Tingkat Kecemasan Dental Pasien Sebelum Tindakan Pencabutan Gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Maranatha.

(1)

iv ABSTRAK

Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu perawatan gigi yang dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Maranatha. Prosedur pencabutan sering menjadi pencetus terjadinya kecemasan dental. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan dental pasien sebelum tindakan pencabutan gigi yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 9 pertanyaan. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah responden 32 pasien.

Hasil penelitian yang didapat menunjukan bahwa tingkat kecemasan pasien sebelum dilakukan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha 81,3% pada tingkat kecemasan sedang.

Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.


(2)

ABSTRACT

Tooth extraction is one of the dental treatment done in Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Maranatha. Tooth extraction frequently can create dental anxiety. The purpose of this study is to know the stage of dental anxiety before receiving tooth extraction from Student of Dental Profession Program RSGM Maranatha. The method used in this study was descriptive method, and used questionnaires containing 9 questions as the instrument. The sampling technique used was accidental sampling with 32 patients as responders.

The result obtained show that the stage of dental anxiety before receiving extraction from Student of Dental Profession Program RSGM Maranatha was 81,3% on medium stage.

Key words: dental anxiety, tooth extraction, student of dental profession program, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.


(3)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Teks Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran... 8

Gambar 2.1 Periodontitis... 17

Gambar 2.2 Gigi Overerupted... 17

Gambar 2.3 Impaksi Gigi... 18

Gambar 2.4 Gigi Desidual yang Tertahan... 18

Gambar 2.5 Gigi pada Garis Fraktur... 19

Gambar 2.6 Gigi dengan Fraktur Akar... 19

Gambar 2.7 Fragmen Akar... 21

Gambar 2.8 Tang Cabut #150... 23

Gambar 2.9 Tang Cabut #286... 23

Gambar 2.10 Tang Cabut #65... 23

Gambar 2.11 Tang Cabut #53R... 23

Gambar 2.12 Tang Cabut #53L... 24

Gambar 2.13 Tang Cabut #151... 24

Gambar 2.14 Tang Cabut #23... 25

Gambar 2.15 Elevator #301... 26

Gambar 2.16 Elevator #34s... 26


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR DIAGRAM... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 4

1.4.1. Manfaat Akademis... 4

1.4.2. Manfaat Praktis... 5

1.5. Landasan Teori... 5


(5)

x

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Pendidikan Dokter Gigi... 10

2.2. Standar Kompetensi Dokter Gigi... 10

2.3. Pencabutan Gigi... 16

2.3.1. Definisi... 16

2.3.2. Indikasi Pencabutan Gigi... 16

2.3.3. Prinsip Pencabutan Gigi……… 21

2.3.4. Instrumentasi Pencabutan Gigi... 22

2.3.5. Anestesi untuk Pencabutan Gigi... 26

2.3.6. Teknik Pencabutan Gigi... 27

2.3.7. Prosedur Pencabutan Gigi... 30

2.3.8. Komplikasi Pencabutan Gigi... 31

2.4. Kecemasan... 32

2.4.1. Definisi Kecemasan... 32

2.4.2. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecemasan... 35

2.4.3. Manifestasi Klinis... 37

2.4.4. Tingkat Kecemasan………... 37

2.5. Kecemasan Dental... 38

2.5.1. Definisi Kecemasan Dental... 38

2.5.2. Psikodinamik Kecemasan Dental... 39


(6)

2.5.4. Akibat dan Komplikasi Kecemasan Dental... 41

2.5.5. Penanganan Kecemasan Dental……… 42

BAB III METODE PENELITIAN... 45

3.1. Metode Penelitian... 45

3.1.1. Jenis Penelitian... 45

3.2. Subjek Penelitian... 45

3.3. Variabel Penelitian... 47

3.4. Definisi Operasional Variabel... 48

3.5. Alat dan Bahan Penelitian... 48

3.6. Prosedur Penelitian... 48

3.7. Pengumpulan Data... 49

3.8. Uji Validitas dan Reabilitas………. 49

3.8. Metode Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53

4.1. Hasil... 53

4.1.1. Karakteristik Responden... 53

4.1.2. Tingkat Kecemasan Dental... 55

4.1.3. Tabulasi Silang Kecemasan Dental……….. 56


(7)

xii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 68

5.1. Simpulan... 68

5.1.1. Simpulan Umum... 68

5.1.2. Simpulan Tambahan... 68

5.2. Saran... 69

5.2.1. Saran Akademis... 70

5.2.2. Saran Praktis... 70

DAFTAR PUSTAKA... 71

LAMPIRAN... 74


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Teks Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian 74

