PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT PUTAT JAYA PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY DI KELURAHAN PUTAT JAYA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA.

(1)

PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT

PUTAT JAYA PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY DI

KELURAHAN PUTAT JAYA KECAMATAN SAWAHAN

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

CAHYO ANDRIANTO

NIM. B05211012

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

vii ABSTRAK

Cahyo Andrianto, 2015, Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan

Surabaya, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Perubahan Sosial, Perubahan Ekonomi, Lokalisasi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanyalah satu yakni Bagaimana perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi dolly di kelurahan Putat Jaya kecamatan Sawahan Surabaya. Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sebuah sub pembahasan didalamnya, antara lain pembahasan mengenai konflik yang terjadi antara pemerintah yang memiliki kebijakan dengan masyarakat yang dulunya berketergantungan dengan adanya lokalisasi Dolly

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada kehidupan masyarakat pasca penutupan lokalisasi dolly ini adalah toeri konflik ralf dahrendorf.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa; ( 1 ) perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pasca penutupan lokalisasi Dolly yaitu pola pikir dari masyarakat Putat Jaya menjadi lebih baik dengan adanya kegiatan pengajian serta menurunnya premanisme di kawasan ini. ( 2 ) perubahan ekonomi juga dirasakan bagi masyarakat yaitu banyaknya pengangguran di masyarakat yang dulunya menggantungkan kehidupannya di lokalisasi karena mereka tidak terjaring untuk dipekerjakan di lingkungan pemerintah kota Surabaya sebagai tenaga out sourching.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Telaah Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 13

4. Tahap – Tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 16

7. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17

H. Sistematika Pembahasan... 19

BAB II TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI ... 22

A. Perubahan Sosial... 22

B. Perubahan Ekonomi ... 36

BAB III PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY DI KELURAHAN PUTAT JAYA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA ... 39

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 39

B. Pandangan Masyarakat Putat Jaya Terhadap Penutupan Lokalisasi Dolly ... 46

C. Perubahan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly ... 52

D. Analisis Teori Perubahan Sosial Dan Ekonomi Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly Di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya ... 69

BAB IV PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83


(7)

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89

1. Pedoman Wawancara ... 89

2. Dokumen lain yang relevan ... 90

3. Jadwal Penelitian ... 92

4. Surat Keterangan Riset ... 93


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial ( social plan ) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan sosial yang akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya.1

Suatu perubahan sosial dapat diketahui jika ada sebuah penelitian dari susunan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dengan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, lapisan-lapisan dalam masyarakat bahkan tingkah lakunya . Banyak penyebab perubahan, antara lain yaitu: ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi yang digunakan oleh masyarakat, komunikasi, transportasi, urbanisasi, yang semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat yaitu perubahan masyarakat melalui kejutan dan karenanya terjadilah perubahan sosial.2

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya tanpa mengabaikan pencegahan dan perbaikannya. Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya. Pelacuran itu selalu ada pada semua Negara berbudaya sejak zaman

1

Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia

(yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002 ), 263.

2


(9)

2

purba sampai sekarang dan senantiasa menjadi masalah atau menjadi obyek urusan hukum dan tradisi. Selanjutnya dengan adanya perubahan perkembangan teknologi, industry dan kebudayaan manusia, turut berkembang pula pelacuran dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. 3

Perkembangan dan perubahan bentuk prostitusi dapat kita lihat dengan membandingkan sebelum dan sesudah penutupan lokalisasi Dolly. Dulu ketika lokalisasi Dolly masih buka, banyak wanita dipamerkan serta dimasukan ke dalam ruang kaca sepanjang jalan Putat Jaya, sehingga para pelanggan bisa memilih langsung wanita mana yang cocok untuk dikencani. Suasana terlihat seperti pasar yang ramai sekali dikunjungi oleh para pengunjung untuk mencari barang yang cocok untuk dibeli, tetapi di pasar malam Dolly para pelanggan tidak membeli barang tetapi membeli wanita untuk memuaskan nafsunya semata.

Tetapi kondisi saat ini berubah, para pelayan yang mencari pelanggan sudah tidak banyak lagi sehingga tidak terlihat berjajar sepanjang jalan Putat Jaya, dan sudah tidak ada lagi wanita yang dipamerkan dan dimasukan kedalam ruang kaca. Tetapi model prostitusi pasca penutupan Dolly ini berubah, para pelayan yang mencari pelanggan hanya menyimpan foto para psk di ponsel. Sehingga ketika ada pelanggan yang datang pelayan ini menujukan foto PSK tersebut. Yang mana para PSK nya tinggal dirumah kost milik warga setempat. Ketika pelanggan cocok maka pelanggan di ajak sama pelayan tadi menuju hotel kelas melati yang ada di daerah surabaya dengan

3


(10)

3

menghubungi psk untuk menuju ke hotel, eksekusi atau proses pelanggan memuaskan nafsunya itu di dalam hotel kelas melati tersebut.

Kondisi sosial sesudah penutupan lokalisasi Dolly mengalami perubahan yang terjadi sangat drastis sekali, sebelum penutupan lokalisasi Dolly terdengar sangat keras suara musik disepanjang jalan di Dolly, mulai dari pagi siang, sore dan lebih lebih dimalam hari suara musik sangat keras sekali sehingga mengganggu masyarakat sekitar yang lagi istirahat, tetapi setelah penutupan kondisi tersebut berubah menjadi nyaman, sehingga tidak lagi mengganggu anak – anak ketika belajar, tidak lagi ada perkelahian bahkan berkurangnya wanita - wanita berpakaian yang mengumbar aurat dijalanan, sehingga mengganggu mental dan kepribadian masyarakat.

Perubahan juga terjadi dikehidupan masyarakat sekitar lokalisasi Dolly, dari segi ekonomi. Sebelum penutupan lokalisasi, masyarakat setempat merasa diuntungkan karena banyak bermunculan para wirausaha contohnya, tukang becak, pedagang asongan, warung nasi, toko obat, dan lainnya. Dari sinilah masyarakat sekitar mencari kehidupan ekonomi dan juga bukan masyarakat sekitar saja yang merasa diuntungkan, bahkan masyarakat luar yang berdatangan ke lokalisasi Dolly juga diuntungkan untuk berdagang disana. Akan tetapi setelah terjadi penutupan lokalisasi, terjadilah suatu perubahan, banyak masyarakat bingung untuk alih profesi ataupun berpindah tempat usahanya, karena kondisi lokalisasi Dolly yang sepi.

Perubahan yang terjadi di Putat Jaya saat ini tak lepas dari pro dan kotra dari masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakt yang menolak penutupan


(11)

4

Dolly yakni memang mereka yang setiap harinya menggantungkan kepada lokalisasi Dolly tersebut dan pihak – pihak yang setuju dengan penutupan Dolly tersebut memang dari masyarakat yang setiap harinya terganggu oleh aktifitas lokalisasi prostitusi Dolly tersebut.

Penutupan lokalisasi Dolly ini pun juga melewati proses bentrokan, bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak – pihak berwenang yakni dalam hal ini kepolisian. Bentrokan tersebut menjadi sebuah awal perubahan social dan ekonomi masyarakat Putat Jaya pasca penutupan lokalisasi Dolly.

Dengan ditutupnya lokalisasi Dolly Putat Jaya sudah pasti dan jelas akan membuat perubahan baik itu secara sosial dan ekonomi. Perubahan tersebut pasti akan sangat dapat dirasakan khususnya bagi masyarakat atau warga yang sumber penghasilannya bergantung terhadap keberadaan lokalisasi Dolly.

Maka dari itu penelitian ini akan menyoroti perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska penutupan lokalisasi Dolly kelurahan Putat Jaya kecamatan sawahan yang perubahan tersebut tak lepas dari pro dan kontra dari masyarakat Putat Jaya. Maka peneliti akan menggunakan teori konflik yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.4

4


(12)

5

Oleh sebab itu maka perlu diadakan penelitian tentang perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska penutupan lokalisasi Dolly di kelurahan Putat Jaya dan kecamatan sawahan, bagaimana perubahan yang terjadi disana maka bisa kita lihat dan kaji dari rumusan masalah dibawah ini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly di kelurahan Putat Jaya kecamatan Sawahan Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Rumusan tujuan penelitian mengacu pada fokus penelitian dalam bentuk kalimat pernyataan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly di kelurahan Putat Jaya kecamatan Sawahan Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, sekurang –kurangnya untuk tiga aspek yaitu :


(13)

6

1. Secara akademis, dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya untuk membuat penelitian yang lebih sempurna. 2. Secara teoritis, dapat digunakan sebagai tambahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang sosiologi sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembacanya

3. Secara praktis, dapat memberikan pemahaman secara jelas tentang perubahan social dan ekonomi masyarakat pasca penutupan lokalisasi, sehingga ilmu tersebut dapat diterapkan di masyarakat dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

E. Definisi Konseptual

1. Perubahan sosial

Moore (1967) mendefenisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur-struktur sosial, yakni pada pola-pola perilaku dan intraksi sosial. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Dapat dikatakan kalau konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan, (2) pada waktu berbeda, dan (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama.5

Maka sangat penting sekali menggaris bawahi, bahwa semua perubahan sosial dimulai dari adanya gejala – gejala sosial yang terjadi.

