ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN PENETAPAN HARGA PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULER DI INDONESIA.

(1)

No. Daftar/FPEB/307/UN.7.D1/I/LT/2014

ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN PENETAPAN HARGA

PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULER

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi

Oleh

Zahrotul Habibah 1005994

PROGRAM PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULER

DI INDONESIA

Oleh Zahrotul Habibah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Zahrotul Habibah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ZAHROTUL HABIBAH

ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN PENETAPAN HARGA PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI TELEPON SELULER DI INDONESIA

Bandung, Juli 2014

Skripsi ini disetujui oleh:

Pembimbing

Yana Rohmana S.Pd. M.Si.

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420198703 1 002


(4)

Oleh

Zahrotul Habibah 1005994

Industri Telekomunikasi merupakan industry yang memiliki peran penting bagi perekonomian negara, mengingat dengan banyaknya manfaat telekomunikasi yang sangat dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, apalagi setelah dikeluarkannya Undang-Undang Telekomunikasi Tahun 1999 No. 36 yang memperbolehkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Swasta dan Koperasi untuk melakukan usaha di bidang telekomunikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana struktur pasar dan penetapan harga di tengah persaingan industry telekomunikasi tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menganalisis bagaimana struktur pasar dan penetapan harga pada industry telekomunikasi telepon seluler di Indonesia dengan menjabarkan konsep struktur pasar dan penetapan harga, dan mencari informasi dari berbagi sumber sehingga dapat diuraikan kebenarannya melalui data tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa struktur pasar pada industry telekomunikasi telepon seluler tersebut adalah struktur pasarologopoli dimana dalam industry tersebut terdapat 7 produsen, banyak pembeli, ada hambatan dalam memasuki pasar, dan terjadinya persaingan non harga. Penetapan harga yang terjadi pada industry tersebut yaitu harga ditetapkan oleh masing-masing perusahaan tanpa melanggar peraturan dari pemerintah tentang penetapan harga/tariff yang tercantum dalam Undang-Undang, mengingat struktur pasaroligopoli sangat rentan dengan terjadinya monopoli dan persaingan tidak sehat, sehingga regulasi dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk kemajuan industry telekomunikasi telepon seluler.


(5)

Zahrotul Habibah, 2014

ABSTRACT

Telecomunication Industries are has more importance to economics countries with a lot of extend benefit that needed all of the whole of society. Industry of telecomunication development in Indonesian has more progress quickly and has powerful competition, it’s begins after government publish Undang-Undang Telekomunikasi Tahun 1999 No.36 that allow Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha MilikSwastadanKoperasito build telecommunication trade. Purpose of the research is to looking for about market structure condition and price decison.

The methode of research is desripivemethode which analyze a market structure and price decision in Indonesian industry of telecomunicationcelluler by search and find all of information from many literature about, so can be describe a data factually.

Based on this research yield get informaion about industry of telecomunicationcelluler in Indonesia, that the kind of market is oligopoly, there are any 7 operator, a lot of buyer, any entry barrier, and occur non price competition. Price decison in this industry are that all of operator determine price direction for apart with they are not run into the government regulation about price or tariff decision, and government publish a regulation to industry of telecomunicationcelluer In Indonesian progress.


(6)

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian…………... 1

1.2 Rumusan Masalah………...………...………..……….. 9

1.3 Tujuan Penelitian……….….…...………... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 1.4.1 Manfaat Teoritis... 1.4.2 Manfaat Praktis... . 11 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 KajianPustaka………...……….………... 12

2.1.1 Konsep dan Teori Struktur Pasar……...……….……... 2.1.1.1 Pengertian Pasar... 2.1.1.2 Teori Perusahaan………... 2.1.1.3 Parameter yang Menentukan Struktur Pasar... 2.1.1.4 Struktur Pasar... 2.1.1.5 Elemen Struktur Pasar... 12 12 14 20 21 40 2.1.2 Konsep Penetapan Harga………..………... 2.1.2.1 Pengertian Harga... 2.1.2.2 Strategi Penetapan Harga... 2.1.2.3 Metode Penetapan Harga... 2.1.3 Strategi Perusahaan Bersaing di Pasar... 2.1.4 Industri Telekomunikasi... 2.2 Kerangka Pemikiran... 2.3 Prosedur Kerja... 41 41 43 45 49 52 56 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian……….. 64

3.2 Metode Penelitian……… 64

3.3 Populasi Dan Sampel……….. 65

3.4 Operasionalisasai Variabel………..…… 66

3.5 Sumber Data……….... 68

3.6 Teknik Pengumpulan Data……….…… 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian……….……… 70 4.1.1 Perkembangan Industri Telekomunikasi Telepon Seluler


(7)

