PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR
LINK DOWNLOAD [106.25 KB]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkelahian adalah persoalan penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak termasuk pemerintah.
Semua pihak harus sadar dan membuka mata lebar-lebar bahwa pelajar yang tawuran adalah generasi muda penerus bangsa yang
seharusnya dibina dan disiapkan untuk menggantikan generasi tua.Selain pemerintah peran keluarga,guru,masyarakat juga sangat
penting dalam menanggulangi perkelahian antar Pelajar.
Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru
taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan.Guru di Indonesia telah menyadari, bahwa pendidkan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru di Indonesia yang berjiwa pancasila
dan setiap pada Undang-Undang Dasar 1945 turut bertanggung jawabatas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia17 Agustus 1945. Oleh sebab itu Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar
sebagai berikut:
1.
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2.

Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3.
Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4.
Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5.
Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina pera serta dan rasa
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6.
Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu martabat profesinya.
7.
Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.
8.
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuanagan dan pengabdian.
9.
Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintaah dalam bidang pendidikan.
Namun selain di atas guru atau PGRI juga harus melihat kelapangan permasalahan apa yang sedang terjadi terutama di kalangan
pelajar salah satunya seperti masala tawuran pelajar dan memikirkan atau memberikan solusi bagaimana menanggulangi masalah
tersebut.
B.

TUJUAN PEMBAHASAN
1.
Untuk mengetahui apa penyebab dari tawuran pelajar itu.
2.
Untuk mengetahui bagaimana cara mengantisipasi tawuran antar pelajar.
3.
Untuk menegtahui bagaimana peran guru terkait dengan fenomena tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKELAHIAN ATAU TAWURAN PELAJAR
A. TAWURAN ANTAR PELAJAR YANG MENGAKIBATKAN PENGANIAYAAN
1.
Pengertian Tawuran Antar Pelajar
Tindakan yuridis yang dilakukan oleh kepolisisan terhadap para pelajar yang melakukan tindakan kriminal dapat diterima. Karena
hal itu bermanfaat untuk menciptakan rasa aman dan rasa terlindungi pada masyarakat dari tindak kekerasan dan kekejaman mereka.
Akan tetapi masih banyak pula para pendidik, orang tua, dan sebagian besar anggota masyarakat termasuk pers, menginginkan
tindakan yuridis hendaknya didasari kearifan.
Perkelahian adalah persoalan penting yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak termasuk pemerintah.
Semua pihak harus sadar dan membuka mata lebar-lebar bahwa pelajar yang tawuran adalah generasi muda penerus bangsa yang
seharusnya dibina dan disiapkan untuk menggantikan generasi tua.

Pengertian antara perkelahian dan penyerangan dapat diadakan Perbedaan yaitu dalam perkelahian serangan dari para pihak
dilakukan secara bersamaan, sedangkan pihak yang lainnya tidak. Perkelahian juga dapat dilakukan dengan penyerangan diantara
pihak yang memulai terjadinya perkelahian tersebut. Baik dalam perkelahian maupu dalam penyerangan terlibat beberapa orang
yang ikut serta, demikian juga halnya dengan perkelahian antar pelajar yang melibatkan dari kedua belah pihak.
2. Akibat yang Timbul dari Tawuran Antar Pelajar

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

Perkelahian adalah merupakan suatu penyakit dalam masyarakat dan mengenai perkelahian antar pelajar yang mana akibatnya tidak
hanya mengganggu bagi keamanan dan ketertiban umum melainkan juga membahayakan bagi pelajar itu sendiri. Apabila tidak
segera mendapatkan perhatian dan penanggulangannya maka dampaknya akan lebih buruk lagi. Ada akibat-akibat yang ditimbulkan
dari perkelahian antar pelajar itu antara lain :
a.
Akibat Bagi Pelajar
Perkelahian dikalangan pelajar merupakan suatu tingkah laku yang tidak pantas bagi seorang pelajar dan tingkah laku itu merupakan

