Pengaruh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan Imtaq terhadap ketaatan beragama siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan.

(1)

PENGARUH INTERNALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM KEGIATAN IMTAQ TERHADAP KETAATAN BERAGAMA SISWA

KELAS XII SMA NEGERI 1 LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh :

DEDY SUSANTO

NIM. D71213087

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Dedy Susanto, D71213087, 2017, Pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan Dalam Kegiatan Imtaq Terhadap Ketaatan Beragama Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan, Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Internalisasi Nilai, Ketaatan Beragama

Masa remaja adalah masa transisi dimana seseorang akan menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan pada aspek fisik, psikis, dan psikososial. Perubahan tersebut juga berpengaruh pada aspek keagamaan atau spiritual remaja. Semakin matang seseorang akan semakin matang pula aspek spiritualiasnya. Untuk mematangkan aspek spiritual pada remaja perlu dilakukan internalisasi nilai-nilai keagamaan. Salah satu cara dalam menginteranalisasikan nilai-niali keagamaan adalah dalam kegiatan keagamaan (IMTAQ). Internalisasi nilai keagamaan bertujuan agar ketaatan beragama para remaja mengalami peningkatan.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Internalisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja memperoleh persentase sebesar 80,4%, dan ketaatan beragama memperoleh persentase sebesar 83,5%.

Dengan menggunakan analisis regresi linier dicari seberapa besar pengaruhnya, dan diperoleh hasil sebesar 41,3%. dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam Kegiatan IMTAQ terhadap ketaatan beragama sangat berpengaruh. Ha menunjukkan bahwa adanya pengaruh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan IMTAQ terhadap ketaatan beragama, dan Ha ditolak.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9


(8)

F. Batasan Masalah ... 12

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 12

H. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan ... 16

1. Pengertian Internalisasi ... 16

2. Pengertian Nilai-nilai Agama ... 18

3. Nilai-nilai dalam Agama Islam ... 20

4. Sumber-sumber Nilai Agama Islam ... 22

B. Tinjauan Tentang IMTAQ ... 24

1. Pengertian Imtaq ... 24

2. Nilai-nilai Keagamaan dalam Imtaq ... 26

3. Dasar ditetapkannya Imtaq ... 31

C. Tinjauan Tentang Ketaatan Beragama ... 31

1. Pengertian Ketaatan Beragama. ... 31

2. Macam-macam Ketaatan dalam Beragama ... 33

D. Pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam Kegiatan Imtaq Terhadap Ketaatan Beragama ... 43

E. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 47


(9)

C. Populasi dan Sampel ... 52

D.Jenis Data ... 55

E. Metode Pengumpulan Data ... 55

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 63

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

B. Penyajian Data ... 74

1. Data Hasil Observasi ... 74

2. Data Hasil Wawancara ... 75

3. Data Hasil Angket ... 78

a. Data Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan ... 79

b. Data Ketaatan Beragama ... 85

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 91

BAB V PENUTUP ... 100

1. Kesimpulan ... 100

2. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Responden Penelitian ... 54

4.1 Data Guru di SMA Negeri 1 Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017... 67

4.2 Data Siswa di SMA Negeri 1 Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 71

4.3 Data Karyawan di SMA Negeri 1 Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017 72 4.4 Data sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Lamongan Tahun 2016/2017 73 4.5 Pembinaan Sholat Dhuha di SMA Negeri 1 Lamongan Tahun 2016/2017 75 4.6 Data Responden Angket Penelitian ... 78

4.7 Deskripsi Hasil Angket Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan ... 80

4.8 Data Hasil Persentase Angket Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan ... 82

4.9 Deskripsi Hasil Angket Ketaatan Beragama ... 86

4.10 Data Hasil Persentase Angket Ketaatan Beragama ... 88 4.11 Tabel Pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam Kegiatan Imtaq


(11)

DATAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian 3. Kartu Bimbingan

4. Kisi-kisi Angket 5. Kuesioner/ Angket


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang Islam pada hakikatnya adalah insan agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas petunjuk dari wahyu Allah melalui Rasulullah. Kecenderungan hidup keagamaan ini merupakan ruhnya agama yang benar yang perkembangannya dipimpin oleh ajaran Islam yang murni, bersumber pada kitab suci yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar (haq), tentang tugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar tersebut; menjauhi yang batil dan sesat atau mungkar; yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syari‟at agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-normanya telah ditetapkan oleh Allah yang tak berubah-ubah menurut selera nafsu manusia.1 Allah berfiman

dalam Qur‟an Surah Al-A‟laa ayat 14-17 :



















































Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),. Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

1


(13)

Kasus kemerosotan moral yang dialami bangsa Indonesia merupakan salah satu bentuk dari penyalahgunaan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalami perkembangan begitu pesat. Krisis akhlak atau kemerosotan moral timbul karena beberapa sebab diantaranya yaitu; pertama, krisis akhlak tersebut terjadi karena longgarnya pegangan agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam. Kedua, krisis akhlak terjadi karena pembinaan akhlak yang dilakukan orang tua, sekolah dan masyarakat kurang efektif. Ketiga, krisis akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik dan sekularistik.2

Moralitas memperlihatikan pada orang tentang bagaimana menghilangkan sifat-sifat buruk dalam dirinya dan bagaimana mengembangkan sifat-sifat yang baik.3

Sebagai konsekuensi logis, umat Islam harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu menguasai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) disamping itu juga harus memiliki IMTAQ (Iman dan Taqwa) yang kuat. Dengan demikian umat Islam selain mampu mengikuti perkembangan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, juga diharapkan mampu mengantisipasi pengaruh dari luar yang dapat merusak atau mengancam tatanan hidup, ideologi, dan kepribadian.

Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya konkrit secara

2

Said Agil Husain Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’an dalam sistem pendidikann

(Ciputat: Ciputat Press, 2005), h.9 3

Mahnaz Heydarpoor, Cinta dalam Kristen dan Islam, (Surabaya: Pustaka Eureka,2002),h.13


(14)

maksimal. Salah satu diantaranya adalah pembinaan dan peningkatan moral keagamaan. Khususnya kepada para remaja.4

Agama menurut Harun Nasution berasal dari kata al-Din, religi

(relegere, religare) dan Agama. al-Din berarti undang-undang atau hukum.

Dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere kata ini berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare mempunyai arti mengikat. Adapun kata Agama terdiri dari a=tidak dan gam= pergi. mengandung pengertian tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun.5

Agama, religi dan din adalah suatu keyakinan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia, manusia dengan makhluk lain yang sejalan dengan keimanan.6

Dari sini dapat diketahui bahwa agama atau din berarti falsafah hidup, dimana kita hanya mengenal Allah semata sebagai pemilik segala kekuasaan dan keagungan dan ketundukkan kita kepada-Nya. kita tidak boleh menundukkan diri kepada siapa pun selain kepada-Nya.7

Sementara Islam ditinjau dari segi bahasa adalah bentukan dari kata

salama” dalam bahasa arab yang berarti “mengakui sesuatu” atau bisa pula

4

Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),h.30

5

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi 2012), h.12

6 John R. Bennet, “Religion” dalam

Encyclopedia Americana Volume 29, New York,h.324

7Abul A‟la Maududi,


(15)

berarti “berdamai”. Makna yang lebih mendasar berarti “mengikat” dalam

artian ikatan tersebut menjadi lebih kekal. Islam terbentuk dari kata kerja

aslama yang mempunyai arti menyerahkan atau memasrahkan kehendak dan

kehidupan seseorang hanya kepada Allah Swt. Orang yang melaksanakannya

disebut dengan “Muslim”.8

Islam berarti penyerahan diri kepada kehendak Tuhan, demikian pula ia melibatkan amal. Tentang praktek-praktek keagamaan seorang muslim.

