INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN ACEH JAYA DAN KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

II.15

INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN ACEH JAYA DAN
KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Bayu Sayekti, Martua Raja P
Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

“Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah inventarisasi yang mempunyai hubungan dengan

keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings formation) adalah sebagai berikut
: di Kabupaten Aceh Jaya dijumpai Formasi Batugamping Lamno (Mull); Anggota Terumbu, Formasi
batugamping Lamno (Mullr) dan Anggota Terumbu, Formasi Batugamping Teunom (Mutlr), dimana
ketiga formasi batuan ini menghasilkan bahan galian non logam berupa marmer yang secara megaskopis
berwarna hitam, pejal, kompak dan keras serta dijumpai urat kalsit, diusahakan sebagai bahan bangunan diperkirakan mempunyai total sumberdaya 6 milyar ton. Diorit Unga (Tmiu); Formasi Tangla, Fasies
Vulkanik (Tltv) dan Formasi Batuan Gunungapi Calang (Tmvc), ketiga formasi ini menghasilkan bahan
galian non logam berupa diorit. Diorit di daerah Kuala Ligan mempunyai kuat tekan > 40.000 kg/cm2.

Diusahakan sebagai bahan baku konstruksi paska tsunami, diperkirakan mempunyai total sumberdaya
539 juta ton. Bahan galian lempung dijumpai sebagai lempung residu dan lempung letakan. Lempung
sebagai endapan residu merupakan hasil pelapukan batuan dari Formasi Tangla (Tlt); Formasi Tangla,
Fasies Vulkanik (Tltv) dan Formasi Batuan Gunungapi Calang (Tmvc), sedangkan sebagai endapan letakan mengikuti sebaran Endapan Aluvium (Qh). Lempung di daerah ini berdasarka analisa keramik cocok
untuk dijadikan bahan baku bodi stoneware (tile/ubin, gelas, piring), diperkirakan mempunyai total sumberdaya 87 juta ton. Pasir kuarsa dijumpai mengikuti sebaran Endapan Aluvium (Qh) di daerah pantai
(Ds. Kuala Ligan dan Ds. Patee, Kec. Sampoi Niet), diperkirakan mempunyai total sumberdaya 1,45 juta
ton.
Di Kabupaten Aceh Barat dijumpai Formasi Kueh (Tmk); Formasi Tutut (QTt); Endapan Aluvium (Qh).
Bahan galian non logam berupa lempung dijumpai pada ketiga formasi batuan tersebut diatas, sedangkan
bahan galian sirtu keterdapatannya mengikuti sebaran Endapan Aluvial, diendapkan pada daerah point
bar, gosong sungai dan daerah meandering. Lempung di daerah ini berdasarka analisa keramik cocok
untuk dijadikan bahan baku bodi earthenware (genteng, batubata, gerabah hias) dan stoneware (tile/ubin,
gelas, piring), diperkirakan mempunyai total sumberdaya 44 juta ton. Bahan galian sirtu diusahakan oleh
masyarakat untuk bahan bangunan (batu pondasi dan pasir bangunan), diperkirakan mempunyai total
sumberdaya 4,7 juta ton.

’’

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


BUKU 2 : BIDANG MINERAL

PENDAHULUAN
Pelaksanaan penyelidikan di Kabupaten Aceh
Jaya dan Kabupaten Aceh Besar adalah melakukan inventarisasi mineral non logam dengan
maksud agar diperoleh data yang lebih optimal, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dengan demikian akan diketahui potensi sumberdaya serta gambaran prospek pemanfaatan
dan pengembangan dari mineral non logam di
kedua kabupaten tersebut.
Secara administratif, Kabupaten Aceh Jaya dengan ibukota Calang, terletak di sebelah tenggara
dari ibukota provinsi (Banda Aceh) sejauh 156
km, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui jalan negara (Lintas Sumatera) selama
± 4 jam. Secara geografis daerah ini terletak di
antara garis-garis koordinat 95º 16’ 53,2” – 96º
1’ 3,8” Bujur Timur dan 4º 24’ 7,5” – 5º 15’ 12”
Lintang Utara, dengan luas daratan sekitar 3.727
km2. Di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat, di
sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Besar

dan Kabupaten Pidie, dan di sebelah selatan
dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Aceh
Barat.
Kabupaten Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh, terletak sejauh 245 km disebelah tenggara
dari kota Banda Aceh. Dapat dicapai dengan
kendaraan roda empat melalui jalan negara
(Lintas Sumatera) selama ± 6 jam. Di sebelah
barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di
sebelah timur dengan Kabupaten Nagan Raya
dan Kabupaten Aceh Tengah, di sebelah utara
dengan Kabupaten Pidie dan Aceh Jaya, serta di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera

II.15

Hindia dan Kabupaten Nagan Raya. Secara geografis daerah ini terletak pada posisi koordinat
95º 50’ 19,7” – 96º 34’ 16,9” Bujur Timur dan 4º
3’ 16,7” – 4º 47’ 34,5” Lintang Utara, dengan luas
daratan sekitar 2.927,95 km2.
Metoda penyelidikan yang digunakan berkaitan

dengan kegiatan inventarisasi ini antara lain
sebagai berikut :
1. Pengumpulan data sekunder
2. Pengumpulan data primer
3. Analisis Laboratorium
4. Pengolahan data

GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN
Wilayah kedua kabupaten ini seluruhnya termasuk ke dalam Liputan Peta Geologi Bersistem
Indonesia skala 1 : 250.000 Lembar Banda Aceh,
Sumatera (J.D. Bennet, D. McC. Bridge, N.R.
Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H. Jeffery,
W. Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, R. Whandoyo, 1981, P3G Bandung); Lembar
Calang, Sumatera (J.D. Bennet, D. McC. Bridge,
N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H.
Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J.
Thompson, R. Whandoyo, 1981, P3G Bandung);
Lembar Takengon, Sumatera (N.R. Cameron,
J.D. Bennet, D. McC. Bridge, M.C.G. Clarke, A.
Djunuddin, S.A. Ghazali, H. Harahap, D.H. Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, H. Ngabito, N.M.S.

Rock, S.J. Thompson, 1983, P3G Bandung). Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

inventarisasi yang mempunyai hubungan dengan
keterdapatan mineral non logam (non metallic
mineral bearings formation) adalah sebagai berikut :

Kabupaten Aceh Jaya
Formasi Batugamping Lamno (Mull), berupa
batugamping klastik, berwarna hitam, keras
dan pejal, pada umumnya termalihkan, dijumpai
urat kalsit. Batuan ini dijumpai di bagian timurlaut dari daerah inventarisasi (Kecamatan Jaya),
membentuk perbukitan terjal (Ge Gueruthe).
Anggota Terumbu, Formasi Lamno (Mullr),
berupa batugamping bak terumbu. Batuan ini
dijumpai di bagian timurlaut dari daerah inventarisasi, termasuk ke dalam Kecamatan Jaya,
berwarna abu-abu sampai hitam, keras dan

pejal, dijumpai urat kalsit, membentuk perbukitan terjal.
Anggota Terumbu, Formasi Batugamping
Teunom (Mutlr), berupa batugamping masif,
umumnya sudah mengalami rekristalisasi
menyerupai terumbu, pejal, keras, berwarna
hitam, mengalami marmerisasi oleh Batolit
Sikuleh. Batuan ini dijumpai di Alue Cue, bagian
tenggara dari daerah inventarisasi, termasuk
ke dalam Kecamatan Setia Bakti, membentuk
perbukitan terjal disekitar Batolit Sikuleh, membujur berarah baratlaut – tenggara.
Ketiga formasi batuan ini menghasilkan bahan
galian non logam berupa marmer berwarna
hitam dengan urat-urat kalsit yang saling
berpotongan. Berdasarkan analisa kimia mempunyai kandungan 49,67%-53,07% CaO dan
0,02%-2,43% MgO Sumberdaya total marmer di

daerah ini diperkirakan 6 milyar ton.
Formasi Tangla (Tlt), berupa batulempung
berwarna putih kekuningan sampai coklat kemerahan, sebagian berwarna abu-abu kecoklatan
berbintik putih, lembek sampai keras, mudah

hancur, setempat bersisipan dengan batunapal
dan batupasir. Batuan ini dijumpai membentuk
perbukitan yang ditumbuhi tanaman karet di
daerah Suak Beukah, Kecamatan Sampoi Niet.
Formasi Tangla, Fasies Vulkanik (Tltv), berupa
batupasir lempungan, warna segar hijau dan
warna lapuk coklat kemerahan, getas dan rapuh.
Batulempung berwarna putih sampai kuning
kecoklatan serta abu-abu berbintik putih. Batuan
tersebut merupakan lapukan batuan gunungapi
menengah hingga mafik
Formasi Batuan Gunungapi Calang (Tmvc),
berupa batuan terobosan, dijumpai kontak
batuan antara diorit (warna abu-abu) dengan
batugamping (pejal, keras dan kompak, warna
hitam, dijumpai urat kuarsa), dijumpai mineralisasi logam (besi dan pirit), tersingkap di Ge
Lawang, Desa Iejereungeh, Kecamatan Sampoi
Niet. Dijumpai juga retas berwarna segar abuabu berbintik putih.
Diorit Unga (Tmiu), merupakan batuan terobosan berupa stok diorit/granodiorit, berwarna
abu-abu, kompak, keras, tersingkap di daerah