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 75

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas 79

Lampiran 4 Hasil Jawaban Kuesioner 80


(9)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Teks Halaman

Tabel 3.1 Operasional Variabel 47

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin... 54 Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan... 54 Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan... 54 Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir... 54 Tabel 4.5 Tingkat Kecemasan... 56 Tabel 4.6 Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin……… 56 Tabel 4.7 Tingkat Kecemasan dengan Pekerjaan……….. 57 Tabel 4.8 Tingkat Kecemasan dengan Pendidikan Terakhir………….. 57

Tabel 4.9 Tingkat Kecemasan dengan Usia……….. 57

Tabel 4.10 Tingkat Kecemasan dengan Orang yang Mudah Cemas…… 58 Tabel 4.11 Tingkat Kecemasan dengan Keyakinan Terhaadap Gender

Dokter Gigi……….. 58

Tabel 4.12 Tingkat Kecemasan dengan Usia Dokter Gigi……….. 58 Tabel 4.13 Tingkat Kecemasan dengan Pengalaman dirawat Mahasiswa 59 Tabel 4.14 Tingkat Kecemasan dengan Mahasiswa Program Profesi


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut pada tahun 2013. Diantara mereka, terdapat 31,1% yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9% lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara keseluruhan keterjangkauan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi hanya 8,1%.1

Pendidikan dokter gigi di Indonesia terdiri atas tahap akademik dan tahap profesi. Berdasarkan DIKTI tahap profesi merupakan pendidikan setelah pendidikan sarjana kedokteran gigi yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi klinik tertentu yang mencakup pembinaan sikap dan perilaku profesional sesuai dengan standar kompentensi dokter gigi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Gigi Indonesia, untuk meraih gelar dokter gigi. Tahap profesi ini diselenggarakan pada sebuah wahana pendidikan klinis di sebuah sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut berbentuk rumah sakit.2 Menurut Konsil Kedokteran Indonesia, pada tahapan profesi mahasiswa dituntut untuk melakukan perawatan bedah sederhana, salah satunya melakukan pencabutan gigi sulung dan permanen.3


(11)

2

Kecemasan masyarakat untuk mengunjungi dokter gigi merupakan masalah yang sangat umum. Survei penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 45 juta penduduk Amerika sangat cemas dan takut untuk berkunjung ke dokter gigi, sementara 23 juta penduduk lainnya menyatakan fobia dan menolak mengunjungi dokter gigi karena ketakutannya. Kecemasan berkunjung ke dokter gigi tidak berhubungan dengan tingkatan sosial ekonomi, dan dapat muncul pada berbagai kalangan usia.4

Rasa cemas saat perawatan gigi telah menempati urutan ke-5 dalam situasi yang secara umum dianggap mencemaskan. Kecemasan pada pasien dapat merugikan kesehatan gigi dan mulut, yang dapat menyebabkan rendahnya status kesehatan gigi dan mulut. Orang yang memiliki pengalaman rasa cemas yang tinggi terhadap perawatan gigi memiliki tingkat kesehatan gigi dan mulut yang rendah.5 Sedangkan bagi dokter gigi yang menangani kecemasan pada pasien akan berdampak pada kinerja dan keberhasilan tindakan perawatan gigi dalam hal ini pencabutan gigi.6

