UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LAY UP SHOOT BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL TEMAN SEBAYA

(1)

LAY UP SHOOT BOLA BASKET DENGAN

MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL

TEMAN SEBAYA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015)

SKRIPSI

diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Ady Rochman Fitriansah

6301410039

Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang


(2)

ii

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015). Skripsi jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Priyanto, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci : Pembelajaran, Penjas, Bola Basket, Lay Up Shoot, Tutorial Teman Sebaya.

Pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, tidak hanya terpaku pada aspek psikomotor (keterampilan), melainkan mencakup aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap). Model pembelajaran seringkali dirasa kurang variasi dan monoton. Sebagai contoh pada pembelajaran bola basket menggunakan model pembelajaran secara demonstrasi. Tidak semua anak mampu memahami apa yang guru demonstrasikan dan tidak semua anak berani bertanya langsung kepada guru.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar teknik lay up shoot bola basket pada siswa kelas XI TKJ 1 di SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015?”.

Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) prosedur penelitian tindakan kelas meliputi tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (action), tahap observasi (observation), dan tahap refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dilapangan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah silabus, RPP, dan instrumen penilaian yang meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Analisis data yang digunakan adalah deskripsi kualitatif.

Ketuntasan belajar klasikal yang harus dicapai pada pembelajaran Lay Up Shoot adalah 75%. Nilai ketuntasan belajar klasikal pada siklus I mencapai 73,77% (belum tuntas). Sedangkan nilai ketuntasan belajar klasikal pada siklus II mencapai 83,40% (tuntas). Peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan siklus II (gain) sebesar 0,8 dengan kriteria tinggi.

Simpulan dari penelitian ini adalah ada peningkatan hasil belajar pada pembelajaran lay up shoot menggunakan metode tutorial teman sebaya pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015.

Saran dari peneliti adalah penggunaan metode tutorial teman sebaya dapat dijadikan motivasi guru agar lebih kreatif dalam pengembangan proses pembelajaran, penggunaan metode tutorial teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan Lay Up Shoot.


(3)

iii Nama : Ady Rochman Fitriansah NIM : 6301410039

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Lay Up Shoot Bola Basket Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015).

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Bagian tulisan dalam ini yang merupakan kutipan dari karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata cara pengutipan.

Apabila pernyataan saya tidak benar saya bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku di wilayah negara Republik Indonesia.


(4)

iv

Shoot Bola Basket Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015).” Telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Panitia Sidang Ujian Skripsi pada :

Hari : Senin

Tanggal : 28 Desember 2015

Semarang, Desember 2015

Pembimbing Yang Mengajukan

Priyanto, S.Pd, M.Pd. Ady Rochman Fitriansah NIP.

19800619 200501 1 002

NIM. 6301410039

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga


(5)

v

Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Lay Up Shoot Bola Basket Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015) telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada hari Senin, tanggal 28 Desember 2015.

Panitia Ujian

Sekretaris

Dewan Penguji

1. Drs. Margono, M.Kes. ( Ketua ) NIP. 196012101986011001

2. Dra. Kaswarganti Rahayu, M.Kes. ( Anggota ) NIP. 196701191992032001

3. Priyanto, S.Pd, M.Pd. ( Anggota ) NIP. 198006192005011002


(6)

vi

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan menuju surga (H.R. Muslim).”

Persembahan :

Dengan memohon ridho Allah SWT Skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang tua dan adik tercinta, Ibu Rochati, Bapak Ayi Tarman, Irfan Herdiansyah dan Faiz Asyraf Erliansyah.

Teman-teman PKLO 2010. Almamater FIK UNNES.


(7)

vii

melimpahkan rahmat, bimbingan, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Lay Up Shoot Bola Basket Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI TKJ 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bawang Tahun 2015).”

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Semarang .

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Priyanto, S.Pd, M.Pd. selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, kritik dan saran, serta motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf karyawan Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(8)

viii Bawang.

8. Seluruh siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang yang bersedia menjadi sampel penelitian.

9. Teman-teman PKLO 2010 dan keluarga kost Fullhouse yang memotivasi dan membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan semoga mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT, dan akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah berkenan membaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 28 Desember 2015

Ady Rochman Fitriansah NIM. 6301410039


(9)

ix

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK/GAMBAR/PETA... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Hasil Belajar ... 7

2.1.2 Pengerian Pembelajaran ... 8

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran ... 8

2.1.2.2 Metode Pembelajaran ... 8

2.1.3 Tutorial Teman Sebaya ... 12

2.1.4 Lay Up Shoot ... 13

2.1.5 Penelitian Tindakan Kelas ... 17

2.1.5.1 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 19

2.1.5.2 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2.2 Kerangka Berpikir ... 20

2.3 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian ... 23

3.2 Obyek Penelitian ... 23

3.3 Waktu Penelitian ... 23

3.4 Lokasi Penelitian ... 23

3.5 Perencanaan Tindakan Per Siklus ... 24

3.5.1 Proses Tindakan Siklus I ... 24

3.5.1.1 Perencanaan Tindakan ... 24

3.5.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 24

3.5.1.3 Observasi ... 24

3.5.1.4 Refleksi ... 25

3.5.2 Proses Tindakan Siklus II ... 25

3.5.2.1 Perencanaan Tindakan ... 25

3.5.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 25

3.5.2.3 Observasi ... 26

3.5.2.4 Refleksi ... 26


(10)

x

3.7.2 RPP ... 28

3.7.3 Instrumen Penilaian ... 28

3.7.3.1 Lembar Pengamatan di Lapangan ... 28

3.7.3.2 Kuesioner ... 28

3.7.3.3 Tes Praktik ... 28

3.8 Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 33

4.1.1.1 Perencanaan Siklus I ... 33

4.1.1.2 Tindakan Siklus I ... 34

4.1.1.3 Pengamatan Siklus I ... 35

4.1.1.4 Refleksi Siklus I ... 38

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 41

4.1.2.1 Perencanaan Siklus II ... 41

4.1.2.2 Tindakan Siklus II ... 42

4.1.2.3 Pengamatan Siklus II ... 44

4.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 47

4.2 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ... 48

4.2.1 Peningkatan Hasil Belajar pada Ranah Afektif ... 48

4.2.2 Peningkatan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ... 50

4.2.3 Peningkatan Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor ... 52

4.2.4 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 53

4.3 Pembahasan ... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(11)

xi


(12)

xii

2. Hasil Pengamatan Ranah Kognitif Siklus I ... 37

3. Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus I ... 38

4. Hasil Pengamatan Ranah Afektif Siklus II ... 45

5. Hasil Pengamatan Ranah Kognitif Siklus II ... 46

6. Hasil Pengamatan Ranah Psikomotor Siklus II ... 47

7. Peningkatan Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 48

8. Peningkatan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 50

9. Peningkatan Ranah Psikomotor Siklus I dan Siklus II ... 52 10. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II 53


(13)

xiii

2. Fase Persiapan Lay Up Shoot ... 15

3. Fase Pelaksanaan Lay Up Shoot ... 16

4. Desain Penelitian Tindakan Kelas... 20


(14)