Kuala Ligan, Kecamatan Sampoi Niet membentuk bukit dengan ketinggian ± 50 m, sedangkan
di daerah Kuala Crakmo batuan ini mengalami
mineralisasi dengan dijumpainya mineral pirit,
membentuk bukit dengan ketinggian ± 25 m.
Bahan galian non logam berupa diorit dijumpai

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.15

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

pada Formasi Tangla, Fasies Vulkanik (Tltv);
Formasi Batuan Gunungapi Calang (Tmvc) dan
Diorit Unga (Tmiu) merupakan batuan terobosan berupa stok diorit. Diorit di daerah Kuala
Ligan, Kecamatan Sampoi Niet mempunyai
kuat tekan > 40.000 kg/cm2. Diorit di daerah ini
sebagian sudah diusahakan sebagai bahan baku
konstruksi bangunan dan jalan paska tsunami.
Sumberdaya total diorit di daerah ini diperkirakan 539 juta ton.

Sedangkan lapukan batuan dari Formasi Tangla
(Tlt); Formasi Tangla, Fasies Vulkanik (Tltv);
dan Formasi Batuan Gunungapi Calang (Tmvc)
menghasilkan bahan galian non logam berupa
endapan lempung residu, yang dijumpai di daerah Ceunaprong, Kecamatan Jaya; Lhok Kruet,
Suak Beukah, Ge Pantee, Kecamatan Sampoi Niet dan Gunong Buloh, Kecamatan Panga.
Berdasarkan hasil analisa keramik, lempung di
daerah tersebut dapat digunakan sebagai bahan
baku keramik bodi stoneware (tile/ubin, gelas
dan piring)
Endapan Aluvium (Qh), merupakan endapan
sungai dan endapan tepi pantai, terdiri dari
kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lempung.
Endapan pantai didominasi oleh pasir kuarsa
yang dijumpai di daerah Kuala Ligan dan Patee,
Kecamatan Sampoi Niet, dengan sumberdaya
diperkirakan sebesar 1,45 juta ton. Sedangkan
lempung pada Endapan Aluvium ini (lempung
letakan) tersebar di daerah Koalonga, Kecamatan Jaya; Lageun, Kecamatan Setia Bakti dan
Panggung, Kecamatan Krueng Sabee, berdasarkan hasil analisa keramik, lempung di daerah

tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku
keramik bodi stoneware. Berdasarkan analisa
kimia, lempung di Kabupaten Aceh Jaya men-

II.15

gandung 42,13%-68,05% SiO2; 16,08%-38,91%
Al2O3; 0,18%-15,20% Fe2O3; dan hilang dibakar
5,02%-17,08%. Dari hasil analisa XRD mengandung mineral quartz, kaolinite, illite, albite, dan
muscovite. Total sumberdaya lempung di Kabupaten Aceh Jaya diperkirakan sebesar 87 juta ton
dan belum diusahakan.

Kabupaten Aceh Barat
Formasi Kueh (Tmk), merupakan batulanau,
batulempung berwarna putih, lunak, tersingkap di daerah Lancong dan Tungkop, Kecamatan
Sungai Mas.
Formasi Tutut (QTt), berupa batulempung berwarna putih abu-abu, kuning kecoklatan dan
hitam, lembek dan liat jika terkena air, tersingkap di daerah Alue Kuyun, Kecamatan Woyla
Timur; daerah Lancong, Kecamatan Sungai Mas;
dan daerah Jambak, Kecamatan Pante Ceureumen.

