Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Masa Laktasi Di Pt.Rahman Alam Multiform Boyolali Jawa Tengah Lusiyono Liandro

(1)

commit to user

i

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Oleh : Lusiyono Liandro

H3408011

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis Peternakan

Oleh : Lusiyono Liandro

H 3408011

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

iii

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA

LAKTASI DI PT. RAHMAN ALAM MULTIFARM

BOYOLALI JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh : Lusiyono Liandro

H 3408011

Telah dipertahankan didepan dewan penguji Pada tanggal : Agustus 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan tim penguji

Penguji I Penguji II

Ir. Eka Handayanta, MP AqniHanifa,S.Pi.M.Si

NIP. 196412081989031001 NIP. 198112202006042001

Surakarta,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Puji Asmanto, MS NIP.195602251986011


(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir, dengan judul "Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Masa Laktasi di PT. Rahman Alam Multifarm Boyolali Jawa Tengah.” Tugas Akhir ini merupakan laporan dari kegiatan magang perusahaan di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali. Penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program Studi Agribisnis Peternakan Program Diploma III Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Eka Handayanta, MP selaku dosen pembimbing magang yang telah memberikan pengarahan dari awal sampai akhir pelaksanaan magang Perusahaan.

4. Direktur dan karyawan PT. Rahman Alam Multifarm yang telah memberikan kesempatan dan membantu pelaksanaan kegiatan magang.

5. Orang Tua dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa sabar memberikan bimbingan baik berupa materi maupun do'a selama ini.

6. Seseorang yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan cinta kasihnya kepadaku untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman angkatan 2008, yang senantiasa memberikan semangat, dukungan serta kerjasama selama ini.


(5)

commit to user

v

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya ,dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Kegiatan Magang... 2

1. Tujuan Umum ... 2

2. Tujuan Khusus... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Friesian Holstein ... 4

B. Perkandangan... 5

C. Pakan Sapi Perah ... 6

D. Pengelolaan Kesehatan Ternak... 9

E. Produksi Susu ... 10

F. Limbah ... 11

III. TATA LAKSANA KEGIATAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 13

B. Metode Pelaksanaan ... 13

C. Sumber Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum dan Lokasi Perusahaan ... 15

1. Sejarah Perusahaan... 15


(7)

commit to user

vii

3. Struktur Organisasi... 16

B. Jenis Sapi Perah yang Diusahakan ... 18

C. Manajemen Sapi Laktasi ... 19

1. Manajemen Pemberian pakan dan Minum ... 19

2. Manajemen Perkandangan ... 21

3. Manajemen Reproduksi ... 24

4. Manajemen Pemerahan ... 25

5. Pemasaran Susu ... 27

6. Pengelolaan Kesehatan ... 28

7. Pengelolaan Limbah ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formulasi Ransum ... 19 Tabel 2. Peralatan Kandang ... 29 Tabel 3. Peralatan Pemerahan... 29


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Kuisioner Magang ... 32

2. Foto pemotongan rumput ... 37

3. Foto pencacahan rumput dengan mesin pemotong ... 37

4. Foto pemberian pakan hijauan ... 38

5. Foto pemberian pakan (singkong) ... 38

6. Foto pemberian konsentrat ... 39

7. Foto pemerahan ... 39

8. Foto memandikan sapi ... 40

9. Foto membersihkan kandang ... 40

10.Data Pemasaran Susu + Pemberian Pedet ... 41

11.Gambar Denah Kandang ... 42

12.Denah Jalan PT RAM ... 43


(11)

(12)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat baik dibanding ternak perah lainnya. Salah satu jenis sapi perah yang terkenal adalah Friesien Holstein atau FH. Sapi perah Frisien Holstein atau FH, berasal dari negara Belanda dan saat ini merupakan jenis sapi perah dengan jumlah terbesar yaitu 90 % dari jumlah total sapi perah yang ada di dunia. Sapi ini merupakan bangsa sapi besar (keturunan Eropa), pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1600. Friesien Holstein atau FH cukup baik beradaptasi dengan lingkungan dan memproduksi susu dalam jumlah besar. Rata-rata produksi susunya mencapai lebih dari 19.000 lbs dengan kandungan lemak 3,7 %. Produksi terbesar dari jenis sapi perah FH ini pernah tercatat melebihi 60.000 lbs dalam 365 hari.