xiv

Lampiran 2. Usulan Penetapan Pembimbing ... 60

Lampiran 3. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 61

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 62

Lampiran 5. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ... 63

Lampiran 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 64

Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 66

Lampiran 8. Lembar Pertanyaan Wawancara Observasi ... 67

Lampiran 9. Lembar Uji Kuesioner ... 69

Lampiran 10. Lembar Jawab Uji Kuesioner... 73

Lampiran 11. Data Siswa Uji Kuesioner Kelas XI TKJ 2 ... 74

Lampiran 12. Tabel Validitas dan Reliabilitas Uji Tes ... 75

Lampiran 13. Lembar Uji Kuesioner ... 76

Lampiran 14. Lembar Pengamatan Sikap ... 80

Lampiran 15. Lembar Tes Praktik ... 81

Lampiran 16. Silabus ... 83

Lampiran 17. RPP ... 93

Lampiran 18. Daftar Nilai Harian SMK Negeri 1 Bwang ... 110

Lampiran 19. Lampiran Nilai Ranah Afektif ... 112

Lampiran 20. Lampiran Nilai Ranah Kognitif ... 113

Lampiran 21. Lampiran Nilai Ranah Psikomotor ... 114

Lampiran 22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 115

Lampiran 23. Lembar Wawancara Guru Penjasorkes Siklus I... 116

Lampiran 24. Analisis Pembelajaran Siklus I ... 119

Lampiran 25. Dokumentasi Siklus I ... 120

Lampiran 26. Lampiran Nilai Ranah Afektif ... 123

Lampiran 27. Lampiran Nilai Ranah Kognitif ... 124

Lampiran 28. Lampiran Nilai Ranah Psikomotor ... 125

Lampiran 29. Lampiran Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 126

Lampiran 30. Lampiran Wawancara Guru Penjasorkes Siklus II ... 127

Lampiran 31. Analisis Pembelajaran Siklus II ... 129


(15)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang menarik, dan dewasa ini bola basket menjadi olahraga yang berkembang. Tayangan televisi yang menyajikan permainan bola basket ke seluruh dunia telah mempengaruhi banyak orang yang meminatinya. Hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan bola basket di Indonesia. Berbagai kompetisi bola basket sekarang banyak dijumpai, antara lain kejuaraan bola basket antar pelajar dari sekolah dasar sampai sekolah menengah, hingga perguruan tinggi dan kompetisi yang ditangani secara profesional yaitu putaran kompetisi bola basket nasional antar klub profesional se-Indonesia atau IBL (Indonesian Basketball League). Berbagai kompetisi tersebut dengan sendirinya akan memunculkan bakat yang potensial di bidang bola basket nasional. Bola basket juga merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh semua kalangan.

Bola basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar dan dimainkan dengan tangan. Bola basket dimainkan oleh 2 tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Untuk menjadi pemain bola basket yang baik harus menguasai teknik dasar diantaranya footwork (gerak kaki), shooting (menembak), passing (operan) dan menangkap, dribble, rebound, bergerak dengan dan tanpa bola, serta bertahan (Wissel, 2000: 2).


(16)

Tanpa mengesampingkan teknik dasar yang lain, teknik shooting (menembak) merupakan salah satu teknik yang sangat penting dan harus dikuasai oleh seorang pemain bola basket untuk mendapatkan nilai (skor). Salah satu teknik shooting (menembak) yang efektif adalah dengan lay upshoot.

Terkait dengan proses pembelajaran, salah satu upaya yang dapat diterapkan guna mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang sesuai dengan kondisi siswa, kemampuan sekolah, alokasi waktu, sarana dan prasarana, serta kemampuan guru, diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal dan optimal.

Selama ini pembelajaran olahraga dilakukan secara konvensional tanpa melakukan variasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang secara rutin dilakukan dengan cara dan urutan yang relatif sama. Metode yang biasa dilakukan dalam pembelajaran mata pelajaran olahraga terdiri dari ceramah dan pemberian contoh, kemudian siswa mempraktikkan materi yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan guru biasanya hanya mengawasi. Tahap berikutnya seorang guru melakukan penilaian sebagai bentuk evaluasi dari materi yang diajarkan atau dilakukan oleh para siswa. Padahal jika seorang guru melakukan dengan metode yang menarik maka siswa akan cepat menyerap materi yang diajarkan dan tidak membosankan.

Metode ini memiliki kekurangan yaitu kurang mengoptimalkan keterlibatan siswa untuk menemukan dan mempraktikkan materi secara mandiri, sehingga kemampuan atau potensi dari anak didik tidak akan keluar sehingga seorang guru tidak akan tahu seberapa jauh kemampuan seorang siswa tersebut. Selain itu siswa cenderung bersifat individualis karena kurangnya interaksi atau


(17)

komunikasi untuk berkembang secara bersama-sama dan berbagi pengalaman yang dimiliki.

Proses pembelajaran seorang guru pasti menemukan suatu kejenuhan, ketidakcocokan dan berbagai permasalahan lainnya dengan siswa terkait dengan gejala tersebut. Ditinjau dari tiga ranah tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa tidak akan berkembang dan maksimal dalam proses pembelajaran apabila terjadi hal tersebut seorang siswa tidak akan mampu menerima dan menangkap pengetahuan secara benar jika emosional siswa menolak dan akan merasa jenuh. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya metode sebagai strategi pelaksanaan pembelajaran bagi siswa yang harus dikembangkan dan dikemas dengan menarik agar siswa tertantang dan mampu mengatasi permasalahan ini.

Salah satu metode pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai alternatif pembelajaran dan mengatasi permasalahan diatas adalah metode pembelajaran tutorial teman sebaya. Metode pembelajaran tutorial teman sebaya merupakan metode yang kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk berkerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Anita Lie, 2002:12).

Pembelajaran kooperatif dan tutor sebaya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beragam untuk membantu satu sama lain dalam proses belajar. Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditinjau atau ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (Adang Suherman, 2003:276). Tutor sebaya merupakan sumber belajar selain guru yaitu teman sebaya yang lebih pandai yang mampu memberikan


(18)

bantuan kepada teman-temannya yang belum bisa. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan rasa kecanggungan, bahasa teman lebih mudah dipahami, tidak ada rasa segan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan (Adang Suherman, 2003:277).

Inti dari pembelajaran tutorial teman sebaya ini adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dan kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru saja, melainkan murid (teman sebaya) yang lebih pintar dan cepat menyerap materi tertentu daripada temannya.

Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melakukan modifikasi pembelajaran dengan metode pembelajaran tutorial teman sebaya pada kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang dengan materi lay up shoot. Dari hasil observasi awal, peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sistem pembelajaran yang masih menggunakan cara konvensional atau mengajar yang monoton dalam pembelajaran teknik lay up shoot, nilai keterampilan teknik lay up shoot kurang baik. Hal itu dilihat dari rata-rata nilai keterampilan teknik dasar lay up shoot yang dicapai siswa kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Hasil pengamatan lain di kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang menunjukkan proses pembelajaran belum melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Proses belajar mengajar hanya didominasi oleh beberapa siswa saja, hal ini menunjukkan kurang efektifnya suatu metode dalam proses belajar dan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kurangnya tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya hanya sebagian siswa saja yang secara aktif mengikuti proses pembelajaran, sedangkan beberapa siswa asik bercanda, mengobrol dengan teman dan


(19)

bermain sendiri di lapangan tanpa menghiraukan materi yang dijelaskan oleh guru.

Maka dari itu diadakannya metode pembelajaran tutorial teman sebaya yaitu pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk berperan dalam proses pembelajaran, karena dalam prosesnya tutorial teman sebaya siswa diberi keleluasaan untuk melakukan interaksi belajar dalam kelompok-kelompoknya begitu juga yang diajar, mereka akan saling berinteraksi pada teman lainnya. Adanya tutor dalam kelompok tersebut memungkinkan terjadinya interaksi dan pembelajaran yang lebih efektif dikarenakan adanya kelompok-kelompok yang kecil tidak seperti metode klasikal. Diharapkan dengan pembelajaran tutorial teman sebaya, masalah yang dihadapi dapat teratasi, sehingga kedepannya pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Berdasarkan dari penjelasan diatas alasan pemilihan judul, maka dapat disusun sebuah judul penelitian sebagai berikut:

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Teknik Lay Up Shoot Bola Basket Dengan Menggunakan Metode Tutorial Teman Sebaya”

1.2 Perumusan Masalah

Apakah penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ 1 dalam melakukan teknik Lay Up Shoot pada permainan Bola Basket di SMK Negeri 1 Bawang.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi Lay Up Shoot pada siswa SMK Negeri 1 Bawang kelas XI TKJ 1 tahun 2015.


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: a. Bagi Sekolah

 Meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

 Sebagai sumbangan informasi di bidang penelitian dalam melakukan penelitian tindakan kelas pembelajaran pendidikan jasmani.

b. Bagi Guru

 Memotivasi guru agar lebih kreatif dalam pengembangan proses pembelajaran.

 Memecahkan masalah dalam pembelajaran sehingga adanya peningkatan mutu pembelajaran.

 Tercapainya ketuntasan belajar siswa. c. Bagi Siswa

 Meningkatkan keterampilan lay up shoot bola basket.


