EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS : 2106/UN.40.2.4/PL/2014

EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI

LAMPUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

Mahardika Agung Saputra

NIM 1006265

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Mahardika Agung Saputra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Mahardika Agung Saputra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

Pembimbing I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd

Pembimbing II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd

Oleh : Mahardika Agung Saputra (1006265)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan industri keripik pisang di Provinsi Lampung yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki peluang usaha cukup besar bagi para pelaku ekonomi karena proses pengolahan yang tidak terlalu rumit namun memiliki nilai ekonomi yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung eksistensi industri keripik pisang, kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang, dan mengidentifikasi sistem mendapatkan bahan baku serta strategi pemasaran industri keripik pisang di Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fisik (iklim, lahan, aksesibilitas), faktor sosial (pendidikan, tenaga kerja, pendapatan, teknologi, tempat tinggal, kesehatan, kebijakan pemerintah), faktor ekonomi (modal, pemasaran, bahan baku, transportasi). Variabel terikatnya adalah eksistensi industri keripik pisang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara berstruktur, studi dokumentasi dan studi literatur. Populasi dalam penelitian ini yaitu populasi wilayah (seluruh wilayah Provinsi Lampung dimana terdapat 141 home industri keripik pisang, dan seluruh wilayah perkebunan pisang yang berada di Provinsi Lampung) dan populasi manusia pengusaha (pengrajin) home industri keripik pisang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 15 wilayah perkebunan pisang, dan 37 pengusaha. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik (persentase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan industri keripik pisang di Provinsi Lampung tetap dapat bertahan dan menjaga eksistensinya karena dipengaruhi faktor fisik yang mendukung dalam pengadaan sumber bahan baku, dan jaringan jalan. Faktor lain yang mendukung diantaranya modal, tenaga kerja, dan pemasaran. Selain itu pendapatan yang diperoleh dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan lapangan kerja tercipta dengan adanya industri keripik pisang. Berdasarkan hasil penelitian eksistensi industri keripik pisang dipengaruhi oleh ketersediaan modal, bahan baku, jaringan jalan mendukung, serta pemasaran yang mencakup wilayah-wilayah di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.


(5)

ABSTRACT

EXISTENCE OF INDUSTRY BANANA CHIPS IN LAMPUNG PROVINCE

Adviser I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd

Adviser II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd

By : Mahardika Agung Saputra (1006265)

Research was triggered by the existence of banana industry chips in Lampung Provincial that has the potential to be developed and having business opportunity quite big advantage to the economic agents for processing that is not too complicated but have economic value that big enough. This research aims to identify factors that support the existence of banana chips industry, socio-economic conditions of the entrepreneur (handicrafts) banana chips industry, and identify the system get the raw materials as well as banana chips industry marketing strategy in the Province of Lampung. Method research used is method descriptive.Variable free in this research is factor physical ( climate, land accessibility ), factors social ( education, labor, income, technology, shelter, health, government policy ), economic factors ( capital, marketing- raw materials, transportation ). Variable bound is the existence of industry chips the banana.The technique of collecting data used in this research is observation lapangan, presently, an interview the study of documentation and the study of literature.The population in research is the population wilayah ( all areas where there are Lampung Provincial chips banana industry, 141 home and all the plantation banana who was in Lampung Provincial ) and the human population businessman ( handicraftsman ) home industry chips the banana.The number of samples to be taken as many as 15 banana, a region of the plantation and 37 entrepreneurs. Analysis of data used is descriptive analysis and statistic analysis ( percentage ).The result showed that the industry chips banana in Lampung Provincial bank could endure and maintain their existence because influenced factor physical support in procuring source of raw materials, and road network. The other factors that support of them capital, labor, and marketing.Besides income gained may fulfill the needs of the family and employment opportunities created by the presence of industry chips the banana.Based on the research existence industry chips pisang affected by the availability of capital, raw materials, the road network supporting, and marketing which includes the region on the island of Sumatra, Java, Borneo, Sulawesi, and East Nusa Tenggara.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Analisis Geografi Terhadap Industri Kecil ... 9

B. Eksistensi Industri ... 10

1. Pengertian eksistensi ... 10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi industri ... 10

3. Konsep industri ... 15

C. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi ... 21

D. Gambaran Umum Tumbuhan Pisang ... .. 22

1. Budidaya Pisang ... .. 23

2. Kandungan dan Manfaat Pisang ... .. 27

E. Gambaran Umum Industri Keripik Pisang Geografi ... 30

F. Penelitian-penelitian yang relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Populasi ... 35


(7)

B. Desain Penelitian ... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Metode Penelitian ... 42

E. Definisi Operasional ... 43

1. Eksistensi ... 43

2. Industri Keripik Pisang ... 43

3. Provinsi Lampung ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Data Primer ... 45

2. Data Sekunder ... 46

H. Alat Pengumpulan Data ... 47

1. Alat penelitian ... 47

2. Bahan Penelitan ... 47

I. Teknik Pengolahan Data ... 47

1. Editing data ... 47

2. Coding ... 48

3. Entry ... 48

4. Tabulasi ... 48

J. Analisis Data ... 48

1. Analisis Deskriptif ... 48

2. Analisis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 50

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 50

a. Letak dan Luas ... 50

b. Topografi ... 52

c. Iklim ... 53

d. Administrasi ... 56

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 58

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 58

b. Komposisi Penduduk ... 60

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 62

1. Faktor yang Mendukung Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 62

a. Kondisi Fisik (Iklim, Lahan dan Aksesibilitas) ... 62

b. Modal yang digunakan ... 75

c. Peralatan, Pengepakan, Pemasaran, Bantuan Pemerintah dan Permintaan dan Permintaan Produk ... 77

2. Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha (Pengrajin) Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 82

a. Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 82

b. Motifas atau Alasan Pengusaha ... 85


(8)

d. Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian Pokok ... 89

e. Pendapatan dan Jumlah Pengeluaran ... 91

f. Jumlah Tenaga Kerja dan Sistem Upah ... 93

g. Fasilitas Kesehatan ... 95

h. Luas Tanah dan Status Kepemilikan Tempat Tinggal ... 96

3. Sistem Mendapatkan Bahan Baku dan Pengembangan Pemasaran Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 98

a. Cara Mendapatkan dan Asal Bahan Baku ... 98

b. Pengembangan Pemasaran Industri Keripik Pisang ... 102

c. Sarana Transportasi yang digunakan ... 106

C. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi ... 106

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 109

A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN ... 117


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung (Ton), 2012 ... 3

Tabel 2.1 Deskripsi dan sifat – sifat varietas pisang di Indonesia ... 22

Tabel 2.2 Dosis Pupuk ... 25

Tabel 2.3 Kandungan gizi buah pisang per 100 gram ... 28

Tabel 3.1 Data home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 36

Tabel 3.2 Variabel penelitian ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian responden pengusaha ... 44

Tabel 3.4 Kisi pedoman observasi ... 45

Tabel 3.5 Persentase hasil penelitian ... 49

Tabel 4.1 Rata-rata jumlah curah hujan tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 54

Tabel 4.2 Rata-rata jumlah hari hujan tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 54

Tabel 4.3 Rata-rata penyinaran matahari tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 55

Tabel 4.4 Rata-rata suhu udara tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung... 55

Tabel 4.5 Rata-rata kelembaban udara tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 56

Tabel 4.6 Jumlah dan kepadatan penduduk Provinsi Lampung ... 58

Tabel 4.7 Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di Provinsi Lampung ... 60

Tabel 4.8 Kondisi fisik berdasarkan penelitian di lapangan ... 63

Tabel 4.9 Kondisi fisik berdasarkan penelitian di lapangan ... 64

Tabel 4.10 Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (Ton), 2012 ... 74

Tabel 4.11 Berdasarkan banyak bahan baku dibutuhkan dalam satu kali produksi ... 75


(10)

Tabel 4.13 Berdasarkan asal modal usaha ... 77

Tabel 4.14 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 78

Tabel 4.15 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 79

Tabel 4.16 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 80

Tabel 4.17 Berdasarkan permintaan produk ... 81

Tabel 4.18 Berdasarkan harga jual produk per kg ... 82

Tabel 4.19 Responden pengusaha berdasarkan jenis kelamin ... 82

Tabel 4.20 Responden pengusaha keripik pisang berdasarkan usia ... 83

Tabel 4.21 Cross tab responden berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 85

Tabel 4.22 Status responden ... 85

Tabel 4.23 Responden berdasarkan alasan mendirikan industri keripik pisang ... 86

Tabel 4.24 Berdasarkan ide dalam membuat keripik pisang ... 86

Tabel 4.25 Responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 87

Tabel 4.26 Responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... 88

Tabel 4.27 Tingkat pendidikan terakhir responden... 89

Tabel 4.28 Industri keripik berdasarkan mata pencaharian pokok ... 91

Tabel 4.29 Berdasarkan besar pendapatan bersih dalam satu bulan ... 91

Tabel 4.30 Pendapatan yang diperoleh apakah dapat mencukupi kebutuhan ... 92

Tabel 4.31 Berdasarkan jumlah pengeluaran ... 93

Tabel 4.32 Berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 94

Tabel 4.33 Sistem upah yang diberikan... .. 94

Tabel 4.34 Sarana kesehatan yang dimanfaatkan ... 95

Tabel 4.35 Berdasarkan luas tanah tempat tinggal... 96

Tabel 4.36 Berdasarkan status kepemilikan tempat tinggal ... 97

Tabel 4.37 Berdasarkan cara mendapatkan bahan baku ... 98

Tabel 4.38 Pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ... 99


(11)

Tabel 4.40 Berdasarkan siapa yang memasarkan ... 102 Tabel 4.41 Berdasarkan daerah pemasaran keripik pisang ... 103 Tabel 4.42 Sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil bahan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Sampel Penelitian ... ... 39

Gambar 3.2 Bagan Desain Penelitian ... 40

Gambar 4.1 Peta Administrasi Penelitian ... 51

Gambar 4.2 Grafik banyak bahan baku dibutuhkan dalam satu kali produksi ... 75

Gambar 4.3 Grafik berdasarkan modal yang dihabiskan dalam satu kali produksi ... 76