Zahrotul Habibah, 2014

di Indonesia……….……. ... 4.1.2 Jasa-Jasa Penyelenggaraan Telekomunikasi Telepon

Seluler di Indonesia... 4.1.3 Pelaku Usaha Industri Telekomunikasi Telepon Seluler

di Indonesia... … 70 76 66 4.2 Pembahasan………. 87 4.2.1 Struktur Pasar Pada Industri Telekomunikasi di

Indonesia………... 87 4.2.2 Penetapan Harga Pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di

Indonesia………... 101 4.2.3 Strategi Perusahaan Bersaing pada Industri Telekomunikasi Telepon

Seluler di Indonesia………. 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….. 121

5.2 Saran……… 122 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini telekomunikasi merupakan sarana yang sangat dibutuhkan dalam komunikasi oleh masyarakat luas baik itu antar daerah maupun antar negara. Industri telekomunikasi di Indonesia merupakan salah satu jenis industri yang berpengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan komunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh bukan hanya masyarakat menengah ke atas saja tetapi oleh masyarakat menengah ke bawah juga. Telekomunikasi dibutuhkan sebagai sarana yang dapat menghubungkan antar personal tanpa harus bertatap muka langsung. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat ini tidak dapat dipungkiri telah memberikan perubahan yang sangat mendasar dalam pengelolaan aktifitas bisnis. Jarak dan batas teritorial suatu negara tidak menjadi hambatan lagi dengan adanya teknologi telekomunikasi.

Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada sekarang ini sangat pesat. Hal ini berawal dari disahkannya Undang – Undang Republik Indonesia nomor 36

Tahun 1999 tentang “Telekomunikasi” yang menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan badan usaha swasta serta koperasi dapat melakukan penyelenggaran jasa telekomunikasi. Sedangkan undang-undang sebelumnya hanya mmperbolehkan penyelenggaraan jasa telekomunikasi dilakukan oleh BUMN atau pihak lain yang bekerja sama dengan BUMN. Perusahaan telekomunikasi di Indonesiatelah menyediakan produk berupa jasa – jasa telekomunikasi, baik domestik maupun internasional.Jasa – jasa telekomunikasi yang ditawarkan meliputi sambungan tetap dan bergerak, komunikasi data dan sewa


(9)

2

Zahrotul Habibah, 2014

sambungan, dan berbagai jasa bernilai tambah. Berikut penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia

Tabel 1.1

Penyelenggara Jasa Telekomunikasi di Indonesia Tahun 2013

No Jenis Penyelenggaraan Nama Operator Jumlah

1. Jaringan Tetap Kabel

PT. Telekomunikasi Indonesia

3 PT. Indosat

PT. Batam Bintan Telekomunikasi 2. Jaringan Tetap Nirkabel

PT. Telkom

3 PT. Indosat

PT. Bakrie Telecom

3. Jaringan Bergerak

PT. Telkomsel

7 PT. Indosat

PT. XL Axiata PT. Axis Telekom Indonesia

PT. Smartfren Telecom Hutchison

PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia Sumber :Profil perusahaan, diolah kembali.

Tebel 1.1 menunjukkan bahwa untuk penyelenggara jasa telekomunikasi telepon bergerak berjumlah 7 lebih banyak dari jumlah penyelenggara telepon tetap kabel dan telepon tetap nirkabel, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang memiliki telepon seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi di mana saja dan kapan saja, menjadikan faktor pendorong munculnya teknologi berbasis seluler yang kini dikenal sebagai telepon seluler atau handphone, meningkatnya jumlah penduduk juga merupakan salah satu penyebab dari banyaknya penggunaan telekomunikasi telepon seluler tersebut ditambah maraknya pengguna telepon seluler yang memiliki lebih dari 1 telepon seluler untuk setiap orangnya.

Jumlah pengguna telepon seluler setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2005-2012 presentase jumlah pelanggan telepon seluler mengalami kenaikan baik di perkotaan maupun pedesaan.melebihi jumlah penduduk di Indonesia, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa penyebab dari banyaknya pengguna telepon seluler ini dikarenakan banyaknya penduduk yang


(10)

menggunakan lebih dari 1 telepon seluler untuk setiap orangnya. Hampir setiap kenaikan jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia yaitu disebabkan oleh semakin membaiknya perekonomian Indonesia terlihat dari pertumbuhan PDRB yang positif setiap tahunnya sehingga mendorong masyarakat membeli telepon selulers, selain itu juga masyarakat Indonesia memiliki gengsi yang cukup tinggi.

