkanlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa tersebut.


(3)

Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai Desa tersebut agar dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berkembang menjadi 74.754 Desa dan 8.431 Kelurahanyang tersebar di 7.165 kecamatan di 416 kabupaten di 98 kota di 34 provinsi (Permendagri nomor 56 tahun 2015 tentang Kode dan Tata Wilayah Administrasi Pemerintah). Selain itu, pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang ini disusun dengan semangat penerapan amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal 18B ayat (2) untuk diatur dalam susunan pemerintahan sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (7). Walaupun demikian, kewenangan kesatuan masyarakat hukum adat mengenai pengaturan hak ulayat merujuk pada ketentuan peraturan perundang-undangan sektoral yang berkaitan.

Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan

local self government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul, terutama menyangkut pelestarian sosial Desa Adat, pengaturan dan pengurusan wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli.

Dengan demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(4)

Dalam rangkah penataan desa sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Desa bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa. Penataan tersebut bertujuan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa; mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan meningkatkan daya saing Desa. Oleh karenanya dalam rangka tertib administrasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa perlu dibentuk regulasi di Desa berupa Produk Hukum Desa yang terdiri dari Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa

Pengundangan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa, tidak lagi dilaksanakan oleh Bagian Hukum Sekretariat Daerah, tapi dilaksanakan oleh Sekretaris Desa dengan membuat Lembaran Desa untuk Peraturan Desa dan Berita Desa untuk Peraturan Kepala Desa,

1. Kewenangan Desa

Sesuai kamus besar bahasa Indonesia kewenangan mempunyai arti membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain, atau kekuasaan dan hak seseoang atau lembaga untuk melakukan sesuatu atau mengambil keputusan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimilii desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa (pasal 18 UU Desa).


(5)

Jenis-jenis kewenangan desa (pasal 19 UU Desa) ada 4 hal yang meliputi : 1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

Yang dimaksud dengan “hak asal usul dan adat istiadat Desa” adalah hak yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan bentuk hak asal usul setiap desa sangat beragam, tetapi secara umum hak asal usul desa meliputi :

a. Mengatur dan mengusrustanah desa atau tanah ulayat adat desa. b. Menerapkan susunan asli dalam pemerintahan desa.

c. Melestarikan adat istiadat, lembaga, pranata dan kearifan local. d. Menyelesaikan sengketa dengan mekanisme adat setempat. 2) Kewenangan lokal berskala desa;

Yang dimaksud dengan “kewenangan lokal berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa, antara lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.

Kewenangan lokal berskala Desa diartikan juga sebagai kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi local desa.Kewenangan ini lahir dari kebutuhan atau kondisi yang dihadapi warga desa sehari-hari.

Urusan atau masalh yang bersekala local atau dekat dengan masyarakat diurus sendiri oleh desa. Sedangkan jenis kewenangan local bersekala desa bias sangat beragam tergantung kondisi masing-masing desa. Contohnya :

a. Bidang pelayanan dasar :posyandu, sanggar seni, perpustakaan desa, penyediaan air beesih.

b. Bidang sarana dan prasarana : jalan desa, jalan usaha tani, rumah ibadah, sanitasi, irigasi tersier, dll.


(6)

c. Bidang ekonomi : pasar desa, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, pelelangan hasl pertanian dan perikanan.

d. Sumber daya alam : hutan rakyat, hutan bakau, dll.

3) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Diamana pelaksanaan kewenangan berdasarka asal usul dan kewenangan lokal berskala desa diatur dan diurus sendiri oleh Desa, ini merupakan pengakuan Negara terhadap keberadaan desa, pemberian kewenangan tersebut bertujuan untuk memunculkan inisiatif positif dari desa sendiri untuk menjadi desa mandiri sesuai dengan cita-cita dan tujuan Undang-Undang Desa.

Sedangkan Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus oleh Desa.

Lebih lanjut baca Permendesa Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Bersekala Desa.

2. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa

Jenis produk hukum desa atau yang disebut jenis peraturan di desa (pasal 69 ayat (1) UU Desa) dan Peraturan tersebut dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (ayat(2)), ada 3 jenis yaitu :

1) Peraturan Desa (Perdes);

Peraturan Desa adalah merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawarata Desa (BPD).Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan Desa dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan


(7)

perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan Desabersifat umum sehinga mengatur segala hal yang menjadi kewenangan desa dan juga mengikat semua orang yang berada dalam lingkup desa.Peraturan Desa harus mengindahkan batasan ataupun larangan yang ditentukan oleh peraturan yang lebih tinggi derajatnya berdasarkan hirarki peraturan.

Peraturan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah berjalan proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang partisipatif, akuntabel, transparansi dan berkeadilan. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.Pembinaan masyarakat Desa adalah upaya meningkatkan kinerja kelembagaan Desa adlah upaya menigkatkan kinerja kelembagaan Desa dan masyarakat Desa.Pemberdayaan masyarakat desa adalah endorong adanya kemandirian pada masyarakat Desa.