Tata laksana pada masa laktasi yang perlu diperhatikan antara lain : pemberian pakan dan air minum, pemerahan dan pengaturan laktasi, kesehatan dan pencegahan penyakit, serta perkandangan. Susu merupakan hasil utama dari ternak perah, dengan kandungan gizi yang lengkap dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, produksi susu yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, karenanya diperlukan peningkatan hasil, baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bagaimana sistem manajemen pemeliharaanya. Manajemen pemeliharaan sapi masa laktasi merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi (masa memproduksi susu) yang kegiatannya meliputi:

1. Pemberian pakan dan minum, 2. Pengelolaan perkandangan, 3. Pengelolaan reproduksi, 4. Pemerahan,


(13)

commit to user

2

Manajemen pemeliharaan merupakan faktor penentu hasil ternak. Dengan adanya manajemen yang tersusun dan terencana dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan kualitas maupun kuantitas hasil ternak yang sesuai dengan harapan. Maka dari itu, dengan kegiatan magang ini, diharapkan mampu mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan sapi laktasi dapat dijalankan dengan baik dengan hasil yang maksimal. Selain itu juga diharapkan, dengan adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam manajemen induk laktasi dapat meningkatkan pengetahuan, agar dapat dimanfaatkan untuk menghadapi dunia kerja.

B. Tujuan Kegiatan Magang

1. TujuanUmum

Kegiatan Magang ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengetahui

kegiatan-kegiatan lapangan kerja yang ada dalam bidang peternakan secara luas . b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan

penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa terjun ke masyarakat setelah lulus.

c. Memperoleh keterampilan kerja yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan, serta memecahkan permasalahan yang ada dalam bidang peternakan .

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui secara langsung manajemen usaha peternakan sapi perah khususnya manajemen pemeliharaan sapi laktasi di PT. Rahman Alam Multifarm Boyolali.

b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan manajemen pemeliharaan sapi laktasi pada usaha peternakan sapi perah di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali.


(14)

commit to user

3

c. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam peternakan sapi perah khususnya, sapi laktasi yang dilaksanakan di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali.


(15)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Friesian Holstein

Sapi Friesian Holstein juga dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika, jenis sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang menyebut Friesien, akan tetapi di Indonesia disebut FH. Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di Negara-negara subtropis maupun tropis. Jenis sapi ini mudah beradaptasi di tempat baru. Di Indonesia populasi sapi FH ini juga terbesar di antara jenis sapi-sapi perah yang lain (Girisonta, 1995).

Sapi Friesian Holstein mempunyai ciri-ciri antara lain berwarna belang hitam putih, pada dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kepala panjang, sempit, dan lurus. Sapi betina bersifat jinak dan tenang, sedangkan sapi jantan bertemperamen galak dan ganas (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Ciri-ciri sapi FH yang berproduksi susu tinggi yaitu ukuran ambing simetris, letak ambing di bawah perut di antara ruangan kedua kaki yang lebar, ukuran ambing bagian depan cukup besar dan bagian belakang sama besarnya dengan batas-batas diantara keempat bagian, kulit ambing tampak halus, lunak, mudah dilipat dengan jari, dan bulu yang tumbuh pada ambing halus, bentuk dan ukuran dari keempat puting sama, silindris, penuh, bergantung dan letaknya simitris, pembuluh darah balik/ vena susu terdapat di bawah perut di mulai dari tali pusat sampai ambing, tampak besar, panjang, bercabang-cabang, dan berkelok-kelok nyata.

Kemampuan sapi perah Friesian Holstein dalam menghasilkan susu lebih banyak daripada bangsa sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter per laktasi dengan kadar lemak 3,7 %. Daya merumput baik apabila digembalakan pada padang rumput yang baik saja, sedangkan pada padang rumput yang kurang baik sapi sukar beradaptasi (Syarief ,1984).