Tabel 1.2 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki/Menguasai Telepon Seluler Menurut Klasifikasi Daerah, Tahun 2005 - 2012 (%)

Tahun Klasifikasi Daerah Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

2005 35.36 8.21 19.88

2006 40.96 12.27 24.60

2007 55.03 24.33 37.59

2008 66.61 38.15 51.99

2009 75.26 49.21 61.84

2010 83.11 61.01 72.00

2011 87.14 70.93 78.96

2012 90.61 76.54 83.52

Sumber :www.bps.go.id

Pada Tabel 1.2 pengguna telepon seluler bukan hanya di perkotaan saja atau bukan hanya pada kalangan ekonomi kelas menengah ke atas saja tetapai sudah merambah ke perdesaan juga. Untuk persentase pengguna telepon seluler di perkotaan kenaikannya stabil hanya 5% setiap tahunnya, tetapi jika dilihat dari persentase pengguna di daerah perdesaan kenaikan setiap tahunnya cukup tinggi yaitu mencapai 14% pada tahun 2008. Penyebab dari kenaikan tersebut yaitu karena banyaknya impor telepon seluler yang masuk baik legal maupun illegal dari negara cina yang harganya relatif murah. kenaikan jumlah pengguna telepon seluler tahun 2008 disebabkan oleh infrastruktur telepon bergerak seluler di Indonesia yang telah


(11)

4

Zahrotul Habibah, 2014

dibangun semakin meningkat, tersatat pada tahun 2008 sudah ada 14.929.491 kapasitas jaringan yang terpasang dan 8.470.132 jaringan telah tersambung sehingga telepon bergerak seluler semakin diminati. Hal ini menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang melek teknologi dan mengikuti perkembangan zaman.

Pertumbuhan pengguna telepon seluler di perkotaan stabil hanya 5-7%, masyarakat lebih memilih menggunakan satu telepon seluler yang harganya jauh lebih mahal asal produknya memeiliki kualitas yang baik, apalagi ketika adanya produk teknologi lain seperti tab beredar di pasaran, penurunan pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler yang terjadi sejak 2011 dikarenakan oleh masyarakat di kota jauh lebih memilih membeli tab tersebut dibandingkan dengan membeli telepon seluler yang baru, karena tab jauh lebih banyak manfaat dari aplikasi yang tersedia dibandingkan dengan telepon seluler.Sedangkan pertumbuhan pengguna di perdesaan berfluktuatif, hal ini dikarenakan pada masyarakat di perdesan telepon seluler yang digunakannya adalah telepon seluler yang berharga murah, karena menurut masyarakat di perdesaan telepon seluler yang murahpun tidak masalah asal bisa digunakan untuk berkomunikasi, sehingga dengan mudah masyarakat tersebut membeli telepon selelur kembali apabila ada telepon seluler yang harganya lebih murah dibandingkan dengan harga telepon seluler yang telah dimilikinya.

Banyaknya pengguna telepon seluler dan semakin berkembangnya pasar telepon seluler mengakibatkan semakin banyak pula permintaan layanan telekomunikasi sehingga mendorong operator seluler melakukan berbagai inovasi layanan yaitu berupa layanan produk dan layanan jasa yang menarik dan bertarif murah, hal ini dilakukan karena untuk menguasai pangsa. Masing-masing operator saling bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar dengan menciptakan berbagai macam bentuk pelayanan yang dibutuhkan konsumen. Jumlah operator telepon seluler sebanyak 7 operator ini mencerminkan tingkat persaingan yang tinggi yang seharusnya akan menguntungkan konsumen seluler. Hal yang paling tidak menguntungkan dari pasar dengan tingkat konsentrasi yang tinggi adalah persaingan


(12)

akan menjadi tidak kondusif bagi para pemain baru dan memiliki kecenderungan untuk terjadi persaingan yang sangat tajam dan tidak efisien bagi industri secara keseluruhan.Persaingan yang sangat tajam terjadi pada tiga operator terbesar dalam pengenaan tarif pada tahun 2007-2008, dimana XL menetapkan tarif murah hingga menurunkan tarifnya sebesar 77%, sedangkan telkomsel menurunkan tarifnya hingga 68%, sedangkan indosat menurunkan tarifnya hanya 44%.

Persaingan yang semakin hebat antara penyedia produk belakangan bukan hanya disebabkan karena globalisasi, tetapi lebih disebabkan karena pelanggan semakin cerdas, sadar harga, banyak menuntut, dan didekati oleh banyak produk yang selalu menawarkan produknya. Melihat banyaknya produk yang ditawarkan maka konsumen akan mulai melihat, produk mana yang memenuhi kebutuhannya. Konsumen atau pelanggan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan agar usahanya tetap berjalan. Naik turunnya konsumen atau pelanggan dalam suatu perusahaan dapat disebabkan oleh harga, kualitas produk, layanan, promosi dari perusahaan itu sendiri, dll. Dapat dilihat pada gambar 1.1 bahwa jumlah pelanggan hampir semua perusahaan mengalami pertumbuhan yang positif, pertumbuhan negatif hanya dialami oleh Indosat pada tahun 2009 dan Mobile-8 pada tahun 2008. Perumbuhan negative pada indosat tahun 2009 lebih disebabkan kebijakan pembersihan nomor-nomor yang tidak aktif, sedangkan pertumbuhan positif yang dialami hamper sebagian besar operator seluler tersebut tidak terlepas dari naiknya jumlah penduduk Indonesia serta banyaknya masyarakat yang memiliki telepon seluler lebih dari satu sehingga jumlah pengguna kartu perdanapun ikut mengalami kenaikan. Selain itu banyak juga masyarakat yang berganti-ganti kartu untuk telepon selulernya.