5


(14)

7

Akan tetapi tidak semua gejala – gejala sosial tersebut dikatakan sebagai perubahan sosial.

Dalam kenyataanya perubahan masyarakat dapat dibuktikan dengan adanya gejala – gejala seperti depersonalisasi, adanya frustasi dan apati, pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma –norma susila yang sebelumnya di anggap mutlak, adanya pendapat dan kebijakan

– kebijakan.6 2. Ekonomi

Ekonomi dapat didefinisikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan didalam masyarakat yang didalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Yang kedua ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena7

Mengingat konsep Ilmu Ekonomi sebagai tolak ukur kajian pertumbuhan ekonomi yang sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan konsep-konsep Ilmu Ekonomi tersebut. Kajian-kajian Ilmu Ekonomi semakin gencar didedikasikan untuk pengetahuan bagi masyarakat umum dengan tujuan masyarakat mengetahui tujuan ekonomi itu sendiri. Dengan demikian makin tingginya pengetahuan masyarakat tentang tujuan ekonomi diharapkan juga dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

6

Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta, 2006), 25.

7


(15)

8

3. Lokalisasi

Lokalisasi Dolly merupakan sebuah tempat yang didalamnya terdapat kelompok yang biasa disebut sebagai penjual jasa kenikmatan yang ada di kelurahan Putat Jaya. Lokalisasi Dolly merupakan salah satu sub sistem sosial yang sudah terstruktur didalamnya yang meliputi germo, PSK, pengunjung, pelayan wisma, dan penjaga keamanan.

F. Telaah Pustaka

Peneliti menemukan 5 hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya dan mempunyai relevansi dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.

Dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian – kajian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa kajian di antaranya :

1. Penelitian dengan judul “Dampak Lokalisasi Pelacuran Moroseneng Pada Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Klakah Rejo Kecamatan

Benowo” oleh Sri Sundari program Studi Sosiologi Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2004. Penelitian ini terfokus pada 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat kelurahan klakah rejo sebelum adanya lokalisasi moroseneng, 2. Bagaimana dampak lokalisasi moroseneng terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat klakah rejo.8

8

Sri Sundari, “Dampak Lokalisasi Pelacuran Moroseneng Pada Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Klakah Rejo Kecamatan Benowo”, (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2004), 69.


(16)

9

2. Penelitian dengan judul “Dampak Praktek Prostitusi Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Lokalisasi Jarak Dolly Kelurahan Putat Jaya” oleh Mukhammad Fatkhullah, Qolby Akbar dan Rafelita Nian Sari Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Airlangga 2013. Penelitian ini terfokus pada Eksistensi Dolly dan Lokalisasi Jarak yang memberikan pengaruh positif bagi pendapatan dan penghasilan masyarakat sekitarnya. Deskripsi ini menjelaskan Bagaimana dampak praktik prostitusi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar lokalisasi jarak Dolly.9

3. Penelitian dengan judul “Dampak Penutupan Lokalisasi Pelacuran Terhadap Perubahan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2001-2009” oleh Risma Nur Fauzi Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember 2012. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat puger kulon sebelum penutupan lokalisasi puger kulon ahun 2007, 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat paska penutupan puger kulon tahun 2007. Sehingga penelitian ini melihatkan dampak yang terjadi sebelum dan paska penutupan lokalisasi puger kulon 2007.10

9

Mukhammad Fatkhullah, Qolby Akbar, dkk, “Dampak Praktek Prostitusi Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Lokalisasi Jarak Dolly Kelurahan Putat Jaya”, (Penelitian Lapangan-- Universitas Airlangga, Surabaya, 2013), 122.

10

Risma Nur Fauzi, “Dampak Penutupan Lokalisasi Pelacuran Terhadap Perubahan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2001-2009”, (Skripsi-- Universitas Jember, Jember, 2012), viii.


(17)

10

4. Penelitian dengan judul “Dampak Kebijakan Penutupan Lokalisasi Km-17 terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kota Balikpapan Kecamatan

Balikpanan Utara Kelurahan Karang Joang RT 37 dan 38” oleh Hendra

Setiadi dalam eJournal Ilmu Pemerintahan. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak dari Kebijakan Penutupan Lokalisasi km 17 terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat di RT 37 dan RT 38 Kelurahan Karang Joang Kota Balikpapan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penutupan Lokalisasi Km-17 memberikan dampak positif di bidang kesehatan dengan berkurangnya kelamin masyarakat. Masyarakat tidak lagi khawatir terkena penyakit kelamin. Dari segi kemananan, telah terciptanya kondisi yang kondusif, dan di bidang keagamaan masyarakat mulai sadar akan pentingnya agama.11

5. Penelitian dengan judul “Pelacuran di Surakarta, Studi Kasus Paska Penutupan Resosialisasi silir tahun 1998-2006” oleh David Kurniawan Fakultas Satra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha untuk menanggulangi masalah pelacuran di Surakarta. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa usaha untuk menanggulangi masalah pelacuran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu dengan cara represif dan dengan cara preventif. Tindakan preventif biasanya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan tindakan represif dimaksudkan untuk menekan dan usaha

11

Hendra Setiadi, “Dampak Kebijakan Penutupan Lokalisasi Km-17 terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kota Balikpapan Kecamatan Balikpanan Utara Kelurahan Karang Joang RT 37 dan 38, eJournal Ilmu Pemerintahan 2, No. 2 (2014): 2868.


(18)

11

menyembuhkan, serta kemudian dikembalikan dalam kehidupan bermasyarakat.12

Antara kelima penelitian tersebut diatas dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan mempunyai aspek kesamaan, yaitu sama – sama mengkaji tentang keadaan masyarakat paska penutupan lokalisasi. Adapun perbedaan yaitu peneliti sebelumnya telah mengkaji dampak masyarakat sekitar lokalisasi paska penutupan, sedangkan pada penelitian kali ini akan dibahas tentang, bagaimana perubahan sosial dan ekonomi masyarakat pasca penutupan lokalisasi Dolly dengan memperhatikan upaya – upaya masyarakat dalam mempertahankan kehidupan sosial dan ekonomi pasca penutupan Dolly.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan salah satu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan untuk kegunaan tertentu. Berdasarkan cara ilmiah, data ilmiah, dan kegunaan.13 Oleh karena itu, metodologi penelitian sangat penting untuk memudahkan dalam proses penelitian.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan

12

David Kurniawan, “Pelacuran di Surakarta, Studi Kasus Paska Penutupan Resosialisasi silir tahun 1998-2006”, (Skripsi-- Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010), xvii.

13


(19)

12

penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati.14

Bentuk penelitiannya adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel penelitian.15 Hal ini bertujuan untuk memahami fenomena atau kejadian yang dialami oleh subyek penelitian tanpa mempersoalkan hubungan antar variable. Dikatakan deskriptif karena penelitian ini hanya menggambarkan atau meringkaskan berbagai kondisi dan situasi dari variable yang diteliti yakni masyarakat di Putat Jaya

Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.16 Dalam penelitian ini yang akan diamati lebih fokus adalah masyarakat dengan aktifitasnya yaitu yang pertama, perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly, dan yang kedua upaya masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan ekonomi yang sebelumya berketergantungan terhadap adanya lokalisasi Dolly.

14

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), 6.

15

Sanapiah Faisol, Format-Format Penelitian Sosial, Jilid I, (Jakarta : Rajawali Press, 1992), 18.

16


(20)

13

Berlandaskan dari penjelasan diatas, maka penelitian ini dilaksanakan agar mampu memberikan jawaban atau mengidentifikasi sejelas – jelasnya dari permasalahan judul penelitian yaitu Perubahan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Paska penutupan Lokalisasi Dolly Putat Jaya. Metode ini peneliti gunakan agar peneliti mudah dalam memahami fokus dari penelitian secara menyeluruh, mendalam dan rinci.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai tanggal 20 April 2015 sampai 19 Juni 2015 yang berlokakasikan di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Kota Surabaya.

