Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Aktivitas Pengendalian Kualitas Untuk Membantu Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi.

(1)

ABSTRAK

Era globalisasi menyebabkan persaingan di berbagai bidang menjadi semakin ketat. Demikian juga dalam bidang industri khususnya industri tekstil. Masuknya pengusaha-pengusaha asing menuntut perusahan untuk mencari suatu keunggulan competitive salah satunya dengan meningkatkan kualitas produk. Untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan harus melakukan program/aktivitas pengendalian kualitas. Program pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan menimbulkan biaya yang tidak sedikit, yang disebut dengan biaya kualitas. Biaya kualitas tersebut secara otomatis akan mempengaruhi biaya produksi, dan apabila tidak dikendalikan akan menyebabkan biaya produksi meningkat, akibatnya kos produk naik, harga produk naik. Subjek penelitian adalah sebuah perusahaan tekstil yang berlokasi di jalan Leuwigajah, Cimahi. Objek penelitiannya adalah “analisis biaya kualitas” sebagai variabel bebas, dan “efisiensi biaya produksi” sebagai variabel tidak bebas. Tujuan penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan bagaimana analisis biaya kualitas pada aktivitas pengendalian kualitas produk dapat membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yang dilakukan dengan mengumpulkan data kemudian disajikan kembali disertai analisis serta penafsiran berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa perusahaan belum melakukan pengidentifikasian dan penggolongan biaya kualitas secara khusus sehingga perhitungan biaya kualitas masih tergabung dalam perhitungan biaya produksi. Penulis menyarankan untuk melakukan analisis biaya kualitas dengan dimulai dari mengidentifikasi, menggolongkan, kemudian membuat laporan tertulis mengenai biaya kualitas. dengan dibuatnya laporan dan analisis biaya kualitas, membantu manajemen perusahaan untuk mengalokasikan biaya kualitasnya secara lebih efisien, yaitu pada kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan, seperti: penambahan jumlah inspeksi, pelatihan, pemeliharaan mesin. Kata kunci: biaya kualitas, aktivitas pengendalian kualitas, dan efisiensi biaya

produksi.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran... 6

1.6 Metode Penelitian ... 9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Manajemen ... 11

2.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen ... 11

2.1.2 Tujuan dan Peran Akuntansi Manajemen ... 12


(3)

2.1.3 Tahap Perkembangan Akuntansi Manajemen... 13

2.2 Analisis Biaya Kualitas... 15

2.2.1 Biaya Kualitas ... 15

2.2.1.1 Pengertian Biaya Kualitas... 16

2.2.1.2 Penggolongan Biaya Kualitas ... 17

2.2.1.2.1 Prevention Costs (Biaya Pencegahan) ... 18

2.2.1.2.2 Appraisal Costs (Biaya Penilaian) ... 19

2.2.1.2.3 Internal Failure Costs (Biaya Kegagalan Internal)... 20

2.2.1.2.4 External Failure Costs (Biaya Kegagalan Eksternal) ... 21

2.2.2 Langkah-langkah Analisis Biaya Kualitas... 22

2.3 Aktivitas Pengendalian Kualitas ... 22

2.3.1 Kualitas ... 23

2.3.1.1 Pengertian Kualitas ... 23

2.3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas... 25

2.3.1.3 Pentingnya Kualitas ... 26

2.3.2 Pengendalian Kualitas... 28

2.3.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas... 29

2.3.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 30

2.3.2.3 Teknik dan Alat Pengendalian Kualitas... 31

2.3.2.3.1 Teknik Pengendalian Kualitas ... 31

2.3.2.3.2 Alat Pengendalian Kualitas... 32


(4)

2.4 Efisiensi Biaya Produksi ... 36

2.4.1 Pengertian Efisiensi... 36

2.4.2 Biaya ... 36

2.4.2.1 Pengertian Biaya ... 36

2.4.2.2 Pengertian Biaya Produksi ... 37

2.4.2.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung... 38

2.4.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung... 38

2.4.2.2.3 Biaya Tidak Langsung Pabrik (Biaya Overhead Pabrik) ... 39

2.5 Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Aktivitas Pengendalian Kualitas untuk Membantu Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi ... 40

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 42

3.1.1 Struktur Organisasi ... 42

3.1.2 Uraian Tugas ... 43

3.2 Metode Penelitian ... 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 50

4.1.2 Proses Produksi ... 51

4.1.3 Hasil Produksi dan Daerah Pemasaran ... 55


(5)

