Film sebagai alat propaganda di Indonesia dari zaman kolonial hingga era orde baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

FILM SEBAGAI ALAT PROPAGANDA DI INDONESIA:
DARI ZAMAN KOLONIAL HINGGA ERA ORDE BARU
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
CAROLINA ORIN
NIM: 101314038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan kasih, saya persembahkan makalah ini kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Andreas Danu Wijaya dan Ibu Florentina,
dan saudara saya Jodi Jaya Irawan yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan dalam segala hal.
2. Semua keluarga, saudara dan sahabat.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


MOTTO
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang

(Amsal 23:18)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan sejarah.

(Pramoedya Ananta Toer)
Semua orang bisa membuat sejarah, hanya orang hebat yang bisa menuliskannya.

(Oscar Wilde)
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.

(Eleanor Roosevelt)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
FILM SEBAGAI ALAT PROPAGANDA DI INDONESIA: DARI ZAMAN
KOLONIAL HINGGA ERA ORDE BARU
Oleh:
Carolina Orin
Universitas Sanata Dharma
2017
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis produksi film
propaganda di Indonesia yang terjadi sejak zaman kolonial hingga era Orde Baru,
serta memahami motif dan dampak dari diproduksinya film-film propaganda tersebut.
Makalah ini disusun secara deskriptif analitis berdasarkan metode dan
metodologi sejarah.
Hasil studi menunjukkan, pada zaman kolonial film propaganda dibuat untuk
kepentingan pemerintah (mempertahankan kekuasaan), swasta (usaha dagang), dan
gereja (pewartaan agama). Pada zaman Jepang, film propaganda digunakan oleh
tentara pendudukan untuk memobilisasi rakyat pribumi berjuang bersama melalui
organisasi-organisasi semi-militer. Film propaganda juga diproduksi pada masa

revolusi (untuk mengembangkan nasionalisme dan patriotisme) maupun pada masa
demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin (untuk memperjuangkan ideologi partai).
Pada zaman Orde Baru, film propaganda dibuat untuk mempertahankan ideologi
Pancasila, kampanye pembangunan (Repelita), dan kepentingan presiden Soeharto
untuk mempertahankan kekuasaan (melalui Golongan Karya) selama mungkin
(terbukti mampu berkuasa hingga 32 tahun).
Kata kunci: Film Propaganda, Kekuatan Politik, Sejarah Indonesia.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE FILM AS A TOOL OF PROPAGANDA IN INDONESIA: SINCE THE
COLONIAL ERA UNTIL THE NEW ORDER ERA
By:
Carolina Orin
Sanata Dharma University
2017
The aim of this paper is to describe and to analyze the production of

propaganda film in Indonesia which happened since the colonial era until the New
Order era, also to understand the motives and impacts of propaganda films production
itself.
This paper is arranged by descriptive analysis based on methods and
methodology of history.
The result of the study shows that in the colonial era propaganda film was
made for the government interests (retaining the power), private (trading business),
and the church (proclamation of religion). In Japan era, propaganda film was used by
the army of occupation to control native people to fight together by way of semimilitary organizations. The propaganda film was also produced in the revolution era
(to develop nationalism and patriotism) as well as the liberal democracy era and
guided democracy (to fight for the ideology of party). In the New Order era,
propaganda film was made to maintain the ideology of Pancasila, development
campaign (Repelita), and president Soeharto‟s interest to maintain the power (through
Golongan Karya) as long as possible (proven that he was in charge for 32 years).
Keyword: Propaganda Film, Politic Power, Indonesian History.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya yang
melimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Film Sebagai Alat Propaganda di Indonesia: dari Zaman Kolonial hingga Era Orde
Baru”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana
Pendidikan di Univesitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa peyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M,Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
4. Dr. Anton Haryono, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing, membantu dan memberikan banyak pengarahan, saran serta
masukan selama penyusunan makalah.

5. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan kepada penulis
selama proses studi.
6. Seluruh dosen dan sekretariat program studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................


v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan ................................................................................. 4
BAB II KEGIATAN FILM PROPAGANDA DI INDONESIA ........................ 6
A. Pengertian Propaganda ................................................................................ 6

B. Film Propaganda era Pemerintahan Hindia-Belanda .................................. 10
xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Film Propaganda era Pendudukan Jepang................................................... 12
D. Film Propaganda era Pemerintahan Orde Lama ......................................... 14
E. Film Propaganda era Pemerintahan Orde Baru ........................................... 16
BAB III MOTIF PEMBUATAN FILM PROPAGANDA ................................. 19
A. Era Pemerintah Hindia Belanda .................................................................. 19
B. Era Pendudukan Jepang .............................................................................. 23
C. Era Orde Lama ............................................................................................ 25
D. Era Orde Baru ............................................................................................. 28
BAB IV DAMPAK FILM SEBAGAI ALAT PROPAGANDA ........................ 34
A. Dampak Film Propaganda era Hindia-Belanda........................................... 34
B. Dampak Film Propaganda era Pendudukan Jepang .................................... 39
C. Dampak Film Propaganda era Orde Lama .................................................. 42
D. Dampak Film Propaganda era Orde Baru ................................................... 45
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 51

LAMPIRAN ........................................................................................................... 54

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak film ditemukan oleh Lumiere bersaudara, Cinematographe, 28
Desember 1895 di Perancis, beberapa bulan kemudian terus berkembang ke
penjuru Eropa dan ke negara-negara di luar Eropa. Dalam perkembangannya film
mulai dimanfaatkan untuk media hiburan, informasi, pendidikan dan lain-lain
hingga lebih lanjut film digunakan untuk kepentingan propaganda.
Film propaganda digunakan untuk beragam jenis tujuan seperti bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Politisi pemburu
kekuasaan menempatkan media audio visual sebagai alat propaganda dan
kampanye politik mereka.1
Sebuah film propaganda adalah film yang melibatkan beberapa bentuk
propaganda. Film-film propaganda dapat dikemas dalam berbagai cara, tetapi

yang paling sering adalah film gaya dokumenter atau skenario fiksi, yang
diproduksi untuk meyakinkan pemirsanya pada sudut pandang tertentu atau
mempengaruhi pendapat atau perilaku penonton, sering dengan menyajikan
konten subyektif yang mungkin secara sengaja menyesatkan.2
Propaganda dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan “untuk
memproduksi dan menyebarkan pesan-pesan yang subur, sekali ditaburkan, akan