Gambar 1.1 menunjukkan tiga operator utama yang memiliki jumlah pelanggan terbesar yaitu Telkomsel, Indosat dan XL-Axiata.Jumlah pelanggan untuk ketiga operator ini juga menunjukkan peningkatan secara proporsional. Sementara jumlah pelanggan untuk operator yang relatif baru, masih jauh dibawa tiga operator


(13)

6

Zahrotul Habibah, 2014

utama tersebut.Promosi yang gencar dengan berbagai fasilitas yang diberikan belum mampu menarik pelanggan untuk dengan mudah beralih ke operator kecil. Namun untuk beberapa operator tertentu yaitu Hutchinson CTP dan Natrindo mulai menunjukkan peringkatan jumlah pelanggan yang cukup signifikan sejak tahun 2008 meskipun masih jauh lebih rendah dari tiga operator utama yang lebih dulu muncul.

Gambar 1.1 Jumlah Pelanggan Telekumunikasi Telepon Seluler di IndonesiaTahun 2004-2013

Sumber :Laporan tahunan tiap operator, data diolah

Pertumbuhan jumlah pelanggan pada hampir seluruh operator seluler tersebut tidak terlepas dari adanya perilaku berilah atau pindah layanan, fakta ini dinyatakan dalam sebuahdc artikel yang dimuat Antara News yang menyebutkan bahwa hasil survey Indonesia Development Monitoring (IDM) terhadap 1.227 responden pengguna ponsel di 33 provinsi diperoleh angka churn rate (tingkat pindah layanan) sebesar 26% dalam setahun (Anonim, 2009).Perilaku beralih yang dilakukan oleh konsumen tersebut disebabkan karena ketidakpuasan konsumen terhadap produk

0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 300000000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Telkomsel Indosat XL Axiata Axis Telekom Mobile-8 STI Hutchison Smartfren Telekom


(14)

yang sudah dibeli, layanan yang tidak memuaskan, atau hanya karena bosan (Schiffman dan Kanuk, 2004:245). Peralihan layanan yang dilakukan oleh konsumen tersebut tentunnya juga konsumen akan beralih kartu SIM atau yang sering kita sebut kartu perdana. Dampak lain dari tingginya tingkat pindah layanan berakibat pada meningkatkan biaya operasional operator seluler. Kartu yang telah habis masa berlakunya memerlukan proses administrasi dan waktu yang cukup lama untuk dapat dialokasikan kembali menjadi nomor baru yang dapat dijual. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan biaya operasional.Penurunan jumlah pendapatan diiringi dengan peningkatan biaya operasional berakhir pada penurunan keuntungan bagi operator seluler.

Harga produk dari telekomunikasi telepon seluler seperti kartu perdana pada tahun 2000 masih terbilang mahal berkisar di atas Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 jauh dibandingkan dengan saat ini yang sangat murah dan bisa didapat di mana saja. Harga kartu perdana saat ini sangat beragam dari mulai harga Rp. 1000 sampai dengan Rp. 100.000 untuk nomer yang bagus dan mudah diingat atau yang sering kita sebut dengan nomer cantik, dan hampir semua produsen menjual dengan harga yang sama.Harga yang semakin murah tersebut membuat banyak pengguna telepon seluler mengganti kartu perdananya dengan mudah karena harga kartu perdana lebih murah dari harga untuk mengisi ulang pulsa, dan juga banyak pengguna telepon seluler yang mengganti kartu perdanya karena merasa tidak puas dengan layanan yang tersedia.Menurut artikel di detiknet, tercatat setiap bulannya ada 20% nomor telepon yang hangus di industri. Tren ini sejatinya telah berlangsung lama sejak fenomena calling card seiring penawaran operator yang menggoda untuk berpindah layanan setiap ada program promo terbaru.Berdasarkan catatan maraknya trafik SLI (Sambungan Langsung Internasional) ilegal menyebabkan munculnya potensi pendapatan industri telekomunikasi Rp 770,8 miliar hilang dan potensi pemasukan Rp 206,19 miliar tak diterima negara. (Achmad Rouzni Noor, 2013). Selain itu harga kartu perdana yang murah diiringi bonus besar-besaran dari operator,


(15)

8

Zahrotul Habibah, 2014

membuat SIM card sering kali dijadikan alat untuk promosi dan

cenderungmengarah spammingyaitu masuknya panggilan dan SMS yang tidak dikehendaki konsumen. Misalnya, SMS tentang penawaran kredit tanpa agunan (KTA) yang sering tidak diinginkan di inbox ponsel pelanggan.