Nabi Muhammad Saw bersabda : “Islam ialah jika engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah, dan

engkau menegerjakan shalat, membayar zakat, melaksanakan puasa

ramadlan, dan mengerjakan haji ke baitullah ” lima sendi aspek kehidupan

religius seorang muslim terpadu dengan iman kepada Tuhan. “pengabdian (ibadah) itu tiang agama”, adalah sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw.

Ibadah muslim disebutkan dalam al-Qur‟an dengan berbagai ungkapan. Ia

bisa disebut sebagai shalat (kecenderungan hati), do’a (seruan), dzikir (ingat),

tasbih (mensucikan), ibadah (pengabdian).9

Sedangkan agama Islam merupakan wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-rasulnya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, dan merupakan agama yang mengatur segala kehidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan

8

Mahmoud M. Ayoub, Islam Antara Keyakinan & Praktik Ritual, (Yogyakarta: AK Group, 2004), h.3

9

Hakim Abdul Hameed, Aspek – Aspek Pokok Dalam Agama Islam, (Jepara: Pustaka Jaya, 1982),h.61


(16)

manusia ataupun manusia dengan makhluk lainnya. Agama Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhai Allah Swt.10

Al-Islam (Islam) dikenal sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad

Saw. Penamaan Al-islam bukan dari ijtihad (pemikiran Nabi Muhammad Saw) melainkan langsung dari Allah Swt.11 Agama Islam merupakan agama terbesar kedua di dunia (setelah kristen).12

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Islam sebagai ajaran mempunyai sistem sendiri yang bagian-bagiannya saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.13

Sementara nilai (values) dapat diartikan sebagai kualitas yang diinginkan atau dianggap penting. Menurut Oyserman, nilai dapat dikonseptualkan dalam level individu dan level kelompok. Di dalam level individu, nilai adalah representasi sosial yang diinternalisasi dan digunakan orang sebagai dasar rasional terakhir dari tindakan-tindakannya. Dalam level kelompok, nilai adalah script atau ideal budaya yang dipegang secara umum oleh anggota kelompok, dan dapat dikatakan sebagai pikiran sosial kelompok (the group’s social mind).14

Dalam buku karangan Zakiah Daradjat yang berjudul Dasar-dasar

Agama Islam, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan nilai adalah suatu

perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas

10

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.19

11

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), h.70 12Norma Arbi‟a Juli Setiawan,

Islam Aktual, (Depok: Inisiasi Press, 2005), h.1 13

Mohammad Daud Ali,, Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.39

14


(17)

yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.15

Nilai keagamaan adalah konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai yang bersumber dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syari‟at. Sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orang tua untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anaknya, maka mereka diserahkan ke sekolah. Orang tua yang berasal dari keluarga yang taat beragama akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah agama, dalam hal ini adalah sekolah-sekolah Islam. Sebaliknya ada sebagian orang tua yang memilihkan anak-anaknya untuk masuk ke sekolah umum. Pendidikan agama di lembaga pendidikan akan memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Besar kecilnya pengaruh tersebut bergantung pada faktor yang memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama.16

Salah satu bentuk pembinaan dan peningkatan moral siswa adalah dengan menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan IMTAQ (keagamaan) di sekolah.

Dewasa ini internalisasi nilai-nilai keagamaan tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah Islam saja, SMA Negeri 1 Lamongan termasuk salah satu sekolah umum di Kabupaten Lamongan yang menginternalisasikan nilai-nilai

15

Zakiah Daradjat, Dasar Dasar Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993),h.260 16


(18)

keagamaan kepada peserta didiknya. Internalisasi nilai-nilai keagamaan di SMA Negeri 1 Lamongan di mulai saat sebelum jam pertama dilakukan sampai pembelajaran kegiatan belajar mengajar berakhir. Kegiatan imtaq yang dilakukan di SMA N 1 Lamongan antara lain yaitu; sholat dhuha berjama‟ah setiap pagi sebelum KBM berlangsung, pembiasaan membaca surah

al-waqi‟ah setiap hari jum‟at, kajian mutiara setiap pagi di awal bulan, khotmil

qur‟an setiap akhir bulan, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). SMA Negeri 1 Lamongan juga dikenal sebagai sekolah Adiwiyata atau sekolah yang peduli dalam menjaga lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt :



















“..dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

(Qs. Al-Qashash Ayat 77).17

Internalisasi nilai-nilai keagamaan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Lamongan merupakan bentuk dari upaya menanggulangi kemerosotan moral, khususnya di kalangan remaja.

Karena masa remaja sendiri merupakan masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan pada aspek fisik, psikis, dan psikososial. Penggolongan remaja Menurut Thornburg terbagi atas 3 fase, yaitu; remaja awal (usia antara 13-14 tahun), remaja tengah (usia antara 15-17 tahun), remaja akhir (usia 18-21 tahun). Remaja awal umumnya individu memasuki pendidikan di bangku

17


(19)

sekolah menengah pertama (SMP), remaja tengah umumnya individu memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah atas (SMA), sedangkan untuk yang terakhir yaitu remaja akhir individu umumnya sudah memasuki perguruan tinggi (PT) atau lulus SMA dan mungkin sudah ada yang bekerja.18

Untuk kategori remaja tengah atau anak-anak SMA, internalisasi nilai-nilai keagamaan kepada mereka sangat diperlukan hal itu demi mencegah sesuatu yang buruk dari perkembangan zaman. Remaja tengah rentang usianya adalah mereka yang memiliki usia 15-17 Tahun. Usia 15 Tahun SMA kelas X, usia 16 Tahun SMA kelas XI, dan usia 17 Tahun SMA kelas XII. Untuk SMA kelas XII sendiri harus lebih ditekankan dalam menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan, karena pada usia-usia tersebut anak akan menuju kepada masa kedewasaan awal (Usia18 Tahun), memasuki fase awal di dunia perkuliahan atau bekerja. Pada usia tersebut, para remaja akhir sangat rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan sosial.

Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui apakah Internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan IMTAQ (Kegiatan Keagamaan) terhadap ketaataan beragama berpengaruh atau tidak, maka

penelitian ini akan penulis susun dalam sebuah skripsi dengan judul ”

PENGARUH INTERNALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM KEGIATAN IMTAQ TERHADAP KETAATAN BERAGAMA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 LAMONGAN”.

18

Dariyo Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Galia Indonesia, 2002), h.13-14


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Bagaimana internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan Imtaq di kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan ?

2. Bagaimana ketaatan beragama siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan ? 3. Bagaimana pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam kegiatan Iimtaq terhadap ketaatan beragama siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam kegiatan IMTAQ siswa kelas XII SMAN 1 Lamongan.