penyimpangan dari tingkah laku seorang pelajar. Perkelahian yang dilakukan secara massal dari kedua belah pihak yang berlainan
sekolah atau kelas dan dalam perkelahian itu tidak hanya menggunakan tangan kosong tetapi juga menggunakan senjata tajam dan
benda keras.
Melihat dari benda atau alat yang digunakan dalam perkelahian itu maka sudah dapat diduka akibat yang ditimbulkan dari
perkelahian itu antara lain luka yang dialami salah satu pelajar yang ikut serta dalam perkelahian antar pelajar tersebut.
b.
Akibat bagi keluarga
Dengan turut serta anak-anak terlibat langsung dalam perkelahian antar pelajar yang kemudian ternyata mendapatkan tindakan dari
pihak kepolisian, pimpinan sekolah atau dari masyarakat sekitarnya, maka akibatnya akan menimbulkan problema bagi keluarga
atau orang tuanya berupa : teguran dari pihak pimpinan sekolah dan warga masyarakat sekitarnya serta peringatan dari pihak
kepolisian.
c.
Akibat bagi sekolah
Jika perkelahian antar pelajar itu ternyata akan membawa nama sekolah bahkan terjadi di lingkungan sekolah maka akan membawa
dampak negatif bagi sekolah tersebut berupa :
1.
Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda
dari pihak lain.
2.
Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah

urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
d.
Akibat bagi masyarakat
Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di
lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak
mustahil kondisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR
Suatu tingkah laku tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan dapat oleh berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut adalah :
1.
Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri
a.
Lemahnya Pertahanan Diri
Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.
Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke
dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.
b.
Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini amat terasa di dunia
pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap

lingkungan, sosial, dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif.
c.
Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama
merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar.
Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang
akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai
dengan kondiri pelajar saat ini.
2.
Faktor Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian
antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota
keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil.
Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap
masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu
perhatian orang tua terhadap masing-masing anak lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/6 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot,
karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu
sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan kehidupan keluarga
menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak kearah negatif.
3.
Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku.
Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi
nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat
mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan
hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan yang
ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi
emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit
oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.
4.

Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugas kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi
tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah
bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru
buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
a.
Faktor Guru
Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam
mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh
keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak
ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya.
b.
Guru Pembimbing/BK
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna
keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk
pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni
mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus
memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentang pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.

Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka
beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat
terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
c.
Fasilitas Pendidikan
Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang
tidak tersalur pada masa sekolah , mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di
jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan
yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan
yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.
C. UPAYA PENANGGULANGANNYA
Perkelahian antar pelajar yang mana dilihat dari perkelahian tersebut telah melebihi dari toleransi perbuatan seorang anak remaja,
maka dari itu perlu diambil upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi dari perkelahian antar pelajar tersebut agar akibat
yang ditimbulan tidak lebih parah lagi, yang korbannya tidak hanya pelajar saja tetapi masyarakat sekitar.
Sebagai upaya untuk menanggulangi perkelahian antar pelajar tersbut ada beberapa tindakan yangdapat dilakukan yaitu :
1.
Upaya Preventif
Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga
agar kenakalan itu tidak timbul. Upaya preventif lebih besar manfaatnya daripada upaya kuratif, karena jika kenakalan itu sudah
meluas, amat sulit menanggulanginya. Banyak bahayanya kepada masyarakat, mengamburkan biaya, tenaga dan waktu, sedang


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

hasilnya tidak seberapa. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan , tetapi garis besarnya dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu
:
a.
Di lingkungan keluarga
1. Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama
Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Allah di dalam kegiatan
sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan sholat berjamaah, pengajian Al-Qur'an, keteladanan akhlak mulia, ucapa-ucapan serta
doa-doa tertentu misalnya mengucapkan salam ketika akan masuk rumah dan pergi.
2.
Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis
Dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan waktu terluang untuk berkumpul bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu

sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan.
3.
Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga
lainnya di rumah tangga dalam mendidik
anak-anak
Perbedaan norma dalam cara mengatur anak-anak akan menimbulkan keraguan mereka dan pada gilirannya menimbulkan sikap
negatif pada anak dan remaja.
4.
Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak
Kasih sayang yang wajar bukan lah dalam rupa materi berlebihan,akan tetapi dalam bentuk hubugan psikologis dimana orang tia
dapat memahami perasaan anaknya dan mampu mengantisipasinya dengan cara-cara eduaktif.
5.
Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak
Memberikan perhatian kepada anak berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua dan kewibawaan akan menimbulkan sikap
kepenurutan yang wajar pada anak didik. Sikap kepenurutan yang wajar itu akan menimbulkan kata hati pengganti dalam diri anak
6. Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.
b.
Di lingkungan sekolah
a.
Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid
Untuk memahami aspek-aspek psikis murid, guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan,
bimbingan dan konseling, serta ilmu mengajar ( didaktik ? metodik ). Dengan adanya ilmu-ilmu tersebut maka teknik pemahaman
individu murid akan lebih objektif sehingga memudahkan guru memberikan bantuan kepada murid-muridnya.
b.
Mengintensifikasikan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul
secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
c.
Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru
untuk mengelola bagian ini.
d.
Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru
Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan
kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.
e.
Melengkapi fasilitas pendidikan
Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah.
f.
Perbaikan ekonomi guru
Jika gaji guru kecil, besar kemungkinan ia mencari tambahan di luar sekolah, seperti berdagang, menghonor di sekolah-sekolah lain
atau bolos untuk mengurus keperluan di rumah. Jika gaji guru cukup dan mempunyai pula rumah yang layak, tentu ia mempunyai
waktu untuk memikirkan tugasnya sebagai seorang guru dan akan mempunyai kesempatan untuk membina diri sendiri seperti
memiliki buku-buku, berlangganan koran dan mengikuti kursus-kursus.
c.
Di lingkungan masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga setelah rumah dan sekolah. Ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam
mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan.Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang
pula.pendidikan di masyarakat biasanya diabaikan orang.karena banyak orang berpendapat bahwa jika anak telah disekolahkan
berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal pendidikan.
2. Upaya Kuratif
Yang dimaksud dengan upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja adalah upaya antisipasi terhadap
gejala-gejala kenakalan tesebut, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Upaya kuratif sacara formal
dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan Negri. Sebab jika terjadi kenakalan remaja bearti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