(21)

7

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (C. Asri Budiningsih, 2005:20). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Nana Sudjana, 2010:22). Selanjutnya Warsito dalam (Depdiknas, 2006:125) mengemukakan bahwa hasil belajar dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dari dilaksanakannya kegiatan pembelajaran disekolah dan akhir dari perolehan suatu hasil belajar siswa. Dalam suatu proses belajar mengajar, guru berperan penting sebagai fasilitator kelas, sehingga subjek belajar yaitu siswa akan lebih banyak berperan serta dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi secara akademik maupun non-akademik di lingkungan sekolahnya. Namun hal itu tentu saja tidak mungkin dicapai oleh semua siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya faktor internal, kecerdasan siswa dan kelengkapan belajar. Sedangkan faktor eksternal misalnya guru, sarana dan prasarana di sekolah dan hubungan dengan sesama siswa.


(22)

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa bertambah kearah yang lebih baik (Max Darsono, 2000:24). Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Max Darsono adalah : 1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

3. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu yang unik dan menarik.

4. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

5. Pembelajaran dapat menghasilkan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik atau psikologis.

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Max Darsono, dkk., 2000 : 26).

2.1.2.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007 :


(23)

61-64) yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) tanya jawab; (3) diskusi; (4) kisah/cerita; (5) demonstrasi; (6) karyawisata; (7) tutorial; (8) perumpamaan; (9) pemahaman dan penalaran; (10) suri teladan; (11) peringatan dan pemberian motivasi; (12) praktek; (13) pemberian ampunan dan bimbingan; (14) kerja sama; (15) tulisan; (16) penugasan.

1. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam metode ini, perhatian terpusat pada guru sedangkan siswa hanya menyimak sambil sesekali mencatat, sehingga keaktifan guru lebih banyak dituntut daripada keaktifan siswa. Metode ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi bisa juga dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang pola pikir siswa dan membimbing siswa dalam mencapai kebenaran.

3. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi secara bersam-sama yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat


(24)

pendapatnya. Tujuan metode ini adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.

4. Metode Kisah atau Cerita

Dimana guru dalam menyampaikan materi dalam bentuk kisah atau cerita. Kisah atau cerita tersebut terdapat nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung didalamnya, sehingga dapat memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.

5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan. Dengan metode ini proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan, sehingga membentuk pengertian yang baik dan sempurna. Tujuan penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran yaitu untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

6. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah metode dalam proses belajar siswa yang perlu diajak keluar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung.

7. Metode Tutorial

Metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut, pada bagian yang dirasakan sulit siswa dapat bertanya pada tutor.


(25)

8. Metode Perumpamaan

Suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa.

9. Metode Pemahaman dan Penalaran

Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing siswa untuk dapat memahami masalah yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar. Metode ini dilakukan guna membangkitkan akal dan kemampuan berpikir siswa secara logis.

10. Metode Suri Teladan

Metode ini dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik”. Dengan adanya teladan yang baik, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya.

11. Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuannya.

12. Metode Praktek

Metode praktek adalah metode mendidik yang memberikan materi dengan diperagakan baik menggunakan alat atau benda. Dengan harapan siswa menjadi jelas dan dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. 13. Metode Pemberian Ampunan dan Bimbingan

Metode ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.


(26)

14. Metode Kerja Sama

Metode kerja sama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih dalam melaksanakan atau menyelesaikan tugas yang dihadapi.

15. Metode Tulisan

Metode ini merupakan metode mendidik dengan menggunakan huruf atau simbol.

16. Metode Penugasan

Dalam metode ini guru memberi tugas yang bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan atau tempat lain. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individu atau kelompok. 2.1.3 Tutorial Teman Sebaya

Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran sebenarnya telah menggunakan metode pembelajaran yang beragam guna meningkatkan prestasi belajar siswa, akan tetapi usaha tersebut masih belum mencapai hasil yang maksimal, maka untuk meningkatkan prestasi siswa perlu adanya variasi yang mungkin tidak bersumber dari guru. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ada kalanya anak cenderung lebih dapat meniru atau mengikuti petunjuk dari temannya dari pada gurunya, hal ini disebabkan karena merasa lebih akrab dan tidak canggung atau rileks. Banyak pula anak yang bersifat pemalu dan tidak percaya diri apabila dengan orang lain yang belum dikenal, bahkan dengan gurunya sendiri. Maka sangat penting bagi guru untuk memanfaatkan siswa yang sudah bisa secara materi pembelajaran guna menularkan kepada temannya.


(27)

Seperti yang dikemukakan Oemar Hamalik (1991:73), Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.

Seperti yang dikemukakan Oemar Hamalik (2008:189), pada dasarnya tutorial berdasarkan pada hubungan antara satu orang guru dan satu orang siswa. Namun dewasa ini sudah mulai umum dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbing sekelompok siswa yang terdiri dari 5 atau 7 orang siswa / lebih pada waktu yang sama.

Tutor teman sebaya adalah memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya. Dimana siswa bertindak sebagai pelatih dan pembimbing seorang siswa yang lain (Zainal Aqib, 2013:110).

Menurut Ruseno Arjanggi dan Titin Suprihatin (2010:94), metode tutorial teman sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum faham terhadap materi atau latihan yang diberikan guru yang dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.

2.1.4 Lay Up Shoot

Tembakan lay up shoot adalah tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan basket atau keranjang (Imam Sodikun, 1992:64). Tembakan lay up adalah tembakan yang sangat berguna untuk mencetak angka, karena peluang masuk kedalam ring cukup besar yaitu


(28)

90%. Dewasa ini lay up shoot semakin bervariasi, unsur yang perlu diperhatikan dalam teknik lay up shoot ada beberapa macam, diantaranya langkah kaki, juluran tangan dan lompatan. Setiap pemain basket harus belajar dan bisa melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun tangan kiri, langkah kaki pun mengikuti juluran tangan saat lay up shoot.

Menurut (Hal Wissel, 2000:61) langkah sebelum anda melakukan lay up shoot haruslah pendek sehingga anda dapat segera membungkuk lalu mengangkat lutut untuk melakukan lompatan. Lengan tangan, pergelangan tangan dan jari-jari harus lurus ke arah ring basket dan lepaskan bola dari telunjuk dengan sentuhan yang halus.

Seperti yang dikemukakan Danny Kosasih (2008:50) Setiap pemain harus belajar melakukan lay up shoot dengan tangan kanan maupun tangan kiri. Lompatan yang tinggi dibuat dengan jejakan kaki terakhir sebelum melompat, jadi usahakan lompatan kita mendekati ring, jika memungkinkan lakukanlah dunk. Lay up shoot dapat dilakukan dengan 2 (dua) hitungan kaki ataupun dengan 1 (satu) hitungan kaki.

Gambar 2.1 Gerakan Lay Up Shoot Sumber: Danny Kosasih. 2008. p.50


(29)

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan gerakan lay up shoot agar dapat dikuasai dengan mudah, seperti yang diutarakan oleh Hal Wissel (2000 : 61-62) tentang kunci sukses lay up terdapat 3 fase, yaitu:

1. Fase Persiap

Pada fase ini ada beberapa tahapan yang harus dicermati yaitu: 1) lihat target, 2) langkah pendek, 3) lutut yang rendah untuk melompat, 4) bahu rileks, 5) tangan yang tidak menembak dibawah bola, 6) tangan menembak dibelakang bola, 7) siku masuk atau rapat, 8) bola berada diantara telinga dan bahu.

Gambar 2.2 Fase Persiapan Lay Up Shoot Sumber: H. Wissel. 2000. p.61


(30)

2. Fase Pelaksanaan

Fase pelaksanaan adalah fase dimana pemain melayang sambil melepaskan bola atau menembakkan bola ke arah keranjang. Tahapan fase pelaksanaan ialah: 1) angkat lutut untuk menembak, 2) lompat, 3) rentangkan kaki, punggung, bahu, 4) rentangkan siku, 5) lenturkan pergelangan dan jari-jari kedepan, 6) lepaskan jari-jari telunjuk, 7) penyeimbang tangan pada bola sampai lepas, 8) irama yang sama atau seimbang.

Gambar 2.3 Fase Pelaksanaan Lay Up Shoot Sumber: H. Wissel. 2000. p.62

3. Fase Follow-Through

Fase Follow-Through adalah suatu gerakan lanjutan pada suatu gerakan, dalam pergerakan lay up shoot terdapat pergerakan lanjutan yang sama pentingnya dengan gerakan dasar lay up shoot. Gerakan ini berguna


(31)

untuk mengambil bola rebound apabila lay up shoot tersebut gagal. Gerakan lanjutan pada lay up shoot tersebut adalah: 1) melihat sasaran setelah melakukan lay up shoot, 2) mendarat dengan seimbang, 3) lutut ditekuk, 4) tangan keatas untuk mengambil bola yang keluar dari basket.