1 Gatot Prakosa, Film dan Kekuasaan, Yayasan Sri visual Indonesia, 2004, hlm. x.
2 Todd Bennet, “The Celluloid Warstate and Studio in Anglo-American Propaganda FilmMaking”, 1939-1941, 2002, hlm.64.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

bertumbuh dalam budaya yang besar”,3 namun pada abad ke 20, sebuah
propaganda “baru” muncul yang berkisar di seputar organisasi politik dan
kebutuhan mereka untuk mengkomunikasikan pesan yang akan menarik golongan
yang relevan untuk mengakomodasikan agenda-agenda mereka”.4 Pertama kali
dikembangkan oleh Lumiere bersaudara pada tahun 1896, media film
menyediakan sarana unik untuk mengakses penonton dalam jumlah sekaligus
besar. Film adalah media massa universal pertama yang secara bersamaan dapat
mempengaruhi pemirsa sebagai individu dan anggota kerumunan, yang
menyebabkan media ini dengan cepat menjadi alat bagi pemerintah dan organisasi
non-pemerintah, untuk menyuarakan pesan ideologis yang diinginkan.5 Seperti
Nancy Snow menyatakan dalam bukunya, information war:

American

Propaganda, Free Speech and Opinion control since 9-11, Propaganda “dimulai

di mana pemikiran kritis berakhir.”6 Film sebagai alat propaganda dimanfaatkan
oleh berbagai bidang seperti para politisi, penguasa, pengusaha, lembaga
pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat untuk kepentingan masingmasing. Motif pembuatan Film propaganda berbeda-beda untuk setiap zamannya,
tergantung keadaan pada saat itu, dan untuk kepentingan apa yang akan dicapai.
Jenis propaganda juga beragam, bisa untuk tujuan politik, tujuan sosial budaya,
tujuan ekonomi, tujuan pertahanan dan keamanan.

3James Combs, Film Propaganda and American Politics, New York, Garland Publishing,
1994.hlm.32.
4 Idem, hlm. 32.
5 Richard Taylor, Film propaganda: Soviet Russia and Nazi Germany, London, Croom Helm Ltd,
1979, hlm 30-31.
6 Nancy Snow, Information War: American Propaganda, Free Speech and Opinion Control Since
9-11. New York, Seven Stories Press, 2003, hlm.22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Sasaran film propaganda adalah masyarakat atau kelompok yang banyak,
yang bisa dipengaruhi secara besar dan menyeluruh. Dampak yang diharapkan
oleh propagandis tentunya sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan narasi yang
disampaikan di dalam film tersebut.
Di Indonesia sendiri, film propaganda telah dimanfaatkan sejak era
pemerintahan Hindia-Belanda, era pendudukan Jepang, era pemerintahan Orde
Lama, hingga era pemerintahan Orde Baru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini:
1. Apa saja kegiatan Film Propaganda yang pernah ada di Indonesia?
2. Apa motif Film Propaganda di Indonesia?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Film Propaganda di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
berjudul “Film Sebagai Alat Propaganda di Indonesia: Dari Zaman Kolonial
Hingga Era Orde Baru” adalah untuk:
a. Mengetahui kegiatan-kegiatan film propaganda yang pernah ada di Indonesia
selama periode tersebut.
b. Mendiskripsikan dan menganalisis motif-motif dari pembuatan film
propaganda di Indonesia selama periode tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

c. Mendiskripsikan dan menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh adanya
film propaganda tersebut di Indonesia selama periode tersebut
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi Universitas Sanata Dharma
Selain untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi,
khususnya bidang penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, makalah ini diharapkan
dapat memberikan kekayaan khasanah yang berguna bagi pembaca dan pemerhati
sejarah di lingkungan Universitas Sanata Dharma.
b. Bagi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai sejarah Film Sebagai Alat Propaganda di Indonesia sejak
era pemerintahan Hindia-Belanda, era pendudukan Jepang, era pemerintahan Orde
Lama hingga era pemerintahan Orde Baru. Sebagai bahan pelengkap dalam
pembelajaran sejarah.
c. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk
mempelajari tentang sejarah Film yang digunakan untuk alat propaganda di
Indonesia, sejak era pemerintahan Hindia-Belanda, era pendudukan Jepang, era
pemerintahan Orde Lama, hingga era pemerintahan Orde Baru. Untuk
mempelajari motif dan dampak film propaganda di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

D. Sistematika Penulisan
Makalah yang berjudul “Film Sebagai Alat Propaganda di Indonesia: Dari
Zaman Kolonial Hingga Era Orde Baru” memiliki sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I

Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah
tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II

Uraian tentang kegiatan film propaganda di Indonesia sejak era
pemerintahan Hindia-Belanda hingga era pemerintahan Orde Baru.

Bab III

Uraian dan analisa tentang motif pembuatan film propaganda yang
ada di Indonesia sejak era pemerintahan Hindia-Belanda hingga era
pemerintahan Orde Baru.

Bab IV

Uraian dan analisa tentang dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
propaganda di Indonesia sejak era pemerintahan Hindia-Belanda
hingga era pemerintahan Orde Baru.