Produksi susu sapi Friesian Holstein dapat mencapai kisaran antara 4500 sampai 5500 liter per laktasi dengan kadar lemak susu rata - rata 3,6 %.


(16)

commit to user

Standar bobot badan sapi betina dewasa rata - rata 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa rata - rata 800 kg (Anonimus, 1992).

B. Perkandangan

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternakyang sehat dan nyaman (Sugeng, 2003).

Sistem perkandangan merupakan aspek penting dalam usaha peternakan sapi perah. Kandang bagi sapi perah bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi harus dapat memberikan perlindungan dari segala aspek yang menganggu (Siregar, 1993), seperti untuk menghindari ternak dari terik matahari, hujan ,angin kencang, gangguan binatang buas, dan pencuri (Sugeng, 2001).

Pengaturan ventilasi sangat penting untuk dicermati. Apabila dinding kandang dapat dibuka dan ditutup maka sebaiknya pada siang hari dibuka dan malam hari ditutup. Kandang di dataran rendah dibangun lebih tinggi dibandingkan dengan kandang di dataran tinggi atau pegunungan. Bangunan kandang yang dibuat tinggi akan berefek pada lancarnya sikulasi udara di dalamnya. Bangunan kandang di daerah dataran tinggi dibuat lebih tertutup, tujuannya agar suhu di dalam kandang lebih setabil dan hangat (Sarwono dan Arianto, 2002).

Ukuran kandang induk laktasi yaitu lebar 1,75 m dan panjang 1,25 m serta dilengkapi tempat pakan dan minum, masing-masing dengan ukuran 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm. Kandang yang baik mempunyai persyaratan, seperti lantai yang kuat dan tidak licin, dengan kemiringan 5º dan kemiringan atap 30º serta disesuaikan dengan suhu dan kelembaban lingkungan sehingga ternak akan merasa nyaman berada di dalam kandang serta letak selokan dibuat pada gang tepat di belakang jajaran sapi (Girisonta, 1995).

Menurut konstruksinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari dua baris yang saling berhadapan (head to head ) atau berlawanan


(17)

commit to user

(tail to tail). Tipe kandang head to head dirancang dengan satu gang bertujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu, sedangkan tipe kandang tail to tail terdapat 2 gang dengan tujuan untuk mempermudah saat membersihkan feses (Anonimus, 2002).

Untuk bahan atap kandang dapat menggunakan genting, seng, asbes, rumbia, ijuk/ alang-alang, dan sebagainya. Menurut Girisonta (1980) bahan atap kandang yang ideal di negara tropis adalah genting, dengan pertimbangan, genting dapat menyerap panas, mudah didapat, tahan lama, dan antara genting yang satu dengan yang lain terdapat celah sehingga sirkulasi udara cukup baik.

Perlengakapan kandang yang harus disiapkan adalah tempat pakan dan tempat minum (Sugeng, 2003). Tempat pakan dan tempat minum dapat dibuat dari tembok beton yang bentuknya dibuat cekung dengan lubang pembuangan air pada bagian bawah, atau bisa juga tempat pakan terbuat dari papan atau kayu dan tempat minum mengunakan ember (Siregar, 2003). Kandang harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan seperti sekop, sapu lidi, sikat, selang air, dan kereta dorong.

C. Pakan Sapi Perah

Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan (Girisonta, 1995). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang batang, ranting, dan bunga. Kelompok jenis pakan hijauan adalah rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan lain, yang dapat diberikan dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi dkk, 1983). Hijauan segar adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat berupa rumput segar ,batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar (Sitorus, 1983). Pakan dalam bentuk hijauan segar masih cukup banyak mengandung air dengan kisaran antara 70-80 %, dimana air ini sangat penting bagi ternak sapi perah. Hijauan banyak pula mengandung vitamin dan mineral yang sangat diperlukan ternak sapi perah.


