INTERNALISASI NILAI TAUHID PADA PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMA DALAM MEMAHAMI NILAI-NILAI AGAMA DAN KIMIA.

(1)

i

INTERNALISASI NILAI TAUHID PADA PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMA DALAM

MEMAHAMI NILAI-NILAI AGAMA DAN KIMIA

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia

Sekolah Lanjutan

Oleh Ayi Darmana NIM 1007235

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

ii

INTERNALISASI NILAI TAUHID PADA PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMA DALAM MEMAHAMI

NILAI-NILAI AGAMA DAN KIMIA

Oleh Ayi Darmana Drs. IKIP Bandung, 1989. M.Si. ITB dalam Ilmu Kimia, 1995

Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ayi Darmana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Abstrak

Iman dan taqwa merupakan “core” tujuan pendidikan nasional. Kemajuan dalam bidang IPTEK yang menunjukkan pencapaian kemampuan kognitif ternyata tidak paralel dengan pencapaian iman dan taqwa. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat dekadensi moral. Internalisasi nilai tauhid dalam materi ajar diyakini akan menjadi sarana dalam menanamkan iman dan taqwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan internalisasi nilai tauhid (INT) dalam pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yang meliputi tahapan: (1) Studi pendahuluan untuk mengungkapkan INT empirik, melibatkan kepala sekolah dan wakil, guru kimia dan agama serta beberapa siswa sebagai sumber informasi. Triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data dari berbagai sumber; (2) Perancangan dan uji coba INT dalam pembelajaran kimia; (3) Implementasi yang melibatkan 2 kelas, kelas dengan metode diskusi (MD) dan ceramah (MC). Instrumen penelitian telah divalidasi ahli dan uji coba, meliputi: (1) Instrumen INT, terdiri dari 10 soal uraian; (2) Instrumen kemampuan termokimia, terdiri dari 18 item soal pilihan berganda dengan 5 pilihan; (3) Kuesioner INT pada materi termokimia (INTMMK) terdiri dari 4 pernyataan dengan rubrik 5 skala; (4) Kuesioner INT dalam mata pelajaran IPA (INTIPA) terdiri dari 3 pernyataan dengan rubrik 5 skala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalisasi yang diterapkan di sekolah selama ini: (1) Merupakan bentuk latihan, pembiasaan, penerapan, penguatan dan syiar ajaran Islam yang secara teoritis diperoleh melalui mata pelajaran agama di sekolah; (2) Dalam pembelajaran kimia internalisasi dilakukan melalui pemberian nasihat jika materi kimia dianggap tidak berhubungan dengan agama, dan dengan integrasi jika berhubungan. Integrasi dapat berbentuk identifikasi/verifikasi maupun analogi. Melalui penelitian ini telah dirancang strategi internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran termokimia. Konsep termokimia disajikan secara simultan dengan ayat-ayat Al-Quran. Internalisasi dilakukan pada tahap inti dalam pembelajaran. Hasil implementasi menunjukkan bahwa INT dalam pembelajaran termokimia dapat meningkatkan kemampuan INT dalam kategori sedang (N-Gain kelas MD = 0,40; MC = 0,45), dengan perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dan postes untuk kedua kelas MD dan MC (α= 0,05). INT dalam pembelajaran termokimia dapat meningkatkan kemampuan termokimia pada kategori sedang (N-Gain MD = 0,36 ; MC = 0,34). Siswa merespon positif terhadap implementasi INT dengan perolehan skor kelas MD dan MC berturut-turut 70,8 dan 75,5 (dalam skala 0-100).


(5)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

The tauhid value internalization on chemistry learning to improve the ability of the

students of senior high school in understanding the religious values and chemistry

ABSTRACT

Iman & Taqwa are the core of the national education goals. The advances in science and technology that demonstrate achievement of cognitive abilities are not parallel with the achievement of Iman & Taqwa. This is indicated by moral decadence that still in high level. Internalization of tauhid value in the teaching material is believed to be a means of instilling Iman & Taqwa. This research aims to develop internalization of tauhid value (INT) in chemistry learning that improved the ability of the students of senior high school in understanding religious values and chemistry. This study used qualitative and quantitative approach, which includes: (1) A preliminary study to reveal empirical INT, involving principals and vice, chemistry and religion teacher and some students as a source of information. Triangulation of data was done by comparing data from various sources; (2) Designing and trying out of INT; (3) Implementating the draf of INT involves two classes, discussion method (MD) and lectures (MC) classes. The instrument of research has validated by experts and limited tryout, includes: (1) INT instruments, consist of 10 items of essay test; (2) Instruments thermochemical test, consist of 18 items of multiple-choice with 5 options; (3) The Questionnaire of INT on thermochemical materials (INTMMK) consists of 4 statements with 5 rubrics scale; (4) The questionnaire of INT in science subjects (INTIPA) consists of 3 statements with 5 rubrics scale. The results showed that the internalization has been done currently were: (1) a form of exercise, habituation, implementation, strengthening and syiar of Islamic lesson that were theoretically obtained through religious subjects in schools; (2) In chemistry learning INT was done by giving advices if the material of chemistry was considered unrelated to religion, and integrating strategy if it is associated with. Integration involved the form of identification/verification and analogy. By this study has been designed the strategy of tauhid value internalization in thermochemical learning. Thermochemical concepts were presented simultaneously with the verses of the Quran. The internalization was done along the core stage of learning. The results showed that the implementation of INT in thermochemical learning improved the ability of INT in the medium category (N-Gain class MD = 0.40; MC = 0.45), with significant differences between the result of pretest and posttest of oth lasses of MD and MC (α = 0.05). The implementation of INT improved the ability of thermochemical in middle category (N-Gain MD = 0.36; MC = 0.34). The students responded positively to implementation of INT with the result of MD and MC class scores respectively 70.8 and 75.5 (scale 0-100).


(6)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii


(7)

i Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

DAFTAR ISI

Hal

Judul dan Pernyataan Maksud Penulisan i

Halaman Pengesahan Panitia Disertasi ii

Pernyataan Keaslian karya Tulis iii

Kata Pengantar iv

Ucapan Terimakasih v

Abstrak vi

Abstact vii

Daftar isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian 8

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 9

D.Tujuan Penelitian 10

E. Manfaat Penelitian 10

F. Sistimatika Disertasi 11

Bab II Kajian Pustaka 13

A. Al-Quran: Agama dan Sains 13

B. Nilai dalam pendidikan Sains 23

C. Hakikat Tauhid 33

D. Tauhid dan Ilmu Kimia 35

E. Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Kimia 38

F. Penelitian yang berhubungan 40

G. Prinsip-prinsip dan kerangka Kerja Penyusunan Rancangan INT 44

H. Kerangka Pemikiran 48

Bab III Metode Penelitian 50

A. Subjek dan lokasi Penelitian 50

B. Metode dan rancangan Penelitian 50

C. Definisi Oprasional 53

D. Instrumen & Pengembangnnya 53

E. Data, Sumber data,Instrumen penelitian dan Teknik analisa data 55

Bab IV Hasil dan Pembahasan 57

A. Hasil Penelitian 57


(8)

ii Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

a.Gambaran Umum Internalisasi Nilai Agama/Tauhid di SMA

Plus Al-Azhar 57

b. Internalisasi Nilai Agama/Tauhid dalam Materi

Pembelajaran Kimia 60

2. Hasil Uji Coba Rancangan INT 62

a. Kemampuan INT 62

b. Kemampuan Termokimia 64

c. Respon siswa terhadap internalisasi nilai tauhid 65 1) Pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid

melalui materi termokimia (INTMMK) 65

2) Kesediaannya untuk menerima INT dalam materi

pelajaran IPA (INTIPA) 67

3. Hasil Implementasi Rancangan INT 69

a. Kemampuan INT 70

1) Hasil Pretes Kemampuan INT 73

a) Hasil Pretes Kemampuan INT kelas MD 73

b) Hasil Pretes Kemampuan INT kelas MC 74

2) Hasil Postes Kemampuan INT 74

a) Hasil Postes Kemampuan INT kelas MD 74

b) Hasil Postes Kemampuan INT kelas MC 74

3) Perolehan N-Gain Kemampuan INT 75

a) Perolehan N-Gain Kemampuan INT Kelas MD 75

b) Perolehan N-Gain Kemampuan INT Kelas MC 79

b. Penguasaan Materi Termokimia 82

c. Respon siswa terhadap INT 87

1) Pandangan siswa terhadap INTMMK 87

2) Kesediaan siswa untuk menerima INTIPA 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian 92

1. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan 92

a. Internalisasi Nilai Agama/Tauhid di SMA Plus Al-Azhar 92 b. Internalisasi Nilai Agama/Tauhid dalam Materi Pembelajaran

