PENYELENGGARAAN PELATIHAN MEMBUAT LAYANG-LAYANG MODERN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN WARGA BELAJAR:Studi deskriptif kualitatif di pkbm satria logawa banyumas.

(1)

PENYELENGGARAAN PELATIHAN MEMBUAT LAYANG-LAYANG MODERN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN WARGA BELAJAR

(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF DI PKBM SATRIA LOGAWA BANYUMAS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

Niken Probowati (1006213)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Pelatihan ... 7

1. Pengertian Pelatihan ... 7

2. Tujuan Pelatihan... 8

3. Manfaat Pelatihan... 10

4. Prinsip-prinsip Pelatihan ... 12

5. Komponen-komponen Pelatihan ... 15

6. Landasan-landasan Pelatihan ... 16

7. Pengembangan Program Pelatihan ... 18

B.Konsep Keterampilan ... 20


(4)

1. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ... 23

2. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 24

3. Cakupan Pendidikan Luar Sekolah ... 27

4. Komponen Pendidikan Luar Sekolah... 28

D.Keterkaitan Program Penyalenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Di Pkbm Satria Logawa Banyumas Dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

1. Lokasi Penelitian ... 33

2. Subjek Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 34

1. Tahap Pra- Lapangan ... 34

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 35

3. Tahap Analisis Data ... 35

4. Tahap Penulisan Laporan ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Definisi Konseptual ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Triangulasi Data ... 41

G. Instrumen Penelitian ... 42

H. Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

1. Sejarah Umum PKBM Satria Logawa Banyumas ... 46

2. Visi dan Misi PKBM Satria Logawa Banyumas ... 46

3. Sarana dan Prasarana... 47


(5)

5. Program Kegiatan Yang Diselenggarakan ... 50

6. Struktur Organisasi ... 51

7. Tenaga/ Pengajar/ Tutor ... 51

B. Gambaran Umum Pelatihan ... 53

1. Latar Belakang ... 53

2. Waktu dan tempat Pelaksanaan pelatihan ... 53

3. Peserta Pelatihan ... 54

4. Narasumber ... 55

5. Materi Pelatihan ... 55

6. Metode Pelatihan ... 55

C. Identitas Informan penelitian ... 58

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 87

B. Rekomendasi ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Sarana PKBM Satria Logawa ... 47

Tabel 4.2 Prasarana PKBM Satria Logawa... 48

Tabel 4.3 Program Kegiatan PKBM Satria Logawa ... 50

Tabel 4.4 Tenaga/Pengajar/ Tutor di PKBM Satria Logawa ... 51

Tabel 4.5 Peserta Yang Membuat Layang-layang Modern ... 54

Tabel 4.6 Identitas Informan Penelitian ... 58

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Informan ... 60

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Informan ... 67

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Informan ... 72


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(8)

Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar ( Studi Deskriptif Kualitatif Di PKBM Satria Logawa Banyumas)

ABSTRAK

Penelitian ini mengacu pada permasalahan pokok “ bagaimanakah penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern yang diselenggarakan di PKBM Satria Logawa dapat meningkatkan keterampilan warga belajar dan peserta pelatihan”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas, mendeskripsikan pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas, mendeskripsikan evaluasi dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas, dan mendeskripsikan ada tidaknya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan di PKBM Satria Logawa Banyumas. Tinjauan konseptual teoritik penelitian ini mencakup konsep pelatihan, konsep keterampilan, konsep pelatihan sebagai bentuk satuan pendidikan luar sekolah, dan keterkaitan program penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas dalam pendidikan luar sekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian sebanyak tiga orang terdiri dari peserta pelatihan peningkatan keterampilan yang telah selesai mengikuti pelatihan, kemudian peneliti mengadakan triangulasi data dengan dua orang yaitu ketua PKBM dan Ketua kegiatan belajar usaha. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi sebagai telaah untuk melihat kualifikasi keabsahan data. Hasil penelitian diperoleh data dan informasi mengenai 1) Perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, proses perencanaan pelatihan membuat laying-layang modern sudah sesuai dengan tujuan dari pelatihan 2) Pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, pelaksanaan dilaksanakan pada tanggal 27 agustus 2014 sampai 29 agustus 2014. Kegiatan pelatihan berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. 3) Evaluasi penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, kegiatan evaluasi dilihat dari bagaimana peserta pelatihan dapat mengaplikasikan materi yang telah disampaikan pada saat proses pelatihan 4) Faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, beberapa faktor pendukung kegiatan pelatihan seperti sarana prasarana yang memadahi, narasumber dan media yang memadahi, sedangkan faktor penghambatnya seperti kurang tersedianya modal untuk warga belajar, dan kurangnya pengetahuan dalam membuat layang-layang modern.