3. Pemilihan subyek penelitian

Subjek penelitian dengan purposif adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok yang menjadi informan sesuai kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu,17 sebab tidak semua masyarakat dalam setting penelitian menjadi masyarakat aktif. Beberapa atau sekelompok manusia saja yang menjadi bagian masyarakat aktif. Contoh penggunaan prosedur purposif ini antara lain dengan menggunakan key person.

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat aktif di kelurahan Putat Jaya. Ukuran besaran individu key person atau informan yang mungkin atau tidak mungkin ditunjuk sudah ditetapkan sebelum

17


(21)

14

pengumpulan data, tergantung pada sumber data dan waktu yang tersedia serta tujuan penelitian.

Maka peneliti memilih informan yang dianggap aktif, seperti pada daftar informan penelitian berikut ini:

a. Bambang Hartono : Lurah Putat Jaya

b. Sudarno WD : Anggota LKMK Kelurahan Putat Jaya c. M Ridwan : Ketua RT 05 RW 12 Putat Jaya d. M Nasiq : Ketua Pesantren Jauharotul Hikmah e. H Ghozali : Tokoh Agama

f. Suwarno : Tokoh Pemuda

g. Sri Handayani : Mantan Pedagang Rokok h. Fitriana : Warga Sekitar Lokalisasi Dolly i. Awan Susanto : Warga Yang Berkerja di Lingkungan

Pemerintah Putat Jaya Sebagai Linmas 4. Tahap – tahap penelitian

a. Tahap pra lapangan

Pada tahap Pra-lapangan peneliti sudah membaca masalah menarik untuk diteliti dan peneliti telah memberikan pemahaman bahwa masalah itu pantas dan layak untuk diteliti. Kemudian peneliti juga telah melakukan pengamatan terkait dengan masalah yang diteliti. b. Tahap lapangan

Tahap ini merupakan tahap kelanjutan dari tahap sebelumnya yang merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada


(22)

15

proses penelitian dan mengurusi hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian. Pertama, peneliti harus mengurusi proses perizinan. Karena ini merupakan prosedur wajib sebagai seorang peneliti. Setelah itu barulah peneliti melakukan pencarian data yang sesuai dengan fokus penelitiannya. Berbagai data baik data primer dan data sekunder peneliti peroleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap analisis data

Pada tahap ini, peneliti telah mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan proses pemilihan data yang disesuaikan dengan rumusan penelitian. Karena dalam proses pencarian data tidak kesemuanya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Setelah data terkumpul yang dilakukan peneliti adalah membandingkan dan melakukan analisis terhadap data di lapangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Kemudian peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya yang dilakukannya.

d. Tahap penulisan laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah semua komponen-komponen terkait dengan data dan hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan, peneliti mulai menulis laporan dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data.


(23)

16

5. Teknik pengumpulan data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini ialah: a. Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan melalui pemusatan terhadap suatu objek yang menggunakan seluruh alat indera yaitu penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran dan pengucapan.18

Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang akan diteliti yang meliputi Masyarakat Putat Jaya

b. Interview dan wawancara

Interview yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi – informasi atau keterangan

– keterangan.19 c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah suatu proses pengambilan data terkait dengan perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska penutupan lokalisasi Dolly Surabaya. Dalam hal ini peneliti mengambil dari dokumentasi yang ada di wilayah Dolly Surabaya, sesuai dengan apa yang akan diteliti.

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), 156.

19


(24)

17

6. Teknik analisis data

Penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif yakni menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang terjadi terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska penutupan lokalisasi Dolly.

Dari pandangan tersebut dapat dijelaskan bahwa teknik analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : proses pengumpulan data dimulai dari berbagai sumber yaitu dari berbagai informan dan pengamatan langsung yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, transkrip wawancara dan dokumentasi. Data-data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi ini adalah usaha membuat rangkuman yang inti, proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sedemikian rupa sehingga tetap berada di dalamnya. Kemudian tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah pada tahap pembahasan hasil penelitian.

7. Tehnik pemeriksaan keabsahan data

Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan upaya mencari secara sistematis. Catatan hasil observasi, wawancara dan data pendukung lainnya, untuk pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menganjurkan sebagai suatu temuan bagi orang lain. Maka dari itu, jika tidak ada kecocokan data dan data yang diperoleh kurang maka akan


(25)

18

diadakan pemilihan atau melakukan penyaringan data sehingga akhirnya menjadikan data benar – benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam penelitian diperlukan suatu tehnik pemeriksaan keabsahan data.20 Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan tehnik sebagai berikut :

a. Persitent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan

observasi secara terus- menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam hal ini yang berkaitan dengan masyarakat aktif di Putat Jaya.

b. Trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang digunakan. Oleh karena itu trianggulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Seperti : 1) Umpamanya peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data. Apakah setiap hari telah terhimpun catatan wawancara dengan informan serta catatan harian observasi, 2) Setelah itu dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian itu untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan harian

20


(26)

19

observasi. Apabila ternyata antara catatan harian kedua metode ada yang tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu kepada informan, 3) Hasil konfirmasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya dari informan atau dari sumber-sumber lain. Apabila ada yang berbeda, peneliti terus menelusuri perbedaan-perbedaan itu sampai peneliti menemukan sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain.21

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan penelitian. Untuk mempermudah pembahasan penelitian maka diperlukan adanya sistematika pembahasan dari bab ke bab yang merupakan integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan.

Penelitian ini membahas tentang “Perubahan Sosial Dan Ekonomi

Masyarakat Pasca Penutupan Lokalisasi Dolly Putat Jaya Surabaya”. Untuk

mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis mengorganisasikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

21

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 103-104.


(27)

20

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini juga menjelaskan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab kajianTeori, memuat penjelasan tentang teori perubahan sosial. Peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep ini akan digambarkan dengan jelas. Selain itu akan memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah. Yang menjadi grand teori dalam penelitian ini adalah teori perubahan yang akan membahas pengertian perubahan sosial, bagaimana teori perubahan tersebut, bagaimana asumsi asumsi dasar dari teori tersebut.

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN

Dalam bab penyajian data, peneliti akan menyajikan uraian tentang perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska ditutupnya lokalisasi Dolly Putat Jaya.


(28)

21

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Oleh sebab itu dalam bab ini peneliti akan menganalisis terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada para pembaca laporan penelitian ini. Dan peneliti juga menjelaskan tentang temuan-temuan yang ada di lapangan.


(29)

BAB II

TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI

1. Perubahan Sosial

Perubahan sosial Menurut Selo Soemardjan adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai - nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok - kelompok dalam masyarakat.1

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial, lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dala jangka waktu yang berlainan. Untuk itu konsep dasar mengenai perubahan sosial mencakup tiga hal yaitu pertama sudi mengenai perbedaan, kedua studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda dan ketiga pengamatan pada suatu sistem sosialyang sama.2

Menurut Kingsley Devis perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dakam struktur dan fungsi masyarakat, Menurut Mac Iver, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial dan sebagai perubahan terhadap keseimbangan, Menurut Gillin dianggap sebagai suatu variasi cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-paerubahan

1

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 27.


(30)

23

kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan dalam masyarakat. Koeing mendfinisikannya sebagai modifikasi-modifikasi yang terjadi pada pola-pola kehidupan manusia, Hawley Peubahan sosial merupakan setiap perubahan yang tidak terulang dari sistem sosial sebagai suatu kesatuan. Munandar mendefisinisikan perubahan sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi daribentuk-bentik masyarakat.

