KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA.

(1)

Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang

Bimbingan dan Konseling

Oleh

FARIKHA WAHYU LESTARI

1201100

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

INTERPERSONAL REMAJA

Oleh

Farikha Wahyu Lestari

S.Pd Universitas Negeri Semarang 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Farikha Wahyu Lestari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd NIP. 196206231986101001

Pembimbing II

Dr. Euis Farida, M.Pd NIP. 195901101984032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 196005011986031004


(4)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lestari, Farikha Wahyu. (2015). “Keefektifan Teknik Role-Play Untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Remaja (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Rembang Tahun Ajaran

2014/2015)”. Tesis, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan rumusan intervensi

bimbingan dan konseling dengan teknik role-play dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemampuan komunikasi interpersonal remaja serta menguji keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya fenomena permasalahan remaja yang apabila ditelusuri salah satu faktor penyebabnya adalah adanya konflik di dalam keluarga khususnya dengan orang tuanya. Konflik yang muncul antara remaja dan orang tuanya dilatarbelakangi oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara remaja dengan orang tuanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent pre-test and post test control group design. Lokasi penelitian di SMA N 1 Rembang, subyek penelitian adalah siswa kelas XI MIA dengan jumlah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing adalah 26 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal siswa berada pada kategori sedang. Hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa teknik role-play efektif untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi interpersonal remaja, khususnya pada aspek kemampuan

mendengarkan dan kemampuan mengungkapkan pendapat serta gagasan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Rekomendasi yang diberikan bagi guru BK adalah diharapkan guru BK dapat mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam teknik role-play seperti pengembangan rasa empati, penghargaan terhadap diri sendiri, serta penciptaan lingkungan sebagai miniatur masyarakat. Peneliti berikutnya dapat meneliti tentang pengaruh pemberian intervensi teknik role-play pada aspek keterbukaan diri dan kemampuan mengendalikan emosi serta pengembangan kreatifitas siswa dalam mengatasi konflik.


(5)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lestari, Farikha Wahyu. (2015). "The effectiveness of Role-Play for Developing Adolescent Interpersonal Communication Skills (Quasi-Experimental Study In Grade XI of SMAN 1 Rembang Academic Year 2014/2015)". Thesis, Department of Guidance and Counseling, Post Graduate School, Indonesia Education University.

This study aims to get a general formulation of guidance and counseling intervention with role-play techniques for developing adolescent interpersonal communication skills, while the specific goal is to obtain a profile of the adolescent interpersonal communication skills as well as to test the effectiveness of the role-play techniques to develop interpersonal communication skills teens . This research is motivated by the increasing phenomenon of adolescent problems, it is caused by the existence of a conflict in the family, especially with his parents. Conflicts that arise between adolescents and parents motivated by the lack of good communication between adolescents with parents. The method used in this study is a quasi experimental design with nonequivalent pretest and posttest control group design. The Location of this study in SMA N 1 Rembang, subjects were students of class XI MIA with a number of experimental group and control group respectively were 26 students. The results showed that the interpersonal communication skills of students in middle category. The results of hypothesis testing is known that role-play is effective to improve adolescent interpersonal communication skills, especially for listening skills aspect and the ability to express opinions and ideas. So the hypothesis proposed in this study can be accepted. Recommendations are given for counselors, they are expected to develop the values contained in role-play techniques such as the development of empathy, self-esteem, create the environment as a miniature society. Subsequent researchers can examine the effect of the intervention on the role-play for self-disclosure aspects and the ability to control emotions and the development of students' creativity in solving the conflict.


(6)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL A. Konsep Komunikasi Interpersonal ... 12

1. Konsep Komunikasi ... 12

2. Konsep Komunikasi Interpersonal ... ... 14

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal... 16

4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 19

5. Sikap Positif dalam Berkomunikasi ... 23

6. Komponen Keterampilan Komunikasi ... 24

B. Konsep Dasar Teknik Role-Play ... 31

1. Definisi Role-Play ... 31

2. Manfaat Teknik Role-Play ... 34

3. Kekurangan dan Kelebihan Teknik Role-Play ... 35

4. Tahap Pelaksanaan Teknik Role-Play ... 36

5. Peran dan Tugas Guru Pembimbing ... 39

C. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 44

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 47

E. Prosedur Analisis Data ... 52

F. Hipotesis Penelitian ... 55


(7)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015 .. 71

1. Rasional ... 71

2. Asumsi ... 73

3. Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal siswa ... 74

4. Tujuan ... 76

5. Strategi dan tahap pelaksanaan ... 77

6. Sasaran ... 78

7. Pelaksana ... 78

8. Rencana operasional ... 78

9. Pengembangan satuan layanan ... 82

10. Evaluasi ... 82

C. Gambaran Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Setelah Diberi Layanan Bimbingan dengan Teknik Role-Play dan Pembahasan ... 82

D. Hasil Pengamatan pada saat pelaksanaan penelitian ... 84

E. Keefektifan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Remaja ... 97

1. Pengujian Asumsi Statistik ... 97

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 98

F. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 108

1. Simpulan ... 108

2. Implikasi ... 108

3. Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN


(8)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama mendeskripsikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Komunikasi adalah hal penting dalam kehidupan manusia. Baik disadari atau tidak setiap orang pasti berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi merupakan hal mutlak yang tidak dapat dielakkan. Berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain merupakan cara yang dapat digunakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan manusia. Komunikasi merupakan hal inti dari eksistensi manusia. Sebagian besar manusia menghabiskan waktu sekitar 80-90% waktu bangunnya untuk berkomunikasi dengan orang lain baik ketika berada di rumah, tempat kerja, sekolah atau ketika melakukan kegiatan sehari-hari yang lain. Melalui berkomunikasi dengan orang lain maka secara tidak langsung dapat mengembangkan hubungan interpersonal seseorang.

Komunikasi memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tidak akan terjadi transaksi apabila tidak terdapat komunikasi. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa komunikasi memegang peranan penting pada keberhasilan seseorang. Berhasil tidaknya seseorang membina karir, bisnis, berpolitik dan aspek kehidupan yang lain tidak terlepas dari kemampuan orang tersebut dalam berkomunikasi. Contoh konkret dari sosok yang berhasil karena mempunyai kemampuan komunikasi yang baik adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau mensyi‟arkan Islam dengan metode komunikasi yang baik. Dari Indonesia kita mempunyai Soekarno sebagai tokoh proklamator yang handal dalam berkomunikasi.


(9)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkomunikasi dengan orang lain tentunya memberikan dampak terhadap kehidupan seseorang. Beberapa manfaat dari komunikasi interpersonal adalah meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga, teman, rekan kerja serta dapat meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan emosi seseorang. Oleh karena itu komunikasi menjadi kebutuhan hidup manusia. Packard (1974) menyebutkan apabila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, „dingin‟, sakit fisik dan mental, dan mengalami

flight syndrome (ingin melarikan diri dari lingkungannya).