Gambar 4.4 Grafik berdasarkan permintaan produk ... 80

Gambar 4.5 Grafik responden pengusaha berdasarkan jenis kelamin ... 83

Gambar 4.6 Grafik responden pengusaha berdasarkan usia ... 84

Gambar 4.7 Grafik responden berdasarkan alasan mendirikan industri keripik pisang ... .. 86

Gambar 4.8 Grafik berdasarkan ide dalam membuat keripik pisang ... 87

Gambar 4.9 Grafik berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 88

Gambar 4.10 Grafik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... . 89

Gambar 4.11 Grafik tingkat pendidikan responden ... . 90

Gambar 4.12 Grafik berdasarkan besar pendapatan bersih dalam satu bulan ... 91

Gambar 4.13 Grafik pendapatan yang diperoleh apakah dapat mencukupi kebutuhan ... 92

Gambar 4.14 Grafik berdasarkan jumlah pengeluaran ... . 93

Gambar 4.15 Grafik berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 94

Gambar 4.16 Grafik sistem upah yang diberikan ... 95

Gambar 4.17 Grafik sarana kesehatan yang dimanfaatkan ... . 96

Gambar 4.18 Grafik berdasarkan luas tanah tempat tinggal ... 97

Gambar 4.19 Grafik berdasarkan status kepemilikan tempat tinggal ... 98

Gambar 4.20 Grafik berdasarkan cara mendapatkan bahan baku ... 99

Gambar 4.21 Grafik pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ... ... 100


(13)

Gambar 4.23 Grafik berdasarkan siapa yang memasarkan ... .... ... 103 Gambar 4.24 Grafik berdasarkan daerah pemasaran keripik pisang ... 104 Gambar 4.25 Peta jangkauan pemasaran keripik pisang ... ... 105 Gambar 4.26 Grafik sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen penelitian wawancara untuk pengusaha atau

pengrajin keripik pisang ... 117

Lampiran 2. Lembar pedoman observasi “potensi pengembangan pohon pisang kepok di Provinsi Lampung ... 121

Lampiran 3. Instrumen penelitian pedoman wawancara untuk dinas KUKM perindag Provinsi Lampung ... 124

Lampiran 4. Dokumentasi lapangan ... 126

Lampiran 5. Surat keputusan dosen pembimbing ... 131

Lampiran 6. Permohonan izin penelitian ... 134

Lampiran 7. Surat rekomendasi penelitian kesatuan bangsa dan politik daerah ... 135

Lampiran 8. Data home industri keripik pisang di Provinsi Lampung sumber : Dinas KUKM perindag ... 136


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor fisik dan sosial yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut. Kondisi fisik dan sosial yang berbeda disetiap wilayah mengakibatkan kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun berbeda-beda.

Pada sektor industri kegiatan yang dilakukan manusia guna meningkatkan taraf hidup dalam bentuk kerajinan mengalami perbedaan yang signifikan antara negara maju dengan negara berkembang hal tersebut dicirikan dengan perbedaan kemajuan dibidang teknologi yang menunjang industri. Pada negara maju, sektor industri terjadi perkembangan yang pesat dan berpengaruh sangat besar bagi perekonomian negara-negara berkembang. Berbeda halnya dengan negara berkembang, masih banyak yang harus dibenahi dalam merintis industri. Pada pembangunan sektor industri bisa dilihat dari perkembangan laju perekonomian yang ada di suatu negara tersebut, semakin besar pendapatan suatu negara dari industri maka dapat disimpulkan negara tersebut berhasil dalam pengelolaan dan pengembangan di sektor industri.

Industri merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Awal mulanya sektor industri murni menggunakan tenaga manusia memanfaatkan sumber daya manusia, akan tetapi muncul ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh. Sehingga terjadi revolusi industri pekerjaan atau kegiatan manusia dalam industri di kerjakan oleh tenaga mesin. Pada masa itulah terjadi perubahan paradigma. Negara indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan kegiatan industri yang masih dalam tahap perkembangan, walaupun pada dasarnya Negara Indonesia masih belum dapat dikatakan sempurna dalam hal peningkatan industri tetapi Negara Indonesia mempunyai target khusus dalam ketercapaian peningkatan industri. Seperti halnya pada


(16)

2

industri kecil sampai menengah, Negara Indonesia berusaha mengoptimalisasi untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas dari hasil industri tersebut.

Industri memiliki andil sebagai salah satu pemasukan terbesar pada anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah pusat maupun pemerintah daerah membuat suatu kebijakan dalam meningkatkan industri kecil dalam hal peningkatan mutu ataupun pengembangan dalam hal produksi walaupun secara tidak langsung.

Adapun industri kecil mempunyai peranan terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat terutama lingkungan sekitar serta dapat menekan angka pengangguran.

Industri kecil biasanya dikelola oleh perseorangan atau pada ruang dilingkup rumah tangga dengan memanfaatkan potensi yang berada pada daerah tersebut, potensi tersebut meliputi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mendukung dalam peningkatan ekonomi dan menunjang ke berlangsung pada kegiatan industri kecil atau home industri. Industri ini memiliki pengakuan secara sah oleh Pemerintah dan memiliki izin dari Dinas Koperasi,Usaha Mikro Kecil,Perindustrian dan Perdagangan yang berada pada daerah tersebut.