Termokimia 94

2. Rancangan INT 96

a. Rekonstruksi rancangan INT berdasarkan empirik 96

b. Inventarisasi bahan ajar termokimia-tauhid 99

3. Pembahasan Hasil Uji Coba Rancangan INT 101

a. Pengaruh internalisasi nilai tauhid terhadap pemahaman

nilai agama 101

b. Dampak internalisasi nilai tauhid terhadap kemampuan

termokimia 107


(9)

iii Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

4. Perbaikan Berdasarkan Hasil Uji Coba Rancangan INT 115

5. Pembahasan Hasil Implementasi Rancangan INT 116

a. Pengaruh implementasi terhadap kemampuan INT 116 b. Dampak implementasi terhadap kemampuan termokimia 126

c. Respon siswa terhadap implementasi 129

6. Keunggulan dan keterbatasan INT 138

a. Keunggulan 138

b. Keterbatasan 139

Bab V Kesimpulan dan Saran 141

A. Kesimpulan 141

B. Saran-Saran 142

Daftar Pustaka 144


(10)

iv Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv


(11)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UUD 1945 Pasal 31 ayat (3), pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Penjelasan tujuan pendidikan lebih lanjut dinyatakan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 dan Pasal 3. Pasal 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas, secara yuridis formal negara Indonesia sudah memiliki tujuan pendidikan yang sangat baik, yang merupakan rumusan standar mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Apabila dicermati lebih dalam, dari semua tujuan pendidikan, yang merupakan tujuan paling penting dan menaungi yang lainnya adalah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat dipahami selain urutan penyebutannya dalam Undang-Undang lebih awal juga karena tanpa iman dan taqwa, pencapaian tujuan pendidikan yang lain tidak akan membawa kebaikan bagi umat manusia di dunia apalagi di akhirat. Bahkan ahlak mulia hanya akan terwujud jika ada iman dan taqwa.


(12)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Ahlak berasal dari bahasa arab al-akhlaaqu, yang berarti tabiat, kelakuan perangai, tingkah laku (Sauri, 2011). Beberapa istilah yang hampir semakna dengan ahlak adalah karakter, nilai moral, etika, budi pekerti, tatakrama dan sopan santun. Kementrian Pendidikan Nasional (2010) mengidentikkan ahlak dengan karakter, watak, tabiat atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan dalam cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Hal senada diungkapkan oleh Jurjani (1988) dan Ibn Maskawih (dalam Hidayat, 1994) bahwa karakter (ahlak) adalah keadaan jiwa yang menyebabkan jiwa bertindak secara spontan tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak bersifat alamiah dan apa adanya yang muncul sebagai respon terhadap sesuatu keadaan. Ahlak yang mulia dapat dijadikan indikator iman dan taqwa. Ahlak ini meliputi ahlak manusia kepada Tuhan-Nya, kepada sesama manusia, dan kepada alam secara umum. Dalam ranah kajian pendidikan jika hendak disesuaikan maka target prioritas ini identik dengan domain afektif.

Negara Indonesia telah menyelenggarakan pendidikan sejak berpuluh-puluh tahun setelah merdeka. Namun demikian tingkat ketercapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana amanat UU masih jauh dari yang diharapkan terutama dari sisi iman taqwa dan ahlak mulia, bahkan mungkin sebaliknya makin buruk.

Dekadensi moral terjadi pada setiap sektor, tempat dan lapisan masyarakat yang tidak memandang tingkat pendidikannya, bahkan ada kecenderungan pelakunya dari golongan masyarakat atau individu yang terdidik. Perusakan lingkungan dalam bentuk penebangan hutan secara ilegal, pencemaran air, udara dan tanah terjadi dimana-mana. Penyalahgunaan pemakaian bahan-bahan kimia formalin, borak, zat warna/aditif, teror bom hingga peledakan bom bunuh diri, demikian juga konsumsi minuman keras, penyimpangan prilaku seks, narkoba di kalangan pelajar dan pendidik, narkoba dan korupsi di kalangan pejabat dan


(13)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

penegak hukum makin marak terjadi. Perkelahian kelompok pelajar bahkan kelompok masyarakat serta tindak kekerasan yang menimbulkan korban jiwa, demikian juga prilaku buruk yang lainnya sudah makin menghawatirkan.

Kondisi ini menunjukkan pendidikan yang telah dijalaninya seolah-olah tidak memberikan pengaruh dalam pembentukan ahlak atau kualitas kepribadiannya. Pengaruh pendidikan hanya nampak dalam hal penampilan berpakaian dan cara berbicara, sementara ahlaknya tidak terbedakan antara yang berpendidikan rendah maupun tinggi. Hal ini menunjukkan kegagalan pendidikan kita.

Pada dasarnya dekadensi moral ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga merupakan masalah bangsa-bangsa di dunia, yang berbeda mungkin taraf kerusakan atau letak kerusakannya. Ada negara yang sangat tinggi tingkat kriminalitasnya, sementara negara lain sangat tinggi tingkat korupsi, seks bebas, narboka, perampokan, atheis dan lain lain.

Amerika sebagai negara yang sangat berhasil mengusai sains ternyata memiliki masalah yang kurang lebih sama dengan Indonesia. Penguasaan sains dan teknologi yang tinggi tidak serta merta memberikan jaminan keberhasilan lahir dan batin serta baiknya moral sebagaimana yang didengung-dengungkan dengan “scientific attitude” melainkan hanya sebatas keberhasilan dari sisi material. Bahkan lebih buruk lagi, ternyata sains yang pada hakekatnya anugrah Sang Maha Pencipta, yang seharusnya menjadi sarana mendekatkan diri para saintis kepada Pencipta-Nya ternyata telah membawa mereka ke arah sebaliknya yaitu makin menjauhkan dirinya dari Sang Maha Pencipta. Banyak saintis yang menjadi atheis. Sebagaimana yang dilaporkan Larson dan Witham (1998) bahwa sebagian besar ilmuwan terpandang yang tergabung dalam “National Academic of Science”, tidak percaya akan keberadaan Tuhan.

Kenyataan ini menunjukkan telah terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di Indonesia bahkan diseluruh dunia. Telah terjadi ketidak-sesuaian antara harapan dan kenyataan, dan tentang apa yang semestinya


(14)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

dilakukan dengan kenyataan faktual. Bila tidak segera diperbaiki maka tidak menutup kemungkinan keadaan yang lebih buruk akan menimpa sebagaimana negara negara sekular dimana makin banyak saintis yang atheis, tidak mempercayai Tuhan, yang berarti tidak meyakini adanya hari pembalasan. Hal ini akan berakibat menggunakan kemampuan kognitifnya untuk melakukan sesuatu menurut selera, keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan apakah dicintai oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa atau bahkan dibenci-Nya, sehingga kerusakan akan makin besar.

Kenyataan ini diduga sebagian besar karena pendidikan dan pembelajaran di sekolah kurang mengembangkan potensi afektif. Perkembangan kemampuan kognitif yang sangat maju apabila tidak dikawal oleh perkembangan afektif maka akan berpotensi perusak. Semua ini terjadi, sebagai dampak karena sains di Indonesia merupakan sains warisan barat yang benar-benar melepaskan diri dari agama. Sains barat lahir bermula dari pertentangannya dengan agama. Agama sama sekali tidak menjadi jiwa/spirit dalam pembelajaran sains dan mata pelajaran yang lain di semua jenjang pendidikan. Kenyataan ini benar-benar berbeda dengan pada saat permulaan sains, di mana sains berkembang sejalan atau berdasarkan spiritual agama, baik agama Islam maupun non Islam. Spritualitas merupakan inti agama yang akan mengarahkan sains dalam mencapai keutuhan individu, mewujudkan masyarakat yang lebih “communal” dan menjamin keselamatan lingkungan (Walach, 2005).

Beberapa pendapat pakar berkenaan dengan masalah buruknya moral, diantaranya Sauri (2005) yang pada dasarnya mengatakan bahwa pengembangan sains dan teknologi tanpa dilengkapi dengan budaya IPTEK (pandangan, sikap, prilaku, persepsi dan filosofi) yang penuh dengan nuansa etika dan moral akan menimbulkan bencana bagi manusia. Istilah etika keilmuan merupakan sinergi atau kombinasi antara dua kategori pengetahuan yaitu ilmu yang berbasis pada logika dan etika atau moralitas yang mempersoalkan baik atau buruk. Ungkapan ini menekankan pentingnya aspek moral untuk mengawal sains dan teknologi


(15)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

agar memberikan manfaat bagi manusia, kerusakan yang terjadi dikarenakan kurangnya penekanan pada masalah moral.

