DAMPAK PENAMBAHAN FUNGSI KOMERSIAL PADA KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA.

(1)

BAB 5

ANALISA DAN IDENTIFIKASI DAMPAK PENAMBAHAN FUNGSI KOMERSIAL PADA KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

5.1 Analisa dan Identifikasi Dampak Fungsi Komersial terhadap

Lingkungan Kambang Iwak Palembang

Keberadaan Kawasan Kambang Iwak di Palembang pada area yang sangat strategis memberikan kemudahan akses dari berbagai bagian daerah kota Palembang, selain itu lingkungan sekitar yang sangat menunjang, juga menambah nilai kawasan ini.

a. Skala Pelayanan

Kambang Iwak merupakan Ruang Terbuka Hijau dengan skala pelayanan tingkat kotamaya. Kambang Iwak sendiri telah menjadi salah satu tempat rekreasi yang diminati oleh wisatawan lokal maupun non lokal.

Gambar 5.1. Skala pelayanan Kawasan Kambang Iwak Palembang Sumber : www. Google earth.com


(2)

b. Lingkungan sekitar

Kawasan Kambang Iwak terletak di daerah yang sangat strategis dan potensial, hal ini dapat dilihat pada lingkungan disekitarnya, yaitu :

Batas wilayah

Utara : Permukiman penduduk dan rumah Dinas Walikota Palembang

Timur : Jln. Dr. Sutomo, Kantor Dinas Perpajakan Sumatera Selatan

Selatan : Jln Tasik, Hotel dan Gedung Serbaguna Swarna Dwipa Barat : Permukiman Penduduk, Gereja Siloam

Gambar 5.2. Analisa kesinambungan terhadap lingkungan sekitar kawasan Kambang Iwak Palembang

Sumber : www. Google earth.com

Kesinambungan dengan lingkungan sekitar dapat terlihat dari berbagai kemudahan sudut pandang terhadap lingkungan sekitar, serta sebaliknya juga memberi kemudahan pandangan bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu juga, penduduk di sekitar dapat mengakses dengan leluasa kawasan Kambang Iwak ini.

Rumah Dinas Walikota Palembang

Gereja Siloam

Kantor Dinas Pajak

Hotel dan Gedung Serbaguna Permukiman


(3)

Analisa dan identifikasi kualitas dan dampak fungsi komersial pada Kambang Iwak berdasarkanThe Social Life of Small Urban Spaces, William H. Whyte

1. The Life of Plazas

Kawasan Kambang Iwak Palembang sebagai suatu ruang terbuka dapat dikategorikan sebagai salah satu plaza kota. Kualitas ruang terbuka dapat dilihat dari aktivitas yang berlangsung di dalamnya. A good new space builds a new constituency. It stimulates people into new habits and provides new paths to and from work, new places to pause. Ruang terbuka yang baik merupakan ruang yang penuh dengan aktfitas sosial serta menstimulasi kreatifitas pengunjungnya.

Sebelum adanya penambahan fungsi komersial ke dalam kawasan Kambang Iwak Palembang, aktifitas di dalam kawasan ini sangat sedikit. Waktu puncak kegiatan berlangsung adalah pada saat pagi akhir pekan, dengan dominasi kegiatan olahraga oleh pengunjung remaja dan orang dewasa.

Adanya penambahan fungsi komersial pada kawasan, menambah serta meberi banyak variasi kegiatan. Perbandingan kegiatan pada kawasan Kambang Iwak sebelum dan sesudah penambahan fungsi komersial dapat dilihat pada tabel berikut:

Kegiatan sebelum adanya fungsi komersial

N

o Pelaku Aktifitas

Tem pat

Weekday Waktu Weekend Waktu

Khus us

(senin s/d jum’at)

(Sabtu dan Minggu)

1

Pengunjun g

Anak-anak tidak ada - Jalan santai Pagi Ada

bermain Pagi TA

bersantai Pagi TA

berjemur Pagi TA

2 Remaja Parkir

inside

ntial Parkir Pagi TA

Balap Mobil/ Motor

inside


(4)

Berkumpul

inside

ntial Olahraga Pagi Ada

Sarapan Pagi TA

Pacaran Inside ntial TA Balap Mobil/ Motor Inside ntial TA

3 Dewasa tidak ada - Parkir Pagi TA

bersantai Pagi TA

Olahraga Pagi Ada

Sarapan Pagi TA

Bermain dengan

anak Pagi TA

4 Pedagang PKL tidak ada - Melayani Pembeli Pagi TA

5

Pengec

er tidak ada

-Menjajakan

jualanan Pagi TA

Melayani Pembeli Pagi TA

6 Petugas Kebersihan Membersihkan Kolam Membersihkan

Kolam Pagi Ada

Membersihkan Taman

Membersihkan

Taman Pagi Ada

Membersihkan Jalan

Membersihkan

Jalan Pagi Ada

Mengumpulkan Sampah

Mengumpulkan

Sampah Pagi Ada

Mengeluarkan sampah dari

Mengeluarkan

sampah dari Pagi TA

kawasan kawasan

Tabel 5.1. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak pra penambahan fungsi komersial Sumber : Observasi dan Wawancara

N

o Pelaku Aktifitas

Tem pat

Weekday Waktu Weekend Waktu

Khu sus (senin s/d jum’at) (Sabtu dan Minggu)