2. Untuk mengetahui ketaatan beragama siswa kelas XII SMAN 1 Lamongan.

3. Untuk mengetahui pengaruh Internalisasi Nilai-nilai Keagamaan dalam kegiatan IMTAQ terhadap ketaatan beragama siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lamongan.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:


(21)

1. Secara Teoritis.

a. Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang pengaruh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan imtaq terhadap ketaatan beragama.

2. Secara Praktis. a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, maka penulis dapat menambah pengetahuan tentang internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan imtaq.

b. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini, maka siswa dapat termotivasi untuk meningatkan ibadah-ibadah yang di syari‟atkan dalam ajaran agama Islam.

c. Bagi Guru

Agar para guru selalu menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik kapanpun dan dimanapun.

d. Bagi Lembaga

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran terkait internalisasi nilai-nilai keagamaan.


(22)

e. Bagi Khalayak Umum

Sebagai sarana dakwah kepada masyarakat agar selalu meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT, khususnya pada remaja serta sebagai bahan informasi yang bermanfaat guna menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

E. Penelitian Terdahulu.

1. Skripsi Berjudul “Upaya Guru PAI melalui Penanaman Nilai Keagamaan

dalam Mengembangkan kecerdasan Spiritual Siswa Kelas 8 SMP Islam

Sidoarjo” Oleh Ziyanah Walidah NIM. D71212149. Diperoleh kesimpulan

penanaman nilai-nilai keagamaan sangatlah penting untuk diterapkan di sekolah yang mempunyai latar belakang islam. Guru PAI menanamkan nilai keagamaan di dalam kelas dengan memberi nasihat-nasihat spiritual dan motivasi-motivasi keagamaan, begitu juga semua guru tentunya membentuk akhlak siswa agar menjadi akhlakul karimah. Disamping nilai akhlak guru PAI juga menanamkan nilai ibadah yang menjadi kebiasaan.

2. Skripsi Berjudul “Efektifitas Pembinaan Nilai-nilai Agama Islam Terhadap Perilaku Keagamaan Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Muhsinun Kauman Kota Mojokerto ” Oleh Anis Faridah dengan NIM

D06305062 diperoleh kesimpulan bahwa Pembinaan Nilai-nilai Agama Islam di MI Al-Muhsinun dilakukan secara intensif, hal ini dapat di lihat dari pembiasaan setiap hari pada waktu shalat dhuha, upacara bendera, pembinaan pendisiplinan perilaku islami dalam pergaulan dengan guru,


(23)

orang tua dan teman, dan memaksimalkan hari raya Islam sebagai moment transformasi nilai bagi siswa.

3. Skripsi Berjudul “Internalisasi Nilai – Nilai Agama Dalam Pembentukan

Karakter Religius Siswa Di Smp Negeri 26 Surabaya” Oleh H. Akhmad

Baiquni dengan NIM D01212071 diperoleh kesimpulan bahwa Proses internalisasi nilai-nilai agama di SMP Negeri 26 Surabaya dilakukan dengan cara Perencanaan kegiatan keislaman yang dilakukan oleh sekolah atas dasar sekepakatan semua guru, atas gagasan guru PAI.

F. Batasan Masalah

Supaya pembahasan terfokus dan tidak meluas, maka masalah yang akan diteliti dan dibatasi pada :

1. Nilai-nilai agama dalam kegiatan IMTAQ yang dimaksud adalah nilai-nilai keislaman yang meliputi keshalihan, kepandaian (kecerdasan), ketaqwaan, kepribadian, dan keteladanan.

2. Ketaatan beragama dalam penelitian ini adalah melaksanakan sholat wajib dan sholat sunnah, pembiasaan membaca qur‟an, mengikuti kajian keagamaan, ikut memperingati hari besar Islam (PHBI), melaksanakan puasa wajib-sunnah.

G. Definisi Operasional

Agar pembahasan lebih fokus dan mengarah kepada sasaran pembahasan, maka dalam defenisi oprasional penulis paparkan beberapa kata kunci sesuai dengan judul yang ada, yakni :


(24)

Pengaruh adalah membentuk watak, percaya atas perbuatan seseorang.19 Yang dimaksud disini adalah peranan atau suatu hal dalam pembentukan watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang dalam menghadapi lingkungan sekitar. Dalam penillitian ini pengaruh yang dicari ialah Pengaruh Internalisasi nilai-nilai keagamaan terhadap ketaatan beragama.

2. Internalisasi

Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.20

3. Nilai Keagamaan

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benar adalah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi maupun tidak disenangi.21

4. Kegiatan IMTAQ

Kegiatan IMTAQ atau keagamaan adalah segala perbuatan, perkataan lahir batin seorang Individu yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada ajaran-ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari.

5. Ketaatan Beragama

19

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2002) hal. 747 20Heni Puspitasari, “

Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Di

Madrasah Aliyah Negeri Malang 1” ,Skripsi, Fakultas, Tarbiyah UIN Malang, 2009, h. 7 21

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2000), h.60


(25)

Merupakan menjalankan ajaran-ajaran dalam agamanya yang berpedoman kepada kitab suci.

6. Pengaruh Internalisasi Nilai-nilai kegamaan dalam kegiatan IMTAQ Terhadap Ketaatan Beragama.

Pengaruh Penanaman Nilai-nilai keagamaan terhadap kegiatan IMTAQ adalah dampak atau akibat yang timbul pengamalan ajaran dalam agama Islam yang dilakukan dengan sadar, terencana, untuk memelihara, meningkatkan pengetahuan keagamaan, kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan anak.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memahami alur penulisan skripsi ini peneliti akan memaparkan beberapa bagian BAB pembahasan dari apa yang akan di rencanakan nantinya :

Bab pertama merupakan pendahuluan, bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian-penelitian yang relevan, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori, bab ini mengemukakan 5 kerangka teori yang pertama berisi tinjauan tentang internalisasi nilai-nilai agama yang mencakup pengertian nilai-nilai agama, nilai-nilai dalam agama islam, sumber-sumber nilai dalam agama islam. Kerangka teori yang kedua berisi tinjauan tentang imtaq yang mencakup pengertian imtaq, nilai-nilai keagamaan dalam imtaq, dasar ditetapkannya imtaq. Kemudian kerangka


(26)

teori yang ketiga adalah tinjauan tentang ketaatan beragama yang mencakup pengertian ketaatan beragama, macam-macam ketaatan dalam beragama, kemudian yang terakhir yaitu dasar ditetapkannya imtaq. Kemudian kerangka teori yang keempat adalah pengaruh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan imtaq terhadap ketaatan beragama. Sub bab yang terakhir adalah hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian.

Bab ketiga merupakan metodologi penelitian, bab ini berisi jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator dan instrument penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab keempat merupakan hasil penelitian, bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan analisis data.

Bab kelima merupakan bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Internalisasi Nilai-nilai Keagaman 1. Pengertian Internalisasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dan sebagainya.1. Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikan Internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang diharapkan.2

Jadi internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik.

