Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015 T1 362012014 BAB IV

BAB IV
GAMBARAN UMUM TARIAN DOLALAK
4.1 Sejarah Purworejo
Sejak jaman dahulu wilayah Kabupaten Purworejo lebih dikenal sebagai
wilayah Tanah Bagelen. Kawasan yang sangat disegani oleh wilayah lain, karena
dalam sejarah mencatat sejumlah tokoh. Misalnya dalam pengembangan agama
islam di Jawa Tengah Selatan, tokoh Sunan Geseng dikenal sebagai muballigh
besar yang meng-Islam-kan wilayah dari timur sungai Lukola dan pengaruhnya
sampai ke daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang.
Dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para Kenthol Bagelen adalah
pasukan andalan dari Sutawijaya yang kemudian setelah bertahta bergelar
Panembahan Senapati. Dalam sejarah tercatat bahwa Kenthol Bagelen sangat
berperan dalam berbagai operasi militer sehingga nama Bagelen sangat disegani.
Paska Perang Jawa, kawasan Kedu Selatan yang dikenal sebagai Tanah Bagelen
dijadikn Karesidenan Bagelen dengan Ibukota di Purworejo, sebuah kota baru
gabungan dari 2 kota kuno, Kedungkebo dan Brengkelan.
Pada periode Karesidenan Bagelen ini, muncul pula tokoh muballigh Kyai
Imam Pura yang punya pengaruh sampai ke Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula tokoh Kyai Sadrach,
penginjil Kristen plopor Gereja Kristen Jawa (GKJ).
Dalam perjalanan sejarah, akibat ikut campur tangannya pihak Belanda dalam

bentrokan antara para bangsawan kerajaan Mataram, maka wilayah Mataram
dipecah mejadi dua kerajaan. Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Tanah Bagelen akibat Perjanjian Giyanti 13 pebruari 1755 tersebut sebagai
wilayah Negara Gung juga dibagi, sebagian masuk ke Surakarta dan sebagian lagi
masuk ke Yogyakarta, namun pembagian ini tidak jelas batasnya sehingga oleh
para ahli dinilai sangat rancu diupamakan sebagai campur baur seperti “rujak”.
Pada masa Perang Diponegoro (1825-1830) Bagelen merupakan salah satu
medan pertempuran yang besar. Perlawanan melawan Belanda dilakukan di

31

banyak tempat di daerah Bagelen. Perlawanan melawan Belanda dilakukan di
banyak tempat di daerah Bagelen.
Kolonial Belanda yang pernah menduduki daerah Bagelen atau Purworejo
sejak berakhirnya perang Diponegoro, banyak memberikan peninggalanpeninggalan baik yang berupa fisik maupun non-fisik. Peninggalan non-fisik
seperti sikap dan gaya hidup masyarakat Purworejo. Dengan bergaya seperti opsir
Belanda dan dengan percakapan bahasa Melayu ini yang dikemudian menjiwai
dalam seni pertunjukan Dolalak.
4.2 Gambaran Umum Tari Dolalak
Kesenian Dolalak sebagai pertunjukan rakyat, merupakan hasil ciptaan

seniman, dalam mengungkapkan isi pandangan dan tanggapannya terhadap
lingkungan ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkan dengan indera (Dr Nanik
Sri Prihatini: 27).
Sejarah terciptanya tarian Dolalak yang kemudian menjadi tarian khas
Purworejo ini, konon bermula dari peniruan oleh beberapa penggembala terhadap
gerakan tarian dansa serdadu Belanda. Penamaan Dolalak sendiri diambil dari
dominannya notasi nada do-la-la yang dinyanyikan serdadu Belanda untuk tarian
dansa mereka. Ketika pertama kali tercipta, tarian Ndolalak tidak diiringi dengan
peralatan instrumen musik, namun menggunakan nyanyian yang dilagukan oleh
para pengiringnya. Lagu-lagu yang dicipta biasanya bernuansakan romantis
bahkan ada yang erotis. Nyanyian tersebut dinyanyikan silih berganti atau
terkadang secara koor bersama.
Dalam perkembangannya, iringan musik tarian Dolalak menggunakan
instrumen musik jidur, terbang, kecer, dan kendang. Sedangkan, untuk iringan
nyanyian menggunakan syair-syair dan pantun berisi tuntunan dan nasihat. Isi
syair dan pantun yang diciptakan merupakan campuran dari bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia sederhana. Untuk kostumnya, penari Dolalak mengenakan
layaknya pakaian serdadu Belanda, yaitu pakaian lengan panjang hitam dengan
pangkat di pundaknya, topi pet, dan kacamata hitam. Tarian Dolalak semula
ditarikan oleh para penari pria. Namun dalam perkembangannya, sejak tahun 1976