Penelitian yang dilakukan oleh Wardle (1982) menunjukkan bahwa prosedur pencabutan gigi merupakan pencetus pertama kecemasan dental seseorang. Kecemasan pada prosedur ekstraksi gigi sering disebabkan oleh penggunaan benda-benda tajam seperti jarum, elevator (bein) dan tang, yang dimasukkan secara berurutan maupun bergantian ke dalam mulut.7

Dari penelitian tentang kecemasan sebelum pencabutan yang dilakukan di Manado, menunjukan tingkat kecemasan rendah.5 Terdapat hubungan antara kecemasan dan ketidakpuasan pasien terhadap perawatan gigi. Beberapa studi


(12)

3

menunjukan bahwa pasien dengan kecemasan dental yang tinggi sudah memperkirakan bahwa perawatan akan tidak menyenangkan, sehingga cenderung kurang berpikir positif tentang dokter gigi, selain itu jika persepsi pasien tentang kompetensi dokter gigi kurang baik maka akan semakin meningkatkan tingkat kecemasan pasien.4 Minimnya pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa program profesi membuat masyarakat khawatir untuk berobat ker rumah sakit pendidikan karena beranggapan dijadikan sebagai kelinci percobaan.8 Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kecemasan pasien untuk melakukan perawatan pada mahasiswa program profesi.

RSGM Maranatha merupakan salah satu Rumah Sakit dan Mulut Pendidikan (RSGMP) yang terhitung baru di kota Bandung, dimana penelitian mengenai tingkat kecemasan dental belum pernah dilakukan. Dari wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada pasien yang akan melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi RSGM Maranatha, beberapa pasien beranggapan bahwa mereka adalah pasien uji coba mahasiswa sebelum menjadi dokter gigi, dan adanya sedikit keraguan akan kompetensi yang dimiliki karena masih minimnya pengalaman dalam menangani pasien. Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pasien yang akan dilakukan tindakan pencabutan oleh mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi RSGM Maranatha.


(13)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan pada latar belakang, maka identifikasi masalah yang akan diteliti, adalah tingkat kecemasan pasien yang akan mendapatkan tindakan pencabutan gigi oleh mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi RSGM Maranatha.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien yang akan mendapatkan tindakan pencabutan gigi dari mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi RSGM Maranatha.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran gigi bagi mahasiswa program studi, program profesi dan akademisi lainnya mengenai tingkat kecemasan dental pasien pada tindakan pencabutan gigi yang dilakukan oleh mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi RSGM Maranatha.

2. Menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kecemasan dental pasien sebelum pencabutan gigi.


(14)

5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi pada mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi mengenai gambaran tingkat kecemasan pasien yang akan mendapatkan tindakan pencabutan gigi oleh mahasiswa program profesi dokter gigi di RSGM Maranatha.

2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi dan tenaga medis lainnya di RSGM Maranatha mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dental pasien agar dapat melakukan tindakan pencegahan .

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi dalam menangani tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan pencabutan gigi agar menciptakan kerjasama yang baik antara pasien dan mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi.

1.5 Landasan Teori

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang dirasakan manusia dan cenderung tidak enak. Menurut Freud, kecemasan dapat dikenali melalui perasaan tidak enak lainnya, seperti marah, duka, ataupun sedih. 9

Kecemasan dapat menyebabkan perubahan psikologis dan perilaku, contohnya palpitasi jantung, gangguan pernafasan, berkeringat, kelelahan, gemetar dan hal serupa lainnya yang menurut Freud merupakan komponen utama dari kecemasan.9 Dalam menghadapi pasien dengan kecemasan dokter gigi biasanya juga menjadi


(15)

6

lebih cemas, sehingga sulit untuk mengatur dan juga memperlama waktu perawatan.10

Kecemasan dental merupakan fenomena kompleks multidimensional dan tidak ada satu variabel yang dapat dihitung menjadi penyebab utamanya. Berdasarkan literatur, sejumlah faktor yang menyebabkan kecemasan dental, yaitu karakteristik personal, ketakutan akan nyeri, trauma terhadap pengalaman dental sebelumnya terutama saat masa kecil, pengaruh dari kecemasan dental anggota keluarga atau kerabat yang takut (belajar dari pengalaman orang lain), dan takut akan darah.11