Dalam pengertian psikologis, internalisasi mempunyai arti penyatuan sikap atau penggabungan, standart tingkah laku, pendapat, dalam kepribadian. Freud menyakini bahwa super ego atau aspek moral kepribadian berasal dari

1

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.336

2


(28)

internalisasi sikap-sikap orang tua.3 Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik ada 3 tahapan yang terjadi yaitu :

a. Tahap tranformasi nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang

dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komuniasi verbal antara guru dan siswa.

b. Tahap transaksi nilai : suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara siswa dengan pendidik yang bersifat timbal balik.

c. Tahap transinternalisasi tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap

transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.4

Dari pengertian internalisasi yang dikaitkan dengan perkembangan manusia, bahwa proses internalisasi harus sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis terhadap perubahan diri manusia yang didalamnya memiliki makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak manusia.

3

James Caplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 256

4


(29)

2. Pengertian Nilai-nilai Agama

Menurut Zakiah Darajat, nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus pada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun perilaku.5

Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya bisa dialami dan dipahami secara langsung.6

Nilai menurut Gordon Allport seorang ahli psikologi kepribadian, sebagai suatu keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.7

Nilai yang benar dan dapat diterima adalah sesuatu yang menghasilkan perilaku dan perilaku berdampak positif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Macam-macam nilai-nilai agama menurut Nurcholis Madjid, Diantara nilai-nilai dasar yaitu :8Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas, Tawakal, Syukur, Sabar.

a. Nilai Iman

Nilai iman merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran paling kuat dibandingkan dengan nilai yang lainnya, karena nilai ini bersumber dari Tuhan. Keyakinan didalam hati tentang adanya Allah dan membenararkan ajaran agama, pengucapan dengan lisan dan

5

Zakiah Darajat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), h. 260 6

Thoba Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), h. 61

7

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004),h.8 8

Nurcholis madjid, Masyarakat religious Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta,2000), h. 98-100


(30)

diaplikasikan dengan amal, yang bisa diteruskan dengan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Nilai Islam

Nilai Islam yaitu kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan.

c. Nilai Ihsan

Nilai yang terkandung dalam ihsan berangkat dari rukun Ihsan, yang ada dua, yaitu beribadah seolah-olah melihat Allah dan jika kamu tidak bisa melihatnya sesungguhnya Allah melihat kamu.

d. Nilai Taqwa

Nilai taqwa merupakan nilai yang melindungi seseorang dari hukuman atau adzab Allah Swt dengan ketundukan pada perintah-Nya.9

e. Nilai Ikhlas

Nilai Ikhlas merupakan nilai yang semata-mata ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan keridhaan-Nya dan menginginkan kampung akhirat, tanpai disertai dengan tujuan-tujuan lain.

f. Nilai Sabar

9

Muhammad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi VI, (Terj. Bahrun Abu Bakar), Semarang: Toha Putra, 1985),h,121


(31)

Nilai sabar merupakan nilai dalam menahan diri pada suatu penderitaan, baik dalam urusan yang tidak diinginkan maupun dalam kehilangan sesuatu yang disenangi.10

g. Nilai Syukur

Nilai syukur yaitu nilai yang diwujudkan atas seluruh nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita.

Firman Allah Swt dalam surah Ibrahim ayat 7 :



























Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka

Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

h. Nilai Tawakal

Tawakal merupakan nilai yang membuat seseorang mengalami ketenangan dan ketenteraman, baik suka maupun duka. Dalam suka selalu bersyukur, dalam duka selalu bersabar.11

3. Nilai-nilai dalam Agama Islam

a. Nilai Ilahi

Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau

10

M. Khatib Quzwain, Mengenal Allah : Suatu Pengajian Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh Abdul Samad al-Palimbani, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t),h.90

11

Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994),h.169


(32)

mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman dan lingkungannnya.

b. Nilai Insani

Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam.12

Nilai-nilai menurut Pandangan Islam yang harus ditanamkan pada pendidikan siswa adalah :

a. Nilai Keimanan 1) Pengertian Iman

Merupakan suatu keyakinan yang dibenarkan didalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunah nabi Muhammad SAW.13

b. Nilai Ibadah

1) Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta

tunduk. Sedangkan menurut syara‟ (terminologi), ibadah mempunyai

banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. yaitu :14

12

Muhaimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Bumi Aksara, 1991), h 111 13

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.12-13 14

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah, (Semarang: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2004), h.185


(33)

a) Ibadah adalah taat kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan perintahNya melalui lisan para Rasul-Nya.

b) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT. Yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

c) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.15

c. Nilai Akhlak

1) Pengertian Akhlak

Akhlak (قاخأ ) adalah kata jamak dari kata tunggal khuluq

( قلخ ). Kata khuluq adalah lawan dari kata khalq. Khuluq merupakan

bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir. Akhlak adalah sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk akhlak disebut juga dengan kebiasaan.16

4. Sumber Nilai-nilai Agama Islam antara lain yaitu :

a. Nilai yang Ilahi : Al-Qur‟an dan Ash-sunnah. 1) Al-Qur‟an

Al-qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh

15

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal

Jama‟ah, h.185 16


(34)

aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam

al-Qur‟an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang

berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal yag disebut syari‟ah.17

2) Ash-sunnah

Ash-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rasulullah SAW. Pengakuan disini adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.

Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab ayat 21 :













































Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad adalah suri tauladan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal. Mulai perbuatan, ucapan, sampai diamnya beliau adalah sebuah tauladan bagi umat islam.

b. Nilai mondial (duniawi); ra‟yu(pikiran); adat istiadat dan kenyataan alam.

17


(35)

Sumber nilai yang tidak berasal dari Al-Qur‟an maupun Ash-sunnah

digunakan sepanjang tidak menyimpang atau menunjang sistem nilai yang bersumber kepada Al-Qur‟an dan Ash-sunnah. Firman Allah Swt :



















































Artinya : Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,

Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)18,

Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian

itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Qs. Al-An’am ayat 153)

Penerapan nilai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :

- Penerapan nilai yang bersumber dari Al-Qur‟an seperti perintah menjalankan shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

- Penerapan nilai yang berasal dari Ash-sunnah seperti tata cara pelaksanaan Thaharah, dan tata cara pelaksanaan shalat dan sebagainya.19

B. Tinjauan Tentang Imtaq 1. Pengertian Imtaq

Imtaq merupakan bentukan dari dua kata yaitu, iman dan taqwa. Iman berasal dari kata yu’minu-fahuwa mu’min. Menurut ulama makna al-iman

berarti “at-tashdiq” atau membenarkan. Al-iman menurut syari‟ah berarti membernarkan dengan hati semua yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw.20 Iman berarti percaya. Percaya berarti kita yakin dengan sepenuh hati

18

Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat Ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

19

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),h.203-204

20


(36)

bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Dengan percaya pada Allah, berarti setiap orang yang beriman harus percaya kepada aspek-aspek lain yang berhungan dengan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir. Sedangkan iman secara istilah berarti pembenaran dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota tubuh.21

Sedangkan taqwa berasal dari kata waqaa-yaqii-wiqaayatan-waqan, yang memiliki arti memelihara, menjaga.22 Kata taqwa berasal dari kata ittaqa, dengan demikian taqwa adalah pemeliharaan dan penjagaan diri. Taqwallah

artinya bertaqwa kepada Allah Swt, yakni pemeliharaan dan penjagaan diri terhadap Allah dengan penuh kesadaran dan pengabdian, baik terhadap perintah maupun terhadap larangan-Nya.23

Hubungan antara iman dan taqwa sangat erat. Iman merupakan potensi rohani, dan harus diaktualisasikan (diwujudkan) dalam bentuk amal shaleh. Hasil dari aktualisasi iman adalah taqwa dan prestasi iman. Tinggi rendahnya taqwa tergantung kepada kadar aktualisasi (perwujudan) iman seseorang dalam bentuk amal shaleh.

