Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk dan Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi pada Rotiku.

(1)

viii ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan biaya kualitas dalam menurunkan tingkat kegagalan produk dan meningkatkan efisiensi biaya produksi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi adalah dengan meningkatkan biaya pencegahan dan biaya penilaian serta menurunkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sehingga jumlah biaya kualitas dapat menurun dan biaya produksi ikut menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan masih menghasilkan produk gagal di atas batas toleransi, yang mana ditentukan perusahaan sebesar 5% dari total produksi. Sebagian besar kegagalan produk berasal dari roti rusak. Perusahaan ingin menurunkan batas toleransi tersebut menjadi sebesar 2%. Saat ini unsur biaya kualitas yang terdapat pada Rotiku adalah gaji senior baker, gaji junior baker, gaji kepala bagain produksi, biaya pemeriksaan akhir, biaya karena perusahaan harus memeriksa dan memisahkan roti rusak dan roti panir yang dihasilkan akibat kegagalan produk. Kegiatan-kegiatan untuk menghindari terjadinya kegagalan produk pada Rotiku belum cukup untuk menurunkan tingkat kegagalan produk sampai 2% sehingga efisiensi biaya produksi belum dapat di tekan.

Kata kunci: peranan analisis biaya kualitas, kegagalan produk, efisiensi biaya produksi.


(2)

ix ABSTRACT

This study used descriptive analysis method. The purpose was to analyze the use of quality cost to reduce product defect and increase production cost efficiency. Factor that need to be considered in order to increase the production cost efficiency are to increase both preventive cost and appraisal cost as well as to decrease the internal failure cost and external failure cost so that the total quality cost can be reduced along with the production cost. Study showed that the company is still producing product defect beyond the company tolerance limits which is within 5 % of total production. Product defect mainly came from the damaged breads. The company wants to reduce this limits to within 2 %. Currently, the elements of quality cost of Rotiku consists of senior baker wages, junior baker wages, production superintendent wages, final quality control cost, and cost that appears because of the company need to sort the damaged goods as the result of the product defect. The efforts done to avoid the product defect in Rotiku is currently not enough to reduce the product defect to within 2 % so that the production cost efficiency can be achieved.


(3)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………. iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ……….. ix

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

DAFTAR TABEL ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ……… 4

1.3. Tujuan Penelitian ………. 5

1.4. Manfaat Penelitian ………... 5

1.5. Kerangka Pemikiran ………. 6

1.5.1. Bagan Kerangka Pemikiran ……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 10

2.1. Biaya ……… 10

2.1.1. Pengertian Biaya ……… 10


(4)

ix

2.1.3. Biaya Produksi ………... 11

2.1.3.1. Biaya Bahan Baku Langsung ………12

2.1.3.2. Tenaga Kerja Langsung ………12

2.1.3.3. Biaya Overhead Pabrik ……….12

2.2. Hubungan Antara Analisis Biaya Kualitas Dengan Biaya Produksi ………...13

2.3. Kualitas ……….15

2.3.1. Pengertian Kualitas ………..………...16

2.3.2. Aspek-aspek Kualitas ……….18

2.3.3. Ukuran Kualitas ………..18

2.3.3.1. Ukuran Financial atas Kualitas ……….18

2.3.3.2. Ukuran Nonfinancial atas Kualitas …………...19

2.3.4. Dimensi Kualitas ……….20

2.3.5. Pengendalian Kualitas ……….21

2.3.5.1. Tujuan Pengendalian Kualitas ………...23

2.3.5.2. Alat Pengendalian Kualitas ………...24

2.4. Biaya Kualitas ………...26

2.4.1. Pengertian Biaya Kualitas ………...27

2.4.2. Penggolongan Biaya Kualitas ……….28

2.4.3. Analisis Biaya Kualitas ………...29

2.5. Kegagalan Produk ……….30

2.5.1. Pegertian Kegagalan Produk ………...30

2.5.2. Alat-alat Kegagalan Produk ………31


(5)

ix

2.6. Hubungan Antara Analisis Biaya Kualitas dengan Tingkat

Kegagalan Produk ……….32

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN ……….35

3.1. Metode Penelitian ……….35

3.1.1. Teknik Pengumpulan Data ……….35

3.1.2. Langkah-langkah Penelitian ………...37

3.1.3. Variabel Penelitian ……….38

3.1.4. Waktu Penelitian dan Periode Data yang Digunakan ………..38

3.2. Objek Penelitian ………39

3.2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ………39

3.2.2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Kerja ………39

3.2.3. Aktivitas Perusahaan ………..42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...48

4.1. Pengendalian Kualitas ………...48

4.1.1. Kegiatan Pengendalian Kualitas ……….49

4.1.2. Faktor Penyebab Kegagalan Produk ………...52

4.1.3. Jenis Kegagalan Produk ………..54

4.1.4. Laporan Hasil Evaluasi ………...55

4.1.5. Alat Pengendalian Kualitas ………57

4.2. Biaya-biaya yang Terjadi pada Rotiku ……….60


(6)