Kebutuhan untuk berkomunikasi berlangsung di sepanjang rentang kehidupan manusia termasuk ketika seseorang dalam usia remaja. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan pada diri remaja baik dari segi fisik, emosi, minat, peran, serta perubahan nilai-nilai yang dianut. Dalam menyikapi perubahan ini remaja cenderung bersikap ambivalen yakni menginginkan adanya kebebasan tetapi sering takut untuk bertanggung jawab pada keputusan yang diambil. Selain itu mereka cenderung mudah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat, kurang menyukai hal-hal yang konvensional. Hal ini berkebalikan dengan kondisi orang tua yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan remaja. Perbedaan cara pandang dari dua generasi ini sering menimbulkan konflik di antara mereka.

Santrock (dalam Kafle, 2013, hlm. 25) menyebutkan

“....The adolescent compares her parents to an ideal standard and then criticizes their flaws in the same way; parents see their adolescent changing from an obeying compliant child to noncompliant, oppositional, and resistant. Most of the conflicts involve everyday events of family life like making bedroom tidy, getting home at certain time, not talking for long on the phone...”


(10)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa terjadi perbedaan sudut pandang dan keinginan antara remaja dengan orang tua yang akhirnya menimbulkan konflik antara remaja dengan orang tuanya. Remaja menginginkan orang tuanya memiliki cara pandang yang ideal, mereka juga menganggap bahwa orang tua sering mengkritik kekurangan mereka. Sedangkan dari sudut pandang orang tua menganggap anak-anaknya berubah dari patuh menjadi pemberontak. Penelitian lain yang dilakukan oleh De Goede (2009, hlm. 36) menunjukkan bahwa konflik antara orang tua dan remaja meningkat pada masa peralihan dari awal remaja menuju ke masa tengah remaja. Hurlock (1980, hlm. 208) menyebut usia remaja sebagai masa bermasalah yang sulit diatasi baik bagi remaja laki-laki maupun perempuan, hal ini disebabkan karena permasalahan yang mereka alami di masa sebelumnya sering diselesaikan oleh orang dewasa di dekatnya sehingga mereka tidak memiliki pengalaman untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Alasan lain adalah remaja telah menganggap dirinya mandiri sehingga mereka merasa tidak memerlukan bantuan dari orang lain seperti orang tua maupun guru. Hal ini yang biasanya menjadi pemicu konflik antara remaja dengan orang tua.

Sekitar 85 % remaja mengalami masalah dengan orang tua baik berkaitan dengan penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku, gejolak emosional maupun konflik antara remaja dengan orang tuanya (Collins & Laursen, 2004; Steinberg, 1990). Menurut Youniss & Smollar ( dalam Smetana dkk, 2006, hlm. 259) hubungan remaja dengan keluarganya mengalami perubahan di awal usia remaja dan menjadi kembali stabil ketika memasuki masa akhir remaja.

Pada awal masa, hubungan antara remaja dengan orang tua diwarnai dengan perselisihan, pertengkaran dan perbedaan pendapat yang terjadi hampir setiap hari ( Collins & Laursen 2004, Holmbeck 1996, Smetana 1996). Pada


(11)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasarnya konflik yang terjadi ketika usia remaja merupakan hal yang wajar sebagai akibat dari adanya pergeseran peran dan nilai yang dialami oleh remaja. Akan tetapi konflik ini perlu dikendalikan agar tidak terjadi konflik berkepanjangan yang nantinya akan berdampak pada timbulnya permasalahan-permasalahan remaja lainnya seperti pergaulan bebas, kenakalan remaja, membolos, gangguan kecemasan dan perilaku maladjusted yang lain. Asyanti dan Lestari (2009) melakukan penelitian tentang konflik antara remaja dengan orang tua, dari 469 remaja diperoleh data tentang konflik yang terjadi dalam hubungan antara orang tua dengan remaja berkaitan dengan masalah prestasi akademik, pengelolaan waktu luang, penggunaan telepon seluler, pemilihan pakaian, pemilihan teman, dan hubungan dengan lawan jenis. Reaksi yang paling banyak diekspresikan orang tua dalam menghadapi konflik tersebut adalah marah.

Beberapa kasus yang terjadi pada usia remaja biasanya dilatarbelakangi karena faktor keluarga seperti kurangnya perhatian maupun konflik internal dalam keluarga. Sebuah contoh kasus yang terjadi pada siswa di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta tentang perilaku asusila yang dilakukan menjadi sorotan masyarakat. Menurut pengakuan kepada orang tuanya, siswi tersebut merupakan korban bullying teman-temannya yang memaksa untuk melakukan tindakan asusila tersebut. Akan tetapi fakta yang diperoleh menunjukkan hal lain dimana pelaku berbuat asusila di sekolah tanpa adanya paksaan. Dari hal tersebut nampak tidak adanya kesesuaian antara informasi yang diberikan oleh orang tua dan anak. Kondisi ini memunculkan sebuah pertanyaan tentang interaksi dan pola berkomunikasi antara pelaku dengan keluarga. Suriadi (2013) menyebutkan permasalahan utama anak masa kini tidak hanya dari faktor ekonomi dan pendidikan tetapi juga masalah komunikasi yang kurang antara anak dengan orang tua.


(12)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh di lapangan dari hasil analisis Inventori Kebutuhan dan Masalah Siswa (IKMS) di SMA N 1 Rembang menunjukkan hasil dari 49 siswa terdapat 21 siswa yang memilih item pernyataan “bingung menentukan sikap ketika berbeda pendapat dengan orang tua”. Jika dipersentasekan maka siswa yang mengalami masalah ini sebanyak 53,8%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa ternyata remaja memiliki hambatan dalam menyampaikan pendapat dengan orang tuanya masing-masing.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru BK di SMAN 1 Rembang diperoleh keterangan bahwa banyak orang tua siswa yang tidak mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak-anaknya, sebagian dari orang tua mengetahui permasalahan anak-anaknya dari guru BK. Hal ini terjadi karena para siswa ketika berada di rumah menunjukkan perilaku yang wajar seperti tidak memiliki masalah dan tidak banyak bercerita tentang permasalahan pribadinya. Keterangan tersebut mengindikasikan tidak adanya keterbukaan komunikasi antara siswa dengan orang tuanya.

Beberapa kasus di lapangan tersebut memberikan gambaran bahwa salah satu dari kompleksitas masalah yang dialami oleh remaja adalah interaksi dengan orang tua, khususnya dalam hal komunikasi. Meskipun masalah ini terjadi di rumah tetapi seringkali membawa dampak pada efektivitas belajar dan berkegiatan di sekolah. Hasil penelitian menjelaskan bahwa komunikasi yang terbentuk di dalam lingkungan keluarga berdampak pada motivasi belajar dan pencapaian prestasi akademik siswa di sekolah (Junaidi, 2013; Hodijah, 2007). Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik antara siswa dengan orang tuanya agar motivasi dan prestasi belajar mereka baik.