Sumaatmadja (dalam Sauri, 2005) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan multidisiplin dan interdisiplin serta disiplin silang pengetahuan. Selanjutnya beliau membagi jenis program pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu pendidikan akademik (kognitif) yang mendidik pembelajar agar menjadi sumber daya manusia cendikia, pendidikan keterampilan yang mendidik pembelajar agar menjadi sumber daya manusia yang memiliki etos kerja, dan pendidikan nilai (afektif) yang mendidik sumber daya manusia agar memiliki ahlak yang mulia. Lebih lanjut diungkapkan bahwa buruknya ahlak dikarenakan kurangnya porsi pendidikan nilai (afektif). Oleh karena itu integrasi antara jenis program pendidikan nilai, akademik dan keterampilan diperlukan untuk membentuk sumber daya manusia yang utuh.

Djahiri (1996) mengungkapkan bahwa pembelajaran anak mengenai hebatnya iptek mutakhir super canggih yang diiringi atau diawali dengan nilai moral atau isi pesan kebermaknaannya bagi manusia dan Kebesaran Allah, tidak akan menjadi proses desonasi malah akan menjadi proses dan faktor resonansi ketaqwaan. Selanjutnya ditegaskan bahwa lahirnya manusia yang arogan atau angkuh terhadap Pencipta-Nya dan mendewakan diri dan kemampuannya adalah karena pembelajaran yang parsial kognitif semata (tidak/kurang aspek afektif).

Pada hakekatnya, sains maupun agama kedua-duanya merupakan milik Allah dan dianugrahkan kepada manusia. Sains merupakan hasil kajian para ilmuwan terhadap alam ciptaan Allah yang merupakan tanda-tanda Kebesaran-Nya (QS. Fussilat, 41: 53). Kedua-duanya tidak mungkin bertentangan. Menghadirkan agama kepada sains tidak akan mengurangi kadar keilmiahan sains melainkan akan memandu sains agar menjadi sarana kesejahteraan lahir dan batin, demikian juga menghadirkan sains kepada agama akan menjadikan pemahaman yang lebih baik terhadap agama (Darmana, 2012).


(16)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

Perbedaan karakteristik sains dan agama bukan untuk dipertentangkan tetapi menunjukkan bahwa keduanya memiliki bidang atau objek yang berbeda. Keduanya merupakan pasangan yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Kesempurnaan manusia dalam menjalankan fungsi kehidupannya sebagai khalifah di planet bumi ini, hanya akan tercapai jika manusia menguasai sains (serta ilmu-ilmu yang lain) yang dipandu oleh agama. Nampaknya, ungkapan “etika keilmuan” sangat tepat untuk menjembatani hal ini, dimana sains yang bersifat ilmiah/keilmuan dan sangat mengandalkan logika sedangkan etika yang merujuk kepada agama berbicara tentang baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, dosa atau pahala, surga atau neraka. Sinergisitas keduanya akan membawa kesejahteraan seluruh umat manusia lahir dan batin, material dan spiritual. Dengan demikian, kesempurnaan itu akan tercapai jika baik logika (ilmiah) maupun etika dikembangkan secara bersama-sama.

Pembelajaran kimia termasuk pelajaran umum yang merupakan bagian dari mata pelajaran sains dalam sistem pendidikan nasional. Dengan sendirinya pembelajaran kimia seharusnya mamberikan kontribusi relatif terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tersurat bahwa tujuan pembelajaran mata pelajaran kimia di SMA/MA yang pertama adalah membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Rumusan tujuan ini sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, terutama dalam ungkapan “mengagungkan Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa”. Namun demikian, nampaknya tujuan yang agung ini hanya sekedar rumusan hipotetik yang tidak pernah tercapai. Hal ini karena selain beberapa keterbatasan sumber daya manusia maupun ketiadaan referensi, juga yang paling berpengaruh adalah karena aspek sejarah yang menunjukkan bahwa kebangkitan sains barat (yang kita anut sekarang) lahir dari pertentangan dengan agama. Sains barat memisahkan diri dari agama karena sains bersifat ilmiah sedangkan agama


(17)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7

bersifat dogmatis. Historis ini yang kemudian diduga menjadi pemicu munculnya keyakinan bahwa antara agama dengan sains tidak boleh didekatkan.

Tujuan pendidikan sains di barat menekankan pada keberhasilan ilmiah yang materialistik, sedangkan di Indonesia menetapkan iman dan taqwa sebagai “core”. Perbedaan tujuan ini seharusnya berkonsekwensi terhadap bagaimana materi sains dikaji. Iman dan taqwa tidak akan tercapai jika materi sains hanya dikaji dari sudut pandang ilmiah yang materialistik saja tanpa mengkaji dari sudut pandang spiritual keagamaan.

Pembelajaran yang dapat mengembangkan semua potensi siswa, lahir dan bathin, merupakan tuntutan yang sangat mendesak sebagai upaya pembentukan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanal dan sekaligus sebagai pemenuhan amanat undang-undang. Tujuan pendidikan nasional tidak akan pernah terwujud selama nilai-nilai agama dipisahkan dari pembelajaran.

Pada dasarnya tujuan pendidikan tersebut akan memungkinkan tercapai bila agama dan sains dipadukan. Sains yang mengandalkan kekuatan logika akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat atau kebaikan bila disertai kekuatan spiritual yang bersumber dari keagamaan. Sains barat tidak memiliki kebijaksanaan untuk membuat hidup sakral dan bermakna (Blanch, 2007). Kombinasi sains dan agama merupakan kombinasi konsep yang tepat untuk memahami alam (Marssonet, 2012). Demikian pula kolaborasi agama dan sains akan memberikan kontribusi yang besar untuk mencapai masyarakat yang damai dan berkelanjutan (Reich, 2012).

Pembelajaran kimia akan mampu membentuk karakter kejujuran dan etika pembelajar bila pembelajaran tersebut disertai spirit yang bersumber dari agama. Walaupun sebagian orang sangat yakin bahwa tanpa spirit agama pembelajaran kimia akan mampu membentuk karakter jujur dan etika bagi pembelajar, namun karakter yang terbentuk relatif lemah dibandingkan karakter kejujuran dan etika yang bersumber dari agama. Hal ini karena karakter kejujuran dan etika yang bersumber dari agama memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan kebaikan,


(18)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

misalnya karena ingin mendapat ridlo Allah, ingin mendapat pahala, ingin masuk surga. Sedangkan tidak melakukan keburukan, motivasinya karena merasa tidak pantas menentang Allah, tidak pantas mendurhakai dan bermasiat kepada Allah, takut dengan azab-Nya. Namun demikian, tidaklah dapat disangkal jika dikatakan bahwa karakter jujur dan etika akan diperoleh melalui kebiasaan proses kimia/sains atau merupakan efek ikutan belajar kimia tetapi sifatnya hanya menguatkan apa yang diperoleh dari agama.

Di sisi lain, bagaimana mungkin seorang guru kimia melalui pembelajaran dapat menghantarkan siswanya mengagumi Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sementara Tuhan sebagai Pemilik, Pemelihara dan yang membuat ketetapan terhadap sifat-sifat benda atau alam yang menjadi objek kajian kimia tidak diperkenalkan pada saat pembelajaran di kelas. Seolah-olah sifat benda atau alam yang dipelajari itu adalah sifat yang timbul dari dirinya sendiri tanpa ada yang menentukan. Bagaimana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat diraih sebagai “core” dari tujuan pembelajaran, sementara konsep iman dan taqwa serta kaidah-kaidah untuk mencapainya melalui pembelajaran tidak pernah disentuh.

Pembelajaran yang berlangsung di persekolahan selama ini lebih mengembangkan aspek kognitif dan psikomotor tetapi sangat kurang mengembangkan aspek afektif. Hal ini terjadi pada semua mata pelajaran dan disemua jenjang pendidikan. Pengembangan aspek afektif terbatas pada pencapaian sikap yang merupakan efek ikutan pembelajaran dan bukan afektif untuk mecapai iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu jika Indonesia dalam pembelajaran sains secara totalitas merujuk pada sains barat terutama dalam ekplanasi fakta, fenomena, konsep dan hukum-hukum maka hasil maksimal adalah sebagaimana sains barat dengan segala kemajuannya yang hanya bersifat materialistik. Kenyataan ini yang memicu kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Iman dan taqwa adalah istilah agama


(19)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9

sehingga tidaklah mungkin iman dan taqwa ini tercapai melalui kegiatan pembelajaran yang sangat steril dari agama.