Bab V

Kesimpulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KEGIATAN FILM PROPAGANDA DI INDONESIA
A. Pengertian Propaganda
Propaganda berasal dari bahasa Latin, yaitu Propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan. Kata itu muncul dari kata SACRA
CONGREGATIO DE PROPAGANDA FIDE pada tahun 1622 ketika Paus

Gregorius XV mendirikan organisasi yang bertujuan mengembangkan atau
memekarkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun di negara-negara lain.7
Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang sering
kali digunakan oleh individu ataupun kelompok sebagai media untuk
menyebarluaskan suatu keyakinan atau doktrin. Propaganda menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
Carl I Hovlan, “mengatakan bahwa propaganda merupakan usaha untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyebaran informasi serta pembentukan
opini dan sikap, sering kali propaganda dianggap sebagai suatu usaha dalam
melakukan

komunikasi

yang

bersifat

persuasif,

direncanakan

untuk

mempengaruhi pandangan dan tingkah laku individu-individu agar sesuai dengan
keinginan dari propagandis. Sumber propaganda dan tujuan dapat bersifat, terangterangan atau tersembunyi bagi audience, dan dapat pula disebut propaganda yang
bersifat, terbuka atau tertutup. Selain itu ada juga yang disebut dengan counter

7 R.A.Santoso, Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Alumni1983, Yogyakarta,
hlm.16.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

propaganda atau propaganda tandingan, atau yang kontra suatu propaganda
dengan tujuan untuk menangkis”.
Menurut Encyclopedia International, propaganda adalah suatu etnis
komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa
memperdulikan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan.
Sedangkan menurut Encyclopedia Everyman’s, propaganda adalah suatu seni
untuk menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu
kepercayaan agama atau politik. Propaganda berusaha meyakinkan pendapatpendapat tanpa perlu mengemukakan alasan-alasan. Dengan demikian propaganda
suatu senjata yang potensial bila dipergunakan tanpa memikirkan atau
mempertimbangkan kebenaran terhadap pesan yang disampaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: penyiar penerangan, paham,
pendapat, dan sebagainya, yang benar atau salah yang dikembangkan dengan
tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan
tertentu, biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk.
Menurut Ensiklopedia bebas “Propaganda” adalah sebuah upaya disengaja
dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau
kognisi, dan mempengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai
yang dikehendaki pelaku propaganda.
James E.Combs dan Dan Nimmo (1994) mendefinisi propaganda sebagai
berikut:
a. Usaha yang disengaja dan sistematis, untuk mencapai respon yang lebih
jauh lagi, merupakan tujuan yang diinginkan oleh propaganda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

b. Sebuah usaha, untuk mempengaruhi opini dan tingkah laku.
c. Situasi propaganda yang tipikal adalah: A melalui suatu metode atau
metode lain yang berhubungan dengan B, sehingga cenderung
mempengaruhi tingkah laku B.
d. Semua usaha yang membujuk setiap orang, untuk kepercayaan atau
untuk suatu bentuk tindakan.
e. Usaha untuk mempengaruhi personalitas, dan mengontrol tingkah laku
individual menuju tujuan akhir, yang dianggap tidak ilmiah atau nilainya
meragukan dalam masyarakat pada waktu yang ditentukan.
Qualter mengatakan “propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan
secara sengaja, oleh beberapa

individu atau kelompok untuk membentuk,

mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain. Menggunakan
media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi
dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh si propagandis”.
Lasswell mengatakan ”propaganda dalam arti yang luas, adalah teknik
untuk

mempengaruhi

representasinya”.

kegiatan

manusia

dengan

memanipulasikan

Menurut Barnays, “propaganda modern adalah suatu usaha

yang bersifat konsisten dan terus menerus, untuk menciptakan atau membentuk
peristiwa-peristiwa, guna mempengaruhi hubungan publik terhadap suatu
penguasa atau kelompok”. Menurut Ralph D. Casey, “propaganda adalah suatu
usaha yang dilakukan secara sengaja dan sadar, untuk menetapkan suatu sikap
atau mengubah suatu pendapat, yang berkaitan dengan suatu doktrin atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

program, dan dipihak lain. Merupakan suatu usaha yang sadar dari lembagalembaga komunikasi, untuk menyebarkan fakta dalam semangat obyektivitas dan
kejujuran”.
Drs. R.A. Santoso Sastropoetro, mengatakan “propaganda adalah suatu
penyebaran pesan, yang terlebih dahulu telah direncanakan secara teliti untuk
mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari penerima
komunikan, sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator”. Menurut
Prof. Onong Uchyana Efendi, “propaganda adalah komunikasi yang dilakukan
secara berencana, sistematis dan berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang,
khalayak atau bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran
sendiri tanpa paksa atau dipaksa”.
Drs. R. Roekomy, mengatakan “propaganda adalah usaha mempengaruhi
orang lain berdasarkan faktor-faktor psikologis, tentang sesuatu yang baru atau
belum diakui kebenarannya, agar berbuat sesuai dengan yang diharapkan”. Prof.
Dr. Mar‟at, “propaganda adalah suatu teknik cara atau usaha, yang sistematis serta
sungguh dipikirkan secara mendalam, dimana teknik atau cara/usaha yang
dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk mempengaruhi
pendapat atau sikap orang lain atau kelompok lain”. Menurut Prof. DR.H.C.J
Duyker, “bahwa siapapun yang melakukan propaganda, menyebarkan pesanpesan, mempunyai keinginan untuk mengubah sikap, pendapat, tingkah laku dari
sesama manusia sebagai objeknya”. William Albig, mengatakan “pada awalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

kegiatan propaganda didasarkan pada komunikasi dari mulut ke mulut, dan media
cetak yang mencapai kelompok kecil”
Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha, yang sistematis dan terencana,
serta dilakukan secara berulang-ulang dalam menyebarkan pesan guna
mempengaruhi khalayak atau bangsa untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat
dan tingkah laku. Agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran sendiri
tanpa paksa atau dipaksa.
Secara

umum

propaganda

didefinisikan

sebagai

skema,

untuk

mempropagandakan suatu doktrin atau tindakan kepada seseorang, atau kelompok
orang, yang disebarkan melalui kata-kata, suara, iklan komersial, musik, gambar,
dan simbol-simbol lainnya.8
B. Film Propaganda Era Pemerintahan Hindia-Belanda
Tercatat film dokumenter kurang lebih 1.144 scan (kaleng kemasan), yang
masing-masing berisi gulungan film sepanjang kira-kira 220 meter pita film,
meliputi lebih dari 200 judul.9
Film-film tersebut dibuat sejak awal abad ke-20 hingga akhir penjajahan
Belanda di Indonesia. Mayoritas film yang dibuat selama masa kolonial adalah
rekaman-rekaman propaganda pendek. Umumnya film yang dibuat di HindiaBelanda memiliki alur cerita tradisional atau diadaptasi dari karya yang sudah ada,

8 http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-propaganda-menurut-paraahli.html?m=1 (diakses 5 Maret 2017)
9 Wacana , Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Vol 10 No. 3, 2008, hlm.
320-321.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

film pertama waktu itu masih bisu menurut Misbach Yusa Biran (2009), ”film
yang dirilis tidak ada rasa nasionalisme, hanya kepentingan tontonan dan
kepentingan Belanda”.