Moore mendefinisikan perubahan sebagai perubahan penting dari struktur sosial yaitu pola-pola perilaku dan inetraksi sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat, Menurut Macionis perubahan sosial merupakan trasformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu. Menurut Ritzer mengacu pada variasi hubungan anar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu. Menuurut laurer perubahan sosial dimanai sebagai perubahan fenomena sosial di beragai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu-individu sampai tingkat dunia.3

Mac Iver mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan hubungan-hubungan social atau perubahan keseimbangan hubungan social. Gillin dan Gillin memandang perubahan sosial sebagai penyimpangan cara hidup yang telah diterima, disebabkan baik oleh

3


(31)

24

perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology ataupun karena terjadinya digusi atau penemuan baru dalam masyarakat. Selanjutnya Samuel Koeing mengartikan perubahan social sebagai modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, disebabkan oleh perkara-perkara intern atau ekstern.4

Formulasi penting menurut Marx mengenai dinamika perubahan sosial sebagai berikut:

a. Perubahan sosial berpusat pada kemajuan cara atau teknik produksi material sebagai sumber perubahan sosial-budaya. Pengertian tersebut meliputi pula perkembangan teknologi dan penemuan sumber daya baru yang berguna dalam aktivitas produksi. Bagi Marx, teknologi tinggi tidak dapat menghadirkan kesejahteraan sebelum semuanya dikuasai langsung oleh kaum pekerja. Justeru teknologi menjadi petaka apabila masih bernaung dibawah kekuatan para pemilik modal.

b. Dalam perubahan sosial selain kondisi material dan cara berproduksi, maka yang patut diperhatikan adalah hubungan sosial beserta norma-norma kepemilikan yang tersusun berkat keberadaan sumberdaya di tangan pemilik modal. Harapan yang diinginkan bahwa tahap kehidupan komunal menjanjikan masyarakat manusiawi. Dimana motif dan ambisi individual berganti menjadi

4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal 89-91


(32)

25

solidaritas bersama yang menempatkan pemerataan sebagai landasan berkehidupan.

c. Asumsi dasar dari hukum sosial yang bisa ditangkap bahwa manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri, selama ini mereka berjuang menghadapi lingkungan materialnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses pembentukannya. Kemampuan manusia untuk membentuk sejarah dibatasi oleh keadaan lingkungan material dan sosial yang telah ada.5

Perubahaan sosial merupakan perubahan pada segi struktur sosial dan hubungan sosial. Perubahan sosial diartikan sebagai suatu proses yang berlangsung dalam struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Diartikan pula sebagai segala yang berlaku dalam suatu jangka waktu, pada peranan institusi atau hal lainnya yang meliputi struktur sosial, termasuk kemunculan dan kemusnahannya. Perubahan sosial juga berarti perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas.6

Peneliti mengunakan teori perubahan karena ingin mengfokuskan kajian tentang adanya penemuan baru tentang penutupan lokalisasi Dolly di kelurahan Putat Jaya yang membawa sebuah perubahan dalam segi sosial dan ekonomi.

5

Ravik Karsidi,Sosiologi Pendidikan, (Surakarta: UNS Press dan LPP UNS, 2005), hal 105-107

6

Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan. (Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta Bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 1985), hal. 87-89


(33)

26

a. Penyebab perubahan sosial

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendiirinya. Pada umumnya ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar.7

Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat terjadi karena masyarakat tersebut mengiginkan perubahan. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya dorongan dari luar sehingga masyarakat secara sadar ataupun tidak akan mengikuti perubahan. Peruabahan sosial berasal dari dua sumber yaitu faktor acak dan faktor sistematis. Faktor acak meliputi iklim, cuaca, atau karena adanya kelompok - kelompok tertentu. Sementara Faktor sistematis adalah faktor perubahan sosial yang sengaja di buat. Keberhasilan faktor sistematis ditentukan oleh penerintahan yang fleksibel dan stabil, sumber daya yang cukup, dan organisasi sosial yang beragam. Jadi perubahan sosial biasanya merupakan kombinasi dari faktor sistematis dengan beberapa faktor acak.8

Menurut Soerjono Soekanto, adanya faktor-faktor intern (dari dalam masyarakat) dan ekstern (dari luar masyarakat) yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, sedangkan faktor ekstern meliputi faktor alam yang ada di sekitar

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 16.

8


(34)

27

masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.9

b. Bentuk perubahan sosial

Bentuk perubahan sosial dapat dikelompokan menjadi tiga bentuk yakni perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan direncanakan dan perubahan tidak direncanakan, dan perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil.

1) Perubahan evolusi dan perubahan revolusi

Perubahan evolusi dan revolusi adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan lama perubahan sosial tersebut. perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada sekala waktu yang cukup lama dan terjadi karena dorongan dan usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan hidupnya. Sedangkan perubahanrevolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada waktu yang relatif cepat dan terjadi karena ada ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu keadaan. Keduanya sama-sama tidak ada unsur kehendak atau perencanaan sebelumnya.

2) Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan

Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan ada tidaknya

9


(35)

28

perencanaan dalam perubahan sosial tersebut. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan - perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak - pihak yang hendak melakukan perubahan di dalam masyarakat. Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak di kehendaki dan berada di luar jangkauan masyarakat. Perubahan yang tidak direncanakan biasanya diakibatkan karena bencana alam atau wabah penyakit.

3) Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil

Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil adalah bentuk perubahan sosial berdasarkan besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sedangkan perubahan berpengaruh kecil adalah perubahan-perubahan terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan kecil biasanya berupa mode atau tren yang tidak semua masyarakat mengikutinya.10

10Ibid, …..


(36)

29

Perubahan progres yaitu perubahan yang membawa kemajuan bagi masyarakat. Perubahan ini akan membawa keberuntungan terhadap kehidupan masyarakat yang mengalami perubahan tersebut. Misalnya dengan adanya ukm – ukm yang dibangun dikawasan ini, maka banyak terjadi perubahan-perubahan dalam masyarakat baik dalam bidang transportasi, komunikasi, hiburan, kemajuan ekonomi, dan sebagainya.

Perubahan regres, yaitu perubahan yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat sehubngan dengan bidang-bidang tertentu. Misalnya, perubahan model prostitusi dikawasan ex lokalisasi dolly di kelurahan putat jaya akan mengakibatkan berkurangnya intensitas hubungan masyarakat.

c. Faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial

Di dalam proses perubahan sosial juga terdapat pendorong dan penghambat perubahan sosial. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor pendorong membuat peruses perubahan sosial menjadi lebih cepat sedangkan faktor penghambat membuat proses perubahan sosial menjadi lebih lambat bahkan gagal.

1) Faktor pendorong perubahan sosial

Faktor pendorong perubahan sosial adalah faktor yang mempercepat perubahan sosial. Faktor tersebut memiliki kontak dengan masyarakat lain, difusi (penyebab unsur – unsur


(37)

30

kebudayaan), sistem pendidikan yang maju, toleransi, sistem lapisan sosial yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidak puasaan terhadap kondisi kehidupan, orientasi ke masa depan, nilai yang menyatakan bahwa manusia harus memperbaiki nasibnya, disergoganisasi dalam keluarga, dan sikap mudah menerima hal-hal baru.

2) Faktor penghambat perubahan sosial

Perubahan sosial tidak akan selalu berjalan mulus. Perubahan sosial seringkali dihambat oleh beberapa faktor penghambat perubahan sosial. Faktor tersebut meliputi kurangnya hubungan dengan masyarakat yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat, sikap masyarakat yang permisif, adat atau kebiasaan, kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat sekali, rasa takut akan terjadinya disintegrasi, sikap yang tertutup, hambatan yang bersifat ideologis dan hakikat hidup.11

d. Peran agama dalam perubahan sosial

Perubahan sosial merupakan realitas kehidupan yang dibuktikan oleh gejala depersonalisasi, frustasi dan apatis (kelumpuhan mental), pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma-norma susila yang sebelumnya di anggap mutlak,

11


(38)

31

adanya pendapat generation gap dan lain-lain. Perubahan sosial dapat mengganggu keseimbangan antar satuan sosial (sosial unit) dalam masyarakat. Banyak penyebab perubahan masyarakat, diantaranya, ilmu pengetahuan, kemajuan tekhnologi serta penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi, perubahan atau peningkatan harapan dan tuntutan manusia, yang pada gilirannya mempengaruhi perubahan masyarakat.

Fenomena perubahan sosial saat ini menggambarkan dan menjelaskan kepada kita bahwa agama menjadi salah satu faktor perubahan sosial. Agama yang hidup dan berkembang dalam masyarakat memiliki peranan penting dan tidak terlepas keterikatannya dengan agama.

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat individu maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian agama memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan di luar agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan.

