HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

(1)

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh

ADITIA BAHRUL ILMY 0903899

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Oleh Aditia Bahrul Ilmy

Sebuah skripsi diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi ilmu keolahragaan

© Aditia Bahrul Ilmy (2014) Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ADITIA BAHRUL ILMY

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Nur Indri Rahayu, S.Pd., M.Ed. NIP. 19811019 200312 2 001

Pembimbing II

dr. Pipit Pitriani, M.Kes. NIP. 19790826 201012 2 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 19621222 198703 1 002


(4)

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL

LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Aditia Bahrul Ilmy (0903899)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan panjang tungkai dengan hasil lay up shoot, dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI MAN Karangampel, sedangkan untuk sampel sendiri adalah siswa laki-laki kelas X dan XI MAN Karangampel yang terdiri dari 38 siswa. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan panjang tungkai dengan hasil lay up shoot, dan juga tidak terdapat hubungan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot. Dengan hasil penelitian panjang tungkai dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,315, 0,054 > 0,05, sedangkan hasil penelitian tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,301, 0,067 > 0,05.


(5)

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL

LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Aditia Bahrul Ilmy (0903899)

abstract

This research aims to determine whether there is a long-leg relationship with the results of the lay up shoot, and high-jump with the results of the lay up shoot in the game of basketball. The population in this study were students of class X and XI MAN Karangampel, whereas for the sample it self is the male students of class X and XI MAN Karangampel consisting of 38 students. In this research, the research method used is descriptive correlative. Indicates that there was no correlation with long-leg with the results of the lay up shoot, and also there was no correlation with the high-jump with the results of the lay up shoot. With the research results the long leg with the results of the lay up shoot was r = 0.315, ρ = 0.054> 0.05, while the research results high-jump with the results of the lay-up shoot was r = 0.301, ρ = 0.067> 0.05.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Batasan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Hubungan Panjang Tungkai dengan Hasil Lay Up Shoot ... 8

2. Hubungan Tinggi Loncatan dengan Hasil Lay Up Shoot .... 12

3. Keterampilan Dasar Permainan Bola Basket ... 15

4. Keterampilan Lay Up shoot Dalam Permainan Bola Basket ... 19


(7)

C. Penelitian Terdahulu ... 22

D. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Populasi dan Sampel ... 25

B. Lokasi Penelitian ... 26

C. Desain Penelitian ... 27

D. Metode Penelitian ... 27

E. Definisi Operasional ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Deskripsi Data ... 34

B. Pengujian Korelasi ... 38

1. Hubungan Panjang Tungkai Dengan Lay Up Shoot ... 38

2. Hubungan Tinggi Loncatan Dengan Lay Up Shoot ... 38

C. Diskusi Penemuan ... 39

BAB V PENUTUP ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam tubuh manusia terdapat bentuk-bentuk tulang yang dapat di klasifikasikan kedalam (1) tulang panjang (pipa), (2) tulang pendek, (3) tulang pipih, dan (4) tulang tak beraturan bentuknya. Contoh tulang panjang antara lain adalah : tulang lengan atas atau pangkal lengan (os humerus), tulang paha atau tungkai (os femur), tulang hasta (os ulna), dan tulang pengumpil (os radius).

Menurut Hidayat (1999: 255) “panjang tungkai melibatkan tulang-tulang dan otot-otot pembentuk tungkai baik tungkai bawah dan tungkai atas. Tulang-tulang pembentuk tungkai meliputi tulang-tulang kaki, tulang tibia dan fibula, serta tulang femur”. Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah, panjang tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta penentu gerakan baik dalam berjalan, berlari, melompat maupun menendang.

Seseorang olahragawan yang memiliki proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak selalu demikian. Ukuran tungkai yang panjang tidak selalu memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan kelincahan masih dibutuhkan, komponen pendukung lain yang diperlukan untuk membantu dalam mencapai jangkauan langkah yang panjang.

