Hukum Pewarisan Sifat Mendel 8

Hukum Pewarisan Sifat Mendel
Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih,S.Pt.,MP

Hukum pewarisan Mendel
• adalah hukum  pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam
karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
• Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan
• Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel.

Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)
Hukum segregasi bebas pembentukan gamet, kedua gen yang
merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari alelanya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter. Ini adalah konsep mengenai alel.

2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan
dan satu dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel
dominan akan
terekspresikan. Alel resesif yang tidak
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.

Alel/gen dominan dan resesif pada orang tua
(1, P), anak (2, F1) dan cucu (3, F2) menurut
Mendel

Hukum Segregasi (Hukum I mendel)
• ~ Selama proses pembentukkan gamet (ovum
dan sperma), dua buah alel yang bertanggung
..jawab terhadap suatu sifat, terpisah sehingga
masing-masing gamet hanya mengandung
satu ..alel yang mengendalikan suatu sifat.
~
Alel-alel
dalam

gamet
kemudian
“berekombinasi" melalui fertilisasi, dihasilkan
komposisi alela baru yang merupakan genotip
dari keturunan.

PERSILANGAN MONOHIBRID
• Hukum Mendel I :Hukum Mendel I @ hukum segregasi,
pasangan kromosom berpisah secara bebas Tidak
berpasangan kembali Dapat dijelaskan dan hanya berlaku
pada persilangan monohibrid
Contoh :Contoh Salah satu contoh persilangan Mendel,
antara biji bulat dengan biji keriput sampai generasi
kedua yang menghasilkan perbandingan bulat : keriput =
3:1

Penerapan hukum segregasi

• Hasil percobaan monohibrid menunjukkan
bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat)

dari salah satu tetua yang muncul. Pada generasi
F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang
disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang
hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian
disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut
dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid
untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat
perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah
individu dengan ciri dominan:resesif.

• Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan
monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat
organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut
gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman
terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat,
yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor
berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua
betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap
utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat

pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali
secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai
Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi.

• Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan :
resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses
penggabungan secara acak gamet-gamet
betina dan jantan dari tanaman F1. Bukti-bukti
Mendel untuk menjelaskan teori partikulat
mengenai pewarisan: (a) Persilangan tanaman
tinggi dan pendek; (b) Pada generasi F1 semua
keturunan (zuriat) berbatang tinggi; (c) Pada
generasi F2 26% berbatang pendek dan 74%
berbatang tinggi.

HUKUM ASORTASI BEBAS (HUKUM KEDUA MENDEL)

• Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila
dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara

bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat
yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal
ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan
e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu
tanaman, tidak saling mempengaruhi.

Hukum Asortasi (Hukum II Mendell)
 
• ~ Alel-alel dengan sifat berbeda tersebar secara acak satu dengan
yang lain, yang terjadi pada ...proses pembentukkan gamet.
~ Hukum ini dapat dapat dibuktikan dengan menggunakan
persilangan
dihibrid
atau
lebih.
~ persilangan dihibrid adalah persilangan yang digunakan untuk
mengetahui pola pewarisan dari ...dua sifat beda
~ Disebut hukum assortasi atau ‘pengelompokkan gen-gen secara
bebas

nya’
mendel
a. Masing-masing pasangan alel berkelompok secara bebas selama
proses
pembentukkan
gamet
b. Rumus: 2n (n = sifat heterozigot)

PERSILANGAN DIHIBRID
• Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan
dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”.
Atau pengelompokan gen secara bebas.

Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas
pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga
hukum
asortasi.
Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat
dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K
untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.


• Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK)
disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman
F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan
menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat
macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing
dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2
dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip,
yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan
1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan
induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.

Contoh :
P : BBKK (bulat, kuning) >< bbkk (keriput, hijau)
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1 X F1 : BbKk (bulat, kuning) >< BbKk (bulat, kuning)
• Gamet : BK. Bk, bK, bk > tentang segregasi bebas (pemisahan gen
secara bebas pada saat gametogenesis).
- HK. MENDEL 2
=> mengenai pengelompokan gen secara bebas

(terjadi pada saat fertilisasi).