(9)

Implementation Training Kite Making of Modern Residents in Improving Learning Skills

(Qualitative Descriptive Study In Banyumas Logawa Satria CLC) ABSTRACT

This study refers to the fundamental problems "how the organization of training makes modern kites held at CLC Satria Logawa can improve the skills of learners and trainees". The purpose of this study is to describe the training event planning make modern kites in CLC Satria Logawa Banyumas, describe the implementation of training administration makes modern kites in CLC Satria Logawa Banyumas, describe the evaluation in the organization of training makes modern kites in CLC Satria Logawa Banyumas , and describe the presence or absence of inhibitory factors and supporting factors in conducting training in CLC Satria Logawa Banyumas. Theoretical conceptual overview of this research include training concept, the concept of skill, the concept of training as a form of non-formal education units, and implementation of training programs linkages make modern kites in CLC Satria Logawa Banyumas in school education. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with as many as three study subjects consisted of skill enhancement training participants who have completed the training, then the researcher triangulation of data held by two people that CLC chairman and chairman of the business of learning activities. The data collection techniques used observation, interviews, documentation and triangulation as a study to look at the validity of the qualification data. The results were obtained data and information regarding 1) planning training events make modern kites in improving the skills people learn, training planning process makes laying modern kite is in conformity with the purpose of training 2) The implementation of training events make modern kites in improving skills learning community, the implementation was held on 27 August 2014 to 29 August 2014. The training goes well according to plan. 3) Evaluation of training events make modern kites in improving the skills of the learners, evaluation activity seen from how trainees can apply the material that has been presented during the training process 4) supporting factors and obstacles in the implementation of training makes modern kites in improving skills citizens to learn, several contributing factors


(10)

such training activities memadahi infrastructure, resource and media memadahi, while inhibiting factor such as lack of available capital for citizens to learn, and the lack of knowledge in making modern kites.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dianggap penting karena dapat menjadi bekal untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Padahal tujuan pendidikan tidak seperti itu, pendidikan penting karena ingin memanusiakan manusia sesuai dengan teori pendidikan. Berkaitan dengan pendidikan, pendidikan luar sekolah mempunyai peranan sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti pendidikan persekolahan.

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan pada dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan menurut Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Menurut Jean Piaget pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat kasual. Namun terdapat komponen normatif, juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai ini adalah norma yang berfungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah hubungan normatif antara individu dan nilai.


(12)

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasional, menjadi warga negara memiliki tiga subsistem pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal daan pendidikan informal.Subsistem pertama disebut pula pendidikan sekolahan, sedangkan subsistem pendidikan nonformal dan pendidikan informal dalam berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah. Dalam pendidikan serta Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan diselenggarakan di dalam masyarakat, lembaga-lembaga, dan keluarga.

Pendidikan luar sekolah, dengan berbagai istilah pendidikan yang terdapat didalamnya, telah hadir di dunia sejak adanya manusia yang berinteraksi dengan lingkungan. Kehadiran pendidikan luar sekolah sebagai kajian akademik di lingkungan perguruan tinggi dan disepakati sebagai fenomena pendidikan pada tingkat internasional telah dimulai sejak tahun lima puluhan.

Pendidikan luar sekolah menurut Seameo dalam Sudjana (2004 : 46) mengemukakan bahwa : Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan diluar sekolah, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi mengenai pengetahuan, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidunya. Tujuannya ialah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang adalah berperan serta secara efisien dan efektifitas dalam lingkungan keluarganya, masyarakat dan bahkan negaranya.

Jika didefinisikan, pelatihan (training) adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang di inginkan Robinson dalam Kamil (1981: 2)pelatihan (training) diartikan sebagai suatu pengajaran tertentu yang tujuannya telah ditentukan secara jelas, biasanya dapat diragakan, yang menghendaki peserta dan penilaian terhadap perbaikan unjuk kerja peserta pendidik : Good dalam (Marzuki, 2012: 175). Training diartikan juga sebagai suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan.

Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan


(13)

dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.

Komunitas pembuat layang-layang banyak dijumpai di daerah Banyumas salah satunya warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas, PKBM Satria Logawa memiliki banyak kegiatan belajar usaha (KBU), salah satunya yaitu pembuatan layang-layang. Kegiatan KBU dilaksanakan layang-layang setiap hari jum’at yang diikuti oleh warga belajar kejar paket c. Kegiatan ini sudah berjalan dengan baik, bahkan banyak yang memesan layang-layang ke kelompok KBU, akan tetapi hasil layang-layang yang dihasilkan masih standar. Penulis melihat banyaknya minat pelanggan dalam memesan layang cukup banyak, apalagi jika layang-layang dibuat lebih modern sesuai kreasi peserta KBU. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan sebuah penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas. Kegiatan pelatihan yang akan diselenggarakan ini bertujuan meningkatkan keterampilan serta memberdayakan masyarakat sekitar terutama warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan serta mata pencaharian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Adanya komunitas pembuat layang-layang modern yang diikuti oleh warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas

2. Adanya potensi bagi warga belajar dalam pembuatan layang-layang di PKBM Satria Logawa

3. Pembuatan layang-layang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian bagi warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas

4. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadahi dalam pembuatan layang-layang di PKBM Satria Logawa Banyumas

5. Kurangnya keterampilan dalam membuat layang-layang modern bagi warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas


(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pelatihan dalam membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas?