Berdasarkan : Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 maka pengertian usaha kecil adalah : “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak

sehat.”dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.

Kriteria usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

Usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000, milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Home Industri juga dapat berarti industri rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga.


(17)

3

Peranan usaha kecil tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat, seperti yang dikemukakan oleh Tambunan (2002, hlm. 7) Sebagai berikut :

Masalah dalam usaha kecil adalah keterbatasan modal atau investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta kesulitan dalam pemasaran.

Melihat dari adanya ketersediaan bahan baku yang relatif mudah diperoleh maka home industri keripik pisang berkembang di Provinsi Lampung dan menjadi salah satu produk unggulan yang di miliki. Akan tetapi tidak serta merta dengan mudah mendapatkan bahan baku Provinsi Lampung dikenal sebagai penghasil pisang tetapi bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi bukan pisang yang banyak dihasilkan.

Jenis pisang yang banyak dihasilkan Provinsi Lampung adalah pisang cavendish, sedangkan pisang yang digunakan untuk bahan baku keripik yaitu jenis pisang kepok dan raja nangka. Berikut Tabel 1.1 Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2012.

Tabel 1.1

Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (Ton), 2012

No Kabupaten/Kota Buah Pisang Persentase (%)

1 Lampung Barat 8.236 1,01

2 Tanggamus 8.750 1,07

3 Lampung Selatan 199.416 24,39

4 Lampung Timur 153.491 18,77

5 Lampung Tengah 7.712 0,94

6 Lampung Utara 8.584 1,05

7 Way Kanan 5.687 0,70

8 Tulang Bawang 1.276 0,16

9 Pesawaran 416.958 51,00

10 Pringsewu 1.519 0,19

11 Mesuji 2.957 0,36

12 Tulang Bawang Barat 2.300 0,28

13 Bandar Lampung 637 0,08

14 Metro 85 0,01

Jumlah Total 817.608 100


(18)

4

Berdasarkan tabel 1.1 produksi buah pisang di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada tahun 2012. Wilayah Kabupaten yang menghasilkan produksi buah pisang paling besar adalah Kabupaten Pesawaran yaitu 416.958 ton setara 51,00%, kedua Kabupaten Lampung Selatan 199.416 ton setara 24,39%, ketiga Kabupaten Lampung Timur 153,491 ton setara 18,77%, keempat Kabupaten Tanggamus 8.750 ton setara 1,07%, kelima Kabupaten Lampung Utara 8.584 ton setara 1,05%, keenam Kabupaten Lampung Barat 8.236 ton setara 1,01%, produksi pisang kurang dari 1% diantaranya : Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Bandar Lampung, dan produksi paling sedikit Kota Metro hanya mencapai 85 ton setara 0,01% dari produksi Provinsi Lampung.

Perkembangan industri kecil (Mikro) dan industri rumah tangga (Home Industri) tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu bahan baku, aksesibilitas, pemasaran, ketersediaan tenaga kerja sehingga industri menjadi ada dan berkembang. Adapun perkembangannya industri kecil di suatu wilayah berkembang sendiri maupun mengelompok (kawasan home industri). Di Provinsi Lampung industri kecil yang berkembang secara berkelompok membentuk suatu kawasan berada di Kota Bandar Lampung yang di kenal sebagai sentra industri keripik pisang dengan jumlah pengusaha tidak kurang dari 30 yang terpusat di sepanjang Jalan Pagar Alam (Gang.PU) membentang melewati Kecamatan Kedaton, Kecamatan Tanjung Karang Barat, dan Kecamatan Langkapura. Di Kota Metro industri keripik pisang didominasi Kelurahan Yosodadi Metro Timur tidak kurang 4 pengusaha industri kecil.

Cikal-bakal adanya Industri keripik pisang sejak tahun 1996 yang sebelumnya daerah ini dikenal sebagai penghasil produk kripik singkong, Saat itu,perajin masih menjajakan keripik dengan berkeliling kota. “Lambat laun, menciptakan pasar sendiri dengan membuka toko dan menjajakan kripik pisang dengan berbagai variasi rasa. Hingga saat ini 30 produsen keripik pisang dan 56 toko.


(19)

5

Produksi keripik di Provinsi Lampung mencapai 3.000 ton per tahun. Dengan perhitungan harga jual keripik pisang rata-rata Rp. 10.000 Per 250gram, Rp.40.000 per kg, nilai ekonomi industri mencapai Rp.120 M setiap tahun. Keripik pisang merupakan komoditas unggulan yang berada di Provinsi Lampung. Pengusaha keripik pisang memperoleh modal dari Pemerintah daerah yang digulirkan melalui program bantuan akses permodalan yang dinamakan Dana

Ekonomi Kerakyatan. “Program ini bisa diakses pelaku usaha kecil dan mikro.

Plafon pinjaman maksimal Rp 5 juta dengan bunga 3 persen per tahun. Jika nilai pinjaman di bawah Rp 2 juta, tidak perlu agunan.”