Menggagas pemikiran tentang peran agama dan perubahan sosial, berlandaskan pada pemikiran bahwa perubahan sosial merupakan suatu fakta sosial yang sedang berlangsung, yang disebabkan oleh kekuatan - kekuatan yang sebagian besar berada di


(39)

32

luar kontrol kita dan tidak ada kemungkinan untuk menghentikannya. Posisi agama berada pada dua sisi yang berbeda. Di satu sisi agama dapat menjadi penentang perubahan, dan di sisi yang lain dapat menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Kenyataan inilah yang kemudian menarik minat untuk menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi dengan melihat kondisi pasca penutupan lokalisasi Dolly, yang mana peran agama sangat dibutuhkan, karena perubahan sosial dan ekonomi di masyarakat Putat Jaya yang begitu cepat.

e. Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat

Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Ikatan antara agama dan masyarakat terwujud dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama. Keberadaan agama atau kepercayaan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Manusia pada awalnya menyadari bahwa ada kekuatan yang melampaui kekuatan yang ada pada dirinya, yaitu kekuatan adikodrati. Maka terciptalah berbagai upacara ritual untuk berkomunikasi dengan kekuatan itu. Dengan itu manusia sanggup meyakinkan dirinya dan sanggup mengatasi problem yang paling mendasar berupa ketidakpastian,


(40)

33

ketidakmampuan dan kelangkaan, sehingga manusia merasa menemukan kepastian, keamanan, dan jaminan.12

Haviland berpendapat bahwa agama sebagai kepercayaan dan pola perilaku digunakan untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya.13 Ada keberagamaan masyarakat yang menggunakan agama sebagai pengendalian aspek alam. Bagi masyarakat tradisional, peranan agama sangat besar meliputi seluruh aspek kehidupan.14

Durkheim mencari integrasi masyarakat yang ditemukan dalam agama, sedangkan Max Weber memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana masyarakat itu berubah dan mengalami kemajuan. Ia menempatkan agama sebagai faktor perubahan sosial.15 Sedangkan menurut Talcott Parsons, perhatian utama Weber adalah agama sebagai sumber struktur masyarakat. Agama diberikan kerangka makna pada dunia dan perilaku manusia. Suatu perspektif bahwa ketika berusaha memahami dunia, ruangan dimana dia berada, waktu mengatur hidupnya dan masa depannya, termasuk kematiannya, manusia menelaah agama dari segi dampaknya terhadap masyarakat.16

12

Kaelany, HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, hal.9

13

Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1993), hal.36

14Thomas F.O’Dea,

The Sociology of Religion, Terjemahan Tim Penerjemah Yosogama (Jakarta : CV.Rajawali), hal,315

15

Roland Roberston, Agama : Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Terjemahan Ahmad Fedyani (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995) hal.56

16


(41)

34

Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa masalah agama tidak akan mungkin dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya masyarakat Putat Jaya. Adapun fungsi agama dalam masyarakat antara lain :

1) Fungsi edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur mempunyai latar belakang mengarahkan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik.

2) Fungsi melayani

Keselamatan yang diajarkan oleh agama adalah keselamatan yang meliputi bidang yang luas. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan kepada para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah yang sakral berupa keimanan kepada Tuhan.

3) Fungsi pendamaian

Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamain batin melalui tuntunan agama. Rasa


(42)

35

bersalah dan berdosa akan segera hilang dari batinnya apabila seseorang telah melakukan pensucian ataupun bertobat.

4) Fungsi kontrol sosial

Ajaran agama oleh para penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial kepada individu maupun kelompok, karena agama secara instansi merupakan norma bagi pengikutnya dan agama sebagai ajaran mempunyai fungsi kritis yang mempunyai sifat profetis (wahyu, kenabian).

5) Fungsi sebagai pemupuk solidaritas

Agama mengajarkan kepada penganutnya untuk membantu dan memupuk rasa solidaritas di antara sesama manusia. Lebih dari pada itu agama dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, saling membantu antara manusia.

6) Fungsi transformatif

Fungsi ajaran agama adalah mengubah kepribadian seseorang atau kelompok masyarakat. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama sebagai pengganti adat atau norma kehidupan yang dianut sebelumnya.17

17


(43)

36

2. Perubahan Ekonomi

Perubahan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu daerah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai peroses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. 18

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:

a. Faktor sumber daya manusia

Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sumberdaya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam peruses pembangunan daerah.

b. Faktor sumber daya alam

Sebagian besar daerah berkembang bertumpu pada sumberdaya alam dalam melaksanakan proses pembagunannya. Sumber daya alam yang dimaksudkan disini adalah kesuburan tanah yang produktif, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hutan dan kekayaan laut.

c. Faktor budaya

Faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembagunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembagunan. Budaya yang dapat mendorong

18

Sumitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikir Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembagunan, (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1994), 1.


(44)

37

pembagunan diantaranya sikap kerja keras, dan cerdas. Adapun budaya yang yang dapat menghambat peruses pembagunan adalah sikap egois, dan anarkis.

d. Sumber daya modal

Sumberdaya modal digunakan untuk mengelola SDA dan meningkatkan SDM . sumberdaya modal berupa barang - barang modal penting untuk perkembangan dan kelancaran pembagunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.19

Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat terjadi seiring dengan perubahan dan pengembangan dunia ke depan. Perkembangan ini akan terus terjadi karena dengan perubahan itu suatu kelompok masyarakat akan dapat berkembang. Perubahan sosial budaya misalnya dapat dilihat dari perbedaan pola pikir masyarakat dulu dan sekarang.

Perubahan yang terjadi tentu saja bukan suatu perubahan ke arah munduran akan tetapi perubahan itu adalah berubahnya kehidupan ekonomi, politik, dan sosial masyarakat kea rah yang lebih baik. Dengan demikian perubahan ini menjadi sebuah keharusan yang harus terjadi dan akan selalu terjadi. Hal ini dimungkinkan karena bagaimanapun ekonomi, politik, dan sosial adalah hal yang sangat

urgent dalam sebuah kehidupan bangsa dan keberadaan masyarakat di

dunia

19Ibid, ……


(45)

38

Dalam kaitannya perubahan sosial dan ekonomi. Pendidikan sebagai bagian dari sosial budaya, turut berpengaruh pada perubahan sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan adanya peranan sosial yang baik akan turut meningakatkan pendidikan. Demikian pula sebalikanya pendidikan yang yang baik melalui pembelajaran akan turut menanamkan nilai sosial dalam budaya yang berisi aturan – aturan sosial, kewajiban sosial, interaksi sesama manusia dan lingkungan sekitar.

Demikian pula kondisi ekonomi menentukan penyediaan berbagai fisilitas dan terselenggaranya pendidikan. Sebaliknya pula pendidikan yang baik adalah, cikal bakal perkembangan ekonomi.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil asumsi bahwa pendidikan bisa menjadi agen perubahan sosial masyarakat dan perubahan itu sendiri mengharuskan perubahan dan pengembangan kebijakan pendidikan. Kemudian pendidikan akan menjadi instrument terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Sebaliknya SDM akan mampu menjadikan pendidikan ke arah pengembangan bangsa.


(46)

BAB III

PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI PASCA PENUTUPAN

LOKALISASI DOLLY DI KELURAHAN PUTAT JAYA

KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kelurahan Putat Jaya

Penelitian ini dilakukan di daerah kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Tampak pada kawasan ini jalan selebar kurang lebih 170 meter memiliki aspal yang cukup halus. Kelurahan Putat Jaya dapat di akses dari berbagai arah. Jika Tugu Pahlawan dijadikan sebagai pusat kota Surabaya, maka dari pusat kota menuju kelurahan Putat Jaya hanya sekitar 10 – 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jarak antara pusat kota Surabaya dengan kelurahan Putat Jaya kurang lebih 1 – 2 kilometer. Dengan demikian jarak pusat kota Surabaya dengan daerah Prostitusi Dolly cukup dekat.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melihat aktivitas didaerah kelurahan Putat Jaya atau yang lebih tepatnya daerah bekas lokalisasi Dolly, sama dengan aktivitas di kampung – kampung pada umumnya. Memang sangat terasa perubahan yang terjadi di daerah Putat Jaya ini. Ketika yang sebelumnya ada lokalisasi Dolly setiap pagi, sore dan siang lebih – lebih pada malam hari suasana kampung Dolly tak pernah sepi, banyak lelaki hidung belang yang wira – wiri, wanita


(47)

40

berpakaian seksi tersuguhkan setiap waktu di sebagian wilayah Kelurahan Putat Jaya yang terkenal dengan sebutan “ DOLLY ”.1

Berbeda dengan setelah kurang lebih 91 masyarakat Putat Jaya berdeklarasi yang menyatakan mendukung penutupan lokalisasi Dolly. Pasca penutupan Lokalisasi Dolly ini masyarakat terlihat tenang meskipun secara sosial dan ekonomi masyarakat masik dalam proses pemulihan, maklum saja karena bertahun – tahun masyarakat disuguhkan dengan pemandangan yang tidak senonoh.2

a. Profil kelurahan Putat Jaya

Kelurahan Putat Jaya berdiri pada tahun 1975 nama Putat Jaya berasal dari nama putat yang pada waktu itu menjadi nama jalan setapak menuju makam Putat Gede, lama kelamaan jalan tersebut dinamai jalan putat, karena nama Putat sudah dikenal oleh warga setempat sehingga nama putat dijadikan sebagai nama kelurahan. Dan untuk nama Jaya muncul seiring berjalanya waktu kehidupan warga yang lambat tahun semakin sukses, makmur, dan Jaya sehingga bisa dirasakan oleh semua warga. Oleh sebab itu dibelakang nama Putat ditambah Jaya sehingga menjadi Putat Jaya dan nama itu bertahan sampai sekarang ini.