Beberapa penelitian yang pada dasarnya menghadirkan aspek agama Islam pada pembelajaran sains telah banyak dilakukan, diantaranya (Hartono, 2010; Rochman, 2010; Rohmawati, 2010; Kusnadi, 2000; Romadlon, 2000; Riduansyah, 2000)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Adanya ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan, antara yang seharusnya dilakukan dengan kenyataan yang dilakukan (faktual) diduga diakibatkan oleh sumber masalah yang utama yaitu pemisahan agama dan sains. Hal ini memicu masalah masalah berikutnya, di antaranya: (1) Sikap apatis guru sains terhadap agama, sebagian guru tidak suka membicarakan sains dengan agama karena dianggap dua hal yang sangat berbeda, berlainan, di mana agama dimulai dengan ”keyakinan” sedangkan sains dimulai dengan “ketidakyakinan”; (2) Sebagian guru sains menganggap sains bebas nilai; (3) Sebagian guru sains menganggap masalah moral bukan tanggungjawab guru sains; (4) Pada umumnya pemikir, perencana, pelaksana kurikulum terutama para guru tidak mampu/tidak cukup mengerti bagaimana mempersiapkan dan mengajarkan materi sains berbasis nilai moral agama yang dapat mengantarkan siswa memungkinkan menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dikarenakan mereka juga tidak pernah mendapatkan nya selama dipersekolahan; (5) Sangat terbatasnya referensi, baik berupa buku maupun ahli yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pembelajaran sains berbasis moral yang dapat mengantarkan siswa memungkinkan menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam penelitian ini, telah dilakukan penelitian yang difokuskan sebagai upaya menjembatani guru kimia SMA dalam mempersiapkan pembelajaran kimia yang dapat menjadi sarana menuju pencapaian iman dan taqwa. Materi kimia


(20)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

yang dipilih dibatasi pada materi termokimia. Pemilihan materi termokimia, selain didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam materi tersebut memungkinkan banyak materi yang dapat diinternalisasi nilai tauhid juga materi tersebut sangat urgen karena mengkaji tentang energi yang merupakan sumber segala aktivitas.

Secara spesifik internalisasi nilai tauhid telah dilakukan pada isi materi termokimia meliputi konsep : hukum kekekalan energi, sistem dan lingkungan, kalor, reaksi eksoterm dan endoterm, persamaan termokimia, dan hukum Hess. Implementasi internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran termokimia dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

“Bagaimana internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan kemampuan siswa SMA Plus Al-Azhar Medan dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia”

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana internalisasi nilai tauhid yang dikembangkan di SMA Plus Al-Azhar Medan ?

2. Bagaimana internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran kimia yang dikembangkan guru di SMA Plus Al-Azhar Medan ?

3. Bagaimana rancangan internalisasi nilai tauhid (INT) dalam pembelajaran termokimia ?

4. Bagaimana kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai agama melalui materi termokimia sebelum dan setelah implementasi INT? 5. Bagaimana dampak implementasi INT terhadap penguasaan materi

termokimia ?


(21)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia yang mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa Al-Azhar Medan dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia.

Secara khusus tujuan penelitian ini untuk :

1. Mengungkapkan internalisasi nilai tauhid yang dikembangkan di SMA Plus Al-Azhar Medan

2. Mengungkapkan internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran kimia yang dikembangkan guru di SMA Plus Al-Azhar Medan

3. Memperoleh rancangan INT dalam pembelajaran termokimia

4. Mengungkapkan kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai agama melalui materi termokimia sebelum dan setelah implementasi INT

5. Mengungkapkan dampak implementasi INT terhadap kemampuan termokimia

6. Mengungkapkan dampak implementasi INT terhadap respon siswa

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan kontribusi relatif terhadap sarana pencapaian tujuan utama pendidikan nasional.

2. Memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran kimia yang utama “mengagumi Kebesaran Allah” melalui ciptaan-Nya yang dipelajari melalui materi kimia.

3. Memungkinkan terwujudnya ahlak mulia siswa.

4. Sebagai pengayaan, motivasi, dan inspirasi bagi guru-guru kimia atau guru yang lain yang memiliki minat untuk mengembangkan pembelajaran kimia berbasis nilai-nilai agama.

5. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru-guru dalam membuat persiapan dan melaksanaan tugas pembelajaran kimia yang


(22)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12

menginternalisasikan nilai tauhid atau yang bermuatan nilai keagamaan secara umum.

6. Rujukan para guru dalam membuat persiapan dan melaksanakan pembelajaran untuk diterapkan pada topik-topik kimia yang lain bahkan pada materi sains yang lain.

7. Memberikan sumbangan kepada para perancang kurikulum dan penyusun buku ajar kimia atau sains yang menginternalisasikan nilai tauhid atau nilai-nilai agama secara umum.

F. Sistimatika Disertasi

Disertasi ini disajikan dalam 5 bab yang diakhiri dengan daftar Pustaka dan lampiran-lampiran. Bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta organisasi disertasi. Sedangkan Bab II kajian pustaka, meliputi kajian : agama dan sains, nilai dalam pendidikan sains hakikat tauhid, tauhid dalam Ilmu kimia,nilai, internalisasi, penelitian yang berhubungan, landasan/prinsip-prinsip dan kerangka kerja penyusunan rancangan internalisasi nilai tauhid dalam materi termokimia, dan kerangka pemikiran peneliti sebagai dasar pijakan dalam melakukan penelitian. Bab III metode penelitian yang menyajikan subjek dan lokasi penelitian, metode dan rancangan penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian dan pengembangannya, teknik pengumpulan data, dan analisa data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi temuan dan pembahasan Hasil studi pendahuluan, uji coba dan implementasi. Bab V simpulan dan saran.


(23)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Plus Al-Azhar Medan Sumatra Utara . Sebanyak 18 siswa (kelas XIC) telah terlibat pada saat uji coba rancangan INT, dan sebanyak 42 siswa (kelas XIA dan XIB masing-masing 21 siswa) terlibat pada saat implementasi rancangan INT. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, guru kimia (2 orang), guru agama, dan beberapa siswa terlibat pada saat studi pendahuluan. Sebanyak 66 siswa ( 2 kelas program aksel Al-Azhar dan 2 kelas MAN 2 Medan) sebagai kelas kontrol untuk pengujian kemampuan kimia. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan pada pertimbangan SMA tersebut merupakan sekolah yang memadukan 100 % kurikulum Depag dan 100 % kurikulum Depdiknas, dan termasuk sekolah Islam favorit di Medan bahkan di Sumatra Utara.

B. Metode dan Rancangan Penelitian

Pengembangan internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai agama melalui kimia memerlukan data kualitatif dan kuantitatif. Sesuai dengan tujuan penelitian dan tahapan penelitian maka metode yang digunakan dalam penelitian ini akan mengadaptasi dari metode Mixed Methods dengan Exploratory Design ( Crewell & Clark, 2007; Lodico, et al., 2005).

Pada dasarnya metode rancangan exploratory terdiri dari dua fase, fase pertama pengumpulan data dan analisa data kualitatif kemudian fase kedua adalah fase pengumpulan dan analisa data kuantitatif. Fase kedua dimaksudkan untuk menindak lanjuti dan mengembangkan temuan kualitatif.


(24)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

Fase pertama terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama studi pendahuluan yang dimaksudkan untuk memperoleh data empirik tentang bagaimana nilai-nilai Islam dibudayakan dalam aktivitas siswa selama di asrama, sekolah, kelas, dan melalui materi pembelajaran kimia. Data-data ini sangat berguna selain sebagai sumber informasi bagi penyusunan rancangan internalisasi nilai tauhid dalam materi termokimia, dan juga berguna sebagai latar dalam interpretasi temuan hasil implementasinya.

Tahap kedua, penyusunan rancangan INT. Berdasarkan informasi hasil studi pendahuluan disusun rancangan INT dalam materi termokimia. Tahap ketiga, tahap pengembangan rancangan INT. Pada tahap ini dilakukan validasi ahli dan uji coba rancangan. Validasi dimaksudkan terutama untuk memperoleh masukkan dari ahli tentang isi rancangan. Validasi dilakukan oleh dua orang ahli, satu orang ahli dalam bidang kimia dan satu lagi ahli dalam bidang usuludin/tauhid. Berdasarkan validasi ahli dilakukan revisi terhadap rancangan. Rancangan yang sudah direvisi diuji coba di satu kelas (XIC) selama alokasi waktu pembelajaran termokimia. Uji coba dimaksudkan untuk melihat terutama seberapa efektif rancangan tersebut dari sisi pencapaian tujuan penelitian serta dampak yang ditimbulkannya.

Fase kedua, merupakan tahap keempat. Pada tahap ini dilakukan pengujian rancangan dengan cara implementasi yang dilakukan di dua kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama, kelas dengan metode campuran dari ceramah & tanya jawab dengan diskusi dan presentasi kelompok, selanjutnya disebut metode diskusi (MD). Kelas eksperimen kedua, kelas dengan metode ceramah & tanya jawab selanjutnya disebut kelas metode ceramah (MC). Telah dilakukan pengukuran pretes-postes kemampuan memahami nilai agama melalui materi termokimia (INT), kemampuan termokimia serta membandingkannya dengan kelas kontrol. Pengisian kuesioner untuk mengungkapkan respon siswa pada awal dan akhir implementasi. Respon siswa meliputi pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK) serta


(25)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

mengungkapkan kesediaan siswa untuk menerima internalisasi nilai tauhid dalam materi pelajaran IPA (INTIPA).