Contoh : Peraturan Desa Jatilot Nomor 1 Tahun 2015, Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2015

2) Peraturan Bersama Kepala Desa;

Peraturan Bersama Kepala Desa merupakan peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari dua desa atau lebih yang melakukan kerja sama antar desa dan bersifat mengatur. Peraturan Bersama Kepala Desa merupaka perpaduan kepentingan Desa masing-masing dalam kerja sama antar Desa, contoth pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerja sama Desa. Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan dan diberlakukan kepada masyarakat desa masing-masing. Peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa yang mempunyai fungsi sebagai peraturan pelaksana dari Perdes ataupun pelaksanan dari peraturan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa hanya dapat mengatur hal-hal yang diperintahkan


(8)

secara konkret dalam Perdes. Karena itu, tidak boleh mengatur hal yag tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Perdes. Ini merupakan salah satu bentuk pembatasan terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh kepala Desa.Sedangkan pada posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi, Perdes memuat materi yang mengatur kewenangannya atau materi yang diperintahkan atau didelegasikan dari peraturan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa tetap saja dapat mengatur materi yang tidak ditentukan dalam Perdes, namun materi itu harus tetap diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi. Dengan demikian Peraturan Kepala Desa merupakan salah satu peraturan yang “lebih bebas” dalam menentukan substansi yang akan diaturnya, namun tetap harus mempunyai dasar hokum dalam pengaturan materi tersebut.

3) Peraturan Kepala Desa;

Peraturan Kepala desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Contoh : Peraturan Kepala Desa Jatilor, Nomor 1 Tahun 2015, Tentang Sewa/Lelang Tanah Kusutan Eks Bengkok Sekretaris Desa, Kepala kaur Umum dan Kepala kaur Keuangan Desa Jatilor Kecamatan Godong kabupaten Grobogan Tahun 2015.

3. Mekanisme Pengambilan Keputusan

Mekanisme pengambilan keputusan pemerintan Desa, sesuai pasal 54 Undang-Undang Desa bahwa pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah Desa yang merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan


(9)

masyarakat Desa.Dimana hasil dari musyawarah tersebut menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya.

Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat miskin. Hal yang diangap penting oleh Pemerintah Desa yang harus diputuskan dalam musyawara Desa :

Contoh : penataan Desa, perencanaan Desa,kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, penambahan dan pelepasan Aset Desa, dan kejadian luar biasa, musyawarah tersebut dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun, dan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

4. Hubungan Peraturan Desa Terkait Produk Hukum Lainnya

Hubungan Peraturan Desa terkait produk hukum lainnya adalah hubungannya sangat erat sekali, karena Peraturan Desa adalah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badsan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Desa berserta turunannya atauperaturan-peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Dengan berlakunya Undang-Undang Desa menunjukkan bahwa peraturan Desa sebagai produk hukum Desa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan pada saat masih berlakunaya PP Nomor 72 tahun 2005 karena perauran desa merupakan bagian dari peraturan daerah jika dilihat berdasarkan hirarki dalam


(10)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan desa tidak lagi termasuk hirarki perundang-undangan, akan tetapi status peraturan desa masih terdapat dalam peraturanperundang-undangan, Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa.


(1)

Jenis-jenis kewenangan desa (pasal 19 UU Desa) ada 4 hal yang meliputi : 1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

Yang dimaksud dengan “hak asal usul dan adat istiadat Desa” adalah hak yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan bentuk hak asal usul setiap desa sangat beragam, tetapi secara umum hak asal usul desa meliputi :

a. Mengatur dan mengusrustanah desa atau tanah ulayat adat desa. b. Menerapkan susunan asli dalam pemerintahan desa.

c. Melestarikan adat istiadat, lembaga, pranata dan kearifan local. d. Menyelesaikan sengketa dengan mekanisme adat setempat. 2) Kewenangan lokal berskala desa;

Yang dimaksud dengan “kewenangan lokal berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa, antara lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.

Kewenangan lokal berskala Desa diartikan juga sebagai kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi local desa.Kewenangan ini lahir dari kebutuhan atau kondisi yang dihadapi warga desa sehari-hari.

Urusan atau masalh yang bersekala local atau dekat dengan masyarakat diurus sendiri oleh desa. Sedangkan jenis kewenangan local bersekala desa bias sangat beragam tergantung kondisi masing-masing desa. Contohnya :

a. Bidang pelayanan dasar :posyandu, sanggar seni, perpustakaan desa, penyediaan air beesih.

b. Bidang sarana dan prasarana : jalan desa, jalan usaha tani, rumah ibadah, sanitasi, irigasi tersier, dll.


(2)

c. Bidang ekonomi : pasar desa, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, pelelangan hasl pertanian dan perikanan.

d. Sumber daya alam : hutan rakyat, hutan bakau, dll.

3) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Diamana pelaksanaan kewenangan berdasarka asal usul dan kewenangan lokal berskala desa diatur dan diurus sendiri oleh Desa, ini merupakan pengakuan Negara terhadap keberadaan desa, pemberian kewenangan tersebut bertujuan untuk memunculkan inisiatif positif dari desa sendiri untuk menjadi desa mandiri sesuai dengan cita-cita dan tujuan Undang-Undang Desa.

Sedangkan Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus oleh Desa.

Lebih lanjut baca Permendesa Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Bersekala Desa.

2. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa

Jenis produk hukum desa atau yang disebut jenis peraturan di desa (pasal 69 ayat (1) UU Desa) dan Peraturan tersebut dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (ayat(2)), ada 3 jenis yaitu :

1) Peraturan Desa (Perdes);

Peraturan Desa adalah merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawarata Desa (BPD).Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan Desa dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan


(3)

perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan Desabersifat umum sehinga mengatur segala hal yang menjadi kewenangan desa dan juga mengikat semua orang yang berada dalam lingkup desa.Peraturan Desa harus mengindahkan batasan ataupun larangan yang ditentukan oleh peraturan yang lebih tinggi derajatnya berdasarkan hirarki peraturan.

Peraturan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah berjalan proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang partisipatif, akuntabel, transparansi dan berkeadilan. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.Pembinaan masyarakat Desa adalah upaya meningkatkan kinerja kelembagaan Desa adlah upaya menigkatkan kinerja kelembagaan Desa dan masyarakat Desa.Pemberdayaan masyarakat desa adalah endorong adanya kemandirian pada masyarakat Desa.

Contoh : Peraturan Desa Jatilot Nomor 1 Tahun 2015, Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2015

2) Peraturan Bersama Kepala Desa;

Peraturan Bersama Kepala Desa merupakan peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari dua desa atau lebih yang melakukan kerja sama antar desa dan bersifat mengatur. Peraturan Bersama Kepala Desa merupaka perpaduan kepentingan Desa masing-masing dalam kerja sama antar Desa, contoth pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerja sama Desa. Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan dan diberlakukan kepada masyarakat desa masing-masing. Peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa yang mempunyai fungsi sebagai peraturan pelaksana dari Perdes ataupun pelaksanan dari peraturan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa hanya dapat mengatur hal-hal yang diperintahkan


(4)

secara konkret dalam Perdes. Karena itu, tidak boleh mengatur hal yag tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Perdes. Ini merupakan salah satu bentuk pembatasan terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh kepala Desa.Sedangkan pada posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi, Perdes memuat materi yang mengatur kewenangannya atau materi yang diperintahkan atau didelegasikan dari peraturan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa tetap saja dapat mengatur materi yang tidak ditentukan dalam Perdes, namun materi itu harus tetap diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi. Dengan demikian Peraturan Kepala Desa merupakan salah satu peraturan yang “lebih bebas” dalam menentukan substansi yang akan diaturnya, namun tetap harus mempunyai dasar hokum dalam pengaturan materi tersebut.

3) Peraturan Kepala Desa;

Peraturan Kepala desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Contoh : Peraturan Kepala Desa Jatilor, Nomor 1 Tahun 2015, Tentang Sewa/Lelang Tanah Kusutan Eks Bengkok Sekretaris Desa, Kepala kaur Umum dan Kepala kaur Keuangan Desa Jatilor Kecamatan Godong kabupaten Grobogan Tahun 2015.

3. Mekanisme Pengambilan Keputusan

Mekanisme pengambilan keputusan pemerintan Desa, sesuai pasal 54 Undang-Undang Desa bahwa pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah Desa yang merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan


(5)

masyarakat Desa.Dimana hasil dari musyawarah tersebut menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya.

Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat miskin. Hal yang diangap penting oleh Pemerintah Desa yang harus diputuskan dalam musyawara Desa :

Contoh : penataan Desa, perencanaan Desa,kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, penambahan dan pelepasan Aset Desa, dan kejadian luar biasa, musyawarah tersebut dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun, dan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

4. Hubungan Peraturan Desa Terkait Produk Hukum Lainnya

Hubungan Peraturan Desa terkait produk hukum lainnya adalah hubungannya sangat erat sekali, karena Peraturan Desa adalah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badsan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang Desa berserta turunannya atauperaturan-peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Dengan berlakunya Undang-Undang Desa menunjukkan bahwa peraturan Desa sebagai produk hukum Desa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan pada saat masih berlakunaya PP Nomor 72 tahun 2005 karena perauran desa merupakan bagian dari peraturan daerah jika dilihat berdasarkan hirarki dalam


(6)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Peraturan desa tidak lagi termasuk hirarki perundang-undangan, akan tetapi status peraturan desa masih terdapat dalam peraturanperundang-undangan, Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa.