Kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Darwis Tere Liye : analisis semiotik model Roland Barthes dalam novel Negeri di Ujung Tanduk.

(1)

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA DARWIS TERE LIYE

(Analisis Semiotik Model Roland Barthes dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Andik Putra Romadhona NIM.B06213008

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Andik Putra Romadhona. B06213008. Kritik Sosial dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Darwis Tere Liye (Analisis Semiotik Model Roland Barthes dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Kritik Sosial, Novel Negeri Di Ujung Tanduk, Semiotik Roland Barthes.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah mengapa di Novel Negeri di Ujung Tanduk sering adanya sindiran terhadap petinggi atau pejabat, dengan mengarah ke satu titik di mana politik, ekonomi dan hukum lebih dominan untuk menjadi bahan sebagai sumber dari masalah atau perpecahan dalam setiap kegiatan yang terjadi dalam setiap negara.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan makna penanda dan petanda, serta konotasi dan denotasi mengenai kritik sosial yang menggunakan teori Kritis Habermas. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan interpretative. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes. Di mana dirasa cocok dengan penelitian untuk mengkritisi sebuah novel.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa novel yang ditulis oleh Darwis Tere Liye apabila disimpulkan sesuai dengan beberapa aspek tentang penanda dan petanda, meliputi : 1) Politik bisa menjadi sebuah media yang bisa memiliki akses untuk mendapat semua yang diinginkan 2) Ekonomi ini menggambarkan bahwa politik dan hukum bisa dijadikan lahan bisnis, serta keuntungan bagi siapa saja yang berada di dalamnya. 3) Pertahanan Keamanan sebagai proses pengamanan yang diartikan sebuah penangkapan dengan bentuk hukuman serta berujung dugaan kasus korupsi yang menjadi masalah utama. 4) Hukum menjadi faktor utama untuk memperkokoh terjadinya kejanggalan pada setiap kegiatan yang melanggar. Dengan begitu masalah politik yang berujung tindak kasus korupsi bisa teratasi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PENULISAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

F. Definisi Konsep ... 11

G. Metode Penelitian ... 16

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II : KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL A. Kajian Pustaka ... 25

a. Kritik Sosial ... 25

b. Novel ... 28

B. Kajian Teori ... 32

a. Teori Kritis ... 32

b. Analisis Semiotik Roland Barthes ... 35

C. Kerangka Pikir Penelitian... 36

BAB III : PENYAJIAN DATA KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA DARWIS TERE LIYE A. Deskripsi Subyek Penelitian... 42

1. Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 42

2. Biodata dan Profil Darwis Tere Liye ... 44

B. Deskripsi Data Penelitian ... 48

1. Penanda dan Petanda ... 49

a. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Politik dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 49

b. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Ekonomi dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 61

c. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Budaya dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 76

d. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Pertahanan Keamanan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 66


(8)

e. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Hukum dalam

Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 76

2. Denotasi dan Konotasi... 79

a. Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial dalam Kategori Politik dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 79

b. Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial dalam Kategori Ekonomi dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 91

c. Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial dalam Kategori Budaya dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 93

d. Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial dalam Kategori Pertahanan Keamanan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 94

e. Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial dalam Kategori Hukum dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 104

BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 108

1. Analisis Kritik Sosial Kategori Politik... 109

2. Analisis Kritik Sosial Kategori Ekonomi... 115

3. Analisis Kritik Sosial Kategori Budaya ... 118

4. Analisis Kritik Sosial Kategori Pertahanan Keamanan ... 121

5. Analisis Kritik Sosial Kategori Hukum ... 124

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 127

C. Kritik Sosial dalam Perspektif Keislaman ... 130

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 133


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Sampai saat ini, kajian kritik sosial dalam diskursus ilmu pengetahuan menjadi tema menarik untuk diperbincangkan dalam rangka mengamati problem sosial di masyarakat. Kritik sosial adalah sindiran yang ditujukan pada suatu hal yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas berupa kepincangan atau kebobrokan. Kritik sosial diangkat ketika kehidupan dinilai tidak selaras dan tidak harmonis ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan sosial mengarah pada dampak-dampak dalam masyarakat.1

Kritik sosial muncul karena adanya konflik sosial. Dengan adanya konflik sosial masyarakat menyuarakan pendapat, tanggapan, dan celaan terhadap hasil tindakan individu atau kelompok masyarakat. Kritik sosial bisa disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, kritik sosial bisa disampaikan melalui media. Media penyampaian kritik sosial beraneka ragam jenisnya.

Karya sastra adalah media yang paling ampuh untuk menyampaikan kritik sosial. Kritik sosial dalam karya sastra merupakan kritik terhadap segala bentuk keadaan, situasi, dan tindakan sosial individu atau kelompok masyarakat yang menyimpang dari nilai sosial dan moral yang dituangkan dalam suatu karya sastra dengan tujuan menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik.

1


(10)

2

Kehidupan manusia sebagai obyek utama yang tidak pernah lepas dari kondisi masyarakat tempat manusia itu berpijak. Manusia yang menjadi bagian masyarakat seringkali terpaku pada kondisi lingkungan yang membuatnya hanyut dalam kondisi sosial di sekitarnya. Mengatasnamakan tradisi dan kebiasaan, manusia selalu mengikuti aturan main lingkungan masyarakat tanpa mau mencari tahu akibatnya.

Di dalam konfrontasinya dengan realitas, kesadaran manusia dapat mengambil dua pilihan, yaitu menolak atau menerima. Menerima berarti bergembira dan menyetujui, sedangkan menolak berarti menyanggah dan dapat lewat tindakan protes.2 Dalam hal menolak, berbagai jenis karya

sastra dibuat sebagai bentuk “pemberontakan” dari tradisi menurutnya “tidak normal”. Salah satunya adalah novel. Pengguna novel sendiri dapat

memicu dikarenakan bentuknya yang lebih panjang sehingga dapat membuat permasalahan menjadi lebih kompleks. Novel dengan karakter

dan konflik dijadikan penulis sebagai “senjata” untuk melawan arus.

Negeri di Ujung Tanduk adalah novel yang ke 13 dari 25 novel karya Darwis yang biasanya lebih dikenal dengan sebutan Tere Liye. Dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye menceritakan perjuangan seorang lelaki yang sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dari buronan karena terbukti tidak bersalah. Tidak diceritakan secara detail maksud dari negeri di ujung tanduk ini tetapi bisa melihat dari beberapa alur tempat yang diceritakan seperti Bali, Jakarta, dan beberapa tempat

2


(11)

3

lainnya. Sedikit menyinggung tentang kota yang berada di Indonesia, tidak jauh beda dengan kota-kota besar yang berada di sana, seperti Hong Kong, Shenzen, Shanghai, Beijing, Tokyo dan Seoul dan masalah-masalah yang sedang dihadapi di negeri ini sedikit disinggung.

Kehidupan semakin rusak bukan karena orang jahat semakin banyak, tetapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Novel negeri diujung tanduk ini menceritakan perjuangan yang dilakukan oleh seorang lelaki bermata sipit yang tengah berjuang menyelamatkan hidupnya dari ancaman para mafia hukum. Pekerjaannya menuntut dirinya agar selalu waspada terhadap segala hal yang berbau politik. Belum lagi Maryam, gadis wartawan yang ikut terlibat dalam aksinya. Thomas, tokoh utama dalam novel negeri di ujung tanduk digambarkan sebagai sosok dengan style khasnya, tampan, rapi, dan balutan eksekutif muda yang cerdas dan berpengaruh tetap melekat padanya. Sebagai seorang konsultan politik tentu dia sering bertemu dengan kliennya dan berusaha mendukung partainya. Dalam novel ini juga sedikit menyinggung masalah-masalah yang sedang terjadi di tanah air seperti kasus korupsi Bank Century. Dulu Thomas menjadi konsultan ekonomi, sekarang merambah ke dunia politik, yaitu konsultan bidang politik.

Konflik semakin rumit karena klien Thomas yang merupakan mantan walikota yang ingin menjadi gubernur ibu kota kini ditangkap karena terkait kasus korupsi. Lalu, ada istilah-istilah asing seperti breaking news yang sudah bertahun-tahun dipakai wartawan, pengamat politik,


(12)

4

komentator hukum, hingga orang awam. Di novel ini, Thomas mengakui sebagai orang pertama yang menemukan istilah breaking news. Novel modern biasanya menimbulkan ketidakpastian dan membuat keliru. Mungkin ini yang dirasakan para pembaca ketika diceritakan banyak konflik dan membuat Thomas terpojok sehingga tidak bisa lagi keluar dari kepungan penjahat. Namun, diakhir ternyata banyak bala bantuan dari teman-temannya. Penulis ingin pembaca melihat pada imaji tentang kehidupan realita di tanah air. Seperti kasus yang sedang terjadi diarahkan pada konvensi sebuah partai besar yang beberapa waktu lalu tokoh-tokohnya terjerat kasus Hambalang dan Wisma Atlet.

Setahun setelah Thomas berjuang menyelamatkan Bank Semesta, ia telah menambahkan unit bisnis dalam perusahaan konsultan. Jika dulu hanya fokus mengurus strategi keuangan dan instrumen investasi, sekarang Thomas merambah dunia politik. Menjadi konsultan strategi politik, Thomas telah berhasil mengantar dua kliennya memenangkan pemilihan gubernur. Ia sukses menunjukkan bahwa kompetisi politik bisa dimenangkan dengan kalkulasi yang cermat. Bagi Thomas sendiri, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, sebuah industri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia.

Setahun sebelumnya, setelah kasus penyelamatan Bank Semesta, dalam penerbangan menuju London, Thomas bertemu JD, JD adalah mantan wali kota dan gubernur yang dikenal sebagai figur muda yang sederhana dan bersih. Pertemuan itu menjadi momen penting dalam hidup


(13)

5

Thomas. Percakapan dengan JD menginspirasi Thomas untuk terlibat dalam dunia politik. Dalam sosok JD Thomas menemukan jawaban dari pertanyaan yang mengendap dalam benaknya terkait sosok politikus dengan kemuliaan dan kelurusan hati. Maka, Thomas pun menawarkan diri menjadi konsultan strategi demi mewujudkan penegakan hukum yang dikehendaki JD. Karena presiden merupakan pemilik komando tertinggi bagi penegakan hukum di Indonesia, cita-cita JD hanya bisa direalisasikan dengan menjadi presiden.

Menjelang konvensi partai yang akan mengumumkan secara resmi kandidat presiden dari partai yang menominasikan JD, mendadak terjadi peristiwa yang tidak diantisipasi Thomas sebelumnya. Terjadi ekskalasi besar-besaran dari peserta konvensi yang ditandai dengan manuver raksasa yang dilakukan pihak lawan JD. Situasi yang berkembang tidak terduga itu membuat JD meminta Thomas yang berada di Hong Kong untuk kembali ke Jakarta. Tapi sebelum Thomas meninggalkan Hong Kong, seusai konferensi mengenai komunikasi dan pencitraan politik, ia ditangkap satuan khusus anti teror otoritas Hong Kong. Di dalam kapal yang digunakan Opa dan Kadek menjemput Thomas di Makau, ditemukan seratus kilogram bubuk heroin serta setumpuk senjata api dan peledak. Tidak ada hipotesis lain yang terbentuk di benak Thomas selain bahwa kejadian ini adalah salah satu agenda serius yang dijalankan pihak lawan JD. Ditahannya Thomas di Hong Kong, membuat ia tidak bisa hadir di konvensi partai. Untunglah ada Lee, pengusaha Hong Kong yang


(14)

6

dikalahkan dalam pertarungan di Makau. Lee berhasil meloloskan Thomas dan mengatur perjalanan pulang Thomas ke Indonesia.

Setibanya di Jakarta, Thomas disambar berita penangkapan kliennya. JD ditetapkan sebagai tersangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjabat sebagai gubernur ibu kota. Penangkapan itu tak pelak lagi disinyalir Thomas sebagai upaya pembunuhan karakter untuk mencemarkan reputasi cemerlang JD. Kemungkinan besar, JD akan didiskualifikasi dari kandidat calon presiden partai. Maka sebelum notifikasi pelariannya dari Hong Kong menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan menobatkannya menjadi buruan internasional, Thomas harus bergerak cepat memperjuangkan nasib kliennya. Ia harus pergi ke Denpasar untuk melakukan konsolidasi para pendukung JD. Tapi hal itu pun tetap tidak mudah. Karena seperti dugaan Thomas, ada kelompok yang disebutnya sebagai mafia hukum, bergerak di belakang setiap kejadian itu.

Apakah Thomas bisa menghadiri konvensi partai dan

mengembalikan kepercayaan semua pendukung JD? Thomas, mau tak mau, mesti merancang sebuah plot untuk bisa menghadapi tekanan demi tekanan mematikan yang dihadapinya. Tidak hanya berupaya membawa keluar seorang saksi mahkota dari tahanan kepolisian, Thomas pun menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk menjalankan rencananya. Hingga pada akhirnya ia menyadari, sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan para pendiri benteng kekuasaan yang mampu


(15)

7

melakukan apa saja demi pencapaian tujuan mereka. Sebagai pemimpinnya adalah bedebah yang menyeruak dari puing-puing masa lalu Thomas.

Diakhir cerita, Thomas bisa dibilang beruntung karena memiliki teman-teman yang peduli dan peka terhadap pekerjaannya. Thomas mengakhiri konfliknya dan mendapat bantuan dari teman-temannya saat sedang terpojok. Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menarik untuk dibaca karena terdapat sentuhan politik yang dituangkan dalam kata-katanya.

Fenomena yang terjadi dalam novel Negeri di Ujung Tanduk adalah adanya kontroversi di dalamnya, yang mengandung makna negatif kepada pemerintah. Para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan itu adalah yang ada di dalam novel yang menjadi sebuah acuan dalam melakukan kajian kritik sosial.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan fenomena di atas didapatkan sebuah fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penanda dan petanda kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?

2. Bagaimana makna denotasi dan konotasi kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?


(16)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan maka tujuan yang hendak dicapai peneliti berupa:

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan makna denotasi dan konotasi kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan penanda dan petanda kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung tanduk.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis ingin mempertegas manfaat hasil penelitian yang ingin dicapai dalam proposal ini sekurang – kurangnya dalam dua aspek yaitu:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya kajian tentang Kritik Sosial Pada “Novel Negeri di Ujung Tanduk” Karya Darwis Tere Liye.

a. Dapat menjadi acuan belajar mengenai Kritik Sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk.

b. Dalam hasil penelitian ini nanti diharapkan akan melahirkan

banyak paham yang baru, sehingga penulis dapat

menjadikannya sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


(17)

9

2. Aspek Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kritik sosial dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk. Dan dapat dijadikan pengetahuan bagi masyarakat yang masih belum kenal dengan kritik sosial dalam Novel Negeri d Ujung tanduk.

a. Penulisan skripsi ini dapat dijadikan bahan referensi dalam novel yang mengenai kajian kritik sosial.

b. Agar bisa memberikan pengetahuan mengenai analisis semiotik pada sebuah novel.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Persamaan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :

a. Kritik Sosial dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015.3

Persamaan dalam penelitian adalah sama-sama fokus dalam penelitian yang mencakup kajian kritik sosial yang membahas tentang sebuah novel. Dimana sebuah novel bisa menjadi sebuah media yang sangat ampuh untuk melakukan sindiran mengenai jalannya sistem keadilan di negeri ini. b. Kritik Sosial dalam Cerpen-Cerpen A. Mustofa Bisri: Sebuah

Pendekatan Sosiologi Sastra, 2008.4

3

Anisah Utari. Skripsi. Kritik Sosial Dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli dan Relevansinya dengan Pembelajar Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015.


(18)

10

Persamaan dalam penelitian adalah mengenai tentang kajian kritik sosial yang mengambil beberapa cerpen yang ditulis oleh A. Mustofa Bisri.

c. Kritik Sosial dalam Lirik Lagu (Studi Semiotik tentang pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals). Di tulias oleh Santi Widia Puspitasari 2008.5

Persamaan dalam karya tulis ini adalah fokus dalam penelitian yang mencakup mengenai ktitik sosial pada lagu-lagu karya Iwan Fals. Dimana Dalam lagu-lagu “Besar dan Kecil”, kritik sosial yang tersirat adalah ketidakadilan pemerintahan orde baru khususnya ketika pemilu yang membuat rakyat tidak dapat menikmati asas demokrasi yang dianut Negara Indonesia dan dasar Negara yaitu Pancasila.

d. Kritik Sosial dalam Iklan (Analisis Iklan Sampoerna A Mild). Di tulis Ummi Kalsum, 2008.6

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama fokus pada kritik sosial dan fokus pada iklan rokok. Hasil

dalam penelitian : Sekritis apapun iklan tetap

menyembunyikan kepentingan tertentu. Di balik wacana kritis yang dikumandangkan, terselubung ideologi dan 4

Laode Aulia Rahman Hakim. Skripsi. Kritik Sosial dalam Cerpen-Cerpen A. Mustofa Bisri: Sebuah Pendekatan Sosiolgi Sastra (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008.

5

Santi Widia Puspitasari. Skripsi. Kritik Sosial dalam Lirik Lagu (Studi Semiotik tentang pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals).

6

Ummi Kalsum. Skripsi. Kritik Sosial Dalam Iklan (Analisis Iklan Sampoerna A Mild). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2008.


(19)

11

kepentingan terkait dengan kapitalisme. Meski, di satu sisi A Mild mengkritik fenomena yang mentradisi di masyarakat, di sisi lain A Mild justru menciptakan tradisi tersendiri, yaitu tradisi merokok dan perilaku konsumtif. Selain itu dengan pemuatan unsur kritik sosial dalam iklan, PT. HM. Sampoerna Tbk. membuktikan prinsip corporate social resposibility-nya. Lewat cara ini diharapkan akan semakin memantapkan citra positif perusahaan di benak masyarakat luas yaitu sebagai sebuah institusi yang mempunyai tanggung jawab sosial, citra positif perusahaan tersebut diharapkan juga akan melekat pada produk Sampoerna A Mild di benak masyarakat, sehingga dapat meningkatkan penjualan produk.

F. Definisi Konsep

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Maka peneliti akan memberikan gambaran dari beberapa teori yang ada dengan judul penelitian tersebut :

1. Kritik Sosial

Kata kritik sosial dari bahasa Yunani “kritike” artinya

“pemisahan”, dan “krinoo” artinya “memutuskan,


(20)

12

dapat berarti sebuah inovasi sosial. Bisa juga menjadi sarana komunikasi gagasan baru, yang menilai gagasan-gagasan lama untuk suatu perubahan sosial.7

Kritik sosial muncul karena adanya masalah sosial. Soerjono Soekanto menegaskan bahwa masalah sosial akan terjadi apabila kenyataan yang dihadapi oleh warga masyarakat berbeda dengan harapannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa masalah sosial saling berhubungan antara masyarakat dengan masalah yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, kurang terjaminnya kehidupan ekonomi adalah berhubungan dengan berbagai masalah kecil, masalah kesehatan, masalah organisasi, dan masalah kekacauan kepribadian. Akibatnya seseorang tidak dapat memahami dengan sempurna dan tidak dapat mengambil tindakan sewajarnya.

Pendapat Soerjono Soekanto, Roucek dan Warren mempunyai kesamaan yaitu gejala-gejala masalah sosial biasanya berupa kurang terjaminnya kehidupan ekonomi,

kurang terjaminnya kesehatan masyarakat, menurunnya

kewibawaan pemimpin, dan berbagai bentuk konflik

kepribadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, berarti masalah sosial itu berkisar dari suatu keadaan ketidakseimbangan antara unsur nilai-nilai dan norma-norma

7

Akhmad Zainul Akbar, kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia, dalam Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan., hlm. 12


(21)

13

sosial dalam masyarakat yang relatif membahayakan atau menghambat anggota-anggota masyarakat untuk mencapai tujuan.

Sementara kata “sosial” berasal dari bahasa Latin

“socius” berarti “kawan, teman, dan masyarakat”.8 Dari dua pengertian tersebut, kritik sosial didefinisikan sebagai salah satu bentuk pernyataan pendapat dalam masyarakat dengan fungsi mengontrol jalannya suatu sistem dan struktur sosial.

Kategori kritik sosial menurut Sodiqin yaitu: politik, ekonomi, hukum, budaya, dan pertahanan keamanan.

a. Politik yaitu hal-hal yang berkaitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian wewenang atau alokasi.

b. Ekonomi yaitu segala hal yang berkaitan dengan distribusi pembagian rezeki atau pencaharian.

c. Budaya yaitu semua aspek yang berkaitan dengan cipta, rasa, dan karsa manusia sebagai manusia yang beradab. d. Pertahanan keamanan yaitu segala usaha yang berkaitan

dengan pertahanan dan usaha menciptakan kondisi yang aman.

e. Hukum yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tata aturan atau perundang-undangan.

8


(22)

14

Dengan demikian kajian kritik sosial dalam penelitian ini juga bersandar pada pendapat dan penjelasan di atas. Untuk lebih memudahkan dan memperjelas fakta sosial itu maka yang akan menjadi sasaran kajian kritik sosial yaitu politik, ekonomi, budaya, pertahanan keamanan dan hukum.

Novel Negeri di Ujung Tanduk menjelaskan tentang politik, di mana pekerjaan menjadi tuntutan agar selalu waspada terhadap apa yang berbau dengan kegiatan tersebut, khususnya Thomas yang dulunya menjadi konsultan ekonomi sekarang menjabat sebagai konsultan politik dan secara otomatis dia sering bertemu dengan klien-klienya. Dalam novel ini juga memungkinkan menyinggung masalah yang terjadi di tanah Century. Konflik semakin rumit karena klien Thomas merupakan mantan Walikota yang ingin menjabat sebagai Gubernur, dan sekarang terjerat kasus korupsi.

Masalah ekonomi juga sedikit disinggung di novel ini, dengan membandingkan kondisi yang berada di luar Negeri dan di dalam negeri, serta memperjelas dengan apa yang dilakukan pengusaha sukses, anggota partai politik, pejabat, pemerintah, dan bahkan pemimpin negarapun jadi sindiran. Politik juga sangat mempengaruhi novel ini, segala hal yang berkaitan dengan politik. Politik adalah alat dan hukum adalah bisnis bagi mereka yang berkepentingan. Pertahanan keamanan yang ada


(23)

15

dalam novel ini adalah berhubungan langsung dengan polisi serta pembrogolan tangan dan dinaikkan paksa oleh pihak yang berwajib karena kasus korupsi yang sudah terjadi dalam dunia perpolitikan.

2. Semiotik Model Roland Barthes

Semiotik tidak dapat disebut bidang ilmu karena fungsinya adalah sebagai alat analisis, cara mengurai suatu gejala. Oleh karena itu, sebagian orang menganggap semiotik sebagai ancangan, sementara yang lain menggunakan sebagai metode.9

Pemikiran semiotik Roland Barthes bisa dikatakan paling banyak digunakan dalam penelitian. Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya. Interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Konsep pemikiran Barthes yang operasional ini dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification).10 Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut:

9

Christomy & Yuwono. Semiotika Budaya, (Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), hlm.77

10


(24)

16

a. Denotasi

Makna yang paling nyata dari tanda, apa yang di gambarkan tanda terhadap sebuah obyek. Makna denotasi dalam penelitian ini adalah makna yang secara tertulis terdapat dalam novel yang berkaitan dengan kategori kritik sosial, yakni politik, ekonomi, budaya, pertahanan keamanan dan hukum.

b. Konotasi

Bagaimana menggambarkan obyek, yang bermakna subjektif juga inter subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari. Makna konotasi dalam penelitian ini adalah makna yang tidak tertulis dalam novel namun tersurat serta dapat diinterpretasikan oleh peneliti dengan menggunakan model analisis Roland Barthes yang berkaitan dengan kategori kritik sosial, yakni politik, ekonomi, budaya, pertahanan keamanan dan hukum.

G. Metode Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :


(25)

17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan semiotik interpretatif, yang pada dasarnya bersifat kualitatif-interpretatif, yaitu sebuah metode dengan memfokuskan dirinya pada “tanda” dan “teks” sebagai obyek kajian, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode di balik tanda dan teks tersebut,11 serta memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala interaktif (reciprocal).

Pendekatan interpretatif dalam penelitian ini didapatkan melalui kerangka analisis model Roland Barthes yang dielaborasi dengan buku referensi terkait kategori kritik sosial yang akan diteliti. Jika ilmu pengetahuan berupaya untuk mengurangi perbedaan diantara para peneliti terhadap objek yang diteliti maka para peneliti humanistik berupaya untuk memahami tanggapan subjektif individu.

Pendekatan interpretatif memandang metode penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat menjelaskan misteri pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi yang kuat dalam penelitian. Mayoritas mereka berada dalam kelompok lebih tertarik kasus-kasus individu dari pada kasus-kasus umum12. Kasus individu lebih menarik, serta banyak hal-hal yang perlu digali dari sebuah obyek yang akan dikaji.

11

Christomy & Yuwono. Semiotika Budaya, (Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), hlm. 99

12


(26)

18

Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes, dimana dirasa cocok dengan penelitian sebuah novel. Dengan pemaknaan dua tahap denotasi dan konotasi yang digunakan oleh Roland Barthes dalam teori semiotiknya, Roland Barthes menelusuri makna dengan pendekatan budaya yaitu semiotik makro, dimana Barthes memberikan makna pada sebuah tanda berdasarkan budaya yang melatarbelakangi munculnya makna tersebut. Dengan demikian makna dalam tataran mitos dapat diungkap sesuai dengan keunggulan semiotik Roland Barthes yang terkenal dengan elemen mitosnya.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kali ini peneliti mengambil subyek berupa novel. Novel tidak dapat membentuk kesatuan cerita seperti cerpen. Namun, novel dapat menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan dengan banyak karakter, dan peristiwa rumit yang lebih mendetail. Ciri khas novel adalah mampu untuk menciptakan satu semesta rumit yang lengkap.13 Secara keseluruhan novel dapat berarti karya imajinatif yang menceritakan sisi kehidupan dengan situasi sosial dalam peristiwa yang kompleks dan saling keterkaitan antar unsurnya.

Peneliti kali ini mengambil unit analisis novel yang dimana novel tersebut berupa karya-karya yang bisa disajikan ke khalayak

13


(27)

19

umum. Novel juga bisa memberikan dampak positif dan negatif, tergantung pemaknaan dan isi yang akan disampaikan lewat tulisan tersebut. Contohnya karya Tere Liye yang menyampaikan kritikan lewat sebuah tulisan sastra, yaitu sebuah novel.

3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini bersifat kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian adalah sebuah novel karya Tere Liye yang berisikan tentang fenomena. Fenomena yang dilakukan oleh seorang lelaki bermata sipit yang tengah berjuang menyelamatkan hidupnya dari ancaman para mafia hukum. Pekerjaannya menuntut dirinya untuk selalu waspada terhadap segala hal yang berbau politik.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah dari berbagai macam literatur yang bisa dijadikan pijakan untuk bahan penelitian, seperti buku, majalah, koran dan internet.

4. Tahapan Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses penelitian. Untuk itu peneliti harus menyusun tahap-tahap penelitian yang lebih


(28)

20

sistematis agar dapat diperoleh hasil penelitian yang sistematis. Ada beberapa tahapan dalam sebuah penelitian.

a. Menentukan Tema dan Judul

Peneliti menentukan tema dan judul yang akan dijadikan konsep dan apa fenomena yang akan diteliti oleh peneliti. Hal ini yang nantinya akan dijadikan sebagai latar belakang dan fokus masalah penelitian yang akan diteliti yaitu novel yang berjudul Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye. b. Menyiapkan Proposal

Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti menentukan tema dan judul penelitian, dikarenakan agar peneliti tetap fokus pada permasalahan atau fenomena yang akan diteliti dan akan dimasukkan ke proposal secara utuh.

c. Penyusunan Laporan

Kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi dengan dosen, agar laporan yang dikerjakan bisa bagus dan benar akan hasil yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dengan Studi dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis


(29)

21

dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan cara mengambil dan mencari isi atau media yang berhubungan dengan Karya Tere liye berjudul Negeri di Ujung Tanduk.

6. Teknik Analisis Data

Pada tahap teknik analisis data ini peneliti menggunakan model analisis data berlangsung atau mengalir seperti yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman14, berikut tahapan yang peneliti lakukan pada proses analisis data kali ini.

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, memfokuskan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”

yang terjadi dalam catatan-catatan yang tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek atau kalimat yang diorientasikan secara kualitatif. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti potongan-potongan data untuk diberi kode, untuk ditarik ke luar, dan rangkuman pola-pola sejumlah potongan, apa pengembangan ceritanya, semua merupakan pilihan-pilihan analisis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan

14

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan (Jakarta : GP Press 2007 ), hlm. 41-142


(30)

22

menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.15

b. Display data

Langkah kedua dari kegiatan analisis data adalah model data.

Kita mendifinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melihat sebuah tayangan membantu untuk memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah teks naratif.16

c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.17

15

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 129-130

16

Ibid, hal 131.

17

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung Alfabeta, 2009), hlm. 252


(31)

23

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

H. Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian ini akan ditulis dalam 5 bab, masing-masing bab dibahas dan dikembangkan dalam beberapa sub bab secara sistematis sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang konteks permasalahan yang merupakan gambaran fenomena yang mendasari penelitian dalam melakukan penelitian, dirumuskan pada fokus penelitian, memberikan batasan pada masalah yang diteliti dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, defines konsep dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini merupakan penjelasan definisi dari beberapa kajian tentang kritik sosial. selanjutnya penjelasan beberapa teori yang digunakan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian yang dijelaskan dalam kajian teori.

BAB III : PENYAJIAN DATA Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai subjek, dan juga mendeskripsikan obyek kajian berkaitan


(32)

24

dengan ilmuan yang diteliti begitu juga peneliti menceritakan data yang ditulis dalam novel.

BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini peneliti mengemukakan temuan-temuan dari hasil analisis dan kemudian mengkonfirmasikan hasil temuan dengan teori-teori yang dipakai.

BAB V : PENUTUP Bab ini meliputi kesimpulan, kritik, saran, rekomendasi dan lampiran.


(33)

BAB II

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL A. Kajian Pustaka

a) Kritik Sosial

1. Definisi Kritik Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kritik ialah kecaman atau tanggapan, kadang disertai uraian dan pertimbangan baik terhadap satu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik membuka diri untuk perdebatan, mencoba untuk meyakinkan orang lain, dan mengandung kontradiksi. Dengan demikian kritik menjadi tukar pendapat publik. Kritik tidak hanya menyangkut soal rasa baik, tetapi harus melibatkan cara-cara analisis dan bentuk-bentuk pengalaman khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain pada umumnya.1 Menurut pandangan Curtis, kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.2

Sementara itu sosial memiliki pengertian kehidupan bersama dalam masyarakat sebagai kelompok yang ada aturan di dalamnya. Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat apabila orang-perorangan

1

Terry Eagleton, Fungsi Kritik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 70

2

Dan B. Curtis, et al., Komunimsi Profesional Bisnis dan (Jakarta: Rosda Jayapura, 1996), hlm. 284


(34)

26

dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.3

Kritik sosial juga bisa diartikan sindiran yang ditujukan pada suatu hal yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas berupa kepincangan atau kebobrokan. Kritik sosial diangkat ketika kehidupan dinilai tidak selaras dan tidak harmonis ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan sosial mengarah pada dampak-dampak dalam masyarakat.4

Kritik sosial yang sehat selalu menginginkan perbaikan dan biasanya dihubungkan dengan perlunya suatu situasi ideal dan perilkau ideal. Dalam dunia politik istilah kritik sosial sudah mempunyai konotasi negatif yakni, mencari kelemahan-kelemahan pihak lainnya dalam pertarungan politik.

Pada zaman modern kritik sosial dapat disampaikan melalui bermacam-macam saluran yang paling berpengaruh baik karena luasnya jangkauan maupun karena cepat dan frekuensinya tentu saja melalui alat-alat komunikasi modern seperti surat kabar, radio, televisi maupun media cetak lain.5

Astrid Susanto menyimpulkan kritik sosial itu yakni aktivitas yang berhubungan dengan penilaian (judging),

3

Sarjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 67

4

Definisi Kritik Sosial dalam http://blog.isi-dps.ac.id/gustiangdiyusa/musik-sebagai-media-kritik-sosial diakses pada 17-03-2017 pukul 21:19 WIB

5


(35)

27

Perbandingan (comparing), dan pengungkapan (revealing)

mengenai kondisi sosial yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut atau pun nilai-nilai yang dijadikan pedoman.

Kemudian Walzer berpendapat bahwa kritik sosial merupakan suatu kegiatan umum yang tidak menunggu sampai adanya penemuan filosofis atau invensi tertentu. Kritik sosial

berbeda dengan kritik sastra, karena kata ‘sosial’ dalam kritik

sosial menunjukkan suatu hal mengenai subjek dari suatu usaha yang dilakukan.6

2. Jenis-jenis Kritik Sosial

Kritik sosial dapat dikelompokkan menjadi dua jenis , yakni kritik yang dilakukan secara terbuka dan kritik yang dilakukan secara tertutup atau terselubung. Kritik sosial secara terbuka berarti kegiatan penilaian, analisis atau kajian terhadap keadaan suatu masyarakat tertentu yang dilakukan secara langsung. Sedangkan kritik sosial yang dilakukan secara terselubung dapat berupa tindakan-tindakan simbolis yang menyiratkan penilaian maupun terhadap keadaan sosial suatu masyarakat secara tidak langsung.7

6

Michael Walzer, Interpretation and Social Criticism (Cambridge, Mass: Harvard University Press, 1985), hlm. 30

7

Jenis-jenis Kritik Sosial dalam

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2869/3/T1_712008005_BAB%20II.pdf diakses pada 16-03-2017 Pukul 12:39 WIB


(36)

28

3. Model Penelitian Kritik Sosial

Model-model penelitian ini dapat dilihat dengan cara melihat permasalah dan fenomena yang ada pada masyarakat atau kelompok tertentu. Kritik sosial menjadi salah satu bentuk untuk melakukan sindiran kepada hal apa saja yang perlu untuk dikritik yang sekiranya tidak benar dan dipandang kurang layak berada di tengah masyarakat.

b) Novel

1. Definisi Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia novella. Secara harfiah, novella berarti sebuah “barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. Novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah

novelette dalam bahasa Inggris, berarti sebuah karya prosa fiksi yang tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.

Novel juga bisa diartikan cerita atau penulis fiksi. Penulis fiksi tidak semata hanya melakukan tindakan bercerita atau tindakan tentang menceritakan kehidupan manusia. Penulis menyertakan pikiran-pikiran pribadinya atau pikiran-pikiran falsafahnya melalui sosok-sosok pesan dalam karyanya.8

8


(37)

29

Novel menurut H. B. Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan daerahnya adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar biasa karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.9

Tarigan menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Jadi novel adalah sebuah karya fiksi berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan para tokoh yang diceritakan dalam sebuah alur atau peristiwa yang panjang cakupannya, cerita tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, yang setidaknya terdiri dari 100 halaman.10

2. Jenis-jenis Novel

Berdasarkan jenisnya novel dibagi kedalam lima bagian yaitu, novel avontur, psikologis, detektif, sosial, politik dan kolektif.

a. Novel Avontur, Novel yang dipusatkan pada seorang lakon yang di mulai dari titik A sampai Z sebagai tujuan akhir dengan diselingi pengalaman-pengalaman lain yang bersifat rintangan dan disusun secara kronologis.

9

Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA (Jakarta: Erlangga, 1989), hlm. 19.

10

Definisi Novel dalam http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-meiambarsa-30082-10-unikom_m-2.pdf diakses pada 17-03-2017 pukul 20:37 WIB


(38)

30

b. Novel Psikologis, dalam novel ini tidak ditujukan kepada

Avontur yang terjadi secara bertahap, tetapi lebih menekankan pada pemeriksaan semua pikiran para pelaku.

c. Novel Sosiologi dan Politik, tokoh novel dalam cerita ini larut

dalam masyarakat yang mempunyai kelasnya atau

golongannya. Persoalan yang sedang dihadapi ditinjau dari lingkup golongan dalam masyarakatnya. Inisiatif dari setiap golongan akan timbul terhadap masalah tersebut dan peranan para pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung.

d. Novel Kolektif, isinya mementingkan cerita masyarakat sebagai suatu totalitas, suatu keseluruhan dengan memadukan pandangan antropologis dan sosiologis dalam karyanya. Ditinjau dari struktur cerita novel kolektif merupakan bentuk yang paling banyak tantangannya.

e. Novel Detektif, jenis novel ini menceritakan pembongkaran rahasia kejahatan dan biasanya dibutuhkan bukti untuk menangkap pembunuh.11

3. Karakteristik Novel

Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses

11

Jenis-jenis Novel dalam http://elibrary.unisba.ac.id/files/06-2277_Fulltext.pdf diakses pada 17-03-2017 pukul 21:03 WIB


(39)

31

pemaknaan relative jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. Dari segi panjang cerita, novel lebih panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang komplek. Berikut adalah karakteristik novel: 1) Jumlah kata yang mencapai 35.000 buah, 2) Jumlah halaman yang mencapai 100 halaman kuarto, 3) Jumlah waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel diperlukan sekitar 2 jam, 3) Novel bergantung pada perilaku dan mungkin lebih dari satu pelaku, 4) Novel menyajikan lebih dari satu impresi, 5) Novel menyajikan lebih dari satu efek, 6) Novel menyajikan lebih dari satu emosi, 7) Novel memiliki skala yang lebih luas, 8) Seleksi pada novel lebih ketat, 9) Kelajuan dalam novel lebih lambat. 10) Dalam novel unsur-unsur kepadatan dan intensitas tidak begitu diutamakan.

4. Kritik Sosial dalam Novel

Kritik yang dilakukan secara langsung disampaikan dengan menggunakan bahasa yang lugas dan jelas terhadap permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Penyampaian kritik tidak langsung dilakukan dengan sindiran melalui bahasa sinisme, simbolik dan humor. Berbagai peristiwa dalam masyarakat sering


(40)

32

menggugah perhatian dan pikiran pengarang untuk menuangkan ide dan gagasannya bermuatan unsur kritik.

Kritik sosial dalam novel adalah untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa dalam makna yang tertulis di dalam novel tersebut. Apakah banyak mengandung unsur kritik atau bahkan sangat mengkritik yang di aplikasikan ke dalam media buku, majalah, koran atau bentuk lainnya.

B. Kajian Teori a) Teori Kritis

Sebagaimana telah dirumuskan kembali oleh Habermas, teori kritis bukanlah suatu teori ‘ilmiah’ sebagaimana dikenal secara luas di kenal di kalangan publik akademis dalam masyarakat. Habermas melukiskan teori kritis sebagai suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Dalam ketegangan itulah dimaksudkan bahwa teori kritis tidak berhenti pada fakta obyektif seperti dianut teori-teori positivis.

Teori kritis hendak menembus realitas sebagai fakta sosiologis, untuk menemukan kondisi-kondisi yang bersifat transendental yang melampaui data empiris. Dengan kutub ilmu pengetahuan dimaksudkan bahwa teori kritis juga bersifat historis dan tidak meninggalkan data yang diberikan oleh pengalaman kontekstual. Degan demikian teori tritis tidak hendak jatuh pada metafisika yang


(41)

33

melayang-layang. Teori kritis merupakan dialektika antara pengetahuan yang bersifat transedental dan yang bersifat empiris.

Dalam konteks masyarakat industri maju, Teori kritis sebagai kritik ideologi mengemban tugas untuk membuka kedok ideologis dari positivisme. Positivisme bukan sekedar pandangan positivistis mengenai ilmu pengetahuan melainkan jauh lebih luas lagi, positivisme sebagai cara berpikir yang menjangkiti kesadaran masyarakat industri maju. Dari keseluruhan keprihatinan atas permasalahan rasionalitas zaman ini, dapat dikatakan bahwa teori kritis mengarahkan diri pada dua taraf yang berkaitan secara dialektis. Pada taraf teori pengetahuan, Teori kritis berusaha untuk mengatasi saintisme atau positivisme. Pada taraf teori sosial, kritik itu dibidikkan ke arah berbagai bentuk penindasan ideologis yang melestarikan konfigurasi sosial masyarakat yang represif.

Pemahaman positivisme atas ilmu-ilmu sosial mengandung relevansi politik yang sama beratnya dengan klaim-klaim politis lain karena pemahaman itu berfungsi dalam melanggengkan status quo masyarakat. Sebaliknya, interaksi social sendiri diarahkan oleh cara berpikir teknokratis dan positivistis yang pada prinsipnya adalah rasio instrumental atau rasionalitas teknologis. Ke dalam situasi ideologis itulah teori kritis membawa misi emansipatoris untuk mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang lebih rasional melalui refleksi diri. Di sini teori mendorong praxis hidup politis manusia.


(42)

34

Meskipun terdapat garis umum yang sama, teori kritis itu cukup bervariasi dalam gaya dan isinya menurut pemikirannya

masing-masing, entah itu Horkheimer, Adorno atau

Marcuse. Sementara teori kritis menurut Habermas secara khusus memperbarui teori kritis mazhab Frankfurt yang mengalami jalan buntu. Tanpa meninggalkan keprihatinan para pendahulunya, untuk mengadakan perubahan-perubahan structural secara radikal,

Habermas merumuskan kepribatinan itu secara baru. Perubahan itu tidak dapat dipaksakan secara revolusioner melalui ‘jalan

kekerasan’, juga tak dapat dipastikan datangnya seperti gerhana

matahari. Memaksakan perubahan revolusioner melalui kekerasan hanyalah akan mengganti penindas lama dengan penindas baru, seperti terjadi pada rezim Stalin. Di lain pihak, masyarakat memang tidak akan berubah selama anggota-anggotanya menunggu datangnya perubahan bagaikan menunggu terjadinya gerhana. Menurut Habermas

– dan inilah gagasan orisinalnya — transformasi social perlu diperjuangkan melalui dialog-dialog emansipatoris. Hanya melalui

‘jalan komunikasi’ dan bukan melalui ‘jalan dominasi’ inilah

diutopikan terwujudnya suatu masyarakat demokratis radikal, yaitu masyarakat yang berinteraksi dalam suasana komunikasi bebas dari penguasaan.12

12

Teori Kritik Sosial https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/05/16/mengenal-teori-kritis-habermas/ diakses pada 10-04-2017 pukul 11:56 WIB


(43)

35

b) Analisis Semiotik Roland Barthes

Analisis semiotik Roland Barthes muncul dikarenakan adanya persepsi dari Roland sendiri bahwa dibalik tanda-tanda tersebut terdapat makna misterius yang akhirnya dapat melahirkan sebuah mitos. Jadi intinya bahwa mitos yang dimaksud oleh Roland Barthes tersebut muncul dari balik tanda-tanda dalam komunikasi sehari kita, baik tertulis maupun melalui media cetak.

Untuk mendapat pemahaman secara detail berikut sedikit diuraikan konsep semiotik dari Roland Barthes, yakni bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah penanda konotatif. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif.

Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna


(44)

36

Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya

sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.13

C. Kerangka Pikir Penelitian

Roland Barthes seorang tokoh pemikir strukturalis dan juga seorang tokoh dalam semiotik yang telah cukup banyak memberikan kontribusinya dalam pengembangan semiotik khususnya strukturalis. Barthes adalah penerus Saussure yang mengembangkan teori penanda (signifier) dan petanda (signified) menjadi lebih dinamis. Menyebut Barthes sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Barthes mengembangkan model penanda dan petanda menjadi lebih dinamis.

Setiap novel yang ditulis oleh seorang penulis pasti mempunyai nilai dan karakter tersendiri. Lewat hubungan antara tanda (Sign), penanda (Signifier), dan petanda (Signified) akan menuntun kita ke

13

Analisis Roland Barthes dalam https://mandala991.wordpress.com/2012/06/11/analisis-semiotik-mitos-roland-barthes/ diakses pada 22-01-2017 pada pukul 10:38.


(45)

37

arah makna yang tersembunyi dari novel tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan kajian mengenai Kritik Sosial dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye (Analisis Semiotik Model Roland Barthes dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk).

Barthes mengembangkan penanda (signifier) dan petanda (signified) menjadi ekspresi (E) untuk penanda (signifier) dan isi (C/contenu) untuk petanda (signified). Namun, Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) sehingga membentuk tanda (Sn).14 Ia mengemukakan konsep tersebut dengan E-R-C. Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena R ditentukan oleh pemakai tanda.

Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal secara umum (denotasi) dan oleh Barthes disebut sistem primer, sedangkan segi pengembangannya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder yang ke arah ekspresinya disebut metabahasa. Artinya E dapat berkembang membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu E untuk C yang sama. Dengan kata lain, suatu tanda mempunyai bentuk yang banyak dengan makna yang sama. Sedangkan sistem sekunder yang ke arah C disebut konotasi, artinya C dapat berkembang membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu C untuk E yang

14

Nazaruddin. Elemen-elemen Semiologo / Barthes, Roland. (Yogyakarta :Jalasutra, 1987). hlm. 90.


(46)

38

sama. Dengan kata lain suatu tanda mempunyai banyak makna dengan bentuk yang sama.

Konotasi adalah makna baru yang diberikan pemakai tanda sesuai dengan keinginan serta merupakan hasil proses dalam cara memaknai tanda. Contohnya yang paling mudah dipahami adalah, seperti telah kita lihat, dari bidang bahasa dan mengandung prinsip-prinsip linguistik yang diteruskan dari konsep signifiant-signifie dari

ilmu yang mengkaji “kehidupan tanda” dalam masyarakat.15 konotasi

juga merupakan suatu sistem yang dapat membentuk sejumlah satuan dalam wacana denotatif.16. Barthes melihat manusia dalam memaknai suatu hal tidak sampai pada tataran makna denotasi, melainkan manusia menggunakan kognisi melalui beberapa pemaknaan dan penafsiran sehingga menimbulkan makna konotasi.

Jalur pertama adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu E untuk C yang sama disebut proses Metabahasa. Contoh pengertian seseorang yang dapat menggunakan ilmu gaib untuk tujuan tertentu diberi nama secara umum (ekspresinya/bentuk) dukun, tetapi juga dapat diekspresikan dengan paranormal, atau orang pinter. Jalur kedua adalah pengembangan pada segi C. Hasilnya adalah suatu tanda mempunyai lebih dari satu C untuk E yang sama. Contoh kata (ekspresi) mercy yang maknanya (C) dalam sistem primer adalah singkatan dari Mercedes Benz, merek sebuah mobil buatan Jerman.

15

Christomy & Yuwono. Semiotika Budaya, (Depok : Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), hlm. 54.

16


(47)

39

Dalam proses selanjutnya makna primer itu (C) berkembang menjadi

‘mobil mewah’, ‘mobil konglomerat’, ‘mobil orang kaya’, atau ‘simbol status sosial ekonomi yang tinggi’.

Teori Barthes memfokuskan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah definisi objektif kata tersebut, sedangkan konotasi adalah makna subjektif atau emosionalnya. Menurut Barthes bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Dari penanda konotatif akan memunculkan petanda konotatif yang kemudian akan melandasi munculnya tanda konotatif.

Semiotik adalah ilmu tentang tanda, fungsi tanda-tanda, dan produksi tanda17. Semiotik lebih suka memilih istilah “pembaca” untuk

“penerima” karena hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan

derajat aktivitas yang lebih besar dan juga pembacaan merupakan sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya. Oleh karena itu, pembacaan itu ditentukan oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca membantu menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosinya terhadap teks tersebut18.

Menurut Yuri Lotman semiotik bukan alat yang tepat bagi siapapun yang belum familiar dengan Medan studi lain selain semiotik. Suatu pandangan yang melihat semiotik sebagai sebuah

17

Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. (Yogyakarta: Jalansutra, 2008). hlm. 12.

18


(48)

40

disiplin intelektual tingkat tinggi yang superior, membawa perdebatan yang tak terduga dan penting pada pernyataan-pernyataan tentang peran dan kepentingan ilmu semiotik.19

Teori Semiotik Roland Barthes mempunyai hubungan dengan apa yang peneliti kaji yaitu kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Seperti dijelaskan pada teori diatas bahwa Semiotik adalah ilmu tentang tanda, fungsi tanda-tanda, dan produksi tanda. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada novel. Pusat perhatian semiotik adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek untuk diteliti adalah kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Obyek yang di teliti juga sudah jelas bahwa hal yang akan diteliti yaitu berbagai macam tanda, fungsi tanda-tanda dan produksi tanda yang ada pada novel tersebut. Ilustrasi kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut:

19

Ikhwan Rosyidi, Trisna Gumilar, Heru Kurniawan, Zurmailis, Analisis Teks Sastra, (Yogyakarta : 2010), hlm 97.


(49)

41

Gambar. 2

Novel Negeri di Ujung Tanduk

Semiotik

Denotasi Konotasi


(50)

BAB III

PENYAJIAN DATA KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA DARWIS TERE LIYE

A. Deskripsi Subyek Penelitian 1. Novel Negeri di Ujung Tanduk

a.) Latar Belakang Novel Negeri di Ujung Tanduk

Judul : Negeri di Ujung Tanduk

Penulis : Darwis Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : April 2013

Tebal : 360 halaman; 20 cm

ISBN :978-979-22-9429-3

Di novel ini para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tetapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian. Namun, ada sosok petarung


(51)

43

sejati yang memilih jalan suci meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, tetap akan berdiri membela kehormatan.