2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas?

3. Bagaimana evaluasi dalam pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas?

4. Apakah ada faktor penghambat dan pendukung dalam melaksanakan kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas.

3. Mendeskripsikan evaluasi dalam pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas.

4. Mendeskripsikan ada tidaknya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam melaksanakan pelatihan di PKBM Satria Logawa Banyumas.


(15)

1. Manfaat Teoritis

Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memberikan ilmu dan wawasan kepada peserta pelatihan, serta dapat memperkaya konsep, teori dan wawasan peneliti dan akademik bidang Pendidikan Luar sekolah yang di dapat oleh peneliti selama duduk di bangku perkuliahan dan mampu mengaplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.

b. Bagi Universitas

Mampu berbagi ilmu kepada warga belajar dan masyarakat sekitar dalam membuat layang-layang modern.

c. Bagi Peserta Pelatihan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan peserta pelatihan membuat layang-layang modern.

d. Bagi PKBM

Dengan mengikuti pelatihan membuat layang-layang modern, peneliti mampu berbagi ilmu kepada warga beljar di PKBM Satria Logawa Banyumas guna meningkatkan keterampilan dalam membuat layang-layang yang lebih modern dengan harga jual yang tinggi.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan ini sebagai berikut: 1. BAB I : Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang yang menjadi alasan untuk penulis menyusun topik penelitian, rumusan masalah,tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II : Kajian Teori

Membahas mengenai teori-teori yang digunakan dalam membantu penulisan dan mencantumkan jawaban atas rumusan masalah.


(16)

Membahas mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, sumber dan pengumpulan data, serta teknik yang digunakan dalam menganalisa data. 4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Membahas mengenai pengolahan data, presentasi hasil pengolahan,dan pembahasan. 5. BAB V : Penutup

Menguraikan kesimpulan yang ditarik dari penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan penulis.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan analisis data

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebutakan dilakukan. Adapun penelitian yang penulis lakukan yaitu di PKBM satria Logawa Banyumas yang berlokasi di Notog, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.Lokasi ini dipilih karena PKBM Satria Logawa Banyumas memiliki program yang menarik yang dapat dijadikan penelitian.Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena ada program pelatihan yang dimana pelatihan merupakan salah satu satuan Pendidikan Luar Sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sample dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sample, dan teknik sampling yang digunakan. Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam peningkatan keterampilan warga belajar yaitu peserta penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern yang terdiri dari warga belajar terutama peserta kelompok belajar usaha di PKBM Satria Logawa Banyumas. Sumber yang diperlukan dalam memenuhi data adalah sebanyak tiga orang.


(18)

Alasan peneliti memilih tiga orang subjek penelitian didasarkan pada apa yang dikemukakan oleh Nasution dalam Kamil (2003:33) bahwa metode kualitatif tidak membutuhkan populasi atau sample banyak. Populasi tergantung pada konsep yang dipakai dan terbatas pada unit penelitiannya. Jumlah subjek penelitian tidak ditentukan secara ketat, tetapi tergantung pada tercapainya “redudancy”, yaitu ketuntasan atau kejenuhan data, artinya baahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaraan tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertaanyaan penelitian.

Desain penelitian harus mampu menggambarkan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan, dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data.

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yamg harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh meleong (2003:127)

a. Tahap Pra-Lapangan

Akltivitas pertama yang dilakukan peneliti adalah menyususn rancangan penelitian atau proposal peneltian yang diajukan dewan skripsi. Setelah di setujui kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing skripsi, kemudian selanjutnya peneliti mengurus surat perizinan setelah mengajukan surat perizinan ke lembaga terkait, kemudian peneliti observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di PKBM Satria Logawa Banyumas. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar memperoleh gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada dilokasi, yang akan dijadikan lokasi


(19)

penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian di PKBM Satria Logawa Banyumas.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pengelola PKBM untuk mencari apakah fokus masalah yang akan dikaji ada atau tidak. Sebelum menginjak tahap penelitian, secara mendalam peneliti memilih informan bernama ibu Sulasmi selaku pengelola PKBM untuk menggali sedikit informasi tentang kondisi serta situasi program yang akan diteliti.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada aktivitas ini, peneliti menggali informasi data secara keseluruhan dan mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian, melakukan pendekatan permulaan terhadap lingkungan kegiatan, kegiatan pembelajaran pelatihan, menentukan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber. Setelah peneliti menemukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik analisis data ini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyususn, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap objek penelitian. Kegiatan analisis data ini mulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, observasi, pengamatan dan dokumen resmi yang diberikan oleh pihak PKBM Satria Logawa Banyumas. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.