2.1.5 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhaadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan (Iskandar, 2012 : 21). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian masalah praktis yang memiliki tujuan utama untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani atau memperbaiki kualitas proses dan hasil kepelatihan olahraga (Agus Kristiyanto, 2010 : 28).

Seperti yang dikemukakan oleh Agus Kritiyanto dalam bukunya (2010:29-32), beberapa ahli mengutarakan definisi Penelitian Tindakan Kelas yang berbeda-beda. Berikut definisi Penelitian Tindakan Kelas menurut beberapa ahli: a. Stephen Kemmis

Stephen Kemmis mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah “Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap


(32)

tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.”

b. Mc Niff

Mc Niff memberikan definisi Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. c. Susilo

Definisi Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.

d. Iskandar

Adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru/dosen atau tenaga pendidik serta kolaborator, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa tindakan belajar mengajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan.”

e. Zainal Aqib

Yakni Penelitian Tindakan Kelas itu terdiri dari: 1. Penelitian, 2. Tindakan, 3. Kelas:

Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu


(33)

dari suatu hal yang menarik minat dan dianggap penting bagi peneliti.

Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian PTK berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Kelas bukan sekedar ruangan tempat guru mengajar. f. Agus Kristiyanto

Agus Kritiyanto secara lebih spesifik menyusun perumusan definisi dan pengertian PTK untuk pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru/pelatih dalam melaksanakan tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran pendidikan jasmani/kepelatihan olahraga tersebut dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi untuk setiap siklusnya.

2.1.5.1 Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK)

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah a) memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran, b) meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima, c) memberikan kesempatan kepada guru untuk berimprovisasi dalam melakukan tindakan


(34)

pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya (Mulyasa, 2011 :89).

2.1.5.2 Manfaat penelitian tindakan kelas (PTK)

Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengembangkan dan melakukan inovasi dalam pembelajaran, merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.

Gambar 2.4 Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus I dan Siklus II Sumber: Suharsimi, dkk, 2012 : 74

2.2 Kerangka Berpikir

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran dan stabilitas emosional.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk mencapai tujuan yang diharapkan salah satunya adalah dengan cara memilih metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, baik dari segi


(35)

sarana prasarana ataupun dari kondisi siswa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pemilihan metode pembelajaran tutorial teman sebaya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi teknik lay upshoot bola basket pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang. Metode ini selain sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa supaya optimal, metode ini juga mengedepankan pendekatan kemampuan sosial siswa, kemampuan bekerjasama, meningkatkan kemandirian siswa, serta tanggung jawab terhadap tugas belajarnya. Tentunya siswa melakukannya harus dengan senang agar cepat dan mudah dalam menangkap materi pembelajaran. Oleh karena itu metode pembelajaran tutorial teman sebaya ini sangat cocok untuk anak yang mau belajar bagaimana caranya bersosialisasi terhadap teman-teman sebayanya dan meningkatkan hasil belajar, digambarkan pada kerangka berpikir berikut ini:


(36)

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Upaya Meningkatkan Teknik Lay Up Shoot Dengan Metode Tutorial Teman Sebaya

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, dapat diambil suatu hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu penggunaan metode Tutorial Teman Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar gerakan lay up shoot bola basket pada siswa kelas XI TKJ 1 di SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015.

Materi

Tutor Sebaya Tutor Sebaya

Tutor Sebaya Tutor Sebaya

Kelompok 4 Kelompok 3

Kelompok 2 Kelompok 1

Tahap II Refleksi

Kriteria Ketuntasan Belajar Evaluasi

Tingkat Keberhasilan Guru


(37)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ 1 yang berjumlah 37 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas XI TKJ 1 berdasarkan pada kurang berhasilnya pembelajaran lay up shoot dalam cabang olahraga bola basket.

3.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah keterampilan melakukan lay up shoot dalam pembelajaran bola basket pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun 2015/2016 yang terdiri dari 2 tahap atau tindakan. Tindakan pertama (Siklus I) pada hari Senin 12 Agustus 2015 dan tindakan kedua (Siklus II) pada hari Senin 19 Agustus 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender sekolah dan jadwal mata pelajaran yang ada di kelas tersebut.

3.4 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bawang dengan pertimbangan peneliti dahulu adalah alumni dan juga peduli akan sekolah tersebut dan membantu untuk mengembangkan dengan cara memberikan metode Tutorial Teman Sebaya


(38)

3.5 Perencanaan Tindakan per Siklus

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan melalui 2 siklus guna melihat peningkatan hasil belajar lay up shoot dengan menggunakan metode Tutorial Teman Sebaya.

3.5.1 Proses Tindakan Siklus I 3.5.1.1 Perencanaan tindakan

Rencana persiapan dalam pembelajaran siklus I ini adalah mempelajari metode pembelajaran yang diberikan, menentukan dan menyiapkan alat yang digunakan untuk penelitian, membuat skenario pembelajaran yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan jenis penilaian sebagai bahan evaluasi.

3.5.1.2 Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan skenario pembelajaran. Tahapannya adalah 1) guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dipelajari guna mencapai tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada siswa agar bersungguh-sungguh, 2) guru menjelaskan tehnik dasar lay up shoot kepada siswa, 3) guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat 9 orang, 4) siswa mempraktikkan gerakan lay up shoot.

3.5.1.3 Observasi/pengamatan/pengumpulan data

Obsevasi dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mengamati proses jalannya pembelajaran khususnya keterampilan siswa dalam melakukan lay up shoot. Pengamatan dilakukan secara cermat oleh peneliti kepada setiap siswa selama melakukan proses pembelajaran.


(39)

3.5.1.4 Refleksi

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisis jalannya pembelajaran dan mengevaluasi perangkat tes yang berupa hasil pembelajaran lay up shoot. Berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian diidentifikasi dan menjadikan bahan masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

3.5.2 Proses Tindakan Siklus II

Setelah melakukan refleksi siklus I, strategi untuk pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:

3.5.2.1 Perencanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran lay up shoot ini adalah membuat perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar evaluasi dan menyiapkan alat yang akan digunakan dalam pemebelajaran lay up shoot.

3.5.2.2 Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan ini juga mengacu pada skenario pembelajaran dan perbaikan dari siklus I. Dengan kekurangan pada siklus I guru berusaha memperbaiki di siklus II. Berikut adalah tahapan-tahapannya: 1) guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dipelajari guna mencapai tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada siswa agar bersungguh-sungguh, 2) guru menjelaskan teknik dasar lay up shoot kepada siswa, 3) guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat 9 orang, 4) siswa mempraktikkan gerakan lay up shoot dengan cara sesuai nomor urut absen.


(40)

3.5.2.3 Observasi/pengamatan/pengumpulan data

Obsevasi dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mengamati proses jalannya pembelajaran khususnya keterampilan siswa melakukan lay up shoot dalam siklus II. Pengamatan dilakukan secara cermat oleh peneliti kepada setiap siswa selama melakukan proses pembelajaran.

3.5.2.4 Refleksi

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisis jalannya pembelajaran dan mengevaluasi perangkat tes yang berupa hasil pembelajaran lay up shoot. Berdasarkan data yang telah terkumpul pada siklus II ini kemudian diidentifikasi dan dijadikan indikator keberhasilan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah: 3.6.1 Teknik Observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra (Suharsimi Arikunto, 2006:156). Jadi observasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan. Observasi bertujuan untuk mengetahui hasil proses pembelajaran lay up shoot dengan metode tutorial teman sebaya, sarana dan prasarana yang tersedia, dan metode pembelajaran yang digunakan di SMK Negeri 1 Bawang.

3.6.2 Teknik Komunikasi

Teknik komunikasi adalah teknik pengumpulan data melalui kontak secara pribadi atau personal antara pengumpul data dan sumber data, yaitu: wawancara, kuesioner atau angket. Dalam hal ini wawancara dengan guru olahraga SMK Negeri 1 Bawang.


(41)

3.6.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dokumentasi tersebut berupa data hasil penelitian dan berupa foto.