10

Ketika Belanda mulai memperkenalkan filmnya pada 5

Desember 1900 di Batavia (Jakarta), lima tahun setelah film dan bioskop pertama
lahir di Perancis. Film pertama di Indonesia ini adalah sebuah film dokumenter
yang menggambarkan perjalanan Ratu Olanda dan Raja Hertog Hendrik di kota
Den Haag. Tujuan film tersebut adalah propaganda, dalam hal ini film
dokumenter bisa menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tapi juga
bisa memberikan pemahaman yang manupulatif. Misalnya, dari tujuan untuk
memberikan isi baru atau pemahaman baru, tetapi sebenarnya film dokumenter
bisa menjadi suatu upaya propaganda untuk memanipulasi fakta yang ada.
Film dokumenter yang bersifat propaganda dibuat di Hindia-Belanda
berdasarkan pesanan berbagai pihak seperti: lembaga pemerintahan, perusahaan
dagang, lembaga gereja dan lembaga sosial swasta.11
Kekuasaan Belanda semakin mapan memasuki abad ke-20, wilayah
hampir mencakupi seluruh kepulauan di Indonesia. Keadaan makin tertib dengan
menurunnya gejolak sosial dan perlawanan-perlawanan.12 Keadaan dalam negeri
Hindia-Belanda memperlihatkan perkembangan ekonomi yang marak. Sehingga
propaganda tidak terlalu masif dilaksanakan.13
Film yang dibuat Belanda beralur cerita yang selalu mendudukkan pribumi
sebagai masyarakat yang bodoh, berpakaian tidak seperti Belanda yang perlente,
10 Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950, Jakarta, Komunitas Bambu, 2009, hlm.33.
11Wacana, op.cit. hlm.321.
12 Marwati Djoened Poesponegoro, Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda,
Jakarta, Balai Pustaka, 2008, hlm.157.
13Ibid, hlm.78.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

sehingga film menanamkan rasa rendah diri pribumi terhadap kulit putih dan ini
berlangsung selama bertahun-tahun.
C. Film Propaganda Era Pendudukan Jepang
Indonesia adalah satu dari sedikit wilayah pendudukan Jepang di Perang
Dunia II, yang masyarakat pribuminya masih terbilang kooperatif dengan serdadu
Dai Nippon. Di samping karena kelihaian Jepang dalam mengoptimalkan legenda
lokal, macam ramalan Jayabaya, yang mereka olah hingga berkesan bahwa sang
saudara tua datang untuk membebaskan rakyat pribumi, dari penjajahan bangsa
kulit putih. Kesuksesan Jepang dalam hal ini ternyata juga sebagai imbas dari
keberadaan ratusan film propaganda Jepang yang cukup masif dikonsumsi
masyarakat luas kala itu.
Menurut Aiko Kurasawa, seorang profesor Jepang yang ahli dalam bidang
sejarah Indonesia, dalam masa pendudukannya di Indonesia, tentara Dai Nippon
telah berhasil memproduksi setidaknya 350 judul film propaganda. Film tersebut
kebanyakan hasil produksi tahun 1942 sampai awal 1945. Pada awalnya, sebuah
tim dokumentasi dari angkatan darat tentara pendudukan Jepang, adalah yang
bertugas dan bertanggung jawab untuk memproduksi film-film tersebut. Namun
tugas tersebut diambil alih oleh Jawa Eigasha (perusahaan film Jawa), sesaat
setelah pembentukan resmi pemerintahan militer Jepang di Indonesia pada
Oktober 1942. Akan tetapi enam bulan kemudian, atau pada April 1943, tugas
produksi film propaganda ini diambil alih oleh Nippon Eigasha (perusahaan film
Jepang) yang memiliki kantor pusat di Tokyo. Dai Nippon Eigasha ini film
propaganda terus dilakukan hingga berakhirnya Perang Dunia ke II. Berbagai film

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

propaganda itu kemudian diedarkan pada 117 gedung bioskop yang ada di
Indonesia kala itu, dan selalu ditampilkan sebagai tayangan pembukaan setiap
pemutaran film. 14
Pada tahun 1945, ratusan film propaganda produksi Jepang tersebut
kemudian disita, oleh pihak Belanda. Setelah tentara sekutu sukses mengalahkan
Jepang pada akhir Perang Dunia ke II. Biarpun demikian hingga kini setidaknya
ada 15 judul film propaganda Jepang yang masih tersimpan di arsip nasional RI.
Diantaranya berisi pidato tokoh-tokoh nasional di kala itu yang mendukung usaha
Jepang pada Perang Dunia ke II, serta ada pula film dokumentasi tentang
kunjungan Jenderal Hideki Tojo ke Indonesia. Melalui film-film itulah, rakyat
Indonesia diharapkan mampu memahami gagasan persemakmuran, bersama Asia
Timur Raya yang dicita-citakan oleh kekaisaran Jepang, jelas Takashi Takaba.15
Orang Jepang juga memerlukan narasi sejarah baru, mitos dan pahlawan
untuk menggantikan sejarah Belanda, yang telah mendominasi buku pelajaran dan
nama jalan sebelum 1942.16 Mencatat bahwa sejarah nasionalisme yang ditulis,
untuk digunakan selama periode memperkuat ortodoks nasionalis baru yang telah
terbukti sangat tahan lama. Tokoh nasional, kini yang memegang posisi senior di
pemerintahan pendudukan seperti Muhammad Yamin, penyair dan orang
Indonesia yang memegang posisi tertinggi di Sendenbu. Sanusi Pane
mempromosikan dan mengembangkan sejarah nasionalis, dengan dua elemen,
14Tod Jones, Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad 20,
Gramedia, 2015, hlm.71.
15 http://www.saudaratua.wordpress.com (diakses 27 Juni 2017)
16Anthony Reid, A History of Southeast Asia: Critical Crossroads, Wiley-Blackwell, 2015,
hlm.250.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