Taqwa juga mengandung dua pengertian, yaitu (1) kepatuhan manusia terhadap sunnatullah (aturan-aturan Allah) dan berusaha menjauhi hal-hal yang dilarang oleh-Nya ; (2) kepatuhan menusia terhadap syari‟at Allah dan

21

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi & Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 144

22

Zuhri Hamid, Bertaqwa menurut syari’at Islam, (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985),h.4 23


(37)

berusaha menjauhi segala larangan-Nya. Kedua pengertian tersebut harus diterapkan secara serentak dalam kehidupan sehari-hari.24

2. Nilai-nilai Keagamaan dalam Imtaq

a. Nilai Keshalehan

Kesalehan adalah ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah dan kesungguhan menunaikan ajaran agama.

b. Nilai Ketaqwaan

Secara umum taqwa yaitu melaksanakan segala perintah yang diberikan Allah serta menjauhi dan menghentikan segala hal yang di larang-Nya. Kaum muslimin senantiasa diajak dan dianjurkan untuk bertaqwa agar mereka menjadi orang-orang yang mahir di dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala hal yang di larang-Nya.25

c. Nilai Kecerdasan

Kecerdasan adalah suatu sikap cepat dalam menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu. Kepandaian berarti sikap dimana seseorang mampu memahami arti dari pelajaran yang telah diterimanya dengan cepat.

Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang apabila ditinjau dari pengertian etimologi memiliki makna yang sama atau dekat dengan kecerdasan, antara lain :

24

M. Shodiq, Sosiologi Pembangunan, (Gresik: Yapendas Press, 2008),h.140 25

Syahmina Zaini, Tinjauan Analisis Tentang IMAN, ISLAM, DAN AMAL, (Jakarta: Kalam Mulia,1985),h.111


(38)

1. Al-fathanah atau al-fithnah, yang artinya cerdas, juga memiliki

makna sama dengan al-fahm (paham) lawan dari al-ghabawah

(bodoh).26

2. Adz-dzaka’ yang berarti hiddah al-fuad wa sur’ah al-fithnah

(tajamnya pemahaman hati dan cepat paham). Ibn Hilal al-Askari membedakan antara al-fithnah dan adz-dzaka’, bahwa adz-dzaka’ adalah tamam al-fithnah27 (kecedasan yang sempurna).

3. Al-hadzaqah , di dalam kamus Lisan al-„Arab, al-hadzaqah diberi

ma‟na al-Maharah fi kull „amal (mahir dalam segala pekerjaan).28

4. An-Nubl dan an-Najabah, menurut Ibn Mandzur an-Nubl artinya

sama dengan adz-dzaka’ dan an-najabahya‟ni cerdas.29

5. Al-Kayyis, memiliki ma‟na sama dengan al-„aqil (cerdas).

Rasulullah saw. Mendefinisikan kecerdasan dengan menggunakan kata al-kayyis, sebagaimana dalam hadits berikut :

ِِِ لا ِنَع ٍسْوَأ ِنْب ِدادَش ْنَع

-ملسو يلع ها ىلص

َلاَق

«

ُسِيَكْلا

َُسْفَ ن َناَد ْنَم

ِتْوَمْلا َدْعَ ب اَمِل َلِمَعَو

يذمرلا اور

30

Artinya : Dari Syaddad Ibn Aus, dari Rasulullah saw. Bersabda : orang yang cerdas adalah orang yang merendahkan

dirinya dan beramal untuk persiapan sesudah mati (H.R.

At-Tirmidzi)”.

d. Nilai Keteladanan

26

Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, (Beirut, dar Shadir, 1882), Cet. I, Juz 13, h. 323

27

Abu Hilal al-“Askari, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, (al-Maktabah asy-Syamilah), Juz 1, h. 166

28

Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, h. 40 29

Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, h. 640 30


(39)

Dalam penanaman nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik keteladanan merupakan metode yang sangat efektif dan efisien. Karena peserta didik pada umumnya cenderung untuk meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Hal ini sebagaimana dikatakan Al-Bantani dalam kitab

Usus al-Tarbiyah al-Islamiyah, bahwa metode keteladanan merupakan

metode yang paling berpengaruh dalam pendidikan manusia, karena setiap individu manusia suka meniru orang yang yang dilihatnya.31

Secara psikologis manusia memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, dan ini merupakan sifat pembawaan. Taqlid (meniru) merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia. Peneladanan yang dilakukan oleh mansuia ada dua macam, yaitu sengaja dan yang tidak disengaja. Keteladanan yang tidak disengaja yaitu keteladan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat ikhlas, dsb. Sementara itu yang termasuk kedalam keteladanan yang disengaja adalah seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat yang benar.32

e. Nilai Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality.

berasal dari bahasa Latin persona yang berarti “topeng”,33 yaitu topeng yang digunakan oleh aktor dalam melakukan drama atau sandiwara pertunjukan.34

31

Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014),h.265-266

32

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013),h.213 33Yusuf dan Nadim Mar‟asyiliy,

al-Mushthalahah al-Ilmiyah wa al-Fanniyah, (Beirut: Dar Lisan al-„Arab,t.t),h.64

34

Simpson, D.P., Cassell’s Latin Dictionary; Latin-English (New York: MacMillan Publishing Co, 1982),h.442.


(40)

Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi keislaman lebih dikenal dengan al-syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhsh yang mempunyai arti “pribadi”. Kata itu kemudian diberi ya

nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (masdar shina’iy) syakhshiyah

yang berarti “kepribadian”35

Dalam istilah psikologi ada dua kata yang menggambarkan personality, yaitu identity dan individuality. Dalam kamus psikologi karya Chaplin ditemukan adanya perbedaan antara dua makna kata tersebut. Kata identity mempunyai arti diri atau aku sebagai individu tersebut. Sedangkan kata individuality menunjukkan segala sesuatu yang menunjukkan individu berbeda dengan individu lain.36

Menurut Ansari pribadi manusia berdifat tiga dimensi yang mempunyai tiga komponen yaitu jasmani, psikologikal dan transendental.37

Menurut Abdullah al-Darraz, pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cermin dari nilai-nilai tersebut yang ada dalam sikap dan perilaku seseorang maka akan tampillah kepribadiannya sebagai muslim. Pemberian nilai-nilai keislaman dalam upaya membentuk kepribadian muslim pada dasarnya merupakan cara untuk memberi

35

Netty Hartati, dkk, Islam & Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004),h.124 36

Rahmat Azis, Kepribadian Ulul Albab, (Malang: UIN-Maliki Press.2011),h.39 37


(41)

tuntunan dalam mengarahkan perubahan dari sikap manusia umumnya menuju kepada sikap-sikap yang Islami.38

Sementara kepribadian menurut Abdul Mujib sering diidentikan dengan akhlak atau tasawuf, yaitu satu aspek dari ajaran Islam yang membahas tentang perilaku batin individu. Dalam klasifikasi yang umum, kepercayaan dan keimanan dibahas dalam disiplin akidah, ibadah, dan

perilaku lahir dibahas dalam disiplin syari‟ah, sedangkan kepribadian dan

perilaku batin dibahas dalam disiplin tasawuf dan akhlak.39

Pembinaan pribadi Islam yaitu pembinaan pribadi Muslim yang saleh dalam diri dan pandangannya dan memperbaiki orang lain seperti yang diajarkan dalam agama Islam.40

Metode pemahaman dan pengembangan pribadi antara lain :

- Pembiasaan. yaitu melakukan perbuatan tertentu secara terus menerus dan konsisten (istiqamah) dan diperlukan waktu yang lama, sehingga menjadi perbuatan atau kegiatan tersebut benar-benar dikuasai dan menjadi suatu kebiasaan.