1

Wawancara dengan Bapak M. Ridwan, (bertempat di balai pos RT 05 RW 12 Putat Jaya, 22 mei 2015) pukul 19.00.

2

Wawancara dengan Bapak M. Nasiq, (bertempat di kediaman Bapak M Nasiq, 22 mei 2015), pukul 11.00.


(48)

41

b. Batas wilayah kelurahan

Sumber Gambar : maps,google

Sebelah Utara : Kelurahan Banyu Urip Sebelah Timur : Kelurahan Darmo Sebelah Selatan : Kelurahan Pakis

Sebelah Barat : Kelurahan Dukuh Kupang c. Penutupan lokalisasi Dolly di Putat Jaya

Penutupan lokalisasi Dolly merupakan salah satu program pembangunan kota Surabaya dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada tanggal 18 Juni 2014 pemerintah kota Surabaya di bawah kepimpinan Ibu Dr. Tri Rhismaharini dan jajaran terkait berhasil menutup secara resmi lokalisasi Dolly tersebut. 3

Pro dan Kontra dalam penutupan lokalisasi Dolly ini terjadi dan itu pun merupakan kewajaran, karena mengingat besarnya arus

3Eko Darmoko, “ Hari –


(49)

42

perputaran uang baik bagi warga sekitar, pemungut pajak, pemilik usaha ( Mucikari ) maupun PSK itu sendiri. Penutupan Dolly sendiri setidaknya akan memajukan selangkah serius Negara yang diwakili oleh pemerintah kota Surabaya untuk memperbaiki generasi muda untuk menyongsong moralitas untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

d. Demografi kelurahan Putat Jaya

Kelurahan Putat Jaya merupakan salah satu kelurahan didalam kecamatan sawahan yang memiliki beberapa kelurahan diantaranya kelurahan Pakis, Serta Kelurahan Banyu Urip. Sumber data Monografi Kelurahan Putat Jaya memiliki luas wilayah 136 Ha terdiri dari 14 RW dan 106 RT memiliki jumlah penduduk 48.421 orang, antara lain terdiri dari 24.304 orang laki – lakidan 24.117 perempuan yang terdiri dari 12.946 Kepala Keluarga ( KK ).

e. Kondisi penduduk Putat Jaya menurut pekerjaan

Dari identifikasi dan pengamatan yang telah dilakukan, masyarakat kelurahan Putat Jaya memiliki berbagai macam mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan ditemukan bahwa penduduk Putat Jaya Memiliki rata – rata mata pencaharian dengan tingkat pendapatan ekonomi yang cukup.

Seperti yang terdapat pada data yang diperoleh dari monografi kelurahan Putat Jaya pada tabel berikut :


(50)

43

Tabel 3.1 : Mata pencaharian penduduk Putat Jaya

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Karyawan

a.. PNS 218

b.. TNI 372

c. POLRI 115

d. Swasta 3.457

2 Pensiunan/Purnawirawan 392

3 Wirasawasta 1.462

4 Tani/ Ternak -

5 Pelajar/Mahasiswa 9.312

6 Buruh Tani -

7 Dagang 4.271

8 Nelayan -

9 Ibu Rumah Tangga 6.329

10 Belum kerja 1.429

Sumber data : monografi kelurahan Putat Jaya 2015

Berdasarkan tabel diatas jenis pekerjaan yang memiliki jumlah paling sedikit ditunjukan dengan posisi masyarakat sebagai petugas polri dengan jumlah 115. Sedangkan paling banyak ialah yang menyandang status sebagai mahasiswa/pelajar, ini menunjukan bahwa pendidikan di Putat Jaya cukup baik, sedangkan untuk masyarakat


(51)

44

pedagang juga sangat banyak dengan jumlah 4.271 orang yang menunjukan bahwa masyarakat Putat Jaya unggul dalam usaha mandiri.

f. Kondisi pendidikan masyarakat kelurahan Putat Jaya

Dari segi pendidikan sebagian besar masyarakat kelurahan Putat Jaya mengenyam pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan pendidikn sangat di butuhkan dalam menempuh kerasnya kehidupan di masyarakat kota. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka semakin bisa dia memandang kehidupannya ke depan.

Sarana dan prasarana yang menyangkut pendidikan juga perlu dikedepankan sehingga membentuk pemuda yang cerdas dan cakap. Selain itu sarana dan prasarana juga menunjang keberhasilan dari prosesi belajar anak. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti. Ada beberapa fasilitas pendidikan yang ada di kelurahan Putat Jaya ini. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 : Daftar prasarana pendidikan di Kelurahan Putat Jaya

No Uraian Gedung Keterangan

1 PAUD 14 Unit

2 TK 5 Unit

3 SD/MI 11 Unit


(52)

45

5 SMA 2 Unit

6 Pesantren 1 Unit

Sumber data : monografi kelurahan Putat Jaya 2015

g. Jumlah penduduk Putat Jaya berdasarkan tingkat pendidikan formal Tabel 3.3 : Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

NO Uraian JUMLAH

1 Taman Kanak- Kanak 1.997 orang

2 Sekolah Dasar 11.178 orang

3 SMP/SLTP 9.233 orang

4 SMA/SLTA 12.437 orang

5 Sarjana 773 orang

6 Pondok Pesantren 30 orang

7 Pendidikan Keagamaan 56 orang Sumber data : monografi kelurahan Putat Jaya 2015

Tabel diatas menunjukan tingkat pendidikan yang diukur berdasarkan ada tidaknya ijazah sekolah. Dari tabel diatas juga menunjukan bahwa daerah yang dekat dengan lokalisasi Dolly penduduk setempatnya jauh bahkan kurang memahami pentingnya nilai moral, ahklak dan lebih – lebih kurang memahami agama dengan asumsi dasar banyak orang tua yang memilih pendidikan yang umum dari pada mengarahkan anaknya bahkan keluarganya ke tempat – tempat keagamaan. Sehingga dapat dibuktikan dengan


(53)

46

membandingkan penduduk Putat Jaya yang ribuan tersebut hanya 86 orang yang ikut belajar mengenai ilmu agama.

B. Pandangan Masyarakat Putat Jaya Terhadap Penutupan Lokalisasi

Dolly

Masyarakat Putat Jaya memberikan pandangan yang berbeda terhadap penutupan lokalisasi Dolly dengan sangat beragam. Ada yang setuju dengan penutupan dan ada juga yang menolak dengan penutupan Dolly karena alasan

– alasan yang berbeda pula.

1. Aparat pemerintah (kepala kelurahan)

Penutupan lokalisasi Dolly ini setidaknya akan memajukan selangkah serius pemerintah untuk memerperbaiki generasi muda. Lokalisasi yang telah ditutup akan mampu menjadi sejarah yang dapat diambil pelajaran bahwa memperjuangkan moral positif membutuhkan usaha yang besar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Bambang Hartono selaku Lurah di Putat Jaya.

“Perjuangan dalam penutupan lokalisasi Dolly ini sangat luar biasa mas, kenapa saya berkata begitu, hari – hari akhir sebelum penutupan saya selalu berhadapan dengan masyarakat yang menolak penutupan, saya sampaikan kepada mereka - mereka yang menolak bagaimana jika anak atau ibu kalian yang menjadi psk. Akhirnya mereka sedikit – sedikit ada yang luluh dan mau usaha yang dirintisnya bertahun – tahun itu harus tutup. Ada juga yang terus berjuang sampai mati – matian agar Dolly tidak ditutup, saya memaklumi karena sumber ekonominya hanya dari situ. Setelah Dolly ditutup satu tahun yang lalu, Alhamdulillah menjadikan citra kelurahan Putat Jaya menjadi baik, apalagi setelah banyak masyarakat yang alih profesi menjadi wirausaha yang lancar. Tetapi yang lebih penting adalah meningkatnya moral yang positif sehingga dapat membantu


(54)

47

mengurangi kenakalan remaja serta menjauhkan masyarakat dari penyakit

HIV / AID ”4

Bapak sudarno selaku anggota LKMK kelurahan Putat Jaya, menganggap penutupan lokalisasi Dolly ini tidak hanya menurunya kenakalan remaja serta menurunya penyebaran penyakit kelamin saja tetapi juga menurunya sumber penghasilan atau menurunya ekonomi masyarakat Putat Jaya yang sangat membutuhkan keramaian dari Dolly. Karena dengan adanya Dolly dimanfaatkan banyak oleh warga sekitar, seperti pedagang asongan dan PKL yang berjualan untuk kebutuhan hidupnya. Akan tetapi pak sudarno menegaskan bahwa penutupan Dolly memang menurunkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat sekitar walaupun sebagian warga yang terdampak di sekitar Dolly sudah dipekerjakan di lingkungan pemerintahan kota Surabaya dengan menyebarkan ke SKPD Kota Surabaya. Sebagaimana yang bapak sudarno katakana saat peneliti melakukan wawancara.