Endapan Aluvium (Qh), merupakan endapan
sungai dan endapan tepi pantai, terdiri dari
kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lempung.
Endapan tepi pantai berupa gosong pasir pantai,
pasir berwarna hitam, dijumpai di daerah Suak
Gedebang, Kecamatan Sama Tiga. Sedangkan
sirtu sungai dijumpai tersebar di hampir seluruh wilayah Kabupaten Aceh Barat, terutama
daerah-daerah Kecamatan Kaway XVI, Pante
Ceureumen, Sungai Mas, Panton Reu, Woyla,
Woyla Timur, Woyla Barat, Johan Pahlawan dan
Meureubo.
Bahan galian lempung dijumpai pada Formasi
Kueh (Tmk); Formasi Tutut (QTt); dan Endapan
Aluvium (Qh), tersebar di daerah Tanjung Bunga

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

dan Meunasah Rayeuk, Kecamatan Kaway XVI;
Mugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu; Alue
Kuyun, KecamatanWoyla Timur; Lancong dan
Tungkop, Kecamatan Sungai Mas; dan Jambak,
Kecamatan Pante Ceureumen. Secara fisisk lempung di Kabupaten Aceh Barat berwarna putih
sampai putih abu-abu, kuning kecoklatan, abuabu sampai hitam. Rata-rata belum diusahakan,
kecuali lempung di daerah Tanjung Bunga sudah
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan
baku batubata dengan produksi 500 bata/bulan
dan harga jual mencapai Rp 350/bata. Berdasarkan hasil analisa keramik, lempung di daerah ini
dapat dipergunakan sebagai bahan baku keramik
bodi earthenware (gerabah kasar) misal genteng,
batubata dan gerabah hias serta keramik bodi
stoneware (ubin/tile, piring, gelas). Berdasarkan analisa kimia, lempung di Kabupaten Aceh
Barat mengandung 50,84%-78,54% SiO2; 8,86%24,31% Al2O3; 0,22%-11,19% Fe2O3; dan hilang
dibakar 7,18%-14,16%. Dari hasil analisa XRD
mengandung mineral quartz dan kaolinite. Total
sumberdaya lempung di Kabupaten Aceh Barat
sebesar 44,375 juta ton
Bahan galian sirtu dijumpai/terendapkan pada
daerah-daerah point bar, gosong sungai dan di
daerah meandering di sekitar sungai-sungai
besar yang mengalir di seluruh daerah Kabupaten Aceh Barat. Rata-rata sirtu di daerah
ini diusahakan sebagai bahan baku bangunan
untuk pembangunan berbagai infrastruktur di
Kabupaten Aceh Barat, total sumberdaya sirtu di
kabupaten ini sebesar 4.714.312,5 ton

P R O S P E K P E M A N FA ATA N D A N
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN

Kabupaten Aceh Jaya
Marmer
Marmer dijumpai pada batuan dari Formasi
Batugamping Lamno (Mull); Anggota Terumbu,
Formasi Lamno (Mullr); Anggota Terumbu, Formasi Batugamping Teunom (Mutlr) berumur
Jura sampai Kapur, mempunyai prospek yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan melihat
kuantitas dan kualitasnya. Marmer merupakan
batugamping yang telah mengalami proses malihan. Proses ini terjadi karena adanya tekanan
dan suhu yang sangat tinggi, sehingga tekstur
batuan asal membentuk tekstur batuan yang
baru (proses rekristalisasi). Marmer di daerah inventarisasi berwarna hitam, dijumpai
urat kalsit, pejal dan keras, mempunyai tekstur
bioklastik. Di daerah Sango, marmer sudah diusahakan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan
baku batu pondasi bangunan rumah serta sebagai batu timbun badan jalan dengan harga jual
Rp 100.000/m3. Sejalan dengan lajunya pembangunan serta dalam rangka pemanfaatan potensi
lokal mengingat sarana fisik dan infra struktur
yang ada serta prasarana lainnya belum terbangun secara memadai, akibat kejadian tsunami
akhir tahun 2004 lalu, bahan galian marmer ini
dapat digunakan sebagai bahan baku bangunan
(pondasi, batu tempel dan batu hias). Marmer di
Kabupaten Aceh Jaya diperkirakan mempunyai
sumberdaya 6 milyar ton. Penyelidikan ini masih
bersifat pendahuluan (survei tinjau), masih perlu
penyelidikan lanjutan terhadap endapan marmer
di atas, untuk mengetahui lebih jauh prospek
pengembangannya.