Beberapa studi menunjukkan bahwa kecemasan dental tergantung pada kesadaran diri saat perawatan. Pada umumnya kesadaran diri didefinisikan sebagai persepsi diri sendiri dan lebih spesifik lagi mengarah untuk berpikir dan mengevaluasi aspek subjektif pada keadaan yang penuh tekanan (seperti rangsangan dental), hal tersebut menjadi alasan bahwa prosedur di dalam mulut diterima dengan penuh tekanan yang dapat menyebabkan gejala akut dari kecemasan seperti was-was, cepat marah, ketegangan dalam menghadapi ancaman dan menghindari perawatan.12

Pasien yang menunggu perawatan pada umumnya cemas. Kecemasan dapat ditingkatkan oleh persepsi pasien tentang ruangan praktik sebagai lingkungan yang mengancam, cahaya, bunyi, dan bahasa teknis yang asing bagi pasien. Menunggu perawatan pada kenyataannya lebih traumatik daripada perawatan itu sendiri sehingga dapat menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien. Selain itu, kecemasan yang dialami oleh pasien akan semakin meningkat apabila adanya


(16)

7

persepsi dari pasien, yaitu keterampilan atau keahlian dokter gigi yang akan melakukan prosedur pencabutan gigi tersebut masih cukup kurang.13 Kecemasan pasien akan meningkat pada situasi-situasi tertentu, contohnya, hubungan komunikasi yang tidak baik antara pasien dan dokter/staf, etika yang tidak baik dari dokter/staf, dokter dan staf yang marah, tidak ada rasa simpati pada pasien, jarum suntik dan teriakan dari pasien lain. Rasa cemas akan lebih meningkat pada waktu penyuntikan.5

Menghadapi pasien dengan kecemasan dapat menghambat dan menghentikan kunjungan yang diperlukan dalam perawatan gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lindsay C. Bare tahun 2004, didapatkan hasil bahwa pasien dengan kecemasan lebih memilih dokter gigi yang ramah, aktif berbicara, pria, menggunakan pakaian formal seperti jas putih, berumur 45 tahun keatas dan memiliki hubungan yang dekat dengan mereka.14


(17)

8

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian yaitu pasien yang akan dilakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa program profesi dokter gigi RSGM Maranatha. Kecemasan Kecemasan sedang Kecemasan tinggi Pasien Diri pasien  Karakteristik personal

 Jenis kelamin

 Usia  Tingkatan pendidikan Situasi  Tampilan ruangan

 Suara pasien lain

 Bau obat-obatan Mahasiswa program profesi dokter gigi  Kompetensi  Keramahan

 Kesan yang diberikan


(18)

9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2014 di RSGM Maranatha Bandung.


(19)

68 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kecemasan dental pasien sebelum tindakan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Simpulan Umum

Sebagian besar pasien yang akan dilakukan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi menunjukan tingkat kecemasan rendah, yang merupakan kecemasan pada tingkat wajar.

5.1.2 Simpulan Tambahan

1. Sebagian pasien wanita lebih mudah cemas dikarenakan sudut pandang psikologis wanita yang berpikir lebih dipengaruhi perasaan. 2. Sebagian besar pasien dengan pendidikan rendah lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yang sudah dapat berpikir secara abstrak, sedangkan pasien dengan pendidikan rendah cenderung berpikir secara konkrit.


(20)

69

3. Sebagian besar pasien usia dewasa muda lebih mudah cemas dibandingkan usia dewasa madya yang lebih stabil dalam menghadapi situasi tertentu.

4. Sebagian besar pasien yang memilih salah satu gender orang yang melakukan perawatan lebih mudah cemas, karena dihadapi dengan ketidakpastian gender dokter Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi yang akan melakukan pencabutan.

5. Sebagian besar pasien yang belum pernah dirawat oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi lebih mudah cemas, hal ini dapat dipengaruhi karakteristik personal dan informasi negatif dari lingkungan.