(5)

anak

bermain P Ada

bersantai P Ada

Makan P

berjemur P Ada

2 Remaja Parkir

P, S,

So, M Parkir

P, S,

So, M TA

Berkumpul

P, S,

So, M bersantai

P, S,

So, M Ada

Bersantai

P, S,

So, M Olahraga

P, S,

So, M Ada

Makan

P, S,

So, M Sarapan

P, S,

So, M Ada

Pacaran

P, So,

M TA

3 Dewasa Parkir

P, S,

So, M Parkir

P, S,

So, M TA

Berkumpul

P, S,

So, M bersantai

P, S,

So, M Ada

Bersantai

P, S,

So, M Olahraga

P, S,

So, M Ada

Makan

P, S,

So, M Berkumpul

P, S,

So, M Ada

Sarapan P Ada

Bermain dengan

anak P Ada

4 Pedagang PKL

Melayani Pembeli 10.00-11.00 Melayani Pembeli 10.00-12.00 Ada 5 Pengec er Menjajakan jualanan 10.00-11.00 Menjajakan jualanan 10.00-12.00 TA Melayani Pembeli 10.00-11.00 Melayani Pembeli 10.00-12.00 TA 6 Kios Makana

n Parkir Pengelola

10.00-11.00 Parkir Pengelola

10.00-12.00 TA Melayani Pembeli 10.00-11.00 Melayani Pembeli 10.00-12.00 Ada 7 Petugas Kebersihan Membersihkan Kolam 06.00-17.00 Membersihkan Kolam 06.00-17.00 Ada


(6)

Membersihkan Taman

06.00-17.00

Membersihkan Taman

06.00-17.00 Ada Membersihkan

Jalan

06.00-17.00

Membersihkan Jalan

06.00-17.00 Ada Mengumpulkan

Sampah

06.00-17.00

Mengumpulkan Sampah

06.00-17.00 Ada Mengeluarkan

sampah dari

06.00-17.00

Mengeluarkan sampah dari

06.00-17.00 TA

kawasan kawasan

Ket: P = Pagi, S= Siang, So = Sore, M= Malam ; TA = Tidak Ada

Tabel 5.2. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak setelah penambahan fungsi komersial (Sumber : Observasi dan wawancara)

Dari tabel di atas, diketahui bahwa jam operasional kawasan Kambang Iwak Besak menjadi lebih panjang setelah adanya penambahan fungsi komersial. Hal ini menjadikan kawasan Kambang Iwak memiliki peranan Ruang Terbuka Hijau yang nyata dan mampu menampung aspirasi kegiatan masyarakat di sekitarnya. Kegiatan tersebut mencapai waktu puncak pada saat malam hari, terutama pada akhir pekan.

1 2

3

Memberi makan ikan dari


(7)

Gambar 5.3. Aktifitas pada kawasan kambang Iwak besak, Setelah penambahan fungsi komersial

Kambang Iwak menstimulasi para pengunjungnya untuk datang serta berkreatifitas. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan aktifitas oleh remaja di sekitar kawasan. Pada saat kawasan belum memiliki variasi kegiatan dan pengunjung, para remaja sering mengadakan balap motor dan mobil yang mengganggu pengguna jalan lain pada jalan Tasik, namun adanya fungsi komersil membawa aktifitas yang lebih baik seperti latihan skate board, jogging dan berjalan santai.

M. Ridwan Kamil, salah seorang praktisi Urban Design dan Tenaga pengajar Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung, menyatakan, kualitas suatu disain ruang perkotaan yang baik adalah ruang perkotaan yang memiliki jam operasi yang panjang. Kambang Iwak Besak sebagai salah satu ruang perkotaan, setelah mengalami penambahan fungsi komersial, telah memenuhi salah satu syarat ini. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan tabel kegiatan 1 dan 2, dimana pada saat belum adanya fungsi komersial, jam operasi Kambang Iwak Besak sebagian besar hanya pada saat pagi hari, sedangkan pada siang hari dan malam hari tidak memiliki aktifitas yang khusus, sehingga digunakan untuk aktifitas yang tidak layak oleh anak-anak muda untuk berkumpul

2. Kios Makanan 1. KIF Park


(8)

maupun berpacaran. Pada saat fungsi komersial disuntikan, kawasan ini memiliki berbagai aktifitas yang berlangsung pada pagi, siang, sore, terutama pada malam hari, dimana kios-kios yang menjual makanan, souvenir dan pakaian menjadi sasaran utama. Adanya fungsi komersial pada kawasan Kambang Iwak Besak meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau dengan menambah kehidupan dan variasi aktifitas dalam kawasan tersebut.

2. Sitting Space

Pada suatu ruang publik, tempat duduk yang terencana dengan baik akan mengundang pengunjung ke kawasan tersebut secara tidak langsung. Sehingga terkait dengan kualitas ruang publik yang semakin banyak pengguna, akan semakin baik, tempat duduk dapat meningkatkan kualitas ruang publik. People tend to sit most where there are places to sit. Biasanya tempat duduk dikaitkan juga dengan jalur pedestrian, dimana orang lebih banyak mengakses kawasan, dengan cara berjalan, bersepeda, berlari santai, atau cara langsung lainnya untuk menikmati ruang terbuka.

Kualitas tempat duduk dapat dinilai dari bentuk, jumlah, penempatan serta kenyamanan. Bentuk yang baik adalah yang menarik dan sesuai fungsi. Sedangkan penempatan yang tepat adalah pada titik dimana tempat duduk tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan fungsi kawasan, misalnya optimal terhadap pemandangan yang menarik yang dapat diperoleh dari kawasan tersebut, atau penempatan yang strategis dalam kawasan sehingga diminati pengunjung, dan lain sebagainya. Kenyamanan tempat duduk juga terkait dengan bentuk, tinggi tempat duduk, lebar, kapasitas maksimum serta keteduhan.

Pada saat belum adanya penambahan fungsi komersial, tempat duduk hanya bersifat formalitas, dan tidak dipergunakan dengan efektif. Beberapa titik yang tidak strategis hanya dimanfaatkan oleh pasangan-pasangan muda-mudi yang berpacaran, dan hanya memberikan nilai negatif pada kawasan ini.


(9)

Adanya fungsi komersial, membantu menghilangkan kesan nilai tersebut. Tempat duduk yang disediakan oleh taman dimanfaatkan oleh keluarga untuk menikmati keindahan kawasan ataupun digunakan oleh orang-orang yang berolahraga untuk beristirahat sejenak.