“Setelah Dolly ditutup tidak ada lagi pemuda – pemuda bergerombol dipinggir jalan serta tidak ada lagi suara musik – musik yang keras, kenakalan remaja memang menurun, tapi tidak kenakalan remaja saja yang turun, penghasilan orang – orang yang berjualan juga menurun bahkan banyak warung nasi, para buruh cuci, tukang becak, dan lainnya pada bingung mencari pekerjaan yang baru. Maka kami selaku anggota LKMK memfasilitasi dengan membantu warga yang ingin alih profesi dengan ikut dalam pelatihan peletihan keterampilan di kelurahan Putat Jaya “ 5

4

Wawancara dengan pak bambang hartono, kepala kelurahan Putat Jaya (15 Juni 2015) pukul 12.30.

5

Wawancara dengan pak bambang hartono, kepala kelurahan Putat Jaya (15 Juni 2015) pukul 14.00.


(55)

48

Dari data yang peneliti dapatkan dari Bapak sudarno diatas menunjukan bahwasanya penutupan lokalisasi Dolly menjadikan kehidupan masyarakat sekitar terlihat lebih tenang dan mampu memperbaiki icon yang negatif dikelurahan Putat Jaya tetapi juga dengan penutupnya lokalisasi Dolly kondisi ekonomi masyarakat sedang dalam proses pemulihan, maklum saja sudah berpuluhan tahun masyrakat mennggantungkan sumber ekonomi atau penghasilan keluarganya dengan berjualan dan lain sebagainya.

2. Tokoh masyarakat

Kawasan sepanjang jalan kupang gunung I Surabaya yang biasa terkenal dengan sebutan Dolly, sekarang berbeda dengan kondisi pada waktu 1 tahun silam sebelum penutupan lokalisasi ini oleh pemerintah kota Surabaya. Kondisi saat ini sangat sepi tidak banyak aktifitas yang dilakukan. Apa lagi untuk aktifitas ekonomi sangat sepi sekali, sebagaimana yang dikatakan oleh bapak M. Ridwan selaku ketua RT 05 RW 12 Putat Jaya.

“Kawasan ini sekarang tidak seperti dulu lagi mas, dulu disini

ramai sekali dari pagi , siang , sore dan malam tak pernah sepi sehingga roda ekonomi dapat berputar disini. Sekarang berubah sangat drastis tidak ada kegiatan ekonomi disini. Penutupan Dolly ini saya pribadi sangat setuju sekali mas karena melihat program – program yang direncanakan oleh pemerintah paska penutupan sangat luar biasa bagusnya yakni dengan program alih profesi dan alih fungsi wisma – wisma. Tetapi saat ini program – program itu belum berjalan mas sudah satu tahun padahal.”6

6

Wawancara dengan pak bambang hartono, kepala kelurahan Putat Jaya (15 Juni 2015) pukul 12.30.


(56)

49

Dari data yang peneliti temukan dari bapak ridwan selaku salah satu ketua RT di kelurahan Putat Jaya menunjukan bahwasanya situasi dan kondisi di kawasan ex lokalisasi Dolly sangatlah sepi tidak banyak aktifitas kegiatan sosial dan menurunya sumber pendapatan ekonomi masyarakat. Program alih profesi dan alih fungsi wisma belum dapat terlihat disini. Juga tidak ada sebuah gerak dari masyarakat untuk dapat menghidupakan sumber perekonomian, sehingga peneliti dapat menemukan bahwa antara pemerintah dan masyarakat kurang aktif dalam menghidupkan perekonomian paska penutupan Dolly.

3. Tokoh agama

Setelah penutupan Dolly, kondisi tentram damai dapat terasakan. Suara adzan setiap akan sholat dapat terdengar, anak – anak kecil sudah bisa leluasa untuk jalan dikawasan ini menuju masjid atau ke pesantren jauharotul hikmah, karena memang sudah tidak adanya PSK, serta orang – orang yang menjajahkan wanita, seperti yang dikatakan oleh H ghozali, beliau termasuk salah satu tokoh agama di masyarakat Putat Jaya. Pandangan beliau terhadap penutupan lokalisasi adalah sebagai berikut:

“Penutupan lokalisasi Dolly menurut pendapat saya mas adalah tempat yang sangat memalukan. Sering saya sampaikan saya merasa malu jika Dolly tidak ditutup karena rumah saya yang setiap hari jum’at dijadikan sebagai posko penjadwalan kutbah jum’at. Penutupan ini mas memang sudah sangat tepat. Kami sebagai warag sangat sulit menutup, hanya kebijakan pemerintahlah yang mampu mengatasai kondisi seperti ini dan yang bisa menutupnya. Kami sangat bersyukur sekali, tempat ini


(57)

50

sudah tentram, damai, tidak ada lagi orang-orang menjajahkan wanita di daerah sini.”7

Haji Ghozali dalam wawancara di atas berpendapat bahwasanya, penutupan lokalisasi Dolly memang harus dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya karena manfaatnya lebih sedikit dan mudharatnya lebih besar jika tetap dibiarkan saja.

4. Masyarakat biasa

Penutupan lokalisasi ini sangat membawa sebuah manfaat besar bagi masyarakat sekitar. Sebagaimana yang dikatakan suwarno salah satu pemuda yang berdomisili di kupang gunung timur 7 RW 06 kelurahan Putat Jaya.

“Menurut saya mas, semua orang akan bersyukur dengan dapat

ditutupnya lokalisasi Dolly tersebut. Kenapa demikian karena kehidupan kami setiap hari terganggu, suara music, wanita berpakaian seksi, minum- minuman dipinggir jalan menjadi suguhan setiap saat kami mas, sehingga akan mengganggu mental adek – adek kecil kami, sehingga dapat menjadikan remaja remaja seperti saya ini dapat terpengaruh dan menyebabkan penyakit pergaulan bebas, oleh sebab itu mas bersyukur sekali Dolly ditutup, ini semua juga berkat sholawat menjadikan maksiat

minggat”8

Suwarno merupakan seorang tokoh pemuda dan selaku ketua karang taruna yang ada di kelurahan Putat Jaya, penutupan lokalisasi membawa sebuah manfaat tersendiri bagi masyarakat juga membuat sebuah kebaikan juga untuk pendidikan mental anak. Bagi masyarakat sendiri juga menemukan sebuah keberkahan khususnya bagi mereka yang

7

Wawancara Dengan Ibu Herlina, Tokoh Masyarakat ( Kediaman Beliau, Minggu, 23 November 2014), 13.00.

8

Wawancara dengan pak bambang hartono, kepala kelurahan Putat Jaya (15 Juni 2015) pukul 12.30.


(58)

51

sangat dekat dengan rumah – rumah musik atau wisma – wisma. Kenapa kok mengalami keberkahan, masyarakat ini sudah tidak dibisingkan dengan suara – suara music yang keras yang mengganggu kehidupan mereka, mengganggu jam istirahat mereka.

5. Pedagang

Penutupan lokalisasi Dolly bisa mengakibatkan banyaknya masyarakat yang kehilangan sumber ekonominya atau kehilangan pekerjaannya salah satunya adalah berdagang. Banyak dari para masyarakat yang berdagang di Dolly dulu. saat ini harus berjuang untuk tetap dapat mendapatkan sumber ekonomi dengan membuat usaha baru. Walaupun sebagian masyarakat masik belum menemukan usaha yang baru. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu sri handayani salah satu pedagang yang dulu jualan rokok di depan wisma terbesar di Dolly tersebut.

“Menurut saya mas kita di bohongi oleh pemerintah, dulu kita dijanjikan dengan pemberian modal dan usaha tetapi kenyataanya itu hanya omong kosong saja. Mana buktinya sampai sekarang ini saya belum mendapatkan pekerjaan, sedangkan saya harus menyekolahkan anak saya, suami saya sudah meninggal mas. Saya sebenernya tidak setuju mas dengan ditutupnya Dolly, karena itu akan menghilangkan sumber penghasilan saya. Dulu kawasan ini ramai mas, satu hari dari berdagang rokok dan minuman serta obat – obatan ini bisa dapat untung tujuh ratus ribu per hari, sedangkan sekarang saya harus jualan gorengan satu hari mendapatkan seratus ribu saja sulit mas. Ya nasib mas sebagai orang kecil, yang korupsi bisa bebas yang jualan di tempat lokalisasi kelaparan dalam hidupnya gara gara Dolly ditutup. ”9

9

Wawancara dengan pak bambang hartono, kepala kelurahan Putat Jaya (15 Juni 2015) pukul 12.30.