6. Sebagian besar pasien menunjukan kecemasan yang semakin meningkat ketika dihadapkan dengan prosedur yang melibatkan jarum suntik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kecemasan dental pasien sebelum tindakan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha, dihasilkan saran sebagai berikut:


(21)

70

5.2.1 Saran Akademis

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dibandingkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan melakukan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi dengan dokter gigi dengan meminimalkan faktor-faktor pengganggu.

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti prosedur pencabutan yang paling membuat cemas dan penanganannya.

5.2.2 Saran Praktis

1. Mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi sebaiknya melakukan pendekatan secara psikologi yang lebih mendalam dan memberikan kenyamanan kepada pasien wanita, pasien berusia lebih muda, pasien yang mudah cemas, dan pasien yang belum pernah dirawat oleh dokter gigi muda.

2. Saat mempersiapkan alat-alat pencabutan terutama jarum suntik, sebisa mungkin tidak terlihat oleh pasien dan sebaiknya menggunakan tempat penyimpanan dengan penutup.

3. Suasana ruangan perawatan dibuat senyaman mungkin, kedap suara dan menggunakan dekorasi yang sesuai.

4. Mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi disarankan memberikan kesan yang baik kepada pasien, berpenampilan profesional, murah senyum dan ramah.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. Riset Kesehatan Dasar. 2013.

2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Draft Naskah Akademik Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi

Indonesia. 2011. Available from: URL:

http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/19.2-Draft-Standar-Pendidikan-Dokter-Gigi-2011.pdf

3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi. 2006.

Available from: URL:

http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/Standar_Kompetensi_Dokter_Gigi.pdf pada tanggal 5 april 2014.

4. Camic PM, & Knight Sara. Clinical Handbook of Health Psychology. Canada: Hogrefe & Hube. 2003. p. 101-106.

5. Kandou L, Anindita P, Mawa M. Gambaran Tingkat Kecemasan pasien Usia Dewasa pra Tindakan Pencabutan Gigi di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2013.

6. Boky H, Mariati , Maryono J. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Dewasa terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Univesitas Sam Ratulangi. 2013.

7. Tangkere H, Opod H, Supit A. Gambaran Kecemasan Pasien Saat Menjalani Prosedur Ekstraksi Gigi Sambil Mendengarkan Musik Mozart di Puskesmas. Jurnal e-Gigi, Volume 1, Nomor1. 2013.p. 69-78.

8. Ari, dkk. Pasien Rawan Jadi Kelinci Percobaan. 2012. Available from: URL: http:// sumutpos.co/2012/02/26632/pasien-rawan-jadi-kelinci-percobaan

9. Spielberger, Charles. Anxiety; Current Trends in Theory and Research. Newyork: Academic Press. 1972.p. 23-49


(23)

72

11.Hmud R, Walsh LJ. Dental Anxiety: Causes, Comcplications and Management Approaches. Journal of Minimum Intervention In Dentistry. 2009.

12.Settineri S, Mallamace D, Muscatello M, Zoccali R, Mento C. Dental Anxiety, Psychiatry and Dental Treatment: How are they linked?. Open Journal of Psychiatry. 2013. p. 168-172.

13.Permatasari, R. Hubungan Kecemasan Dental dengan Perubahan Tekanan Darah Pasien Ekstraksi Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) HJ. Halimah Dg. Sikati Makassar. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 2013

14.Bare L, Dundes L. Strategies for Combating Dental Anxiety. Journal of Dental Education. vol 68. 2004.

15.Balaji S M. Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. 2nd ed. India : Elsevier. 2013. p. 317-343

16.Dym Harry, Ogle Orrett E. Atlas of Minor Oral Surgery. Philadelphia : Saunders Company. 2001. p. 69-79

17.Hollins Carole. Basic Guide to Dental Procedures. United Kingdom : Blackwell. 2008. p. 79-85

18.Spielberger, Charles. D. Anxiety and Behavior. New York and London : Academic Press. 1966.

19.Trimiasti. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjiato Yogyakarta. Jurnal PSYCHE. 2004.