dapat merugikan diri mereka dan masyarakat.
Upaya kuratif secara formal memang sudah jelas tugas yang berwajib, dalam hal ini polisi dan kehakiman. Akan tetapi anggota
masyarakat juga bertanggung jawab mengupayakan pembasmian kenakalan di lingkungan mereka di RT, RW dan Desa. Sebab jika
mereka membiarkan saja kenakalan terjadi disekitarnya, berarti mereka secara tidak sengaja merusak lingkungan masyarakat itu
sendiri.
3.
Upaya Pembinaan
Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :
a.
Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan, dilaksanakan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Pembinaan
seperti ini yelah diungkapkan pada upaya preventif yaitu upaya menjaga jangan sampai terjadi kenakalan remaja.
b.
Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenaklan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena
kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalannya.
PERAN YANG DAPAT DILAKUKAN PGRI DALAM MENANGGULANGI MASALAH PERKELAHIAN PELAJAR
Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru
taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai
perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan citi-cita perjuangan bangsa (Hermawan S.,1989).
Adapun tujuan dari PGRI yaitu:
a.
Untuk menjujung tinggi martabat profesi
b.
Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
c.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d.
Untuk meningkatkan mutu profesi
e.
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Dalam kaitan dalam pengembangan professional guru PGRI sampai saat ini masih mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam
merencanakan dan melakukan program-program peningkatan mutu lainnya. PGRI belum banyak merencanakan dan melakukan
program atau kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan cara mengajar, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan guru,
peningkatan kualifikasi guru.
Organisasi merupakan suatu sistem, di mana unsure pembentukannya adalah guru-guru.Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai
dengan tujuan system,baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam hak.
Adapun yang dapat dilakukan oleh PGRI dalam menanggulangi masalah perkelahian pelajar yaitu :
Disini PGRI sebagai suatu sistem di mana unsur yang pertama adalah guru.Guru sebagai pendidik ,memberi arahan dan dorongaan
kepada anak didik dan guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu tertentu antara
lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan konseling, serta ilmu mengajar ( didaktik ? metodik ). Dengan adanya ilmu-ilmu
tersebut maka teknik pemahaman individu murid akan lebih objektif sehingga memudahkan guru memberikan bantuan kepada
murid-muridnya.
Jadi lewat organisasi PGRI ini guru dibimbing lagi untuk dapat memberi arahan kepada siswa agar tidak terjerumus ke hal-hal yang
tidak di inginkan.Mengingat keberadaan guru BK sangat terbatas keberadaannya maka guru mata pelajaran pun harus dapat
memberi arahan kepada siswa,serta lebih peka terhadap siswa yang bermasalah.Selain itu PGRI dapat melakukan hal-hal berikut ini
:
a.
Mengintensifikasikan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul
secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
b.
Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru
untuk mengelola bagian ini.
c.
PGRI mengupayakan adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru Melalui organisasi profesi PGRI ini
akan menimbulkan kekompakan Guru dengan guru dalam membimbing murid-murid.
d.
Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya
kenakalan.
e.
Mengupayakan melengkapi fasilitas pendidikan
Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan
dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah.
f.
Mengupayakan Perbaikan ekonomi guru
Jika gaji guru kecil, besar kemungkinan ia mencari tambahan di luar sekolah, seperti berdagang, menghonor di sekolah-sekolah lain
atau bolos untuk mengurus keperluan di rumah. Jika gaji guru cukup dan mempunyai pula rumah yang layak, tentu ia mempunyai

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:18:21 2017 / +0000 GMT

waktu untuk memikirkan tugasnya sebagai seorang guru dan akan mempunyai kesempatan untuk membina diri sendiri seperti
memiliki buku-buku, berlangganan koran dan mengikuti kursus-kursus.
g.
Upaya Pembinaan
Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :
·
Pembinaan terhadap pelajar yang tidak melakukan kenakalan di laksanakan di sekolah. Pembinaan seperti ini merupakan
upaya menjaga jangan sampai terjadi perkelahian pelajar.
·
Pembinaan terhadap pelajar yang telah mengalami tingkah laku kenakalan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena
kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan adanya PGRI ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pelajar yang ada di seluruh Indonesia.Dan
sekaligus dapat menanggulangi permasalahan yang di hadapi siswa atau guru seperti menanggulangi permasalahan tawuran antar
pelajar yang sedang marak saat ini di mana peran guru sangat penting.Mengingat bahwa pendidikan itu sangat lah penting dimana
pendidikan merupakan tiang suatu bangsa atau Negara,hancur tidaknya suatu Negara berdasarkan pendidikan di Negara itu.
Pendidikan di tujukan untuk memperbaiki perilaku yang tidak sesuai dimana pendidikan mengarah pada perubahan yang tentunya
perubahan yang lebih baik.Dengan membudayakan hidup damai maka peluang untuk melakukan aksi perkelahian atau tawuran
sangatlah kecil.
Karena para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang
mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan
dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan.
Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/?/Intervensi_Sosial_Tawuran_Pelajar.pdf
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/02/11592356/Kompleksitas.Tawuran.Pelajar
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/
http://www.anneahira.com/narkoba-index.htm
http://afdhalrizqi.wordpress.com/2011/04/21/budaya-tawuran-di-indonesia/
http://c3i.sabda.org/bimbingan_konseling_bagi_anak_yang_suka_tawuran
Hermawan S, R. 1997. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Guru Indinesia.
Jakarta: PT, MargiWahyu.
PGRI. 1973.Buku Kenang-Kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25 November 1973 dan Hut
PGRI XXIII. Jakarta : PGRI.
Http:// PGRI.com
Http:// Peran PGRI.com
Http:// Tawuran Antar Pelajar.com

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/6 |