(20)

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan hasil penelitian tidak lepas dari keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai data yang diperlukan terkumpul, pengelolaan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang dip[erlukan lengkap terkumpul. Tahapan ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah berkonsultasi dengan pembimbing, dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun dibuat sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku di Universitas.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang, atau provokator atau tahanan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis artinya,proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.

Menurut Moh.Nazir dalam Sugiyono (1983:54) menyatakan metode deskriptif adalah suatu metode dalam status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripdi, gambaran atau lukisan secara sistematis, fakta dan aturan mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.


(21)

Menurut Whitney dalam Sugiyono (1960) metode deskriptif adalah pemberian fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari fenomena.

Ciri-ciri metode deskriptif ada sifat-sifat tertentu yang umumnya terdapat dalam metode deskiptif sehingga dipandang sebagai ciri-ciri yakni :

a. Memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masalah-masalah yang aktual

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, digunakan dan kemudian dianalisis Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode arsitik, karena proses penelitian lebih bersifat seni(kurang berpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena datahasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode inilebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data tyang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kealitatif.

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang proses, hasil dan dampak dari penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam peningkatan keterampilan warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas, maka pada penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif.


(22)

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penel;itian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

D. Definisi operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun operasional, yaitu sebagai berikut:

1. Pelatihan Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Dalam pelatihan, secara operasional pelatihan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana peserta pelatihan khususnya warga belajar di PKBM Satria Logawa mendapatkan suatu kemampuan untuk membuat layang-layang modern.

2. Layang-layang menurut www.wikipedia.com, disebutkan bahwa layang-layang adalah lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Dalam pelatihan ini, secara operasional layang-layang modern yaitu layang-layang yang dibuat lebih modern dari layang-layang yang sebelumnya. Sebelum kegiatan pelatihan ini dilaksanakan, layang-layang yang dibuat masih cenderung sederhana, namun setelah kegiatan pelatihan ini dilaksanakan layang-layang yang dibuat menjadi lebih modern. Contoh layang-layang modern yang dibuat diantaranya layang-layang kelelawar, kupu-kupu, burung dan ular naga.

3. Meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, meningkatkan yaitu upaya untuk menambah derajat, tingkat, atau penambahan kemampuan agar lebih baik. Dalam pelatihan ini, secara operasional arti meningkatkan yaitu suatu


(23)

penyelenggaraan pelatihan yang bertujuan untuk menambah kemampuan peserta pelatihan agar mendapatkan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya.

4. Keterampilan menurut Dunnette dalam Sudjana (1976:33) pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Dalam pelatihan ini, secara operasional keterampilan diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan warga belajar atau peserta pelatihan yang dikembangkan dan ditingkatkan keterampilannya melalui pembuatan layang-layang modern.

5. Warga belajar menurut www.wikipedia.com, disebutkan bahwa warga belajar adalah istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur pendidikan nonformal. Misalnya seperti warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional. Dalam pelatihan ini, secara operasional warga belajar diartikan sebagai peserta pelatihan atau peserta didik yang mengikuti kegiatan pelatihan dari awal kegiatan pelatihan dilaksanakan hingga akhir kegiatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah melihat, mengkaji, dan menganalisis fenomena dengan sedalam-dalamnya dan menemukan makna yang ada di dalamnya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam pengumpulan data, adapun teknik tersebut adalah wawancara (interview), observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan


(24)

jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuandan atas keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2012: 137)mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut : 1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

2. Bahwa apa yang ditanyakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar daan dapat dipercaya

3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

2. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengetahui dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton adan elekton) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dpat diobservasi dengan jelas.

Marshall (1995) dalam Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa “through observation, teh researcher learn about behavior adn the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi arikunto (2002:149-150) dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam penelitian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda


(25)

peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi. Untuk penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi juga mempunyai kedudukan penting. Jika peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi terhindarkan.Sasaran studi dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern di PKBM Satria Logawa Banyumas.