Gambar 5.4. Lokasi penempatan dan pemanfaatan tempat duduk sesudah penambahan fungsi komersial.


(10)

Gambar 5.5. Bentuk kursi taman di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang

Adanya fungsi komersial menyebabkan pengunjung memanfaatkan ruang-ruang duduk, baik yang tersedia maupun yang tidak disengaja terbentuk, pada kawasan secara efektif. Tidak hanya berupa kursi-kursi taman yang sengaja didisain, namun juga memanfaatkan tempat-tempat lain, seperti garis batas taman dan pedestrian, batas taman yang rindang, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung sangat menikmati suasana di kawasan ini, sehingga ingin memanfaatkan tiap ruang atau kesempatan ruang yang ada sebagai tempat duduk.

3. Sun, Wind, Trees, Water

... in late morning, the plaza was in shadow. Then shortly before noon, a narrow wedge of sunlight began moving across the plaza and, as it did, so did the sitter. Where there was a sun, they sat; where there was none, they didn’t. Konsep ini digunakan pada negara-negara Eropa yang memiliki empat iklim, dan sangat mengoptimalkan sinar matahari dalam aktifitasnya. Namun hal ini dapat diadaptasi dengan kondisi iklim tropis di Indonesia, dimana sinar matahari, angin, pepohonan serta air dapat menjadi pertimbangan dalam membentuk ruang yang nyaman bagi pengguna ruang publik, khususnya ruang terbuka hijau

Kawasan Kambang Iwak Besak terletak di tengah kota Palembang yang memiliki terik matahari yang cukup tinggi. Sinar matahari mulai terasa kurang nyaman pada saat menjelang siang hari, sekitar pukul 11.00 hingga sore hari pukul 16.00. Hal ini menyebabkan kawasan ini kurang


(11)

disukai pada siang hari1. Sedangkan angin di kawasan ini masih tergolong nyaman, dikarenakan adanya ruang terbuka yang luas sehingga memungkinkan pergerakan angin yang bebas ke segala arah. Ditinjau dari penghijauannya, kawasan Kambang Iwak Besak merupakan area yang rimbun dengan pepohonan dan taman. Beberapa titik area memiliki pepohonan yang tinggi dan rindang, sehingga membantu menghalau sinar matahari pada saat siang hari. Sedangkan air merupakan hal yang mendominasi di kawasan ini, lebih dari 75% luas keseluruhan merupakan kolam retensi kawasan disekitarnya, yang berfungsi juga sebagai peresapan untuk menghindari terjadinya banjir di daerah tersebut. Dikarenakan efeknya yang menenangkan, kolam ini menjadi primadona dalam kawasan Kambang Iwak Palembang.

Pada saat belum adanya fungsi komersial, keempat elemen belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya panas matahari siang yang dibiarkan apa adanya, menyebabkan kurangnya keinginan pengunjung bersantai di kawasan pada saat siang hari. Hal lain adalah pepohonan dan taman yang tidak terawat dengan baik, serta air kolam yang dibiarkan ditumbuhi bunga teratai yang tidak rapi dan tertata, memberikan kesan tidak bersahabat pada kawasan terhadap masyarakat disekitarnya, apalagi untuk menjadi suatu ruang publik yang berkualitas baik.

Dengan adanya fungsi komersial di kawasan ini, meskipun belum terlalu baik, namun meningkatkan kualitas pemanfaatan sinar matahari, angin, pepohonan serta air. Intensitas sinar matahari pagi yang menyehatkan, telah dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga dengan pembuatan jogging track, peneduh terhadap sinar matahari siang berupa tenda-tenda, sedangkan taman dan pepohonan juga didisain agar pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan penghijauan yang meneduhkan. Perbaikan juga dilakukan pada kolam retensi dengan menambah air mancur serta pencahayaan yang sangat menarik pada saat malam hari.

1

Hasil Questioner yang disebar pada 100 orang pengunjung, 24 orang mengunjungi kawasan pada pagi hari, 0 orang pada siang hari, 32 orang pada sore hari, dan 44 orang pada malam hari.


(12)

Meskipun demikian, peningkatan kualitas keempat elemen alam tersebut untuk menunjang fungsi komersial, harus dapat mempertimbangkan dampak selanjutnya. Misalnya saja kolam retensi, yang merupakan kolam peresapan untuk mencegah banjir, dikhawatirkan kios-kios tersebut akan membuang limbah rumah tangganya ke dalam kolam retensi, akibatnya kolam menjadi kotor dan mengeluarkan bau tidak

sedap. Pembuatan batasan-batasan taman yang diharapkan

mempercantik kawasan, sebaliknya menyebabkan kawasan memberikan kesan tidak terawat, hal ini dikarenakan sebagian batasan telah rusak, yang diakibatkan kurangnya kesadaran pengunjung untuk memelihara fasilitas yang ada.


(13)

4. Food

If you want to seed a place with activity, put out food. Kenyamanan bagi pengguna ruang publik yang lainnya adalah waktu makan yang ‘tepat‘. Dengan kata lain, adanya kemudahan untuk mengakses makanan di ruang publik memberikan nilai tambah bagi pengunjung. Hal ini akan mengundang makin banyaknya pengunjung ruang publik dan menstimulasi pengunjung-pengunjung lainnya untuk turut berpartisipasi.

Sebelum adanya penambahan fungsi komersial, kawasan ini kurang menarik perhatian pengunjung. Namun setelah dibangun kios-kios tempat makanan, banyak terdapat pengunjung yang betah untuk berlama-lama di kawasan ini, mulai dari sekedar mencari angin, menikmati keindahan kolam dan air mancur dan suasana ruang publik yang bersahabat, ataupun berolahraga yang kesemuanya diselingi dengan acara makan di kios-kios tersebut.