Diorit

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.15

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Diorit dijumpai pada Formasi Tangla, Fasies Vulkanik (Tltv); Formasi Batuan Gunungapi Calang
(Tmvc) dan Diorit Unga (Tmiu) merupakan batuan
terobosan berupa stok diorit. Diorit di daerah ini
sebagian sudah diusahakan sebagai bahan baku
konstruksi bangunan dan jalan paska tsunami.
Diorit di daerah Kuala Ligan, Kecamatan Sampoi Niet mempunyai kuat tekan > 40.000 kg/cm2.
Berdasarkan SNI 03-0394-1989 (Syarat Mutu
Batu Alam Untuk Bahan Bangunan), diorit di
daerah ini dapat dipergunakan sebagai bahan
baku pondasi bangunan berat. Sumberdaya total
diorit di Kabupaten Aceh Jaya diperkirakan 539
juta ton.

Lempung
Lempung di Kabupaten Aceh Jaya dijumpai
berupa endapan residual pada lapukan batuan
dari Formasi Tangla (Tlt); Formasi Tangla, Fasies
Vulkanik (Tltv); dan Formasi Batuan Gunungapi
Calang (Tmvc). Sedangkan keterdapatan lempung sebagai endapan letakan dijumpai pada
Endapan Aluvium (Qh). Lempung di Kabupaten
Aceh Jaya belum diusahakan, diperkirakan
mempunyai total sumberdaya sebesar 87 juta
ton. Berdasarkan hasil analisa keramik, lempung di Kabupaten Aceh Jaya rata-rata dapat
digunakan sebagai bahan baku keramik bodi
stoneware (tile/ubin, gelas dan piring), terutama
lempung di daerah Ceunaprong, Kecamatan
Jaya; Suak Beukah, Kecamatan Sampoi Niet;
Gunong Buloh, Kecamatan Panga; dan Lageun,
Kecamatan Setia Bakti.

Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa dijumpai pada Endapan Aluvium (Qh), merupakan endapan pantai berupa

II.15

pasir kuarsa, berbutir sedang sampai kasar,
berwarna kecoklatan, mempunyai komposisi
kuarsa, amfibol, magnetit, oksida besi, garnet
dan ilmenit (analisa butir). Pasir kuarsa di Kabupaten Aceh Jaya belum diusahakan, diperkirakan
mempunyai sumberdaya sebesar 1,45 juta ton.

Kabupaten Aceh Barat
Lempung
Bahan galian lempung dijumpai pada Formasi
Kueh (Tmk); Formasi Tutut (QTt); dan Endapan
Aluvium (Qh), tersebar di daerah Tanjung Bunga
dan Meunasah Rayeuk, Kecamatan Kaway XVI;
Mugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu; Alue
Kuyun, KecamatanWoyla Timur; Lancong dan
Tungkop, Kecamatan Sungai Mas; dan Jambak,
Kecamatan Pante Ceureumen.
Sebagian besar lempung di Kabupaten Aceh
Barat belum diusahakan, kecuali lempung di
daerah Tanjung Bunga sudah dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai bahan baku batubata
dengan produksi 500 bata/bulan dan harga
jual mencapai Rp 350/bata. Berdasarkan hasil
analisa keramik, lempung di daerah Jambak,
Kecamatan Pante Ceureumen dapat dipergunakan sebagai bahan baku keramik bodi
earthenware (gerabah kasar) misal genteng,
batubata dan gerabah hias. Sedangkan lempung
di daerah Tanjung Bunga dan Menasah Rayeuk,
Kecamatan Kaway XVI; dan Lancong, Kecamatan
Sungai Mas dapat dipergunakan sebagai bahan
baku keramik bodi stoneware (ubin/tile, piring,
gelas). Sumberdaya total lempung di Kabupaten
Aceh Barat diperkirakan 44,375 juta ton.