ix

4.3.1. Unsur-unsur Biaya Kualitas ………62

4.3.2. Penggolongan Biaya Kualitas ……….64

4.4. Analisis Biaya Kualitas pada Rotiku ………65

4.5. Analisis Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi pada Rotiku ………...67

4.6. Ukuran Nonfinancial atas Kualitas pada Rotiku ………...69

4.7. Tindakan Perbaiakan ……….71

4.7.1. Kegiatan Tindakan Perbaikan ……….71

4.7.2. Analisis Biaya Kualitas dan Tindakan Perbaikan ……...74

4.8. Peran Analisis Biaya Kualitas dalam Menurunkan Kegagalan Produk ……….78

4.9. Peran Analisis Biaya Kualitas dalam Menekan Biaya Produksi ………79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………82

5.1. Kesimpulan ………...82

5.2. Saran ……….86

DAFTAR PUSTAKA ………..88


(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pareto Diagram ………25

Gambar 2.2. Cause-and-Effect Diagram ………...26

Gambar 3.1. Struktur Organisasi ………...47

Gambar 4.1. Pareto Diagram ………59


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Hasil Roti Yang Diproduksi Rotiku Pada Bulan Desember

2013 ………56

Tabel 4.2. Intensitas Kegiatan Produksi Rotiku Pada Bulan Desember

2013 ………57

Tabel 4.3. Biaya Produksi Pada Rotiku Bulan Desember 2013 ………...62 Tabel 4.4. Unsur Biaya Kualitas Pada Rotiku Bulan Desember 2013 ……….64 Tabel 4.5. Biaya Kualitas Rotiku ……….67 Tabel 4.6. Persentase Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi

Desember 2013 ………68

Tabel 4.7. Proporsi Biaya Kualitas Pergolongan Terhadap Biaya

Produksi ………69

Tabel 4.8. Jumlah Kegagalan Produk Sebelum Dan Estimasi Sesudah

Tindakan Perbaikan ……….73

Tabel 4.9. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah

Tindakan Perbaikan ……….76


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas saat ini, perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi untuk dapat bersaing di sektor industrinya untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya. Persaingan yang dihadapi oleh perusahaan bukan hanya berasal dari pesaing local maupun nasional saja, tetapi juga mencakup pesaing-pesaing dari luar negeri. Salah satu strategi yang digunakan perusahaan dengan meningkatkan kualitas produk barang maupun jasa. Sehingga, perusahaan

mampu bertahan dalam persaingan “pasar” yang semakin ketat.

Setiap industri dalam persaingan yang tinggi selalu berkompetisi dengan industri sejenis. Agar dapat bertahan di industri yang dijalankan, perusahaan harus memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya. Perhatian kepada kualitas memberikan dampak positif pada bisnis melalui dua cara, yaitu dampak terhadap biaya-biaya produksi dan dampak terhadap peningkatan pendapatan (Gazpersz.2002:3). Dampak biaya produksi terjadi akibat proses produksi yang memiliki ukuran standar tinggi sehingga dapat menghindari kegagalan produk yang dihasilkan. Sedangkan dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi akibat peningkatan penjualan terhadap produk berkualitas dengan harga yang bersaing.

Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap produk yang dihasilkannya,


(10)

BAB I PENDAHULUAN 2

sehingga produk tersebut menjadi lebih optimal. Dengan adanya peningkatan kualitas produk yang dihasilkan, jumlah produk rusak yang dihasilkan akan semakin berkurang dan laba yang dihasilkan akan terus meningkat dengan bertambahnya jumlah permintaan produk di pasar. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas merupakan biaya kualitas.

Perusahaan dapat menjadikan kualitas produk sebagai kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing secara optimal di sektor industrinya. Dengan adanya kualitas produk yang optimal, akan menciptakan kepuasan bagi pelanggan yang menikmati produk tersebut. Kualitas merupakan derajat atau tingkat kesempurnaan (Hansen dan Mowen, 2009:498).

Menurut Weetman (2010:296), biaya kualitas adalah semua biaya yang muncul dalam mencapai kualitas produk atau jasa. Biaya kualitas dibagi menjadi biaya pencegahan, biaya penilaian serta biaya kegagalan yang meliputi biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya perancangan, pelaksanaan, dan pemeliharaan sistem manajemen mutu terpadu yang meliputi perencanaan mutu, jaminan mutu, percobaan dan penentuan spesifikasi bahan yang masuk, untuk proses dalam operasi bisnis dan untuk produk jadi. Biaya penilaian adalah biaya untuk mengevaluasi pemasok dan memperoleh evaluasi dari pelanggan yang termasuk memeriksa bahan dan persediaan yang masuk, pemeriksaan peralatan dan memperoleh informasi dari pelanggan atas kepuasan terhadap barang dan jasa. Biaya kegagalan terdiri dari biaya kegagalan internal yang merupakan biaya yang dikeluarkan ketika terdeteksi hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, sebelum produk diterima pelanggan. Sedangkan biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi


(11)

BAB I PENDAHULUAN 3

akibat hasil pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan setelah produk diterima pelanggan.