32

Dolalak ditarikan oleh penari wanita. Kini hampir di tiap grup Dolalak di
Purworejo semua penarinya adalah wanita. Jarang sekali kini ditemui ada grup
Dolalak dengan penari pria.
Mengamati keunikan tari Dolalak, layaklah bila banyak yang mencari tahu
cerita tentang perkembangannya. Dari pelacakan para budayawan ditemukan
beberapa perbedaaan karakter pembawaannya sesuai dengan kelompok usia dan
perkembangan zaman yang tetap berakar pada tradisi yang kental. Kesenian tari
Dolalak tumbuh dan berkembang dengan pesat di desa Kaliharjo, Kec.
Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Daerah ini merupakan pusat perkembangan
seni tari Dolalak karena secara turun-temurun, anak-beranak penduduk Kaliharjo
tetap mencintai dan menjaga kelestariannya. Hingga kini di desa Kaliharjo
kehidupan berkesenian kaum tua, dewasa, remaja, dan anak-anak tidak dapat
dipisahkan dari Dolalak.
4.3 Perkembangan Fungsi Tarian Dolalak (1968 – Hingga Kini)
Berdasarkan hasil wawancara serta data dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dr Nanik Sri Prihatini (hal 80-81), berikut perkembangan dari fungsi Tarian
Dolalak dari tahun 1968 hingga kini:
a.


Periode 1968 – 1980
Pada awal mula Dolalak yang ada berfungsi sebagai bentuk interaksi

masyarakat Purworejo, pada periode 1968 – 1980 tarian Dolalak berkembang
menjadi fungsi pendidikan dan fungsi propaganda sebagai salah satu politik
pemerintah Orde Baru. Dolalak sebagai bentuk interaksi sosial mempunyai tujuan
seperti halnya mensukseskan Keluarga Berencana (KB), memasyarakatkan P4.
b. Periode 1980 – 1990
Perkembangan berikutnya pada periode tahun 1980-1990, fungsi tarian
Dolalak telah berkembang lagi. Dengan adanya campur tangan pemerintah,
kaitannya dalam pembinaan kesenian, Dolalak selain mempunyai fungsi-sungsi
yang telah disebutkan, pada periode ini sudah digunakan sebagai menteri festival
di tingkat daerah maupun nasional. Dengan adanya festival tersebut, membuat tari

33

Dolalak lebih dikenal masyarakat Purworejo dan dapat meningkatkan rasa
memiliki tari Dolalak sebagai ciri khas atau jati diri kesenian daerah Purworejo.
c. Periode 1990 - 1999