yang akan menjadi ukuran standar dalam teks-teks sejarah nasional. Pertama,
teks-teks tersebut menggambarkan masa pra-kolonial Indonesia sebagai masa,
dimana kesatuan politik dan kemakmuran dijalankan oleh kerajaan-kerajaan
Hindu. Kedua, 350 tahun pemerintahan Belanda, merepresentasikan waktu
penindasan dengan perlawanan beberapa kali, di masing-masing daerah dan oleh
rakyat Indonesia. Dalam hal ini “penjahat” Indonesia dalam sejarah Belanda,
dibuat menjadi “pahlawan” perlawanan dalam cerita mereka tentang perjuangan
kemerdekaan.17 Ortodoksi sejarah baru memiliki akarnya dalam serangan
intelektual nasionalis, terhadap VOC, Belanda dan versi sejarah yang berpusat
pada negara Hindia-Belanda yang digunakan mendidik orang dari tahun 1920.18
D. Film Propaganda Era Pemerintahan Orde Lama
Untuk memudahkan menjabarkan film propaganda pada era pemerintahan
Orde Lama, penulis membagi 3 era, yaitu era Revolusi Nasional, era Demokrasi
Liberal dan era Demokrasi Terpimpin.
1. Film Propaganda era Revolusi Nasional dan Pasca Kemerdekaan (19451949)
Beberapa bulan setelah kemerdekaan RI, 6 Oktober 1945, T.Ishimoto,
wakil kepala Nippon Eigasha, menyerahkan studio ex-Multi film kepada
Pemerintah baru Indonesia. Penyerahan disaksikan oleh Menteri Penerangan Amir
Sjarifuddin. Selanjutnya dibentuk Berita Film Indonesia (BFI) yang dipimpin oleh

17 Idem, hlm. 297-298
18 Marwati Djoened Poesponegoro, Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2008, hlm.73-79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

R.M. Soetarto dan Rd.Arifin. Tugasnya adalah membuat film-film berita dan
dokumenter.19
BFI ini kemudian berjasa menyusun film peristiwa bersejarah, perjuangan
kemerdekaan untuk meyakinkan pihak luar negeri, bahwa apa yang terjadi di
Indonesia bukanlah aksi teroris, melainkan perjuangan untuk merdeka. Kumpulan
film BFI itu diberi nama Indonesia Fight for Freedom, yang dikirim ke PBB dan
beberapa negara. Konon, film itu cukup besar jasanya dalam menjelaskan keadaan
di Indonesia. Film itu menjadi lawan propaganda Belanda, yang selalu
mengatakan bahwa, “Soekarno-Hatta” adalah kaki tangan Jepang, dan para
pejuang kemerdekaan Indonesia adalah ekstrimis yang meneruskan kejahatan
perang Jepang. Situasi setelah kemerdekaan masih tidak menentu, sehingga citacita untuk membuat film dokumenter cukup sulit. Masalah tentara NICA yang
masuk ke Indonesia, karena Belanda ingin meneruskan kekuasaannya.
2. Film Propaganda Era Demokrasi Liberal (1950-1959)
Demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni
undang-undang dasar sementara 1950, sistem ini adalah meniru sistem yang ada
di Eropa Barat dan Amerika. Karena Indonesia saat itu merupakan demokrasi
liberal, maka demikian juga terhadap isi film yang diputar di bioskop di
Indonesia, film-film pro liberal yang diproduksi Hollywood atau non Hollywood
banyak diimpor dan ditayangkan di Indonesia, film-film ini merupakan Film
propaganda terselubung, yang isinya menganut faham Demokrasi Liberal. Banyak

19 Idem, hlm.73-79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

partai politik terbentuk di Indonesia pada saat itu. Untuk mempropagandakan
dirinya partai-partai politik itu banyak yang membuat surat kabar-surat kabar.
3. Film Propaganda Era Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Era Demokrasi Terpimpin adalah era di mana seluruh keputusan kebijakan
politik berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep
demokrasi terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam
pembukaan sidang Konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Pada era Demokrasi Terpimpin, film propaganda dari luar dilarang beredar
di Indonesia, film-film Barat dianggap propaganda neokolonalisme dan
imperialisme. Kelompok popular legendaris dari Inggris the Beatles tidak direstui
oleh pemerintah berkuasa. Lebih dari itu, para personil Koes bersaudara yang
meniru musik aliran populer bahkan ditangkap dan dipenjarakan sebelum
peristiwa G30S/PKI, berpidato dalam hari kemerdekaarn RI 17 Agustus 1959,
Presiden Soekarno dengan terang-terangan mengutuk musik “ngak-ngik-ngok”
seperti “rock‟n roll.20
E. Film Propaganda Era Pemerintahan Orde Baru
1.

Film Propaganda diputar di Bioskop
Di era Pemerintahan Orde Baru ada beberapa film propaganda yang

diputar di bioskop-bioskop tanah air, seperti: Pemberontakan G30S/PKI, Janur
Kuning, Enam jam di Yogya serta Serangan Fajar. film-film ini ditonton oleh

banyak rakyat Indonesia, bahkan khusus untuk film Pemberontakan G30S/PKI

20 Hikmat Budiman, Lubang Hitam Kebudayaan, Jakarta, Kanisius, 2002, hlm.140.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

diwajibkan ditonton oleh Pegawai Negeri, semua Pelajar dan Mahasiswa, bahkan
film ini diputar setiap tahun di TVRI untuk masyarakat umum. Serta ada satu film
yang dibuat oleh Hollywood yang berjudul “The year of living dangerously”.
Film G30 S/PKI , bertujuan untuk mempertahankan ideologi Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, karena ideologi komunisme sangat berbahaya untuk
rakyat Indonesia, ada ketakutan dari penguasa Orde Baru saat itu, bahwa ideologi
komunisme bisa berkembang lagi di Indonesia. Pihak Hollywood juga me-release
film berjudul “The year of living dangerously” mengambil latar belakang
peristiwa yang sama. Film yang dibintangi Mel Gibson ini mengambil seting kota
Jakarta tahun 1965 menjelang peristiwa G30S/PKI. Mel Gibson memerankan
tokoh Guy Hamilton, seorang Jurnalis Australia Broadcast Service. Tugas seorang
jurnalis memburu berita pada saat kebebasan pers di Indonesia, sedang dibatasi
oleh Pemerintah Soekarno, membuat Hamilton frustrasi.21
Beruntung ia bertemu Billy Kwan, seorang fotografer Australia yang telah
lama tinggal di Indonesia. Billy membantu Hamilton berhubungan dengan tokohtokoh penting Indonesia, diantaranya D.N.Aidit.
Hamilton merupakan representasi jurnalis Barat yang menaruh perhatian
besar terhadap perkembangan situasi politik Indonesia.
2.