Agar dapat memahami lebih lanjut mengenai penerapan biaya kualitas dalam biaya produksi, perlu dipahami perilaku biaya kualitas tersebut terhadap biaya produksi. Pengendalian kualitas produk yang dihasilkan selalu berdampingan dengan biaya produksi yang harus diperhitungkan oleh perusahaan. Produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan akan menghasilkan produk rusak yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, dan pada akhirnya akan mengeluarkan biaya produksi lebih untuk pengerjaan ulang. Oleh karena itu, biaya kualitas menjadi hal penting yang dapat dipertimbangkan perusahaan dalam mengefisiensikan biaya produksi.

Rotiku merupakan salah satuh perusahaan yang bergerak dalam industri makanan yang mengkhususkan dalam bidang bakery atau roti dan kini memiliki enam cabang yang tersebar di wilayah Bandung. Selain harus bersaing dengan industri makanan khususnya roti lokal, Rotiku juga harus bersaing dengan perusahaan roti milik asing yang telah banyak tersebar di Bandung khususnya. Persaingan yang ketat membuat Rotiku mencari keunggulan perusahaannya agar dapat mempertahankan pelanggan yang ada sekaligus mendapatkan pelanggan baru. Rotiku memfokuskan diri dalam menghasilkan produk roti yang berkualitas dan menjamin kepuasan bagi pelanggannya. Harga yang ditawarkan pun di pertimbangkan sesuai dengan persaingan pasar yang ketat. Hal ini diperoleh melalui analisis biaya kualitas.

Atas dasar uraian tersebut, penulis memilih Rotiku sebagai objek penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan judul “PERANAN ANALISIS


(12)

BAB I PENDAHULUAN 4

BIAYA KUALITAS DALAM MENURUNKAN TINGKAT KERUSAKAN PRODUK DAN MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA ROTIKU”.

1.2.Identifikasi Masalah

Dalam persaingan yang ketat, setiap perusahaan harus memiliki keunggulan yang dapat membedakannya dari perusahaan pesaingnya. Proses produksi adalah salah satu aktivitas yang penting dalam perusahaan manufaktur, yaitu proses mengubah bahan baku (material) menjadi produk jadi (finished goods) dengan tenaga kerja dan fasilitas produksi. Untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan proses produksi yang efisien dan efektif, yang dapat dicapai dengan ditunjang perencanaan dan pengendalian kualitas produk yang optimal. Dengan demikian, perusahaan dapat menekan biaya produksi tanpa harus mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Setiap penyimpangan atau kesalahan yang terjadi selama proses produksi harus diditeksi sedini mungkin untuk mengurangi pemborosan biaya produksi akibat adanya produk rusak. Konsumen akan merasa puas terhadap produksi yang dihasilkan yang dapat meningkatkan jumlah penjualan yang dikarenakan kualitas produk yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di perusahaan Rotiku berkaitan dengan biaya kualitas. Adapun masalah-masalah yang diidentifikasi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan produk dan kualitas produk Rotiku?


(13)

BAB I PENDAHULUAN 5

2. Tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan Rotiku untuk menurunkan tingkat kegagalan produk?

3. Apakah Rotiku telah melakukan analisis biaya kualitas? Bagaimana analisisnya? 4. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan Rotiku untuk meningkatkan efisiensi

biaya produksi dalam meningkatkan penjualan?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Faktor yang menyebabkan kerusakan produk dan kualitas produk Rotiku.

2. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat kegagalan produk. 3. Analisis biaya kualitas yang dilakukan Rotiku.

4. Usaha-usaha yang dilakukan Rotiku untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi dalam meningkatkan penjualan.

1.4.Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dalam kepentingan masing-masing. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Perusahaan. Perusahaan tempat penelitian ini dilakukan dapat memperoleh masukan mengenai biaya yang harus dikorbankan untuk memperoleh hasil produksi dengan tingkat kerusakan produk yang lebih rendah dan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dari biaya-biaya yang telah diketahui, perusahaan dapat mempertimbangkan dan memilih biaya mana yang layak


(14)

BAB I PENDAHULUAN 6

dikeluarkan untuk mendapat hasil maksimal dan mendapatkan timbal balik yang lebih daripada biaya yang dikeluarkan.

2. Penulis. Penulis tidak hanya mempelajari teori-teori yang ada tetapi mempraktekan teori tersebut dan belajar menerapkannya dalam kehidupan nyata di perusahaan sehingga pengetahuan dan pengalaman tersebut dapat meningkatkan wawasan penulis.

3. Peneliti lain. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau sedang melakukan penelirian mengenai peranan analisis biaya kualitas dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi dan menurunkan tingkat kerusakan produk.