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini disajikan dalam bagan alir berikut ini:

Fase Pertama (Fase I)

Ta

Fase Kedua (Fase II)

Studi Pustaka :

Produk (out put) : Kategori konsep/hukum

Tahap 1

Survei Lapangan di SMA AL-Azhar Medan :

Produk (out put) :

Deskripsi internalisasi nilai tauhid empirik

Tahap 2 & 3

Rancangan Internalisasi Nilai Tauhid dalam

pembelajaran termokimia Produk (out put) :

Deskripsi rancangan (prinsip, isi & organisasi materi, strategi, dan alat evaluasi)

Evaluasi Ahli:

Review, Validasi Produk (out put) :

Deskripsi hasil review dan validasi

Revisi

Rancangan yang telah dievaluasi ahli Uji coba terbatas

Rancangan yang telah di evaluasi ahli, diuji coba terbatas, & direvisi

Tahap 4

Implementasi Rancangan

Pengukuran pretes-postes kemampuan INT dan termokimia. Membandingkan kemampuan termokimia dengan kelas kontrol. Pengungkapan respon siswa awal dan akhir implementasi untuk mengetahui pandangan siswa terhadap INTMMK dan kesediaan siswa untuk menerima INTIPA

Studi Pustaka :

Produk (out put) : Kategori konsep/hukum termokimia & ayat-ayat QS. tertentu


(26)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

Gambar 3.1 : Bagan Alir Penelitian

C. Definisi Operasional

1. Kemampuan memahami nilai-nilai agama disebut juga kemampuan Internalisasi nilai tauhid (INT) adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan keterkaitan konsep-konsep materi termokimia dengan ayat Al-Quran tertentu yang bersesuaian dan atau kemampuan siswa dalam mengungkapkan hikmah/pelajaran/pesan moral dari konsep-konsep termokimia berdasarkan sudut pandang agama Islam (tauhid)

2. Kemampuan termokimia adalah kemampuan kognitif siswa dalam materi termokimia.

3. Pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK) adalah klaim/pengakuan siswa terhadap apa yang dialaminya setelah mengikuti pembelajaran dengan INT yang menunjukkan tingkat penerimaan yang positif

4. Kesediaan siswa untuk menerima INT dalam materi pelajaran IPA adalah kesediaan siswa untuk menerima INT dalam materi pelajaran kimia, fisika dan biologi.

D. Instrumen & Pengembangnnya

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini maka ada instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi kualitatif dan ada instrumen untuk mengumpulkan informasi kuantitatif. Informasi kualitatif


(27)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

dikumpulkan dengan menggunakan “peneliti sebagai instrumen utama” yang pada pelaksanaannya digunakan pedoman wawancara sebagai panduan/alat bantu.

Informasi kualitatif meliputi data mengenai internalisasi nilai-nilai agama/tauhid di SMA Al Azhar Medan Sumatra Utara yaitu internalisasi nilai tauhid yang dialami siswa selama 24 jam (sehari semalam) di asrama, sekolah dan di kelas khususnya dalam materi pembelajaran kimia. Informasi ini dikumpulkan melalui observasi dan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (lampiran 1).

Informasi kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuantitatif yang meliputi informasi tentang: (1) Kemampuan siswa dalam memahami nilai-nilai agama melalui termokimia, meliputi kemampuan untuk mengaitkan/integrasi hukum/konsep materi termokimia dengan ayat Al-Quran. tertentu yang bersesuaian dan kemampuan untuk mengungkapkan nilai/pesan moral/hikmah dari hukum/konsep termokimia berdasarkan sudut pandang Islam/tauhid selanjutnya disebut kemampuan internalisasi nilai tauhid (INT). Informasi ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen INT (lampiran 2); (2) Kemampuan penguasaan materi termokimia yang dikumpulkan melalui instrumen kemampuan kimia (lampiran 3); (3) Respon siswa untuk mengungkapkan pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui materi termokimia (INTMMK) dan kesediaan siswa untuk menerima internalisasi nilai tauhid dalam materi pelajaran IPA (INTIPA), masing-masing informasi ini dikumpulkan melalui kuesioner INTMMK (lampiran 4) dan kuesioner INTIPA (lampiran 5)

Rancangan instrumen kemampuan INT disusun berdasarkan materi termokimia terpilih yang dapat diinternalisasi nilai tauhid. Materi termokimia terpilih tersebut meliputi : hukum kekekalan energi, sistem dan lingkungan, kalor, reaksi eksoterm & endoterm, persamaan termokimia, dan hukum Hess. Soal uraian sejumlah 16 item soal berbentuk uraian telah di susun, divalidasi oleh 2 orang ahli (ahli kimia dan ahli agama).


(28)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

Setelah direvisi berdasarkan hasil validasi/review ahli dilakukan uji coba instrumen. Sebelum ujicoba instrumen INT dilakukan terlebih dahulu sosialisasi tentang tauhid, internalisasi tauhid dalam materi termokimia di kelas yang telah belajar termokimia (kelas A dan B program akselarasi sebanyak 27 siswa), diperoleh 6 soal yang valid. Hasil analisis butir soal menggunakan anates disajikan dalam lampiran 6. Perbaikan terhadap redaksi item soal, hingga 3 kali uji coba sehingga diperoleh 10 item soal yang valid mewakili materi termokimia terpilih. Selanjutnya item soal ini yang digunakan pada uji coba dan implementasi.

Instrumen kemampuan termokimia, disusun sebanyak 42 item soal pilihan berganda dengan 5 pilihan jawaban. Setelah direvisi berdasarkan validasi ahli maka dilakukan uji coba bersamaan dengan uji coba instrumen INT pada siswa yang sama. Hasil uji coba diperoleh 22 item soal yang valid dan sudah mewakili semua konsep dalam materi termokimia. Namun karena ada beberapa konsep materi termokimia yang diukur oleh beberapa item soal maka dilakukan pemilihan yang akhirnya diperoleh 18 item soal. Item soal ini selanjutnya digunakan untuk uji coba dan implementasi rancangan. Hasil analisis butir soal menggunakan anates disajikan dalam lampiran 7.

Instrumen untuk mengungkapkan respon siswa terdiri dari kuesioner yang bertujuan untuk mengungkapkan pandangan siswa terhadap INTMMK dan kuesioner untuk mengungkapkan kesediaan siswa dalam menerima INTIPA. Rancangan kuesioner semula dirancang sebanyak 10 item pernyataan dengan rubrik 5 skala, meliputi 4 item pernyataan untuk tujuan mengungkapkan pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui termokimia (INTMMK), dan 6 item pernyataan untuk tujuan mengungkapkan tingkat penerimaan siswa terhadap INT berdasarkan kesediaannya untuk menerima INT dalam mata pelajaran: kimia, fisika, biologi, matematika, geografi, dan TIK.

Setelah dilakukan revisi berdasarkan validasi dan review ahli (2 orang ahli evaluasi) diperoleh 4 item pernyataan untuk INTMMK (jumlah item pernyataan


(29)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

tetap/tidak berubah, sementara redaksi rubrik mengalami perubahan, diantaranya dari “sangat perlu” sampai “tidak perlu” menjadi “sangat mendalam sampai “sama sekali tidak”). Sedangkan item pernyataan untuk mengungkapkan tingkat kesediaan dalam menerima INT yang semula terdapat 6 item menjadi 3 item pernyataan yaitu item pernyataan yang mengungkapkan kesediaan siswa untuk menerima internalisasi nilai tauhid dalam mata pelajaran kimia, fisika, dan biologi (IPA) sehinga disebut INTIPA sebagaimana disebutkan di atas.

Uji coba kuesioner dari 7 item pernyataan diperoleh hasil bahwa ke-7 item pernyataan kuesioner tersebut valid. Kuesioner ini selanjutnya digunakan untuk uji coba dan implementasi rancangan. Hasil analisis butir kuesioner INTMMK dan INTIPA berturut-turut disajikan dalam lampiran 8 dan 9.

E. Data, Sumber Data, Instrumen Penelitian, dan Teknik Analisa

Jenis data dan sumber data, serta instrumen penelitian dan teknik analisa data disajikan dalam Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data, Instrument dan Teknik Analisa

No Data Sumber data Instrumen

Penelitian

Teknik analisa data 1 Internalisasi nilai

tauhid/agama yang dikembangkan di sekolah

Kepala sekolah & wakil, Guru agama, siswa Pedoman wawancara & observasi langsung Deskriptif

2 Internalisasi nilai

tauhid/agama dalam materi pembelajaran kimia Guru kimia,siswa Pedoman wawancara & observasi langsung Deskriptif

3 Kemampuan INT dalam materi termokimia

Siswa Tes tertulis

uraian

Deskriptif N-Gain & Uji-t 4 Dampak rancangan INT

terhadap penguasaan materi kimia

Siswa Tes tertulis

pilihan berganda

Deskriptif N-Gain & Uji-t


(30)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

pada pandangan siswa terhadap internalisasi nilai tauhid melalui termokimia (INTMMK)

N-Gain &

6 Dampak rancangan INT terhadap kesediaan siswa untuk menerima

internalisasi nilai tauhid dalam materi pelajaran IPA (INTIPA)

Siswa Kuesioner Deskriptif

N-Gain &

Untuk memastikan ketepatan temuan data kualitatif (internalisasi nilai agama di sekolah dan dalam pembelajaran kimia) dilakukan melalui triangulasi. Triangulasi dilakukan baik menggunakan sumber informasi yang berbeda (guru dan siswa) maupun metode yang berbeda (hasil wawancara yang ditindak-lanjuti dengan observasi).