4.1.4 Pengendalian Kualitas... 55

4.1.4.1 Aktivitas Pengendalian Kualitas di PT Trisula Textile Industries... 56

4.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas... 59

4.1.4.3 Penetapan Spesifikasi Kualitas ... 61

4.1.5 Jenis Kecacatan dan Penyebabnya... 63

4.1.6 Laporan Hasil Inspeksi... 65

4.1.7 Pengumpulan Data ... 66

4.1.8 Biaya Kualitas ... 67

4.1.8.1 Unsur-unsur Biaya Kualitas di PT Trisula Textile Industries... 68

4.1.8.2 Penggolongan Biaya Kualitas ... 70

4.1.8.3 Perhitungan Biaya Kualitas... 72

4.2 Pembahasan... 73

4.2.1 Pengendalian Proses Produksi ... 73

4.2.1.1 Diagram Pareto (Pareto Charts) ... 73

4.2.1.2 Diagram Sebab Akibat (Cause-and-Effect Diagram)... 74

4.2.2 Analisis Biaya Kualitas... 77

4.2.2.1 Analisis Biaya Kualitas Pergolongan Terhadap Total Biaya Kualitas... 78

4.2.2.2 Analisis Biaya Kualitas Terhadap Total Biaya Produksi ... 81


(6)

4.2.3 Tindakan Perbaikan dalam Menurunkan Biaya Kualitas.. 82 4.2.4 Perkiraan Biaya Kualitas Setelah Dilakukan Tindakan

Perbaikan... 85 4.2.5 Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Aktivitas

Pengendalian Kualitas untuk Membantu Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi ... 89

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 92 5.2 Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil Inspeksi – September 2007... 66 Tabel 4.2 Persentase dan Jumlah Produk Cacat Berdasarkan Jenisnya –

September 2007... 67 Tabel 4.3 Perhitungan Biaya Kualitas PT Trisula Textile Industries –

September 2007... 72 Tabel 4.4 Jenis Kecacatan Berdasarkan Peringkat dan Persentasenya –

September 2007... 74 Tabel 4.5 Persentase Biaya Kualitas Terhadap Total Biaya Kualitas –

September 2007... 78 Tabel 4.6 Persentase Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi – September

2007... 82 Tabel 4.7 Biaya Kualitas yang Diharapkan pada PT Trisula Textile Industries. 86 Tabel 4.8 Persentase Perubahan Unsur Biaya Kualitas Terhadap Total Biaya

Kualitas ... 88 Tabel 4.9 Persentase Perubahan Total Biaya Kualitas Terhadap Biaya

Produksi ... 89


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Cara Kualitas Meningkatkan Keuntungan ... 27

Gambar 2.2 Diagram Sebab Akibat: Masalah Pelayanan Pelanggan Perusahaan Penerbangan ... 33

Gambar 2.3 Analisis Pareto Keluhan Tamu Hotel... 34

Gambar 4.1 Diagram Pareto Produk Cacat – September 2007... 74

Gambar 4.2 Diagram Sebab Akibat Produk Cacat ... 77


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Trisula Textile Industries

Lampiran 2 Alur Proses Produksi Tekstil PT Trisula Textile Industries


(10)

STRUKTUR ORGANISASI PT TRISULA TEXTILE INDUSTRIES

PROMOTION MGR

LOCAL SALES MGR

DA & PURCHASING MGR

MARKETING DIRECTOR

GKJ & EKSPEDISI

SALES EXP & GMT MGR

SCH-BO & PREP SR MGR

WEAVING & SIZING MGR

SCH-SO & DF SR MGR

UTILITY MANAGER

HR & GA MGR

FICO MGR PRODUCTION

DIRECTOR QA & INSPECTION

MGR

ADMINISTRATION DIRECTOR BOD


(11)

TEXTURIZING TWISTING SIZING WEAVING DYEING FINISHING

EXPEDITION

ALUR PROSES PRODUKSI TEKSTIL

PT TRISULA TEXTILE INDUSTRIES

> Rewinding > Penggabungan > Persiapan kain > Scouring & Relaxing > Packaging > Penggulungan > Pemisahan benang grey > Preset

> Heat setting > Pencucukkan > Reduce weight > Penyambungan > Dyeing

Benang lusi > Pengeringan kain

> Resin finish

Lam

p

iran 2

> Curing > Decatizing


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dimulainya era pasar bebas, menuntut perusahaan untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan keunggulan yang dimilikinya agar dapat bersaing. Ditambah lagi dengan perkembangan di bidang lain, seperti: teknologi informasi, komunikasi, transportasi, dan lain-lain, yang membuat batasan negara semakin kabur, menjadikan persaingan di berbagai bidang semakin ketat.