4. Akademisi. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal menambah pengetahuan khususnya mengenai biaya kualitas.

1.5.Kerangka Pemikiran

Kualitas merupakan hal yang krusial bagi suatu produk, baik barang maupun jasa. Sejauh mana suatu produk sesuai dengan kebutuhan pemakainya ditunjukan dengan kualitas. Masalah kualitas akan timbul bila suatu produk yang dihasilkan tidak memberikan manfaat atau fungsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

Kualitas suatu produk dapat diukur secara finansial maupun non finansial. Kuantifikasi kualitas ke dalam satuan uang memunculkan adanya istilah biaya kualitas. Yang dimaksud dengan biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen (2004:443) adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 7

Biaya kualitas dapat digolongkan kedalam empat kategori yaitu prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, dan external failure cost adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemen-elemen biaya kualitas baik itu dari segi sifat maupun hubungan antar masing-masing elemen dalam biaya tersebut.

Meningkatnya biaya pencegahan yang dilakukan perusahaan akan menyebabkan aktivitas penilaian ( berupa pengeluaran biaya penilaian ) yang dilakukan juga akan meningkat. Hal itu terjadi akibat kedua biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan satu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Usaha pengendalian kualitas akan mengurangi jumlah produk rusak yang dihasilkan. Dengan berkurangnya jumlah produk rusak yang dihasilkan sebelum samapi ketangan konsumen tentu akan memberikan dampak positif bagi perusahaan. Perusahaan akan dapat melakukan penghematan atas biaya tambahan yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan atau pengerjaan ulang atas produk rusak tersebut. Tentu saja, pengurangan biaya perbaikan pada produk rusak tersebut akan mengakibatkan berkurangnya pengeluaran untuk kegagalan internal maupun eksternal yang terjadi pada perusahaan.

Sementara itu secara tidak langsung dengan berkurangnya pengeluaran biaya kegagalan baik internal maupun eksternal, ini merupakan suatu indikasi produk yang dihasilkan berkualitas telah mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya kualitas produk yang dihasillkan, produk tersebut telah memilki value (nilai) yang tinggi dengan ditandai tingkat kepuasaan pelanggan yang tinggi atas produk tersebut, karena produk tersebut telah di buat sesuai dengan spesifikasi, aturan, dan keinginan pelanggan tentunya.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 8

Dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga memiliki value (nilai) tinggi yang dirasakan oleh pelanggan memungkinkan perusahaan mendapatkan pangsa pasar yang luas. Dengan pangsa pasar yang luas tentu akan meningkatkan pendapatan atau profitabilitas bagi perusahaan. Produk yang berkualitas akan meminimumkan tingkat pengembalian barang yang telah dijual sehingga dapat menurunkan biaya produksi akibat kegagalan internal perusahaan.

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan pihak lain dapat dijadikan bahan pertimbangan terkait masalah biaya kualitas.

1. Alex (2005)

Melakukan penelitian berjudul “Evaluasi Pengendalian Biaya Kualitas Dalam

Rangka Peningkatan Mutu Produk Dengan Studi Kasus Pada PT Indomulti

Plasindo”. Disimpulkan bahwa biaya kualitas pada perusahaan belum efektif dan

efisien, karena biaya kualitas yang efektif adalah apabila biaya kegagalan turun dan penurunan biaya kegagalan lebih kecil dari kenaikan biaya pencegahan dan penilaian.

2. Susanto (2005)

Melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat

Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada Divisi Tempa dan Cor PT. Pindad

(Persero) Bandung )”. Disimpulkan bahwa Biaya kegagalan (internal dan

eksternal) dapat dikurangi dan jumlah produk rusak dapat dikurangi sehingga biaya kuliatas semakin menurun, namun profitabilitas perusahaan mengalami penurunan akibat persaingan yang ketat tetapi perusahaan masih dapat mengatasinya.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 9

3. Mesriani Haloho (2006)

Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Biaya Produksi Dan Biaya Kualitas Terhadap Laba Pada PT Indonesia Asahan Alumunium (INALUM)

Kuala Tanjung Asahan”. Disimpulkan bahwa biaya produksi memiliki pengaruh

negative terhadap laba perusahaan, sedangkan biaya kualitas memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan.Biaya terhadap laba mempunyai pengaruh yang positif dalam jangka waktu yang panjang tetapi memiliki pengaruh yang negatif dalam periode berjalan.