Mengingat pentingnya komunikasi interpersonal dalam kehidupan seseorang maka kemampuan dan keterampilan untuk berkomunikasi perlu dibina. Upaya pembinaan ini dapat dilakukan baik di sekolah maupun di


(13)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rumah. Anggarasari dan Kumolohadi (2007) melakukan eksperimen kepada sekelompok orang yang mempunyai rasa malu dengan menggunakan pelatihan komunikasi interpersonal. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan rasa malu yang dimiliki oleh anggota kelompok. Dengan demikian dipahami bahwa dengan memberikan intervensi pada kemampuan komunikasi seseorang akan memberikan pengaruh pada perubahan kemampuan komunikasi yang dimiliki.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegrasi dalam pendidikan di sekolah mempunyai peranan penting untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan sosial yang menghambat perkembangannya. Menurut Yusuf (2009, hlm. 55) bimbingan sosial menyangkut pengembangan pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat; sikap-sikap sosial; dan kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua, guru, teman dan staf sekolah. Bimbingan sosial diberikan kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan kemampuan bersosialisasinya dengan orang lain dan salah satunya adalah dengan orang tua. Namun pada kenyataanya layanan bimbingan dan konseling belum berfungsi secara maksimal dalam upaya pengembangan kemampuan komunikasi interpersonal antara siswa dengan orang tua. Fakta di lapangan menggambarkan bahwa program bimbingan dan konseling disusun secara komprehensif tetapi pada pelaksanaannya sering terjebak pada salah satu bidang saja misalnya tentang belajar dan karir. Oleh karena itu perlu adanya suatu kegiatan BK yang aplikatif, dimana mampu menyentuh aspek sosial siswa khususnya tentang kemampuan komunikasi interpersonalnya.

Karakteristik remaja yang lebih dekat dan mendengarkan teman sebayanya membuat pendekatan kelompok lebih efektif digunakan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh remaja. Hasil penelitian Nickerson dan Nagle (dalam Aminudin, 2012, hlm. 8) menemukan bahwa pada masa remaja


(14)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi dengan kepercayaan pada orang tua berkurang dan beralih pada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa remaja akan lebih mendengarkan teman sebayanya daripada orang tuanya, jadi kelompok memberikan sumber belajar dan eksplorasi informasi yang lebih dalam untuk remaja (Jacob, 2012, hlm. 420). Penelitian lain yang dilakukan oleh Sujarwo (2010) menyimpulkan bahwa bimbingan teman sebaya terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMAN 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu terutama pada aspek percaya, sikap suportif dan sikap terbuka. Mengacu pada beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan, pemberian layanan dalam kelompok dengan melibatkan teman sebaya dirasa akan lebih efektif untuk mengatasi permasalahan sosial yang dialami oleh siswa.

Menyikapi karakteristik remaja yang senang dengan hal baru, tidak menyukai hal-hal yang monoton tentunya akan menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi guru pembimbing untuk bisa menciptakan dinamika dalam kelompok menjadi lebih menyenangkan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat kegiatan dalam kelompok menjadi lebih menyenangkan bagi remaja adalah dengan menggunakan teknik role-play. Jacob (2012, hlm. 423) menyebutkan bahwa ketika melibatkan remaja dalam kelompok, seorang pemimpin kelompok harus merencanakan kegiatan yang relevan dan menarik. Menggunakan role-plays, moral dilemma exercises, sentence completions, dan

common readings akan mendorong anggota untuk bisa lebih terlibat dalam

kegiatan.

B. Rumusan Masalah

Kualitas komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan remaja juga mempengaruhi perkembangan remaja. Hal ini didukung oleh


(15)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dan Wahyuningsih (2009) tentang korelasi antara komunikasi orang tua-remaja dengan identity

achievement remaja akhir, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat

korelasi positif antara komunikasi orang tua-remaja dengan identity

achievement remaja. Artinya, semakin tinggi intensitas dan kualitas

komunikasi antara orang tua dengan remaja maka identity achievement yang terbentuk juga akan semakin berkualitas dan sebaliknya.

Hasil penelitian Saputra (2013) memperkuat asumsi bahwa komunikasi interpersonal orang tua-remaja penting dalam proses perkembangan remaja. Penelitian ini terfokus pada hubungan antara komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap tingkat kenakalan remaja di Kelurahan Karang Asam Hilir Samarinda. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal antara orang tua-anak dengan kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Angarasari dan Kumolohadi (2007) menunjukkan bahwa rasa malu seseorang dalam berkomunikasi dapat ditingkatkan dengan dengan memberikan pelatihan komunikasi interpesonal. Sedangkan Sujawo (2010) melakukan penelitian untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan bimbingan teman sebaya kemammpuan komunikasi interpersnal siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian tentang pentingnya komunikasi interpersonal dalam kehidupan seseorang; hasil penelitian sebelumnya; serta fakta yang diperoleh di lapangan tentang peranan BK dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa, maka layanan bimbingan ditekankan pada layanan dasar untuk mengkaji lebih dalam tentang kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan orang tua yang bermanfaat untuk perkembangan diri siswa ke depan. Adapun strategi bimbingan yang dipilih dalam penelitian ini melalui layanan dasar berupa bimbingan dengan teknik role-play.


(16)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan teknik role-play ini dimaksudkan untuk menginternalisasikan proses pembelajaran tentang bagaimana berkomunikasi dengan orang tua pada diri siswa. Sehingga kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan orang tuanya lebih berkembang, menjadi terbuka, mampu berempati dan memiliki sikap positif terhadap orang tua.

Beberapa alasan penggunaan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan orang tua di dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Teknik role-play merupakan strategi yang sesuai dengan kondisi sosial dan keluarga yang ada.

2. Teknik role-play menekankan pada kondisi pembelajaran sosial dan melihat perilaku kerjasama yang disimulasikan siswa antara kondisi sosial dan intelektualitas yang dimiliki.

3. Teknik role-play menawarkan pembelajaran dengan konsep experiential

learning sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk ikut terlibat.

4. Di dalam teknik role-play siswa akan belajar tentang empati dan pemahaman tentang cara pandang orang lain yang berbeda-beda. Peran yang dimainkan dalam role-play ini didasarkan pada kejadian yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi.

Sasaran utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Rembang yang mengalami masalah dalam berkomunikasi dengan orang tuanya kemudian akan diberi intervensi melalui bimbingan dengan teknik role-play. Melalui intervensi tersebut diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilannya dalam berkomunikasi dengan orang tua sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis.

Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk mengungkap permasalahan kemampuan berkomunikasi siswa, serta melakukan pengkajian lebih mendalam


(17)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang keefektifan teknik role-play yang akan dilaksanakan sebagai upaya mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah serta fokus penelitian, maka pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMA Negeri 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah keefektifan role-play dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan orang tua?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rumusan intervensi bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dalam pendekatan kelompok. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa SMAN 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015 dalam berkomunikasi interpersonal dengan orang tua.

2. Menguji keefektifan teknik role-play dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan orang tua.

D. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah sumbangan pemikiran ilmiah dan menambah pengetahuan.


(18)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut tentang permasalahan yang terkait.

c) Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta pengembangan ilmu bimbingan dan konseling pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu : a) Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonalnya yang akan berguna bagi kehidupan ke depan.

b) Bagi konselor

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan konselor dalam usaha membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa dengan orang tua.

c) Bagi sekolah

Memberikan bahan acuan bagi pihak sekolah untuk membentuk pribadi siswa yang sociable.

E. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari 5 bab yaitu bab 1,2,3,4, dan 5. Pada bab 1 berisi tentang pendahuluan, di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang menjelaskan alasan peneliti memilih tema dan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab 2 yakni kajian pustaka di dalamnya tercakup tentang konseptualisasi komunikasi interpersonal dan teknik role-play. Kemudian bab 3 tentang metode penelitian, di dalamnya menjelaskan tentang pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan


(19)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjek penelitian, metode pemilihan subjek, desain penelitian, metode analisis data, serta hipotesis penelitian. Bab 4 berisi tentang hasil temuan dan pembahasan temuan penelitian. Pembahasan penelitian dalam tesis ini bersifat tematik. Jadi setiap hasil penelitian yan diperoleh langsung dibahas, tidak dipisahkan dalam sub bab tersendiri. Selanjutnya pada bab 5 berisi tentang simpulan hasil penelitian, implikasi dalam bimbingan dan konseling, serta rekomendasi yang didasarkan pada hasil penelitian.


(20)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu METODE PENELITIAN

Bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian yang mencakup tentang pendekatan, metode, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, prosedur analisis data, hipotesis penelitian.

A.Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data berupa angka yang pengolahan datanya dilakukan dengan metode statistik. Penelitian kuantitatif dilakukan untuk memperoleh signifikansi perbedaan hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini pendekatan kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum dilakukan intervensi dan setelah diberi intervensi.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, guna menguji keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja dengan orang tuanya, maka peneliti menggunakan metode quasi experiment, yaitu rancangan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment, yaitu peneliti tidak mungkin menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorium yang murni sama sekali dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan.

Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent pretest-posttest

control group design, karena partisipan dalam penelitian ini tidak ditempatkan

secara acak dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut kemudian diberikan pretest kemudian diberikan perlakuan (treatmen) berupa teknik role-play pada kelompok eksperimen dan perlakuan


(21)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perlakuan maka diberikan posttest pada kedua kelompok tersebut.

Pada penelitian ini yang akan diubah peneliti adalah kemampuan komunikasi interpersonal remaja adapun desain penelitiannya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain penelitian kuasi eksperimen Sumber: Heppner (2008, hlm. 183) Keterangan:

O1 = pretest O2 = posttest

KE = kelompok eksperimen KK = kelompok kontrol X = teknik role-play

- = perlakuan konvensional

Rancangan kuasi eksperimen uji keefektifan teknik role-play dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

KE  Non R O1 X O2

KK  Non R O1 - O2

Pre Test Treatment Post Test

Kelompok Eksperimen

Role-Play Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Perlakuan Konvensiona

Kelompok Kontrol


(22)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2

Rancangan Kuasi Eksperimen

B.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 220 siswa. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi adalah:

1. Siswa kelas XI dengan rentang usia 15-18 tahun termasuk ke dalam rentang usia remaja yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

2. Siswa kelas XI mengalami perubahan-perubahan kondisi sosio-emosional yang berimbas pada kemampuan remaja dalam berkomunikasi.

3. Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rembang mendapatkan layanan bimbingan dan konseling oleh guru pembimbing di sekolah.

Strategi pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan probability

sampling menggunakan teknik simple random sampling dimana sampel penelitian

dipilih secara acak..

Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, yaitu:

1) Melakukan studi pendahuluan dengan menyebarkan skala kemampuan komunikasi interpersonal kepada siswa kelas XI MIA.

2) Memilih kelas secara random, kemudian diperoleh 2 kelas (XI MIA 6 dan XI MIA 7). Kelas XI MIA 6 terpilih sebagai kelompok kontrol dan kelas XI MIA 7 sebagai kelompok eksprimen.

C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi


(23)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknik role-play, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah kemampuan komunikasi interpersonal remaja.

1. Teknik role-play

Teknik role-play merupakan bagian dari terapi bermain non-direktif

(non-directive play therapy) yang dipelopori Axline (1946). Terapi ini didasarkan pada

prinsip psikoterapi non direktif yang dikembangkan oleh Carl-Rogers. Menurut Romlah (2001, hlm. 57), teknik role-play adalah suatu alat belajar untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan apa yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.

Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan

dan akibat dari sumber keregangan dalam kelompok; dan role-play apabila disusun secara terampil dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih percaya diri mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung-jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif (Shaftel & Shaftel, 1967, hlm. 91).

Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,

pertama untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri; dan ketiga untuk mengubah persepsi dan wawasan mereka ke dalam kemampuan merespon yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan perkembangan dari para anggota kelompok (Tolan, 2001). Dengan beberapa kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, peserta didik dapat mengeksplorasi persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya lebih baik lagi.


(24)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peran sistematis yang diperankan oleh siswa kelas XI MIA SMA N 1 Rembang dengan didampingi oleh peneliti yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan orang tuanya. Tahap-tahap dalam melaksanakan teknik role-play adalah sebagai berikut: (a) menghangatkan suasana dan memotivasi siswa, (b) memilih partisipan atau peran, (c) menyusun tahap-tahap peran, (d) menyiapkan pengamat, (e) pemeranan, (f) diskusi dan evaluasi tahap dua, (i) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini didefinisikan sebagai interaksi antara siswa kelas XI SMA dengan orang tua yang di dalamnya terjadi proses pertukaran informasi secara langsung yang kemudian kedua belah pihak saling memberikan reaksi secara verbal dan non-verbal. Komunikasi interpersonal remaja kelas XI SMA dalam penelitian meliputi aspek kemampuan untuk mendengarkan; mengekspresikan pikiran; kesediaan untuk terbuka; dan kemampuan untuk mengendalikan emosi yang dijelaskan sebagai berikut.

a) Kemampuan untuk mendengarkan, aspek ini menggambarkan tentang kesediaan dan kemampuan remaja untuk menyimak pembicaraan dengan orang tua. Aspek ini dilihat dari beberapa segi yaitu: remaja memberi kesempatan kepada orang tua untuk berbagi pengalaman, kesediaan untuk mendengarkan secara aktif, tidak memotong pembicaraan serta memberikan respon ketika berbicara dengan orang tua.

b) Mengekspresikan pikiran (dengan bahasa verbal maupun non verbal), dalam aspek ini remaja mengekspresikan pikirannya melalui pengungkapan gagasan dan pendapat pribadinya kepada orang tua secara jelas yang dituangkan dalam memberikan pertanyaan, penjelasan, bernegosiasi, serta penggunaan bahasa non verbal untuk menunjang komunikasi.


(25)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang kondisi dirinya kepada orang tua. Keterbuakaan remaja dalam penelitian ini ditandai dengan kemampuan remaja untuk mengawali pembicaraan dengan orang tua, berterusterang kepada orang tua tentang kondisi diri, memberikan kepercayaan kepada orang tua, serta bersedia menerima masukan dan saran yang membangun dari orang tua.

d) Kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan remaja untuk mengendalikan perasaannya baik berkaitan dengan hal-hal yang disuka maupun tidak. Kemampuan pengendalian emosi remaja dalam penelitian ini dilihat dari hal asertifitas (ketegasan diri), tidak egois dan kemampuan dalam menghargai perbedaan dengan orang tua.