Khusus untuk Kota Bandar Lampung PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 7 juga menyalurkan modal pinjaman kepada Gang PU yang merintis usaha keripik. Program itu dinamakan Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kawasan Gang PU berada dekat Kantor PTPN 7 sehingga warga diprioritaskan mendapat bantuan program modal pinjaman. Bantuan modal PKBL, merupakan pinjaman dengan maksimal anggaran Rp 20.000.000 dan bunga 0,5 persen per bulan.

Berdasarkan jenis pisang yang banyak digunakan dalam pembuatan keripik diantaranya Ambon dan Kepok. Istimewanya pisang jenis ini adalah ukuran dan jumlah sisirnya yang lebih banyak dari pisang jenis lain selain itu memiliki aroma dan rasa yang enak dibanding pisang lain. Meski pasokan pisang di Lampung melimpah, bahkan Lampung menjadi penghasil pisang terbesar di Indonesia, tetapi kesulitan mendapatan pisang masih mereka rasakan karena pisang sendiri memiliki masa panen yang relatif lama, dan harganya pisang yang rendah, tidak sesuai dengan masa penanaman menyebabkan petani beralih ketanaman yang lebih produktif. Faktor lainnya yaitu permintaan bahan baku yang banyak tetapi sumber bahan baku terus berkurang.

Penelitian ini begitu penting dilakukan untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dari home industri keripik pisang tersebut. Selain itu adanya home industri keripik pisang merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan dikarenakan bahan baku yang mudah didapat proses pengolahannya yang tidak terlalu rumit (sederhana) namun memiliki nilai investasi yang besar.


(20)

6

Keripik pisang merupakan salah satu produk unggulan Provinsi Lampung terutama di sektor industri rumah tangga (home industri) merupakan aset penting yang harus dikembangkan sehingga mampu bersaing dengan industri besar. Industri keripik pisang telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya dan penggerak perekonomian di Provinsi Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang industri keripik pisang di Provinsi Lampung. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Eksistensi Industri Keripik Pisang Di Provinsi Lampung”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Faktor apa yang mendukung eksistensi industri keripik pisang di Provinsi Lampung?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang di Provinsi Lampung?

3. Bagaimanakah sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan pemasaran industri keripik pisang di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor yang mendukung eksistensi industri keripik pisang di Provinsi Lampung.

2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang di Provinsi Lampung.

3. Mengidentifikasi sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan pemasaran industri keripik pisang di Provinsi Lampung.


(21)

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua pihak yang terkait, ada beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan di antaranya yaitu :

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman konsep mengenai industri dan ekonomi yang merupakan bidang cabang ilmu geografi industri dan geografi ekonomi, serta memperoleh gambaran lebih jelas mengenai kesesuaian teori dengan fakta di lapangan.

2. Menjadi sumber informasi dan sumber data mengenai industri keripik pisang di Provinsi Lampung untuk penelitian selanjutnya.

3. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan rekomendasi untuk pemerintah setempat serta masyarakat mengenai eksistensi industri keripik pisang di Provinsi Lampung.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan ini, maka pembahasan akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Pustaka

A. Analisis Geografi Terhadap Industri Kecil B. Eksistensi Industri

C. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi D. Gambaran Umum Tumbuhan Pisang

E. Gambaran Umum Industri Keripik Pisang F. Penelitian-penelitian yang relevan


(22)

8

BAB III Metode Penelitian

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel B. Desain Penelitian

C. Variabel Penelitian D. Metode Penelitian E. Definisi Operasional F. Instrumen Penelitian G. Teknik Pengumpulan Data H. Alat Pengumpulan Data I. Teknik Pengolahan Data J. Analisis Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Gambaran Umum Daerah Penelitian B. Hasil dan Pembahasan

C. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan B. Saran


(23)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung

” ini, maka dapat di ambil beberapa simpulan dan saran yang berkaitan dengan

hasil penelitian.

A. Simpulan

Adapun simpulan dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor pendukung eksistensi industri keripik pisang di Provinsi Lampung adalah kondisi fisik meliputi iklim, lahan dan aksesibilitas, modal yang digunakan, peralatan, pengepakan, pemasaran, bantuan pemerintah dan permintaan produk. Adapun pemaparannya sebagai berikut :

a. Kondisi fisik (iklim, lahan dan aksesibilitas) merupakan faktor penting dalam sebuah industri, kondisi fisik mempengaruhi berbagai aspek diantaranya ketersediaan ketersediaan bahan baku, dengan iklim tropis cendrung lembab dengan derajat keasaman 6,0 – 7,5. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan mengambil 15 sampel lokasi kebun pisang kepok hampir semua baik dijadikan habitat budidaya dan pengembangan tanaman pisang hanya yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air disaat – saat musim kemarau. Adanya kondisi fisik iklim dan lahan di Provinsi Lampung yang menunjang keberadaan pisang kepok, namun dikarenakan masa panen yang lama, untuk jenis pisang kepok tidak jarang pengusaha atau pengrajin menggantikan dengan jenis lain yaitu pisang raja nangka dan berpengaruh terhadap kualitas dan kenikmatan keripik pisang.