3.6.4 Tes

Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lainnya yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006:150). Tes dilaksanakan pada tiap akhir setiap siklus. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil lay up shoot.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen penelitian, diantaranya: 1) Silabus, 2) RPP, 3) Instrumen Penilaian.

3.7.1 Silabus

Silabus adalah sebuah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus juga digunakan sebagai pedoman dalam rangka pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).


(42)

3.7.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan seperangkat rencana yang menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian kegiatan pembelajaran untuk mencapai satu kompentensi dasar (KD) yang telah ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan didalam silabus.

3.7.3 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang digunakan adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap teknik dasar lay up shoot yang meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor.

3.7.3.1 Lembar pengamatan di lapangan (aspek afektif)

Untuk mengetahui sikap dan pemahaman peserta didik pada pembelajaran lay up shoot menggunakan metode tutorial teman sebaya pada siswa kelas XI TKJ 1 di SMA Negeri 1 Bawang tahun 2015 menggunakan lembar pengamatan.

3.7.3.2 Kuesioner (aspek kognitif)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Pada penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015 tentang lay up shoot dengan menggunakan 13 item pertanyaan.

3.7.3.3 Tes praktik (aspek psikomotor)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tes praktik (psikomotor) yang terdiri dari 4 aspek yang digunakan penilaian, yaitu dribble bola, langkah lay up shoot, gerakan saat melepas bola dan masuk tidaknya bola.


(43)

Sesuai dengan penjelasan diatas maka pelaksanaan praktik dalam penelitian ini terdapat dua tahapan yaitu:

1) Fase Persiapan

Testee berbaris diluar garis three point sesuai kelompok sambil memegang bola untuk melakukan lay up shoot secara bergantian.

2) Fase Pelaksanaan

Testee melakukan lay up shoot dengan cara men-dribble atau dengan kata lain dinamis, mulai dari men-dribble bola, melakukan langkah lay up shoot, melepas bola dan memasukkan ke dalam ring basket.

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Data yang diperoleh dari tindakan yang di analisis untuk memastikan apakah dengan metode tutorial teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dicapai juga memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama pembelajaran.

Untuk menganalisa tingkat keberhasilan siswa atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan memberi evaluasi berupa tes praktek pada tiap akhir putaran.


(44)

Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistika sederhana (Daryanto, 2011:191-192) yaitu:

a) Untuk menilai tes Praktek

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes praktek yang dirumuskan:

Dengan:

X = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa (Daryanto, 2011:191) b) Untuk menghitung ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2013, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:


(45)

a. Ketuntasan belajar secara individual

P = Persentase ketuntasan belajar ∑ = jumlah

b. Ketuntasan belajar secara Klasikal

P = Persentase ketuntasan belajar

∑ = Jumlah (Daryanto, 2011:192)

Tabel 3.1 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan Arti

>80 % Sangat Tinggi

60-79 % Tinggi

40-59 % Sedang

20- 39 % Rendah

<20 % Sangat Rendah

Sumber: (Zainal Aqib, 2011:41)

Adapun rumus Hake’s Normalized Gain menurut Savinainen & Scott dalam Mu’limah (2011:48) yang digunakan untuk mengetahui peningkatan (gain) pada ketrampilan proses yang diamati pada setiap siklus adalah:

(g) =

(Savinainen & Scott, 2002)

Keterangan :

G (gain) : peningkatan keterampilan siswa S awal : rata-rata keterampilan proses awal S akhir : rata-rata keterampilan proses akhir Mengklasifikasi gain sebagai berikut :

g-tinggi : (g) > 0,7 g-sedang : 0,7 < (g) > 0,3 g-rendah : (g) < 0,3


(46)

c) Untuk lembar observasi

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa. d) Untuk ranah afektif

Dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar Penjasorkes

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi

≥75 Tuntas


(47)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Adapun deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang berupaya meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket dengan metode tutorial teman sebaya pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015-2016 ini dilakukan dalam 2 siklus. Hasil penelitian ini terdiri dari tes yang meliputi tes kognitif, tes afektif dan tes psikomotor.

4.1.1 Siklus I

Hasil yang dicapai dalam siklus I terdapat 4 tahap, perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflection). Tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus pertama adalah:

4.1.1.1 Perencanaan (planning) siklus I

Pada tahap perencanaan tersebut kegiatan yang dilakukan adalah: a) Menentukan pokok permasalahan.

b) Membuat skenario pembelajaran.

c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

d) Mempersiapkan sarana dan prasana seperti lapangan, bola basket, peluit, cone untuk menunjang kelancaran penelitian.

e) Mengembangkan format evaluasi


(48)

4.1.1.2 Tindakan (action) siklus I

Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini dilakukan 1 kali pada tanggal 12 Agustus 2015 pukul 07:00 di SMK Negeri 1 Bawang, Kabupaten Banjarnegara, yang berlangsung selama 3 jam pertemuan (135 menit).

Tindakan pada siklus I ini meliputi: a) Kegiatan Awal (20 menit)

 Siswa dibariskan menjadi 3 baris.

 Presensi kehadiran siswa.

 Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap/olahraga.

 Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.

 Pemanasan yang berorientasi pada inti penelitian. b) Kegiatan Inti (95 menit)

 Guru dan peneliti menjelaskan materi penelitan yang akan dipelajari.

 Bermain Catch & Throw Cara bermain:

Peserta dibagi menjadi 4 kelompok sama rata dengan 9 orang pada setiap kelompok, kemudian siswa melingkar, ada 1 siswa berada ditengah lingkaran guna memberi komando untuk siswa yang lain. Apabila siswa yang ditengah berteriak dan memberikan bola kepada siswa yang melingkar, maka siswa tersebut harus memberikan bola kepada siswa yang ditengah lingkaran. Apabila siswa yang berada ditengah berteriak “chest pass”, maka siswa mengembalikan bola tersebut dengan bounce pass, begitu juga


(49)

sebaliknya. Jika terdapat siswa salah dalam mengembalikan bola, maka akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati di awal.

 Siswa melakukan tes lay up shoot kanan.

 Peneliti menilai hasil tes lay up shoot kanan pada siklus I dan memilih siswa sebagai Tutor Teman Sebaya.

c) Kegiatan Penutup (20 menit)

 Pendinginan.

 Evaluasi, mengisi kuesioner dan tanya jawab seputar materi yang telah dipelajari.

 Berbaris dan berdoa. 4.1.1.3 Pengamatan (observing) siklus I

Ketika pembelajaran berlangsung peneliti dan guru penjas mengamati jalannya pembelajaran lay up shoot dengan metode tutorial teman sebaya pada siklus I. Peneliti dan guru penjas juga menganalisis data hasil pembelajaran pada siklus I yang berupa tes akhir lay up shoot. Dalam hasil observasi siklus I pada persentase menunjukan rata-rata nilai ranah tes afektif mencapai angka 78,24% (tinggi), sedangkan untuk rata-rata nilai ranah tes kognitif mencapai angka 74,01% (tinggi) dan yang terakhir untuk nilai ranah tes psikomotor mencapai angka 69,05% (tinggi).

Untuk rata-rata nilai ranah afektif, kognitif dan psikomotor dengan penilaian yang telah diamati selama pembelajaran berlangsung pada siklus I, menunjukan penilaian seperti berikut:


(50)

1. Pengamatan Ranah Afektif

Grafik 4.1 Hasil pengamatan ranah afektif siklus I

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa aspek berkomunikasi mencapai angka persentase 77,70% (tinggi), aspek bekerjasama mencapai angka persentase 74,32% (tinggi), aspek taat peraturan mencapai angka persentase 75,68% (tinggi), sedangkan aspek menghormati mencapai angka persentase 83,78% (sangat tinggi), dan yang terakhir aspek antusias mencapai angka persentase sebanyak 79,73% (sangat tinggi). Nilai rata-rata ranah afektif mencapai persentase sebanyak 78,24% (tinggi).