Banyak keuntungan memiliki tungkai panjang, seperti langkah yang panjang tetapi untuk memperoleh jangkauan langkah kaki yang panjang harus ada komponen yang mendukung, seperti kemampuan biomotor, teknik, koordinasi serta proporsi fisik yang bagus di dalamnya yang baik. Sehingga semakin panjang tungkainya akan dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh suatu jarak tertentu dalam lari atau berjalan


(9)

akan semakin pendek atau cepat, dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat.

Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah, panjang tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta penentu gerakan baik dalam berjalan, berlari, melompat maupun menendang. Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan pangkal paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai sebagai bagian dari postur tubuh memiliki hubungan yang sangat erat dalam kaitannya sebagai pengungkit disaat melompat.

Tinggi loncatan berperan untuk melakukan gerakan atau teknik-teknik tertentu dalam bola basket, seperti jump shoot, slamdunk, dan juga lay up shoot. Di sini tinggi badan mulai berperan, dengan memiliki postur tubuh yang tinggi kemungkinan terjatuh lebih kecil. Memang tidak selalu pemain dengan postur yang tinggi itu selalu menguntungkan, ada juga kekurangan dari pemain yang berpostur tinggi seperti kurangnya kelincahan atau agility. Agility sendiri merupakan kemampuan tubuh untuk merubah arah dengan cepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan pada posisi tubuhnya. Agilitas sendiri termasuk kedalam komponen kondisi fisik dasar yakni kecepatan atau speed, ada empat komponen kondisi fisik dasar yang perlu dilatih yakni kelentukan (fleksibilitas), kecepatan (speed), daya tahan (endurance), dan kekuatan (strength).

Cara otot berkontraksi untuk menghasilkan kekuatan sangat dipengaruhi oleh kemampuan otot yang akan menentukan macam gerakan dan gerakan yang dihasilkannya (Russel, dkk, 1984: 150). “Kekuatan otot adalah kekuatan maksimum yang digunakan dengan satu kontraksi maksimal” (Russel, dkk, 1984 : 150). Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik sebagai unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah daya ledak (power). Daya


(10)

ledak atau sering disebut dengan istilah muscular power adalah kekuatan untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang digunakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Jadi gerak loncat merupakan gerakan yang ditunjang oleh power tungkai dan diperlukan saat pemain basket melakukan lompatan baik itu saat melakukan jump ball, rebound, shooting ataupun lay up shoot, atlet yang memiliki loncatan yang tinggi akan lebih mudah untuk melakukan teknik-teknik tersebut.

Lay up shoot sendiri hampir setiap waktu digunakan saat bermain bola basket. Lay up shoot dilakukan jika ada kesempatan saat pemain memegang bola dan tidak dibayangi oleh lawan. Tetapi permasalahan dalam melakukan lay up adalah timing yg kurang tepat saat melakukan lay up shoot dan kemampuan mengontrol bola yang kurang, sehingga saat melakukan lay up tidak mendapatkan angka.

Menurut Muhammad Muhyi Faruq (2009: 17-18) “memasukkan bola basket ke ring dengan cara lay up shoot atau memasukkan bola sambil melompat. Aktivitas gerak dengan cara ini sangat membutuhkan kekuatan terutama untuk kekuatan otot tungkai, dengan kekuatan yang cukup si penembak akan bisa lompat, lompat dengan tinggi sambil membawa bola untuk dimasukkan ke dalam ring basket”. Tidak hanya faktor kekuatan tetapi komponen lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kecepatan, pada saat melakukan lay up shoot sambil melompat dengan kecepatan melakukan memantulkan bola kelantai sambil berlari dengan cepat menuju ring basket akan semakin mempermudah dalam melakukan lay up shoot tanpa ada yang menghalangi. Cara seperti ini tidak mudah untuk dilakukan tetapi dengan latihan yang teratur dan disiplin akan membantu mempercepat penguasaan gerak.

Menurut Ambler (2012: 9) “Permainan bola basket hendaknya diannggap sebagai olahraga yang dapat diajarkan sejak masih kecil”. Sejak dulu para guru seringkali menunda mengajarkan olahraga ini sampai anak mencapai usia tigabelas atau empatbelas tahun. Dalam olahraga bola basket ini, seperti kita lihat anak-anak dapat belajar berlari, melompat,


(11)

menangkap, mengoperkan, dan memasukan bola ke keranjang. Selain itu, mereka juga belajar mengubah arah dan kecepatan, yang merupakan dasar untuk mengembangkan diri di bidang olahraga manapun kelak. Sejatinya untuk remaja di usia sekolah SMP dan SMA menyukai olahraga sudah merupakan bagian dari pengembangan diri yang cukup potensial dan bisa menjadi bagian dari penemuan diri atau jati diri.

Bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan secara tim yang setiap tim terdiri dari 5 orang sehingga diperlukan suatu kerjasama tim dan keterampilan dari masing-masing individu yang mana di dalamnya terkandung beberapa teknik dasar dalam bermain bola basket seperti menembak, menggiring, merayah, pivot. Mempelajari pengetahuan tentang bola basket tidak terpaku pada penguasaan teknik-teknik dasar bermain bola basket saja, akan tetapi kita juga harus menambah wawasan kita mengenai bola basket itu sendiri. Sehingga dalam aplikasinya nanti akan lebih mudah untuk melakukan permainan bola basket.

Untuk bisa menjadi pemain yang baik perlu menguasai fundamental (dasar-dasar teknik taktik dan strategi) dari permainan bola basket. Melakukan teknik-teknik bola basket memang membutuhkan kekuatan yang lebih. Menerobos daerah pertahanan lawan, memungkinkan terjadinya benturan-benturan yang bisa saja menyebabkan jatuh ataupun cidera pada si pemain tersebut. Disinilah berperan penguasaan teknik, menciptakan angka tanpa terjadi benturan dengan pemain lawan, melakukan dribel dan penguasaan bola yang bagus.

Pada dasarnya permainan dan olahraga bola basket cukup sederhana dan mudah untuk dipraktikan, penuh dengan tantangan, menarik dan mengasikkan untuk dimainkan bersama. Secara lebih dalam dapat dipaparkan bahwa permainan dan olahraga bola basket dimainkan oleh dua tim. Kedua tim mempunyai jumlah pemain yang sama, setiap tim terdiri dari lima orang pemain. Setiap tim berusaha saling menyerang dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke keranjang lawan dengan berbagai cara atau strategi. Secara formal aturan permainan tidak dapat


(12)

diganggu gugat, namun secara non formal permainan bisa dimodifikasi meliputi jumlah pemain, ukuran lapangan, dan juga lamanya waktu permainan. Permainan dan olahraga bola basket tidak hanya bisa dijadikan ajang untuk mengembangkan diri dan kerja sama dengan teman satu tim, tetapi juga untuk pengembangan kecerdasan emosional, kebugaran tubuh dan lebih-lebih lagi untuk prestasi serta sebagai gaya hidup.

Setelah penulis jelaskan diatas, maka penulis dapat mengambil judul untuk penelitian ini adalah “Hubungan panjang tungkai dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis sudah paparkan diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Seberapa besar hubungan panjang tungkai dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.

2. Seberapa besar hubungan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.

C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sesuai dengan judul dan masalah penelitian yang penulis tetapkan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan panjang tungkai dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubunan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.

D. Manfaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka penelitian yang penulis harapkan adalah sebagai berikut:


(13)

1. Secara teoritis: memberikan informasi yang baru kepada pelatih, guru olahraga dan juga atlet tentang kriteria yang cocok dalam memilih pemain bola basket yang ideal yang berhubungan tentang panjang tungkai dan tinggi loncatan serta hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.

2. Secara praktis: bisa dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas sember daya manusia terutama untuk atlet, pelatih ataupun guru pendidikan jasmani sehingga memperoleh prestasi yang lebih memuaskan.

E. Batasan Penelitian

Anggapan dasar menurut Arikunto (1993:55) mengemukakan bahwa: “anggapan dasar adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas”. Pentingnya anggapan dasar dijelaskan oleh Arikunto (1977:60), sebagai berikut:

“Anggapan dasar atau postulat adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Hal ini berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seseoarang penyelidik mungkin saja meragu-ragukan sebuah anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai kebenaran dari sifat anggapan dasar itu. Selanjutnya diartikan pula bahwa penyelidik dapat merumuskan satu atau lebih hipotesis yang dianggapnya sesuai dengan penyelidikannya”.