Harga kartu SIM atau kartu perdana yang bervariasi dan sangat murah tersebut sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih layanan untuk beralih ke operator lain dengan mudah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beralihnya konsumen pada operator lain akan mempengaruhi pangsa pasar bagi operator seluler tersebut, kemudian penurunan pangsa pasar akan mengakibatkan penurunan pendapatan, dan peningkatan biaya operasional akibat dari pengalokasian nomor baru dari banyaknya kartu hangus atau yang habis masanya. Hal tersebut pada akhirnya akan menyebabkan penurunan keuntungan bagi operator seluler.

Tabel 1.2 Laba Bersih 3 Operator Seluler Terbesar Di Indonesia Tahun 2004-2013 (milyar)

Tahun Operator

Telkomsel Indosat XL Axiata

2004 5.470 1.633 201,4

2005 5.940 1.623 218,8

2006 8.370 1.410 236,6

2007 9.130 2.040 250,78

2008 10.672 1.870 631,27

2009 11.399 1.498 706,38

2010 11.537 647,2 2.900

2011 12.800 879,7 756,05

2012 15.720 417,4 667,21

2013 17.290 541,3 316


(16)

Data pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa tahun 2008 PT. Indosat Tbk. (ISAT) membukukan penurunan laba bersih sebesar 8 persen menjadi Rp 1,87 triliun dari Rp 2,04 triliun pada periode yang sama tahun 2007. Penurunan tersebut akibat dampak dari kerugian nilai tukar mata uang akibat depresiasi rupiah terhadap dollar AS atau forex loss, forex loss yang terjadi berasal dari total utang perusahaan pada tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp 21,76 triliun. Komposisinya, 51 persen dalam bentuk rupiah dan sisanya 49 persen berbentuk utang dalam bentuk dollar AS. Penurunan laba bersih pada tahun 2009 dan 2010 ini terjadi terutama akibat penurunan laba kurs, peningkatan beban pendanaan, dan peningkatan beban depresiasi. Sebanyak 80 persen penurunan laba bersih itu disebabkan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga bersifat non-cash. Laba bersih Rp 417,4 miliar pada 2012, atau turun drastis 52,5% dibanding laba bersih 2011 yang sebesar Rp 879,7 miliar. Penurunan laba bersih selama tahun 2012 dipicu tingginya beban usaha perseroan yang mencapai Rp 19,51 triliun. Penurunan laba bersih PT. XL Axiata pada tahun 2007 disebabkan oleh pajak yang masih harus disetorkan atas bunga obligasi US dollar sebesar 368 miliar, dan untuk tahun 2004-2006 perusahaan mengalami kerugian sebesar 204 miliar. Penurunan laba pada PT. XL Axiata pada 3 tahun terakhir yaitu 2011, 2012, dan 2013 disebabkan oleh naiknya sejumlah beban dan rugi selisih kurs. Sementara itu, sejumlah beban yang meningkat adalah beban infrastruktur ,beban penyusutan, beban interkoneksi, beban penjualan dan pemasaran, beban gaji dan kesejahteraan karyawan .

Melihat fenomena yang terjadi pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia tersebut, penulis ingin meneliti tentang bagaimana struktur pasar dan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga pada industri telekomunikasi telepon seluler tersebut, sehingga penulis memberi judul “Analisis Struktur Pasar Dan Penetapan Harga (Studi Kasuspada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia)”


(17)

10

Zahrotul Habibah, 2014

1.2 Rumusan masalah

Industri telekomunikasi merupakan industri yang saat ini persaingannya sangat ketat dengan banyaknya pelaku usaha di industri,danbanyaknya pelaku usaha yang menawarkan harga produk kartu perdana dan layanan jasa telekomunikasi khususnya untuk telepon seluler dengan harga sangat terjangkau. Untuk mengarahkan jalannya penelitian, perlu dirumuskan terlebih dahulu masalah yang akan diteliti, agar mempermudah pelaksanaan penelitian sehingga tidak menyimpang dari masalah semula.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur pasar pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia?

2. Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan pada industritelekomunikasi telepon seluler di Indonesia?

3. Bagaimana strategi bersaingperusahaan dalam pasar pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melihat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Struktur pasar pada industri telekomunikasi telepon seluler diIndonesia

2. Penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia

3. Bagaimana strategi bersaingperusahaan dalam pasar pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia


(18)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi manajerial tentang struktur pasar dan pembentukan pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia.