Namun selain meningkatkan pengunjung ke area Kambang Iwak Besak, banyaknya kios-kios yang beroperasi juga berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan akan lahan parkir. Selain parkir pengunjung, para pengelola kios-kios memerlukan lahan parkir tersendiri di kawasan tersebut. Tidak adanya lahan parkir yang memadai sedari awal, membuat jalan didepan kawasan menjadi rawan kemacetan, dikarenakan para pengunjung sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan ini2. Dengan waktu yang digunakan beraktfitas di kawasan sangt bervariasi untuk tiap-tiap pengunjung, maka kapasitas parkir sangat perlu diperhitungkan. Dampak lainnya terhadap lingkungan adalah kebersihan lingkungan sekitar, serta mekanisme pembuangan limbah kios- kios tersebut.

2

Hasil penyebaran kuestioner pada 100 responden, 8 orang menggunakan kendaraan umum, 4 orang berjalan kaki dan 88 orang menggunakan kendaraan pribadi.


(14)

Tabel 5.7. Keadaaan penambahan kios dan tempat makan di kawasan Kambang Iwak

Gambar 5.8 Pembuangan limbah rumah tangga dan sampah makanan yang mencermari kawasan Kambang Iwak Besak


(15)

Keterangan : Toko dan Kios Hotel dan Gedung Swarna Dwipa Gambar 5.11. Penempatan kios di kawasan Kambang Iwak dan

kesinambungannya dengan Hotel Swarna Dwipa

5. The Street

The area where the street and plaza or open space meet is a key to success or failure. Ideally, the transition should be such that its hard to tell where one ends and the other begins. Jalan dan ruang terbuka publik memiliki hubungan yang terintegrasi, dimana satu sama lain saling melengkapi. Pembahasan mengenai jalan juga meliputi sirkulasi pedestrian, kendaraan, pemisahan diantara keduanya, serta kantung-kantung parkir untuk mendukung aktifitas.

Jalan Tasik adalah jalan satu arah dengan lebar 10 m, jalan ini membatasi kawasan Kambang Iwak Besak dengan lingkungan disekitarnya. Sebelum kawasan Kambang Iwak menjadi kawasan yang komersil, jalan ini sudah sering digunakan sebagai tempat parkir oleh Gedung Sebaguna Swarnadwipa yang terletak berseberangan dengan Kambang Iwak Besak. Akibatnya jalan menjadi macet dan ditutup sementara waktu. Hal ini biasanya terjadi pada akhir pekan dimana orang sering mengadakan pesta atau suatu acara di gedung tersebut.


(16)

Setelah adanya fungsi komersial di dalam kawasan Kambang Iwak Besak, jalan ini menjadi sangat rawan kemacetan tidak hanya pada akhir pekan, namun juga di hari-hari biasa (weekday) yang puncaknya adalah pada waktu malam hari. Hal ini tentu saja selain mengganggu masyarkat umum pengguna jalan, juga mengganggu pengguna baik gedung serbaguna dan kawasan Kambang Iwak Besak. Jika hal ini dibiarkan tanpa penyelesaian, kedua fungsi ini akan dapat saling menurunkan jumlah pengunjung yang datang ke daerah mereka masing-masing, dan berakibat menurunnya kualitas ruang terbuka perkotaan tersebut.

Hal yang sangat penting adalah kurangnya lahan parkir. Para pengelola kios memerlukan lahan parkir tersendiri, dan juga para pengunjung. Jika pada saat yang bersamaan ternyata berlangsung acara di gedung serbaguna Swarna Dwipa, maka keadaaan jalan Tasik akan sangat padat.

Keterangan : Area Parkir Sirkulasi kendaraan Batasan Temporer

Gambar 5.12. Pola sirkulasi kendaraan dan kantung parkir di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang

Adanya fungsi komersial di kawasan Kambang Iwak Palembang juga mengakibatkan perubahan jalur lalu lintas di bundaran jembatan ampera, seluruh kendaraan pribadi dan bus kota jurusan Bukit Besar tidak dapat melintas secara langsung menuju Jl Merdeka. Kepala Dinas


(17)

Perhubungan (Kadishub) Kota Palembang, Drs H Syaidina Ali MSi membeberkan dua alternatif pengaturan arus lalin di seputaran Kambang Iwak sebagai dampak dibangunnya Kambang Iwak Family (KIF) Park. Jika dulunya, Dishub memberikan alternatif penutupan Jl Tasik depan Hotel Swarna Dwipa menuju Jl Indra, mulai pukul 17.00 WIB hingga pagi hari sehingga dapat digunakan sebagai lahan parkir.

Alternatif kedua adalah Jl Tasik depan Swarna Dwipa ditutup total 1x24 jam. Kendaraan yang akan melintas di jalan tersebut, harus memutar dari Jl Supeno, masuk ke Jl Kartini tembus ke simpang lima yang menghubungkan ke Jl Gajah Mada, Jl Hangtuah, Jl Tasik, dan Jl Indra. "Saat tembus di simpang lima itu, kendaraan boleh masuk ke Jl Tasik depan Swarna Dwipa jika memang akan memarkirkan kendaraan di kawasan KIF Park atau Hotel Swarna Dwipa. Keluarnya, dari Jl dr Sutomo jelasnya. Penggunaan alternatif pertama ataupun kedua, tetap saja harus membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang membongkar taman simpang lima dekat Kambang Iwak. Dari analisa tersebut, penggunaan jalan Tasik sebagai kantung parkir sangat tidak sesuai, karena dapat mempengaruhi pola jalan lalu lintas hingga ke area kawasan lain.

6. The ‘Undesirable‘

Undesirable are the most harmless of the city’s marginal people, but a symbol, perhaps of one might become but for the grace of events. The best way to handle undesirable is to make a place attractive to everyone else. Dikarenakan sifatnya yang terbuka untuk publik, maka ruang publik tidak dapat membatasi diri terhadap orang-orang yang datang ke dalam lingkungannya. Salah satunya adalah undesirable, yaitu orang dapat mengurangi kualitas kenyamanan ruang publik dikarenakan keberadaannya, contohnya orang yang tidak memiliki tempat tinggal, anak jalanan serta pendatang liar yang menjadikan ruang publik sebagai tempat tinggal permanen.