Merujuk pada pendapat diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak pemikiran penulis adalah: tidak semua orang yang memiliki tungkai yang panjang berhasil melakukan lay up shoot dalam permainan bola basket, dan juga tidak semua orang yang memiliki loncatan yang tinggi berhasil melakukan lay up shoot akan berhasil melakukan shooting dalam permainan bola basket. Sedangkan dalam olahraga bola basket kedua komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang baik untuk dimiliki pemain bola basket.

Sehingga batasan dalam penelitian ini adalah difokuskan untuk mengukur panjang tungkai sampel, kemudian mengukur tinggi loncatan,


(14)

dan mencari hasil lay up dari setiap sampel. Sedangkan untuk populasi serta sampel itu sendiri adalah siswa laki-laki MAN Karangampel kelas X dan XI. Alasan penggunaan sampel putra itu sendiri agar hasil dari penelitian ini lebih akurat dan sesuai dengan apa yang penulis harapkan.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel

Dalam penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sempel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai data harus respresentatif dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai jumlah tertentu.

Menurut Sugiyono (2009: 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan menurut Nanang Martono (2010: 15) “populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berbeda pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti”. Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Menurut Sugiyono (2009: 118) “sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative atau mewakili. Sedangkan menurut Nanang Martono (2010: 15) “sample merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti, atau sebagian anggota populasi yang dipilih dengan


(16)

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi”. Bila sampel tidak mewakili, maka akan membuat kesimpulan yang salah. Jadi dalam penentuan pengambilan sampel harus menggunakan teknik sampling.

Sehingga populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X dan XI Madrasah Aliyah Negeri Karangampel Kabupaten Indramayu, dan sampel yang penulis gunakan adalah sebanyak 38 orang yang terdiri dari siswa laki-laki yang sesuai dengan kebutuhan penulis. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan, penulis mengutip pernyataan dari Sudjana (1987: 73) dalam Ahmad Firdaos Rosidi bahwa:

ada pendapat yang bisa dijadikan pegangan sekalipun bukan aturan yang pasti minimal sampel sebanyak 30 subyek. Ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lazim digunakan dalam statistika. Pendapat lain ialah terdapat populasi kurang dari 1000 bisa diambil 20-50 persen.

Sedangkan dalam penelitian ini menentukan sampel dengan menggunakan teknik sampel random sampling. Penulis memilih sampel random sampling karena teknik pengambilan sampel dimana semua orang dalam populasi memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi. Teknik ini adalah teknik yang paling baik untuk menghasilkan sampel yang representatif, dan hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan kepada populasi.

B. Lokasi Penelitian

Madrasah Aliyah Negeri Karangampel, jalan raya barat no.99 telp (0234) 484826 karangampel kabupaten indramayu.


(17)

C. Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

= Panjang Tungkai = Tinggi Loncatan Y = Hasil Lay Up shoot

Gambar 3.1 menjelaskan bahwa dengan dua variable independent dan , dan satu variable dependen yaitu Y. untuk mencari hubungan dengan Y dan dengan Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan dengan secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah panjang tungkai dan tinggi loncatan. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil lay up shoot.

E. Definisi Operasional

1. Tinggi loncatan Menurut Ali (1988: 553) adalah ukuran seorang dalam melakukan gerak vertical. Dalam hal ini tinggi loncatan yang


(18)

dicari adalah tinggi loncatan siswa Madrasah Aliyah Negeri Karangampel.

2. Panjang tungkai menurut Hidayat (1999: 255) adalah panjang tungkai melibatkan tulang-tulang dan otot-otot pembentuk tungkai baik tungkai bawah dan tungkai atas. Tulang-tulang pembentuk tungkai meliputi tulang-tulang kaki, tulang tibia dan fibula, serta tulang femur. Dalam penelitian ini panjang tungkai yang diukur

adalah panjang tungkai siswa Madrasah aliyah Negeri Karangampel.