Perkembangan yang selanjutnya terjadi pada periode tahun 1990-1999,
Dolalak tidak sekedar dimaknai sebagai wadah interaksi sosial dan jati diri
masyarakat Purworejo. Namun perkembangan pada periode 1990 – 1999 menjadi
fungsi komersil sudah mulai muncul dalam kehidupan kesenian Dolalak
khususnya Dolalak wanita, yaitu pada para senimannya Tarian Dolalak yang di
tarikan oleh penari putri lebih dikenal dengan Dolalak versi Mlaranan
4.4 Dolalak Mlaranan
Awal mula Tari Dolalak Mlaranan lebih dikenal dengan Dolalak versi
Logungan. Dinamakan Logungan karena dolalak ini dahulu pertama ada di daerah
Logung, Desa Pucang Agung, Kec. Mbayan kabupaten Purworejo. Ada salah satu
tokoh Dolalak dari desa mlaranan belajar dolalak di Logung, akhirnya hasil
belajar itu dikembangan di Desa Mlaranan. Pada sekitar tahun 1980, Dolalak
Mlaranan menjadi favorite di kabupaten Purworejo. Sehingga dikenal masyarakat
banyak, yang semula gaya Logungan menjadi gaya Mlaranan. Nama tokoh
dolalak mlaranan Mbah Hadiwarno, Bapak Pudjosanyoto, Bapak Karyadi. Namun
sekarang yang masih eksis bergerak adalah grup Dolalak mbah Hadiwarno di Sri
Mulyo.
Versi Dolalak Mlaranan pada awal perkembangannya ditahun ditarikan
oleh penari putra (1980-1999). Namun karena kurangnya daya tarik penonton
yang dapat kurang bersimpatik terhadap tarian Dolalak, akhirnya dirubah menjadi

penari putri. Dolalak versi Mlaranan adalah yang pertama kali membentuk penari
putri di kabupaten Purworejo. Dolalak putri Mlaran yang dikenal masyarakat, lalu
dilengkapi organ sebagai musik pengiringnya. Untuk kostum pada awal mula
Dolalak lengan panjang warna hitam dan celana dibawah lutut, namun setiap
pelaku dolalak mempunyai trik untung merebut perhatian massa. “ Untuk merebut
hati para penonton kemudian celana berada diatas lutut dan ketat. Sehingga
menimbulkan istilah “sawer” untuk pelaku tari Dolalak Mlaranan, dan bukan khas
34

Mlaranan. Namun jujur sebagai pamong budaya sekaligus pelaku Saya merasa
prihatin”, ungkap Bapak Wardoyo selaku pamong budaya dan pelaku tarian
Dolalak1.
“Alat musik pengiring Dolalak yang dahulunya memakai terbang, jidur,
kendhang, bedhug sekarang menjadi organ, gitar bass, kendhang jaipong, dan
drum. Dan syair lagu awalnya diambilkan dari syair-syair berjanji (Sholawat
dalam Alquran) namun kurang daya tarik lalu jadi syair pantun yang menarik para
penonton”, jelas Bapak Wardoyo. Hal ini diperkuat oleh Ibu Untari selaku
Pamong Budaya dan Pelatih Tari Dolalak, “ selain yang dikatakan Bapak
Wardoyo lagu yang digunakan untuk mengiringi Tari Dolalak adalah lagu yang
ngetrend di dalam masyarakat”.

Dolalak mlaranan digemari masyarakat sehingga masyarakat tertarik dan
belajar di grup mlaranan, bisa jadi masyarakat pituruh belajar mlaranan. Banyak
wilayah yang belajar ke Mlaran seperti pituruh, kemiri, ngombol, mereka
mengembangan sendiri sendiri akhirnya berkembang, gebang, kutuarjo, gebang .
Selain itu dolalak memiliki seni hiburan dengan adanya trance atau
kesurupan. Dengan memakai kacamata hitam dan meminta permintaan yang anehaneh seperti meminta makan kembang melati, makan beling seperti kuda lumping
juga. Namun dulu tarian Dolalak dengan keadaan trance itu dilakukan agar tarian
Dolalak yang bersifat tradisional dapat membawa unsur magis dalam setiap
pementasannya. “Namun saat ini dolalak dengan trance terkesan dibuat-buat
dengan memanggil jin dan terkadang ada yang berpura-pura kesurupan”, jelas
Bapak Wardoyo.

1

Hasil Wawancara Dengan Bapak Wardoyo DaN Ibu Untari (Sabtu, 23/01/2016)

35

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015 T1 362012014 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015 T1 362012014 BAB II

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015 T1 362012014 BAB V

0 3 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015 T1 362012014 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Bentuk Sajian Tari Dolalak Mlaranan Periode 1980-2015

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB II

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB IV

0 0 16

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Seni Tari Prajuritan di Desa Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga T1 BAB IV

0 2 27