Dengan adanya fungsi komersial di kawasan Kambang Iwak Besak, semakin memperkecil kemungkinan adanya faktor undesirable. Hal ini


(18)

dikarenakan makin banyaknya pengunjung, serta makin panjangnya waktu operasi kawasan, mempersempit ruang gerak orang-orang yang dapat mengganggu kenyamanan penggunaaan ruang publik.

Gambar 5.13. Faktor-faktor undesirable di kawasan Kambang Iwak Palembang

7. Effective Capacity

Effective capacity : the places that carry the most people are the most efficient in the use of space as well as the most pleasant.

Kapasitas yang efektif adalah jumlah orang yang dengan bebas akan duduk di tempatnya selama waktu puncak normal. Dalam satu tempat atau ruang publik biasanya terdapat spot-spot tersendiri yang memiliki pola. Hal ini tergantung pada keadaaan cuaca, kenyamanan, serta kegiatan yang menarik dalam kawasan tersebut.

Sebelum adanya fungsi komersial di kawasan Kambang Iwak Besak, dengan luasan + 5000 m2, kapasitas ruang menjadi tidak efektif, hal ini dikarenakan kurangnya aktifitas di kawasan ini. Pada waktu puncak normal, hanya tempat-tempat duduk yang telah disediakan dengan sengaja yang tampak digunakan, sedangkan titik-titik lainnya yang dapat dipergunakan secara kreatif tidak tampak dimanfaatkan.

Namun setelah terdapat fungsi komersial, kawasan ini semakin menarik dan mengundang banyak pengunjung. Sehingga ruang-ruang yang terbentuk di dalam kawasan ini, digunakan secara efektif oleh pengunjung. Hal ini dapat dilihat pada pemanfaatan batas taman, serta batasan trotoar yang ditinggikan dari jalan, yang dimanfaatkan oleh pengunjung untuk bersantai ataupun beristirahat.


(19)

Gambar 5.14. Foto pemanfaatan ruang secara kreatif oleh pengunjung

8. Triangulation

Triangulation is process by which one external stimulus provides a linkage between people and prompts strangers to talk to each other as thought they were not. Stimulus ini dapat berupa objek fisik maupun pandangan. Sesuatu yang dapat menstimulasi komunikasi antar orang per orang dalam suatu komunitas, dapat berupa komentar atau pendapat terhadap hal ketiga. Hal ini disebut sebagai triangulation.

Kawasan Kambang Iwak Besak memiliki aspek triangulation yang sangat bervariasi. View menuju site dan view dari site sangat berpotensi untuk menarik suatu sosialisasi ke dalam kawasan. Misalnya view dari luar kawasan Kambang Iwak seperti Rumah Dinas Walikota Palembang yang khas dengan arsitektur kolonialnya, yang dapat menjadi objek pembahasan yang menarik, terutama dengan adanya menara pengawas yang berhadapan langsung dengan banguan tersebut.

Dengan adanya fungsi komersial, kawasan Kambang Iwak Besak menjadi lebih menarik, beberapa daya tarik diciptakan di dalam kawasan, seperti plaza yang menyatukan area bermain anak-anak dan tempat makan, serta keadaan kolam yang memiliki sebuah air mancur yang tampak indah di malam hari, karena adanya permainan cahaya di air mancur tersebut maupun di tepian kolam.


(20)

1

2

3

4

5

6

1 2


(21)

Keterangan:

Hotel Swarna Dwipa 3. Gereja Siloam 5. Menara Pengawas KIF Park dan Plaza 4. Kolam Retensi 6. Rumah Dinas Walikota

Palembang

Gambar 5.15. Pola triangulation di kawasan Kambang Iwak Besak a. Sebelum penambahan fungsi komersial, b. Setelah penambahan fungsi komersial

Sumber : google earth dan koleksi pribadi

Delapan elemen diatas dapat menjadi variabel penilai terhadap kualitas suatu ruang publik khususnya ruang terbuka hijau. Penilaian terhadap ruang terbuka serta dampaknya terhadap lingkungan sekitar dapat ditarik kesimpulan pada tabel berikut ini

No Kategori Penilaian Keterangan Baik Cukup Kurang Baik

1 The Life of Plazas

Kegiatan meningkat dan jam operasi kawasan menjadi panjang

2 Sitting Place

Pengunjung mulai

memanfaatkan tempat duduk dengan optimal,namun disain dan penempatan belum baik

3 Sun, Wind, Trees, Water

Elemen alam mulai

dimanfaatkan, namun terdapat beberapa dampak lingkungan 4 Food

Terdapat kios-kios penujang kegiatan dalam kawasan 5 The Street

Tidak adanya parkir khusus dan mengakibatkan kemacetan

6 The Undesirable

Terdapat beberapa faktor yang tidak diinginkan, seperti gelandangan, dan tuna wisma.

7 Effective Capacity

Pengunjung mulai

memanfaatkan ruang-ruang positif secara efektif dan

4

5 6


(22)

optimal

8 Triangulation

Banyak terdapat potensi alam maupun kegiatan yang dapat menjadi faktor penarik ke dalam kawasan.

Tabel 5.3 Kesimpulan penilaian kualitas ruang publik berdasarkanThe Social Life of Small Urban Spaces, William H. Whyte

Dari pembacaan tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen kehidupan sosial dari sebuah kawasan Kambang Iwak setelah penambahan fungsi komersial menjadi semakin berkualitas, meningkatkan efektifitas fungsinya sebagai suatu ruang publik serta memberikan dampak yang baik pada lingkungan sekitarnya. Namun selain itu juga terdapat beberapa persoalan yang timbul akibat penambahan komersil yang perlu distrukturkan untuk mengetahui persoalan pokok di kawasan tersebut.