Kondisi fisik yang tak kalah penting yaitu aksesibilitas dengan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran produksi seperti kondisi jalan, jarak antara bahan baku dan tempat produksi. Kondisi sarana jalan dalam mendukung kelancaran produksi baik dalam proses pengangkutan


(24)

110

bahan mentah maupun hasil produksi pisang akan berpengaruh terhadap lancar atau tidaknya arus barang tersebut.

Kondisi jalan yang dilalui pada saat pengangkutan bahan mentah masih kurang baik banyak jalan-jalan yang rusak dan sepertinya kurang diperhatikan oleh pemerintah karena lokasinya jauh dari pemerintahan. Berbeda halnya dengan jalan yang dilalui pada saat pengangkutan hasil produksi pisang karena lokasinya berada di daerah ramai dan perkotaan akses jalan sudah lumayan baik. Adapun akses pemasaran hasil produksi pisang yang jauh dilakukan menggunakan jasa pengangkutan barang baik darat ataupun udara. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap lokasi industri keripik pisang yang berada di daerah pemasaran dikarenakan bahan baku yang mudah didatangkan berdasarkan teori susut dan ongkos transport hal tersebut tidak sesuai karena makin besar susut bahan baku dalam pengolahan industri cenderung ditempatkan di daerah bahan mentah. Sedangkan industri keripik pisang susut bahan baku dalam pengolahan besar tetapi lokasi industri berada di daerah pasar dan pengrajin yang berdomisili di daerah pemasaran.

b. Modal yang digunakan dalam satu kali produksi bervariasi tergantung pada jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi dan pengeluaran selama proses pembuatan.

c. Peralatan, pengepakan, pemasaran, bantuan pemerintah dan permintaan produk

Pada proses pembuatan keripik pisang peralatan yang digunakan masih sederhana dan prosesnya manual mengupas, mencuci, memotong, menggoreng dan mengeringkan (meniriskan) minyak. Pengepakan dilakukan setelah pemberian bumbu atau rasa pada keripik sesuai dengan yang dikehendaki. Setiap industri memiliki wadah berbeda – beda untuk pengepakan keripik, tetapi semuanya menggunakan plastik yang telah diberi nama produk masing – masing.

Berdasarkan pemasaran setiap industri keripik pisang memiliki jangkauan masing – masing. Semua industri memasarkan produknya di


(25)

111

wilayah sekitarnya, dan sebagian besar home industri memasarkan sampai ke pulau – pulau lain seperti Jawa. Beberapa home industri sudah mencapai pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT.

Bantuan pemerintah dalam bentuk barang di peruntukkan secara berkelompok ada pengusaha yang mengakui keberadaan bantuan tersebut dan ada juga yang tidak mendapatkannya. Akan tetapi pemerintah memberikan pelatihan – pelatihan bagi pengusaha – pengusaha yang ingin mengetahui proses pengolahan yang baik, menjaga kualitas produk, dan manajemen usaha kecil menengah. Permintaan produk keripik pisang cenderung stabil dan sedikit mengalami peningkatan.

2. Kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang

Kondisi sosial ekonomi pengusaha atau pengrajin keripik pisang mengalami peningkatan. Hampir semua pengusaha bermata pencaharian pokok sebagai produsen keripik pisang yang sebelumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup setelah menekuni usaha keripik pisang dengan pendapatan yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan anak. Adanya industri keripik pisang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran.

3. Sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan pemasaran

Untuk sistem mendapatkan bahan baku pengusaha home industri keripik pisang memiliki cara sendiri – sendiri, akan tetapi sebagian besar memperoleh bahan baku melalui perantara, dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tidak mengalami kesulitan hanya pada waktu – waktu tertentu seperti menjelang hari raya, musim kemarau jenis pisang kepok sulit didapat, namun pengusaha memiliki alternatif dengan mencari jenis pisang lain walaupun rasanya tidak seenak pisang kepok. Bahan baku yang digunakan berasal dari daerah lain masih di Provinsi Lampung.

Sistem pengembangan pemasaran para pengusaha memiliki cara sendiri untuk memasarkan hasil produksi keripik pisang tersebut. Dalam pemasaran hasil produksi pengusaha memanfaatkan segala sumber daya yang ada dari membuka kios penjualan produk sendiri, adanya cabang – cabang kios yang


(26)

112

distok produk keripik pisang, menjulan melalui media elektronik dengan memanfaatkan internet, dengan demikian dapat memperluas jaringan pemasaran produk keripik pisang. Sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil bahan baku dan mengantar hasil produksi pada industri keripik pisang yang dominan adalah kendaraan umum, lebih pada mengantar hasil produksi ke wilayah pemasaran yang jauh atau luar kota. Sedangkan untuk wilayah sekitar lokasi produksi menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor. Untuk bahan baku biasanya diantar oleh penjual pisang atau pengepul ke lokasi produksi dengan sepeda motor.

Kesulitan dalam pengembangan industri keripik pisang yang di kemukakan oleh Bu Yunani staff Dinas KUKM Perindag Provinsi Lampung adalah Kurang terorganisirnya kelompok – kelompok usaha kecil menengah karena setiap pemberian bantuan yang diberikan diperuntukkan secara berkelompok, terjadi persaingan yang kurang baik ada sebagian pihak menjatuhkan produk lain, kurang adanya konsistensi dalam menjaga kualitas produk.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan untuk industri keripik pisang di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, hendaknya faktor pendukung industri keripik pisang seperti aksesibilitas jaringan jalan diperbaiki agar membantu peningkatan perekonomian, pemberian pinjaman modal bagi mitra atau pengusaha yang telah dilatih terlebih dahulu dalam proses manajemen dan peningkatan kualitas produk.