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan usahatelekomunikasi telepon seluler di Indonesia.

c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan

Sebagai implikasi ilmu ekonomi manajerialdalam rangka menganalisis struktur pasar pada industri telekomunikasi telepon seluler, dan juga dapat digunakan sebagai koreksi perusahaan dalam menentukan harga produk dan layanan jasa dan strategi bersaing untuk memperoleh keuntungan yang maksimum.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang implikasi dari ilmu ekonomi manajerial khususnya mengenai struktur pasar dan strategi penetapan harga pada industri telekomunikasiseluler di Indonesia.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca mengenai struktur pasar dan pembentukan hargapada indstri telekomunikasi seluler di Indonesia. Selain itu sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.


(19)

64

Zahrotul Habibah, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118), objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah struktur pasar, penetapan harga barang (kartuperdana) dan jasa telekomunikasi telepon seluler (SMS, telepon, dan akses data), dan strategi bersaing. Komponen dalam struktur pasar berupa jumlah pelaku ekonomi, keragaman produk (barang dan jasa), halangan masuk (entry) pasar dan keluar (exit) dari pasar. Komponen dalam penetapan harga berupa struktur pasar, perilaku masyarakat, peraturan pemerintah, dan permintaan dan penawaran di pasar. Komponen dalam strategi bersaing berupa strategi bersaing melalui harga dan strategi bersaing di luar harga.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut SyofianSiregar (2010:2), metode deskriptif adalah metode yang berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan atau menguraikan data sehingga mudah dipahami.

Terkaitdenganmetodedeskriptifini M. Nazir (2005:55) berpendapatbahwa : “Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dalam situasi-situasi tertentu termasuk tentang


(20)

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.”

Sehingga metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam suatu penelitian dibutuhkan suatu populasi yang akan meliputi karakteristik dari objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2004:72) populasi mempunyai arti sebagai berikut

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (2004:72)”

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang dimaksud dalam suatu penelitian adalah sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dapat berupa benda-benda, manusia, gejala, peristiwa, atau hal – hal lain yang memiliki karakteristik tertentu untuk memperjelas masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia yaitu PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”), PT Indosat Tbk., PT. XL Axiata (XL), NTS/Axis, Hutchison, Bakrie Telecom, Mobile 8, Smart dan Sampoerna Telecom.


(21)

66

Zahrotul Habibah, 2014

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2004:73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling dibagi menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Non probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling nonprobability yaitu sampel jenuh. Sampling jenuh yaitu : “teknik penentuan sampling bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang dari 30”, (Sugiyono, 2011:68). Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dariseluruh anggota populasi yaituPT. Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”), PT Indosat Tbk., PT. XL Axiata (XL), NTS/Axis, Hutchison, Bakrie Telecom, Mobile 8, Smart dan Sampoerna Telecom.

3.4 Operasional Variabel

Untuk memudahkan dalam pengukuran serta pengumpulan data, maka perlu dikemukakan batas – batas mengenai variabel atau hal – hal yang berhubungan dengan variabel tersebut. Adapun batasan pengertian masing – masing variabel dan pengukuran adalah sebagai berikut :


(22)

Tabel 4

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep

Teoritis Indikator Sumber Data

Struktur Pasar Penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan ciri-ciri.

Menurut Henry Faisal Noor (2007:105), parameter yang menentukanbentukataust rukturpasaryaitu : - Jumlahpelakuekonomi - KeragamanProduk (barangdanjasa)

- Halanganmasuk (entry) pasardankeluar (exit) daripasar

- Jenispersaingandalamha rga

Data diperoleh dari media cetak dan berita online mengenai telekomunikasi telepon seluler.

PenetapanHar ga

Nilai jual yang ditetapkan oleh produsen untuk

produknya

Menurut Henry Faizal Noor (2007:297), harga dapat terbentuk dari struktur pasar, perilaku masyarakat, peraturan pemerintah, dan permintaan dan penawaran di pasar.

Data diperoleh dari media cetak dan dokumentasi (PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”), PT Indosat Tbk., PT. XL Axiata (XL), NTS/Axis, Hutchison, Bakrie Telecom, Mobile 8, Smart dan Sampoerna Telecom)


(23)

68

Zahrotul Habibah, 2014

tahun 2013. StrategiBersai ng Strategi/ cara yang dilakukanoleh perusahaandal ammengalahk anpesaing.

Menurut Henry Faizal Noor (2007:115) Strategibersaingdapatdil akukanmelaluiduacaraya itustrategibersaingmelal uihargadanstrategibersai ng di luarharga.

Data diperoleh dari media cetak dan dokumentasi (PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”), PT Indosat Tbk., PT. XL Axiata (XL), NTS/Axis, Hutchison, Bakrie Telecom, Mobile 8, Smart dan Sampoerna Telecom) tahun 2004-2013.

3.5 Sumber dan Jenis Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:129) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, bukuharian, notula rapat perkumpulan, sampaidokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.