Berbagai bentuk konflik politik terjadi untuk mencapai tujuan masing-masing. Berbagai pihak yang tersangkut dalam konflik politik antara lain pengusaha, pejabat negara, dan konsultan. Antarkubu saling beradu dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Politik menjadi muatan utama dalam novelini.

b.) Karakteristik Novel Negeri di Ujung Tanduk

Novel Negeri di Ujung Tanduk adalah novel yang memiliki keistimewaan tersendiri di mata para pembacanya, dan di dalam novel ini memiliki karakteristik yang di mana pembaca dibawa layaknya menonton sebuah adegan dalam film ataupun video. Dalam novel ini juga membahas tentang hukum, tahanan keamanan, bahkan politik yang dibahas secara mendalam, serta mengupas berbagai jenis kasus korupsi di negeri ini dengan cara yang tidak mungkin pernah dibayangkan bagi setiap pembaca. c.) Kelebihan dan Kekurangan Novel Negeri di Ujung Tanduk

Kelebihan dari novel iniadalah bahasanya yang sederhana dan membuat pembaca terbawa dalam alur cerita. Novel Negeri di Ujung Tanduk juga disebut sebagai novel yang baik, karena memberikan kesadaran berpikir dan sentuhan aksi. Novel ini juga mampu memberikan kesadaran berpikir kepada pembaca,


(52)

44

bukan kenikmatan cerita semata. Namun setelah membaca, pembaca diajak untuk berpikir mengenai politik di negeri ini serta cara-cara mempengaruhi massa seperti yang Thomas lakukan di novel ini. Novel ini layak disebut novel aksi.

Terlepas dari kelebihan novel tersebut, tentu selalu ada celah kekurangan. Seperti kehadiran tokoh yang dipaksakan. Tokoh Maryam sebagai heroine. Novel ini dirasakan mengganggu dan tidak banyak membantu. Dan lagi-lagi Rudi selalu datang

sebagai “juru selamat”. Meski kebetulan itu telah

dibungkus Darwis Tere Liye dengan logika, tetap saja hal itu dirasa sebagai kebetulan dan keberuntungan. Selain itu kesalahan pada penulisan mengganggu penikmat pembaca. Kesalahan tersebut antara lain terlewatnya tanda petik di berbagai kalimat, tertukar penulisan antara Maryam dan Maggie, serta gaya bicara beberapa tokoh yang sama dengan Thomas, seperti kata frankly speaking yang juga diucapkan oleh Presiden.

2. Biodata dan Profil Darwis Tere Liye

a.) Biodata Darwis Tere Liye

Beberapa tahun belakangan dunia sastra Indonesia akrab dengan sosok penulis bernama Tere Liye. Penulis yang satu ini mampu menghipnotis masyarakat dengan karya tulisannya. Selama ini sosok Darwis Tere Liye sangat misterius. Kisah hidupnya tidak


(53)

45

terlalu banyak diekspos. Hal tersebut memang sengaja dilakukan untuk menjaga kehidupan pribadinya. Ia tidak gemar tampil di layar kaca dan melakukan eksistensi dengan membuat sensasi yang kerap dilakukan oleh para publik figur lainnya. Sosoknya yang sederhana memukau banyak orang, serta banyak dikagumi oleh pecinta novel karena gaya khas penulisannya sangat mudah dipahami dengan bahasa yang mudah diterima. Meskipun dinobatkan sebagai penulis terkenal dengan buku-bukunya yang best seller namun ia tidak memanfaatkan untuk sekedar mencari popularitas.

Berdasarkan email yang dijadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu darwisdarwis@yahoo.com. Bisa disimpulkan dengan sederhana bahwa namanya adalah Darwis. Biografi Darwis Tere Liye yang berkaitan dengan masa kecilnya diketahui bahwa ia adalah anak dari seorang petani. Ia lahir pada 21 Mei 1979 Tanda Raja, Palembang, Sumatera Selatan. Ia adalah anak keenam dari tujuh bersaudara yang tumbuh dalam keluarga sederhana, lahir di dekat bukit barisan, Sumatera bagian Selatan dan dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat sederhana. ayahnya bernama Syahdan dan ibunya bernama Nurmas. Kehidupan di masa kecil yang dilalui dengan penuh kesederhanaan membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana hingga saat ini.


(54)

46

Sosoknya terlihat tidak banyak gaya dan tetap rendah hati dalam menjalani kehidupan. Darwis Tere Liye mengenyam pendidikan dasar di Sekolah SDN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Kikim, Sumatera Selatan. Setelah itu pendidikan menengah atasnya dihabiskan di SMAN 9 Bandar Lampung.

Saat menempuh pendidikan tinggi, ia merantau ke tanah Jawa dengan berkuliah di salah satu universitas terbaik yaitu Universitas Indonesia dan berkuliah di Fakultas Ekonomi. Riwayat pendidikannya mampu menggambarkan sosok orang yang memiliki kecerdasan sehingga tidak heran bila karya-karyanya menjadi begitu fenomenal.

Darwis Tere Liye menikah dengan Riski Amalia sesosok perempuan cantik, dan dikaruniai dua orang anak, yaitu seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah Pasai dan seorang anak perempuan bernama Faizah Azkia.

Fakta yang tidak banyak diketahui orang adalah, bahwa nama Tere Liye bukanlah nama asli, melainkan hanya nama pena yang selalu disematkan dalam setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan panggilan Darwis. Saat ini ia bekerja sebagai karyawan kantor sebagai akuntan sampai saat ini.1

1

Biografi Darwis Tere Liye dalam http://www.biografiku.com/2016/09/biografi-dan-profil-tere-liye-penulis-novel-terkenal-asal-indonesia.html?m=1 diakses pada 18-03-2017 pukul 00:39 WIB


(55)

47

b.) Karya Darwis Tere Liye

Hingga tahun 2016 kemarin Darwis Tere Liye telah menulis 25 karya novel, dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Bahkan beberapa novel telah diangkat ke layar lebar dan menarik minat masyarakat Indonesia untuk menontonnya. Berdasarkan biografi Darwis Tere Liye, ada beberapa karya novel yang telah diterbitkan sesuai dengan tahun terbitnya. Diantaranya ialah, Hafalan Shalat Delisa 2005, Kisah Sang Penandai 2005, Moga Bunda Disayang Allah 2006, The Gogons: James dan The Incredible Incident 2006, Bidadari Surga 2008, Rembulan Tenggelam di Wajahmu 2009, Burlian (Serial Anak-anak Mamak) 2009, Pukat (Serial Anak-anak Mamak) 2010, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 2010, Eliana (Serial Anak-anak Mamak) 2011, Ayahku (bukan) Pembohong 2011, Sunset Bersama Rosie 2011, Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah 2012, Berjuta Rasanya 2012, Negeri Para Bedebah 2012, Sepotong Hati Yang Baru 2012, Negeri di Ujung Tanduk 2013, Amelia 2013, Bumi 2014, Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta 2014, Rindu 2014, #aboutlove 2015, Bulan 2015, Pulang 2015, dan yang terakhir Novel Karya Darwis berjudul Hujan diterbitkan tahun 2016.


(56)

48

c.) Ciri Khas Karya Darwis Tere Liye

Setiap penulis pasti memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan penulis lainnya. Ciri khas karya-karya yang ditulis oleh Darwis Tere Liye yaitu mengisahkan tentang kesedihan, keharuan, bahkan hingga kematian yang dialami oleh para tokohnya. Selain itu, Darwis Tere Liye juga sering menggunakan alur maju mundur. Walaupun Darwis Tere Liye adalah seorang laki-laki, namun ia mampu menyelami perasaan dan isi hati seorang wanita secara mendetail. Hal ini menjelaskan bahwa Darwis Tere Liye merupakan salah satu penulis yang profesional dan sudah hal yang wajar jika tulisannya sering mendapat predikat best seller.2

Darwis Tere Liye pintar merangkai kata membuat para

pembaca selalu termenung setelah membaca. Karena

menyimpulkan rangkaian kejadian rumit. Namun disisi lain, kegemaran itulah menjadikan ciri khas novel Darwis Tere Liye, dan disetiap novelnya kejadian itu selalu terjadi berulang-ulang.

B. Deskripsi Data Penelitian

Pemaparan dicari peneliti berupa kutipan-kutipan dari novel akan dijabarkan sesuai skema yang dihasilkan oleh Roland Barthes dengan menghubungkan antara penanda, petanda, tanda, bahasa dan mitos.

2

Ciri Khas Darwis Tere Liye dalam http://erlindaaje.blogspot.co.id/2013/06/tere-liye.html diakses pada 19-03-2017 pukul 14:31 WIB.