Demikian pula halnya dalam bidang industri, khususnya industri tekstil, yang juga merupakan salah satu penghasil devisa terbesar di Indonesia untuk ekspor nonmigas. Sebagai lahan bisnis yang potensial, tentu sarat akan persaingan. Seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Benny Sutrisno, usai Indonesia Textille and Apparel Fair (ITAF) yang dibuka Wapres M. Jusuf Kalla, di Jakarta.

“ Konsumsi TPT (tekstil dan produk tekstil) di dalam negri akan terus meningkat, apalagi ada kecenderungan baru adanya penggunaan seragam untuk kelompok tertentu yang dibentuk masyarakat…. Jadi konsumsi TPT bisa didorong oleh munculnya kelompok-kelompok baru yang menggunakan seragam dan itu potensi pasar yang besar bagi industri TPT nasional….”

http://www.antara.co.id/arc/2007/9/6/industri-tekstil-genjot-ekspor/

Hal senada juga diungkapkan Wapres M. Jusuf Kalla:

“ TPT merupakan kebutuhan pokok masyarakat, sehingga pasar domestik yang besar bisa menjadi andalan industri tersebut. Pasar Indonesia yang mencapai 240 juta orang bisa menjadi basis pasar industri TPT nasional, sehingga industri tersebut mampu berkembang dan memperluas


(13)

pasarnya ke mancanegara dengan meningkatkan kualitas dan kreatifitas di bidang mode.”

http://www.antara.co.id/arc/2007/9/6/industri-tekstil-genjot-ekspor/

Persaingan yang didapat bukan hanya dari dalam tapi juga dari luar negri, seperti diungkapkan Sekretaris Eksekutif API, Ernovian G. Ismy:

“ Industri tekstil nasional sulit bersaing dengan industri sejenis dari negara lain. Persaingan dalam usaha ini semakin berat dengan masuknya China dan India yang dikenal memiliki mesin lebih modern.”

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ekonomi-sore/industri-tekstil-perlu-restrukturisasi-3.html

Terlebih untuk industri tekstil dalam negri yang berorientasi ekspor, persaingan menjadi lebih ketat lagi. Seperti disebutkan Memperindag, Rini MS:

“ Persaingan memperebutkan pasaran internasional terutama berasal dari negara berkembang lain, seperti Bangladesh, Vietnam dan India yang upah buruhnya jauh lebih rendah ketimbang Indonesia.”

http://www.kompas.co.id/utama/news/0312/22/161927.htm

Agar dapat bertahan dalam persaingan, perusahaan tekstil harus dapat mencari competitive advantage yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas, seperti diungkapkan Ketua Umum API, Benny Sutrisno:

“ Saat ini untuk bersaing tidak ada cara lain kecuali industri TPT melakukan efisiensi dan inovasi…. Para pelaku industri TPT harus terus menerus meningkatkan kualitas.”

http://www.antara.co.id/arc/2007/9/6/pemerintah-lanjutkan-program-restrukturi-sasi-industri-tekstil/

Dengan meningkatnya kualitas, biaya garansi dan biaya lain yang dikeluarkan oleh perusahaan atas sebuah produk yang kurang berkualitas akan


(14)

berkurang. Pengurangan biaya ini, secara otomatis akan meningkatkan efisiensi biaya produksi.

Demikian pula yang dialami PT Trisula Textile Industries, sebagai perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil, juga harus mengutamakan kualitas dan tetap mempertahankan harga pada tingkat yang terjangkau agar dapat bersaing. Karenanya PT Trisula Textile Industries sudah melakukan program pengendalian kualitas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas “Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Aktivitas Pengendalian Kualitas untuk Membantu Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi.”

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Globalisasi menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, termasuk bidang industri. Dalam industri tekstil, persaingan yang terjadi tidak hanya dengan pengusaha dalam negri, tapi juga melibatkan pengusaha dari luar negri. Agar dapat bertahan dalam persaingan, perusahaan harus memperhatikan kualitas produk.

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, perusahaan perlu melakukan aktivitas pengendalian kualitas. Dalam melakukan aktivitas tersebut, perlu diperhatikan jumlah biaya yang dikeluarkan, jangan sampai biaya sangat besar yang menyebabkan harga produk menjadi tinggi. Biaya kualitas tersebut harus dianalisis agar dicapai pengeluaran biaya kualitas yang optimum tanpa mengurangi kualitas produk itu sendiri.


(15)

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasikan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan PT Trisula Textile Industries?

2. Bagaimana aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan PT Trisula Textile Industries?

3. Biaya-biaya apa yang timbul dari aktivitas pengendalian kualitas produk di PT Trisula Textile Industries?

4. Apakah perusahaan sudah melakukan analisis biaya kualitas?

5. Bagaimana peranan analisis biaya kualitas dalam aktivitas pengendalian kualitas untuk membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan PT Trisula Textile Industries.