(24)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data dan dapat digunakan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Studi Dokumentasi, yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh hal-hal yang berupa catatan-catatan, laporan-laporan serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2) Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data dari buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu preferensi.


(25)

121

Zahrotul Habibah, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada bagian yang terakhir ini, penulis ingin mengemukakan beberapa kesimpulan mengenai Struktur Pasar dan Penetapan Harga Pada industri telekomunikasi telepon seluler di Indonesia. Ada beberapa kesimpulan yang ingin penulis sampaikan diantaranya :

1. Industri telekomunikasi telepon seluler pada tahun 2013 mengarah kepada struktur pasar oligopoli, dengan ciri-ciri 1) Memiliki hanya beberapa penjual yaitu sebanyak 7 operator seluler, 2) Terdapat banyak pembeli dilihat dari populasi pengguna telepon seluler dan banyaknya pelanggan yang menggunakan produk atau jasa telekomunikasi telepon seluler, 3) Memiliki hambatan masuk pasar dilihat banyaknya kewajiban yang harus dilakukan dalam usaha telekomunikasi telepon seluler dan besarnya modal yang harus dimiliki untuk mendirikan usaha tersebut, 4) Pada industri telekomunikasi telepon seluler persaingan yang ada bukan lagi pada persaingan harga atau perang tariff tetapi lebih kepada persaingan non harga seperti memperbaiki layanan dan memperluas jaringan yang ditandai dari banyaknya BTS dan service center yang dibangun dan gencarnya promosi yang ditandai dari meningkatnya biaya untuk belanja iklan.

2. Pada industry telekomunikasi telepon seluler penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan pada industri telekomunikasi telepon seluler ini sepenuhnya merupakan keputusan masing-masing perusahaan dengan tidak melewati batasan atau melenggar aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehubungan dengan struktur pasar oligopoly pada industri tersebut maka penetapan harga dilakukan dengan tanpa adanya kolusi atau kerjasama antar perusahaan, hal itu terlihat dari beragam harga produk kartu


(26)

perdana dan tariff untuk jasa SMS, telepon, dan akses data. Dengan struktur pasar oligopoly tanpa kolusi tersebut maka harga masih menjadi sasaran dalam persaingan untuk mempertahankan kedudukannya di pasar, karena di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang lebih memilih harga dan tariff yang murah sehingga penurunan harga yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi perilaku pesaing.

3. Strategi bersaing yang dilakukan oleh perusahaan pada industri telekomunikasi telepon seluler tersebut yaitu strategi bersaing harga dan strategi bersaing non harga. Strategi bersaing pada harga ditandai beragamnya harga dan tariff yang ditawarkan oleh masing-masing operator seluler.Sedangkan strategi bersaing non harga dilakukan dengan cara promosi produk melalui berbagai iklan baik itu melalui media cetak (suratkabar), media audio (radio), maupun media audio visual (televisi),

5.2 Saran

Saran yang dapatpenulisrekomendasikanuntukkesempataniniyaitu :

1. Perlu adanya pengawasan yang lebih dari pemerintah mengingat pada industri telekomunikasi telepon seluler dengan struktur pasar oligopoly ini rentan terjadinya persaingan tidak sehat dan memungkinkan adanya monopoli dalam pasar. Selain itu untuk memperbaiki permsalahan pada industry telekomunikasi telepon seluler ini sebaiknya pemerintah mengeluarkan peraturan untuk mengadakan marger atau penggabungan antar perusahaan demi meminimalisir persaingan yang tidak sehat.

2. Cara agar industry telekomunikasi telepon seluler di Indonesia berkembang dengan baik maka perusahaan yang berada dalam industri telekomunikasi telepon seluler dengan struktur oligopoli tersebut harus lebih mentaati peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang tercantum pada Undang-Undang Telekomunikasi, agar tidak terjadinya persaingan yang tidak sehat antar-perusahaan.


(27)

123

Zahrotul Habibah, 2014

3. Mengingat struktur pada industri telekomunikasi telepon seluler adalah struktur pasar oligopoli maka dalam penetapan harga yang tanpa kolusi tersebut diharapkan agar perusahaan tidak hanya mempertahankan kedudukan atau untuk meraih pelanggan yang banyak dengan menjual murah produknya tetapi juga dapat menyeimbangkan anatara harga dan kualitas produk/layanan.

4. Meningkatnya pertumbuhan belanja iklan yang dilakukan oleh operator dalam melakukan promosi seharusnya perusahaan tersebut dapat mentaati etika beriklan agar konsumen tidak merasa dirugikan dengan iklan tersebut karena beberapa tahun terakhir ini masih banyak masyarakat yang mengeluh akibat merasa dirugikan oleh iklan tersebut. Dengan bertambahnya pembangunan BTS dan layanan konsumen juga seharusnya perusahaan bisa lebih memperbaiki lagi kualitas layanan atau sinyal sehingga masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik tanpa beratatap muka, dan meminimalisir keluhan-keluhan masyarakat melalui layanan konsumen yang telah disediakan perusahaan di setiap daerah.