- Peneladanan. yaitu mencontoh pemikiran, sikap, tindakan, serta sifat dari orang-orang yang dikagumi untuk kemudian dijadikan sebagai perilaku pribadi.

- Pemahaman, penghayatan, dan penerapan. yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari serta memahami tentang nilai-nilai

38

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002),h.195 39

Masyhudi Ahmad, Psikologi Islam, (Surabaya: PT. Reva Petra Media,2009),h.115 40

Muhammad Halabi Hamdi dan Muhammad Fadhil Afif, Cara Islam Mendidik Anak,


(42)

asas, dan perilaku yang baik, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

- Ibadah. yaitu perbuatan baik dengan niat karena Allah, yakni secara sadar atau tidak akan mengembangkan kualitas iman dan taqwa bagi mereka yang melaksanakannya. Misalnya : shalat, puasa, memperbanyak dzikir, dan ibadah-ibadah lainnya.41

3. Dasar ditetapkannya IMTAQ

Dasar adanya Iman dan Taqwa yaitu al-Qur‟an dan Ash-Sunnah. Menurut ajaran dalam agama Islam bahwa pelaksanaan pembinaan kegiatan keagamaan merupakan perintah Allah dan bernilai ibadah bagi yang menjalankannya. Al-Qur‟an memuat sejumlah petunjuk serta contoh-contoh nyata dalam kehidupan manusia. Al-Qur‟an mengandung beragam sumber nilai keimanan dan ketaqwaan yang apabila diterapkan akan membawa pada kecerdasan emosional dan spiritual seseorang, atau yang disebut dengan

Akhlakul karimah.42

C. Tinjauan Tentang Ketaatan Beragama 1. Pengertian Ketaatan Beragama

Ketaatan berasal dari kata taat, yang memiliki awalan ked an akhiran

an. Taat mempunyai pengertian yang sama dengan takwa yaitu takut, menjaga diri, memelihara, memenuhi kewajiban dan tanggung jawab.43

41

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi Islam,

(Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil,2005),h.126-127 42

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: PT. Arga,2008),h.195

43

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.3,h.361


(43)

Glock dan Stark berpendapat bahwa untuk dapat melihat ketaqwaan seseorang dalam menjalankan ajaran dalam ajaran agamanya, bisa dilihat dari berbagai hal seperti berikut :44

a) Keterlibatan Ideologis

Merupakan tingkatan dimana orang mau menerima keyakinan dalam agama. Misalnya percaya kepada sesuatu yang ghaib (Allah Swt, malaikat, dan hari kiamat)

b) Keterlibatan Intelektual

Merupakan tingkatan seseorang dalam mengetahui ajaran agama yang dianutnya. Hal itu dibuktikan dengan aktivitas atau kegiatanya dalam menambah wawasan terkait agama yang dianutnya tersebut. Misalnya mengikuti kajian-kajian keagamaan.

c) Keterlibatan Secara Konsekuen

Merupakan tingkatan dimana sejauh mana perilaku seorang konsekuen dengan ajaran agama.

d) Keterlibatan Pengalaman

Merupakan tingkatan yang berisi pengalaman datang dari Tuhan.

Misalnya mukjizat, dijabahnya do‟a kita.

e) Keterlibatan Ritual

Merupakan tingkatan dimana seseorang mengerjakan kewajiban ritual dalam agama yang dianutnya. Misalnya : Sholat, zakat, puasa.

44

Djamaludin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1989), h.11


(44)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang taat adalah mereka yang menjalankan ajaran-ajaran dalam agama yang bersumber kepada kitab suci al-Qur‟an maupun Ash-sunnah, sehingga setiap aktivitas yang mereka lakukan merupakan realisasi dari ajaran dalam agama yang dianutnya.

2. Macam-macam Ketataan dalam Beragama

a) Melaksanakan shalat wajib dan sholat sunnah

Secara Etimologis,

ة اص

(bentuk jamaknya adalah

ة اولص

berarti Do‟a). Dalam Istilah, berarti suatu amalan yang dimulai dengan takbiratul ikhram

dan disudahi dengan salam dengan syarat dan rukun-rukun tertentu. Perintah mendirikan Shalat,

ة اصلا وميق ا

dalam Al-Qur‟an sering diulang -ulang. Shalat adalah salat satu dari rukun Islam.45

1) Urgensi shalat dalam ajaran agama Islam

 Shalat merupakan amalan yang pertama kali akan dihisab di hari kiamat kelak, sabda nabi Saw.

َُل ْتَبِتُك اَهَلَمْكَأ ْنِإَف ُُت َاَص ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي ُدْبَعْلا ِِب ُبَساَُُ اَم ُلوَأ

ًةَلِفاَن

َنوُدََِ ْلَ اوُرُظْنا ِِتَكِئ َاَمِل َُناَحْبُس ُللا َلاَق اَهَلَمْكَأ ْنُكَي ََْ ْنِإَف

ُلاَمْعَْْا ُذَخْؤُ ت ُُ ِِتَضيِرَف ْنِم َعيَض اَم اَِِ اوُلِمْكَأَف ٍعوَطَت ْنِم يِدْبَعِل

َكِلَذ ِبَسَح ىَلَع

Artinya : "Pertama yang akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya, jika ia menyempurnakannya maka

akan ditulis baginya pahala nafilah. Jika tidak

menyempurnakannya, Allah Subhaanahu kepada malaikat-Nya,

45


(45)

"Lihatlah, apakah kalian mendapati ia mempunyai ibadah thathawu'? dengannya sempurnakanlah ibadah wajibnya yang

kurang, " kemudian semua amalan akan diperlakukan seperti itu.