Film Dokumenter Propaganda ditayangkan di TVRI
Ribuan film dokumenter yang dibuat, di bawah kontrol pemerintah Orde

Baru, untuk kepentingan ideologi, kepentingan pembangunan, kepentingan
kekuasaan politik.
21 Christopher Koch, The Year of Living Dangerously, Harper Collins Publisher, 8 Desember
2012, hlm.112.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

Film dokumenter tersebut hampir setiap hari ditayangkan di TVRI dengan
tema yang berbeda, yang paling banyak adalah tema semangat pembangunan,
mulai dari rencana pembangunan dan hasil pembangunan, kemudian disusul
dengan propaganda kinerja para menteri kabinet pembangunan, dan tentang
kehebatan Golongan Karya sebagai partai politik yang berhasil membangun
Indonesia dan selalu memenangkan Pemilu.
Film dokumenter tersebut menunjang rencana besar Pemerintah Orde Baru
REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dimana terdapat 5 Repelita
selama masa Orde Baru. Media penayangan film dokumenter hanya melalui
TVRI, baru kemudian pada Repelita ke V, terdapat stasiun TV Swasta, TPI, RCTI
dan SCTV, stasiun televisi swasta ini dimiliki oleh anak-anak Soeharto penguasa
saat itu.
TVRI sesuai dengan amanat Keputusan Menteri Penerangan No.34/1966,
“memberi penerangan kepada masyarakat tentang program-program Pemerintah,
demi tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila”22

22Ade Armanto, Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah kegagalan Sistem Televisi, Jakarta,
Gramedia, 2012, hlm. 50.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
MOTIF PEMBUATAN FILM PROPAGANDA
A. Era Pemerintahan Hindia-Belanda
Setelah membaca beberapa literatur
pemerintahan

Hindia-Belanda,

ditemukan

tentang film propaganda era
beberapa

motif

utama

yang

melatarbelakangi, mengapa film propaganda dibuat oleh pemerintahan HindiaBelanda saat itu, yaitu motif kepentingan pemerintah Hindia-Belanda, motif
kepentingan perusahaan dagang, motif

kepentingan gereja, dan motif

kepentingan lembaga sosial swasta.
1.

Motif Pemerintah Hindia-Belanda
Pemerintah memesan untuk dibuatkan film dokumenter kepada lembaga

pembuat film. Film ini dibuat untuk tujuan penerangan, informasi dan bahan
propaganda. Film dokumenter ditujukan untuk penonton dalam negeri maupun di
negara induknya Belanda. Misalkan untuk negara induknya, mereka membuat
film dokumenter tentang perkembangan pengelolaan pemerintahan HindiaBelanda dan pengendalian masyarakatnya. Tentunya mereka melaporkan hal-hal
yang baik. Film menggambarkan bahwa perlakuan Pemerintah Hindia-Belanda
terhadap pribumi tidak melanggar kemanusiaan, di mana pada awal abad 20,
Belanda menganut sistem liberal, yang sudah menyoroti perlakuan kemanusiaan.
Untuk penonton dalam negeri diciptakan film dokumenter, supaya masyarakat
pribumi tetap bodoh dan rendah diri, Belanda lebih pintar dan berkuasa atas
pribumi. Pemerintah Hindia-Belanda berlindung di balik tiga sektor kebijakan
etik, yakni irigasi, edukasi, emigrasi, perusahaan kolonial dikembangkan.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

Irigasi

memang dibuat, tetapi yang dapat manfaat adalah perkebunan

besar milik Belanda. Demikian pula dengan emigrasi, yang terlihat di film adalah
mutasi penduduk karena kontrak kerja, berkaitan dengan kebutuhan tenaga kerja
perusahaan pertambangan dan perkebunan, baik milik pemerintah maupun swasta.
Film yang merekam kegiatan pendidikan memperlihatkan beragam etnis sekolah,
seperti sekolah Cina berbahasa Belanda, sekolah desa di Jawa, sekolah Eropa.
Namun, semuanya ini merupakan sekolah yang dipilah-pilah berdasarkan agama,
ras, dan golongan. Bagi pemerintah Hindia-Belanda, film-film itu adalah bukti
bahwa pemerintah telah menjalankan kebijakan etik. Pemerintahan HindiaBelanda dapat memberikan laporan konkret pada pemerintah. Sekaligus
menunjukkan kepada masyarakat Belanda tentang pengelolaan wilayah koloni,
tambahan pula, film-film dokumenter itu dibuat dengan prinsip peindre sur levif
“sebagai yang sebenarnya”. Sehingga tidak ada alasan bagi kaum etik untuk
mempersalahkan pemerintahan di