(18)

commit to user

Secara umum, berdasarhan kualitasnya maka hijauan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Kelompok hijauan yang berkualitas rendah, ditandai kandungan protein kasar kurang dari 4%, energi (TDN) kurang dari 40% dan sedikit mengandung vitamin, misalnya: jerami padi, jerami jagung, dan pucuk tebu.

2. Kelompok hijauan yang berkualitas sedang, ditandai dengan kandungan protein kasar 5-10%, energi (TDN) 40-50% dan kandungan Ca sekitar 0,3%, misalnya rumput alam (rumput lapangan), rumput unggul seperti: rumput gajah, rumput raja, rumput setaria.

3. Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi ditandai dengan kandungan protein kasar lebih dari 10%, energi (TDN) lebih dari 50%, kandungan Ca di atas 1% dan kaya vitamin A, misalnya : lamtori, gamal/ gliricidae dan umbi-umbian (Siregar, 1995)

Hijauan kering adalah pakan yang berasal dari hijauan yang dikeringkan misalnya jerami dan hay (Anonimus, 1996).

Pakan hijauan untuk induk laktasi dapat diberikan dalam bentuk kering (hay) maupun dalam bentuk basah atau hijauan segar (dalam bentuk silage). Pembuatan “hay” biasanya berupa hijauan berbentuk tegak yang dikeringkan, sedangkan pembuatan “silage” di daerah tropis masih sulit dilakukan karena banyak hijauan yang sudah tua dan sukar mengeluarkan udara dari dalam silo sehingga keadaan anaerob yang dibutuhkan kurang sempurna (Zainuddin, 1982).

Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi, kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Berupa dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau gaplek dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan/ ransum yang terdiri dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan saja (Sudono, 1983).


(19)

commit to user

Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan mineral. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan hidupnya berada dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A, vitamin C, vitamin D dan vitamin E, sedangkan mineral sebagai bahan pakan tambahan dibutuhkan untuk berproduksi, terutama kalsium dan fosfor (Sutardi, 1984).

Ransum induk laktasi pada dasarnya terdiri dari hijauan baik dalam bentuk kacang-kacangan (leguminosa) maupun rumput-rumputan (grammeae) dalam keadaan segar atau kering) dan konsentrat yang tinggi kualitas dan palatabilitasnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum sapi adalah ransum cukup mengandung protein dan lemak, perlu di perhatikan sifat efek suplemen (supplementary effect) dari bahan pakan ternak, dan ransum tersusun dari bahan pakan yang dibutuhkan ternak (Akoso, 1996).

Pemberian ransum sapi perah yang sedang tumbuh maupun yang sedang berproduksi susu, dilakukan minimal dua kali dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian konsentrat hendaknya disesuaikan pula dengan pemerahan, yaitu dilakukan setiap 1-2 jam sebelum pemerahan (Siregar, 1996).

Ukuran pemberian pakan untuk mencapai koefisien cerna tinggi dicapai dengan perbandingan BK hijauan : konsentrat = 60% : 40%. Sapi perah membutuhkan sejumlah serat kasar yang sebagian besar berasal dari hijauan, yang akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan (Sutardi, 1984).

Air minum mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan karena susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa bahan kering. Seekor sapi perah membutuhkan 3,5-4 liter air minum untuk mendapatkan 1 liter susu (Sudono et.al, 2003). Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1: 4. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada susu yang dihasilkan, suhu sekitarnya dan macam pakan yang diberikan (Sudono, 1999).


(20)

commit to user

D. Pengelolaan Kesehatan Ternak

Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak, walaupun serangan penyakit tidak langsung mematikan ternak, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan, menghambat pertumbuhan, dan mengurangi pendapatan (Sarwono dan Arianto, 2002).

Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi antara lain : menjaga kebersihan kandang dan peralatannya termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi yang sehat dan segera dilakukan pengobatan. Diusahakan lantai kandang selalu kering, agar kotoran tidak banyak menumpuk dikandang. Untuk menjaga kesehatan sapi, maka secara teratur dilaksanakan vaksinasi (Djarijah, 1996).

Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi produksi susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi kandang, pengobatan, vaksinasi, menjaga kebersihan sapi, dan lingkungan (Siregar, 1993).