D.Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data berupa skala kemampuan komunikasi interpersonal, yang digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah diberikan treatmen berupa bimbingan kelompok dengan teknik role-play.

1. Pengembangan kisi-kisi instrumen

Instrumen komunikasi interpersonal dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi tentang pernyataan-pernyataan komunikasi inerpersonal merujuk kepada aspek kemampuan mendengarkan, kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan, keterbukaan, serta kemampuan untuk mengendalikan emosi.

Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala kemampuan komunikasi interpersonal yang diaplikasikan dalam format skala penilaian dengan alternatif respon skala 4 yaitu: tidak pernah (T), jarang (J), sering (SR), dan selalu (SL). Alasan peneliti memilih 4 alternatif respon tersebut adalah:


(26)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini dilihat dari frekuensi remaja menunjukkan indikasi perilaku yang telah dijabarkan ke dalam butir item pernyataan.

2) Kemampuan komunikasi merupakan variabel yang memerlukan kelenturan jawaban untuk mengukurnya, bukan sebuah variabel yang bersifat ketegasan.


(27)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Penelitian

Aspek Indikator No

Item Jumlah Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal Remaja Kemampuan mendengarkan

memberi kesempatan orang tua untuk berbagi pengalaman

1, 2, 3 3 mendengarkan secara aktif 4,5,6 3 tidak memotong pembicaraan 7,8,9 3 memberikan respon terhadap

pesan yang disampaikan orang tua

10,11 2

Kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan

Mengajukan pertanyaan kepada orang tua tentang hal-hal yang tidak dimengerti, baik yang bersifat umum maupun pribadi

12, 13, 14

3

Memberikan penjelasan kepada orang tua tentang masalah-masalah yang dihadapi

15, 16, 17, 18

4

Melakukan negosiasi (berunding) apabila terjadi perbedaan cara pandang dengan orang tua

19, 20, 21

3

Mampu menggunakan bahasa non verbal yang tepat untuk

menunjang penyampaian pesan kepada orang tua

22, 23, 24, 25, 26 5 Kesediaan untuk terbuka (self-disclosure)

kemampuan untuk mengawali pembicaraan dengan orang tua

27, 28, 29

3 kesediaan untuk berterusterang

kepada orang tua

30, 31, 32

3 memberikan kepercayaan kepada

orang tua untuk menjadi tempat bercerita

33, 34, 35

3

Kesediaan untuk menerima masukan/saran 36, 37, 38 3 Kemampuan mengendalikan emosi

Mampu menunjukkan ketegasan diri (asertifitas) jika ada hal-hal yang tidak sesuai

39, 40, 41

3

Tidak mementingkan kepentingan pribadi (tidak egois)

42, 43, 44

3 mampu menghargai perbedaan

yang terjadi dengan orang tua

45, 46, 47

3


(28)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu remaja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Skor Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Pernyataan Skor

T JR SR SL

Positif 1 2 3 4

Negatif 4 3 2 1

2. Uji Instrumen

Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti sebelum digunakan untuk penelitian perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian instrumen ini melalui beberapa tahap yaitu:

a) Penimbangan Instrumen (expert judgement)

Penimbangan instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen dari segi konstruk, isi dan redaksi kalimat. Penimbang instrumen ini terdiri dari 2 pakar bimbingan dan konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd, serta 1 praktisi bimbingan dan konseling yaitu Aliyah, S.Pd, Kons (guru BK SMAN 1 Rembang). Instrumen yang telah memperoleh penilaian kemudian direvisi sesuai dengan saran dari ketiga penimbang tersebut.

b) Uji keterbacaan

Instrumen yang telah direvisi berdasarkan hasil penimbangan ahli kemudian diuji keterbacaan kepada sampel setara. Uji keterbacaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah redaksi bahasa yang digunakan dalam instrumen ini dapat dipahami oleh sampel penelitian. Sebanyak 5 sampel setara diberikan instrumen ini, hasil yang diperoleh adalah bahasa yang digunakan dalam instrumen ini dapat dipahami oleh sampel setara sehingga tidak diperlukan adanya perbaikan instrumen.


(29)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Untuk megetahui tingkat kevalidan instrumen ini peneliti mengujinya pada 110 responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian. Pengujian validitas instrumen dengan mengkorelasikan skor tiap butir soal dengan skor total, dengan menggunakan rumus product moment diperoleh r hitung dan kemudian dibandingkan dengan r tabel. Apabila r hitung > r tabel, maka data tersebut dikatakan valid. Adapun rumus product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ [ ] [ ]

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y. N = jumlah responden.

∑ = jumlah skor item. ∑ = jumlah skor total.

∑ = jumlah kuadrat dari skor item. ∑ = jumlah kuadrat dari skor total.

∑ = jumlah perkalian skor total dengan skor item.

Hasil pengujian skala kemampuan komunikasi interpersonal remaja dengan taraf signifikasi 5% dan N=110, dari 47 item butir pernyataan terdapat 7 butir pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan nomor: 5, 9, 20, 26, 27, 40,44 (keterangan terlampir). Ketujuh pernyataan yang tidak valid tersebut dibuang karena setiap indikator telah terwakili.


(30)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Penelitian

Aspek Indikator No

Item Jumlah Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal Remaja Kemampuan mendengarkan

memberi kesempatan orang tua untuk berbagi pengalaman

1, 2, 3 3 mendengarkan secara aktif 4,5 2 tidak memotong pembicaraan 6, 7 2 memberikan respon terhadap

pesan yang disampaikan orang tua

8, 9 2

Kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan

Mengajukan pertanyaan kepada orang tua tentang hal-hal yang tidak dimengerti, baik yang bersifat umum maupun pribadi

10, 11, 12

3

Memberikan penjelasan kepada orang tua tentang masalah-masalah yang dihadapi

13, 14, 15, 16

4

Melakukan negosiasi (berunding) apabila terjadi perbedaan cara pandang dengan orang tua

17, 18 2

Mampu menggunakan bahasa non verbal yang tepat untuk

menunjang penyampaian pesan kepada orang tua

19, 20, 21, 22 4 Kesediaan untuk terbuka (self-disclosure)

kemampuan untuk mengawali pembicaraan dengan orang tua

23, 24 2 kesediaan untuk berterusterang

kepada orang tua

25, 26, 27

3 memberikan kepercayaan kepada

orang tua untuk menjadi tempat bercerita

28, 29, 30

3

Kesediaan untuk menerima masukan/saran 31, 32, 33 3 Kemampuan mengendalikan emosi

Mampu menunjukkan ketegasan diri (asertifitas) jika ada hal-hal yang tidak sesuai

34, 35 2

Tidak mementingkan kepentingan pribadi (tidak egois)

36, 37 2 mampu menghargai perbedaan

yang terjadi dengan orang tua

38, 39, 40

3


(31)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja


(32)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepercayaan instrumen sebagai alat pengumpul data. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Reliabilitas instrumen ini diuji dengan melakukan pengujian konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Secara statistik sebuah instrumen dikatakan reliabel apabila r11 > r tabel.