3. Lay up shoot menurut Ambler (1990:36) adalah tembakan yang paling aman dan efektif kalau pemain yang memegang bola tidak dibayangi lawan”. Yang dimaksud lay up shoot dalam penelitian ini adalah lay up shoot yang dilakukan oleh siswa laki-laki Madrasah aliyah Negeri Karangampel

4. Bola basket menurut Imam Sodikun (1992;8) adalah olahraga bola besar yang dilakukan oleh lima orang dalam satu tim, dimainkan dengan tangan. Bola dioper (dilempar),boleh dipantulkan kelantai baik ditempat atau sambil berjalan dan tujuannya adalah memasukkan bola kedalam ring lawan. Yang dimaksud bola basket dalam penelitian ini adalah mengetahui kemampuan bermain bola basket terutama kemampuan lay up siswa Madrasah Aliyah Negeri Karangampel.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang penulis lakukan diantaranya: 1. Meteran yang digunakan untuk mengukur panjang tungkai

2. Vertical Jump atau tes loncat tegak untuk mengukur tinggi loncatan. Mengukur tinggi loncatan dengan tes loncat tegak yang bertujuan untuk mengetahui jangkuan mutlak dari sampel. Tes ini terdiri dari dua tahap yang pertama tanpa menggunakan loncatan hanya berdiri dan tangan ditempelkan pada papan atau dinding berskala. Yang


(19)

kedua dengan menggunakan loncatan atau awalan, subyek mengambil awalan dengan membengkokkan kedua lutut sambil posisi tangan diayun ke kebelakang. Kemudian subyek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk dinding berskala dengan tangan. Subyek diberikan kesempatan tiga kali.

3. Test lay up shoot digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sampel dalam melakukan lay up shoot, sampel diberi kesempatan sebanyak empat kali percobaan. Cara melakukannya sama dengan gerakan lay up seperti dalam permainan bola basket pada umumnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah melakukan tes dan pengukuran, yaitu pengukuran panjang tungkai, mengukur tinggi loncatan dan melakukan tes lay up shoot. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan diantaranya:

1. Pertama adalah mengukur panjang tungkai sampel satu persatu, dengan menggunakan alat ukur tinggi badan yang sudah disediakan jika sudah diperoleh datanya maka langsung ketahap selanjutnya yaitu mengukur atau mencari tinggi loncatan sampel.

Pengukuran dilakukan dengan mengukur satu tungkai kiri atau kanan saja dengan menggunakan meteran. Sampel coba berdiri tegak dengan tungkai tegak lurus dan untuk menentukan ujung dari tungkai (trhocanter major) sampel coba membungkukkan pinggulnya dan dapat diraba bagian tulang yang menonjol. Pengukuran dilakukan dari ujung kaki tanpa alas sampai pada ujung tungkai bagian atas. Ukuran yang diambil dalam satuan sentimeter (cm)


(20)

Gambar 3.2

Alat pengukur panjang tungkai

2. Kedua adalah mengukur tinggi loncatan sampel, pertama sampel menyentuh dinding yang sudah di ukur ketinggiannya tanpa awalan atau lompatan, kemudian yang kedua dengan menggunakan loncatan atau awalan, subyek mengambil awalan dengan membengkokkan kedua lutut sambil posisi tangan diayun ke kebelakang. Kemudian subyek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk dinding berskala dengan tangan. Subyek diberikan kesempatan tiga kali.

Rumus mengukur tinggi loncatan: tinggi raihan loncatan - tinggi raihan tanpa loncatan = hasil loncatan.

3. Yang terakhir adalah mencari hasil tes lay up shoot dengan nilai validitas 0,79 dan nilai reliabilitasnya 0,90 (Alen, 2001: 53). Adapun prosedurnya sebagai berikut:

3.1Prosedur Umum

Penjelasan : dalam melakukan tes lay up shoot menggunakan dengan irama dua hitungan, tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan orang coba dalam melakukan teknik lay up shoot pada permainan bola basket, oleh karena itu setiap orang harus melakukan tes secara maksimal.