" (Ibnu Majah Hadits Nomor 1416)  Shalat merupakan tiang agama

 Shalat merupakan amal yang paling besar pahalanya  Shalat merupakan amal pertama yang diwajibkan  Shalat merupakan ciri dari orang-orang yang bertaqwa  Meninggalkan shalat merupakan dosa besar

2) Hikmah melaksanakan shalat

Dalam Agama Islam, Shalat menempati kedudukan yang tidak ditandingi oleh Ibadah lainnya. Selain termasuk kedalam salah satu rukun Islam, Shalat juga termasuk ibadah pertama yang Allah Swt wajibkan kepada Nabi Muhammad Saw. Disamping itu, Menurut Al-Jaziri Shalat mempunyai tujuan yaitu tanda hati dalam rangka mengangungkan Allah Swt sebagai pencipta. Shalat juga merupakan bukti taqwa manusia kepada sang khaliq.46 Shalat akan mampu menghadirkan nur (cahaya) bagi hati manusia.47

Salah satu bentuk shalat sunnah yang bisa dikerjakan adalah shalat dhuha. Waktu pelaksanaan shalat dhuha bermula dari matahari meninggi setelah terbitnya setinggi sepenggalan dan berlangsung hingga sedikit

46

Ahmad Tafsir, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012),h.24

47


(46)

sebelum tergelincir, yakni sebelum memasuki waktu shalat dhuhur merupakan batas akhir pelaksanaan shalat dhuha.48

Adapun mengenai jumlah bilangan raka‟at shalat dhuha paling

sedikit dikerjakan 2 raka‟at dan sebanyak-banyaknya adalah 12 rakaat. Jadi shalat dhuha rakatnya antara 2, 4, 6, 8 dan seterusnya sampai 12

raka‟at.49

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sholat dhuha merupakan sholat sunnah yang dikerjakan pada saat matahari meninggi setelah terbitnya setinggi sepenggalan dan berlangsung hingga sedikit sebelum tergelincir dan dikerjakan sebanyak 2 sampai 12 rakaat.

Ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits banyak yang menjelaskan tentang subtansi, esensi, serta fungsi shalat, antara lain :

- Al-Qur‟an Surah Al-Ankabut ayat 45

-

































































Artinya : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui

apa yang kamu kerjakan”.

48

Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Shalat, (Jakarta: Darul Falah, 2006),h.167 49

Labib Mz, Maftuh Ahnan, Tuntunan Shalat Lengkap, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2005),h.76


(47)



































































Artinya : (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. 4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Esensi surah Al-Baqarah ayat 3-4 menjelaskan bahwa shalat merupakan unsur takwa yang mutlak, di samping iman kepada yang ghaib dan membelanjakan sebagian hartanya. Oleh karena itu, unsur-unsur takwa antara lain :

- iman kepada yang ghaib (yaitu rukun iman yang ke enam) - mendirikan shalat, serta

- membelanjakan sebagian harta yang telah Allah Swt berikan untuk jalan yang benar.50

3) Nilai-nilai dalam Shalat

Nilai-nilai yang terkandung dalam sholat antara lain :

- Shalat mewujudkan kesucian lahiriyah dan rohaniyah serta ketenteraman.

- Shalat menimbulkan keyakinan dan kekuatan jiwa.

- Shalat menumbuhkan keteguhan hati dan ketetapan pendirian.

50


(48)

- Shalat membina kejujuran. keikhlasan dan kepatuhan. - Menciptakan manusia yang baik (Abror)

- Membangun akhlak yang baik dan mempunyai tenaga, serta kedudukan yang baik.

- Shalat membina jiwa dinamis dan bergairah serta bahagia. - Shalat melahirkan nikmat.51

b) Membaca Qur’an.



















Artinya : “Al Quran Ini adalah bukti-bukti yang nyata dari

Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Qs.

Al-A‟rof ayat 203)

Al-Qur‟an merupakan bukti nyata dari Tuhan, petunjuk dan rahmat yang hanya Allah diberikan kepada orang-orang beriman. Al-Qur‟an adalah sumber petunjuk, dustur dan sistem yang mengatur kehidupan dan jiwa manusia, semua bersumber dari Al-Qur‟an.52

Secara bahasa al-Qur‟an berarti bacaan, atau yang dibaca. Al

-Qur‟an adalah untuk dibaca. Dibaca dalam pengertian yang

sesungguhnya.53Firman Allah Swt dalam Qur‟an Al-Alaq ayat 1-5 :

51

Imam Musbikin, Misteri Shalat Berjama’ah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007),h.95 52

Gading EA, dkk, Semangat Zaman dan Intelektualitas Kita, (Surabaya: Pustaka Saga, 2016),h.70

53


(49)





























































Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam54, Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya.

Lafadz Iqra’ dalam ayat diatas mempunyai arti bacalah, menggunakan fiil amar, yang berarti perintah, perintah yang menjadi suatu tuntutan dan keharusan untuk dilaksanakan. Iqra’ merupakan kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. Kata Iqra’ berasal dari kata Qara’a yang memiliki arti “menghimpun”. Apabila merangkai huruf atau kata kemudian mengucapkan rangkain tersebut, maka akan terhimpun dalam bahasa Al-Qur‟an, Qara’tahu, Qiratan. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa Iqra’, yang diterjemahkan menjadi

bacalah”, tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, dan

tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Di dalam

kamus Bahasa arti “bacalah” memiliki beraneka ragam arti antara lain :

menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui

ciri-cirinya, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat dikembalikan kepada

hakikat “mengimpun” yang merupakan arti akar dari kata tersebut.55

54

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca 55


(50)

Di dalam Al-Qur‟an terdapat hukum-hukum yang mencakup keyakinan (ahkam i’tiqadiyyah), hukum akhlak (ahkam khuluqiyyah), dan hukum amaliah (ahkam „amaliyah).56

- ahkam i’tiqadiyyah adalah hukum yang erat kaitannya dengan masalah-masalah yang harus diyakini oleh orang yang sudah mengetahui benar-salah (Mukallaf). (Iman)

- ahkam khuluqiyyah adalah hukum yang erat kaitannya dengan masalah

yang dipakai mukallaf sebagai hiasan dalam hidup agar supaya mencari keutamaan dan menjauhi kehinaan (Taqwa).

- ahkam „amaliyah adalah hukum yang erat kaitannya dengan hubungan antara seluruh tindakan, ucapan, dan kehidupan sehari-hari.

(habluminAllah dan habluminnaas).

Al-Qur‟an adalah media paling efektif bagi manusia untuk menemukan jalan kebahagiaan. Al-Qur‟an juga merupakan sumber suatu kemuliaan. Firman Allah dalam surah al-anbiya‟ ayat 10.































Artinya : “Sesungguhnya, telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.

Maka apakah kamu tiada memahaminya ?

Sebaliknya siapapun yang berpaling dari Al-Qur‟an, maka Allah akan memberikan berbagai macam kesempitan dalam hidupnya. Firman Allah dalam surah Thaha ayat : 124.

56

Abd Al-Wahhab Khalaf, Masdar Al-Tasyri’ Al-Islamiy fima la Nashasha fih (Kuwait: Dar Al-Qalam, t.t), h.32


(51)































Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya

pada hari kiamat dalam keadaan buta

Makna kesempitan dalam ayat tersebut lebih mengarah kepada kesempitan jiwa dan hilangnya petunjuk dalam menjalani hidup. Kesempitan jiwa jauh lebih berbahaya dari kesempitan harta. Oleh karena itu, interaksi seorang Muslim dengan Al-Qur‟an menjadi sebuah keniscayaan.57 Allah berfirman dalam Qs. Yunus ayat 57















































Artinya : Hai manusia, “Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman”.