2. Pengamatan Ranah Kognitif

Hasil pengamatan rata-rata nilai ranah kognitif dari penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran lay up shoot menunjukkan bahwa item pertanyaan nomor 1 menunjukkan rata-rata angka persentase 91,9% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 2 menunjukkan rata-rata angka persentase 97,3% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 3 menunjukkan rata-rata angka persentase 32,4% (rendah), item pertanyaan nomor 4 menunjukkan rata-rata angka persentase 75,7% (tinggi), item pertanyaan nomor 5 mencapai rata-rata

77.70

74.32

75.68

83.78

79.73

68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00

Berkomunikasi bekerjasama Taat peraturan Menghormati Antusias

Siklus I Ranah Afektif


(51)

angka persentase 91,9% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 6 menunjukkan rata-rata angka persentase 64,9% (tinggi), item pertanyaan nomor 7 mencapai rata-rata angka persentase 78,4% (tinggi), item pertanyaan nomor 8 menunjukkan rata-rata angka persentase 67,6% (tinggi), item pertanyaan nomor 9 mencapai rata-rata angka persentase 64,9% (tinggi), item pertanyaan nomor 10 menunjukkan rata-rata angka persentase 75,7% (tinggi), item pertanyaan nomor 11 menunjukkan rata-rata angka persentase 48,6% (sedang), item pertanyaan nomor 12 mencapai rata-rata angka persentase 91,9% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 13 menunjukkan rata-rata angka persentase 81,1% (sangat tinggi), sehingga hasil nilai rata-rata data pengamatan ranah kognitif melalui media kuesioner adalah 74,01% (tinggi). Data diatas sesuai yang digambarkan pada grafik dibawah ini:

Grafik 4.2 Hasil pengamatan ranah kognitif siklus I

3 Pengamatan Ranah Psikomotor

Grafik 4.3 Hasil pengamatan ranah psikomotor siklus I 91.9 97.3

32.4 75.7

91.9 64.9

78.4

67.6 64.9 75.7 48.6

91.9 81.1

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13


(52)

Pada grafik diatas menunjukkan nilai rata-rata hasil pengamatan ranah psikomotor lay up shoot menggunakan media tutorial teman sebaya. Jika dijelaskan secara mendalam, aspek dribble bola mencapai nilai rata-rata persentase 71,89% (tinggi), aspek langkah lay up shoot menunjukkan nilai rata-rata persentase 77,84% (tinggi), aspek gerakan saat melepas bola mencapai nilai rata-rata persentase 65,95% (tinggi), aspek masuk tidaknya bola menunjukkan nilai rata-rata persentase 60,54% (tinggi) sehingga nilai rata-rata persentase ranah psikomotor melalui media tutorial teman sebaya ini sebanyak 69,05% (tinggi).

4.1.1.4 Refleksi (reflection) siklus I

Pada proses pembelajaran lay up shoot siklus I, peneliti dan guru penjas telah melakukan refleksi pada pembelajaran lay up shoot terlihat bahwa kualifikasi perolehan nilai rata-rata untuk ranah afektif adalah tinggi, maka dari itu tidak perlu penekanan materi pada siklus berikutnya. Sedangkan untuk ranah kognitif atau pemahaman, kualifikasinya tinggi akan tetapi terdapat beberapa nomor dimana kualifikasinya kurang baik dan tidak baik. Item pertanyaan nomor 3 dengan nilai rata-rata persentase 32,4% (kualifikasi rendah) yaitu dengan

71.89 77.84

65.95 60.54 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

Dribble bola Langkah lay up Gerakan saat melepas bola

masuk tidaknya bola

Siklus I Ranah Pskikomotor


(53)

materi gerakan kaki pada lay up shoot, item pertanyaan nomor 11 dengan nilai rata-rata persentase sebanyak 48,6% (kualifikasi sedang) yaitu dengan materi menerima bola pada lay up shoot. Untuk ranah terakhir yaitu ranah psikomotor, kualifikasi nilai rata-ratanya adalah tinggi. Kendala yang paling sulit dalam ranah psikomotor ini adalah gerakaan saat melepas bola dan masuk tidaknya bola, siswa hanya mencakup nilai rata-rata persentase aspek gerakaan saat melepas bola sebanyak 65,95% dengan kualifikasi (tinggi) dan nilai rata-rata persentase aspek masuk tidaknya bola 60,54% dengan kualifikasi (tinggi).

Jumlah persentase skor pada siklus I adalah 73,77% dengan total siswa yang mengikuti pembelajaran 37 siswa. Total siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa atau 56,76% dan total siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 43,24%.

Dengan melihat persentase skor pada siklus I, pembelajaran lay up shoot menggunakan metode tutorial teman sebaya ini belum melampaui indikator ketercapaian ketuntasan klasikal yaitu 75%.

Menurut Daryanto (2011:28) hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya. Dalam penelitian ini siklus I belum tuntas atau indikator belum tercapai maka perlu adanya siklus II.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru teman sejawat, bapak Hermawan Dewanto (Wawancara tanggal 14 Agustus 2015, pukul 08:00 WIB) selaku guru olahraga SMK Negeri 1 Bawang dan perwakilan siswa kelas XI TKJ 1 ditemukan kelebihan dan kekurangan dari


(54)

kegiatan pembelajaran materi lay up shoot dengan menggunakan metode tutorial teman sebaya pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang (Lampiran 23:115), sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Pada ranah afektif siklus I, siswa dapat mengembangkan sikap saling menghormati dengan sesama siswa, guru dan wasit, dapat dilihat dari aspek menghormati yang mencapai nilai persentase 83,78% (sangat tinggi).

2. Pada ranah kognitif siklus I, siswa telah menguasai materi tentang gerakan langkah lay up shoot, dapat dilihat dari uji kuesioner item pertanyaan nomor 2 yang mencapai nilai persentase 97,3% (sangat tinggi). Siswa juga telah menguasai materi tentang gerakan tangan pada lay up shoot, dapat dilihat dari item pertanyaan nomor 5 yang mencapai nilai persentase 91,9% (sangat tinggi).

3. Pada ranah psikomotor siklus I, siswa mampu menguasai tehnik dasar lay up shoot yang dilihat dari aspek langkah lay up shoot. Pada aspek langkah lay up shoot pada siklus I nilai persentase mencapai 77,84% (tinggi).

Kekurangan:

1. Pada ranah afektif siklus I, siswa kurang mampu dalam bekerjasama dengan baik dalam proses pembelajaran, baik dengan teman, guru maupun wasit. Dapat dilihat dalam aspek bekerjasama yang hanya mencapai nilai persentase 74,32% (tinggi).

2. Pada ranah kognitif siklus I, siswa kurang mampu menguasai materi tentang gerakan saat menerima bola, dapat dilihat dari uji kuesioner item


(55)

pertanyaan nomor 11 yang hanya mencapai nilai persentase 48,6% (sedang).

3. Pada ranah psikomotor siklus I, siswa kurang menguasai aspek gerakan melepas bola yang mencapai nilai persentase 65,95% (tinggi) dan kurang menguasai aspek masuk tidaknya bola yang mencapai nilai presentase 60,54 (tinggi).

Setelah mendapatkan hasil refleksi siklus I, peneliti merencanakan untuk mengadakan perbaikan pada aspek yang masih kurang dari siklus I, yaitu aspek bekerjasama, gerakan saat melepas bola dan aspek masuk tidaknya bola yang selanjutnya dilaksanakan pada siklus II.

4.1.2 Siklus II

Melihat refleksi dari siklus I, didapatkan hasil belajar siswa dari siklus II yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor yang disajikan sebagai berikut:

4.1.2.1 Perencanaan (planning) siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka peneliti dan guru penjas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x45 menit. Materi siklus II masih sama dengan materi siklus I yaitu materi lay up shoot dengan menggunakan metode tutorial teman sebaya. Namun hasil refleksi siklus I dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan metode tutorial teman sebaya pada permainan bola basket pada siklus II. Peneliti harus mengoptimalkan pembelajaran lay up shoot dengan menggunakan metode tutorial teman sebaya dengan cara memberikan motivasi lebih kepada siswa dan jika diperlukan memberikan penghargaan lebih berupa barang atau yang lainnya.


(56)

4.1.2.2 Tindakan (action) siklus II

Tindakan pada siklus II sama seperti tindakan pada siklus I, guru menjelaskan materi kepada siswa, yaitu teknik dasar lay up shoot. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini dilakukan 1 kali pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 07:00 di SMK Negeri 1 Bawang, Kabupaten Banjarnegara, yang berlangsung selama 3 jam pertemuan (135 menit).

Tindakan pada siklus II ini meliputi: d) Kegiatan Awal (20 menit)

 Siswa dibariskan menjadi 3 baris.

 Presensi kehadiran siswa.

 Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap/olahraga.

 Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.