 Pemanasan : sebelum melakukan tes, sampel coba di instruksikan untuk melakukan pemanasan dengan bimbingan dari peneliti yaitu peregangan statis dan


(21)

dinamis. Pada saat pemanasan ditekankan pada anggota tubuh bagian atas dan bawah, kerana dalam tes ini menuntut kesiapan dari anggota tubuh bagian atas dan bawah, dalam hal ini otot tungkai, kaki, lengan, dan tangan.

 Pemberian contoh : penelitian atau testor memberikan contoh sesuai dengan prosedur khusus dalam melakukan tes lay up shoot.

3.2Prosedur khusus

Tujuan : mengukur kemampuan shooting (tembakan) lay up shoot .

 Alat : bola basket, ring basket (keranjang), stopwatch, peluit, kursi, dan formulir penilaian.

 Pelaksanaan : atlet coba berada dalam posisi berdiri rileks dibelakang garis daerah tembakan jarak dua angka dari sebelah kanan atau kiri ring basket. Setelah sampel berdiri pada garis yang ditentukan yaitu disalah satu sisi baik kanan maupun kiri dengan ketentuan 5x5 meter, sampel dipersilahkan mencoba satu kali dari sebelah kiri atau kanan. Ketika mendengar peluit, sampel mencoba menuju bola yang disiapkan pada sebuah bangku (dari sebelah kiri dan kanan), kemudian mencoba melakukan lay up shoot , lalu sampel kembali ketempat awal, selanjutnya sampel coba berlari menuju sisi lainnya baik arah kanan maupun kiri secara bergantian secara bergantian selama 30 detik dan atlet malakukannya sebanyak 4x. nilai yang dihitung jika masuk mendapatkan poin satu jika gagal maka nol atau dianulir, tetapi harus sesuai dengan peraturan bola basket saat melakukan lay up shoot.

Catatan : tes dikatakan gagal jika bola lay up shoot tidak masuk, maka tidak mendapatkan skor dan sampel coba


(22)

melanggar aturan melakukan lay up shoot dengan dua hitungan. Tes dikatakan sukses jika bola masuk dan tidak melanggar aturan dua irama hitungan.

 Penilaian : skor dihitung satu jika gerakan dan bola basket masuk ke dalam ring basket. Skor nol diberikan jika sampel coba melanggar aturan travelling walaupun bola masuk kedalam ring. Jumlah bola yang masuk kedalam keranjang saat lay up shoot dijadikan data penelitian. Deskripsi penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Gambar 3.3 Deskripsi Penelitian

Populasi

Sampel

Mengukur panjang tungkai dan tinggi loncatan

Tes Lay up

Analisis


(23)

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistika inferensi berupa uji korelasi pearson dan uji perbedaan menggunakan independet sample t test. Dalam melakukan analisis penulis menggunakan program SPSS 17 (statistical for social science).

Uji korelasi pearson berperan untuk menguji hubungan antara panjang tungkai dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket. Sedangkan uji perbedaan digunakan untuk menguji perbedaan panjang tungkai dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.


(24)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara panjang tungkai dengan hasil lay up shoot, maupun tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot. Dengan hasil penelitian panjang tungkai dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,315, 0,054 > 0,05, sedangkan hasil penelitian tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,301, 0,067 > 0,05.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil lay up shoot, adalah kemampuan atau teknik untuk melakukan lay up shoot, koordinasi gerakan yang belum seirama, konsentrasi, dan percaya diri dalam melakukan lay up shoot itu sendiri. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak sama dengan hipotesis yang penulis berikan pada bab sebelumya.

B. Saran

1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat lebih detail menguji aspek-aspek keterampilan teknik dasar bola basket, tidak hanya komponen fisik saja tetapi aspek kemampuan atau teknik juga dibahas, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian ini.

2. Bagi para pembaca dan pemerhati olahraga, khususnya olahraga bola basket dan olahraga prestasi, perlu diadakan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam dan sampel lebih respresentatif dengan kebutuhan cabang olahraga bola Basket.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Akros. (1999). Buku Penuntun “Bola Basket Kembar”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ambler, Vic. Petunjuk Untuk Pelatih Dan Pemain Bola Basket. Bandung: Pionir Jaya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brittenham, Greg. (1996). Petunjuk Lengkap: Latihan Pemantapan Bola Basket. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

eprints.uny.ac.id/7752/3/BAB%202%20-%2008601247144.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2013)

Hall, Wissel. (2000) . Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran Tekhnik Dan taktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Herywansyah. (2011) Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Persepsi Kinestetik Terhadap Hasil Tembakan Lay Up Bola basket, Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 3 Tahun 2011 ejournal.utp.ac.id/index.php/JIS/article/view/37/35.