F. Triangulasi Data

Triangulation is qualititative cross-vlidation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures Wiliam Wiersma dalam Fitriyani (1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibitilas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk mengkaji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut , tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kedibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka


(26)

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Triangulasi waktu mempengaruhi kredibilitas data.data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih krdibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian data.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu menggabungkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi proses pelatihan, narasumber, pengelola pelatihan, dan lulusan pelatihan. Dalam penelitian ini yang melakukan triangulasi yaitu ketua PKBM serta ketua KBU.

G. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek peneliti belum jelas dan pasti masalahnya, sumber data, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2012: 223) menyatakan “the researcher is the key

instrumen”. Peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution(1988) dalam Sugiyono (2012:223) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,


(27)

fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu :

1. Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Meloeng (2009: 186), antara lain : Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.

Hal yang harus diperhatikan peneliti dalam melakukan wawancara adalah dengan memanfaatkan informan kunci atau primer maupun informan sekunder.Informan kunci atau primer dalam penelitian ini adalah warga belajar di PKBM Satria Logawa Banyumas yang mengikuti kegiatan belajar usaha. Sedangkan informan sekunder adalah orang yang menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari segi organisasi, kegiatan atau program yakni pihak pengelola PKBM.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir penelitian kita.


(28)

Nasution dalam Sugiyono (2012: 244) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “ proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisi berdasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang selanjutnya dapat disimpulkan apakah data tersebut diterima atau ditolak.

Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:247-252) sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data diperoleh dari data yang terjadi dilapangan yang jumlahnya cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti merangkum dan memilah milih data yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi fokus permasalahan penelitian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchat dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adlah dengan teks yang bersifat naratif.ntuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka peneliti akan


(29)

melakukan klarifikasu data serta memberikan penggolongan kembali data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian yang dilakukan kepada sumber data.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber serta ketua PKBM.

4. Evaluasi

Dalam pelatihan terdapat evaluasi dan ada beberapa evaluasi dengan sasaran evaluasi yang berbeda. Seperti pada pelatihan ini terdapat penilaian bagi peserta pelatihan, penilaian bagi peserta ada dua penialain yaitu penilaian tes pengetahuan dan penilaian unjuk kinerja Adapun penilaian dalam tes pengetahuan yaitu dengan skor nilai yang di dapat dan dikatakann lulus bila mencapai nilai standar kompetensi yang ditentukan oleh panitia yaitu 80%, adapun hasil dari penilaian tersebut adalah sebagi berikut :

Tabel 3.1 tabel penilaian

NO NAMA SKOR %

1 2 3 4


(30)

Dalam penilaian unjuk kinerja juga dilakukan penilaian berupa tabel hasil penilaian yang dibikin oleh panitia untuk hasil penilaian tes unjuk kinerja,tes unjuk kinerja untuk mengatahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, adapun hasil dari penilaian tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 penilaian unjuk kinerja

NO NAMA PENILAIAN SKOR

1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan :

0-8 : kurang terampil 9-16 : cukup terampil 17-24 : terampil


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu:

“Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Dalam Meningkatkan

Keterampilan Warga Belajar (Studi Deskriptif Kualitatif Di PKBM Satria Logawa Banyumas) A.Kesimpulan

PKBM satria Logawa berdiri sejak tanggal 01 April 1999, yang berlokasi di Desa Notog Rt 04 Rw 02 Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Pemilik PKBM ini adalah Bapak Sugih Edi Wibowo. Maksud didirikan PKBM ini adalah ikut berperan serta sebagai fasilitator serta mediator dalam arti yang seluas-luasnya, ikut berperan serta dalam peningkatan sumber daya manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai wadah pembelajaran masyarakat secara luas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap hidup yang dapat dipertanggungjawabkan, ikut serta dalam mewujudkan peningkatan ekonomi masyarakat, sedangkan tujuan yang hendak dicapai PKBM adalah terbentuknya wadah-wadah dalam kehidupan masyarakat yang bersifat mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan, terselenggaranya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat guna meningkatkan sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan ekonomi masyarakat, melayani dan membina warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan manfaat dan mutu kehidupan, melayani dan membina warga belajar memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah, memenuhi kebutuhan belajar warga belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan.

Pelatihan membuat layang-layang modern dilaksanakan guna meningkatkan keterampilan peserta pelatihan (warga belajar), selain itu tujuan diadakannya pelatihan membuat layang-layang modern adalah mendeskripsikan perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, mendeskripsikan


(32)

pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, mendeskripsikan evaluasi penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar , mendeskripsikan ada tidaknya faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar.

1. Perencanaan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar,

Proses perencanaan pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern diawali dengan menganalisis kebutuhan warga belajar yang mengikuti kegiatan belajar usaha. Program pelatihan membuat layang-layang modern merupakan kegiatan pemberian bekal mengenai peningkatan keterampilanwarga belajar dalam membuat layang-layang yang tradisional menjadi lebih modern. Dalam penyusunan perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layng-layang modern melibatkan sejumlah pihak, diantaranya ketua PKBM Satria Logawa, warga belajar kejar paket, narasumber pelatihan, masyarakat setempat, dan pengelola PKBM.