 Pemanasan yang berorientasi pada inti penelitian. e) Kegiatan Inti (95 menit)

 Guru dan peneliti menjelaskan materi penelitan yang akan dipelajari.

 Bermain Move To The Other Hole Cara bermain:

Peserta membuat kelompok sesuai dengan jumlah peserta dalam kelas ini dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok 9 siswa, hole disini menggunakan Holla Hop yang berjumlah 5 buah dan disebar ke seluruh lapangan basket dan masing-masing hole diberi angka. Tiap-tiap kelompok menempati satu per satu hole tersebut dan hanya menyisakan satu hole yang kosong. Peraturannya adalah ketika guru/peneliti memberi


(57)

komando dengan menyebutkan salah satu angka, maka kelompok yang menempati hole tersebut harus pindah ke hole yang lain, begitu pula kelompok lainnya yang tidak berada didalam hole yang disebutkan oleh guru/peneliti, mereka harus pindah ke hole yang lain. Dengan kata lain angka yang disebutkan oleh guru/peneliti tidak boleh ditempati oleh kelompok mana pun, dan setiap kelompok harus pindah ke hole yang lain.

 Sesuai refleksi pada siklus I, siswa sebagai model pembelajaran metode tutorial teman sebaya, mendemonstrasikan cara lay up shoot kanan yang benar dan perbaikan ditekankan pada aspek bekerjasama ranah afektif, gerakan saat menerima bola ranah kognitif, dan aspek gerakan saat melepas bola dan masuk tidaknya bola pada ranah psikomotor.

 Siswa melakukan tes lay up shoot kanan.

 Peneliti menilai hasil tes lay up shoot kanan pada siklus II. f) Kegiatan Penutup (20 menit)

 Pendinginan.

 Evaluasi, mengisi kuesioner dan tanya jawab seputar materi yang telah dipelajari.

 Berbaris dan berdoa.

4.1.2.3 Pengamatan (observing) siklus II

Ketika pembelajaran berlangsung peneliti dan guru penjas mengamati jalannya pembelajaran lay up shoot dengan metode tutorial teman sebaya pada siklus II. Peneliti dan guru penjas juga menganalisis data hasil pembelajaran


(58)

pada siklus II yang berupa tes akhir lay up shoot. Dalam hasil observasi siklus I pada persentase menunjukan rata-rata nilai ranah tes afektif mencapai angka 83,24% (sangat tinggi), sedangkan untuk rata-rata nilai ranah tes kognitif mencapai angka 86,69% (sangat tinggi), dan yang terakhir untuk nilai ranah tes psikomotor mencapai angka 78,92% (tinggi).

Melihat hasil diatas, siklus II berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru dan peneliti telah memperbaiki semua kekurangan yang didapat pada saat siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya hasil nilai rata-rata persentase ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor.

Untuk rata-rata nilai ranah afektif, kognitif dan psikomotor dengan penilaian yang telah diamati selama pembelajaran berlangsung pada siklus II, menunjukan penilaian seperti berikut:

1. Pengamatan Ranah Afektif

Hasil pengamatan ranah afektif menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase berkomunikasi mencapai 79,05% (tinggi), nilai rata-rata persentase bekerjasama mencapai 81,76% (sangat tinggi), nilai rata-rata persentase taat peraturan mencapai 87,16% (sangat tinggi), nilai rata-rata persentase menghormati 86,49% (sangat tinggi), nilai rata-rata persentase antusias 81,76% (sangat tinggi). Sehingga nilai rata-rata yang diperoleh adalah 83,24% (sangat tinggi). Berdasarkan penjelasan diatas maka didapati grafik sebagai berikut:


(59)

2. Pengamatan Ranah Kognitif

Hasil pengamatan rata-rata nilai ranah kognitif dari penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran lay up shoot menunjukkan bahwa item pertanyaan nomor 1 menunjukkan rata-rata angka persentase 100% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 2 menunjukkan rata-rata angka persentase 100% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 3 menunjukkan rata-rata angka persentase 67,6% (tinggi), item pertanyaan nomor 4 menunjukkan rata-rata angka persentase 70,3% (tinggi), item pertanyaan nomor 5 mencapai rata-rata angka persentase 97,3% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 6 menunjukkan rata-rata angka persentase 97,3% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 7 mencapai rata-rata angka persentase 86,5% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 8 menunjukkan rata-rata angka persentase 75,7% (tinggi), item pertanyaan nomor 9 mencapai rata-rata angka persentase 86,5% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 10 menunjukkan rata-rata angka persentase 89,2% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 11 menunjukkan rata-rata angka persentase 67,6% (tinggi), item pertanyaan nomor 12 mencapai rata-rata angka persentase 97,3% (sangat tinggi), item pertanyaan nomor 13 menunjukkan

rata-79.05

81.76

87.16

86.49

81.76

74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00

Berkomunikasi bekerjasama Taat peraturan Menghormati Antusias

Siklus II Ranah Afektif


(60)

rata angka persentase 91,9% (sangat tinggi), sehingga hasil nilai rata-rata data pengamatan ranah kognitif melalui media kuesioner adalah 86,69% (sangat tinggi).

Gambar 4.5 Hasil pengamatan ranah kognitif siklus II

3. Pengamatan Ranah Psikomotor

Pada grafik diatas menunjukkan nilai rata-rata hasil pengamatan ranah psikomotor lay up shoot menggunakan metode tutorial teman sebaya. Jika dijelaskan secara mendalam, aspek dribble bola mencapai nilai rata-rata persentase 82,16% (sangat tinggi), aspek langkah lay up shoot menunjukkan nilai rata-rata persentase 85,41% (sanagat tinggi), aspek gerakan saat melepas bola mencapai nilai rata-rata persentase 78,38% (tinggi), aspek masuk tidaknya bola menunjukkan nikai rata persentase 75,14% (tinggi) sehingga nilai rata-rata persentase ranah psikomotor melalui metode tutorial teman sebaya ini sebanyak 80,27% (tinggi).

Gambar 4.6 Hasil pengamatan ranah psikomotor siklus II 100.0 100.0

67.6 70.3

97.3 97.3 86.5

75.7

86.5 89.2 67.6

97.3 91.9

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13


(61)

4.1.2.4 Refleksi (reflection) siklus II

Pada proses pembelajaran lay up shoot siklus II, peneliti dan guru penjas telah melakukan refleksi pada pembelajaran lay up shoot. Jumlah persentase skor pada siklus II adalah 83,40% dengan total siswa yang mengikuti pembelajaran 37 siswa. Total siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa atau 91,89% dan total siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 8,11%. Hasil diskusi antara peneliti dan guru penjas tentang siklus II, menyimpulkan bahwa hasil perencanaan (planning), tindakan (action) dan pengamatan (observing) yang dilakukan oleh guru dan peneliti berjalan sesuai yang diharapkan karena adanya perubahan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga pada siklus II bisa dikatakan berhasil dengan kata lain peneliti telah selesai pada siklus II dan tidak ada tindakan siklus selanjutnya.

Seperti yang dikemukakan E.Mulyasa (2011:72) peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan PTK siklus II dan menganalisis serta menarik kesimpulan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan tertentu. Apakah pembelajaran yang dirancang

82.16 85.41 78.38 75.14 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00

Dribble bola Langkah lay up Gerakan saat melepas bola

masuk tidaknya bola

Siklus II Ranah Psikomotor


(62)

dengan PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran atau memperbaiki masalah yang diteliti.

Menurut guru penjasorkes SMK Negeri 1 Bawang, hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.

4.2 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

4.2.1 Peningkatan Hasil Belajar pada Ranah Afektif

Grafik 4.7 Peningkatan Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II

Pada grafik diatas menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah afektif siklus I dan siklus II dengan persentase peningkatan dari aspek berkomunikasi sebanyak 1,35%, persentase peningkatan dari aspek bekerjasama sebanyak 7,44%, persentase peningkatan dari aspek taat peraturan sebanyak 11,48%, persentase peningkatan dari aspek menghormati sebanyak 2,71%, persentase peningkatan dari aspek antusias sebanyak 2,03%.