Mastitis adalah penyakit pada ambing akibat dari peradangan kelenjar susu. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus cocci dan Staphylococcus cocci yang masuk melalui puting dan kemudian berkembangbiak di dalam kelenjar susu. Hal ini terjadi karena puting yang habis diperah terbuka kemudian kontak dengan lantai atau tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri (Djojowidagdo, 1982 ).

Brucellosis adalah penyakit keguguran (keluron) menular pada hewan yang disebakan oleh bakteri Brucella abortus yang menyerang sapi, domba, kambing, babi, dan hewan ternak lainnya. Brucellosis bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia. Pada sapi, penyakit ini dikenal pula sebagai penyakit keguguran (keluron) menular, sedangkan pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulasi yang disebut demam malta. Sumber penularan Brucellosis dari ternak penderita Brucellosis, bahan makanan asal hewan dan bahan asal hewan yang mengandung bakteri brucella. Penularan kepada manusia melalui saluran


(21)

commit to user

pencernaan, misalnya minum susu yang tidak dimasak yang berasal dari ternak penderita Brucellosis. Susu segar di Indonesia berasal dari ternak sapi perah, oleh karena itu ternak sapi perah menjadi obyek utama kegiatan pemberantasan Brucellosis (Tolihere, 1981).

Penyakit milk fever disebabkan karena kekurangan kalsium (Ca) atau zat kapur dalam darah (hypocalcamia) (Sudono et al, 2003). Milk fever menyerang sapi perah betina dalam 72 jam setelah melahirkan dengan tanda-tanda tubuhnya bergoyang kanan kiri saat berjalan (sempoyongan), bila tidak cepat diobati sapi akan jatuh dan berbaring. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan 250-500 ml "kalsium boroglukonat" secara intravenous (menyuntikkan ke dalam pembuluh darah). Jika dalam 8-12 jam tidak berdiri maka penyuntikkan dapat dilakukan lagi. Untuk pencegahannya dapat melalui pemberian ransum dengan perbandingan kadar kalsium dan fosfor dalam ransum 2 : 1, dapat pula dengan pemberian kalsit 3% dari pakan konsentrat (Girisonta, 1995).

E. Produksi Susu

Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat diminum atau digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan campuran lain (Hadiwiyoto, 1983). Susu mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi dan sebagai pelengkap gizi manusia yang sempurna, sebab susu sapi merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya dalam perbandingan yang sempurna, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Komponen zat gizi susu antara lain air 87,7 %, bahan kering 12,1 %, bahan kering tanpa lemak 8,6 %, lemak 3,45 %, protein 3,2 %, laktose 4,6 %, mineral 0,85 %, vitamin, casein 2,7 %, albumin 0,5 % (Girisonta, 1995).

Teknik pemerahan dengan dua tangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu dengan cara memegang putting susu antara ibu jari dan jari tengah dan dengan menggunakan lima jari, yaitu : puting dipegang antara ibu


(22)

commit to user

jari dan keempat jari lainnya. Penekanan dengan keempat ari tersebut diawali dengan jari yang paling atas kemudian diikuti dengan jari yang lain di bawahnya (Anonimus, 1995).

Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari, namun pada umumnya pemerahan hanya dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik pada sapi yang diperah. Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan-pelan, kemudian dilakukan dengan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut (Anonimus, 1995).

Sapi FH mampu memproduksi susu yang lebih tinggi dibanding jenis sapi perah lain, yaitu mencapai 5750-6250 kg/laktasi dengan persentase kadar lemak rendah (3,7%). Lemak susunya berwarna kuning dengan butiran-butirannya yang kecil dan tidak merata sehingga sukar pemisahannya untuk dibuat mentega. Butiran lemak susu yang kecil sangat baik untuk dikonsumsi sebagai susu segar karena tidak mudah pecah (Mukhtar, 2006).

Sudono (1999) menyatakan bahwa produksi dan kualitas susu dipengaruhi oleh bangsa sapi, masa laktasi, ukuran besarnya sapi , birahi (estrus), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, jumlah dan kualitas ransum serta tatalaksana pemeliharaan.

Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1985), faktor yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas susu adalah kebersihan kandang dan kamar susu, kesehatan sapi dan pemeliharaan, cara pemberian ransum, penyaringan dan penyimpanan susu, serta pencucian alat yang digunakan .

F. Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha perternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, dara, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000).


(23)

commit to user

Limbah kandang yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (urine, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan prasarana kandang) serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan di area peternakan. Limbah kandang dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang menyengat, sehingga perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Arianto, 2002).

Total limbah yang dihasilkan perternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap Kg susu yang dihasilkan ternak sapi perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap Kg daging sapi menghasilkan 25 Kg feses (Sihombing, 2000).

Pengolahan kotoran sapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan. Jika limbah sapi dijadikan komoditas sampingan, harus dipersiapkan tempat khusus pengolahan kompos yang disesuaikan dengan tata letak kandang, sehingga memudahkan penanganannya (Sudono, 2003).

Limbah kandang padat dapat diolah nenjadi pupuk kandang atau kompos yang saat ini memiliki nilai komersial yang sangat baik untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Pengolahan limbah kandang padat yang efektif dapat menggunakan metode fine compost stardec atau metode konvesional. Sedangkan limbah cair atau urin dapat diatasi dengan pemanfaatan sebagai pupuk cair yang diproses dengan cara fermentasi yang sebelumnya urine ditampung didalam bak penampung sebelum diproses lebih lanjut (Sarwono dan Arianto, 2002).


(24)

commit to user

13

III. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan tempat Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari sampai dengan 16 Maret 2011, di Perusahaan Peternakan Sapi Perah, PT. Rahman Alam Multifram, yang berlokasi di Dusun Kantongan, Kelurahan Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

B. Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta magang selama kegitan magang di PT. Rahmat Alam Multifram, adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta informasi seputar pengelolaan sapi perah khususnya induk laktasi, maka metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang di PT. Rahmat Alam Multifram adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan pengelolaan sapi perah induk laktasi yang dilaksanakan secara langsung di lokasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan praktik lapangan ini adalah Manager Fram, Supervisor produksi, Staf perusahaan dan karyawan kandang.

3. Magang

Praktek magang mengacu pada jadwal yang telah ada di farm atau di lokasi usaha peternakan sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan untuk diikuti sehingga peserta magang dapat mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Rahmat Alam Multifram.


(25)

commit to user

14 4. Studi Pustaka

Dalam rangka melengkapi informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegitan perusahaan dengan cara memanfaatkan pustaka yang tersedia misalkan buku, jurnal, majalah ilmiah, dan lain-lain.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada 2 jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan. Data primer didapat dari wawancara langsung dengan manager fram, staf perusahaan, supervisor produksi , karyawan kandang dan observasi langsung.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan produksi yang ada selama berada diperusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang.


(26)

commit to user

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan magang di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi adalah cukup baik karena dapat dibuktikan dari hal-hal sebagai berikut:

1. Sapi perah yang dipelihara adalah jenis Friesian Holstein (FH).

2. Pakan yang diberikan kaulitas dan kuantitasnya sudah cukup baik diantaranya adalah hijauan, singkong, jerami fermentasi, dan konsentrat. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, sedangkan konsentrat yang diberikan campuran sendiri dari bahan-bahan yang terdiri dari bekatul, bungkil kelapa, promix, garam, dan kalsit.

3. Frekuensi pemberian pakan yang teratur yaitu dua kali sehari dapat mempengaruhi produksi susu, dimana pemberian konsentrat diberikan terlebih dahulu baru kemudian pakan hijauan.

4. Sistem perkandangan yang digunakan untuk sapi laktasi yaitu system kandang “head to head” atau saling berhadapan.

5. Pemerahan sapi dilaksanakan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 04.00 WIB dan untuk siang hari pada pukul 12.00 WIB, dan pemerahan dilakukan dengan cara manual oleh tenaga kerja.

6. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah kawin suntik (Inseminasi Buatan) dengan bibit FH oleh seorang inseminator.

7. Penanganan kesehatan hewan sudah cukup baik.

8. Penanganan limbah yang berupa feses dilakukan pengolahan khusus, guna menghasilkan pupuk kompos.


(27)

commit to user

32

B. SARAN

1. Kekompakan serta kerja sama antar karyawan haruslah ditingkatkan agar menciptakan suasana yang lebih nyaman guna mendukung berjalannya menajemen peternakan sapi laktasi.

2. Sebaiknya pembersihan ambing dan putting sapi menggunakan air hangat, agar terhindar dari kuman atau bakteri sehingga susu bersih dan berkualitas baik.

3. Sebaiknya vaksin diberikan secara rutin agar kesehatan hewan dapat terjamin.

4. Sapi yang terkena penyakit menular, sebaiknya ditempatkan pada tempat khusus dan terpisah agar tidak menular pada ternak yang lain. Hewan ternak yang terkena penyakit, sebaiknya segera diobati.

5. Sebaiknya sistem keamanan lebih ditingkatkan agar tidak ada orang luar yang dengan mudah masuk ke lingkungan kandang.


(28)

commit to user

33

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta. Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus .1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta. Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di terjemahkan oleh Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Djojowidagdo, S. 1982. Mastitis Mikotik, Radang Kelenjar Susu oleh Cendawan pada Ternak Perah. Warta. Kanisius. Yogyakarta.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta. Hadiwiyoto, S. 1983. Tekhnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty.

Yogyakarta.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah . Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.

Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV.Aneka Ilmu. Semarang.

Sarwono, B. dan H.B.Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I., 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta Sihombing, D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan Usaha

Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian .IPB.

Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Siregar D.A. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius Yogyakarta.

Siregar S. B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Tekhnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Angkasa, Bandung.


(29)

commit to user

34

Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1982-1983. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Sugeng, Y.B., 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono, A. 1983. Perkembangan Ternak Ruminansia Besar Ditinjau dari Ilmu Pemuliaan Ternak Perah di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor.

Sudono. 1995. Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudono, A. 2003. Keuntungan Dalam Pengolahan Limbah Ternak. Trobos. Jakarta.

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sugeng, Y.B. 2001. Laporan Feasibility Study Sapi Perah di Daerah Sumatera Utara, Survey Agro Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, T. 1984. Konsep Pembakuan Mutu Ransum Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Syarief, 1984. Ternak Perah, edisi ke- 1. CV. Yasaguna, Jakarta.

Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna. Jakarta.

Toelihere, M.Z. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Widodo. 2003. Bioteknologi Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.Diterjemahkan oleh Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Zainuddin, G. 1982. Hijauan Makanan Ternak, Apa dan Bagaimana. Swadaya


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan tempat Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari sampai dengan 16 Maret 2011, di Perusahaan Peternakan Sapi Perah, PT. Rahman Alam Multifram, yang berlokasi di Dusun Kantongan, Kelurahan Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

B. Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta magang selama

kegitan magang di PT. Rahmat Alam Multifram, adalah untuk mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan serta informasi seputar pengelolaan sapi perah khususnya induk laktasi, maka metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang di PT. Rahmat Alam Multifram adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan pengelolaan sapi perah induk laktasi yang dilaksanakan secara langsung di lokasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan praktik lapangan ini adalah Manager Fram, Supervisor produksi, Staf perusahaan dan karyawan kandang.

3. Magang

Praktek magang mengacu pada jadwal yang telah ada di farm atau di lokasi usaha peternakan sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan untuk diikuti sehingga peserta magang dapat mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Rahmat Alam Multifram.