Kegiatan pelatihan penyelenggaraan membuat layang-layang modern ini bertujuan meningkatkan keterampilan warga belajar PKBM Satria Logawa khususnya yang mengikuti kegiatan belajar usaha dalam membuat layang-layang, memberikan ilmu dan pengetahuan, membarikan informasi mengenai pembuatan layng-layang modern, memberikan motivasi, dan mengembangkan potensi peserta pelatihan.

2. Pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar,

Kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 sampai 27 Agustus 2014. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dengan adanya kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern, peserta pelatihan akan lebih memiliki ilmu dan pengetahuan yang lebih. Selain itu, bagi setiap peserta pelatihan nantinya bisa memberikan informasi kepada yang lainnya. Setiap peserta pelatihan berhak membuat kreasi layang-layng modern sesuai dengan keterampilannya.


(33)

Dalam kegiatan pelatihan ini, setiap peserta juga harus mampu mengembangkan dan meningkatkan keterampilannya dalam membuat layang-layang yang lebih modern sehingga mampu menjadikan kegiatan membuat layang-layang modern sebagai mata pencaharian. 3. Evaluasi pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan

warga belajar ,

Pelatihan yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik, namundalam menilai kegiatan ini apakah sudah baik atau belum, terdapat tahap evaluasi, dimana peneliti menilainya dengan mewawancarai peserta pelatihan. Setelah melakukan wawancara ditemukan hasilnya, bahwa kegiatan pelatihan ini sudah berjalan dengan baik, mayoritas setiap peserta mampu memahami materi yang disampaikan oleh narasumber karena materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan, selain itu peserta menilai bahwa metode pembelajaran yang disampaikan sudah baik dan mampu dipahami oleh peserta pelatihan, dan media yang digunakan juga sudah lengkap sesuai standar kompetensi.

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar.

Pelatihan membuat layang-layang modern dinilai sudah berhasil. Namun dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan dinilai oleh peserta pelatihan memiliki beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya kegiatan pelatihan. Sesuai hasil wawancara dengan beberapa informan disimpulkan bahwa faktor pendukung jalannya kegiatan pelatihan membuat layang-lalang modern diantaranya fasilitas yang memadahi, narasumber yang berkompetens, media pembelajarn yang memadahi, materi yang mudah dikuasai dan dapat dipahami oleh semua peserta, dan waktu yang tepat dalam menyelenggarakan pelatihan tersebut. Kemudian faktor penghambat jalannya kegiatan pelatihan membuat layang-layang diantaranya kurangnya pengetahuan peserta dalam membuat layang-layang modern sebab sebelumnya hanya bisa membuat layang-layang tradisional, terbatasnya modal dalam membuat layang-layang modern sebab layang-layng modern bahan-bahan yang diperlukan lebih mahal, dan beberapa peserta ada yang belum menguasai materi dengan baik.


(34)

Rekomendasi penelitian disusun berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah penulis kemukakan diatas, dan rekomendasi penelitian diantaranya :

1. Pengelola Program Kegiatan Belajar Usaha PKBM Satria Logawa

Hendaknya kegiatan belajar usaha dapat mengusahakan kebutuhan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, serta dapat membarikan bantuan modal bagi pengembangan keterampilan warga belajar dalam meningkatkan keterampilan membuat layang-layang, dengan demikian maka pemberdayaan warga belajar di PKBM Satria Logawa dapat meningkat dengan tujuan dan sasaran pendidikan luar sekolah berbasis masyarakat.

2. Instansi terkait

Instansi terkait disamping PKBM Satria Logawa, seperti dinas pendidikan nonformal, dinas pemberdayaan masyarakat, koperasi, dan kelurahan desa Notog, hendaknya mengusahakan secara optimal pembinaan dan peningkatan keterampilan membuat layang-layang modern kepada warga belajar, agar mereka dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya.

3. Peneliti yang akan datang

Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini dan disertai adanya temuan positif tentang pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern akan lebih sempurna dan alangkah menariknya apabila peneliti yang akan dating dapat melakukan penelitian terhadap upaya pemberdayaan warga belajar dalam meningkatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan selain layang-layang modern.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani, K. (2014) Pelatihan Kemandirian Bagi Tuna Netra PSBN(Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya Mengkatkan Motivasi Berwirausaha. Skripsi Sarjana Pada PLS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kamil, Mustofa (2012). Model Pendidikan Dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Marzuki,S.M. (2012). Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.

Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

P.Efinandi Resty (2009) Program pendidikan keterampilan hidup (life skills) pengelolaan pangan dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha (studi deskiptif pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Desa Jati Kecamatan Taronggong kaler Kabupaten Garut). Skripsi Sarjana Pada PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala Syaiful, M.Pd. Konsep Dan Makna Pembelajaran.Bandung :Alfabeta

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharsih Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana D.S. (1996) Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito: Bandung

(2010). Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal Education). Bandung : Falah Production.

Sumantri, S (1999). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung, fakultas Psikologi UNPAD


(36)

Sumber Lain :

Dunia Pelajar.com. (29 Juli 2014). Dirujuk dari :

http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan-menurut-para-ahli/ Pada : 18 Desember 2014.

Intruksi Presiden No. 15 tahun 1974 Kamus Besar Bahasa Indonesia

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 02 tahun 1998. Jakarta : Sinar Grafika

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Sinar Grafika

Pengertian dan pentingnya pendidikan dirujuk dari :

http:/www.artikelbagus.com/2012/12/pentingnya-pendidikan.html#ixzz2f1fkviRz Pengertian layang-layang dirujuk dari :http://www.wikipedia.com pada :senin 25

agustus 2014 8:59

Profil PKBM Satria Logawa Banyumas


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: “Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar (Studi Deskriptif Kualitatif Di PKBM Satria Logawa Banyumas) A.Kesimpulan

PKBM satria Logawa berdiri sejak tanggal 01 April 1999, yang berlokasi di Desa Notog Rt 04 Rw 02 Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Pemilik PKBM ini adalah Bapak Sugih Edi Wibowo. Maksud didirikan PKBM ini adalah ikut berperan serta sebagai fasilitator serta mediator dalam arti yang seluas-luasnya, ikut berperan serta dalam peningkatan sumber daya manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai wadah pembelajaran masyarakat secara luas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan serta sikap hidup yang dapat dipertanggungjawabkan, ikut serta dalam mewujudkan peningkatan ekonomi masyarakat, sedangkan tujuan yang hendak dicapai PKBM adalah terbentuknya wadah-wadah dalam kehidupan masyarakat yang bersifat mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan, terselenggaranya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat guna meningkatkan sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan ekonomi masyarakat, melayani dan membina warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan manfaat dan mutu kehidupan, melayani dan membina warga belajar memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah, memenuhi kebutuhan belajar warga belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan.

Pelatihan membuat layang-layang modern dilaksanakan guna meningkatkan keterampilan peserta pelatihan (warga belajar), selain itu tujuan diadakannya pelatihan membuat layang-layang modern adalah mendeskripsikan perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, mendeskripsikan


(2)

Niken Probowati, 2015

Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar, mendeskripsikan evaluasi penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar , mendeskripsikan ada tidaknya faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar.

1. Perencanaan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar,

Proses perencanaan pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern diawali dengan menganalisis kebutuhan warga belajar yang mengikuti kegiatan belajar usaha. Program pelatihan membuat layang-layang modern merupakan kegiatan pemberian bekal mengenai peningkatan keterampilanwarga belajar dalam membuat layang-layang yang tradisional menjadi lebih modern. Dalam penyusunan perencanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layng-layang modern melibatkan sejumlah pihak, diantaranya ketua PKBM Satria Logawa, warga belajar kejar paket, narasumber pelatihan, masyarakat setempat, dan pengelola PKBM.

Kegiatan pelatihan penyelenggaraan membuat layang-layang modern ini bertujuan meningkatkan keterampilan warga belajar PKBM Satria Logawa khususnya yang mengikuti kegiatan belajar usaha dalam membuat layang-layang, memberikan ilmu dan pengetahuan, membarikan informasi mengenai pembuatan layng-layang modern, memberikan motivasi, dan mengembangkan potensi peserta pelatihan.

2. Pelaksanaan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar,

Kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 sampai 27 Agustus 2014. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dengan adanya kegiatan pelatihan membuat layang-layang modern, peserta pelatihan akan lebih memiliki ilmu dan pengetahuan yang lebih. Selain itu, bagi setiap peserta pelatihan nantinya bisa memberikan informasi kepada yang lainnya. Setiap peserta pelatihan berhak membuat kreasi layang-layng modern sesuai dengan keterampilannya.


(3)

Dalam kegiatan pelatihan ini, setiap peserta juga harus mampu mengembangkan dan meningkatkan keterampilannya dalam membuat layang-layang yang lebih modern sehingga mampu menjadikan kegiatan membuat layang-layang modern sebagai mata pencaharian.