(59)

52

Bagi pedagang yang dulunya berdagang di Dolly penutupan lokalisasi membawa penderiataan, karena sumber pendapatan mereka satu

– satunya hanya dengan berdagang di kawasan Dolly tersebut, sedangkan saat ini Dolly ditutup maka mereka ini kehilangan lahan penghasilan. Peneliti menemukan sebuah kepasrahan dari masyarakat dan juga ketidak perhatiannya pemerintah dalam menangani paska penutupan lokalisasi Dolly. Dalam wawancara peneliti dengan ibu sri handayani dapat disimpulkan bahwa pemerintah menginginkan wilayah atau daerah kota Surabaya ini bebas dari lokalisasi sehingga menjadikan icon kota ini bagus.

Tetapi dipihak lain banyak masyarakat menginginkan tetap dibukanya lokalisasi Dolly tersebut atau di alih fungsikan menjadi rumah karaoke atau pub sehingga masyarakat sekitar dapat mencari risky dengan mengandalkan keramaian kawasan Dolly tersebut. Perbedaan kepentingan dan keinginan inilah yang menjadi terjadinya konflik serta merambat pada perubahan sosial dan ekonomi bagi masyarakat Putat Jaya paska penutupan lokalisasi Dolly.

C. Perubahan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Putat Jaya Pasca Penutupan

Lokalisasi Dolly 1. Perubahan sosial

Penutupan lokalisasi Dolly dapat setidaknya menjadikan icon positif atau baik bagi masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi


(60)

53

masyarakat terdekat. Karena penutupan lokalisasi Dolly tersebut dapat berimbas pada perubahan – perubahan yang terjadi pada masyarakat terdekat, seperti halnya masyarakat yang berada di kelurahan Putat Jaya. Perubahan – perubahan yang terjadi pada masyarakat Putat Jaya sangat banyak sekali dalam segi sosial dan ekonomi.

a. Kesehatan

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Putat Jaya paska ditutupnya lokalisasi Dolly, yakni perubahan kawasan Putat Jaya yang dulunya ramai dengan para pengunjung Dolly menjadi kawasan yang sepi, mulai menyadari akan pentingnya pada pola hidup sehat di masyarakat tersebut. Saat ini masyarakat Putat Jaya mulai mengenal gaya hidup sehat. Sebab masyarakat sudah tidak pernah tersuguhkan oleh alat kontrasepsi bekas di sepanjang jalan Putat Jaya dan selokan – selokan menjadi bersih. Dan bagi masyarakat setidaknya dapat menanggulangi dari sex bebas yang menyebabkan kepada penyakit kelamin HIV /AID.10

Masyarakat Putat Jaya ini dulunya sangat kurang memperhatikan akan kesehatannya, tetapi dengan ditutupnya lokalisasi Dolly saat ini, masyarakat mengetahui bahwa pentingnya kesehatan tersebut, salah satunya bebas dan jauh dari penyakit HIV / AID yang dapat menular tersebut. Sehingga dengan tidak adanya lokalisasi Dolly membuat pola pikir masyarakat tersebut akan kesehatan menjadi

10

Wawancara dengan Bapak Ngadiman, Ketua RW I2, (Kediaman Beliau, Rabu, 17 Juni 2015) pukul 14.20.


(1)

83

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Putat Jaya Pasca penutupan Lokalisasi Dolly sangat terlihat. Adapun perubahan sosial dapat diamati sebagai berikut :

1. Dalam bidang kesehatan, pasca penutupan Dolly masyarakat sangat memperhatikan kesehatannya karena takut terkena penyakit HIV / AID. 2. Dalam bidang kebersihan, pasca penutupan Dolly masyarakat lebih

kompak dalam membersihkan lingkungan, sehingga kawasan ini terlihat lebih bersih pasca penutupan Dolly.

3. Pola pikir masyarakatpun lebih baik yang dapat dilihat dari adanya kegiatan pengajian.

4. Pada bidang budaya, masyarakat mengalami gaya berpakaian yang sopan sudah tidak lagi adanya berpakaian mini

5. Sistem kemasyarakatan masyarakat putat jaya juga terlihat dari menurunya jumlah penduduk sehingga peraturan / norma kampung berubah.

6. Dalam bidang keagamaan masyarakat mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sehingga terlihat ketika saat sholat jama’ah masjid mengalami peningkatan jama’ah


(2)

84

7. Kegiatan prostitusi dikawasan ini mengalami sebuah perubahan menuju e-Prostitusi. Yang menawarkan wanita / PSK melalui hanphone sang makelar

Sedangkan perubahan ekonomi dapat lihat dari :

1. Perubahan dari segi mata pencaharian, banyak masyarakat yang gulung tikar atas usaha yang telah dirintisnya berpuluh tahun tersebut

2. Berkurangnya pendapatan dari masyarakat yang masik tetap berdagang dikawasan ini, dan juga berkurangnya pemasukan ke kas RT dan RW. 3. Wisma – wisma dikawasan ini dialih fungsikan menjadi tempat usaha

mandiri yang lebih halal dan tidak melanggar norma-norma dalam masyarakat .

B. Saran

1. Untuk Masyarakat Putat Jaya

Penutupan lokalisasi yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya tak lain bertujuan untuk menjadikan masyarakat yang sejahtera hidupnya menjadi berkah. Maka peneliti memberikan saran kepada masyarakat putat jaya khususnya bagi warga terdampak penutupan Dolly agar terus berusaha sekuat tenaga agar dapat menemukan sebuah sumber perekonomian yang baru. Seperti pepatah bersusah – susah dahulu nanti akan mendapatkan kebahagiaan.


(3)

85

2. Untuk Pemerintah Kota Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya yang telah membuat kebijakan penutupan Dolly, peneliti memberikan saran agar selalu memfasilitasi masyarakat terdampak penutupan Dolly dari segala aspek khususnya pada bidang ekonomi dan yang lebih penting yaitu pemerintah mewujudkan apa yang telah menjadi program sebelum penutupan Dolly yang disiapkan untuk penutupan Dolly tersebut.

3. Untuk Pembaca

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti berharap, jika suatu nantinya pihak - pihak lain yang melakukan penelitian serupa dapat mengkaji lebih mendalam lagi tentang perubahan sosial dan ekonomi masyarakat paska penutupan lokalisasi Dolly.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta, 2006.

Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007. ---. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Damsar dan Indrayani. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009. Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikir Ekonomi: Dasar Teori

Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembagunan. Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1994

Faisol, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial, Jilid I. Jakarta : Rajawali Press, 1992.

Fatkhullah, Mukhammad dan Qolby Akbar, dkk, “Dampak Praktek Prostitusi Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Lokalisasi Jarak Dolly Kelurahan Putat Jaya”. Penelitian Lapangan-- Universitas Airlangga, Surabaya, 2013.

Fauzi, Risma Nur “Dampak Penutupan Lokalisasi Pelacuran Terhadap Perubahan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun 2001-2009”. Skripsi-- Universitas Jember, Jember, 2012.

Ishomudin. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Kartono, Kartini. Patologi. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Kurniawan, David. “Pelacuran di Surakarta, Studi Kasus Paska Penutupan Resosialisasi silir tahun 1998-2006”. Skripsi-- Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Lauer, Robert H. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001.

Lawang, Robert. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.


(5)

87

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.

Narwoko, J.Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Teapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Nasikun. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 Poerwadarminto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Poloma, Margaret M. Sosiologi Kotemporer. Jakarta: CV. Rajawali, 2000.

Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007. Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2010.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Salim, Agus. Perubahan Sosial: Sktesa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.

Setiadi, Elly M. dan Usman. Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001

Setiadi, Hendra “Dampak Kebijakan Penutupan Lokalisasi Km-17 terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kota Balikpapan Kecamatan Balikpanan Utara Kelurahan Karang Joang RT 37 dan 38, eJournal Ilmu Pemerintahan 2, No. 2, 2014.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011

---. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : RajaGrafindo, 2009. ---. Kamus Sosiologi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada , 1993.

Soetomo. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya , 1995.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.


(6)

88

Sundari, Sri “Dampak Lokalisasi Pelacuran Moroseneng Pada Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Klakah Rejo Kecamatan Benowo”. Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2004.

Susanto, Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta, 2006.