5.2 Identifikasi Persoalan di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang Untuk mengidentifikasi persoalan di kawasan Kambang Iwak Palembang digunakan metode pengamatan visual (visual observation) dan wawancara. Pengamatan dilakukan pada beberapa waktu, yaitu pada hari minggu dan sabtu pukul 07.00 – 10.00 dan hari kerja biasa pada pukul 10.00 – 11.30. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan persoalan yang ada pada kawasan Kambang Iwak Besak adalah:

1. Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju Kambang Iwak 2. Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa

sebagai tempat parkir mengakibatkan kemacetan 3. Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan di tepi jalan 4. Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

5. Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

6. Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

7. Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi


(23)

5.2.1 Klasifikasi Persoalan

1. Design problem dan Non design problem

Lang membagi persoalan menjadi 2 kategori yaitu persoalan perancangan (design problem dan persoalan bukan perancangan (non design problem). Berdasarkan kategori ini persoalan dalam kawasan Kambang Iwak Besak dapat dikelompokan menjadi:

1 2 3

4

6

5

8 7


(24)

No. Persoalan Design Problem Non Design Problem Alasan

1 Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan

kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

√ DP : Kawasan KIB

memiliki luasan yang terbatas, sehingga tidak memungkinkan disain khusus parkir. Akibatnya pengunjung menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir 2 Pemanfaatan Jalan

Tasik oleh Gedung Serbaguna

Swarnadwipa sebagai tempat parkir

mengakibatkan kemacetan

√ √ DP : Gedung Serbaguna

tidak memiliki tempat parkir dengan kapasitas yang cukup.

NDP: Perilaku pengelola hotel yang menutup jalan untuk digunakan sebagai sarana parkirnya

3 Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan di tepi jalan

√ NDP: Keinginan penjual dan PKL untuk menjual produknya pada tempat yang ramai (potensial) 4 Pengunjung yang

menyeberang jalan sembarangan

√ √ DP : Tidak disediakan

zebra cross atau sarana penyeberangan di sekitar kawasan

NDP : perilaku masyarakat yang ingin mencapai tujuan dengan cepat tanpa memperhatikan

keselamatan. 5 Pemanfaatan

beberapa titik tempat duduk dan taman oleh

√ NDP : perilaku

gelandangan yang tidak memiliki tempat tinggal


(25)

gelandangan yang mengganggu kenyamanan

tetap, sehingga mencari ruang publik yang dianggap nyaman

6 Bentuk dan

penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

√ √ DP : bentuk kursi taman

serta penempatan yang terkesan seadanya. NDP : perilaku pengguna yang tidak ikut merasa memiliki fasilitas umum sehingga memperlakukan dengan sesukannya 7 Limbah rumah tangga

yang mencemarkan kolam retensi

√ √ DP : penataan sanitasi

kawasan yang kurang jelas

NDP : perilaku pengunjung yang membuang sampah sembarangan 8 Pemeliharaan sarana

toilet umum yang kurang baik

√ NDP : perilaku pengguna yang tidak turut

memelihara fasilitas umum untuk kepentingan

bersama serta kurang sigapnya petugas kebersihan

Tabel 5.4. Persoalan Perancangan dan Persoalan Bukan Perancangan

2. Metode End-Means

Persoalan perancangan terbagi ke dalam tiga struktur (Rowe, 1992) yaitu persoalan yang terdefinisi dengan baik (well defined problem), persoalan yang kurang tepat didefinisikan (ill defined problem) dan persoalan yang sulit didefinisikan (wicked problem). Klasifikasi ini berdasarkan pada kemudahan merumuskan persoalan, kejelasan solusi dan caranya. Berdasarkan metode End-means, persoalan di kawasan Kambang Iwak Besak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


(26)

No.

Persoalan Klasifikasi Saran Solusi

WELL ILL WICKED 1 Tidak adanya tempat

parkir khusus bagi pengunjung kawasan Kambang Iwak

menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

Pembuatan tempat parkir bersama pada daerah di luar kawasan Kambang Iwak, namun tetap masih dapat dijangkau dengan berjalan kaki oleh pengunjung.

2 Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat parkir

mengakibatkan kemacetan

Penataan atau renovasi bangunan Swarna Dwipa agar memiliki tempat parkir tersendiri tanpa mengganggu jalan umum.

3 Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

√ Pembuatan sarana

penyeberangan jalan seperti zebra cross bagi pedestrian di sekitar Kambang Iwak Besak 5 Bentuk dan penempatan

tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

Redisain bentuk tempat duduk dan tata letaknya

6 Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi

√ Pembuatan sarana

utilitas yang tidak mengganggu dan tidak menyalurkan limbah buangan yang dapat mencemarkan lingkungan ke dalam kolam retensi


(27)

3. Analisa struktur persoalan berdasarkan Interaksi Matriks, Interaksi Net dan Metode Classificational Analysis

Untuk menstrukturkan persoalan di kawasan Kambang Iwak ini, digunakan metode Interaksi Matriks dan Interaksi Net untuk mengetahui hubungan di antara persoalan, sedangkan Classificational Analysis bertujuan untuk menjelaskan konsep persoalan yang ada dalam kawasan Kambang Iwak Besak. Dengan mengetahui konsep persoalan, akan lebih mudah menstrukturkan persoalan sehingga diketahui persoalan utama dalam kawasan ini.