(2)

4. Studi Pustaka

Dalam rangka melengkapi informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegitan perusahaan dengan cara memanfaatkan pustaka yang tersedia misalkan buku, jurnal, majalah ilmiah, dan lain-lain.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada 2 jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan. Data primer didapat dari wawancara langsung dengan manager fram, staf perusahaan, supervisor produksi , karyawan kandang dan observasi langsung.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan produksi yang ada selama berada diperusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan magang di PT. Rahman Alam Multifarm, Boyolali, dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi adalah cukup baik karena dapat dibuktikan dari hal-hal sebagai berikut:

1. Sapi perah yang dipelihara adalah jenis Friesian Holstein (FH).

2. Pakan yang diberikan kaulitas dan kuantitasnya sudah cukup baik diantaranya adalah hijauan, singkong, jerami fermentasi, dan konsentrat. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, sedangkan konsentrat yang diberikan campuran sendiri dari bahan-bahan yang terdiri dari bekatul, bungkil kelapa, promix, garam, dan kalsit.

3. Frekuensi pemberian pakan yang teratur yaitu dua kali sehari dapat mempengaruhi produksi susu, dimana pemberian konsentrat diberikan terlebih dahulu baru kemudian pakan hijauan.

4. Sistem perkandangan yang digunakan untuk sapi laktasi yaitu system kandang “head to head” atau saling berhadapan.

5. Pemerahan sapi dilaksanakan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 04.00 WIB dan untuk siang hari pada pukul 12.00 WIB, dan pemerahan dilakukan dengan cara manual oleh tenaga kerja.

6. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah kawin suntik (Inseminasi Buatan) dengan bibit FH oleh seorang inseminator.

7. Penanganan kesehatan hewan sudah cukup baik.

8. Penanganan limbah yang berupa feses dilakukan pengolahan khusus, guna menghasilkan pupuk kompos.


(4)

B. SARAN

1. Kekompakan serta kerja sama antar karyawan haruslah ditingkatkan agar menciptakan suasana yang lebih nyaman guna mendukung berjalannya menajemen peternakan sapi laktasi.

2. Sebaiknya pembersihan ambing dan putting sapi menggunakan air hangat,

agar terhindar dari kuman atau bakteri sehingga susu bersih dan berkualitas baik.

3. Sebaiknya vaksin diberikan secara rutin agar kesehatan hewan dapat terjamin.

4. Sapi yang terkena penyakit menular, sebaiknya ditempatkan pada tempat khusus dan terpisah agar tidak menular pada ternak yang lain. Hewan ternak yang terkena penyakit, sebaiknya segera diobati.

5. Sebaiknya sistem keamanan lebih ditingkatkan agar tidak ada orang luar yang dengan mudah masuk ke lingkungan kandang.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Yogyakarta.

Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus .1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.

Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di terjemahkan oleh Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Djojowidagdo, S. 1982. Mastitis Mikotik, Radang Kelenjar Susu oleh Cendawan

pada Ternak Perah. Warta. Kanisius. Yogyakarta.

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.

Hadiwiyoto, S. 1983. Tekhnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Yogyakarta.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah . Lembaga Pengembangan

Pendidikan (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.

Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV.Aneka Ilmu. Semarang.

Sarwono, B. dan H.B.Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A.I., 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

Sihombing, D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan Usaha

Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian .IPB.

Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Fakultas Kedokteran HewanInstitut Pertanian Bogor. Jakarta.

Siregar D.A. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius Yogyakarta.

Siregar S. B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Tekhnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Angkasa, Bandung.


(6)

Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1982-1983. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Sugeng, Y.B., 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono, A. 1983. Perkembangan Ternak Ruminansia Besar Ditinjau dari Ilmu Pemuliaan Ternak Perah di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor.

Sudono. 1995. Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudono, A. 2003. Keuntungan Dalam Pengolahan Limbah Ternak. Trobos. Jakarta.

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sugeng, Y.B. 2001. Laporan Feasibility Study Sapi Perah di Daerah Sumatera Utara, Survey Agro Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, T. 1984. Konsep Pembakuan Mutu Ransum Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Syarief, 1984. Ternak Perah, edisi ke- 1. CV. Yasaguna, Jakarta.

Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna. Jakarta.

Toelihere, M.Z. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Widodo. 2003. Bioteknologi Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.Diterjemahkan oleh Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Zainuddin, G. 1982. Hijauan Makanan Ternak, Apa dan Bagaimana. Swadaya Warta Persusuan Indonesia. Jakarta.