2. Mengetahui aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan PT Trisula Textile Industries.

3. Mengetahui biaya-biaya yang timbul dari aktivitas pengendalian kualitas produk di PT Trisula Textile Industries.

4. Mengetahui perusahaan sudah atau belum melakukan analisis biaya kualitas.


(16)

5. Mengetahui peranan analisis biaya kualitas dalam aktivitas pengendalian kualitas untuk membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan

Menjadi masukan bagi PT Trisula Textile Industries mengenai pentingnya melakukan analisis biaya kualitas dalam aktivitas pengendalian kualitas untuk membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan dan memenangkan persaingan.

2. Para pembaca, khususnya rekan-rekan mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan gambaran yang lebih luas pada pembaca mengenai peranan analisis biaya kualitas untuk membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi dan penerapannya. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan dan referensi untuk melakukan penelitian sejenis.

3. Penulis.

Penulis memperoleh gambaran nyata mengenai penerapan teori-teori akuntansi manajemen yang dipelajari selama perkuliahan, khususnya mengenai analisis biaya kualitas, sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan yang berguna pada saat terjun di masyarakat. Selain itu, penelitian ini dibuat untuk memenuhi persyaratan akademis untuk


(17)

mengikuti ujian sarjana lengkap di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

1.5 Kerangka Pemikiran

Globalisasi dan perkembangan dalam berbagai bidang khususnya yang berkaitan dengan dunia usaha, menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri, dimana perusahaan tidak hanya menghadapi perusahaan dari dalam negeri, tetapi juga perusahaan dari luar negeri. Untuk dapat bersaing dan tetap bertahan dalam industri, setidaknya perusahaan harus dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada. Ini bisa dilakukan dengan cara tetap menjaga kepuasan pelanggan. Perusahaan harus menghasilkan barang atau jasa yang memuaskan pelanggan, yaitu melalui produksi barang yang berkualitas dengan harga terjangkau. Besterfield (2003:7) mengatakan suatu produk atau jasa yang berkualitas adalah produk atau jasa yang dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Salah satu aspek penting kualitas adalah tidak adanya cacat. Cacat pada produk disebabkan karena proses produksi yang tidak efektif dan efisien. Produk yang cacat akan menyebabkan tingginya biaya garansi, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan atas sebuah produk yang tidak berkualitas. Terlebih lagi hal tersebut akan menyebabkan konsumen kecewa dan beralih ke produsen lain. Seperti dikutip Ahmad Muzaki:

“Orang yang dikecewakan tidak akan membeli lagi, justru mereka akan menceritakan pengalaman buruk tersebut kepada orang lain.”

http://www.digilib.unikom.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-ahmad-5629-2002


(18)

Garrison & Noreen (2000: 846), suatu studi menunjukkan bahwa konsumen yang kecewa akan menceritakan hal tersebut kepada 11 orang lainnya.

Melihat begitu pentingnya kualitas produk dan untuk mencegah produk cacat, banyak perusahaan mulai melakukan kegiatan pengendalian kualitas secara lebih baik, seperti dikemukakan oleh Horngren, Foster, dan Datar (2006:652):

“In many cases growing competition in the global market place has forced manager to focus on improving quality.”

Foster (2004:511) mengemukakan definisi mengenai pengendalian kualitas, sebagai berikut:

“Quality control is the process relating to gathering process data and analyzing data to determine whether the process exhibits nonrandom variation.... control refers to the process employed to consistently meet standars.”

Ini berarti bahwa pengendalian kualitas melibatkan pengamatan kinerja aktual, kemudian membandingkan kinerja dengan standar dan mengambil tindakan jika kinerja yang diobservasi berbeda secara signifikan dengan standar (Frank M. Gryna, 2001:173).

Untuk mempertahankan kualitas atau melakukan program pengendalian kualitas tidaklah mudah dan biayanya tidak kecil. Dalam hal ini terdapat hubungan yang kuat antara biaya dan kualitas, yaitu untuk menjaga kualitas produk perlu ada biaya yang dikeluarkan. Menurut Garrison & Noreen (2000: 856) biaya kualitas adalah biaya yang terjadi untuk mencegah produk cacat sampai ke tangan konsumen atau yang terjadi sebagai akibat adanya produk cacat.


(19)

Adapun pengklasifikasian biaya kualitas menurut Horngern, Foster, dan Datar (2006:625), biaya kualitas terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:

1. biaya pencegahan (prevention cost). Biaya yang terjadi untuk menghindarkan adanya produksi produk-produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi, contoh: biaya yang timbul karena melakukan pemilihan supplier bahan baku.