(31)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 141

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai tauhid yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami nilai agama dan kimia menguraikan komponen-komponen: konsep termokimia, ayat Al-Quran tertentu yang diinternalisasikan, strategi internalisasi, dan uraian internalisasi. Internalisasi ini diterapkan dalam proses belajar mengajar termokimia pada tahap kegiatan inti dengan urutan penyajian: konsep termokimia, konsep termokimia terinternalisasi nilai tauhid.

Secara khusus berdasarkan pertanyaan penelitian dapat disimpulkan : 1. Internalisasi nilai tauhid (INT) /nilai-nilai Islam di SMA Plus Al-Azhar

Medan merupakan bentuk latihan, pembiasaan, penguatan dan penerapan ajaran-ajaran Islam yang diperoleh secara teoritis dalam mata pelajaran agama di sekolah.

2. INT dalam pembelajaran kimia dilakukan melalui pemberian nasihat jika materi kimia dianggap tidak berhubungan dengan agama, dan dengan integrasi jika berhubungan. Integrasi dapat berbentuk identifikasi/verifikasi maupun analogi.

3. Rancangan INT pada materi termokimia menguraikan komponen-komponen: konsep termokimia, ayat Al-Quran yang berhubungan, strategi internalisasi, dan uraian internalisasi. INT ini diterapkan dalam proses belajar mengajar termokimia pada tahap kegiatan inti di mana konsep termokimia disajikan secara simultan dengan ayat-ayat Al-Quran

4. Kemampuan rata-rata pretes INT kelas diskusi (26,8) dan kelas ceramah (33,2) termasuk kategori kemampuan yang rendah. Kemampuan rata-rata postes INT kelas diskusi 55,9 (kategori kurang) dan kelas ceramah 63,1 (kategori cukup). Implementasi INT efektif meningkatkan pemahaman siswa


(32)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 142

dalam memahami nilai-nilai Islam melalui materi termokimia dalam kategori peningkatan sedang (N-Gain sedang). Penggunaan metode ceramah dan diskusi walaupun secara deskripsi/kuantitas metode ceramah lebih baik perolehan nilai rata-rata (63,1) dari pada metode diskusi (55,9). Demikian juga berdasarkan perolehan rata-rata N-Gain metode ceramah (0,47) lebih baik dari N-Gain metode diskusi (0,4). Namun secara kualitas/statistik tidak ada perbedaan yang signifikan.

5. INT dapat meningkatkan penguasaan materi termokimia baik di kelas MD maupun MC dalam kategori sedang (N-Gain MD = 0,36; MC = 0,34) Walaupun perolehan postes di kedua kelas rendah (MD = 48,4 dan MC = 45,8), namun relatif lebih baik dari ke-3 kelas kontrol yang masing-masing : 32,5; 50,5; 34,2; 40,6.

6. Respon siswa yang menunjukkan pandangannya terhadap INTMMK dan kesediaannya terhadap INTIPA dikedua kelas setelah implementasi dalam kategori “sedang” (perolehan nilai rata-rata MD = 70,8 dan MC = 75,5).

B. Saran-Saran

1. Hendaklah kurikulum pendidikan guru dan lembaga pembina guru (MGMP) membekali pengetahuan agama/nilai-nilai agama yang berhubungan dengan isi materi ajarnya, karena setiap guru memiliki kewajiban untuk membekalkan nilai-nilai agama atau kebaikan secara universal melalui materi ajarnya kepada siswa.

2. Proses internalisasi memerlukan waktu yang cukup lama, latihan dan pembiasaan. dengan mengambil waktu tatap muka sebanyak 14 jam pelajaran untuk materi termokimia (sesuai dengan kurikulum) tentu menjadi sangat minimum, oleh karena itu perlu waktu pembelajaran yang lama dan berkelanjutan. Internalisasi perlu dilakukan dalam semua pokok bahasan kimia yang mungkin, meliputi semua mata pelajaran baik IPA atau non IPA, bahkan dilakukan sejak dini dari tingkatan sekolah taman kanak-kanak


(33)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 143

3. Untuk meminimumkan terjadinya salah paham/kesalahan dalam melakukan internalisasi nilai-nilai agama terhadap materi ajar maka seyogyanya guru kimia meningkatkan komunikasi atau kerjasama yang lebih inten dengan guru-guru agama.

4. Berdasarkan temuan bahwa ada kontribusi/peran dari guru sebagai nara sumber untuk meningkatkan kemampuan INT siswa. Oleh karena itu kepada LPTK kemampuan inipun hendaknya dibekalkan kepada para mahasiswa calon guru. 5. INT merupakan salah satu pilihan yang sangat tepat untuk menyongsong

pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan ahlak/karakter mulia atau untuk menjadi salah satu pilihan yang sesuai dengan kurikulum tematik untuk di tingkat SD sampai SMA, tentu disesuaikan dengan taraf perkembang intelektual siswa.

6. INT yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan internalisasi “nilai” yang paling utama dalam agama islam oleh karena itu dapat dilanjutkan untuk penelitian lanjut dengan mengambil nilai universal lain yang lebih sfesifik dan ditetapkan pada kurikulum baru 2013, misalnya nilai kejujuran, bekerja keras, dan disiplin (KI-2).

7. INT agar menjadikan karakter (sikap yang permanen/spontan) perlu waktu yang lama, oleh karena itu penelitian ini dapat ditindak lanjuti dalam bentuk penelitian longitudinal, misalnya sejak siswa masuk SD hingga lulus SD selalu diamati secara kontinyu. Kajian ditekankan pada aspek pemahaman dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan karakternya.


(34)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 144

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2007). Keagungan Generasi Salaf disertai Kisah-Kisahnya, cetakan pertama. Jakarta: Darus Sunnah.

Abidin, Z. (2006). Syarhus Sunnah. Bekasi: Pustaka Imam Adz-Dzahabi

Achyani. (2010). Pengembangan model penulisan buku pelajaran biologi SMA berwawasan ekologi dan berbasis realitas lokal. Disertasi. SPs UPI Bandung: Tidak dipublikasikan

Al-Atsari, A.I. (2005). Ensiklopedi larangan menurut Al-Quran dan As-Sunnah, jilid 2. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Al-Atsari, (tth). Al-Ibanah, Buku Putih Imam Al Asy’ari. Solo: At-Tibyan Amir, Dja’far. (1984). Ilmu Tauhid. Cetakan ketiga. Jakarta: Ramadhani Anuz, F.G. (2001). Tauhid Prioritas Pertama dan Utama, Jakarta: Darul Haq. Ardiansyah, M.A. (2011). Proses Internalisasi Nilai. [on line]. Tersedia :

www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com

www.arminaperdana.blogspot.com [20 januari 2012]

Baek, S.G., & Hwang, H. (2005). A Quasi-Experimental Research on the Educational Value of Performance Assessment. Jurnal Asia Pacific Education Review 6 (2), 179-190

Baek, S. G., & Ham, E. H. (2009). An evaluation study on the educational value of teaching practicum in secondary schools. Jurnal Asia Pacific Education. Review. 10: 271–280

Bagir, Z.A., Wahyudi, J., Anshori, A.(2005). Integrasi Ilmu dan Agama : Interpretasi dan Aksi. Bandung: Mizan

Baiquni, A. (1981). Sains dan Dunia Islam. Bandung : Pustaka

Barry, C., Padilla-Walker, L., & Nelson, L.(2012). The Role of Mothers and Media on Emerging Adult’s Religious Faith and Practices by Way of Internalization of Prosocial Values. Journal of Adult Development, 19(2), 66-78


(35)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 145

Basuki, A. (2011). Pengembangan Program Muatan Lokal kimia berbasis budaya orang laut untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generic sains, dan pengetahuan budaya siswa SMP. Disertasi. SPs UPI Bandung : Tidak dipublikasikan

Blanch, A. (2007). Integrating Religion and Spirituality in Mental Health: The Promise and the Challenge. Psychiatric Rehabilitation Journal, 30(4), 251-260

Creswell, J.W. dan Clark, V.L.P. (2007). Designing and conducting mixed Method research. London: Sage Publication

Darmana, A. (2012). Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Sains. Media Pendidikan: Jurnal Pendidikan Islam. 27(1) 66-84.