20.Rachman, S. Anxiety. UK : Psychology Press Ltd. 1998.

21.Lazarus, Richard S. Patterns of Adjustment. 3rd edition. Japan: International Student Edition. 1971.

22.Atkinson R, Richard C, Smith E, Bem D J. Pengantar Psikologi. Edisi ke-11, jilid 2. Batam : Interaksara. 2005.


(24)

73

23.Goldstein A P, Krasner L, Garfield S L. Psychology Practitioner Guidebooks. New York: Pergamon Press. 1988.

24.Rycroff, Charles. Anxiety and Neurosis. London: Penguin Books Ltd. 1973.

25.Stuart, G. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 1998.

26.Leal S C, Abreu D M, Frencken Jo E. Dental Anxiety and Pain Related to ART. Journal of Applied Oral Science. Vol 17. 2009. p. 84-8.

27.Rubin J, Slovin M, Krochak M. The Psychodynamic of Dental Anxiety and Dental Phobia. Journal Dental Clinics of North America. Vol 32. 1988. 28.R Hmud, LJ Walsh. Dental Anxiety: Causes, Complication and Management

Approaches. Journal of Minimum Intervention in Dentistry. 2009. 29.Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2004

30.Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. p. 115-168

31.Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. p. 146-171


(1)

68 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kecemasan dental pasien sebelum tindakan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Simpulan Umum

Sebagian besar pasien yang akan dilakukan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi menunjukan tingkat kecemasan rendah, yang merupakan kecemasan pada tingkat wajar.

5.1.2 Simpulan Tambahan

1. Sebagian pasien wanita lebih mudah cemas dikarenakan sudut pandang psikologis wanita yang berpikir lebih dipengaruhi perasaan. 2. Sebagian besar pasien dengan pendidikan rendah lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yang sudah dapat berpikir secara abstrak, sedangkan pasien dengan pendidikan rendah cenderung berpikir secara konkrit.


(2)

3. Sebagian besar pasien usia dewasa muda lebih mudah cemas dibandingkan usia dewasa madya yang lebih stabil dalam menghadapi situasi tertentu.

4. Sebagian besar pasien yang memilih salah satu gender orang yang melakukan perawatan lebih mudah cemas, karena dihadapi dengan ketidakpastian gender dokter Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi yang akan melakukan pencabutan.

5. Sebagian besar pasien yang belum pernah dirawat oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi lebih mudah cemas, hal ini dapat dipengaruhi karakteristik personal dan informasi negatif dari lingkungan.

6. Sebagian besar pasien menunjukan kecemasan yang semakin meningkat ketika dihadapkan dengan prosedur yang melibatkan jarum suntik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kecemasan dental pasien sebelum tindakan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi RSGM Maranatha, dihasilkan saran sebagai berikut:


(3)

70

5.2.1 Saran Akademis

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dibandingkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan melakukan pencabutan gigi oleh Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Dokter Gigi dengan dokter gigi dengan meminimalkan faktor-faktor pengganggu.

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti prosedur pencabutan yang paling membuat cemas dan penanganannya.

5.2.2 Saran Praktis

1. Mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi sebaiknya melakukan pendekatan secara psikologi yang lebih mendalam dan memberikan kenyamanan kepada pasien wanita, pasien berusia lebih muda, pasien yang mudah cemas, dan pasien yang belum pernah dirawat oleh dokter gigi muda.

2. Saat mempersiapkan alat-alat pencabutan terutama jarum suntik, sebisa mungkin tidak terlihat oleh pasien dan sebaiknya menggunakan tempat penyimpanan dengan penutup.

3. Suasana ruangan perawatan dibuat senyaman mungkin, kedap suara dan menggunakan dekorasi yang sesuai.

4. Mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi disarankan memberikan kesan yang baik kepada pasien, berpenampilan profesional, murah senyum dan ramah.


(4)

71

Kesehatan Dasar. 2013.

2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Draft Naskah Akademik Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi

Indonesia. 2011. Available from: URL:

http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/19.2-Draft-Standar-Pendidikan-Dokter-Gigi-2011.pdf

3. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi. 2006.