Hindia-Belanda, karena tidak mengelola

wilayah koloni dengan baik.23 Wacana Kolonial yang dapat dipahami sebagai
beragam representasi, dan cara pandang yang digunakan kekuasaan kolonial agar
subjek kolonial tetap tunduk pada aturan-aturan kolonial, terlihat dengan jelas
dalam film-film Hindia-Belanda itu.
2. Motif Kepentingan Usaha Dagang
Para pengusaha dagang Hindia-Belanda juga menggunakan film
dokumenter propaganda, untuk kepentingan usaha dagang mereka. Pengusaha
dagang menggunakan film propaganda yang bertujuan untuk mencari investor dari
23Jugarie Soegiarto, Wacana Kolonial dalam Film “Moeder Dao” Jurnal Wacana Vol.10 N0.2,
Universitas Gajah Mada, Oktober 2008, hlm.320.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

negeri induknya yaitu Belanda, dimana Belanda sejak 1870 sudah menganut
sistem ekonomi liberal, yang diperlukan investasi yang banyak untuk diversifikasi
usaha.
Memasuki abad ke- 20 kekuasaan kolonialisme Hindia-Belanda, menjadi
makin mapan. Wilayah kekuasaan hampir mencakup seluruh daerah di kepulauan
Indonesia. Daerah jajahan Hindia-Belanda menjadi lebih menarik, karena
perjalanan dari negeri Belanda makin singkat seiring pembukaan terusan Suez dan
perkembangan Kapal Uap, dimana bisa ditempuh 2 hingga 3 minggu. Sejalan
dengan migrasi penduduk itu, penanaman modal mengalir ke Hindia-Belanda.
Perkembangan perekonomian dunia yang diwarnai oleh pergerakan modal yang
agresif, mencari keuntungan melampaui batas-batas negara, ikut mempengaruhi
keadaan di Hindia-Belanda.24
Menurut

hal tersebut di atas, maka pembuatan film dokumenter

propaganda dimaksudkan untuk mempengaruhi investor negeri Belanda, bahwa
diperlukan banyak investasi yang perlu masuk ke Hindia-Belanda.25 Pada film
tersebut digambarkan bahwa Hindia-Belanda, mempunyai sumber daya alam yang
melimpah serta tenaga kerja yang melimpah.
Pada tahun 1870 kelompok liberal di Parlemen di negara asalnya yaitu
Belanda, menolak sistem tanam paksa yang dilakukan di Hindia-Belanda. Untuk
menyangkal hal tersebut maka pemerintah Hindia-Belanda membuat film-film

24 Marwati Djoened Pusponegoro, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan
Masa Republik Indonesia 1900-1942, Jakarta, Balai Pustaka, 2008, hlm.157.
25M.Sarief Arief, Permasalahan Sensor dan Pertanggung Jawaban Etika Produksi,1997

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

propaganda. Film-film dokumenter yang dibuat di Hindia-Belanda antara tahun
1912, hingga kira-kira tahun 1933, terlihat jelas dimaksudkan untuk menyebarkan
pengetahuan tentang Hindia-Belanda dan memberikan pemahaman perihal
kebijakan pemerintah Hindia-Belanda, kepada masyarakat Belanda, serta untuk
menghapus citra yang keliru tentang wilayah jajahan yang berkembang di
kelompok masyarakat Belanda yang berhaluan liberal masa itu. Semenjak
dicanangkannya kebijakan politik etik (1902), dan berkembangnya pemikiran
liberal di Belanda, berkembanglah pula wacana yang begitu kritis mengkaji
kekuasaan kolonial di seberang lautan.
3. Motif Film Kepentingan Gereja
Film Dokumenter yang dipesan oleh Gereja, digunakan untuk menarik
para rohaniawan di Eropa agar mau datang ke Hindia-Belanda dalam rangka
penginjilan, dan film ini digunakan sebagai laporan hasil kerja penginjilan yang
didanai oleh jemaat di Belanda, sekaligus meminta dana jemaat lebih lanjut demi
pemekaran dan pekerjaan Gereja.
4. Motif Film Lembaga Sosial Swasta
Pembuatan film dokumenter oleh lembaga sosial adalah untuk
penyeimbang dan kritik terhadap pemerintahan di Hindia-Belanda. Di samping itu
juga diperuntukkan untuk arsip, seperti film dokumenter tahun peresmian Bandara
Simpang Tiga (Sekarang Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru) tahun 1930,
yang disimpan oleh Prof.Dr. Bob FH Deys, yang mana pada tahun 2013
diserahkan copynya kepada Pemda Riau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

5. Film Bertemakan Minta Bantuan Sekutu
John Fernhout membuat film dokumenter 10 menit berjudul “High Stakes
in the East”, film ini dibuat beberapa saat setelah Belanda kehilangan

kekuasaannya di Indonesia, digantikan oleh Jepang. Film tersebut fokus utama
adalah Pulau Jawa. Pada lima menit pertama, Fernhout menyorot aktivitas
penduduk lokal di perkebunan tebu, dan ladang garam. Ia menangkap gambar
buruh yang hilir mudik membawa batangan tebu dan karung gula. Tak
ketinggalan aktivitas sekelompok perempuan, yang sedang mengumpulkan garam.
Narasi film menyebutkan Jawa sebagai Pulau Surga. Jawa memiliki komoditas
yang menguntungkan. Infrastruktur yang lebih maju dibandingkan pulau lain, dan
sumber daya manusia yang melimpah. Dalam narasi itu disebutkan bahwa:
“Jawa punya ladang tebu yang sangat luas. Dari tebu dihasilkan gula
pasir yang bernilai ekonomi untuk Belanda. Begitu pula garam yang
selama ini memenuhi kebutuhan di Amerika Serikat, tapi kini Jepang dan
Jermanlah yang menikmatinya”. Tujuan film itu jelas, meminta dukungan
sekutu untuk membantu Belanda
merebut kembali Indonesia dari Jepang.26
B. Era Pendudukan Jepang
1. Motif Penguasaan Atas Asia Timur
Latar belakang yang mendasari penjajahan Jepang di Indonesia, pada
tahun 1941pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan Belanda harus
diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo minyak yang
amat mereka butuhkan. Untuk memuluskan kekuasaan ekonomi, dan politik di

26 www.beeldengeluid.nl/en/high-stakes-east-1942-0 (diakses 15 Juli 2016)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

wilayah Asia maka pemerintah Jepang perlu menaklukkan negara-negara di Asia
seperti Cina, Filipina, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Semenjak Jepang menduduki Indonesia, perusahaan film, sutradara, dan
semua insan film diambil alih dan dikuasai oleh pemerintah Jepang. Dari literatur
yang penulis baca, bisa digambarkan bahwa untuk mencapai tujuannya tersebut
Jepang menggunakan setidaknya 2 tema yaitu: film bertemakan kehebatan Jepang
di dunia internasional, yang kedua film bertemakan mengajak rakyat Indonesia,
ikut berjuang angkat senjata untuk membantu Jepang sebagai saudara tua dalam
rangka melawan bangsa kulit putih demi kemakmuran bersama rakyat di Asia.
a. Film Propaganda Bertemakan Kehebatan Jepang
Shogun to sanbo to hei (Jenderal dan Prajurit), Singapore Soko Gei