Persoalan A B C D E F G H

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju

kambang Iwak

A 2 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat

parkir mengakibatkan kemacetan B 2 1 1 0 0 0 0

Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan

di tepi jalan C 1 1 1 0 1 0 0

Pengunjung yang menyeberang jalan

sembarangan D 1 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang

mengganggu kenyamanan E 0 0 0 0 1 1 1

Bentuk dan penempatan tempat duduk

yang kurang efektif dan menarik F 0 0 1 0 1 0 0

Limbah rumah tangga yang mencemarkan

kolam retensi G 0 0 0 0 1 0 0

Pemeliharaan sarana toilet umum yang


(28)

Keterangan :

0 = Tidak ada hubungan 1 = Hubungan tidak Langsung 2 = Hubungan Langsung Tabel 5.6 Struktur persoalan berdasarkan Interkasi Matriks

Dari tabel di atas dapat diketahui beberapa persoalan yang saling berhubungan secara langsung dan tak langsung ataupun yang tidak berhubungan sama sekali. Dapat dilihat PKL memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan empat persoalan lainnya, sedangkan pemanfaatan jalan Tasik oleh gedung serbaguna Swarnadwipa memiliki keterkaitan langsung dengan tidak adanya lahan parkir di Kawasan Kambang Iwak, karena jalan Tasik juga merupakan jalan yang dimanfaatkan juga oleh pengunjung Kambang Iwak. Sebagai tempat parkir. Persoalan-persoalan ini dapat dikelompokkan menggunakan metode interaksi net sebagai berikut :

Ket: = Hubungan tidak Langsung = Hubungan Langsung Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat parkir

Pemeliharaan sarana toilet umum yang kurang baik Beberapa PKL yang

tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi

Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik


(29)

Gambar 5.17. Diagram Interaction Net untuk menggambarkan pengelompokan persoalan

Kemudian persoalan-persoalan ini diklasifikasikan berdasarkan metode classificational analysis, dimana metode ini mengklasifikasikan konsep persoalan menjadi dua buah berdasarkan lingkup pengaruhnya yaitu, skala kota dan skala kawasan. Lingkup pengaruh skala kota artinya persoalan yang ada menimbulkan dampak yang luas hingga skala perkotaan, sedangkan pada skala kawasan artinya persoalan berdampak di skala yang lebih kecil, yaitu pada kawasan yang menjadi objek. Sehingga didapat klasifikasi persoalan pada diagram venn dibawah ini.

Diagram 5.7. Diagram venn persoalan berdasarkan classificational Analysis.

Persoalan

Klasifikasi

Alasan Skala

Kota

Skala Kawasan Tidak adanya tempat parkir khusus

bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

A √

Jalan Tasik sebagai Jalan Arteri

Sekunder kota merupakan hak umum, tidak dapat dipergunakan hanya untuk sebagian kepentingan saja.

A

B

S = Persoalan dalam Kawasan Kambang Iwak Skala Kawasan Skala Kota

E

F

G

H

C


(30)

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat parkir

mengakibatkan kemacetan B √ Penutupan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna, akan mempengaruhi sirkulasi kendaraan skala perkotaan Beberapa PKL yang tidak tertib

berjualan di tepi jalan

C √ Pengaruh adanya PKL pada ketertiban kawasan Pengunjung yang menyeberang

jalan sembarangan D √ Pelanggaran berdampak pada keadaan di kawasan dan individu pelaku Pemanfaatan beberapa titik tempat

duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

E √ Persoalan mempengaruhi kenyamanan individu pengunjung dalam kawasan Bentuk dan penempatan tempat

duduk yang kurang efektif dan menarik

F √

Pengaruh terhadap fisik kawasan Limbah rumah tangga yang

mencemarkan kolam retensi

G √ Limbah berdampak pada lingkungan lain di sekitar kawasan. Pemeliharaan sarana toilet umum

yang kurang baik H √

Sarana toilet yang baik


(31)

merupakan pendukung kegiatan dalam kawasan Tabel 5.8 Tabel klasifikasi persoalan berdasarkan metode classificational Analysis

Dari klasifikasi lingkup pengaruh persoalannya, persoalan yang memiliki dampak yang paling luas adalah persoalan penggunaan jalan Tasik sebagai tempat parkir untuk acara yang diselenggarakan oleh gedung serbaguna Swarnadwipa menyebabkan tidak adanya tempat parkir bagi pengunjung kawasan Kambang Iwak, karena Kawasan Kambang Iwak juga memanfaatkan jalan Tasik sebagai area parkir. Selain itu fungsi jalan Tasik sebagai jalan Arteri Sekunder kota, akan mempengaruhi pola sirkulasi dalam skala kota Palembang.

Tidak adanya lahan parkir kawasan Kambang Iwak merupakan persoalan kedua yang dapat mempengaruhi keberadaan persoalan-persoalan lain. Misalnya dengan penempatan parkir yang tertata, akan diketahui titik atau area yang paling sering digunakan untuk menyeberang, sehingga dapat dibuat suatu sarana penyeberangan yang efisien. Kemudian PKL dapat menempatkan dirinya pada lahan parkir (pada area yang telah disediakan), sehingga tidak mengganggu tepi jalan kawasan.

Untuk persoalan yang memiliki lingkup pengaruh skala kawasan, dapat melihat lagi hubungan antar persoalan pada interaksi net, dimana persoalan PKL yang tidak tertib dapat mempengaruhi beberapa persoalan yang lain.


(32)

Gambar 5.18. Diagram Interaction Net setelah penyelesaian persoalan skala perkotaan

Sehingga persoalan dalam kawasan Kambang Iwak dapat distrukturkan menjadi:

Pemeliharaan sarana toilet umum yang kurang baik Beberapa PKL yang

tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

Limbah rumah tanggaa yang mencemarkan kolam retensi

Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna

Swarnadwipa sebagai tempat parkir

Pemeliharaan sarana toilet Beberapa PKL yang

tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

1

2


(1)

3. Analisa struktur persoalan berdasarkan Interaksi Matriks, Interaksi Net dan Metode Classificational Analysis

Untuk menstrukturkan persoalan di kawasan Kambang Iwak ini, digunakan metode Interaksi Matriks dan Interaksi Net untuk mengetahui hubungan di antara persoalan, sedangkan Classificational Analysis bertujuan untuk menjelaskan konsep persoalan yang ada dalam kawasan Kambang Iwak Besak. Dengan mengetahui konsep persoalan, akan lebih mudah menstrukturkan persoalan sehingga diketahui persoalan utama dalam kawasan ini.