2. Diadakan sensus terhadap pengusaha keripik pisang oleh pemerintah provinsi untuk memperoleh data yang akurat dan terbaru mengenai keberadaan home industri dan para pengusaha keripik pisang di Provinsi Lampung.

3. Pengusaha hendaknya lebih bijak dalam proses manajemen dan menjaga kualitas produk agar dapat bersaing secara nasional, jangan terpengaruh terhadap pihak – pihak lain yang bersifat negatif sebaiknya lebih fokus


(27)

113

kepada peningkatan kualitas dengan kreatifitas sendiri, lebih bijak mensiasati ketika terjadi kelangkaan bahan baku jenis tertentu.

4. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai industri keripik pisang di Provinsi Lampung semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I dan E Maryani. (1997 dan 1998). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

Abdurahman, M., Muhidin, S.A. dan Somantri, A. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Astuti, R.D. (2011). Konsep Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Ekmal/411/modul 6.

Bagong, Suyanto, dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group.

Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Tentang Industri. Dinas KUKM Provinsi Lampung.

Dinas Pert ani an dan Tanam an Pangan Provinsi Jawa Barat.

Budi daya Tanaman Pisang. (Onl ine), Tersedi a : http:// diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/ 1763 .

Djojodipuro, M. (1986). Teori Lokasi. Jakarta : FEUI.

Friamita, Mita. (2013). Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data dan Penelitian dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.

Kaleka, Norbertus. (2013). Pisang – Pisang Komersil. Solo : Arcita Kamus Besar Bahas Indonesia (2002 hlm 357) pengertian eksistensi. Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 Tentang Pengertian Usaha Kecil.

Kuncoro, M. (2002). Analisis Spasial dan Regional Studi Aglomerasi dan Klaster Industri Indonesia. Yogyakarta : AMPYKPKN.


(29)

115

Nazir, M. (1989). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurazizah, E. (2009). Eksistensi Pengrajin Mebel di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Nursolihat, Ifa. (2013). Eksistensi Industri Anyaman Rotan Di Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Pasya, G.K. (2001). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.

Saparuddin, M. (2010). Pertumbuhan Ekonomi dan Dinamika Industri Kecil dan Menengah. Bandung : UNPAD PRESS

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.

Suyanti Satuhu, B.Sc. dan Ir. Ahmad Supriyadi. (2002). Budidaya Pengelolahan dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta : Salemba Empat.

Tika, P. M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tsabitah, N. (2010). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Industri di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Undang-undang RI no. 9 tahun 1995 Tentang Kriteria Usaha Kecil.

Widjaj ani , Gat ot Y. 2008. K eunggulan K ompetiti f Industri K ecil Di Klast er Indust ri Kecil Tr adisi onal Dengan Pendekatan Ber basi s Sumber Daya : Studi Kasus Pengus aha Industr i Kecil Logam Kiara C ondong Bandung (Online), Tersedi a : http:// pusli t2.pet ra.ac.i d/ej ournal/i ndex.php/ind/arti cl e/vi ew/16 766.


(30)

116

Yuniaryo, E. S. (2008). Industri Kerajinan kue moci dan Kondisi Sosial Ekonomi Pekerja di Kecamatan Cikole Kabupaten Sukabumi. Fakultas Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Geografi. Skripsi : Bandung.


(1)

111

wilayah sekitarnya, dan sebagian besar home industri memasarkan sampai ke pulau – pulau lain seperti Jawa. Beberapa home industri sudah mencapai pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT.

Bantuan pemerintah dalam bentuk barang di peruntukkan secara berkelompok ada pengusaha yang mengakui keberadaan bantuan tersebut dan ada juga yang tidak mendapatkannya. Akan tetapi pemerintah memberikan pelatihan – pelatihan bagi pengusaha – pengusaha yang ingin mengetahui proses pengolahan yang baik, menjaga kualitas produk, dan manajemen usaha kecil menengah. Permintaan produk keripik pisang cenderung stabil dan sedikit mengalami peningkatan.

2. Kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang

Kondisi sosial ekonomi pengusaha atau pengrajin keripik pisang mengalami peningkatan. Hampir semua pengusaha bermata pencaharian pokok sebagai produsen keripik pisang yang sebelumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup setelah menekuni usaha keripik pisang dengan pendapatan yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan anak. Adanya industri keripik pisang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran.

3. Sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan pemasaran

Untuk sistem mendapatkan bahan baku pengusaha home industri keripik pisang memiliki cara sendiri – sendiri, akan tetapi sebagian besar memperoleh bahan baku melalui perantara, dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tidak mengalami kesulitan hanya pada waktu – waktu tertentu seperti menjelang hari raya, musim kemarau jenis pisang kepok sulit didapat, namun pengusaha memiliki alternatif dengan mencari jenis pisang lain walaupun rasanya tidak seenak pisang kepok. Bahan baku yang digunakan berasal dari daerah lain masih di Provinsi Lampung.