Sugiyono (1999: 149) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai koefisien reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas Koefisien- Korelasi Kualifikasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0, 39 Rendah

0,40 – 0, 59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh nilai r11= 0,754, dengan jumlah

N=110 dan α = 5% diketahui nilai r tabel = 0,176. Maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen skala kemampuan komunikasi ini reliabel (karena r 11 > r tabel) dengan

kualifikasi tinggi.

E.Prosedur Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kondisi kemampuan komunikasi interpersonal remaja sebelum dan sesudah diberi treatmen (play), serta untuk mengetahui apakah teknik


(33)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu persyaratan analisis dan metode analisis data.

1) Pengujian persyaratan analisis

Sebelum melakukan uji analisis data penelitian dilakukan dulu uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui teknik statistik yang akan digunakan untuk uji hipotesis. Uji persyaratan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua hal yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal atau tidak. Jika distribusi (sebaran) data normal, maka rumus uji hipotesis yang digunakan adalah jenis uji yang termasuk ke dalam statistik parametrik. Tetapi jika sebaran data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan statistik non parametrik. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan

probablititas dengan nilai α adalah 0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan:

 Apabila P dari koefisien K-S > 0,05 maka data berdistribusi normal  Apabila P dari koefisien K-S < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians homogen atau tidak. Uji homogenitas varian digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari kelompok yang memiliki varian yang sama. Pada penelitian ini uji homogenitas varian menggunakan teknik

Levene Test. Data homogen jika diperoleh nilai p > 0.05 dan data tidak homogen

jika nilai p < 0.05.

2) Metode analisis data

a. Analisis deskriptif persentase

Dalam menganalisis data hasil penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif persentase untuk mengetahui profil kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Cara yang digunakan


(34)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi interpersonalnya kemudian mengkonversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal. Jawaban responden dijumlahkan kemudian dicari nilai rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori tinggi, sedang dan rendah dengan rumus yang tersaji pada tabel berikut

Tabel 3.6

Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus Ideal

Kategori Rentang Skor

Tinggi X > (μ + 1*σ) Sedang (μ –1*σ) ≤X < (μ + 1*σ) Rendah X < (μ –1*σ)

Jumlah Keterangan:

X = skor subjek

μ = rata-rata baku

σ= deviasi standar baku

Rumus yang digunakan untuk menghitung deskriptif presentasenya adalah :

Keterangan :

N = Nilai dalam persen R = Skor nyata yang dicapai

SM = Skor ideal ( Ngalim Purwanto, 2001, hlm. 102)

Setelah diuraikan tentang kriteria kemampuan komunikasi interpersonal berdasarkan hasil konversi skor mentah, selanjutnya adalah interpretasi dari setiap kriteria tersebut. Adapun interpretasi yang dimaksud tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 3.7 Interpretasi Kategori

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

Kategori Kualifikasi

Tinggi Siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan N = R / SM x 100%


(35)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan mendengarkan, kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan, kesediaan untuk terbuka,

dan kemampuan mengendalikan emosi.

Sedang Siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya ditunjukkan melalui penguasaan pada beberapa bagian aspek dalam komunikasi interpersonal, yaitu meliputi kemampuan mendengarkan, kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan, kesediaan untuk terbuka, dan kemampuan mengendalikan emosi.

Rendah Siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya ditunjukkan melalui penguasaan pada sebagian kecil aspek yang ada dalam kemampuan komunikasi interpersonal, yaitu meliputi kemampuan mendengarkan, kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan, kesediaan untuk terbuka, dan kemampuan mengendalikan emosi

b. Uji Hipotesis

Selain menggunakan teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan juga uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t-test. Uji t-test dipilih karena penelitian ini merupakan statistik parametris dengan jumlah sampel > 30 orang. Selain itu dalam penelitian ini ingin diketahui efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja dengan cara membandingkan data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan:


(36)

Farikha Wahyu Lestari, 2014

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Variansi kelompok eksperimen.

= Variansi kelompok kontrol.

= jumlah subjek kelompok eksperimen. = jumlah subjek kelompok kontrol.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah :

Teknik role-play efektif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Secara statistik dinyatakan sebgai berikut:

 Ho :

µ

1 =

µ

2 (teknik role-play tidak efektif untuk mengembangkan

kemampuan komunikasi interpersonal remaja)

 Ha :

µ

1 >

µ

2 (teknik role-play efektif untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi interpersonal remaja)

Kriteria pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis

dengan α = 5% adalah:

1) Jika maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2) Jika maka Ho diterima dan Ha ditolak.


(37)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab kelima menjabarkan tentang simpulan penelitian, implikasi dalam bimbingan dan konseling, serta rekomendasi.

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tujuan awal penelitian telah tercapai, yaitu diperolehnya program intervensi bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dalam pendekatan kelompok dengan teknik

role-play. Tampak adanya peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

setelah mendapatkan layanan bimbingan dengan tenik role-play. Secara rinci, kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya siswa kelas XI SMAN 1 Rembang Tahun Ajaran 2014 / 2015 memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori sedang dengan persentase sebesar 70%. Hal ini berarti bahwa siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang tua ditunjukkan melalui penguasaan pada beberapa aspek dalam komunikasi interpersonal, yaitu meliputi kemampuan mendengarkan, kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan, kesediaan untuk terbuka, dan kemampuan mengendalikan emosi.

2. Teknik role-play efektif untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua. Peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa nampak pada aspek kemampuan mendengarkan, kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan gagasan, kesediaan untuk terbuka, serta kemampuan untuk mengendalikan emosi.

B. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut maka implikasi penelitian ini dalam bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:


(38)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah komunikasi siswa (khususnya masalah komunikasi siswa dengan orang tua)

2. Teknik role-play membantu siswa untuk bebas berekspresi dan berbagi pengalaman, melepaskan tekanan yang dialami dengan memerankan tokoh dalam cerita, meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah serta alternatif pemecahan masalahnya.

3. Teknik role-play dapat dijadikan alternatif cara bagi guru BK dalam memberikan layanan kepada siswa.

C. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah disebutkan sebelumnya, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal berikut,

1. Kepada guru BK

a. Guru BK diharapkan menggunakan teknik role-play sebagai salah satu variasi teknik untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonalnya.

b. Guru BK diharapkan mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam teknik role-play, diantaranya adalah pengembangan rasa empati, penghargaan terhadap diri sendiri, serta menciptakan lingkungan sebagai bentuk miniatur masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mengatasi konflik.

c. Guru BK diharapkan menindaklanjuti siswa yang masih memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dengan kategori rendah melalui pemberian layanan individual maupun kelompok.

2. Kepada siswa

a. Siswa diharapkan dapat mengembangkan kualitas hubungannya dengan orang tua, memposisikan orang tua sebagai pihak yang dihormati.

b. Siswa diharapkan memiliki kesadaran bahwa sebagai seorang anak kebahagiaannya sangat ditentukan oleh peran serta orang tua.


(39)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan materi role-play dengan permasalahan yang lebih aktual, misalnya mengembangkan kreatifitas dan cara berfikir remaja dalam mengatasi konflik.

b. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat mengembangkan penelitian dengan memilih subyek penelitian yang berbeda dan memperluas cakupan penelitian.

c. Untuk meneliti tentang kemampuan komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peneliti selanjutnya dapat melibatkan orang tua sebagai pengamat perubahan kemampuan komunikasi siswa setelah diberi intervensi.

d. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang pengaruh pemberian intervensi teknik role-play yang difokuskan pada aspek keterbukaan diri dan kemampuan mengendalikan emosi.