Hidayat, Imam.1992. Klasifikasi Otot .Gramedia. Jakarta.

http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/9078 (diakses pada tanggal 17 september 2013)

http://www.livestrong.com/video/2649-shoot-layup/#ixzz2rGnmEdd7 (diakses pada tanggal 22 januari 2014)


(26)

Kosasih, Danny. (2008). Fundamental basketball First Step to Win. Semarang: Karang Turi Media.

Martono, Nanang. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Muhammad Muhyi Faruq. (2009). Meningkatkan kebugaran Jasmani Melalui Permainan dan Olahraga Bola basket. Jakarta: Grasindo.

Nurhasanah dan Cholil (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK, UPI Bandung.

Pearce Evelyn C. (1985). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia.

Perbasi. (2010). Terjemahan Peraturan permainan Bola Basket. Jakarta: PB Perbasi.

Prusak Keven A., (1960). Permainan Bola Basket: 50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.

Rudiayanto M., (2012). Jurnal Hubungan Berat badan, Tinggi Badan, dan Panjang tungkai Dengan kelincahan. Jurusan Ilmu Keolahragaan. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Indonesia. Santosa dan Dikdik (2010). Ilmu Faal Olahraga. FPOK, UPI Bandung. Sodikun, Imam. (1992). Olaharag Pilihan Bola Basket. Jakarta; Depdikbud

Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV AFABETA.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


(27)

Wendry (2012). Jurnal Sumbangan Kekuatan Otot Jari, Oto Perut Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dalam Reverse Lay Up. Jurusan Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Indonesia.


(1)

melanggar aturan melakukan lay up shoot dengan dua hitungan. Tes dikatakan sukses jika bola masuk dan tidak melanggar aturan dua irama hitungan.

 Penilaian : skor dihitung satu jika gerakan dan bola basket masuk ke dalam ring basket. Skor nol diberikan jika sampel coba melanggar aturan travelling walaupun bola masuk kedalam ring. Jumlah bola yang masuk kedalam keranjang saat lay up shoot dijadikan data penelitian. Deskripsi penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Gambar 3.3 Deskripsi Penelitian

Populasi

Sampel

Mengukur panjang tungkai dan tinggi loncatan

Tes Lay up

Analisis


(2)

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistika inferensi berupa uji korelasi pearson dan uji perbedaan menggunakan independet sample t test. Dalam melakukan analisis penulis menggunakan program SPSS 17 (statistical for social science).

Uji korelasi pearson berperan untuk menguji hubungan antara panjang tungkai dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket. Sedangkan uji perbedaan digunakan untuk menguji perbedaan panjang tungkai dan tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot dalam permainan bola basket.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara panjang tungkai dengan hasil lay up shoot, maupun tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot. Dengan hasil penelitian panjang tungkai dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,315, 0,054 > 0,05, sedangkan hasil penelitian tinggi loncatan dengan hasil lay up shoot adalah r= 0,301, 0,067 > 0,05.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil lay up shoot, adalah kemampuan atau teknik untuk melakukan lay up shoot, koordinasi gerakan yang belum seirama, konsentrasi, dan percaya diri dalam melakukan lay up shoot itu sendiri. Sehingga hasil dari penelitian ini tidak sama dengan hipotesis yang penulis berikan pada bab sebelumya.

B. Saran

1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat lebih detail menguji aspek-aspek keterampilan teknik dasar bola basket, tidak hanya komponen fisik saja tetapi aspek kemampuan atau teknik juga dibahas, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian ini.