(serangan atas Singapura), Eikoku Koezoeroeroe no Hi (Saat Inggris Runtuh), film
tersebut diputar di berbagai bioskop di Indonesia sebelum pemutaran film utama.
Film dokumenter propaganda ini menggambarkan betapa kuatnya tentara Jepang
melawan bangsa-bangsa lain. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi rakyat
Indonesia mengagumi kehebatan saudara tua (Jepang). Motif di balik itu semua
adalah untuk meciptakan Lingkungan Kemakmuran bersama Asia Timur Raya ,
dengan cara apapun ditempuh. Digambarkan betapa kuat dan besarnya tentara
Jepang.
b. Film Propaganda Bertemakan Mengajak Rakyat Berjuang
Untuk menjalankan misinya maka Jepang harus menguasai negara Asia,
salah satunya Indonesia. Pada bulan Februari 1942, Jepang masuk ke Tarakan,
Balikpapan, Samarinda, Pontianak, kemudian pada tanggal 5 Maret 1942 Jepang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

menduduki Batavia (Jakarta). Untuk memuluskan rencana di Indonesia, Jepang
mulai menggunakan film-film dokumenter sebagai alat propaganda, contohnya
film: Berdjoeang, juga dikenal dengan judul Hope of the south, yang mengisahkan
seorang pemuda bernama Anang yang dianggap bermoral tinggi karena lebih
mengutamakan berjuang membela tanah air, meninggalkan kampung halamannya
dan berperang meninggalkan keluarga. Film propaganda ini bertujuan menarik
orang Indonesia untuk bergabung dengan pasukan bantuan Jepang Koeli dan
Romusha, jelas-jelas menggambarkan perbedaan nasib Kuli di era Belanda, yang

sangat merana dan Romusha di era Jepang yang nasibnya lebih baik. Katanya,
Romusha bernasib baik karena berjasa mengabdi kepada negara.Kemudian
banyak film-film lainnya, yang bertujuan mengajak rakyat Indonesia membela
Jepang. Dianggap sebagai saudara tua untuk melawan penjajah kulit putih
(Belanda dan sekutunya), seperti film Nankai no Hanabata (bunga dari selatan),
kemudian film Amat Heiho, Keseberang, dan di Desa.
C. Era Orde Lama
Indonesia memproklamirkan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak
lama setelah kekalahan Jepang. Pada waktu itu rakyat Indonesia masih dalam
suasana sisa-sisa perang, propaganda Belanda dan Jepang yang begitu masif
sekali, tidak bisa hilang begitu saja dari benak rakyat Indonesia yang juga telah
membentuk watak perilaku rakyat Indonesia. Untuk memperkokoh rasa
kepemilikan negara Indonesia ini, pemerintah yang baru (Orde Lama) perlu
meningkatkan rasa bangga atas negara ini dan meningkatkan rasa nasionalisme,
sehingga pada Orde Lama lebih banyak film-film propaganda yang bertemakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

cinta tanah air, atau rasa nasionalisme. Menurut analisa penulis bahwa ada tiga
periode kegiatan Film propaganda pada saat itu yaitu; a. periode Revolusi
Nasional dan Pasca Kemerdekaan (1945-1949), b. periode Demokrasi Liberal
(1950-1959), kemudian c. periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965).
a.

Motif

Film

Propaganda

Masa

Revolusi

Nasional

dan

Pasca

Kemerdekaan (1945-1949)
Narasi Orde Lama adalah “narasi nasionalisme” yaitu narasi dalam
membangun spirit kemandirian, keberdikarian dan kebebasan dari imperialisme.
Narasi Orde Lama adalah narasi yang sarat retorika sebagai cara untuk
menemukan rasa kebangsaan dan nasionalisme.27 Sehingga Orde Lama tidak ada
waktu banyak membangun ekonomi dan industri, dalam rangka mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, pembangunan tidak secara langsung
menyentuh kesejahteraan rakyat, lebih ditujukan ke simbol-simbol kebanggaan
bangsa, seperti monumen, hotel-hotel. Film propaganda pada masa pasca
kemerdekaan dibuat dari kumpulan film dokumenter yang berjudul: “Indonesia
fight For Freedom”, film ini dibuat untuk melawan Belanda yang menyebarkan

isu negatif di mata dunia, di mana Belanda mengatakan bahwa rakyat yang
berjuang pada saat itu adalah teroris.
b. Motif Film Propaganda Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pada era Demokrasi Liberal terlihat ada dua motif Propaganda di
Indonesia, yang pertama adalah motif partai-partai politik untuk membesarkan
27Ginandjar Kartasasmita, Joseph J Stern, Reinventing Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2015, hlm
154.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27

partainya masing-masing, dan yang kedua adalah motif pihak Barat (Amerika dan
Inggris) untuk menanamkan pengaruh demokrasi Liberal di Indonesia, dalam
rangka mencegah paham komunis masuk ke Indonesia.
Masa Demokrasi Liberal (1950-1959), adalah era terjadi banyak partai dan
banyak kepentingan sehingga motif propaganda adalah untuk memenangkan kursi
di parlemen. Media yang dipakai adalah mendirikan perusahaan surat kabar
masing-masing Partai. Sementara pihak Barat (negara Demokrasi Liberal) ingin
juga mengukuhkan kekuatannya di Indonesia dengan cara mengekspor film-film
produksi Hollywood ke Indonesia, di mana saat itu juga sudah digemari oleh
Masyarakat Indonesia. Di Indonesia pemutaran film-film Hollywood kala itu tidak
mengalami kesulitan dalam pemutaran, karena Indonesia juga menganut paham
Demokrasi Liberal.
c. Moti