Darmana, A. (2013). Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Sains. Laporan Akhir Penelitian Disertasi Doktor FMIPA UNIMED : tidak diterbitkan

Darmana, A., Permanasari, A., Sauri, S., Sunarya, Y. (2013). Internalisasi

Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembelajaran Kimia di SMA Plus Al Azhar Medan Sumatra Utara. Prosiding Seminar Nasional IPA IV. FMIPA UNNES. Semarang

Darmana, A., Permanasari, A., Sauri, S., Sunarya, Y. (2013a). Kemampuan Siswa SMA dalam Memahami Materi Termokimia berdasarkan Sudut Pandang Islam. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA. FMIPA UNY. Yogyakarta.

Darmana, A. Permanasari, A. Sauri, S. Sunarya, Y. (2013b). Pandangan Siswa terhadap internalisasi nilai Tauhid melalui Materi termokimia. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang ilmu MIPA. FMIPA Universitas LAmpung. Lampung

Deboer, G.E. (1991), A History of Ideas in Science Education. New York : Teachers College.

Departemen Agama. (2009), Syaamil Al-Quran : The Miracle 15 in 1”. Bandung : Sygma Examedia Arkanleema.

Departemen Agama. (1989 ). Al-Quran dan terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama RI


(36)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 146

Departemen Agama. (2002). Ensiklopedi Islam. Cetakan kesepuluh. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Departemen P dan K. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

---. (2004). Ensiklopedi Nasional Indonesia.cetakan keempat. Bekasi : Delta Pamungkas.

Djahiri, A.K.(1996). Menelusuri Dunia Afektif : Pendidikan dan Moral. Bandung :Lab Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Elmubarok, Z.(2009). Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan Yang terserak, Menyambung yang terputus dan Menyatukan yang tercerai. Bandung : Alfabeta.

Encyclopedia Americana. (1974). The Encyclopedia Americana International Edition. Vol. 2. Americana Corporation.

Firdaus. (1979). Risalah Tauhid. Cetakan ketujuh. Jakarta : Bulan Bintang Hakam, K.A.(2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung : UPI

Hartono. (2010). Pengembangan Model Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Iintegrasi Sains dan Agama di MA Darul Ulum Jombang. Desertasi Doktor SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Harun, M. Y.(2000). Kitab Tauhid. Cetakan ketiga. Jakarta : Al-Sofwa.

Hidayat, H. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak. Edisi pertama.Bandung : Mizan.

Hornby, A.S., Cowie, a.p., Gimson, A.C. (1986), Oxford advanced Learner’s Dictionary of Current English. Great Britain : Oxford University Press. Jamaluddin. (2010). Begini Seharusnya Menjadi Guru : Panduan Lengkap

Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah. Cetakan ketiga, Jakarta : Darul Haq

Jurjani, Al-Syarif Ali ibn Muhhammad. (1988). Kitab At-Tarifat. Baerut: Dar-Al-kutub Al-Ilmiah

Kartanegara, M. (2005). Integrasi Ilmu : Sebuah Rekontruksi Holistik. Bandung : Mizan


(37)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 147

Kementerian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan pengembangan Pusat kurikulum. (2010). Pedoman Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Kusnadi. (2000). Pengembangan Pembelajaran Integrasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Pengajaran Geografi (Penelitian Tindakan Di Kelas I SMU 19 Kotamadya Bandung). Tesis PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Larson, E.J., and Witham, L. (1998), Leading Scientists Still Reject God. Nature, 394, 313

Lodico, M.G., Spaulding, D.T., & Voegtle, K.H. (2005). Methods in Educational Research : from Theory to practice. New York :John Wiley & Sons.

Marsonet, M. (2012). Science and Religion as Conceptual Schemes. Academicus, (5), 17-25

Maulana, A.(2012). Ensiklopedia Pendidikan akhlak mulia: panduan mendidik anak menurut metode islam. Jakarta : Lantera abadi.

Murdiono, M. (2010). Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Moral Religius DalamProses Pembelajaran Di Perguruan Tinggi. [Online]. Tersedia :http://www.bing.com/search?q=strategi+internalisasi&

form=MSNH65&x=132&y=16. [ 20 Januari 2012]

Ogunniyi, M.B. and Hewson, M.G. (2008). Effect of an Argumentation-Based Course on Teacher’s disposition toward Science-Indigenous Knowledge Curriculum. International Journal of Environmental & Science Education, 3(4), 159-177.

Poedjiadi, A., (2001), Pengantar Filsat ilmu Bagi Pendidik, Bandung : Yayasan Cendrawasih.

Reich, H. K. (2012). How coudl we get to a more peaceful and sustainable human World society ? The role of Science and Religion. Zygon : Journal of Religion & Science, 47 (2), 308-321

Riduansyah.(2000). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Antara Biologi Dan Imtaq Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MA. Tesis FPS IKIP Bandung : tidak diterbitkan.

Rochman, C.(2010). Pengembangan Program Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Calon Guru Fisika Dalam


(38)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 148

Menyusun Program Pembelajaran Yang Mengintegrasikan Nilai Agama Islam. Desertasi Doktor SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Rohmawati, S.N.(2010). Integrasi Nilai-Nilai Tauhid Pada Matapelajaran Sains Di Sekolah Dasar Islam terpadu Hidayatullah Balong Yogyakarta.[online].Tersedia:http://www.google.co.id/earch?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-S%3Aofficial&channel=s&hl=id& source=hp & q=integrasi+nilai+tauhid%2C+Rohmawati&meta=&btnG=Penelusuran+Go ogle [ 21 maret 2011].

Romadlon, M.(2000). Pembelajaran Kimia Sub Bahan Kajian Zat Aditif Pada Makanan Yang Terintegrasi Nilai-Nilai Agama.Tesis FPS UPI : Tidak diterbitkan.

Rutherford, F.J. & Ahlgren,A. (1990). Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Salam, A. (1981). Sains dan Dunia Islam. (a.b. Achmad Baiquni), Bandung : Pustaka

Sauri, S.(2005). Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak bangsa untuk Menghadapi Tangtangan Global. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org. [12 April 2011] Sauri, S.(2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: kajian filosofis dan teosofis tentang

akhlak, karakter, nilai moral etika, budi pekerti, tatakrama, dan sopan santun. Bandung : Rizqi Press.

Suhardi, K. (1994). Memahami Hadits Hadits Musykil. Solo: Pustaka Mantiq Suriasumantri,J.S., (1996). Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik: Sebuah

dialog tentang dunia keilmuan Dewasa ini, Jakarta, Gramedia.

Tim Perumus FT UMJ Jakarta. (1998). Al-Islam & IPTEK II. Jakarta : Grafindo. Tn. (1427 H/2006 H). Tafsir Al-Usyr Al-Akhir: Dari Al-Quran Al-Karim

juz(28,29,30) disertai Hukum-Hukum yang Penting Bagi Seorang Muslim. Triwiyono. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran Fisika SMP Berbasis

Budaya Sentani-Papua. Disertasi. SPs UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. Wahab, Aziz. 2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).


(39)

Ayi Darmana, 2014

Internalisasi nilai tauhid pada pembelajaran kimia untuk meningkatkan kemampuan siswa SMA dalam memahami nilai-nilai agama dan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 149

Walach, H., & Reich, K. (2005). Reconnecting Science And Spirituality: Toward Overcoming a Taboo. Zygon: Journal Of Religion & Science, 40(2), 423-441

Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-Quran. (2010 ). Al-Quran dan terjemahannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Darus Sunnah


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2007). Keagungan Generasi Salaf disertai Kisah-Kisahnya, cetakan pertama. Jakarta: Darus Sunnah.