2. Bagi para pembaca dan pemerhati olahraga, khususnya olahraga bola basket dan olahraga prestasi, perlu diadakan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam dan sampel lebih respresentatif dengan kebutuhan cabang olahraga bola Basket.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Akros. (1999). Buku Penuntun “Bola Basket Kembar”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ambler, Vic. Petunjuk Untuk Pelatih Dan Pemain Bola Basket. Bandung: Pionir Jaya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brittenham, Greg. (1996). Petunjuk Lengkap: Latihan Pemantapan Bola Basket. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

eprints.uny.ac.id/7752/3/BAB%202%20-%2008601247144.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2013)

Hall, Wissel. (2000) . Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran

Tekhnik Dan taktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Herywansyah. (2011) Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Persepsi Kinestetik Terhadap Hasil Tembakan Lay Up Bola basket, Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 3 Tahun 2011

ejournal.utp.ac.id/index.php/JIS/article/view/37/35.

Hidayat, Imam.1992. Klasifikasi Otot .Gramedia. Jakarta.

http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/9078 (diakses pada tanggal 17 september 2013)

http://www.livestrong.com/video/2649-shoot-layup/#ixzz2rGnmEdd7 (diakses pada tanggal 22 januari 2014)


(5)

Kosasih, Danny. (2008). Fundamental basketball First Step to Win. Semarang: Karang Turi Media.

Martono, Nanang. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Muhammad Muhyi Faruq. (2009). Meningkatkan kebugaran Jasmani Melalui Permainan dan Olahraga Bola basket. Jakarta: Grasindo.

Nurhasanah dan Cholil (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK, UPI Bandung.

Pearce Evelyn C. (1985). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia.

Perbasi. (2010). Terjemahan Peraturan permainan Bola Basket. Jakarta: PB Perbasi.

Prusak Keven A., (1960). Permainan Bola Basket: 50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.

Rudiayanto M., (2012). Jurnal Hubungan Berat badan, Tinggi Badan, dan Panjang tungkai Dengan kelincahan. Jurusan Ilmu Keolahragaan. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Indonesia. Santosa dan Dikdik (2010). Ilmu Faal Olahraga. FPOK, UPI Bandung. Sodikun, Imam. (1992). Olaharag Pilihan Bola Basket. Jakarta; Depdikbud

Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV AFABETA.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


(6)

Wendry (2012). Jurnal Sumbangan Kekuatan Otot Jari, Oto Perut Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dalam Reverse Lay Up. Jurusan Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Indonesia.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, POWER TUNGKAI, DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KEMAMPUAN LAY-UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET PADA SISWA EKSTRAKULIKULER SMK N 4 BANDAR LAMPUNG

1 16 64

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LAY UP SHOOT BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL TEMAN SEBAYA

1 11 146

PERBEDAAN LAY UP SHOOT DENGAN TAMBAHAN LATIHAN DOUBLE LEG HOP PROGRESSION DAN LOMPAT KIJANG TERHADAP JARAK LOMPAT DAN HASIL LAY UP SHOOT DI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI 2 TEMANGGUNG 2013

1 18 82

PENGARUH MELATIH PENDEKATAN TAKTIS DENGAN PENDEKATAN TRADISIONAL TERHADAP PENGUASAAN LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 3 45

PERBANDINGAN METODE LATIHAN LAY UP SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN MENEMBAK LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 2 15

PERBANDINGAN URUTAN PEMBELAJARAN LAY UP SHOOT KE BOUNCE AND SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT KE LAY UP SHOOT TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 3 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRITERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DI SMPN 40 BANDUNG.

0 2 34

(ABSTRAK) PERBANDINGAN LATIHAN LAY UP SHOOT DARI DEPAN ANTARA UNDERHAND LAY UP SHOOT DAN OVERHEAD LAY UP SHOOT DARI DEPAN TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP PADA PEMAIN PEMULA PUTRA KU 16 TAHUN KLUB BOLA BASKET SURYA KENCANA WELERI TAHUN 2010.

0 0 2

2. Bahan Ajar Dasar Gerak Bola Basket dan Lay Up Shoot

0 1 19

HUBUNGAN ANTARA PANJANG LENGAN, KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN, DAN DAYA LEDAK TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLABASKET PADA PEMAIN ELEVEN BASKETBALL CLUB - UNM Eprints

0 1 12