(57)

49

1. Penanda dan Petanda

a. Penanda dan Petanda Kritik Sosial dalam Kategori Politik dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk

1) Episode 2, Moralitas dalam Demokrasi 1. SIGNIFIER

(PENANDA)

2. SIGNIFIED (PETANDA) Kepala negara yang

dituduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi tetap memenangi pemilu.3

Petanda yang dapat dilihat adalah Kepala negara memiliki skandal terkait dugaan kasus pesta seks,

mempekerjakan gadis pekerja seksual tapi menang dalam pemilu 2) Episode 2, Moralitas dalam Demokrasi 1. SIGNIFIER

(PENANDA)

2. SIGNIFIED (PETANDA) kepala pemerintah yang

hidup serumah dengan wanita di luar ikatan pernikahan,bangga menunjukkan ke rakyatnya,

mempertontonkan sesuatu yang boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wanita paling terhormat di negeri tersebut.4

Petanda yang dapat dilihat adalah Kepala negara hidup serumah dengan wanita yang bukan istrinya secara sah dan bangga menunjukkan kepada rakyatnya, serta memepertontonkan skandal besar namun atas nama demokrasi

memenangkan pemilu dan simpanannya menjadi ibu negara (wanita) yang paling terhormat di negeri tersebut

3

Darwis Tere Liye, Negeri di Ujung Tanduk (Jajarta: PT Granedia Pustaka Utama), hlm. 19

4


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

133

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Kritik Sosial Dalam

Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Darwis Tere Liye”

peneliti

mendapatkan data yang sudah dikonfirmasikan dengan teori-teori, dengan

demikian dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai hal yang

menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan ini meliputi berbagai

aspek mulai dari dasar pertimbangan mengenai penanda dan petanda,

konotasi dan denotasi dalam novel negeri di ujung tanduk. Berdasarkan

hasil analisis data maka ada beberapa kesimpulan yang di dapat, yaitu:

1.

Penanda dan Petanda Kritik Sosial

Penanda dan petanda yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

adanya kejanggalan yang kerap terjadi, bahkan satu dua kali

menemukan hal yang sama dengan apa yang sudah dibaca di halaman

pertama hingga akhir. Sedikit banyak di dalam tulisan seorang Darwis

Tere Liye banyak menyindir atau mengatakan secara jelas bahwa

dunia politik dan hukum menjadi salah satu media untuk melakukan

kejahatan, kejahatan terlihat maupun tidak terlihat.

Pertahanan keamanan juga salah satu bentuk yang kerap terjadi dan

sering diangkat dalam novel ini. penangkapan kelompok anggota yang

diduga terlibat kasus korupsi menjadi sangat dominan dan sering


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

134

2.

Denotasi dan Konotasi Kritik Sosial

Denotasi dan Konotasi sendiri kemudian menjadi asumsi umum

bahwa ketika manusia yang bangga dengan kehidupan yang selalu

berkecimpung di politik dan hukum maka akan melihat secara jelas

kasus-kasus yang sedang terjadi. Kehidupan semakin rusak bukan

karena orang jahat semakin banyak, tetapi semakin banyak orang yang

memilih tidak peduli lagi. Dalam novel ini juga sedikit menyinggung

masalah-masalah yang sedang terjadi di tanah air seperti kasus korupsi

dan kasus-kasus yang lain, sehingga masyarakat banyak beranggapan

bahwa kasus yang seperti ini dianggap sepele dan sudah terbiasa

terjadi. padahal ini penting dan berpengaruh besar kepada masyarakat.

Novel ini banyak kutipan tentang sindiran terhadap

petinggi-petinggi atau pejabat negara dan soal hukum, ekonomi dan politik.

Dari ketiga kategori ini bisa diartikan sebagai landasan untuk mengerti

akan kritik sosial yang sebenarnya.

B.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan bahwa

penelitian ini hanya terbatas pada isi novel Negeri di Ujung Tanduk.

karena itu, peluang yang masih terbuka untuk diadakan penelitian lebih

lanjut dapat dikembangkan pada aspek sosial yang nantinya akan


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

135

Kemudian hasil dan penelitian ini diharapkan bisa dijadikan

rujukan bagi penelitian serupa yang dapat dikembangkan lebih luas oleh


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

A. Mustofa Bisri.

Sebuah Pendekatan Sosiolgi Sastra

(Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia).

Aulia Laode Hakim Rahman. 2008. Skripsi.

Kritik Sosial dalam Cerpen-Cerpen

Auton Pareira Berthoid, Kritik Sosial Politik Nabi Yesaya,

(Malang :

Dioma).

Christomy & Yuwono. 2004.

Semiotika Budaya

, (Depok : Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Indonesia).

Curtis Dan B., et al.,. 1996.

Komunimsi Profesional

Bisnis

(Jakarta: Rosda

Jayapura).

Danya Munsyi Alif. 2012.

Jadi Penulis? Siapa Takut!,

(Bandung : PT Mizan

Pustaka).

Eagleton Terry. 2013.

Fungsi Kritik

(Yogyakarta: Kanisius).

Fiske John. 2011.

Cultural and Communication Studies

(Yogyakarta: Jalasutra).

Kalsum Ummi. 2008.

Skripsi. Kritik Sosial Dalam Iklan (Analisis Iklan

Sampoerna A Mild)

. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Prodi Komunikasi

dan Penyiaran Islam).

Nazaruddin. 1987. Elemen-elemen Semiologo / Barthes, Roland. (Yogyakarta

:Jalasutra).

Puspitasari Widia Santi.

Skripsi. Kritik Sosial dalam Lirik Lagu

(Studi Semiotik

tentang pemaknaan lirik lagu “Besar dan Kecil” karya Iwan Fals).

Rachmat Kriyantono. 2007.

Teknik Praktis Riset Komunikasi

(Jakarta: Kencana).

Rosyidi Ikhwan, Trisna Gumilar, Heru Kurniawan, Zurmailis. 2010.

Analisis Teks

Sastra

(Yogyakarta).

Suroto. 1989.

Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA

(Jakarta: Erlangga).

Soekanto Soerjono, 1986.

Sosiologi Suatu Pengantar,

(Jakarta : Rajawali Press).

Stanton Robet. 2007.

Teori Fiksi

(Jakarta: Pustaka Pelajar).

Saini K.M. 1987.

Protes Sosial dalam Sastra

(Bandung: Angkasa).

Tinarbuko Sumbo. 2008.

Semiotika Komunikasi Visual

(Yogyakarta: Jalansutra).

Tere Liye Darwis. 2013.

Negeri di Ujung Tanduk

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama).

Utari Anisah. 2015. Skripsi.

Kritik Sosial Dalam Novel Memang Jodoh Karya

Marah Rusli dan Relevansinya dengan Pembelajar Bahasa dan Sastra

Indonesia, (

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia).

Walzer Michael. 1985.

Interpretation and Social Criticism

(Cambridge, Mass:

Harvard University Press).

Zainul Akbar Akhmad,

kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia, dalam Kritik


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Referensi Lain:

Diakses dari

https://en.wikipedia.org/wiki/MahatmaGandhi

. pada 02-07-2017

pukul 12:12 WIB

Diakses

dari

http://www.suara-islam.com/read/index/14751/MUI-Pusat---Larangan-Pernikahan-Sesama-Jenis-Harus-Masuk-dalam-Undang-undang

.

pada 02-07-2017 pukul 12:47

Diakses dari

http://blog.isi-dps.ac.id/gustiangdiyusa/musik-sebagai-media-kritik-sosial

Diakses

dari

http://www.scribd.com/doc/99097349/Paradigma-Interpretatif#scribd

Diakses dari

http://www.biografiku.com/2016/09/biografi-dan-profil-tere-liye-penulis-novel-terkenal-asal-indonesia.html?m=1

. pada 18-03-2017 pukul

00:39 WIB

Diakses dari

http://erlindaaje.blogspot.co.id/2013/06/tere-liye.html

. pada

19-03-2017 pukul 14:31 WIB.

Diakses dari

https://mandala991.wordpress.com/2012/06/11/analisis-semiotik-mitos-roland-barthes/

. pada 22-01-2017 pada pukul 10:38.

Diakses dari

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/05/16/mengenal-teori-kritis-habermas/

. pada 10-04-2017 pukul 11:56 WIB

Diakses

dari

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-meiambarsa-30082-10-unikom_m-2

pada 17-03-2017 pukul 20:37 WIB

Diakses dari

http://elibrary.unisba.ac.id/files/06-2277_Fulltext

. pada 17-03-2017

pukul 21:03 WIB

Diaksesdari

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2869/3/T1_71200800

5_BAB%20II

. pada 16-03-2017 Pukul 12:39 WIB

Diakses dari

http://blog.isi-dps.ac.id/gustiangdiyusa/musik-sebagai-media-kritik-sosial

. pada 17-03-2017 pukul 21:19 WIB


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


Dokumen yang terkait

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 14

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 13

PENDAHULUAN Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 6 4

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 23

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pengajaran Sastra Di SMA.

0 0 13

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pengajaran Sastra Di SMA.

0 2 15

Kritik Sosial dan Nilai Moral dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA - UNS Institutional Repository

0 1 16

NILAI-NILAI HUMANISME DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE

0 5 13