Available from: URL:

http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/Standar_Kompetensi_Dokter_Gigi.pdf pada tanggal 5 april 2014.

4. Camic PM, & Knight Sara. Clinical Handbook of Health Psychology. Canada: Hogrefe & Hube. 2003. p. 101-106.

5. Kandou L, Anindita P, Mawa M. Gambaran Tingkat Kecemasan pasien Usia

Dewasa pra Tindakan Pencabutan Gigi di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2013.

6. Boky H, Mariati , Maryono J. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Dewasa

terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Univesitas Sam Ratulangi. 2013.

7. Tangkere H, Opod H, Supit A. Gambaran Kecemasan Pasien Saat Menjalani

Prosedur Ekstraksi Gigi Sambil Mendengarkan Musik Mozart di Puskesmas.

Jurnal e-Gigi, Volume 1, Nomor1. 2013.p. 69-78.

8. Ari, dkk. Pasien Rawan Jadi Kelinci Percobaan. 2012. Available from: URL: http:// sumutpos.co/2012/02/26632/pasien-rawan-jadi-kelinci-percobaan

9. Spielberger, Charles. Anxiety; Current Trends in Theory and Research. Newyork: Academic Press. 1972.p. 23-49

10.Hawamdeh S, Awad M. Dental Anxiety: Prevalence and associated factors. European Journal of General Dentistry. Vol 2. 2013.


(5)

72

11.Hmud R, Walsh LJ. Dental Anxiety: Causes, Comcplications and

Management Approaches. Journal of Minimum Intervention In Dentistry.

2009.

12.Settineri S, Mallamace D, Muscatello M, Zoccali R, Mento C. Dental

Anxiety, Psychiatry and Dental Treatment: How are they linked?. Open

Journal of Psychiatry. 2013. p. 168-172.

13.Permatasari, R. Hubungan Kecemasan Dental dengan Perubahan Tekanan

Darah Pasien Ekstraksi Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) HJ. Halimah Dg. Sikati Makassar. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin. 2013

14.Bare L, Dundes L. Strategies for Combating Dental Anxiety. Journal of Dental Education. vol 68. 2004.

15.Balaji S M. Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. 2nd ed. India : Elsevier. 2013. p. 317-343

16.Dym Harry, Ogle Orrett E. Atlas of Minor Oral Surgery. Philadelphia : Saunders Company. 2001. p. 69-79

17.Hollins Carole. Basic Guide to Dental Procedures. United Kingdom : Blackwell. 2008. p. 79-85

18.Spielberger, Charles. D. Anxiety and Behavior. New York and London : Academic Press. 1966.

19.Trimiasti. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor

Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjiato Yogyakarta. Jurnal PSYCHE.

2004.

20.Rachman, S. Anxiety. UK : Psychology Press Ltd. 1998.

21.Lazarus, Richard S. Patterns of Adjustment. 3rd edition. Japan: International Student Edition. 1971.

22.Atkinson R, Richard C, Smith E, Bem D J. Pengantar Psikologi. Edisi ke-11, jilid 2. Batam : Interaksara. 2005.


(6)

23.Goldstein A P, Krasner L, Garfield S L. Psychology Practitioner Guidebooks. New York: Pergamon Press. 1988.

24.Rycroff, Charles. Anxiety and Neurosis. London: Penguin Books Ltd. 1973.

25.Stuart, G. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 1998.

26.Leal S C, Abreu D M, Frencken Jo E. Dental Anxiety and Pain Related to

ART. Journal of Applied Oral Science. Vol 17. 2009. p. 84-8.

27.Rubin J, Slovin M, Krochak M. The Psychodynamic of Dental Anxiety and

Dental Phobia. Journal Dental Clinics of North America. Vol 32. 1988.

28.R Hmud, LJ Walsh. Dental Anxiety: Causes, Complication and Management

Approaches. Journal of Minimum Intervention in Dentistry. 2009.

29.Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2004

30.Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. p. 115-168

31.Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. p. 146-171