Sirtu

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Endapan sirtu di wilayah Kabupaten Aceh Barat,
keterdapatannya mengikuti sebaran dari Endapan Aluvium (Qh), merupakan endapan sungai
(kerikil, kerakal, boulder) dan endapan pantai
(pasir). Sebagian besar endapan sirtu sungai
sudah diusahakan sebagai bahan baku batu
pondasi, terutama diambil pada daerah-daerah
point bar, gosong sungai dan daerah meandering
di sekitar sungai-sungai besar yang mengalir
hampir di seluruh wilayah Kabupaten Aceh Barat
(Kecamatan Kaway XVI, Pante Ceureumen, Sungai Mas, Panton Reu, Woyla, Woyla Timur, Woyla
Barat, Johan Pahlawan dan Meureubo). Sedangkan endapan pasir di daerah Suak Gedebang,
yang berupa endapan pantai belum diusahakan,
dimana pasir pantai ini mempunyai komposisi
amfibol, piroksen, magnetit, kuarsa, ilmenit,
muskovit dan oksida besi (analisa butir). Sirtu di
Kabupaten Aceh Barat diperkirakan mempunyai
total sumberdaya sebesar 4.714.312,5 ton.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan inventarisasi mineral non logam
di sebagian daerah Kabupaten Aceh Jaya dan
Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
Bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten
Aceh Jaya antara lain : Marmer, dengan sumberdaya hipotetik sebesar 6 milyar ton; Diorit
dengan sumberdaya hipotetik sebesar 539 juta
ton; Lempung dengan sumberdaya hipotetik
sebesar 87 juta ton; Pasir kuarsa dengan sumberdaya hipotetik sebesar 1,45 juta ton.

Bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Barat antara lain : Lempung dengan
sumberdaya hipotetik sebesar 44,375 juta ton;
Sirtu dengan sumberdaya hipotetik sebesar
4.714.312,5 ton.
Dikaitkan dengan adanya berbagai aktifitas
pembangunan di Kabupaten Aceh Jaya dan
Kabupaten Aceh Barat, sudah pasti membawa
konsekwensi dibutuhkannya beberapa bahan
galian dengan sumberdaya/cadangan yang
jelas. Mempertimbangkan hal tersebut, maka
disarankan untuk dilakukan penyelidikan lebih
lanjut dengan skala yang lebih besar terutama
terhadap bahan galian yang memiliki potensi
yang cukup besar dan prospek yang baik untuk
diusahakan dan dikembangkan.
Untuk pertambangan bahan galian non logam
dan batuan khususnya marmer dan diorit yang
sudah diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten
Aceh Jaya perlu adanya pengawasan oleh dinas
pertambangan agar kegiatan penambangan
tidak mempunyai dampak merusak lingkungan, sedangkan penambangan lempung yang
diusahakan oleh masyarakat di daerah Tanjung
Bunga, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh
Barat, perlu dilakukan pembinaan mengingat saat ini hanya dipergunakan sebagai bahan
baku batubata, padahal dari hasil analisis keramik dapat dipergunakan untuk bahan baku bodi
stoneware (tile/ubin), sehingga akan berdampak
pada maksimalnya pendapatan daerah dari sektor pertambangan

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.15

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

DAFTAR PUSTAKA
J.D. Bennet, D. McC. Bridge, N.R. Cameron, A.
Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H. Jeffery, W. Kartawa,
W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, R. Whandoyo, 1981, Peta Geologi Lembar Banda Aceh,
Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.

N.R. Cameron, J.D. Bennet, D. McC. Bridge,
M.C.G. Clarke, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, H.
Harahap, D.H. Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, H.
Ngabito, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, 1983, Peta
Geologi Lembar Takengon, Sumatera, skala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------, Peta Geologi Lembar
Calang, Sumatera, skala 1 : 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

II.15

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Pondasi Bangunan

Tonggak
dan Batu
Berat Sedang Ringan Tepi Jalan

Sifat-sifat
Kuat tekan rata-rata
minimum, kg/cm2.
Ketahanan hancur
Rudellof,
a. Index, min
b. Bag. Tembus 2
mm, maks %
Ketahanan geser
Los Angeles, bagian
tembus 1,7 mm maks
%
Ketahanan aus
gesekan dengan
Bauschinger, mm/
menit, maks
Penyerapan air maks
%
Kekekalan bentuk
dengan Na Sulfat
bagian:
a. Hancur, maks %
b. Retak/pecah/cacat

Penutup
Lantai
atau
Trotoar

Batu
Hias atau
Tempel

1500

1000

800

500

600

200

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

27

40

50

-

-

-

-

-

-

-

0,16

-

5

5

8

5

5

5*
12**

12

12

12

12

12

12

* Untuk tempat yang terlindung dari air

** Untuk tempat yang tidak terlindung/konstruksi luar (terbuka)

Tabel 1. Persyaratan Mutu Batu Alam Untuk Bahan Bangunan menurut SNI 03-0394-1989

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

II.15

BUKU 2: BIDANG MINERAL

Gambar 1. Peta Lokasi Mineral Non Logam Kab. Aceh Jaya, Prov. NAD

II.15

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

Gambar 2. Peta Lokasi Mineral Non Logam di Kab. Aceh Barat, Prov. NAD