1.5.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Efisiensi Biaya Produksi

Kesimpulan dan Saran Biaya

Pencegahan Biaya

Penilaian

Biaya Kegagalan

Eksternal

Biaya Kegagalan

Internal Analisis Biaya Kualitas


(18)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penulis telah melakukan penelitian di Rotiku berkaitan dengan kegagalan produk, efisiensi biaya produksi, dan biaya kualitas yang ada di perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan untuk menjawab identifikasi masalah yang telah diuraikan pada bab pendahuluan, yaitu:

1. Kegagalan produk yang terjadi di Rotiku masih di atas batas toleransi yang ditentukan, yaitu sebesar 8,49% padahal batas toleransi yang ditetapkan perusahaan saat ini adalah 5%. Ada beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya kegagalan produk tersebut:

a. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kegagalan produk di Rotiku. Tenaga kerja yang kurang konsentrasi, malas, dan kurang teliti. Pada saat jam kerja, pekerja yang duduk berdekatan sering berbicara sambil melakukan pekerjaan mereka, sehingga membuat mereka kurang fokus terhadap adonan yang sedang mereka proses karena hampir seluruh proses produksi yang terjadi dilakukan menggunakan tenaga dan keahlian manusia. Selain itu, kemalasan membuat para pekerja kurang memperhatikan tindakan mereka yang berpengaruh terhadap hasil roti yang


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83

diproduksi seperti kebersihan yang kurang dijaga misalnya alat-alat yang ada disekitar mesin yang sudah selesai dipergunakan tidak dibersihkan dengan baik, sehingga dapat berpengaruh pada proses fermentasi adonan dasar dan mengganggu jalannya proses produksi. Namun untuk alas dan proses produksi lainnya dan alat yang akan digunakan untuk proses berikutnya sudah memenuhi standar kebersihan yang ditetapkan perusahaan. Ketelitian pekerja yang kurang juga menyebabkan perkiraan dalam perhitungan jumlah takaran adonan yang dibutuhkan salah sehingga proses produksi harus terhenti sebelum selesai.

b. Mesin

Mesin di Rotiku yang telah dilakukan perawatan masih belum efektif karena masih ada kegagalan produk yang terjadi karena faktor mesin. Mesin yang sering kali mati mendadak menunjukan perawatan mesin yang belum cukup baik, sehingga adonan dasar roti yang sedang diproses menjadi rusak dan tidak dapat dilanjutkan proses produksinya.

c. Bahan baku

Pada waktu tertentu Rotiku pernah menghadapi bahan baku yang sulit diperoleh dari pemasok yang menjadi tempat langganan pemilik. Hal ini memaksa Rotiku untuk membeli bahan baku sejenis tetapi berbeda merk dari bahan baku yang biasa digunakan. Ternyata bahan baku tersebut kurang sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan untuk proses produksi pada Rotiku, sehingga roti yang dihasilkan menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 84

Tidak adanya metode yang tertulis tentang langkah-lamgkah produksi dan menjalankan mesin pada Rotiku membuat pekerja tidak mepunyai panduan untuk melakukan proses produksi yang baik dan benar terutama bagi pekerja yang baru.

2. Tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Rotiku dalam menurunkan tingkat kegagalan produk dan meningkatkan efisinesi biaya produksi adalah: a. Pembagian pekerjaan yang dilakukan dengan memberikan tanggung

jawab pembuatan adonan dasar yang merupakan tahap awal terpenting kepada senior baker, sedangkan proses pembentukan dan pemanggangan roti diberikan kepada junior baker untuk mencegah terjadinya kegagalan produk karena salahnya proses pengadonan di tahap awal.

b. Mengevaluasi setiap roti yang telah selesai di produksi. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menghitung dan memisahkan jumlah roti yang gagal, mengetahui penyebab terjadinya kegagalan tersebut, dan menghitung persentase kegagalan yang terjadi pada produksi tersebut. Setiap kegagalan yang melebihi batas toleransi akan dimintai pertanggungjawaban dengan meminta kejelasan mengenai kegagalan tersebut. Untuk saat ini, kegagalan yang terjadi secara keseluruhan masih melebihi 5% yang merupakan batas toleransi jika dihitung per bulan. c. Sebelum masik ke tahap packing, roti hasil produksi diperiksa terlebih

dahulu untuk memisahkan roti-roti sesuai dengan kelompok kualitasnya. Untuk roti manis, roti tawar, bolu, dan bronis hanya dipisahkan, sedangkan untuk roti panir dan roti rusak akan dipotong dan dihancurkan


(21)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 85

kemudian dipisahkan. Tahap ini dilakukan untuk mencegah kegagalan produk yang sampai ke tangan pelanggan.

3. Rotiku belum melakukan analisis biaya kualitas. Rotiku hanya melakukan evaluasi tingkat kegagalan produk, tapi biaya akibat kegagalan produk dan biaya untuk mengusahkan kualitas belum diperhatikan. Hal ini membuat tingginya biaya kualitas yang dikeluarkan karena adanya kegagalan produksi yang telah terjadi dan terdeteksi sebelum roti sampai ke pelanggan atau biaya internal failure. Dari hasil analisis biaya kualitas yang dilakukan oleh penulis pada Rotiku walaupun biaya prevention sudah cukup tinggi, namun biaya internal failure yang dikeluarkan perusahaan masih terlalu tinggi bagi perusahaan bakery yang mengalami persaingan yang ketat saat ini. Tapi tidak ada kegagalan produk yang terjadi setelah roti sampai ke tangan pelanggan, usaha ini sudah baik jadi tidak ada biaya external failure yang terjadi.