Sistem pengembangan pemasaran para pengusaha memiliki cara sendiri untuk memasarkan hasil produksi keripik pisang tersebut. Dalam pemasaran hasil produksi pengusaha memanfaatkan segala sumber daya yang ada dari membuka kios penjualan produk sendiri, adanya cabang – cabang kios yang


(2)

distok produk keripik pisang, menjulan melalui media elektronik dengan memanfaatkan internet, dengan demikian dapat memperluas jaringan pemasaran produk keripik pisang. Sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil bahan baku dan mengantar hasil produksi pada industri keripik pisang yang dominan adalah kendaraan umum, lebih pada mengantar hasil produksi ke wilayah pemasaran yang jauh atau luar kota. Sedangkan untuk wilayah sekitar lokasi produksi menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor. Untuk bahan baku biasanya diantar oleh penjual pisang atau pengepul ke lokasi produksi dengan sepeda motor.

Kesulitan dalam pengembangan industri keripik pisang yang di kemukakan oleh Bu Yunani staff Dinas KUKM Perindag Provinsi Lampung adalah Kurang terorganisirnya kelompok – kelompok usaha kecil menengah karena setiap pemberian bantuan yang diberikan diperuntukkan secara berkelompok, terjadi persaingan yang kurang baik ada sebagian pihak menjatuhkan produk lain, kurang adanya konsistensi dalam menjaga kualitas produk.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan untuk industri keripik pisang di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, hendaknya faktor pendukung industri keripik pisang seperti aksesibilitas jaringan jalan diperbaiki agar membantu peningkatan perekonomian, pemberian pinjaman modal bagi mitra atau pengusaha yang telah dilatih terlebih dahulu dalam proses manajemen dan peningkatan kualitas produk.

2. Diadakan sensus terhadap pengusaha keripik pisang oleh pemerintah provinsi untuk memperoleh data yang akurat dan terbaru mengenai keberadaan home industri dan para pengusaha keripik pisang di Provinsi Lampung.

3. Pengusaha hendaknya lebih bijak dalam proses manajemen dan menjaga kualitas produk agar dapat bersaing secara nasional, jangan terpengaruh terhadap pihak – pihak lain yang bersifat negatif sebaiknya lebih fokus


(3)

113

kepada peningkatan kualitas dengan kreatifitas sendiri, lebih bijak mensiasati ketika terjadi kelangkaan bahan baku jenis tertentu.

4. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai industri keripik pisang di Provinsi Lampung semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I dan E Maryani. (1997 dan 1998). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

Abdurahman, M., Muhidin, S.A. dan Somantri, A. (2011). Dasar-Dasar Metode

Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, R.D. (2011). Konsep Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Ekmal/411/modul 6.

Bagong, Suyanto, dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group.

Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Tentang Industri.

Dinas KUKM Provinsi Lampung.

Dinas Pert ani an dan Tanam an Pangan Provinsi Jawa Barat.

Budi daya Tanaman Pisang. (Onl ine), Tersedi a :

http:// diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/ 1763 .

Djojodipuro, M. (1986). Teori Lokasi. Jakarta : FEUI.

Friamita, Mita. (2013). Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot

Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data dan Penelitian dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.

Kaleka, Norbertus. (2013). Pisang – Pisang Komersil. Solo : Arcita Kamus Besar Bahas Indonesia (2002 hlm 357) pengertian eksistensi.

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 Tentang Pengertian Usaha Kecil.


(5)

115

Nazir, M. (1989). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurazizah, E. (2009). Eksistensi Pengrajin Mebel di Kecamatan Ciasem

Kabupaten Subang. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Nursolihat, Ifa. (2013). Eksistensi Industri Anyaman Rotan Di Kecamatan

Sindangwangi Kabupaten Majalengka. Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Pasya, G.K. (2001). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.

Saparuddin, M. (2010). Pertumbuhan Ekonomi dan Dinamika Industri Kecil dan

Menengah. Bandung : UNPAD PRESS

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni.

Suyanti Satuhu, B.Sc. dan Ir. Ahmad Supriyadi. (2002). Budidaya Pengelolahan

dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu

Penting. Jakarta : Salemba Empat.

Tika, P. M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tsabitah, N. (2010). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan

Industri di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.

Undang-undang RI no. 9 tahun 1995 Tentang Kriteria Usaha Kecil.

Widjaj ani , Gat ot Y. 2008. K eunggulan K ompetiti f Industri K ecil Di

Klast er Indust ri Kecil Tr adisi onal Dengan Pendekatan

Ber basi s Sumber Daya : Studi Kasus Pengus aha Industr i Kecil

Logam Kiara C ondong Bandung (Online), Tersedi a :

http:// pusli t2.pet ra.ac.i d/ej ournal/i ndex.php/ind/arti cl e/vi ew/16 766.


(6)

Yuniaryo, E. S. (2008). Industri Kerajinan kue moci dan Kondisi Sosial Ekonomi

Pekerja di Kecamatan Cikole Kabupaten Sukabumi. Fakultas Pendidikan

Ilmu pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Geografi. Skripsi : Bandung.