2. biaya penilaian (appraisal cost). Biaya yang terjadi untuk menentukan unit produksi mana yang tidak sesuai dengan spesifikasi, contoh : biaya yang timbul karena inspeksi.

3. biaya kegagalan internal (internal failure cost). Biaya yang terjadi karena produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebelum produk dikirimkan kepada pelanggan, misalnya biaya yang timbul untuk memperbaiki produk yang rusak (rework).

4. biaya kegagalan eksternal (exsternal failure cost). Biaya yang terjadi karena produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi setelah produk dikirimkan kepada pelanggan, misalnya biaya yang timbul karena adanya pengembalian produk dari pasar.

Biaya pengendalian kualitas yang tidak sedikit itu memerlukan suatu analisis agar biaya kualitas yang optimum dapat dicapai. Seperti kita ketahui bahwa biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi. Penurunan pada biaya kualitas mengakibatkan penurunan biaya produksi, atau dengan kata lain meningkatkan efisiensi biaya produksi. Peningkatan efisiensi biaya produksi ini akhirnya akan meningkatkan keuntungan, seperti diungkapkan Besterfield (2003:173):

“A reduction in quality costs leads to increased profit.”

Sejauh mana perusahaan telah melakukan analisis biaya kualitas dalam kegiatan pengendalian kualitas adalah hal yang hendak diteliti penulis.


(20)

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data sehubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas atas objek yang diteliti, dan kemudian dapat menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan serta membuat rekomendasi yang diperlukan.

Adapun teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian untuk mendapatkan data primer yang dilaksanakan dengan meninjau secara langsung di lokasi perusahaan, dengan cara:

a. Wawancara

yaitu proses untuk memperoleh keterangan dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab.

b. Observasi.

Yaitu pengambilan data dengan mengamati langsung objek datanya, dengan menggunakan panca indra tanpa pertolongan alat bantu lain.

c. Dokumentasi.

Yaitu mengumpulkan dan mempelajari data-data dan dokumen-dokumen perusahaan yang diperlukan.


(21)

2. Penelitian kepustakaan (library reseacrh), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur, bahan kuliah, dan sumber bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagi sarana untuk mendapatkan data sekunder.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian menitikberatkan pada analisis biaya kualitas di perusahaan. Lokasi penelitian dimana penulis memperoleh data primer yang diperlukan dalam penyusunan laporan skripsi adalah sebuah perusahaan tekstil yang berlokasi di Jalan Leuwigajah, Cimahi. Adapun penelitian akan dilakukan awal Januari 2008 sampai selesai.


(22)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan PT Trisula Textile Industries, yaitu:

• Bahan baku dan bahan penolong

Penggunaan bahan baku dan bahan penolong yang berkualitas akan memperlancar proses produksi dan mendukung dihasilkannya barang berkualitas. Benang yang berkualitas mendukung dihasilkannya kain dengan grade yang tinggi. Demikian halnya juga dengan bahan penolong, kualitas bahan penolong akan mempengaruhi kualitas produk akhir.

• Manusia (SDM)

Manusia sebagai tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan produksi perusahaan, antara lain untuk mengoperasikan dan mengawasi jalannya mesin.

• Mesin

Dalam proses produksinya, perusahaan menggunakan banyak mesin. Untuk menjaga agar mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi selalu dalam keadaan baik, maka harus dilaksanakan


(23)

pemeliharaan dan perawatan secara teratur, karena hal ini akan menunjang kelancaran proses produksi dan mendukung dihasilkannya produk berkualitas.

• Metode

Dalam setiap proses produksinya, perusahaan memiliki metode kerja sendiri dengan urutan pelaksanaan yang telah ditentukan. Pelaksanaan proses produksi yang sesuai dengan metode akan mempersingkat proses produksi dan membantu menekan terjadinya produk cacat. • Lingkungan

Meskipun bukan merupakan faktor yang dominan, faktor lingkungan secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Selama ini, PT Trisula Textile Industries telah menyadari pentingnya menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan aktivitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan perusahaan, sebagai berikut: • Memberikan pelatihan (Training)

Training diberikan pada para pegawai baru dalam jangka waktu tiga bulan. Selama masa waktu tersebut, pegawai baru akan diberikan pengarahan mengenai tugas-tugas yang akan mereka kerjakan termasuk pelatihan cara mengoperasikan mesin yang akan dipakai. • Melakukan inspeksi

Inspeksi yang dilakukan perusahaan menyeluruh pada setiap barang dan bukan menggunakan sampel. Adapun kegiatan inspeksi yang


(24)

dilakukan di PT Trisula Textile Industries melalui empat tahap, yaitu: inspeksi bahan baku, inspeksi gudang, middle inspect, dan final inspect & test.

• Untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkannya, perusahaan telah menetapkan spesifikasi atau standar untuk bahan baku yang digunakan dalam proses produksi maupun untuk produk akhir.

• Selain itu, untuk mendukung aktivitas pengendalian kualitasnya, perusahaan telah menggunakan diagram pareto sebagai alat bantu dalam kegiatan pengendalian kualitasnya.

3. Biaya-biaya yang terjadi pada PT Trisula Textile Industries sehubungan dengan dilakukannya aktivitas pengendalian kualitas produk, adalah:

• Biaya perencanaan kualitas

• Biaya pemeliharaan dan reparasi mesin • Biaya pelatihan karyawan

Biaya evaluasi kualitas supplier • Biaya inspeksi

Biaya sisa bahan (scrap & waste costs) Biaya pengerjaan ulang (rework costs) • Biaya turunnya harga jual

• Biaya penanganan keluhan pelanggan • Biaya retur (product return costs)


(25)

4. Saat ini, perusahaan belum melakukan analisis biaya kualitas, meskipun pada kenyataannya perusahaan mengeluarkan biaya kualitas. Perusahaan belum melakukan pengidentifikasian dan penggolongan serta perhitungan biaya kualitas secara khusus, dan masih tergabung dalam perhitungan biaya produksi. Data yang ada di perusahaan yang berkaitan dengan kualitas hanyalah catatan yang menunjukkan jenis dan jumlah produk cacat yang terjadi serta aktivitas pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Dengan dilakukannya analisis biaya kualitas dalam aktivitas pengendalian

kualitas di PT Trisula Textile Industries, dapat diketahui besarnya biaya kualitas yang terjadi dan distribusinya dalam empat kategori biaya kualitas. Dari hasil analisis, diketahui bahwa biaya kegagalan internal merupakan komponen biaya kualitas terbesar di perusahaan. Biaya kegagalan ini dapat dikurangi dengan menambah kegiatan yang bersifat pencegahan dan penilaian. Dengan dilakukannya hal tersebut, biaya kegagalan yang terjadi akan berkurang sehingga menurunkan biaya kualitas secara keseluruhan. Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi. Penurunan total biaya kualitas secara otomatis menurunkan biaya produksi perusahaan. Penurunan biaya produksi ini menyebabkan terjadinya efisiensi biaya produksi, karena untuk memproduksi produk dalam jumlah yang sama dikeluarkan biaya yang lebih sedikit.


(26)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis memberikan saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam melakukan perbaikan, sebagai berikut:

1. Agar aktivitas pengendalian kualitas dapat terlaksana dengan baik, sebaiknya perusahaan melakukan analisis biaya kualitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi unsur-unsur biaya kualitas yang terjadi pada aktivitas pengendalian kualitas perusahaan.

b) Menggolongkan biaya kualitas yang terjadi ke dalam empat kategori biaya kualitas, yaitu: biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

c) Menghitung besarnya biaya kualitas untuk masing-masing kategori. d) Membuat laporan tertulis mengenai biaya kualitas secara periodik. e) Melakukan analisis dan perbandingan biaya kualitas serta evaluasi atas

kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilakukan perusahaan. 2. Perusahaan telah menggunakan diagram pareto sebagai alat bantu dalam

kegiatan pengendalian kualitasnya. Untuk meningkatkan efektivitas pada aktivitas pengendalian kualitasnya, perusahaan dapat menggunakan alat pengendalian kualitas lain yaitu diagram sebab akibat, karena melalui diagram ini dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah kualitas yang utama, dan akibat yang disebabkan oleh faktor penyebab tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan.


(27)

3. Perusahaan harus terus dapat mendorong dan memotivasi para pegawainya untuk lebih bertanggungjawab dan disiplin, serta peduli terhadap tugas dan pekerjaannya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sanksi dan teguran bagi pegawai yang tidak disiplin dan tidak bertanggungjawab, serta memberikan penghargaan bagi pegawai yang selalu bekerja dengan baik.

4. Untuk mengurangi biaya kualitas yang terjadi, perusahaan sebaiknya melakukan tindakan perbaikan yang menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat pencegahan dan penilaian, antara lain dengan:

• Menambah jumlah inspeksi, yaitu pada tahap produksi yang berpotensi menimbulkan produk cacat, seperti saat proses sizing dan pertenunan. • Meningkatkan program pelatihan, tidak hanya untuk pegawai baru

saja, tapi juga untuk pegawai yang sudah ada yang memiliki posisi inti dalam proses produksi.

• Melakukan pemeriksaan dan perawatan mesin secara berkala untuk mencegah kerusakan mesin secara tiba-tiba.