Al-Qur‟an adalah petunjuk dan rahmat bagi manusia. Juga merupakan penawar bagi kegelisahan. Firman Allah dalam Qs. Al-Isra’

ayat 82.

57

Emosoe Abdurrahman dan Apriyanto Ranoedarsono, The Amazing Stories of Al-Qur’an Sejarah yang harus dibaca, (Bandung: Salamadani,2009),h.274


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hameed Hakim, Aspek – Aspek Pokok Dalam Agama Islam, (Jepara: Pustaka Jaya, 1982)

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Galia Indonesia, 2002)

Agus Bustanuddin, Al-Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993)

Agustian Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual, (Jakarta: PT. Arga,2008)

Ahmad Masyhudi, Psikologi Islam, (Surabaya: PT. Reva Petra Media,2009)

Ahnan Maftuh, Mz Labi , Tuntunan Shalat Lengkap, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2005)

Ahyadi A. A, Psikologi Agama, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo,1997)

al-Afriqi al-Mashri Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, (Beirut, dar Shadir, 1882), Cet. I, Juz 13

Al-Fauzan Shalih bin Fauzan, Kitab Shalat, (Jakarta: Darul Falah, 2006)

Ali Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktek,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)

Ancok Djamaludin, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1989)

Anshari Endang Saifuddin, Kuliah Al-Islam (Jakarta: CV. Rajawali, 1986)

, Wawasan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993)

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)

, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

At-Tirmidzi, Kitab Al-Jaami’il Kabiir,(Beirut: Basyar „Iwaad Ma‟ruf, 1998),juz 6


(2)

Azis Rahmat, Kepribadian Ulul Albab, (Malang: UIN-Maliki Press.2011)

Aziz Abdul, Melihat Ibadah Rasulullah Lebih Dekat, (Jakarta: pustaka Azzam)

Bastaman Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi

Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil,2005)

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), Ed. 1., Cet.4

Caplin James, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993)

Chudhori Achmad, Materi Pendidikan Agama Islam (PAI), (Kediri: IAIT Press, 2011)

Daradjat Zakiah, Dasar Dasar Agama Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993)

, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006)

, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984) Daud Ali Mohammad, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), Cet.3

Daud Ali Mohammad, Daud Habibah, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,(Bandung: J-Art, 2004) Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2002)

EA Gading, dkk, Semangat Zaman dan Intelektualitas Kita, (Surabaya: Pustaka Saga, 2016)

Fadhil Afif Muhammad, Hamdi Muhammad Halabi, Cara Islam Mendidik Anak,

(Yogyakarta: Ad-Dawa‟,2006)

Gazalba Sidi, Asas – Asas Ajaran Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)

, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi & Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)

Gunawan Heri, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,


(3)

Habanakah Abdurrahmah, Pokok-pokok Akidah Islam (Jakarta: Gema Insani, 2004)

Hajar Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan

(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999)

Hamdani H.B., Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1990)

Hamid Zuhri, Bertaqwa menurut syari’at Islam, (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985)

Harini Sri, Turmudzi, Metode Statistika, (Malang: UIN Malang, 2008)

Hartati Netty, dkk, Islam & Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004)

Heydarpoor Mahnaz, Cinta dalam Kristen dan Islam, (Surabaya: Pustaka Eureka,2002)

Hilal al-Askari Abu, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, (al-Maktabah asy-Syamilah), Juz 1

Husain Al Munawar Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’an dalam sistem

pendidikann (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h.9

Imam, Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis (Terapi Religius), (Mitra Pustaka, 2004)

J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,: Remaja Rosdakarya, 2004)

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi 2012)

, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002)

John R. Bennet, “Religion” dalam Encyclopedia Americana Volume 29, New York

Juli Setiawan Norma Arbi‟a, Islam Aktual, (Depok: Inisiasi Press, 2005)

Khalaf Abd Al-Wahhab, Masdar Al-Tasyri’ Al-Islamiy fima la Nashasha fih


(4)

Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988)

Lestari Sri, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012)

M. Amin Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Ed. 1., Cet. 3

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)

M. Ayoub Mahmoud, Islam Antara Keyakinan & Praktik Ritual, (Yogyakarta: AK Group, 2004)

M. Hikmat Mahi, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Ed.,1,Cet.,1

M. Khatib Quzwain, Mengenal Allah : Suatu Pengajian Mengenai Ajaran

Tasawuf Syaikh Abdul Samad al-Palimbani, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t)

Madjid Nurcholis, Masyarakat religious Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Jakarta,2000)

MahfudRois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011)

Mar‟asyiliy Yusuf, Nadim, al-Mushthalahah al-Ilmiyah wa al-Fanniyah, (Beirut: Dar Lisan al-„Arab,t.t)

Maududi Abul A‟la, Menjadi Muslim Sejati, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999) Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996)

Muhammad Su‟aib H., 5 Pesan Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang Press,2011) Muin Idianto, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2006)

Mujib Muhaimin, Abd., Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Bumi Aksara, 1991)

Mulyana Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004)


(5)

Musthafa al-Maraghi Muhammad, Tafsir al-Maraghi VI, (Terj. Bahrun Abu Bakar), Semarang: Toha Putra, 1985)

Narbuko Cholid, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet.1

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail Media Group, 2010)

Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989)

Puspitasari Heni, “Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembentukan Akhlak

Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Malang 1” ,Skripsi, Fakultas, Tarbiyah

UIN Malang, 2009

Qadir Jawas Yazid bin Abdul, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah, (Semarang: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2004)

Ranoedarsono Apriyanto, Abdurrahman Emosoe, The Amazing Stories of

Al-Qur’an Sejarah yang harus dibaca, (Bandung: Salamadani,2009)

Saleh Hasan, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)

Salimi Noor, Ahmadi Abu, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Shihab Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1995) Shodiq M., Sosiologi Pembangunan, (Gresik: Yapendas Press, 2008)

Simpson, D.P., Cassell’s Latin Dictionary; Latin-English (New York: MacMillan Publishing Co, 1982)

Siregar Syofian, Metode Penelitian Kualitatif Dilengkapi Perbandingan Hitung

Manual & SPSS, (Jakarta: 2014, Kencana Prenadamedia Group)

Sudjono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012)


(6)

Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih

Penting dari pada IQ dan EQ (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2002)

Suryabrata Sumadi, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987)

Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005) Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2013),h.213

, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012)

Thoba Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996)

, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2000) Tono Sidik, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,1998)

Warsito Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2005)

Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan

Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994)

Zaini Syahmina, Tinjauan Analisis Tentang IMAN, ISLAM, DAN AMAL, (Jakarta: Kalam Mulia,1985)

Pardi, Guru PAI dan Budi Pekerti dan Pembina kegiatan IMTAQ di SMA Negeri Lamongan, wawancara pribadi dilakukan pada tanggal 14-03-2017

Profil Pedoman dan Peraturan Akademik, SMA Negeri 1 Lamongan.

Suradi selaku Administrasi bagian kesiswaan SMA Negeri 1 Lamongan Tahun 2016/2017.

Sutikno selaku Administrasi SMA Negeri 1 Lamongan bagian Sarana dan Prasarana pada tanggal 17-03-2017

Tawi Yuliantoro bagian kepegawaian SMA Negeri 1 Lamongan pada tanggal 17-03-2017