(40)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J.F (1973). Defensive and supportive communication in normal deviant families. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 40: 23-31.

Aminudin, D. (2012). Efektivitas bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan

komunikasi interpersonal siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anggarasari, N.H. & Kumolohadi, R. (2007). Efektivitas pelatihan komunikasi

interpersonal untuk mengatasi rasa malu [Online]. Diakses dari:

www.psychlogy.uii.ac.id/periode-6.html.

Anonim. (2014). Teori komunikasi verbal dan non verbal. [Online]. Diakses dari http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/download.php?file=teo ri%20komunikasi%20verbal%20dan%20non%20verbal.pdf.

Asyanti, S. & Lestari, S. (2009). Area konflik remaja dengan orang tua: studi kuantitatif pada keluarga di Surakarta. Jurnal Penelitian Humaniora, 10, 130-137. Diakses dari: www.academia.edu.

Berg, R.C., Landreth, G.L. & Fall, K.A. (2006). Group counseling: concept and

procedures. 4th edition. New York: Routledge.

Bienvennu, M.J. (1971). An Interpersonal communication inventory. The Journal

of Communication. 21 (4). 381-385.

Calhoun, J.F. & Acocella J.R. (1990). Psychology of adjustment and human

relationships (3rd edition). New York: Mc. Graw Hill.

Collins, W.A. & Laursen, B. (2004). Parent-adolescent relationships and

influences. Dalam Lerner & Steinberg (2004), pp. 331–361.

Creswell, W.J. (2012). Educational research: planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research (fourth edition). New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

De Goede, Irene Hester Annelein. (2009). Development of adolescent

relationships. Disertasi (tidak diterbitkan).


(41)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ellis, Rusnawati. (2012). Program bimbingan melalui teknik role-playing untuk

meningkatkan self-efficacy karir peserta didik (penelitian quasi experiment pada peserta didik kelas X SMKN 1 Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis di Pascasarjana Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Furqon. (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ginting, Rafael L. (2013). Efektivitas teknik role-playing untuk mennggulangi

perilaku bullying siswa. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hardjana, Agus M. (2007). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hargie, Owen & Dickson, David. (2004). Skilled interpersonal communication. London: Routledge.

Hartley, P. (1999). Interpersonal communication (2nd edition). London: Routledge.

Heppner, P.P et al. (2008). Research design in counseling. USA: Thomson higher education.

Hodijah. (2007). Hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak

dengan motivasi belajar anak. [Online]. Diakses dari: www.gunadarma.ac.id.

Holmbeck GN. (1996). A model of family relational transformations during the

transition to adolescence: parent-adolescent conflict and adaptation.

Dalam JA Graber, J Brooks-Gunn, AC Petersen (penyunting) , In

transitions through adolescence: interpersonal domains and context, (hlm.

167–99). New Jersey: Erlbaum.

Huda, Nurul dkk. (2009). Kontrol diri dan kecemasan komunikasi interpersonal

pada pramuwisata. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7 Nomer 2,

Mei-Agustus 2009. Diakses dari:

http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/download/18/18. Hurlock, E. (1980) Alih Bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. (1996). Psikologi

perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:


(42)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indriana, Yeniar. (2006). Laporan penelitian hubungan antara keterbukaan diri

dengan kompetensi berbahasa inggris pada siswa SMAN 5 Purwokerto.

Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/34679/1/perbedaan_keterbukaan_diri.pdf.

Jacobs, Ed E. et al. (2012). Group counseling: strategies and skills, seventh

edition. Canada: Cengage Learning.

Joudrad, S.M. (1964). The transparent self. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Joyce, B & Weil, M. (2009). Terjemahan Achmad F. & Atteila M. Models of

teaching: model-model pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Junaidi. (2013). Pengaruh komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi anak di SMA Negeri 4 Samarinda Seberang. Dalam

eJournal Ilmu Komunikasi [Online] Vol 1, (1), 14 halaman. Diakses dari:

www.ejournal.ilkom.or.id.

Kadarsih, R. (2009). Teori penetrasi sosial dan hubungan interpersonal. Jurnal

dakwah vol.X No 1, Januari-Juni 2009. [online]. Diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/8381/1/RISTIANA%20KADARSIH%20TEORI%20PENETRAS I%20SOSIAL%20DAN%20HUBUNGAN%20INTERPERSONAL.pdf. Kafle, A. & Thakali, M. (2013). Social relation in adolescence: role of parent and

peer relationships in adolescents psychosocial development. Kemi Tornio

University.

Komala, L. (2009). Ilmu komunikasi perspektif, proses dan konteks. Badung: Widya Padjadjaran.

Koswara, E. (2009). Model bermain (role-playing) dalam pembelajaran

partisipatif [online]. Diakses dari : http://alhafizh84.wordpres.com/2009/12/21/model-bermain-peran-dalam- pembelajaan-partisipatif/.

Kusumanigrum, J. & Wahyuningsih, H. (2009). Hubungan komunikasi orang

tua-remaja dengan identity achievement pada tua-remaja akhir [Online]. Diakses


(1)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J.F (1973). Defensive and supportive communication in normal deviant families. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 40: 23-31.

Aminudin, D. (2012). Efektivitas bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan

komunikasi interpersonal siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anggarasari, N.H. & Kumolohadi, R. (2007). Efektivitas pelatihan komunikasi

interpersonal untuk mengatasi rasa malu [Online]. Diakses dari:

www.psychlogy.uii.ac.id/periode-6.html.

Anonim. (2014). Teori komunikasi verbal dan non verbal. [Online]. Diakses dari http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/download.php?file=teo ri%20komunikasi%20verbal%20dan%20non%20verbal.pdf.

Asyanti, S. & Lestari, S. (2009). Area konflik remaja dengan orang tua: studi kuantitatif pada keluarga di Surakarta. Jurnal Penelitian Humaniora, 10, 130-137. Diakses dari: www.academia.edu.

Berg, R.C., Landreth, G.L. & Fall, K.A. (2006). Group counseling: concept and

procedures. 4th edition. New York: Routledge.

Bienvennu, M.J. (1971). An Interpersonal communication inventory. The Journal

of Communication. 21 (4). 381-385.

Calhoun, J.F. & Acocella J.R. (1990). Psychology of adjustment and human

relationships (3rd edition). New York: Mc. Graw Hill.

Collins, W.A. & Laursen, B. (2004). Parent-adolescent relationships and

influences. Dalam Lerner & Steinberg (2004), pp. 331–361.

Creswell, W.J. (2012). Educational research: planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research (fourth edition). New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

De Goede, Irene Hester Annelein. (2009). Development of adolescent

relationships. Disertasi (tidak diterbitkan).