Hasil pengamatan ranah afektif siswa selama proses pembelajaran bola basket pada siklus I dan siklus II diperoleh seperti pada tabel berikut:

77.70

74.32 75.68

83.78

79.73 79.05

81.76

87.16 86.49

81.76

65.00 70.00 75.00 80.00 85.00 90.00

Siklus I Siklus II


(63)

AFEKTIF

Siklus I Siklus II

78,24% 83,24%

Dari hasil pengamatan ranah afektif pada siklus I dan siklus II kemudian dianalisis menggunakan rumus Hake’s Normalized Gain sebagai berikut:

Rata-rata siklus I : 78,24% Rata-rata siklus II : 83,24%

Hake’s Normalized Gain : (g) =

(g) = (83,24%) – (78,24%) = 0,23 100% - (78,24%)

Dan kriteria gain adalah rendah, yang memiliki arti bahwa pengamatan proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat dalam kategori rendah.

4.2.2 Peningkatan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif


(64)

Pada grafik diatas menunjukkan peningkatan pada ranah kognitif pada siklus I dan siklus II dengan persentase peningkatan pada aspek soal nomor 1 sebanyak 8,1%, presentase peningkatan pada aspek soal nomor 2 sebanyak 2,7%, persentase peningkatan dari aspek soal nomor 3 sebanyak 35,3%, terjadi penurunan persentase dari aspek soal nomor 4 sebanyak 5,4%, presentase peningkatan pada aspek soal nomor 5 sebanyak 5,4%, persentase peningkatan pada aspek soal nomor 6 sebanyak 32,4%, persentase peningkatan pada aspek soal nomor 7 sebanyak 8,1%, persentase peningkatan pada aspek soal nomor 8 sebanyak 8,1%, peningkatan persentase pada aspek soal nomor 9 sebanyak 21,6%, peningkatan persentase pada aspek soal nomor 10 sebanyak 13,5%, peningkatan persentase pada aspek soal nomor 11 sebanyak 19%, peningkatan persentase pada aspek soal nomor 12 sebanyak 5,4%, persentase peningkatan pada aspek soal nomor 13 sebanyak 10,8%.

Hasil pengamatan ranah kognitif siswa selama proses pembelajaran bola basket pada siklus I dan siklus II diperoleh seperti pada tabel berikut:

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Siklus 1 Siklus 2


(65)

KOGNITIF

Siklus I Siklus II

74,01% 86,69%

Dari hasil pengamatan ranah kognitif pada siklus I dan siklus II kemudian dianalisis menggunakan rumus Hake’s Normalized Gain sebagai berikut:

Rata-rata siklus I : 74,01% Rata-rata siklus II : 86,69%

Hake’s Normalized Gain: (g) =

(g) = (86,69%) – (74,01%) = 0,48 100% - (74,01%)

Dan kriteria gain adalah sedang, yang memiliki arti bahwa pengamatan proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat signifikan dalam kategori sedang.

4.2.3 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor


(66)

Pada grafik diatas menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah psikomotor siklus I dan siklus II dengan persentase peningkatan dari aspek dribble bola sebanyak 10,27%, persentase peningkatan dari aspek langkah lay up shoot sebanyak 7,57%, persentase peningkatan dari aspek gerakan saat melepas bola sebanyak 12,43%, persentase peningkatan dari aspek masuk tidaknya bola sebanyak 14,6%.

Hasil pengamatan ranah psikomotor siswa selama proses pembelajaran bola basket pada siklus I dan siklus II diperoleh seperti pada tabel berikut:

PSIKOMOTOR

Siklus I Siklus II

69,05% 80,27%

Dari hasil pengamatan ranah psikomotor pada siklus I dan siklus II kemudian dianalisis menggunakan rumus Hake’s Normalized Gain sebagai berikut:

Rata-rata siklus I : 69,05% Rata-rata siklus II : 80,27% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%

Dribble Bola Langkah Lay Up Shoot Gerakan Saat Melepas Bola Masuk Tidaknya Bola Siklus 1 Siklus 2


(67)

Hake’s Normalized Gain: (g) =

(g) = (80,27%) – (69,05%) = 0,36 100% - (69,05%)

Dan kriteria gain adalah sedang, yang memiliki arti bahwa pengamatan proses belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat signifikan dalam kategori sedang.

4.2.4 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Grafik 4.10 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Hasil ketuntasan belajar siswa selama proses pembelajaran bola basket pada siklus I dan siklus II diperoleh seperti pada tabel berikut:

TUNTAS

Siklus I Siklus II

57% 92%

Dari hasil ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II kemudian dianalisis menggunakan rumus Hake’s Normalized Gain sebagai berikut:

56.76%

91.89%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%


(68)

Rata-rata siklus I : 57% Rata-rata siklus II : 92%

Hake’s Normalized Gain: (g) =

(g) = (92%) – (57%) = 0,81 100% - (57%)

Dan kriteria gain adalah tinggi, yang memiliki arti bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat signifikan dalam kategori tinggi.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dari siklus I dan siklus II penerapan metode tutorial teman sebaya dalam pembelajaran lay up shoot pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015 dapat meningkatkan aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Hasil belajar dari siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), setelah dilakukan siklus II diperoleh hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Penelitian tindakan kelas ini tidak lepas dari peran penting seorang guru dalam mempersiapkan strategi pembelajaran yang semula dirasa sulit untuk dipahami dan dilaksanakan kini dapat dilakukan dengan mudah oleh siswa dan siswa merasa senang, gembira dan terhibur dalam memahami materi tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran lay up shoot dengan menggunakan metode tutorial teman sebaya pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang tahun 2015 dapat meningkatkan hasil belajar lay up shoot.


(1)

1 Bawang, penerapan metode tutorial teman sebaya dalam pembelajaran lay up shoot pada siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan demikian dapat di katakan bahwa metode tutorial teman sebaya pada materi lay up shoot bola basket dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ 1 SMK Negeri 1 Bawang.


(2)

Lampiran 31

Analisis Pembelajaran Siklus II SMK Negeri 1 Bawang

Kelas/Semester : XI TKJ 1 / 1

Materi : Lay Up Shoot Kanan Bola Basket

ANALISIS C. Analisis Ketuntasan Belajar

1. Perorangan

Jumlah siswa yang ikut tes : 37 siswa

a. Tuntas : 34 siswa / 91,89% b. Belum Tuntas : 3 siswa / 8,11%

2. Klasifikasi : TUNTAS

D. Keterangan

1. Ketuntasan belajar perorangan apabila siswa memperoleh skor minimal dari 75%

2. Ketuntasan klasikal ialah jika dalam suatu kelas terdapat 75% siswa telah memperoleh skor minimal dari KKM.


(3)

Lampiran 32

Dokumentasi Siklus II

1. Foto saat melakukan Pemanasan


(4)

3. Foto saat proses pembelajaran lay up shoot kanan menggunakan metodetutorial teman sebaya.


(5)

4. Foto saat mengisi kuisioner


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAKAN LAY UP SHOOT BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL TEMAN SEBAYA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X MIA 3 Sekolah Menengah Atas Negeri

4 17 120

EFEKTIVITAS LAY UP SHOOT MENGGUNAKAN UNDERHEAD DAN OVERHEAD PADA SUDUT 45 DERAJAT TERHADAP KEMAMPUAN HASIL LAY UP SHOOT PADA PEMAIN BOLA BASKET PUTRA SMP N 3 BATANG TAHUN 2012

5 62 81

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET MELALUI METODE RESIPROKAL PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 PATUMBAK TAHUN AJARAN 2016/2017.

1 7 28

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LAY-UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 22

PERBANDINGAN METODE LATIHAN LAY UP SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN MENEMBAK LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 2 15

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI LONCATAN DENGAN HASIL LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

4 13 27

PERBANDINGAN URUTAN PEMBELAJARAN LAY UP SHOOT KE BOUNCE AND SHOOT DENGAN BOUNCE AND SHOOT KE LAY UP SHOOT TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN DALAM PERMAINAN BOLA BASKET.

0 3 29

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRITERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET DI SMPN 40 BANDUNG.

0 2 34

(ABSTRAK) PERBANDINGAN LATIHAN LAY UP SHOOT DARI DEPAN ANTARA UNDERHAND LAY UP SHOOT DAN OVERHEAD LAY UP SHOOT DARI DEPAN TERHADAP HASIL TEMBAKAN LAY UP PADA PEMAIN PEMULA PUTRA KU 16 TAHUN KLUB BOLA BASKET SURYA KENCANA WELERI TAHUN 2010.

0 0 2

2. Bahan Ajar Dasar Gerak Bola Basket dan Lay Up Shoot

0 1 19