4. Analisis biaya kualitas yang dilakukan akan menurunkan tingkat kegagalan produk yang dihasilkan. Biaya kualitas yang baik adalah biaya kualitas dengan biaya oencegahan adanya kegagalan produk yang lebih besar daripada biaya yang terjadi akibat kegagalan produk yang telah terjadi. Dengan adanya analisis biaya kualitas, maka jumlah kegagalan produk yang terjadi akan semakin sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan target produksi akan lebih cepat jika kegagalan produk tidak terjadi karena perusahaan tidak harus memproduksi roti tambahan untuk mengganti roti yang rusak.


(22)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86

Dengan melakukan analisis biaya kualitas, perusahaan akan mengetahui bahwa kegagalan produk akan menyebabkan biaya kualitas dan biaya produksi meningkat sehingga perusahaan akan berusaha menurunkan biaya kualitas dengan melakukan perbaikan-perbaikan

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan atas kondisi Rotiku yang telah diteliti, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. kegagalan produk masin terjadi yang disebabkan oleh factor tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan metode dapat ditanggulangi dengan cara:

a. Memberikan tugas yang jelas kepada kepala bagian produksi yang bertugas dalam mengawasi jalannya produksi sehingga proses produksi dapat dikendalikan dan para pekerja dapat bekerja lebih serius dan bekerja dengan baik karena adanya pengawasan yang ketat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar untuk mengurangi adanya kegagalan produk ditahap awal produksi.

b. Pemeliharaan mesin yang lebih baik agar pemeliharaan yang telah dilakukan sebelumnya tidak sia-sia. Penambahan jumlah tabung gas untuk menghindari berhentinya proses pemanggangan yang berlangsung secara tradisional sehingga dapat segera dilanjutkan proses pemanggangan bila gas yang digunakan habis ditengan proses pemanggangan dan kegagalan produk di proses pemanggangan dapat berkurang atau dapat dihindari.

c. Menjaga hubungan yang baik dengan banyak pemasok. Perusahaan sebaiknya melakukan pembelian satu jenis bahan baku tidak hanya dengan


(23)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 87

satu pemasok agar ketika bahan baku yang sedang diperlukan habis di salah satu pemasok, bahan baku tersebut dapat dibeli dari pemasok yang lain. Sehingga tidak ada kegagalan produk yang terjadi karena kelangkaan bahan baku.

d. Metode langkah-langkah produksi dan cara menjalankan mesin harus dibuat dan disosialisasikan kepada para pekerja agar proses produksi dilakukan dengan lebih baik karena ada panduan.

2. Tindakan-tindakan yang diusulkan penulis merupakan tindakan untuk menurunkan tingkat kegagalan. Tingkat kegagalan yang banyak dapat membuat perusahaan tidak kompetitif yang akhirnya akan menyebabkan kerugian atau menurunkan keuntungan perusahaan. Dari hasil penelitian penulis, tindakan-tindakan yang diusulkan penulis dengan menggunakan analisis biaya kualitas dapat menurunkan tingkat kegagalan produk dan menurunkan biaya kualitas sebesar 5,84%. Estimasi perhitungan biaya kualitas yang turun tersebut diharapkan dapat membuat pemilik untuk menerapkan analisis biaya kualitas. Analisis biaya kualitas yang diterapkan pada akhirnya dapat menekan jumlah produk cacat pada tingkat yang paling rendah atau sampai 2% seperti yang sedang diinginkan Rotiku. Dengan menerapkan analisis biaya kualitas, manfaat yang didapat akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Analisis biaya kualitas dapat membantu perusahaan agar dapat lebih kompetitif dalam bersaing dan bertahan di industrinya, karena proses produksi yang lebih efisien dalam biaya dan waktu dapat menghindari kerugian yang akan dialami oleh perusahaan ataupun meningkatkan keuntungan yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan.


(24)

88

Daftar Pustaka

Adnan, Muhammad Akhyar. (2000). Akuntansi Mutu Terpadu. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Besterfield, Dale H. (2009). Quality Control 8th edition. USA: Pearson Education. Blocher, dkk. 2007. Manajemen Biaya: Penekanan Strategi Jilid II Edisi Ketiga.

Jakarta : Salemba Empat

Carter, William K. dan Milton F. Usry. (2002). Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: Dame.

Feigenbaum, A.V. (1983). Total Quality Control 3rd edition. USA: McGraw-Hill,Inc. Fryman, Mark A. (2002). Quality and Process Improvement. USA: Delmar.

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hansen dan Mowen. 2004. Manajemen Biaya. Thomson Learning. Jakarta : Salemba Empat.