Abidin, Z. (2006). Syarhus Sunnah. Bekasi: Pustaka Imam Adz-Dzahabi

Achyani. (2010). Pengembangan model penulisan buku pelajaran biologi SMA berwawasan ekologi dan berbasis realitas lokal. Disertasi. SPs UPI Bandung: Tidak dipublikasikan

Al-Atsari, A.I. (2005). Ensiklopedi larangan menurut Al-Quran dan As-Sunnah, jilid 2. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Al-Atsari, (tth). Al-Ibanah, Buku Putih Imam Al Asy’ari. Solo: At-Tibyan Amir, Dja’far. (1984). Ilmu Tauhid. Cetakan ketiga. Jakarta: Ramadhani Anuz, F.G. (2001). Tauhid Prioritas Pertama dan Utama, Jakarta: Darul Haq. Ardiansyah, M.A. (2011). Proses Internalisasi Nilai. [on line]. Tersedia :

www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.kmp-malang.com www.arminaperdana.blogspot.com [20 januari 2012]

Baek, S.G., & Hwang, H. (2005). A Quasi-Experimental Research on the Educational Value of Performance Assessment. Jurnal Asia Pacific Education Review 6 (2), 179-190

Baek, S. G., & Ham, E. H. (2009). An evaluation study on the educational value of teaching practicum in secondary schools. Jurnal Asia Pacific Education. Review. 10: 271–280

Bagir, Z.A., Wahyudi, J., Anshori, A.(2005). Integrasi Ilmu dan Agama : Interpretasi dan Aksi. Bandung: Mizan

Baiquni, A. (1981). Sains dan Dunia Islam. Bandung : Pustaka

Barry, C., Padilla-Walker, L., & Nelson, L.(2012). The Role of Mothers and Media on Emerging Adult’s Religious Faith and Practices by Way of Internalization of Prosocial Values. Journal of Adult Development, 19(2), 66-78


(2)

Basuki, A. (2011). Pengembangan Program Muatan Lokal kimia berbasis budaya orang laut untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generic sains, dan pengetahuan budaya siswa SMP. Disertasi. SPs UPI Bandung : Tidak dipublikasikan

Blanch, A. (2007). Integrating Religion and Spirituality in Mental Health: The Promise and the Challenge. Psychiatric Rehabilitation Journal, 30(4), 251-260

Creswell, J.W. dan Clark, V.L.P. (2007). Designing and conducting mixed Method research. London: Sage Publication

Darmana, A. (2012). Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Sains. Media Pendidikan: Jurnal Pendidikan Islam. 27(1) 66-84.

Darmana, A. (2013). Internalisasi Nilai Tauhid dalam Pembelajaran Sains. Laporan Akhir Penelitian Disertasi Doktor FMIPA UNIMED : tidak diterbitkan

Darmana, A., Permanasari, A., Sauri, S., Sunarya, Y. (2013). Internalisasi

Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembelajaran Kimia di SMA Plus Al Azhar Medan Sumatra Utara. Prosiding Seminar Nasional IPA IV. FMIPA UNNES. Semarang

Darmana, A., Permanasari, A., Sauri, S., Sunarya, Y. (2013a). Kemampuan Siswa SMA dalam Memahami Materi Termokimia berdasarkan Sudut Pandang Islam. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan penerapan MIPA. FMIPA UNY. Yogyakarta.

Darmana, A. Permanasari, A. Sauri, S. Sunarya, Y. (2013b). Pandangan Siswa terhadap internalisasi nilai Tauhid melalui Materi termokimia. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang ilmu MIPA. FMIPA Universitas LAmpung. Lampung

Deboer, G.E. (1991), A History of Ideas in Science Education. New York : Teachers College.

Departemen Agama. (2009), Syaamil Al-Quran : The Miracle 15 in 1”. Bandung : Sygma Examedia Arkanleema.

Departemen Agama. (1989 ). Al-Quran dan terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama RI


(3)

Departemen Agama. (2002). Ensiklopedi Islam. Cetakan kesepuluh. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Departemen P dan K. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

---. (2004). Ensiklopedi Nasional Indonesia.cetakan keempat. Bekasi : Delta Pamungkas.

Djahiri, A.K.(1996). Menelusuri Dunia Afektif : Pendidikan dan Moral. Bandung :Lab Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Elmubarok, Z.(2009). Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan Yang terserak, Menyambung yang terputus dan Menyatukan yang tercerai. Bandung : Alfabeta.

Encyclopedia Americana. (1974). The Encyclopedia Americana International Edition. Vol. 2. Americana Corporation.

Firdaus. (1979). Risalah Tauhid. Cetakan ketujuh. Jakarta : Bulan Bintang Hakam, K.A.(2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung : UPI

Hartono. (2010). Pengembangan Model Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Iintegrasi Sains dan Agama di MA Darul Ulum Jombang. Desertasi Doktor SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Harun, M. Y.(2000). Kitab Tauhid. Cetakan ketiga. Jakarta : Al-Sofwa.

Hidayat, H. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak. Edisi pertama.Bandung : Mizan.

Hornby, A.S., Cowie, a.p., Gimson, A.C. (1986), Oxford advanced Learner’s Dictionary of Current English. Great Britain : Oxford University Press. Jamaluddin. (2010). Begini Seharusnya Menjadi Guru : Panduan Lengkap

Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah. Cetakan ketiga, Jakarta : Darul Haq

Jurjani, Al-Syarif Ali ibn Muhhammad. (1988). Kitab At-Tarifat. Baerut: Dar-Al-kutub Al-Ilmiah

Kartanegara, M. (2005). Integrasi Ilmu : Sebuah Rekontruksi Holistik. Bandung : Mizan


(4)

Kementerian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan pengembangan Pusat kurikulum. (2010). Pedoman Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Kusnadi. (2000). Pengembangan Pembelajaran Integrasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Pengajaran Geografi (Penelitian Tindakan Di Kelas I SMU 19 Kotamadya Bandung). Tesis PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Larson, E.J., and Witham, L. (1998), Leading Scientists Still Reject God. Nature, 394, 313

Lodico, M.G., Spaulding, D.T., & Voegtle, K.H. (2005). Methods in Educational Research : from Theory to practice. New York :John Wiley & Sons.

Marsonet, M. (2012). Science and Religion as Conceptual Schemes. Academicus, (5), 17-25

Maulana, A.(2012). Ensiklopedia Pendidikan akhlak mulia: panduan mendidik anak menurut metode islam. Jakarta : Lantera abadi.

Murdiono, M. (2010). Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Moral Religius DalamProses Pembelajaran Di Perguruan Tinggi. [Online]. Tersedia :http://www.bing.com/search?q=strategi+internalisasi&

form=MSNH65&x=132&y=16. [ 20 Januari 2012]

Ogunniyi, M.B. and Hewson, M.G. (2008). Effect of an Argumentation-Based Course on Teacher’s disposition toward Science-Indigenous Knowledge Curriculum. International Journal of Environmental & Science Education, 3(4), 159-177.

Poedjiadi, A., (2001), Pengantar Filsat ilmu Bagi Pendidik, Bandung : Yayasan Cendrawasih.

Reich, H. K. (2012). How coudl we get to a more peaceful and sustainable human World society ? The role of Science and Religion. Zygon : Journal of Religion & Science, 47 (2), 308-321

Riduansyah.(2000). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Antara Biologi Dan Imtaq Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MA. Tesis FPS IKIP Bandung : tidak diterbitkan.

Rochman, C.(2010). Pengembangan Program Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Calon Guru Fisika Dalam


(5)

Menyusun Program Pembelajaran Yang Mengintegrasikan Nilai Agama Islam. Desertasi Doktor SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Rohmawati, S.N.(2010). Integrasi Nilai-Nilai Tauhid Pada Matapelajaran Sains Di Sekolah Dasar Islam terpadu Hidayatullah Balong Yogyakarta.[online].Tersedia: http://www.google.co.id/earch?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-S%3Aofficial&channel=s&hl=id& source=hp & q=integrasi+nilai+tauhid%2C+Rohmawati&meta=&btnG=Penelusuran+Go ogle [ 21 maret 2011].

Romadlon, M.(2000). Pembelajaran Kimia Sub Bahan Kajian Zat Aditif Pada Makanan Yang Terintegrasi Nilai-Nilai Agama.Tesis FPS UPI : Tidak diterbitkan.

Rutherford, F.J. & Ahlgren,A. (1990). Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Salam, A. (1981). Sains dan Dunia Islam. (a.b. Achmad Baiquni), Bandung : Pustaka

Sauri, S.(2005). Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan Karakter Anak bangsa untuk Menghadapi Tangtangan Global. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org. [12 April 2011] Sauri, S.(2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: kajian filosofis dan teosofis tentang

akhlak, karakter, nilai moral etika, budi pekerti, tatakrama, dan sopan santun. Bandung : Rizqi Press.

Suhardi, K. (1994). Memahami Hadits Hadits Musykil. Solo: Pustaka Mantiq Suriasumantri,J.S., (1996). Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik: Sebuah

dialog tentang dunia keilmuan Dewasa ini, Jakarta, Gramedia.

Tim Perumus FT UMJ Jakarta. (1998). Al-Islam & IPTEK II. Jakarta : Grafindo. Tn. (1427 H/2006 H). Tafsir Al-Usyr Al-Akhir: Dari Al-Quran Al-Karim

juz(28,29,30) disertai Hukum-Hukum yang Penting Bagi Seorang Muslim. Triwiyono. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran Fisika SMP Berbasis

Budaya Sentani-Papua. Disertasi. SPs UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. Wahab, Aziz. 2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).


(6)

Walach, H., & Reich, K. (2005). Reconnecting Science And Spirituality: Toward Overcoming a Taboo. Zygon: Journal Of Religion & Science, 40(2), 423-441

Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-Quran. (2010 ). Al-Quran dan terjemahannya. Cetakan ke-7. Jakarta: Darus Sunnah