(28)

Arikunto, Suharsimi. (edisirevisi 2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Faizal, N. Hanry. 2007. Ekonomi Manjerial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Gaspersz, Vincent. 2006. Ekonomi Manajerial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Jaya, K. Wihana. 1994. Pengantar Ekonomi Industri. Yogyakarta : BPFE Kotler, Philip.1997. Manajemen Pemasaran: analisis, perencanaan, implementasi, dan control; jilid 1. Jakarta :Prenhallindo

Lipsey, Richard G. 1990. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Rineka Cipta Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor :Ghalia Indonesia

Rosyidi , Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Samuelson, Paul A. 1995. Ekonomi Mikro. Jakarta : Media Global edukasi Sardjono, Sigit. 2009. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya : Tiga N Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada

Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta


(29)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Erlangga

Stanton, William J. 1994. Fundamental Of Marketing. Tokyo : Mc-Graw Hill Swasta, Basu. 1997. Pengantar Bisnis Modern: Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Yogyakarta : Liberti

Tasman, Aulia. 2013. Ekonomi Manajerial Dengan Pendekatan Matematis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Triandaru, Sigit. 2001. EkonomiMikro. Jakarta :SalembaEmpat

Truett, Lila J. 1987. Economics. St. Louis : Times Mirror/Mosby Collage Pub. Winardi. 1981. Teori Tentang Perusahaan. Bandung :Sinar Baru

SUMBER LAIN

Jurnal :

Secapramana, Verina H. Model Dalam Strategi Peneteapan Harga.Vol.9 No.1, September 2000-Februari 2001 (htttp//persaingan-usaha-industri-telekomunikasi, 20/05/2014)

Baroroh, Seviani.Analisis Strategi Produk dan Strategi Harga Untuk Mempertahankan Pangsa Pasar Pada PT. Telkomsel Tbk.Divre Jateng dan DIY.Desember 2006 (http//jurnal-strategi-bersaing, 27/06/2014)

Achjar, Nurul.Dampak Ekonomi Persaingan Usaha Pada Industri Telekomunikasi Seluler di Indonesia : Aspek Kerugian


(30)

Konsumen.ISSN:1410-Telekomunikasi Seluler di Inonesia. ISSN:1410-2625.Vol.8 No.4, Desember 2007(htttp//persaingan-usaha-industri-telekomunikasi, 20/05/2014)

Skrpsi :

Ardansyah, Teuku. Analisis Strategi pemasaran kartu simpati berdasarkan daur hidup produk pada PT. Telkomsel Tbk. 2008

Internet :

www.postel.co.id www.kominfo.co.id www.detik.com www.bps.go.id www.wikipedia.co.id www.hukumonline.com www.telkomsel.com www.XL.co.id www.indosat.com www.Axisworld.co.id www.smartfren.com www.bakrietelecom.com


(31)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler http://inet.detik.com/read/2013/04/16/133757/2221571/328/telkomsel-raup-laba-rp-157-triliun--125-juta-pelanggan) http://www.tempo.co/read/news/2013/07/29/092500664/YLKI-Operator-Telepon-di-Indonesia http//www.indotelecom.co.id/telekomunikasi-diberbagai-negara-asia.html http://www.datacon.co.id/Telekomunikasi-2011Industri.html http://www.investor.co.id/home/belanja-iklan-industri-telekomunikasi-naik43/5228 http://edukasi.kompas.com/read/2009/01/20/15270051/2008.Belanja.Iklan.Sekt or.Telekomunikasi.Masih.Terbesar www.tempo.co/read/news/2013/07/29/092500664/YLKI-Operator-Telepon-di-Indonesia http://writing-contest.bisnis.com/artikel/read/20140401/378/216533/mea-2015-daya-saing-indonesia-di-sektor-telekomunikas http://www.tempo.co/read/news/2013/12/03/072534390/Smartfren-Tak-Takut-Bersaing-dengan-GSM http://techno.okezone.com/read/2013/02/21/54/765110/tri-akan-bawa-indonesia-menuju-komunitas-dunia http://techno.okezone.com/read/2013/02/21/54/765136/fokus-operator-tri-di-2013 http://techno.okezone.com/read/2013/11/26/54/902983/akhir-2013-tri-meraih-13-pasar


(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(1)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia


(2)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia


(3)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia


(4)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia


(5)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia


(6)

Zahrotul Habibah, 2014

Analisis Struktur Pasar dan Penetapan Harga pada Industri Telekomunikasi Telepon Seluler di Indonesia