Hansen dan Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat. Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Horngren, Charles T. dkk. (2009). Cost Accounting A Managerial Emphasis 13th eddition. New Jersey: Pearson Education.

Jain, P L. (2001). Quality Control and Total Quality Management. New Delhi: Tata McGraw-Hill

Juran, J.M. dan Gryana, F.M, 1992. Quality Planning and Analysis: From Product Development Through Use, McGraw-Hill Co. Singapore.


(25)

89

Kaplan, Robert S. dan Anthony A. Atkinson. (1998). Advanced Management Accounting. New Jersey: Prentice Hall

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya Edisi 5. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. YKPN. Nasution, M.N. (2004). Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurlela dan Bustami B. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu. Suardi, Rudi. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta: PPM.

Schroeder, Roger. (2000). Operations Management. The Mc-Graw Hill Companies. Inc. North America.

Ramasamy, Subburaj. (2005). Total Quality Management. New Delhi: Tata McGraw Hill.

Martusa, R., Darmadi Haslim H. (2011). Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada PTP Nusantara VIII Kebun Ciater). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Nomor 04 Tahun Ke-2 Januari-April 2011. Hal. 12-19.

Russel, Roberta D. dan Bernard W. Taylor III. (2009). Operation Management. New Jersey: Prentice Hall.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management.Yogyakarta: Penerbit Andi.


(1)

Tidak adanya metode yang tertulis tentang langkah-lamgkah produksi dan menjalankan mesin pada Rotiku membuat pekerja tidak mepunyai panduan untuk melakukan proses produksi yang baik dan benar terutama bagi pekerja yang baru.

2. Tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Rotiku dalam menurunkan tingkat kegagalan produk dan meningkatkan efisinesi biaya produksi adalah: a. Pembagian pekerjaan yang dilakukan dengan memberikan tanggung

jawab pembuatan adonan dasar yang merupakan tahap awal terpenting kepada senior baker, sedangkan proses pembentukan dan pemanggangan roti diberikan kepada junior baker untuk mencegah terjadinya kegagalan produk karena salahnya proses pengadonan di tahap awal.

b. Mengevaluasi setiap roti yang telah selesai di produksi. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menghitung dan memisahkan jumlah roti yang gagal, mengetahui penyebab terjadinya kegagalan tersebut, dan menghitung persentase kegagalan yang terjadi pada produksi tersebut. Setiap kegagalan yang melebihi batas toleransi akan dimintai pertanggungjawaban dengan meminta kejelasan mengenai kegagalan tersebut. Untuk saat ini, kegagalan yang terjadi secara keseluruhan masih melebihi 5% yang merupakan batas toleransi jika dihitung per bulan. c. Sebelum masik ke tahap packing, roti hasil produksi diperiksa terlebih

dahulu untuk memisahkan roti-roti sesuai dengan kelompok kualitasnya. Untuk roti manis, roti tawar, bolu, dan bronis hanya dipisahkan, sedangkan untuk roti panir dan roti rusak akan dipotong dan dihancurkan


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 85

kemudian dipisahkan. Tahap ini dilakukan untuk mencegah kegagalan produk yang sampai ke tangan pelanggan.

3. Rotiku belum melakukan analisis biaya kualitas. Rotiku hanya melakukan evaluasi tingkat kegagalan produk, tapi biaya akibat kegagalan produk dan biaya untuk mengusahkan kualitas belum diperhatikan. Hal ini membuat tingginya biaya kualitas yang dikeluarkan karena adanya kegagalan produksi yang telah terjadi dan terdeteksi sebelum roti sampai ke pelanggan atau biaya internal failure. Dari hasil analisis biaya kualitas yang dilakukan oleh penulis pada Rotiku walaupun biaya prevention sudah cukup tinggi, namun biaya

internal failure yang dikeluarkan perusahaan masih terlalu tinggi bagi

perusahaan bakery yang mengalami persaingan yang ketat saat ini. Tapi tidak ada kegagalan produk yang terjadi setelah roti sampai ke tangan pelanggan, usaha ini sudah baik jadi tidak ada biaya external failure yang terjadi.

4. Analisis biaya kualitas yang dilakukan akan menurunkan tingkat kegagalan produk yang dihasilkan. Biaya kualitas yang baik adalah biaya kualitas dengan biaya oencegahan adanya kegagalan produk yang lebih besar daripada biaya yang terjadi akibat kegagalan produk yang telah terjadi. Dengan adanya analisis biaya kualitas, maka jumlah kegagalan produk yang terjadi akan semakin sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan target produksi akan lebih cepat jika kegagalan produk tidak terjadi karena perusahaan tidak harus memproduksi roti tambahan untuk mengganti roti yang rusak.