(2)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ellis, Rusnawati. (2012). Program bimbingan melalui teknik role-playing untuk

meningkatkan self-efficacy karir peserta didik (penelitian quasi experiment pada peserta didik kelas X SMKN 1 Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis di Pascasarjana Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Furqon. (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ginting, Rafael L. (2013). Efektivitas teknik role-playing untuk mennggulangi

perilaku bullying siswa. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hardjana, Agus M. (2007). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hargie, Owen & Dickson, David. (2004). Skilled interpersonal communication. London: Routledge.

Hartley, P. (1999). Interpersonal communication (2nd edition). London: Routledge.

Heppner, P.P et al. (2008). Research design in counseling. USA: Thomson higher education.

Hodijah. (2007). Hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dan anak

dengan motivasi belajar anak. [Online]. Diakses dari: www.gunadarma.ac.id.

Holmbeck GN. (1996). A model of family relational transformations during the

transition to adolescence: parent-adolescent conflict and adaptation.

Dalam JA Graber, J Brooks-Gunn, AC Petersen (penyunting) , In

transitions through adolescence: interpersonal domains and context, (hlm.

167–99). New Jersey: Erlbaum.

Huda, Nurul dkk. (2009). Kontrol diri dan kecemasan komunikasi interpersonal

pada pramuwisata. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7 Nomer 2,

Mei-Agustus 2009. Diakses dari:

http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/download/18/18. Hurlock, E. (1980) Alih Bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. (1996). Psikologi

perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:


(3)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indriana, Yeniar. (2006). Laporan penelitian hubungan antara keterbukaan diri

dengan kompetensi berbahasa inggris pada siswa SMAN 5 Purwokerto.

Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/34679/1/perbedaan_keterbukaan_diri.pdf.

Jacobs, Ed E. et al. (2012). Group counseling: strategies and skills, seventh

edition. Canada: Cengage Learning.

Joudrad, S.M. (1964). The transparent self. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Joyce, B & Weil, M. (2009). Terjemahan Achmad F. & Atteila M. Models of

teaching: model-model pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Junaidi. (2013). Pengaruh komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan prestasi anak di SMA Negeri 4 Samarinda Seberang. Dalam

eJournal Ilmu Komunikasi [Online] Vol 1, (1), 14 halaman. Diakses dari:

www.ejournal.ilkom.or.id.

Kadarsih, R. (2009). Teori penetrasi sosial dan hubungan interpersonal. Jurnal

dakwah vol.X No 1, Januari-Juni 2009. [online]. Diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/8381/1/RISTIANA%20KADARSIH%20TEORI%20PENETRAS I%20SOSIAL%20DAN%20HUBUNGAN%20INTERPERSONAL.pdf. Kafle, A. & Thakali, M. (2013). Social relation in adolescence: role of parent and

peer relationships in adolescents psychosocial development. Kemi Tornio

University.

Komala, L. (2009). Ilmu komunikasi perspektif, proses dan konteks. Badung: Widya Padjadjaran.

Koswara, E. (2009). Model bermain (role-playing) dalam pembelajaran

partisipatif [online]. Diakses dari :

http://alhafizh84.wordpres.com/2009/12/21/model-bermain-peran-dalam- pembelajaan-partisipatif/.

Kusumanigrum, J. & Wahyuningsih, H. (2009). Hubungan komunikasi orang

tua-remaja dengan identity achievement pada tua-remaja akhir [Online]. Diakses


(4)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lazarus, R.S. (1976). Pattern of adjustment (3rd ed). Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, Ltd.

Mulyana, D. (2012). Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa, R (2004). Mengartikulasi pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Nuraini. (2013). Efektivitas teknik role play untuk mengembangkan self esteem

peserta didik. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Packard, V.O. (1974). The hidden persuaders. New York: D. Mckay Co.

Poorman, P.B. (2002). Biography and role playing : fostering empathy in

abnormal psychology. Teaching of Psychology, 29(1), 32-36.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rogers, S. & Evan, J. (2008). Inside role-play in early childhood education. New York: Routledge.

Romlah, T. (2001). Teori dan praktik bimbingan kelompok. Malang: Penerbit UM Rubiyanti, Y. & Widyana, R. (2012). Pengaruh pelatihan pengungkapan diri

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal karyawan.

[Online] diakses dari:

http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp- content/uploads/2012/06/Yanti-Rahma-Widyana-Pelat.-Pengungkapan-Diri-OK.pdf.

Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah (metode,

teknik, dan aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Russ, W. S. (2004). Play in child development and psychotherapy, towards

empirically supported practice. New Jesey: Lawrence Erbaum Association

Publisher.

Saputra, R. (2013). Hubungan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terhadap kenakalan remaja di Kelurahan Karang Asam Ilir Samarinda. Dalam eJournal Ilmu Komunikasi (Online) Vol 1, (2), 17 halaman. Tersedia: www.ejournal.ilkom.fisip-unmul.co.id.


(5)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Schement, J.R. (Eds). (2002). Encyclopedia of communication an information. USA: Gale Group.

Schmied, V. & Tully, L. (2009). Effective strategies and interventions for

adolescents in achild protection context (literature review). NSW: Department of community services. Diakses dari

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=20 &ved=0CHgQFjAJOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.community.nsw.gov.a u%2Fdocswr%2F_assets%2Fmain%2Fdocuments%2Feffective_adolescent _strategies.pdf&ei=WgFSUoe9GYjprAf4iIEo&usg=AFQjCNFJETlMZTW3 ozfIv9QHYX_AtV4nwA&bvm=bv.53537100,d.bmk.

Setiyawati, T.M. (2012). Efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik

role-playing untuk menangani perilaku bullying siswa. Tesis. Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Shaftel, F.R. & Shaftel, G. (1967). Role-playing for social values desicion

making in the social studies. New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Smetana J.G. (1996). Adolescent-parent conflict: implications for adaptive and

maladaptive development. Dalam DCicchetti, SL Toth (penyunting), In Rochester Symposium on Developmental Psychopathology. Adolescence: Opportunities and Challenges, (hlm . 1–46). New York :Univ. Rochester Press.

Smetana, J.G., Barr, N.C., Metzger, A. (2006). Adolescent development in interpersonal context. Annual Reviews Psychology, 57, hlm. 255-284. Steinberg L. 1990. Interdependency in the family: autonomy, conflict, and

harmony in the parent-adolescent relationship. Feldman, GR Elliot

(penyunting), At the Threshold: The Developing Adolescent, (hlm. 255

276). Cambridge, MA: Harvard Univ. Press.

Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(6)

Farikha Wahyu Lestari, 2015

Keefektifan teknik role-play untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suriadi, A. (2013). Anak bermasalah karena kurang komunikasi dan perhatian

orang tua. [Online]. Diakses dari

http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/17/anak-bermasalah-karena-kurang-komunikasi-dan-perhatian-orang-tua-569519.html.

Tolan, J. & Lendrum, S. (2001). Case material and role play in counselling

training. New York: Routledge.

Tubbs, S.T & Moss, S. (2005). Terjemahan Mulyana, D. Human

communication:prinsip-prinsip dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wilson, et al. (1992). Play therapy: non-directive approach children and

adolescent. United of Kingdom:Bailliere Tindall.

Yusuf, Syamsu L.N. (2009). Program bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung: RIZQI Press.

Zaini, H. dkk. (2008). Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: pustaka insan madani.