Melakukan evaluasi dan pemilihan supplier dengan lebih selektif.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Agus. 2002. Edisi 4. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Assauri, Sofjan. 2004. Edisi Revisi. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Besterfield, Dale H. 2003. Edisi 3. Total Quality Management. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Edisi 13. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing.

Edmonds, Thomas P., Cindy D. Edmonds, Bor-Yi Tsay. 2000. Fundamental Managerial Accounting Concept. Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Foster, S. Thomas. 2004. Edisi 2. Managing Quality. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Fryman, Mark A. 2002. Quality and Process Improvement. New York: Delmar Thomson Learning.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2000. edisi internasional. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill.

Gryna, Frank M. 2001. Edisi 4. Quality Planning and Analysis. New York: McGraw-Hill.

Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen. 2005. Edisi 7. Management Accounting. Cincinnati, Ohio: South-Western College Publising.

Hariadi, Bambang. 2002. Edisi Pertama. Akuntansi Manajemen – Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta: BPFE.


(29)

Heizer, Jay and Barry Render. 2005. Edisi 7. Operations Management, atau Manajemen Operasi, terj. Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy. Jakarta: Salemba Empat.

Hilton, Ronald W. 2005. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill International Edition.

Hilton, Ronald W., Michael W. Maher, Frank H. Selto. 2003. Edisi 2. Cost Management: Strategies for Business Decisions. New York: McGraw-Hill.

Horngren, Charles T., George Foster, Srikant M. Datar. 2006. Edisi 11. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Jain, P. L. 2001. Quality Control and TQM. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publising Company Limited.

Robert, S. Russell and Bernard W. Taylor III. 2003. Edisi 4. Operations Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Wadsworth, Harrison M., Kenneth S. Stephens, A. Blanton Godfrey. 2002. Edisi 2. Modern Methods for Quality Control and Improvement. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Young, S. Mark, Robert S. Kaplan, and Anthony A. Atkinson. 2004. Edisi 4. Management Accounting. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

www.antara.co.id/arc/2007/9/6/industri-tekstil-genjot-ekspor/

www.antara.co.id/arc/2007/9/6/pemerintah-lanjutkan-program-restrukturi-sasi-industri-tekstil/

www.digilib.unikom.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-ahmad-5629-2002 www.kompas.co.id/utama/news/0312/22/161927.htm

www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ekonomi-sore/industri-tekstil-perlu-restrukturisasi-3.html


(1)

dilakukan di PT Trisula Textile Industries melalui empat tahap, yaitu: inspeksi bahan baku, inspeksi gudang, middle inspect, dan final inspect & test.

• Untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkannya, perusahaan telah menetapkan spesifikasi atau standar untuk bahan baku yang digunakan dalam proses produksi maupun untuk produk akhir.

• Selain itu, untuk mendukung aktivitas pengendalian kualitasnya, perusahaan telah menggunakan diagram pareto sebagai alat bantu dalam kegiatan pengendalian kualitasnya.

3. Biaya-biaya yang terjadi pada PT Trisula Textile Industries sehubungan dengan dilakukannya aktivitas pengendalian kualitas produk, adalah:

• Biaya perencanaan kualitas

• Biaya pemeliharaan dan reparasi mesin • Biaya pelatihan karyawan

Biaya evaluasi kualitas supplier • Biaya inspeksi

Biaya sisa bahan (scrap & waste costs) Biaya pengerjaan ulang (rework costs) • Biaya turunnya harga jual


(2)

4. Saat ini, perusahaan belum melakukan analisis biaya kualitas, meskipun pada kenyataannya perusahaan mengeluarkan biaya kualitas. Perusahaan belum melakukan pengidentifikasian dan penggolongan serta perhitungan biaya kualitas secara khusus, dan masih tergabung dalam perhitungan biaya produksi. Data yang ada di perusahaan yang berkaitan dengan kualitas hanyalah catatan yang menunjukkan jenis dan jumlah produk cacat yang terjadi serta aktivitas pengendalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Dengan dilakukannya analisis biaya kualitas dalam aktivitas pengendalian

kualitas di PT Trisula Textile Industries, dapat diketahui besarnya biaya kualitas yang terjadi dan distribusinya dalam empat kategori biaya kualitas. Dari hasil analisis, diketahui bahwa biaya kegagalan internal merupakan komponen biaya kualitas terbesar di perusahaan. Biaya kegagalan ini dapat dikurangi dengan menambah kegiatan yang bersifat pencegahan dan penilaian. Dengan dilakukannya hal tersebut, biaya kegagalan yang terjadi akan berkurang sehingga menurunkan biaya kualitas secara keseluruhan. Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi. Penurunan total biaya kualitas secara otomatis menurunkan biaya produksi perusahaan. Penurunan biaya produksi ini menyebabkan terjadinya efisiensi biaya produksi, karena untuk memproduksi produk dalam jumlah yang sama dikeluarkan biaya yang lebih sedikit.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis memberikan saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam melakukan perbaikan, sebagai berikut:

1. Agar aktivitas pengendalian kualitas dapat terlaksana dengan baik, sebaiknya perusahaan melakukan analisis biaya kualitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi unsur-unsur biaya kualitas yang terjadi pada aktivitas pengendalian kualitas perusahaan.

b) Menggolongkan biaya kualitas yang terjadi ke dalam empat kategori biaya kualitas, yaitu: biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

c) Menghitung besarnya biaya kualitas untuk masing-masing kategori. d) Membuat laporan tertulis mengenai biaya kualitas secara periodik. e) Melakukan analisis dan perbandingan biaya kualitas serta evaluasi atas

kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilakukan perusahaan. 2. Perusahaan telah menggunakan diagram pareto sebagai alat bantu dalam

kegiatan pengendalian kualitasnya. Untuk meningkatkan efektivitas pada aktivitas pengendalian kualitasnya, perusahaan dapat menggunakan alat pengendalian kualitas lain yaitu diagram sebab akibat, karena melalui


(4)

3. Perusahaan harus terus dapat mendorong dan memotivasi para pegawainya untuk lebih bertanggungjawab dan disiplin, serta peduli terhadap tugas dan pekerjaannya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sanksi dan teguran bagi pegawai yang tidak disiplin dan tidak bertanggungjawab, serta memberikan penghargaan bagi pegawai yang selalu bekerja dengan baik.

4. Untuk mengurangi biaya kualitas yang terjadi, perusahaan sebaiknya melakukan tindakan perbaikan yang menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat pencegahan dan penilaian, antara lain dengan:

• Menambah jumlah inspeksi, yaitu pada tahap produksi yang berpotensi menimbulkan produk cacat, seperti saat proses sizing dan pertenunan. • Meningkatkan program pelatihan, tidak hanya untuk pegawai baru

saja, tapi juga untuk pegawai yang sudah ada yang memiliki posisi inti dalam proses produksi.

• Melakukan pemeriksaan dan perawatan mesin secara berkala untuk mencegah kerusakan mesin secara tiba-tiba.

Melakukan evaluasi dan pemilihan supplier dengan lebih selektif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Agus. 2002. Edisi 4. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Assauri, Sofjan. 2004. Edisi Revisi. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Besterfield, Dale H. 2003. Edisi 3. Total Quality Management. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Edisi 13. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing.

Edmonds, Thomas P., Cindy D. Edmonds, Bor-Yi Tsay. 2000. Fundamental Managerial Accounting Concept. Singapore: McGraw-Hill International Edition.

Foster, S. Thomas. 2004. Edisi 2. Managing Quality. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Fryman, Mark A. 2002. Quality and Process Improvement. New York: Delmar Thomson Learning.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2000. edisi internasional. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill.

Gryna, Frank M. 2001. Edisi 4. Quality Planning and Analysis. New York: McGraw-Hill.


(6)

Heizer, Jay and Barry Render. 2005. Edisi 7. Operations Management, atau Manajemen Operasi, terj. Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy. Jakarta: Salemba Empat.

Hilton, Ronald W. 2005. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill International Edition.

Hilton, Ronald W., Michael W. Maher, Frank H. Selto. 2003. Edisi 2. Cost Management: Strategies for Business Decisions. New York: McGraw-Hill. Horngren, Charles T., George Foster, Srikant M. Datar. 2006. Edisi 11. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Jain, P. L. 2001. Quality Control and TQM. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publising Company Limited.

Robert, S. Russell and Bernard W. Taylor III. 2003. Edisi 4. Operations Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Wadsworth, Harrison M., Kenneth S. Stephens, A. Blanton Godfrey. 2002. Edisi 2. Modern Methods for Quality Control and Improvement. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Young, S. Mark, Robert S. Kaplan, and Anthony A. Atkinson. 2004. Edisi 4. Management Accounting. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

www.antara.co.id/arc/2007/9/6/industri-tekstil-genjot-ekspor/

www.antara.co.id/arc/2007/9/6/pemerintah-lanjutkan-program-restrukturi-sasi-industri-tekstil/

www.digilib.unikom.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-ahmad-5629-2002

www.kompas.co.id/utama/news/0312/22/161927.htm

www.seputar-indonesia.com/edisicetak/ekonomi-sore/industri-tekstil-perlu-restrukturisasi-3.html