(3)

Dengan melakukan analisis biaya kualitas, perusahaan akan mengetahui bahwa kegagalan produk akan menyebabkan biaya kualitas dan biaya produksi meningkat sehingga perusahaan akan berusaha menurunkan biaya kualitas dengan melakukan perbaikan-perbaikan

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan atas kondisi Rotiku yang telah diteliti, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. kegagalan produk masin terjadi yang disebabkan oleh factor tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan metode dapat ditanggulangi dengan cara:

a. Memberikan tugas yang jelas kepada kepala bagian produksi yang bertugas dalam mengawasi jalannya produksi sehingga proses produksi dapat dikendalikan dan para pekerja dapat bekerja lebih serius dan bekerja dengan baik karena adanya pengawasan yang ketat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar untuk mengurangi adanya kegagalan produk ditahap awal produksi.

b. Pemeliharaan mesin yang lebih baik agar pemeliharaan yang telah dilakukan sebelumnya tidak sia-sia. Penambahan jumlah tabung gas untuk menghindari berhentinya proses pemanggangan yang berlangsung secara tradisional sehingga dapat segera dilanjutkan proses pemanggangan bila gas yang digunakan habis ditengan proses pemanggangan dan kegagalan produk di proses pemanggangan dapat berkurang atau dapat dihindari.

c. Menjaga hubungan yang baik dengan banyak pemasok. Perusahaan sebaiknya melakukan pembelian satu jenis bahan baku tidak hanya dengan


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 87

satu pemasok agar ketika bahan baku yang sedang diperlukan habis di salah satu pemasok, bahan baku tersebut dapat dibeli dari pemasok yang lain. Sehingga tidak ada kegagalan produk yang terjadi karena kelangkaan bahan baku.

d. Metode langkah-langkah produksi dan cara menjalankan mesin harus dibuat dan disosialisasikan kepada para pekerja agar proses produksi dilakukan dengan lebih baik karena ada panduan.

2. Tindakan-tindakan yang diusulkan penulis merupakan tindakan untuk menurunkan tingkat kegagalan. Tingkat kegagalan yang banyak dapat membuat perusahaan tidak kompetitif yang akhirnya akan menyebabkan kerugian atau menurunkan keuntungan perusahaan. Dari hasil penelitian penulis, tindakan-tindakan yang diusulkan penulis dengan menggunakan analisis biaya kualitas dapat menurunkan tingkat kegagalan produk dan menurunkan biaya kualitas sebesar 5,84%. Estimasi perhitungan biaya kualitas yang turun tersebut diharapkan dapat membuat pemilik untuk menerapkan analisis biaya kualitas. Analisis biaya kualitas yang diterapkan pada akhirnya dapat menekan jumlah produk cacat pada tingkat yang paling rendah atau sampai 2% seperti yang sedang diinginkan Rotiku. Dengan menerapkan analisis biaya kualitas, manfaat yang didapat akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Analisis biaya kualitas dapat membantu perusahaan agar dapat lebih kompetitif dalam bersaing dan bertahan di industrinya, karena proses produksi yang lebih efisien dalam biaya dan waktu dapat menghindari kerugian yang akan dialami oleh perusahaan ataupun meningkatkan keuntungan yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan.


(5)

88

Adnan, Muhammad Akhyar. (2000). Akuntansi Mutu Terpadu. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Besterfield, Dale H. (2009). Quality Control 8th edition. USA: Pearson Education.

Blocher, dkk. 2007. Manajemen Biaya: Penekanan Strategi Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Carter, William K. dan Milton F. Usry. (2002). Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: Dame.

Feigenbaum, A.V. (1983). Total Quality Control 3rd edition. USA: McGraw-Hill,Inc.

Fryman, Mark A. (2002). Quality and Process Improvement. USA: Delmar.

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

Hansen dan Mowen. 2004. Manajemen Biaya. Thomson Learning. Jakarta : Salemba Empat.

Hansen dan Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat. Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Horngren, Charles T. dkk. (2009). Cost Accounting A Managerial Emphasis 13th

eddition. New Jersey: Pearson Education.

Jain, P L. (2001). Quality Control and Total Quality Management. New Delhi: Tata McGraw-Hill

Juran, J.M. dan Gryana, F.M, 1992. Quality Planning and Analysis: From Product


(6)

89

Kaplan, Robert S. dan Anthony A. Atkinson. (1998). Advanced Management

Accounting. New Jersey: Prentice Hall

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya Edisi 5. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. YKPN. Nasution, M.N. (2004). Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurlela dan Bustami B. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu. Suardi, Rudi. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000. Jakarta: PPM.

Schroeder, Roger. (2000). Operations Management. The Mc-Graw Hill Companies. Inc. North America.

Ramasamy, Subburaj. (2005). Total Quality Management. New Delhi: Tata McGraw Hill.

Martusa, R., Darmadi Haslim H. (2011). Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada PTP Nusantara

VIII Kebun Ciater). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Nomor 04 Tahun Ke-2

Januari-April 2011. Hal. 12-19.

Russel, Roberta D. dan Bernard W. Taylor III. (2009). Operation Management. New Jersey: Prentice Hall.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management.Yogyakarta: Penerbit Andi.