Persoalan A B C D E F G H

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju

kambang Iwak

A 2 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat

parkir mengakibatkan kemacetan B 2 1 1 0 0 0 0

Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan

di tepi jalan C 1 1 1 0 1 0 0

Pengunjung yang menyeberang jalan

sembarangan D 1 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang

mengganggu kenyamanan E 0 0 0 0 1 1 1

Bentuk dan penempatan tempat duduk

yang kurang efektif dan menarik F 0 0 1 0 1 0 0 Limbah rumah tangga yang mencemarkan

kolam retensi G 0 0 0 0 1 0 0

Pemeliharaan sarana toilet umum yang


(2)

Keterangan :

0 = Tidak ada hubungan 1 = Hubungan tidak Langsung 2 = Hubungan Langsung Tabel 5.6 Struktur persoalan berdasarkan Interkasi Matriks

Dari tabel di atas dapat diketahui beberapa persoalan yang saling berhubungan secara langsung dan tak langsung ataupun yang tidak berhubungan sama sekali. Dapat dilihat PKL memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan empat persoalan lainnya, sedangkan pemanfaatan jalan Tasik oleh gedung serbaguna Swarnadwipa memiliki keterkaitan langsung dengan tidak adanya lahan parkir di Kawasan Kambang Iwak, karena jalan Tasik juga merupakan jalan yang dimanfaatkan juga oleh pengunjung Kambang Iwak. Sebagai tempat parkir. Persoalan-persoalan ini dapat dikelompokkan menggunakan metode interaksi net sebagai berikut :

Ket: = Hubungan tidak Langsung = Hubungan Langsung Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat parkir

Pemeliharaan sarana toilet umum yang kurang baik Beberapa PKL yang

tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi

Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik


(3)

Gambar 5.17. Diagram Interaction Net untuk menggambarkan pengelompokan persoalan

Kemudian persoalan-persoalan ini diklasifikasikan berdasarkan metode classificational analysis, dimana metode ini mengklasifikasikan konsep persoalan menjadi dua buah berdasarkan lingkup pengaruhnya yaitu, skala kota dan skala kawasan. Lingkup pengaruh skala kota artinya persoalan yang ada menimbulkan dampak yang luas hingga skala perkotaan, sedangkan pada skala kawasan artinya persoalan berdampak di skala yang lebih kecil, yaitu pada kawasan yang menjadi objek. Sehingga didapat klasifikasi persoalan pada diagram venn dibawah ini.

Diagram 5.7. Diagram venn persoalan berdasarkan classificational Analysis.

Persoalan

Klasifikasi

Alasan Skala

Kota

Skala Kawasan Tidak adanya tempat parkir khusus

bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

A √

Jalan Tasik sebagai Jalan Arteri

Sekunder kota merupakan hak umum, tidak dapat dipergunakan hanya untuk sebagian kepentingan saja.

A

B

S = Persoalan dalam Kawasan Kambang Iwak Skala Kawasan Skala Kota

E

F

G

H

C


(4)

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat parkir

mengakibatkan kemacetan

B √

Penutupan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna, akan

mempengaruhi sirkulasi kendaraan skala perkotaan Beberapa PKL yang tidak tertib

berjualan di tepi jalan

C √

Pengaruh adanya PKL pada ketertiban kawasan Pengunjung yang menyeberang

jalan sembarangan

D √

Pelanggaran berdampak pada keadaan di kawasan dan individu pelaku Pemanfaatan beberapa titik tempat

duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

E √

Persoalan mempengaruhi kenyamanan individu pengunjung dalam kawasan Bentuk dan penempatan tempat

duduk yang kurang efektif dan menarik

F √

Pengaruh terhadap fisik kawasan Limbah rumah tangga yang

mencemarkan kolam retensi

G √

Limbah berdampak pada

lingkungan lain di sekitar kawasan. Pemeliharaan sarana toilet umum

yang kurang baik H √

Sarana toilet yang baik


(5)

merupakan pendukung kegiatan dalam kawasan Tabel 5.8 Tabel klasifikasi persoalan berdasarkan metode classificational Analysis

Dari klasifikasi lingkup pengaruh persoalannya, persoalan yang memiliki dampak yang paling luas adalah persoalan penggunaan jalan Tasik sebagai tempat parkir untuk acara yang diselenggarakan oleh gedung serbaguna Swarnadwipa menyebabkan tidak adanya tempat parkir bagi pengunjung kawasan Kambang Iwak, karena Kawasan Kambang Iwak juga memanfaatkan jalan Tasik sebagai area parkir. Selain itu fungsi jalan Tasik sebagai jalan Arteri Sekunder kota, akan mempengaruhi pola sirkulasi dalam skala kota Palembang.

Tidak adanya lahan parkir kawasan Kambang Iwak merupakan persoalan kedua yang dapat mempengaruhi keberadaan persoalan-persoalan lain. Misalnya dengan penempatan parkir yang tertata, akan diketahui titik atau area yang paling sering digunakan untuk menyeberang, sehingga dapat dibuat suatu sarana penyeberangan yang efisien. Kemudian PKL dapat menempatkan dirinya pada lahan parkir (pada area yang telah disediakan), sehingga tidak mengganggu tepi jalan kawasan.

Untuk persoalan yang memiliki lingkup pengaruh skala kawasan, dapat melihat lagi hubungan antar persoalan pada interaksi net, dimana persoalan PKL yang tidak tertib dapat mempengaruhi beberapa persoalan yang lain.


(6)

Gambar 5.18. Diagram Interaction Net setelah penyelesaian persoalan skala perkotaan

Sehingga persoalan dalam kawasan Kambang Iwak dapat distrukturkan menjadi:

Pemeliharaan sarana toilet umum yang kurang baik Beberapa PKL yang

tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

Limbah rumah tanggaa yang mencemarkan kolam retensi

Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna

Swarnadwipa sebagai tempat parkir

Pemeliharaan sarana toilet umum yang kurang baik Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan di tepi jalan

Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan Limbah rumah

tangga yang mencemarkan kolam retensi Bentuk dan

penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

1

2