3. Evaluasi pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar ,

Pelatihan yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik, namundalam menilai kegiatan ini apakah sudah baik atau belum, terdapat tahap evaluasi, dimana peneliti menilainya dengan mewawancarai peserta pelatihan. Setelah melakukan wawancara ditemukan hasilnya, bahwa kegiatan pelatihan ini sudah berjalan dengan baik, mayoritas setiap peserta mampu memahami materi yang disampaikan oleh narasumber karena materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan, selain itu peserta menilai bahwa metode pembelajaran yang disampaikan sudah baik dan mampu dipahami oleh peserta pelatihan, dan media yang digunakan juga sudah lengkap sesuai standar kompetensi.

4. Faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern dalam meningkatkan keterampilan warga belajar.

Pelatihan membuat layang-layang modern dinilai sudah berhasil. Namun dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan dinilai oleh peserta pelatihan memiliki beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya kegiatan pelatihan. Sesuai hasil wawancara dengan beberapa informan disimpulkan bahwa faktor pendukung jalannya kegiatan pelatihan membuat layang-lalang modern diantaranya fasilitas yang memadahi, narasumber yang berkompetens, media pembelajarn yang memadahi, materi yang mudah dikuasai dan dapat dipahami oleh semua peserta, dan waktu yang tepat dalam menyelenggarakan pelatihan tersebut. Kemudian faktor penghambat jalannya kegiatan pelatihan membuat layang-layang diantaranya kurangnya pengetahuan peserta dalam membuat layang-layang modern sebab sebelumnya hanya bisa membuat layang-layang tradisional, terbatasnya modal dalam membuat layang-layang modern sebab layang-layng modern bahan-bahan yang diperlukan lebih mahal, dan beberapa peserta ada yang belum menguasai materi dengan baik.


(4)

Niken Probowati, 2015

Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rekomendasi penelitian disusun berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah penulis kemukakan diatas, dan rekomendasi penelitian diantaranya :

1. Pengelola Program Kegiatan Belajar Usaha PKBM Satria Logawa

Hendaknya kegiatan belajar usaha dapat mengusahakan kebutuhan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, serta dapat membarikan bantuan modal bagi pengembangan keterampilan warga belajar dalam meningkatkan keterampilan membuat layang-layang, dengan demikian maka pemberdayaan warga belajar di PKBM Satria Logawa dapat meningkat dengan tujuan dan sasaran pendidikan luar sekolah berbasis masyarakat.

2. Instansi terkait

Instansi terkait disamping PKBM Satria Logawa, seperti dinas pendidikan nonformal, dinas pemberdayaan masyarakat, koperasi, dan kelurahan desa Notog, hendaknya mengusahakan secara optimal pembinaan dan peningkatan keterampilan membuat layang-layang modern kepada warga belajar, agar mereka dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya.

3. Peneliti yang akan datang

Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini dan disertai adanya temuan positif tentang pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan membuat layang-layang modern akan lebih sempurna dan alangkah menariknya apabila peneliti yang akan dating dapat melakukan penelitian terhadap upaya pemberdayaan warga belajar dalam meningkatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan selain layang-layang modern.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani, K. (2014) Pelatihan Kemandirian Bagi Tuna Netra PSBN(Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya Mengkatkan Motivasi Berwirausaha. Skripsi Sarjana Pada PLS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Kamil, Mustofa (2012). Model Pendidikan Dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Marzuki,S.M. (2012). Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.

Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

P.Efinandi Resty (2009) Program pendidikan keterampilan hidup (life skills) pengelolaan pangan dalam meningkatkan kemampuan berwirausaha (studi deskiptif pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Desa Jati Kecamatan Taronggong kaler Kabupaten Garut). Skripsi Sarjana Pada PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala Syaiful, M.Pd. Konsep Dan Makna Pembelajaran.Bandung :Alfabeta

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharsih Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana D.S. (1996) Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito: Bandung

(2010). Pendidikan Luar Sekolah (Nonformal Education). Bandung : Falah Production.

Sumantri, S (1999). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung, fakultas Psikologi UNPAD


(6)

2

Niken Probowati, 2015

Penyelenggaraan Pelatihan Membuat Layang-Layang Modern Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sumber Lain :

Dunia Pelajar.com. (29 Juli 2014). Dirujuk dari :

http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan-menurut-para-ahli/ Pada : 18 Desember 2014.

Intruksi Presiden No. 15 tahun 1974 Kamus Besar Bahasa Indonesia

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 02 tahun 1998. Jakarta : Sinar Grafika

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Sinar Grafika

Pengertian dan pentingnya pendidikan dirujuk dari :

http:/www.artikelbagus.com/2012/12/pentingnya-pendidikan.html#ixzz2f1fkviRz Pengertian layang-layang dirujuk dari :http://www.wikipedia.com pada :senin 25

agustus 2014 8:59

Profil PKBM Satria Logawa Banyumas